Mazmur 119:1-8
Mazmur pasal 119 adalah perikop yang terpanjang di antara seluruh Alkitab. Mazmur ini berisi puji-pujian kepada Firman Allah. Di dalam Alkitab kita bisa melihat bagaimana Pemazmur memuji Allah tetapi dalam Mazmur pasal 119 ini Pemazmur memuji Firman Allah. Mazmur ini mengajarkan kita akan kepenuhan dan kedalaman segala sisi Firman Tuhan bagi manusia dan bagaimana seharusnya manusia berelasi dengan Firman Allah. Ketika kita membaca setiap bagian Mazmur maka kacamata kita adalah Mazmur pasal yang pertama. Hanya ada dua macam orang di dalam Mazmur pasal pertama dari kacamata Allah, orang fasik yang berjalan di jalan orang berdosa dan orang benar yang menyukai Firman Allah dan merenungkan Firman Allah siang dan malam. Mazmur pasal 119 boleh dikatakan adalah elaborasi yang panjang dan luas berkenaan dengan apa keunggulan Firman Tuhan. Mazmur ini menjabarkan keseluruhan kualitas Firman itu dari berbagai sisinya. Mazmur pasal 119 terdiri dari 22 bait dan setiap baitnya ada delapan ayat, tiap ayat pada setiap baitnya dimulai dengan urutan abjad Ibrani. Delapan ayat pertama adalah Aleph, delapan ayat yang kedua adalah Beth, delapan ayat yang ketiga adalah Gimel, delapan ayat yang keempat adalah Daleth, dan seperti itu terus sampai 22 huruf Ibrani itu seluruhnya memiliki kedelapan ayatnya. Urutan seperti ini disebut sebagai akrostik. Dalam Perjanjian Lama, susunan akrostik seperti ini ada dalam Mazmur pasal 119, Kitab Ratapan, dan juga di dalam Amsal pasal 31 tentang isteri yang cakap. Orang Ibrani menuliskan bagian-bagian Alkitab dengan sistem akrostik seperti ini pertama adalah untuk mudah dihafal karena memang setiap bagiannya bersifat pengajaran didactic. Jadi memang ayat-ayat ini adalah ayat-ayat yang dimaksudkan untuk dihafal. Saya masih ingat ketika kami dikumpulkan oleh Pendeta Stephen Tong, diberikan ujian kependetaan. Kemudian ada wawancara dan pembahasan berkenaan dengan biblika dan semuanya, melihat hasil dari apa yang ada pada kami, lalu Pendeta Stephen Tong pada kalimat pembukanya mengatakan saya sungguh tidak layak untuk menjadi hamba Tuhan dan anda lebih tidak layak lagi. Karena banyak hal yang kami tidak kuasai. Apakah saudara tahu bahwa zaman dulu, orang-orang di dalam gereja yang ditahbiskan menjadi hamba Tuhan harus menghafalkan keseluruhan ayat Mazmur pasal 119. Kalau tidak hafal tidak lulus. Saya bersyukur saya dilahirkan zaman post-modern. Seluruh ayat ini ditulis orang Ibrani secara akrostik adalah bersifat pengajaran supaya mudah diingat. Selain itu, yang kedua adalah menyatakan kedalaman dan keluasan topik yang sedang dibahas. Dalam Ratapan pasal ketiga saudara akan menemukan Aleph, Beth, Gimel, itu berlapis-lapis di dalamnya. Bukan cuma satu tetapi beberapa ayat Aleph, beberapa ayat Beth, terus seperti itu. Sebenarnya mau menyatakan kedalaman dari kesakitan dan keluasan daripada kehancuran, dan itulah Ratapan. Pada Amsal pasal 31 berkenaan dengan isteri yang cakap, secara akrostik, maka orang yang menuliskan Amsal itu menyatakan figur perempuan yang ideal. Bagaimana dia tidak ada cacat cela sama sekali, sempurna. Dalam dan luas. Sama juga dengan Mazmur pasal 119. Ditulis secara akrostik, bicara mengenai A sampai Z, dari alpha sampai omega, dari Aleph, Beth, Gimel sampai Sin Shin Taw. 22 abjad bicara berkenaan kedalaman dan keluasan keunggulan Firman Allah. Tetapi ada satu hal yang lebih menakjubkan dari Mazmur pasal 119, di dalam setiap ayat Mazmur ini selalu menyebutkan kata Firman atau sinonimnya. Mazmur 119:1-8 saja mari kita lihat. Ayat yang pertama. “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.” Ayat yang kedua. “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya,..” Ini adalah kata yang lain untuk menyatakan Firman (sinonim). Kadang