Mazmur 119 (3)

30 June 2019
Mazmur 119 (3)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 119:17-24

Mazmur 119:17-24

Dalam Mazmur 119, pemazmur memuji-muji kebesaran Tuhan melalui Firman-Nya. Ketika kita bicara, “Aku mau memuji Tuhan, mau menghargai Tuhan, mau menghormati Tuhan”, maka kalimat-kalimat itu menjadi tidak berguna kecuali kita memuji Firman, mentaati Firman, membaca dan merenungkan Firman di dalam hati kita. Banyak dari kita memperlakukan Tuhan merupakan suatu pribadi yang absurd karena ketika itu dinyatakan di dalam kehidupan sehari-hari kita melawan seluruh order yang Tuhan berikan. Menaati Allah adalah menaati pemimpinmu di dalam tatanan Gereja. Tentu tidak boleh pemimpin Gereja berlaku seenaknya kepada orang-orang di bawah. Pemimpin Gereja pun harus taat kepada Allah. Seorang anak KTB harus taat kepada pemimpin KTB. Jemaat harus taat kepada pengurus. Pengurus harus taat kepada majelis. Majelis harus taat kepada Elders.Elders harus taat kepada Hamba Tuhan. Hamba Tuhan harus taat kepada Sinode. Itu adalah order yang Tuhan nyatakan. Banyak orang mengatakan bahwa aku menaati Tuhan, tetapi seringkali orang itu tidak membaca Firman Tuhan. Tidak mau meletakkan Firman Tuhan di dalam hatinya. Perhatikan, meskipun Saul begitu jahat tetapi pada waktu Saul diangkat oleh Allah di atas Daud, apakah Daud berani melawan dia? Tidak. Karena Daud tahu Allah memberikan konteks hidup kepadanya untuk taat kepada Allah melalui ketaatan kepada Saul. Kita mesti belajar hal ini. Banyak anak-anak tidak mau taat kepada orangtua. Mari kita bertobat. Banyak isteri tidak mau taat kepada suami. Apapun saja kata suami dilawan. Mengatakan itu adalah kebenaran, padahal itu adalah sesuatu pengaturan yang sangat mikro dan suatu kebohongan. Mari kita sungguh-sungguh mau belajar rendah hati kepada Tuhan. Yang di bawah itu taat kepada di atas karena yang di bawah mau menaati Allah. Tetapi yang atas tidak boleh semena-mena, harus mendoakan, mengasihi dan harus berkorban untuk yang di bawah. Ini adalah satu pengaturan yang sangat indah kalau jikalau kita mengerti prinsip ini. Bukankah kita itu memuji dan menghormati Allah. Dalam Mazmur 119 seluruh pujian dan penghormatan adalah kepada Firman-Nya. Sekali lagi kita tidak bisa memisahkan penghormatan kita kepada Allah dengan penghormatan kepada Firman-Nya.

