Yudas

4 August 2019
Yudas
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Matius 26:20-25; Matius 26:47-50; Matius 27:1-5

Matius 26:20-25; Matius 26:47-50; Matius 27:1-5

Beberapa tahun yang lalu Pdt. Stephen Tong pernah mengatakan, dia melihat Andrew Gih dipanggil berkotbah, dan judul kotbahnya adalah Kebahagiaan Yudas. Ini adalah suatu tema khotbah yang tidak pernah didengar sebelumnya, saya tidak tahu apa yang Andrew Gih khotbahkan, tetapi saya melihat Alkitab dan saya menyetujui kalimat dia. Siapa salah satu orang yang paling berbahagia di dunia ini? Yudas! Tetapi siapa orang yang paling ironi (tragedi) dalam dunia ini? Adalah Yudas! Hari ini saya akan berkhotbah berkenaan dengan kebahagiaan dan kegagalan Yudas.

Hidup kita cuma satu kali dan setelah hidup itu berakhir maka orang-orang setelah kita akan menilai hidup kita. Kita akan menjadi contoh hidup orang-orang setelah kita. Tetapi masalahnya adalah contoh yang baik atau contoh yang buruk? Pasti kehendak Allah tergenapi, tetapi kehendak Allah di dalam kebenaran atau kehendak Allah di dalam murka-Nya? Biarlah kita boleh sungguh-sungguh mendidik jiwa kita dengan takut dan gentar, karena di dalam Alkitab dengan jelas ada orang-orang yang diselamatkan oleh Tuhan dan ada orang-orang yang dihancurkan. Salah satu orang yang dihancurkan adalah orang yang mendapatkan begitu banyak anugerah tetapi tidak menyadari anugerah itu dan membuangnya. Perhatikan kalimat ini, penghakiman Allah akan datang kepada kita, bukan saja karena kita melakukan dosa (kejahatan), murka Tuhan datang kepada kita adalah juga karena kita membuang-buang anugerah.

Di dalam Alkitab saudara akan menemukan tragedi. Apa itu tragedi? Bagi saya, tragedi terbesar adalah jikalau seseorang sudah mendapatkan anugerah yang besar kemudian membuang anugerah tersebut. Adam, Israel, Esau adalah contoh tragedi yang besar. Di sini Yudas adalah salah satu tragedi yang terbesar. Yudas, itu adalah nama yang besar. Beberapa ratus tahun sebelumnya, ada seorang bernama Yudas Maccabeus. Dia adalah seorang hero Israel, yang memimpin pasukan melawan Antiochus Epiphanes, raja Yunani yang ingin menghancurkan Israel. Nama Yudas sendiri adalah satu core dari Yehuda. Bangsa Israel dan agama Israel, bukankah namanya Judaism? Tetapi ironi terbesar juga datang di dalam nama ini. Saudara akan menemukan dalam Alkitab berbagai macam anugerah demi anugerah diberikan Allah kepada Yudas. Kita akan melihat beberapa anugerah yang begitu jelas diberikan Allah kepada Yudas.