dia mengatakan Taurat Tuhan, kadang dia mengatakan peringatan-peringatan-Nya. Ayat yang ketiga. “… yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.” Ayat yang keempat. “Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu …” Saudara akan menemukan ini dalam setiap ayat. Dari 176 ayat, hanya lima ayat yang tidak menyatakan hal ini. Dalam 176 ayat akan menemukan Hukum di dalam bahasa aslinya Torah. Firman dalam bahasa Ibraninya adalah Dabar. Peringatan dalam Hebrew-nya adalah Edot. Jalan adalah Derek. Titah (Piqqudim). Ketetapan (Huqqim). Perintah (Miswot). Hukum (Mispatim). Janji (Imrah). Dan jejak atau langkah (Natiyb). Ada sepuluh kata yang bersinonim dengan Firman di dalam 176 ayatnya. Dan Rabi-Rabi Yahudi mengatakan itu adalah perwakilan sepuluh perintah Allah. Luar biasa unggul Mazmur pasal 119 ini. Sekarang saya akan masuk ke dalam intinya.
Orang-orang Puritan selalu berkhotbah dengan cara yang paling sederhana dan jelas. Dia selalu menuju titik berat maksud perikop Alkitab. Mazmur pasal 119 ini begitu panjang lebar, dengan cara berpikir orang Puritan, dengan kesederhanaan, dengan kejelasan (clear), maka Mazmur pasal 119 ini tujuannya apa? Secara sederhana hanya satu hal yaitu jalan kebahagiaan. Di tengah-tengah promosi seluruh product di dunia ini, yang menyatakan engkau pakai product ini akan berbahagia. Engkau lakukan ini maka engkau akan berbahagia. Engkau memiliki relasi dengan ini maka engkau berbahagia. Engkau memiliki ini maka engkau berbahagia. Ada orang mengatakan bahagia adalah aku memiliki ketenaran, aku memiliki uang, aku memiliki isteri yang cantik. Pada waktu saya masih remaja salah satu hal yang saya sulit mengerti adalah kenapa orang dengan isteri cantik kemudian cerai. Bukankah itu segala-galanya dalam hidup? Dunia ini menawarkan seluruh kebahagiaan. Saudara mungkin mengatakan aku tidak percaya dengan hal itu, tetapi ketika engkau tidak mendapatkannya kenapa engkau sedih. Kebahagiaan adalah satu topik yang dibahas oleh manusia berabad-abad. Aristotle mengajarkan, kita semua harus mendapatkan the supreme good for man. Itu harus menjadi the end, the purpose and goal of our lives. Ketika kita tanya kepada Aristotle, apa the supreme good for man itu, yang menjadi end, purpose and goal of life? Yang kalau kita mendapatkan hal itu maka hidup kita mendapatkan arti (meaning of life). Dan Aristotle mengatakan happiness. Happiness akan memimpin hidup kita. Happiness akan membuat hidup kita berarti. Carilah kebahagiaan sebagai pencarian tertinggi yang utama. Jangan mencari sesuatu yang di bawah (subordinate) dari hal itu. Kebahagiaan itu dicari oleh kita semua kalau kita jujur. Tuhan tidak mengatakan itu adalah sesuatu yang salah. Kita di dunia ini bukan mencari penderitaan dan kekristenan tidak membuat saudara mencari penderitaan. Kekristenan mengajarkan kepada kita bahwa ada jalan yang disangka lurus tetapi ujungnya maut. Alkitab kekristenan mengajarkan kita mencari kebahagiaan, tetapi engkau mencari kebahagiaan dengan berusaha untuk mendapatkan uang yang banyak, menjadi terkenal, menikahi orang yang cantik, atau engkau berhasil dalam hal ini dan hal itu, Alkitab mengatakan dengan jujur engkau akan salah. Bahkan ketika engkau memiliki satu relation yang engkau pikir engkau akan bahagia dengannya engkau akan salah karena ada kehadiran dosa yang tidak terhindarkan, engkau pasti kecewa. Maka ini adalah sesuatu jalan yang engkau pikir adalah lurus tetapi ujungnya adalah maut. Engkau tidak akan bahagia dengan apapun saja yang ada di dunia ini. Apa jalan kebahagiaan menurut Alkitab? Alkitab mengatakan taatlah kepada Firman Allah. Alkitab mengajarkan di luar ketaatan kepada Firman Allah, engkau dan saya tidak akan menemukan kebahagiaan yang sejati. Sehingga di