Mazmur 119 terdiri dari 22 bait. Semuanya berbicara berkenaan dengan huruf pertama Alef, sampai pada Tav, huruf terakhir bahasa Ibrani. Mazmur 119 mau mengungkapkan segala hal pujian-pujian dan excellency Firman Tuhan dari berbagai macam sudut. Dalam bagian ketiga Mazmur 119, fokus utamanya yaitu pemazmur mengungkapkan dirinya (identity-nya). Pemazmur mendefinisikan dirinya sendiri. Siapakah dia? Dia menyatakan “hamba-Mu ini…”. Lihatlah ayat 17 dan 23. “Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada Firman-Mu.” Ayat 23, “Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.” Dalam bagian inilah baru Pemazmur menyatakan: “hamba-Mu” ini. Dalam bahasa aslinya “hamba” adalah Eved. Bagi orang Ibrani, budak bukan saja seseorang yang di bawah yang diperintah. Ketika Petrus mengatakan dalam suratnya: Dari Petrus, hamba Kristus dan juga rasul daripada Yesus Kristus. Atau saat Paulus mengatakan: Dari Paulus dan Timotius, aku ini hamba dari Yesus Kristus. Maka ini sesuatu yang dalam. Apa itu arti dari “hamba” itu? “Hamba” bukan sekedar budak, tetapi seseorang yang statusnya dan jiwanya memiliki pengabdian kepada Allah karena hormat dan cinta. Dalam jiwanya, dia tunduk kepada dan mengabdi kepada tuan-nya (Allah) karena hormat dan cinta. Pengertian ini ada dalam Keluaran 21. Jikalau ada di antara kamu yang memiliki budak Ibrani, maka Aku menetapkan demikian kata Tuhan. Budak Ibrani itu boleh bekerja kepadamu 6 tahun lamanya tetapi pada tahun yang ketujuh, engkau harus lepaskan. Tetapi, ketika budak Ibrani itu keluar, merdeka dari tuannya dan dia merasakan bahwa selama ini tuannya begitu baik, tulus, begitu mencintai, melebihi semua orang di luar sana dan dia bisa menghormati tuannya, dan dari hatinya yang terdalam budak ini mengatakan: “Aku sangat-sangat berterimakasih dan terutama aku bisa melihat cintamu kepadaku. Maka Tuan, aku kembali kepadamu, aku mau menjadi budakmu.” Itu berarti menjadi budak tuannya seumur hidupnya. Itu adalah hukum Allah untuk budak. Dan itu adalah budak di tangan tuannya. Dan itu adalah hamba Allah, budak Allah. Itu adalah kalimat ini: Lakukan kebajikan kepada hamba-Mu ini, agar aku hidup. Ini adalah konsep budak orang Ibrani. Maka ini bukan pengertian tentang rendah hati atau servant leadership tetapi ini adalah pengertian tentang “total kepemilikan”. Seseorang yang mengaku dirinya total dimiliki dan didedikasikan kepada Allah atau Yesus Kristus. Mulai saat itu, status dia tidak mungkin terpisah daripada tuannya, seluruh hidupnya milik tuannya. Seluruh tujuannya selalu bersangkut-paut dengan tuannya. Dia tidak memiliki agenda hidup di luar ikatan tuannya. Apapun yang dia lakukan dan apapun yang terjadi pada dia tidak mungkin terpisah dari tuannya. Pertanyaannya adalah apakah saudara dan saya budak Yesus Kristus dan bisa mengatakan, “Aku ini Hamba-Mu, ya Tuhan?” Tidak ada satu titik di dalam hidupmu dan hidupku yang bisa terpisah daripada Yesus Kristus. Saudara selalu berusaha untuk mengaitkan seluruh tujuan aktivitas apapun saja yang kita lakukan kepada Yesus Kristus. Di tempat yang lain, ketika berbicara berkenaan dengan budak pada zaman Yesus Kristus, budak seorang kaisar misalnya, mem-presentasikan kaisar itu dan harus diperlakukan dengan appropriate respect. Bukan karena dia hanya sekedar manusia, tetapi prinsipnya adalah apa yang orang lain lakukan kepada dia, sama dengan apa yang orang itu lakukan kepada property kaisar. Itulah sebabnya, kita mengerti ada prinsip Kristus itu kepala dan kita itu adalah tubuh-Nya. Apa yang dunia ini lakukan ketika menganiaya Gereja Tuhan yang sejati? Yang menganiaya kepala yaitu Yesus Kristus? Alkitab menggunakan berbagai macam cara untuk menyatakan bahwa apa yang terjadi kepada umat Allah adalah apa yang orang lain lakukan kepada Yesus Kristus. Bicara berkenaan dengan Union with Christ, kepala dan tubuh dan juga berbicara tentang tuan dan hamba/budak ini. Dalam ayat 17-24, kita melihat ada satu kekhususan yang sebelum ayat ini atau bagian atau perikop ini itu ada yaitu identitas Pemazmur. Dia menyatakan aku ini adalah “hamba-Mu”. Ketika berbicara berkenaan dengan “Aku ini adalah hamba-Mu” maka akan melihat ada karakteristik yang merupakan implikasi hamba-hamba Allah di dalam Firman Tuhan. Hari ini kita akan berbicara mengenai 5 hal yang ada di dalam ayat 17-24. 