Yang pertama,Yudas mendapatkan panggilan langsung dari Yesus Kristus untuk hidup bersama-sama dengan Yesus. Ini adalah salah satu yang paling membahagiakan di dunia. Banyak orang menginginkan dipanggil oleh Allah menjadi hamba Tuhan dan banyak orang, ketika menggumuli panggilan menjadi hamba Tuhan, ragu-ragu, tidak jelas, apakah benar Tuhan memanggil aku? Tetapi Yudas lain, Yudas mendengarkan sendiri dengan telinganya Yesus Kristus memanggil, “Yudas, ikutlah Aku.” Bukan itu saja, bandingkan Yudas dengan seluruh nabi. Seluruh nabi menyatakan dengan sukacita kapan Mesias itu akan dilahirkan. Abraham bersukacita melihat hari Yesus Kristus. Semua nabi-nabi Perjanjian Lama, Abraham, Ishak, Yakub, Amos, Hosea, Yesaya, Yehezkiel, Yeremia, Daud, memandang hari dari pada Yesus Kristus. Kapan Mesias datang? Mereka kemudian memprediksi, bernubuat tentang hari itu, bernubuat tentang Pribadi orang tersebut. Semuanya mengharapkan ratusan tahun di depan. Sedangkan Yudas tidak, Yesus sendiri berbicara di telinganya. Yudas bukan melambaikan tangannya menanti Mesias, Yudas dengan tangannya menyentuh Yesus. Yudas bukan mengharapkan Yesus, Yudas melihat Yesus sendiri. Yudas bukan bernubuat, dia mengecap seluruh kehidupan Yesus di dalam hidupnya. Ribuan tahun nabi-nabi menunggu Yesus, tetapi Yudas ada di tengah-tengah dengan Yesus Kristus. Apakah ini bukan anugerah yang besar? Ini adalah sesuatu kebahagiaan yang tertinggi yang boleh ada di tengah-tengah dunia. Bertemu dengan Anak Allah yang inkarnasi, Pribadi yang paling suci dan agung, yang akan disembah oleh jutaan manusia, yang nantinya seluruh dunia akan berlutut kepada Dia.

Tetapi banyak orang di tengah-tengah anugerah yang besar tidak tahu itu anugerah, sampai anugerah itu diambil dari padanya baru dia sadar ini anugerah. Pada waktu anugerah itu sudah diambil, maka Yudas baru sadar dia sudah menjual Yesus dengan 30 keping perak dan dia kemudian menyesal, tetapi Alkitab menyatakan dia tidak bisa kembali. Perhatikan kalimat ini, jikalau kita tetap pada dosa maka sampai pada satu titik bahkan kita tidak bisa kembali. Menyesal pun tidak kembali. Kalau Tuhan sudah mencabut waktu itu, aku mau kembali sudah tidak bisa. Esau menjual hak kesulungannya, apakah bisa kembali? Tidak. Israel sudah membuang Yesus Kristus, Yesus mengatakan, “Israel, engkau tidak tahu bahwa Tuhan itu mengunjungi engkau.” Tetapi apakah mereka kemudian bisa memegang Yesus kembali? Tidak. Kalau dosa itu dipelihara, Alkitab menyatakan ada kemungkinan tidak bisa kembali lagi, menakutkan.

Yang kedua,Yudas melihat langsung mujizat-mujizat yang Yesus lakukan. Suatu hari Yesus bersama dengan murid-murid-Nya di tengah-tengah danau. Air danau itu bergejolak, angin bertiup keras, kemudian Yesus berdiri dengan postur tegap dan suara tegas, berkata, “Diam.” Seluruh angin dan ombak taat. Yudas melihatnya. Tuhan berbicara kepada alam yang diciptakan. Suatu hari Yudas melihat Yesus mengangkat 5 roti dan 2 ikan, yang dipersembahkan oleh seorang anak kecil. Orang di sekeliling-Nya ada 5.000 laki-laki. Yesus mengucap syukur kepada Tuhan, kemudian membagi-bagikan roti itu dan 5.000 orang semuanya makan dengan kenyang, masih sisa 12 bakul. Yudas melihatnya, ada di situ, ikut membagi-bagikan roti itu. Suatu hari Yudas melihat Yesus di depan kuburan Lazarus mengatakan agar kuburan itu dibuka. Kemudian Dia berbicara dengan suara lantang, “Lazarus, bangkit!” Kemudian Lazarus keluar. Seluruh mujizat yang spektakuler itu ada di depan mata Yudas, tetapi apakah dia percaya? Apakah dia bisa melihat keagungan Yesus? Apakah dia takut kepada Allah? Jawabannya adalah tidak. Perhatikan prinsip ini, mujizat tidak serta-merta membuat kita menghormati Allah. Banyak orang berada dalam penderitaan, kesulitan, malah memiliki takut akan Allah yang bertumbuh. Tetapi banyak orang mendapatkan mujizat-mujizat dan kelimpahan, makin tidak takut kepada Tuhan. Mintalah kepada Tuhan, berikan kepadaku takut akan Engkau, biar aku boleh mengenal Engkau.