sini dikatakan: “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.” Apakah sungguh-sungguh kita mempercayai hal ini? Yang berbahagia adalah yang menaati Firman. Bahagia dan obedience tidak bisa dipisahkan. Di sini dikatakan berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Ini artinya hidupnya sehari-hari adalah belajar menaati Firman Allah. Firman Tuhan ini bukan sekedar konsumsi akademik saja, tetapi adalah practical matter. Bagi orang Ibrani mengetahui atau mengenal suatu kebenaran (truth), itu tidak dibangun sebagai philosophicalsystem. Tetapi mengetahui atau mengenal kebenaran adalah suatu respon tindakan komitmen di dalam action terhadap object atau seseorang yang kita mau tahu. Dan di dalam case Firman, maka ketika bicara berkenaan aku tahu, aku mengenal Firman, di dalam konsep orang Ibrani adalah aku memiliki tindakan komitmen di dalam action, respon di dalam keseharian terhadap Firman. Saya adalah seorang yang berkhotbah, mengajar Teologia, dan sering sekali terjebak di dalam hal ini. Ketika saya mempelajari Firman ini atau bagian-bagian Firman yang lain, saya membaca buku-buku begitu banyak. Saya membaca buku sana sini dan ketika saya sudah menyelesaikan satu topik, saya terjebak kepada satu pikiran, yaitu saya sudah mengetahui semuanya. Saya sudah mengenal topik ini. Saya terjebak kepada filosofi, I think therefore I am. Saya akan keluar dari tempat belajar saya, menjadi orang yang lain, karena saya lebih tahu daripada sebelumnya, dan saya bisa mengatakan pada saudara-saudara dan berbicara berjam-jam tentang topik itu. Tetapi konsep Alkitab bukan seperti itu. I obey therefore I am. Jadi saudara-saudara bisa mengatakan I am adalah karena saya obey. Pak Tong pernah mengatakan manusia tidak diukur dari apa yang dia makan, apa yang dia rasa, apa yang dia pikir, tetapi manusia itu diukur dari bagaimana responnya terhadap Allah dan itu adalah obedience. Poin pertama adalah bicara berkenaan dengan apakah sungguh kita mau berbahagia dan Alkitab mengatakan tidak ada jalan kebahagiaan yang lain kecuali di dalam Firman Allah dalam ketaatan. Alkitab menyatakan ketika berbicara mengenai mengetahui, mengenal itu adalah hidup di dalam ketaatan. Bukan hanya sekedar mengetahui. Meskipun GRII “dipuji karena kedalaman Firman”, perhatikan baik-baik bahwa ini tidak cukup. Ini bukan tempat kita menyombongkan diri, juga bukan tempat untuk kita bermegah. Yang menjadi tujuan adalah bukan saya itu berpikir tentang Firman, yang menjadi tujuan adalah saya boleh taat kepada Firman. Adalah benar bagaimana kita bisa obey kalau kita tidak understand, tetapi sekali lagi di dalam poin ini saya mau menegaskan ketika kita understand it is not enough. Orang-orang yang mengubah dunia bukan scholar-scholar, Phd. di dalam Teologia. Orang yang mengubah dunia adalah orang-orang yang taat menjalankan Firman yang dia tahu entah dia adalah Phd. di dalam sekolah Teologia, ataukah ibu rumah tangga yang paling sederhana. Tetapi mengerti Firman dan menjalankannya itu yang mengubah hidup dan dunia. Kenapa gerakan Reformed ada pada abad 15-17? Kenapa orang-orang Puritan itu muncul? Karena mereka memikirkan bagaimana orang-orang di bawah bisa taat kepada Firman, sedangkan Firman itu diselewengkan dari mimbar. Zaman ini kita melawan Liberal dan kita melawan penafsiran Karismatik yang liar. Melalui mimbar, melalui pengajaran yang sejati, kita tidak bisa menerima mereka. Kita berperang secara rohani kepada mereka dan kita menyatakan satu prinsip kebenaran interpretasi yang sehat dan dalam, tetapi tidak cukup sampai di sana, harus ada obedience terhadap Firman. Itu Reformed. Reformed bukan cuma cara berpikir. Sesehat apapun Teologia itu, Reformed adalah dorongan untuk kita mengabdi kepada Allah di dalam ketaatan.