Hal yang pertama, ada ketergantungan mutlak hamba ini dengan Allah yang merupakan tuannya untuk membukakan akan kebenaran Firman-Nya. Ayat 17 mengatakan: “Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada Firman-Mu.” Dengan kebaikan yang melimpah dari Tuhan saja kita bisa hidup tetapi bukan saja hidup, kita bisa continue hidup dan memegang Firman-Nya. Tanpa kebaikan-Nya kita tidak mungkin memegang Firman-Nya. Tanpa kebaikan-Nya maka kita tidak mungkin mendapatkan segala sesuatu penopangan dan penghiburan di dalam hidup ini. Matthew Henry mengatakan jikalau ini ditahan, maka kita akan mati. Jikalau Tuhan mendatangi kita bukan dengan kebaikan-Nya melainkan dengan keadilan-Nya secara ketat maka kita akan mati. Ayat 18 mengatakan: “Singkapkan mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.” Kebaikan Allah bukan saja membuat kita hidup, membuat kita bisa memegang Firman tetapi lebih dari itu, kebaikan Allah membuat kita bisa jeli akan Firman. “Keajaiban Taurat-Mu” kata Ibrani yang dipakai adalah Nip̄·lā·’ō dan ini adalah kata yang sama yang dipakai ketika Musa menuliskan bagaimana YAHWEH dengan tindakan perkasa mengeluarkan Israel keluar dari perbudakannya di Mesir. Saudara-saudara bisa mengerti Firman bagi Pemazmur itu benar-benar bukan hal yang sederhana. Ini memerlukan kuat kuasa Tuhan yang besar untuk membuat kita mengerti Firman. Karena hal inilah maka Pemazmur itu mengerti bahwa dia harus sepenuhnya bergantung kepada Allah. Dia disebut sebagai hamba Allah, hamba-Mu ini, ketika kita bertanya kenapa kamu mau mengatakan kamu adalah hamba Allah? Maka Pemazmur mengatakan karena aku bergantung sepenuhnya mutlak kepada Allah. Tanpa kebaikan-Nya maka aku tidak mungkin hidup, aku tidak mungkin bisa memegang dan mengerti Firman. Ketika kita membaca dan mengerti Firman tersebut, maka anak-anak Tuhan yang sejati akan memiliki perasaan yang remuk hati. Kita akan menyadari akan sesuatu yang ajaib yang indah itu yang Tuhan munculkan melalui Firman-Nya. Tetapi anak Tuhan yang sejati pasti akan lebih dalam lagi karena dia menyadari pada saat itu Tuhan dengan mighty power menyatakan akan sesuatu yang tadinya tersembunyi. Alkitab dengan jelas menyatakan dalam Perjanjian Baru yang membuat kita mengerti Firman itu adalah Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan Yesus Kritus keluar dari kuburan. Itu bukan kepandaian kita mengerti Firman. Dengan tepat Pemazmur mengatakan dealing dengan aku ya Tuhan dengan kebaikan-Mu, jangan dengan keadilan-Mu. Kalau Engkau datang kepadaku dengan keadilan-Mu, aku akan mati. Tetapi kalau engkau mendatangi aku dengan kebaikan, dengan mercy, dengan belas kasihan maka aku baru bisa hidup dan aku bisa memegang dan mengerti Firman-Mu. Terus melatih jiwa dengan ratapan-ratapan seperti ini. Orang-orang yang dipakai oleh Tuhan itu datang kepada Firman Tuhan dengan tangisan, dengan airmata, karena meskipun di satu sisi kita tahu bahwa kita diterima oleh Allah Bapa karena pekerjaan Allah Anak, tetapi di tempat yang lain hal seperti ini secara rohani terus menerus harus digumulkan.