Yang ketiga, Yudas melayani bersama-sama dengan Yesus Kristus. Bersama-sama dengan para murid lainnya, bahkan dia mempraktekkan mujizat-mujizat yang diberikan Yesus kepada dia. Matius 10 menyatakan bahwa Yesus Kristus memanggil para murid-Nya, ada 70 murid, lalu Yesus mendoakan mereka dan mengutus mereka. Mereka pergi berdua-dua ke desa-desa dan kota-kota, memberitakan Injil dan membuat mujizat. Di mana-mana seluruh murid Yesus membuat mujizat. Kemudian mereka kembali dan berkata, “Yesus, bahkan setan-setan takut di dalam nama-Mu. Setan itu takluk di dalam pelayanan kami.” Yesus berkata, “Jangan engkau berbahagia karena setan itu takluk kepadamu, tetapi berbahagialah karena namamu terukir di surga.” Ini mau menyatakan keberhasilan pelayanan, sehebat apa pun saja adalah lebih rendah dari anugerah Union with Christ di dalam Yesus Kristus. Tetapi yang lebih indah dari perikop ini adalah, sebenarnya Yesus sendiri tidak dipercayai dari kampung ke kampung. Ketika membaca ini, hati saya tergerak, Dia mengutus murid-Nya dan murid-Nya itu berhasil. Dia pergi sendiri memberitakan Injil ditolak di mana-mana. Saya tidak tahu bagaimana cara kerja Allah, kadang Allah memberikan diri-Nya begitu sangat rendah hati kepada kita. Sekali lagi, keberhasilan pelayanan itu bukan segala-galanya. Kadang Tuhan memberikan keberhasilan, kadang Tuhan memberikan kegagalan, biarlah terpujilah nama Tuhan.

Yang keempat,Yudas mendapatkan Guru terbaik sepanjang sejarah dunia berputar. Dia langsung mendengarkan kalimat-kalimat pengajaran hikmat dari pencipta alam semesta. Yesus bukan saja Guru, Yesus adalah Imam dari segala imam, Nabi di atas segala nabi, Gembala di atas segala gembala, Raja di atas segala raja, counsellor di atas segala counsellor. Seluruhnya itu disandang oleh Yesus Kristus. Dia adalah satu-satunya pribadi yang paling berhikmat di seluruh dunia. Dia adalah sang Hikmat itu sendiri. Kalimat-Nya adalah terang, kehidupan, yang tidak didapati dalam Socrates, Plato, Aristotle, Konghucu, Muhammad. Mereka semua adalah manusia, meskipun terlihat mulia tetap ada dosa.