Selanjutnya yang menjadi penekanan ayat-ayat ini adalah, ketika kita membaca ayat-ayat ini, misalnya saja ayat yang pertama dan yang kedua, saudara akan menemukan dan berpikir bahwa ada orang-orang yang memiliki kehidupan yang khusus, tidak seperti kita. Dikatakan hidup tidak bercela. Hidup yang menurut Taurat Tuhan. Hidup yang tidak melakukan kejahatan. Saudara akan berpikir bahwa orang-orang ini adalah orang-orang yang perfect, tidak ada cacat cela di dalam seluruh hal ketika dia menaati Firman. Itu adalah orang yang berbahagia. Tetapi mari kita melihat secara keseluruhan apa yang Alkitab katakan. Apakah Mazmur pasal 119 ini mengajarkan perfectionist? Orang yang tidak ada kesalahannya? Ketika saya pertama kali membaca ini dan saya tidak meneliti apapun saja, saya ingin cepat menutupnya karena saya tahu ini bukan saya. Saudara-saudara mungkin akan mendengarkan pembacaan Alkitab lalu akan langsung tahu, ini bukan saya. Saya adalah orang yang berkali-kali jatuh, demikian kata saudara dan saya. Ayat ini mengatakan bahwa orang ini tidak bercela. Orang ini seratus persen menurut jalan yang ditunjukkan Allah. Tetapi apakah Pemazmur menyatakan seperti ini? Jawabannya, tidak. Saya akan jelaskan nanti di dalam Mazmur ini, tetapi di dalam Alkitab secara keseluruhan akan menemukan prinsip bagaimana pergumulan menjadi seorang Kristen terhadap Firman Allah. Misalnya saja dalam Roma 7:15-23. Saya akan membacakan bagi saudara-saudara sekalian.
Kalau saudara-saudara melihat Alkitab, menyelidikinya secara luas, saudara akan menemukan bahwa setiap nabi, rasul, dan orang kudus Allah sekalipun memiliki pergumulan seperti ini. Tidak ada satu manusia pun yang hebat yang dipakai oleh Allah yang tidak ada pergumulan melawan dosa. Berkali-kali mereka jatuh, dan bahkan kejatuhannya seakan-akan begitu fatal di depan mata manusia. Kalau saudara dan saya berada di dalam cengkraman setan dan pikiran kita dikelabui oleh setan, kita akan merasa putus asa karena kita merasa bahwa kita tidak ada bedanya antara sebelum kenal Kristus dan sesudah kenal Kristus. Dan jikalau itu adalah orang-orang sekitar kita yang melihat kita, bahkan orang-orang sekitar kita akan kecewa dengan kita. Kemudian dia akan berbicara kepada orang-orang lain, atau berbicara kepada dirinya sendiri, ah suamiku sebenarnya sama saja. Oh istriku sebenarnya sama saja, tidak ada perubahan. Tidak ada pekerjaan Tuhan di dalam hidupnya. Aku kecewa dengan dia. Padahal yang sama adalah dia kecewa pada dirinya sendiri. Kita selalu tertipu dengan setan di dalam hal-hal seperti ini. Dan itu membuat hati kita kemudian jatuh. Hal itu menjegal kita dan kemudian kita akan berpikir bahwa segala sesuatunya adalah sia-sia. Roma 7, dituliskan oleh Paulus, rasul yang besar itu. Yang mendapatkan penglihatan itu, dari Saulus yang diubah menjadi Paulus, dia mengatakan kasih karunia Allah padaku tidak aku sia-siakan. Aku bekerja lebih keras daripada mereka semua, orang yang menulis hampir sebagian besar kitab-kitab Perjanjian Baru. Tetapi di dalam Roma 7, dia mengungkapkan isi hati terdalamnya. Aku menginginkan sesuatu yang baik, tetapi aku lakukan sesuatu yang berdosa, dia mengakui kejatuhannya, dia mengakui bahwa dirinya itu sering sekali dikendalikan oleh dosa. Samuel Rutherford adalah orang yang sangat agung, dia adalah orang yang menuliskan Letter of Samuel Rutherford kepada jemaatnya yang jauh di sana. Istrinya mati, anaknya mati. Di dalam satu tahun mereka berada di dalam keluh kesah yang sangat dalam, dalam kegelapan. Samuel Rutherford, ketika saudara baca, maka akan menemukan avengers di dalam spiritualitas. Semua orang memuji dia, dia begitu berani bahkan melawan pemerintahan. Tetapi di dalam satu letter-nya dia menuliskan kepada temannya David Dickson, mengatakan, orang kalau mengerti saya secara dalam, mereka pasti kecewa sama saya. Itu adalah kejujuran orang-orang kudus. Apakah ada orang yang sama sekali tidak bercela lakunya? Jawabannya adalah tidak ada. Kalau saudara-saudara melihat Mazmur 119:1-3, ini adalah sesuatu pengharapan yang jujur. Di dalam Bahasa Inggrisnya adalah berbicara bukan we, tetapi they.