Saudara tidak bisa take it for granted tata keadilan Allah itu diubah menjadi tata kasih karunia karena pekerjaan Kristus demikian kata Ibrani. Itu adalah pekerjaan Tuhan yang sangat mulia. Kalau kita datang kepada Firman kepada Allah di dalam Firman-Nya untuk mengerti Firman-Nya, kita harus menyadari Dia berhak diam. Dia berhak untuk tidak mengatakan Firman-Nya kepada kita. Berkali-kali dalam hidup saya, saya gagal di dalam hal-hal seperti ini. Berkali-kali di dalam hidup saya, saya membaca Firman dengan cepat. Saya membaca Firman dengan seadanya. Dan ketika saya membaca Firman dengan seadanya dan saya membaca Firman dengan cepat, saya tidak memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada Firman. Saya lari berlalu saja ketika membaca Firman. Saya tidak memberikan prime time saya, perhatian dan konsentrasi penuh saya kepada Firman. Padahal di dalam isi hati nurani, saya menyadari pada waktu itu Tuhan berbicara kepada saya. Dia layak untuk diam, Dia layak untuk tidak mengatakan apapun saja. Karena Dia itu begitu hormat, begitu berharga, begitu mulia, dan perkataan-Nya itu berharga. Dia berkata kepada salah satu nabi-Nya, Aku tidak akan membiarkan Firman-Ku itu jatuh ke tanah. Berapa banyak dari kita hanya dealing setengah hati terhadap Firman. Ketika Dia mau membukakan diri-Nya kepada kita, tetapi kita bahkan tidak memiliki satu konsentrasi pun kepada Dia. Padahal seorang manusia yang begitu sangat hina ini tidak memiliki hak apapun saja untuk Tuhan itu berbicara kepada kita. Dan kalau Dia berbicara kepada kita dan kita bisa mengerti, kita bisa terpesona dan kita bisa takluk akan Dia, maka itu adalah pekerjaan the Mighty Power yang sangat ajaib. Firaun mendengarkan suara Allah melalui Musa. Orang-orang Israel pada waktu itu mendengarkan suara Yesus Kristus. Tetapi Yesus Kristus mengatakan angkatan ini akan Aku buat seperti ini: Mendengar tetapi tidak bisa mengerti. Oh itu membuat suatu kegentaran bukan? Kita mendengar tetapi tidak mengerti, melihat tetapi tidak bisa menanggap. Ini adalah suatu hukuman bagi kita. Salah satu hal yang kita harus latih dalam kehidupan kita sehari-hari adalah menghormati Firman, menghormati ketika kita datang kepada Allah di dalam membaca Firman-Nya, menyadari bahwa Dia berhak diam.