Jikalau saudara-saudara melihat satu metode pembelajaran, maka kalimat manusia itu tidak semuanya sama. Ada kalimat yang rendah, ada kalimat yang mulia, ada kalimat yang biasa, ada kalimat yang revolusioner. Kalimat Yesus Kristus sangat-sangat tertinggi. Taksonomi Bloom menyatakan ada enam tingkat dari kalimat: knowledge, comprehensive, applicative, analytical, synthesis, dan evaluation. Sepandai-pandainya kita, hanya sampai analytical thinking saja. Hanya orang-orang tertentu di seluruh dunia yang masuk ke dalam sintesa, apalagi masuk ke dalam kalimat evaluasi. Sintesa itu seperti memerah bunga kemudian menjadi parfum, mendapatkan inti sarinya. Ada satu kalimat sintesa yang sangat terkenal, serenity prayer, ditulis oleh Reinhold Niebuhr: “Tuhan berikan aku kekuatan untuk berjuang agar dapat mengubah hal-hal yang aku bisa ubah, Tuhan berikan aku kerelaan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa aku ubah, dan Tuhan berikan aku hikmat untuk membedakan keduanya.” Ini adalah kalimat sintesa, muncul dari orang yang sudah mengerti teologia dan asam garam. Ada suatu paradoxical di dalamnya dan kemudian dia mengucapkan sesuatu, menjadi satu kalimat yang di dalamnya saudara melihat keindahan paradoks itu. Kalimat sintesa yang lain: “Tidak ada seorang pun yang menyukai kegelapan, tetapi diperlukan kegelapan untuk melihat bintang.” Ini adalah sesuatu yang mencegangkan, orang bisa mendapatkan hikmat seperti itu. Tetapi lebih daripada kalimat sintesa adalah kalimat evaluasi. Kalimat evaluasi adalah sekali kalimat itu keluar, seluruh umat manusia berada di bawah kalimat dia. Di dunia ini hanya beberapa orang yang sanggup untuk mengatakan kalimat-kalimat evaluasi. Misalnya saja Richard Niebuhr, saudara dari Reinhold Niebuhr, di dalam buku kecilnya Christ and Culture, dia menyatakan lima hubungan gereja dan kebudayaan. Sepanjang Adam dan Hawa sampai Yesus Kristus datang, setiap gereja khususnya yang mau bermisi, tidak bisa tidak pasti mengadopsi salah satu poin dari dia. Ada lima poin yang dia nyatakan di dalam Christ and Culture, yaitu: Christ againt Culture, Christ above Culture, Christ and Culture in paradox, Christ of Culture dan Christ transform Culture. Apa pun ministry yang kita punyai, pasti masuk di dalam salah satunya. Pdt. Stephen Tong pernah mengucapkan satu kalimat evaluasi: “Manusia itu diukur bukan dari apa yang dia pikirkan, manusia itu diukur bukan dari apa yang dia rasakan, manusia itu diukur bukan dengan apa yang dia makan, manusia itu diukur hanya dari satu, yaitu responsnya di hadapan Allah.” Bagaimana dia react before God. Mulai Adam sampai Nebukadnezar, sampai perdana menteri, presiden, sampai kapan pun saja, semuanya tunduk pada satu kalimat ini. Kalimat-kalimat Yesus Kristus adalah sangat tinggi, yang tertinggi. Apakah Dia adalah seorang profesor sosiologi atau seorang agamawi atau seorang revolusioner atau seorang Nabi atau seorang Imam? Digabungkan seluruhnya Dia tetap lebih tinggi daripada siapapun. Setiap kalimat demi kalimat-Nya adalah hidup dan terang. “Akulah jalan, kebenaran, kehidupan. Tidak ada satu orang pun yang sampai kepada Bapa selain melalui Aku.” Seluruh kalimat-Nya melebihi daripada evaluasi. Suatu hari, Yesus Kristus sedang berkhotbah di depan 12.000 orang. Khotbah-Nya makin lama makin keras dan satu persatu orang meninggalkan Dia, hingga tinggal hanya 12 murid-Nya. Murid-Nya datang kepada Dia, berpikir mau menghibur Dia. Tetapi sebelum mereka mengucapkan satu kalimat, Yesus Kristus mengatakan, “Apakah engkau tidak mau pergi juga?” Ini sesuatu hal yang luar biasa, Yesus tidak membutuhkan manusia, tidak membutuhkan approval manusia. Apakah engkau tidak mau pergi juga? Dia menantang murid-murid-Nya. Tetapi Petrus yang mengerti pribadi Yesus Kristus mengutarakan satu kalimat, “Kepada siapa kami harus pergi Tuhan? Kalimat-Mu itu adalah hidup yang kekal”. Bukan knowledge, bukan comprehensive, bukan aplikasi, bukan analitikal, bukan sintesa, bukan evaluasi, tetapi hidup yang kekal. Dan Yudas mendengar itu. Yudas mendengarkan pengajaran-Nya. Apakah itu tidak berbahagia?