They, mereka yang berjalan dengan tidak bercela, berbahagialah mereka, aku tidak. Berbahagialah mereka yang memegang perintah-perintah Allah, mencari Allah dengan segenap hati, tetapi aku ini tidak. Pemazmur mengakui bahwa satu-satunya jalan kebahagiaan itu adalah taat kepada Firman. Tetapi dia juga menyatakan bahwa dirinya bukan bagian itu. Dia berkali-kali gagal, siapakah they itu. Pemazmur tidak mengatakannya, tetapi dia tahu, bahwa memang berjalan di dalam jalan Tuhan pasti dia akan berbahagia. Ayat yang ke delapan. Aku akan, I will. Aku akan berpegang kepada ketetapan-Mu, aku tidak mau seperti ini lagi, aku akan berpegang kepada ketetapan-Mu, Firman-Mu Tuhan, aku mau berbahagia. Perhatikan ayat pertama sampai ketiga, tidak berbicara mengenai Pemazmur, dia sedang membicarakan mengenai orang-orang yang pasti berbahagia ketika taat kepada Firman. Jadi jangan tutup buku saudara, dan kemudian engkau discourage, aku bukan seperti ini. Memang mungkin engkau bukan seperti orang ayat pertama, kedua, ketiga, tetapi kita seperti Pemazmur, kita adalah orang seperti Paulus, kita adalah orang seperti Daud, kita adalah orang yang berkali-kali gagal, untuk memegang Firman Tuhan, tetapi di dalam hati kita, kita ingin berpaut kepada Firman Tuhan. Paulus menulis bagi orang Kristen yang memiliki pergumulan sehari-hari untuk taat. Paulus mau men-share-kannya secara jujur pergumulannya. Dia terbuka di hadapan Allah dan kepada jemaatnya, kepada kita semua, bahwa dia berkali-kali gagal, hatinya ingin, tetapi gagal, tetapi kejujuran itu bukan akhir segalanya. Mengakui dosa juga bukan akhir segalanya. Adalah sangat mungkin kita jujur, kita mengakui kesalahan, dan mengakui kesalahan dan dosa kita secara terbuka kepada Allah, tanpa melangkah lebih jauh lagi dari titik itu. Tanpa membuat progres untuk lebih taat dalam hidup kita. Ini adalah yang setan inginkan. Setan menginginkan ketika kita melakukan kesalahan, kita menutupi kesalahan, kita melakukan kesalahan, kemudian kita menyangkali kesalahan itu. Kita memiliki kesalahan lalu kemudian kita mengakui kesalahan itu dengan jujur. Tetapi tanpa pertobatan, apapun saja. Ayat yang ke delapan, tadi kita baca. Pemazmur berjanji ulang kepada Tuhan, dia memberikan komitmen ulangnya kepada Tuhan, dia tidak berputus asa untuk seluruh kegagalan di belakang, dia menginginkan progress, Pemazmur mengatakan aku akan melakukan Firman-Mu. Ini keputusan hati. Ini adalah resolusi di dalam hidupnya, langsung dia mengatakan, tetapi Tuhan jangan tinggalkan aku. Pemazmur tidak menyatakan bahwa Tuhan seakan-akan membawa dia ke neraka, tidak, dia sudah lahir baru. Tetapi Pemazmur mengerti, dia membuat keputusan, komitmen hati, resolusi dalam hidup, janji, tetapi dia mengatakan Tuhan Engkau tahu aku tidak bisa memegang janjiku, aku akan gagal lagi, jangan tinggalkan aku supaya aku mengejar Firman-Mu. Aku akan berpegang kepada ketetapan-ketetapan-Mu, tetapi jangan tinggalkan aku sama sekali, karena menikmati Firman-Mu, dan melakukannya adalah kuasa daripada-Mu. Luar biasa Mazmur itu. Menyatakan bagaimana manusia itu memiliki pengharapan dan kemudian dia tahu keterbatasannya.