Hal yang kedua, hamba Tuhan ini memiliki kehausan akan Firman. Ayat yang ke-20 mengatakan: “Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu.” Mathew Henry mengatakan ini adalah habitual temper of every sanctify soul. Kalau saudara mau tahu apakah kita bertumbuh di dalam proses pengudusan, salah satu hal yang utama yaitu: Apakah ada kehausan akan Firman? Ini adalah tanda pertumbuhan rohani yang sehat, bukan curiosity hanya untuk masalah-masalah teologi. Mari melihat ayat Mazmur 119:131, “Mulutku kungangakan dan megap-megap karena aku mendambakan perintah-perintah-Mu.” Ini berbicara berkenaan tentang kehausan yang begitu dalam. Salah satu hal yang paling mudah untuk kita mengukur apakah kita sedang bertumbuh maju atau mundur di dalam kerohanian adalah satu hal: Apakah kita makin hari makin memiliki kehausan akan Firman? Bukan kehausan akan pelayanan, bukan kehausan untuk untuk debat teologis, tetapi kehausan akan Firman. Apakah kita seperti Pemazmur mengatakan: Seperti rusa merindukan sungai demikian jiwaku merindukan-Mu ya Allah. Seperti pengawal yang mengharapkan pagi hari maka jiwaku mengharapkan Engkau ya Allah. Abraham Kuyper pernah mengatakan bahwa rusa itu, waktu musim kering, mencari air dan dia biasa mendapatkan air di sungai itu. Tetapi ketika dia sampai ke tempat itu kemudian seluruh tempat itu kering. Lalu dia mulai menaiki gunung, dia berpikir bahwa naik lebih tinggi maka dia akan mendapatkan sumber mata air. Sampai ke puncak yang paling tinggi yang dia bisa naik, dengan seluruh kelelahannya karena naik berjam-jam, hausnya itu bertambah-tambah, dengan kekuatannya yang terakhir dia naik, tetapi tidak ada satu tanda pun bahwa ada air di situ. Maka kemudian dia menengadah ke langit, dan saudara bisa lihat air matanya mulai turun, dan dia memekikkan suaranya ke langit, membelah tali suara di belakang lidahnya, kenapa dia melakukan itu? Karena dia tahu sebentar lagi dia pasti mati. Kiranya Tuhan membentuk ini dalam hidup kita. Bukan saja membaca Firman, tetapi setiap kali datang kepada Tuhan dan membaca Firman-Nya saudara dan saya menyadari, Tuhan berfirmanlah, berkata-katalah, tanpa Engkau berkata-kata saya mati. Have mercy on me, the Son of David. Perempuan Sirofenesia itu datang mendekat kepada Yesus Kristus, dan semua murid-Nya mengusir dia, dia terus maju, dia ignore seluruh hinaan. Karena dia tahu jiwanya membutuhkan satu hal, bukan perkataan manusia, satu kalimat dari Tuhan, katakan kepadaku. Hancur hatiku karena merindukan hukum-Mu setiap waktu.

Hal yang ketiga adalah hamba Tuhan ini berlindung kepada Tuhan di dalam Firman-Nya. Ayat ke-22: “Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan sebab aku memegang peringatan-peringatan-Mu.” Saya akan masukkan poin kelima di dalam poin ini. Hamba Tuhan ini di dalam ayat 17-24, saudara-saudara tidak akan mendapatkan di dalam ayat 1-16 adalah dalam keadaan dia dilawan, dia dihina, dia dicela oleh dunia. Saudara akan melihat bahwa seorang hamba Tuhan, ketika saya berbicara tentang hamba Tuhan itu bukan satu status bukan satu posisi seperti kami, tidak semua hamba Tuhan itu hamba Tuhan, banyak jemaat yang hanya jemaat tetapi sebenarnya memiliki jiwa hamba Tuhan. Sekali lagi hamba Tuhan adalah seseorang yang hidupnya didedikasikan bagi Allah, seorang budak bagi Allah, dimiliki sepenuhnya oleh Allah, dan di dalam hatinya hanya memiliki Allah, di dalam 17-24 ini dilawan oleh dunia. Ada kata-kata yang digunakan disini seperti misalnya ayat ke-19, aku ini orang asing di dunia, dia diasingkan. Ayat ke-22, gulingkan dari atasku cela dan penghinaan, dia dicela dan dilawan oleh dunia. Ayat ke-25, adalah bagian dari bait yang keempat, di situ dikatakan jiwaku melekat kepada debu, itu artinya bahwa dia dihina, direndahkan sedemikian oleh dunia. Ayat ke-28, jiwaku menangis karena duka hati. Ayat ke-29, jauhkanlah dusta daripadaku. Semua orang-orang itu membuat dia menderita. Salah satu tanda hamba Tuhan yang sejati, adalah adanya penderitaan, tantangan dari dunia kepada kita. Ada satu kalimat dari buku yang pernah saya baca, dia mengatakan tepat seperti ini: Jikalau engkau tidak pernah merasakan penderitaan dari dunia, jikalau engkau tidak pernah dicela oleh dunia, jikalau engkau tidak pernah dilawan oleh dunia, sangat mungkin karena engkau adalah anak dunia dan bukan anak Allah. Atau yang kedua adalah: engkau mengikuti Yesus dari jauh.