Yang kelima, Yudas bukan saja dipanggil untuk melayani, dia mendapat jabatan sebagai bendahara. Dia mengatur segala keuangan Yesus Kristus. Ini hal yang signifikan. Seseorang diangkat menjadi bendahara adalah seorang yang dipercaya oleh orang yang di atasnya atau oleh organisasi. Tetapi ini mau menyatakan bagaimana kehancuran dari hati manusia. Tadinya murni lalu menjadi tidak murni. Pdt. Stephen Tong pernah berkata: “Siapa orang yang pertama kali menjadi hamba Tuhan hatinya tidak murni?” Tidak ada. Seluruh orang mau jadi hamba Tuhan selalu mau maju ke depan dengan air mata, mau mendedikasikan hidupnya yang satu kali untuk melayani Tuhan. Seluruhnya murni. Tetapi setelah beberapa tahun mulai cabang hati, kemudian keinginan hatinya menuju kepada uang, kemudian teologinya berubah, semangatnya hilang, dan menjadi kompromi dengan jemaatnya. Suatu hari Yudas berada di rumah Maria dari Betania ketika Maria mengurapi Yesus dengan parfum yang mahal dari kepala sampai ke kaki. Yudas berkata, “Untuk apa pemborosan ini, lebih baik uangnya diberikan kepada orang miskin.” Dia mulai mengkritik dan mengatakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dirinya. Ini adalah tanda kerusakan rohani.

Yang keenam, Yudas mendapatkan kelompok yang terbaik. Sebelas murid Yesus adalah pilar jemaat. Gereja dibangun di atas dasar para Rasul dan para Nabi. Siapakah para Rasul itu? Adalah 12 murid Yesus. Mana ada lagi kelompok yang terbaik di seluruh dunia sepanjang hidup selain 12 orang ini. Perhatikan bagaimana Tuhan memakai 11 orang ini setelah Yudas gugur. Lalu 11 orang itu ditambah dengan Matias, ditambah lagi dengan Paulus menjadi 13 dan ditambah dengan Roh Kudus. Maka hanya 13 orang mengguncangkan seluruh dunia. Ini melebihi daripada tentara Alexander the Great atau pasukan Genghis Khan. Tanpa pedang, tanpa uang, tetapi dengan proklamasi Injil menaklukkan satu hati demi satu hati di seluruh dunia. Mana ada kelompok yang lebih baik, yang lebih diurapi dari ini? Kalau saudara melihat orang-orang Puritan, sekitar 2.000 orang yang bergerak untuk Kristus. Maka semua church historian mengatakan ini adalah satu kebangunan yang tidak pernah ada sebelumnya, tidak bisa disaingi; kecuali oleh 12 murid ini. Puritan sehebat apapun tetap kalah daripada seluruh murid Yesus Kristus. Kelompok yang terbaik, tetapi Yudas membuang privilege ini.

Sekarang saya akan bicara berkenaan dengan kegagalan Yudas. Secara Reformed Theology maka segala sesuatu ada di dalam kedaulatan Allah dan segala sesuatu itu diselamatkan atau tidak diselamatkan, ditentukan di dalam kekekalan dan itu dinyatakan di dalam Alkitab. Tetapi mana orang yang diselamatkan dan mana yang tidak diselamatkan maka saudara dan saya bisa mengertinya dari cirinya. Kita akan melihat ciri dari kegagalan Yudas. Saya akan berbicara mengenai tiga hal saja.