Saya akan akhiri dengan beberapa langkah yang Calvin ajarkan kepada kita. Berdasarkan ayat ini maupun ayat-ayat yang lain, saudara akan menemukan hal ini. Calvin mengajarkan kepada kita di dalam bukunya On the Christian Life. Perhatikan beberapa hal ini. Yang pertama, tetapkan mata kita dari awal pada satu tujuan yaitu, mentaati Firman Tuhan. Itu adalah objek yang kita kejar seumur hidup. Tetapkan pada pagi hari ini matamu, tetapkan dari awal dalam hidup kita, dalam hati kita, satu tujuan, yang kita akan kejar seumur hidup. Calvin menyatakan menaati Firman Allah, Mazmur 119, Pemazmur melihat orang yang menaati Firman, berbahagia, aku mau menjadi seperti dia. Orang yang menaati Firman Tuhan, dia yang paling berbahagia, orang itu diberkati. Tetapkan mata kita hai jemaat pada satu tujuan. Apa panggilan seluruh hidup kita? Menaati Firman-Nya. Itu yang kita kejar seumur hidup.
Calvin kemudian mengatakan hal yang kedua, lakukan itu dengan hati yang sincere and simplicity. Tidak berpura-pura, tidak menipu, tidak mendua hati. Jadi itu adalah benar-benarkah saudara, saudara menetapkan hati, untuk menaati Firman dengan sincere dan simplicity.Simplicity and sincerity demikian kata Calvin adalah principal yang paling dasar, dasar dari worship God. Kalau tidak ada itu, maka seluruhnya akan sia-sia. Tetapkan tujuan dari awal taat kepada Firman Tuhan, kejar seumur hidup, dengan sincerity dan simplicity.
Hal yang ketiga, Calvin mengatakan buatlah dailyprogress yang continue setiap hari, jangan putus asa melihat hasil-hasil yang mungkin kecil. Bahkan kalau ada hal-hal yang kejatuhan, jangan putus asa, setiap effort kita tidak akan sia-sia. Poin ini, saya langsung teringat akan suatu ketika saya membaca satu buku kecil daripada Calvin, perlu melihat lagi, menaati Firman Tuhan, akan ada aliran air yang akan mendorong saudara ke belakang, ada sesuatu yang kadang-kadang menarik dan membuat saudara berbelok ke kiri dan ke kanan, ada hal-hal yang berusaha untuk menghambat saudara tetapi continue daily progress, jangan putus asa melihat hasil-hasil yang kecil. Kalau kita jatuh, ingat bahwa tidak ada yang sempurna, setan itu berusaha untuk memberikan prinsip standard yang sempurna dan menjatuhkan kita dari hal itu. Tetapi Tuhan akan memberikan kekudusannya sebagai kesempurnaanya, Dia akan membantu kita dengan Roh-Nya. Jangan putus asa. Effort kita tidak akan sia-sia dan itu adalah yang Calvin ajarkan.
Dan kemudian yang terakhir adalah, kita mengejarnya dengan menyangkal diri dan bersekutu dengan Tuhan. Saudara-saudara tetapkan mata kita pada pagi hari ini untuk mentaati Firman Tuhan. Itu adalah tujuan hidup kita. Marilah kita menjadi orang yang berbahagia. Mari kita berdoa.
GRII Sydney
GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more