Hamba Tuhan ini bagaimana ketika dia dilawan oleh dunia, dia bisa mempertahankan dirinya, yaitu dengan berlindung kepada Firman. Saya ingat akan film the Passion of the Christ. Yang pertama adalah di dalam Passion of the Christ itu ada satu perempuan yang kedapatan berzinah. Kemudian dibawa oleh orang-orang Yahudi, sebagian besar ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk kemudian diletakan di depan Yesus Kristus. Dan perempuan ini tertunduk di dalam debu, dimaki-maki oleh ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Air matanya bercucuran, dosanya sudah ketahuan, dan sebentar lagi maka kalimat-kalimat ahli Taurat dan orang-orang Farisi akan menghancurkan dia dan apakah yang menjadi pengharapannya? Di tempat mana dia bisa berlindung? Tetapi perempuan yang berzinah itu diampuni oleh Yesus Kristus dan semua orang Farisi dan ahli Taurat tidak bisa bertentangan lagi dengan Kristus karena mereka kalah debat dan mereka semua pergi, dan jiwa dan tubuh perempuan itu diselamatkan oleh perkataan Yesus Kristus. Suatu hari Maria dari Betania, Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, mengambil minyak yang paling mahal, minyak narwastu itu, dan mengurapi Yesus dari atas sampai ke bawah, saat itu, pertama- tama Yudas dan seluruh murid-Nya mengikuti Yudas menghina perempuan ini. Salah mengerti perempuan ini. Dengan motivasi-motivasi yang berbeda mereka mengeluarkan suara yang sama, mengatakan perempuan ini bersalah. Tetapi yang sangat indah dari cerita itu adalah, maka Maria diam, dia tidak berargumentasi dan mengatakan: saya benar motivasinya. Dia tidak mengatakan kepada para murid-murid-Nya: ini uang saya, you tidak punya bisnis apapun dalam hal ini. Dia tidak sama sekali argue tentang hal ini. Apa yang dikerjakannya adalah diam. Ini adalah satu jiwa yang sangat indah, jika kita melatih jiwa kita untuk diam terhadap semua orang dan menunggu perkataan Allah kepada kita. Kepada Dia-lah kita berlindung. Kepada perkataan-Nyalah kita berlindung. Kepada Firman-Nyalah kita berlindung. Perempuan ini diam, dan perlindungan Kristus itu sampai dan seluruh musuhnya terporak-poranda. Tuhan mengatakan jangan ganggu perempuan ini. Dia melakukan untuk persiapan hari penguburan-Ku. Oh, saya melihat bagian-bagian perempuan-perempuan di dalam Alkitab. Perempuan yang bisa mengatup mulutnya, dia bisa diam, selalu ada keindahan. Ada perempuan Sirofenesia, yang tadi saya katakan, diusir-usir dia diam. Perempuan yang berzinah dihina dicela dia diam. Maria di hadapan seluruh murid yang menentang dia, pemimpin gereja, dia diam. Apa yang ditunggu oleh semua orang itu? Pemazmur mengatakan, maka ambil dari cela itu karena aku memegang dari peringatan-Mu. Hamba Tuhan ini dilindungi dalam Firman Tuhan.