Hal pertama,cara pandangnya adalah uang. Saudara perhatikan kalau saudara melihat dan menilai apapun saja yang pertama dan yang utama adalah uang, kita harus hati-hati. Itu bukan dosa yang sama dengan dosa seks atau dosa pembunuhan. Paulus adalah seorang pembunuh tetapi dia adalah orang yang diselamatkan. Daud jatuh terpeleset dalam berzinah tetapi dia adalah orang yang diselamatkan. Saya tidak katakan kalau boleh membunuh atau seenak-enak saja dalam hidup seks. Kalau orang mempermainkan kalimat-kalimat itu, itu juga di dalam Alkitab adalah orang yang binasa. Tetapi di dalam Alkitab jelas ada pembunuh yang kemudian diselamatkan. Ada pemungut cukai yang kemudian diselamatkan. Ada orang yang asli di dalam Yesus Kristus kemudian jatuh di dalam dosa seksual. Tetapi di dalam Alkitab saudara perhatikan, jikalau orang tersebut cara pandangnya adalah uang, orang tersebut pasti binasa! Ananias Safira adalah orang binasa. Bileam adalah orang binasa. Dan di sini, Yudas adalah orang binasa. Dia melihat segala sesuatunya dari urusan profit. Alkitab dengan jelas menyatakan: “Engkau tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, pilih Allah atau pilih mamon.” Apa pun saja yang dilihat oleh Yudas selalu bicara berkenaan dengan uang. Dia bahkan mencintai uang itu dengan mencuri uang. Dia mengritik orang lain yang melayani Yesus dengan uang. Uang sebanyak ini untuk apa Maria? Kamu buang-buang saja parfum yang mahal ini. Engkau bisa jual lalu dibagi untuk orang miskin. Uang adalah berkat Tuhan yang rendah. Tuhan bisa bekerja, bisa memberkati orang tanpa uang. Jikalau Tuhan mau bekerja dan seseorang tidak mau berbagian dengan uangnya, Tuhan akan membangkitkan orang lain yang memberikan uang kepada-Nya. Selalu berharap kepada Tuhan. Kitab Mazmur menyatakan Tuhan memberikan kecukupan makanan kepada orang ketika orang itu tidur. Yudas menjual Yesus Kristus dengan harga 30 keping perak. Dia menjual kebenaran, menjual kekudusan dengan uang. Salah satu ciri orang tidak diselamatkan yaitu selalu uang menjadi sesuatu yang paling dalam di dalam hatinya. Uji diri saudara, kalau itu sungguh-sungguh ada di dalam hati, merataplah di hadapan Allah dan berharap Tuhan mengubah hati kita.

Hal kedua,ada ketidakjujuran, ada ketidaktulusan. Ini terjadi di beberapa case di dalam Yudas. Dia bicara, “Untuk apa pemborosan ini, lebih baik parfumnya dijual.” Parfum itu mahal sekali, 300 dinar, sebesar gaji dua tahun. Begitu mahal cuma mengolesi Yesus dari atas sampai ke kaki. Yang terbaik, yang termahal daripada manusia hanya layak untuk diinjak oleh kaki Yesus. Kita tidak pernah boleh sombong, merasa sudah memberikan yang terbaik, sudah korban lebih banyak. Siapa korban lebih banyak daripada Maria? Yudas kemudian berbicara, “Parfum ini bisa dijual, lalu uangnya bisa dibagi kepada orang miskin”. Bagus bukan, charity bukan? Charity tidak lebih penting daripada penyembahan kepada Kristus. Apakah gereja harus mengeluarkan uang untuk charity? Ya! Karena banyak manusia itu perlu bantuan. Tetapi Yesus Kristus mengatakan, “Orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku belum tentu selalu ada padamu” Maka momen untuk menyembah Allah dengan memberikan yang terbaik itu tetap perlu. Ketika Yudas bilang uangnya bisa buat orang miskin, Alkitab menulis Yudas bohong. Sebenarnya dia menginginkan uang ini ada di bendahara, lalu dia curi. Ini adalah ketidakjujuran, ketidaktulusan. Ini adalah tanda yang kedua dari orang yang binasa. Selalu memelihara ketidakjujuran dan ketidaktulusan. Yang paling puncaknya adalah Tuhan sendiri yang mau dibohongi. Dia bicara kepada pegawai Bait Suci, “Nanti orang yang aku cium, orang itu yang kamu tangkap!” Keliatannya baik sama kita, tidak pernah kritik, keliatannya memeluk kita, memuji kita, tetapi dibaliknya hatinya ingin kita mati, mau kita jatuh. Orang-orang seperti ini terlalu banyak di dalam gereja. Saudara harus bertobat! Ini adalah keturunan setan. Yesus mengatakan, “Ya katakan ya, tidak katakan tidak Jikalau di luar dua ini maka itu adalah kebohongan dari setan.”