Hal yang keempat, hamba Tuhan ini confidence, memiliki kepercayaan diri karena Firman Tuhan. Ayat 23, sekalipun pemuka-pemuka duduk melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Perhatikan baik-baik prinsip ini, biarlah kita boleh mengajarkan ini kepada jiwa kita. Biarlah confidence kita, self-esteem kita bukan kepada self itu, bukan kepada kekayaan, tetapi kepada satu hal yaitu ketaatan kepada Firman. Apa confidence hidup kita? Yaitu jika saudara bisa mengevaluasi diri dan saudara bisa menemukan ketaatan kepada Firman. Oh, setiap kali kita berada di dalam kebingungan, perbantahan, setiap kali setan mau menggocoh kita, maka saat itu kita tidak memiliki pegangan. Kemudian kita berlutut di hadapan Tuhan dan kita mengevaluasi diri apakah benar apakah mungkin keputusan-keputusan hidupmu itu sudah salah. Maka saudara akan tahu bahwa Tuhan akan meneguhkan anak-Nya dengan satu kesaksian ini, yaitu apakah orang ini menaati Firman Tuhan sebelumnya. Rahasia confidence. Itulah sebabnya saudara bisa menemukan orang-orang seperti Paulus, yang berani berhadapan dengan raja Agripa. Saudara bisa menemukan Yohanes Pembaptis bagaimana dia berhadapan dengan semua pejabat agama pada waktu itu. Saudara bisa melihat Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego bagaimana saat mereka dijebak kemudian diadili dan harus masuk ke tungku perapian. Seluruh mereka memiliki confidence. Anak Tuhan yang sejati akan memiliki confidence meskipun mereka tidak terlalu kuat karakternya di dalam. Kalau dia berjalan di dalam Firman Tuhan, maka dia memiliki kepercayaan itu. Dia tidak akan mundur, dia akan maju, dia tidak akan terkalahkan.

Hari ini, kalau saudara yakin sekali kalau di dalam diri anda adalah anak Tuhan yang sejati, kita akan terbagi menjadi dua. Ada orang-orang yang berjalan di dalam ketaatan dan saudara mendapatkan sejahtera sama dengan Tuhan saat ini, saudara berjalan di dalam ketaatan, saudara memegang kesucian Tuhan, saudara terus mengatakan kepada Tuhan bahwa, Tuhan bentuklah aku dan aku rela taat kepada-Mu. Dan saudara akan menjadi satu orang yang memiliki kekuatan di dalam hati yang keluar, saudara firm bukan karena karakter saudara tetapi saudara menyadari itu karena Tuhan menyertai saudara di dalam ketaatan saudara melakukan Firman-Nya. Atau orang yang kedua, saudara adalah anak Tuhan, tentu diselamatkan tetapi saudara duduk di sini dengan gundah gulana, dengan suatu trouble di dalam hati saudara karena saudara menyimpan dosa. Dan saudara tidak berani sebenarnya, tidak memiliki keteguhan, saudara dan saya tidak berjalan dalam kesucian, tidak berjalan dalam penghormatan kepada Tuhan. Saudara tidak memiliki confidence di dalam Firman. Mari kita bertobat. Karena confidence kita hanya ada di dalam Firman. Saudara memiliki uang seberapa banyak pun tidak dapat membangun ini dalam diri saudara. Saudara pemimpin di dalam gereja, majelis ataupun elders di dalam gereja saudara tidak memiliki keteguhan di dalam diri saudara. Saudara pemimpin KTB ataupun majelis atau apapun itu tidak bisa firm di dalam diri saudara karena Alkitab mengatakan, jikalau kita sungguh-sungguh hamba Allah, orang-orang yang dimiliki oleh Allah, ditebus oleh Yesus Kristus maka Allah akan mengajarkan kepada kita confidence kita bukan berdasarkan segala sesuatu di dunia ini, tetapi berdasarkan satu hal ini yaitu perkenaan Allah kepada hidup kita di dalam ketaatan kita kepada Firman. Kiranya Tuhan boleh mendidik kita. Kiranya Tuhan boleh mengarahkan seluruh hidup kita melalui Firman-Nya.


Matius 6:9-13
 
 

Matius 6:9-13
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more