Hal ketiga,dia tidak pernah bertumbuh mengenal pribadi Allah. Orang-orang ini adalah orang-orang yang bukan saja pernah bingung, penah ragu-ragu. Ada orang-orang yang ragu-ragu tetapi anak Tuhan yang sejati. Misalnya saja Yohanes Pembaptis, dia ragu-ragu lalu mengirim muridnya kepada Yesus Kristus dan bertanya, “Apakah Engkau Mesias yang kami tunggu, atau kami harus menunggu orang lain?” Ada orang yang sangat berada di dalam keragu-raguan. Ayub di dalam penderitaan dia ragu-ragu, dia sungguh-sungguh meragukan Allah. Tetapi seluruhnya ini menyatakan iman yang sejati, karena di dalam keraguannya kemudian dia berjalan menuju kepada pengenalan akan Allah yang sejati. Tetapi Yudas tidak ada pertumbuhan iman sama sekali. Celakalah orang yang berada di tengah-tengah kumpulan orang Kristen, berada di dalam gereja tetapi sebenarnya tidak pernah bertumbuh kerohaniannya. Ini adalah salah satu tanda daripada kebinasaan.

 

Saya pernah berbicara beberapa tahun yang lalu. Apa yang membedakan antara tumbuhan yang asli dengan tumbuhan yang palsu. Dari jauh saudara akan melihat itu sama, dari dekat saudara pegang pun hampir sama. Banyak tumbuhan palsu dibuat persis sama dengan yang asli. Yang membedakan adalah setelah beberapa bulan, beberapa tahun, yang satu tetap seperti itu, dan yang lain bertumbuh. Tanda kesejatian rohani adalah pertumbuhan mengenal pribadi Allah. Tanda kesejatian iman adalah bukan adanya mujizat. Bukan orang tersebut dari tidak bisa berkhotbah menjadi bisa berkhotbah. Bukan tadinya tidak melayani jadi melayani. Tetapi adalah apakah dia bertumbuh mengenal pribadi Allah. Yudas tidak bertumbuh di dalam pengenalan akan Yesus Kristus. Dia tidak peduli bahkan sama sekali dengan rencana Yesus Kristus. Dia tidak peduli dengan isi hati Yesus Kristus. Malah dia berbagian di dalam kejahatan yang dia rencanakan sendiri. Orang yang dibinasakan hanya memikirkan rencana sendiri. Orang yang diselamatkan akan memikirkan mengenai hidup yang hanya satu kali adalah menggenapi apa yang menjadi kehendak Tuhan bagiku.

Saya akan tutup dengan satu kalimat yang tadi sudah saya pernah katakan: Kita tidak dihakimi karena hanya tindakan kejahatan kita. Kita tidak dihakimi hanya karena dosa kita. Kita juga akan dihakimi karena kita membuang-buang anugerah. Kiranya kita menyadari betapa besar anugerah Tuhan di tengah-tengah kita. Biarlah kita seperti Paulus, “Anugerah yang diberikan kepadaku tidak aku sia-siakan tetapi aku bekerja lebih keras lagi, tetapi bukannya aku melainkan anugerah Allah yang bekerja di dalamku.” Biarlah kita boleh bekerja lebih keras karena ada anugerah. Jangan menjadi santai, malas, take it for granted. Lihat seluruh anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Hargai itu dan mari berjuang bersama-sama untuk Kristus. Mari kita berdoa.


Matius 11:2-15; Yohanes 10:40-41
 
 

Kejadian 37:3-4; Kejadian 37:27-28; Kejadian 39:1-2; Kejadian 39:20; Kejadian 40:1-2; Kejadian 41:1; Kejadian 50:20-21
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more