Abraham(5)

29 September 2019
Abraham(5)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Kejadian 22:1-3

Kejadian 22:1-3

Alkitab mengatakan Abraham adalah bapak orang beriman, berarti Tuhan sendiri menyatakan kepada kita bahwa iman yang sejati itu didefinisikan memiliki iman yang sama dengan Abraham. Apakah imanku sejati? Setiap orang Kristen harus berani mengevaluasi diri. Calvin sendiri menyatakan self-evaluation, self-examination adalah tanda anak-anak Tuhan yang sejati. Sebaliknya, orang-orang yang beriman palsu tidak akan berani untuk menguji, mengevaluasi dirinya sendiri. Ini adalah pertanyaan bagi kita semua. Apakah imanku iman sejati? Apakah aku menyembah Allah yang sejati? Prinsip Alkitab sekali lagi menyatakan Abraham adalah bapak orang beriman. Abraham sejati menyembah Allah dan Abraham menyembah Allah yang sejati. Itu artinya, jikalau di dalam diri seseorang, kita memiliki iman yang sama dengan iman Abraham maka iman itu saja yang sejati. Iman yang sejati adalah iman yang real, deep dan acceptable by God. Kenapa kata yang saya ulang-ulang di dalam beberapa kalimat tadi adalah “sejati”? Karena banyak yang palsu. Karena pekerjaan setan itu memalsukan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Firman Tuhan itu seperti kaca untuk kita bisa bercermin. Tetapi kiranya setelah kita bercermin kita bukan melupakan apa yang kita lihat dan kita melihat diri kita sesungguhnya dan minta Tuhan memberikan anugerah yang besar dalam hidup kita yaitu mengubah hidup kita. Apa elemen-elemen iman sejati yang dimiliki Abraham? Kita sudah membicarakan empat elemen dan hari ini masuk poin kelima. Saya mau mengulang sedikit berkenaan dengan elemen itu.

Pertama, elemen yang sejati adalah mulai dari anugerah Allah. Sumber pertama iman tidak mungkin dari manusia. Untuk seseorang memiliki iman yang sejati maka Allah yang sejati haruslah terlebih dahulu menyatakan diri-Nya. Alkitab dengan jelas menyatakan Allah membukakan diri-Nya terlebih dahulu kepada Abraham.

Kedua, iman yang sejati adalah hidup yang berjalan bersama Allah. Apakah ada pergaulan-pergaulan intim bersama dengan Allah? Makin lama kita makin di-‘sendiri’-kan untuk hati kita dilepaskan dari apapun saja dan akhirnya hanya memiliki Allah, pribadi Allah satu-satunya di dalam center hidup kita. “Abraham keluar engkau dari negerimu dari sanak saudaramu, dari rumah bapakmu, ke negeri yang akan Aku tunjukkan kepadamu.” “Kemana Tuhan?” Tuhan diam, Tuhan tidak berbicara kepada Abraham. Maka bagian Alkitab itu menyatakan bahwa Abraham tidak memiliki apapun saja yang bisa dia pegang, Abraham tidak jelas tentang apapun saja kecuali satu, dan satu itu adalah Tuhan yang menyertai. Abraham bahkan tidak jelas mau pergi ke mana, tetapi dia jelas bahwa Tuhan memanggil, Tuhan menyertai dia. Apalagi yang dia miliki? Tidak ada, kecuali pimpinan Tuhan, pribadi Allah beserta dia didepan.

Ketiga, elemen iman yang sejati objeknya harus tepat (precise). Iman yang sejati adalah pengenalan akan Allah yang sejati. Ketika berbicara berkenaan dengan Allah yang sejati bukan sekedar nama-Nya tetapi sungguh-sungguh pribadi-Nya dan sifat-Nya. Orang Yahudi adalah orang yang menyembah Allah. Tetapi Yesus Kristus katakan: Tidak, engkau menyembah setan. Saulus melayani Allah, tetapi Yesus Kristus sendiri hadir dan mengatakan: engkau menganiayai Aku. Maka ini bukan sekedar sebutan, “Oh, Allah, aku beriman kepada Allah.” Kemudian imanku sejati. Tetapi apakah sungguh-sungguh saudara memiliki satu pengenalan akan Allah yang ada di dalam Alkitab? Apakah kita sungguh-sungguh mengenal pribadi, sifat, bergaul intim dengan Dia setiap hari? Apakah kita bergaul dengan Yesus Kristus yang hidup yang dikatakan di dalam Alkitab? Jikalau hanya mengambil nama Yesus Kristus dalam pikiran kita dan sama sekali saudara tidak memperdulikan Alkitab, saudara bergaul dengan dan menyembah siapa? Saudara menyembah Yesus Kristus yang merupakan produk pikiran kita.

John Calvin menyatakan hati manusia adalah pabrik ilah (idol). Jadi kalau kita biarkan hati kita dan tidak menjagainya di dalam Firman, sehebat apapun dan selama apapun kita berada dalam sebuah gereja, kita akan menciptakan ilah sendiri kemudian kita menamakan dia: Yesus Kristus. Yesus Kristus ciptaan kita itu ternyata berbeda dengan apa yang ada di dalam Alkitab. Dan itulah yang terjadi di dalam gereja-gereja. Kita harus membaca Alkitab dan membaca buku-buku yang baik yang menghantar kepada satu pribadi yang tepat, yang Alkitab itu nyatakan. Tadi pagi ketika saat teduh, Tuhan menyatakan dalam Firman-Nya, zaman dulu ada nabi-nabi palsu, tetapi zaman sekarang itu adalah guru-guru palsu. Mereka itu membuat gambaran Kristus Yesus yang lain yang tidak ada di dalam Alkitab. Bahkan Yesus Kristus sendiri mengatakan pada zaman terakhir akan banyak orang mengatakan kepada Yesus Kristus, “Aku bernubuat atas nama-Mu, aku mengusir setan demi nama-Mu, aku melakukan mujizat demi nama-Mu.” Tetapi Yesus mengatakan: “Sesungguhnya, Aku katakan kepadamu, Aku tidak mengenal engkau, hai, engkau pembuat kejahatan!” Orang ini mengatakan Yesus itu Tuhan dan bermain dan beraktivitas di dalam Kekristenan. Tetapi jelas imannya bukan seperti iman Abraham. Dia menciptakan idol diberikan nama Yesus Kristus karena dia adalah orang Kristen. Apakah saudara berani menguji diri tentang hal ini?

Keempat, iman Abraham adalah iman yang bertumbuh melihat signifikansi kemuliaan dan keindahan Yesus Kristus. Kalau sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, dan tidak melihat signifikansi Yesus Kristus maka saya mempertanyakan dengan tanda tanya besar apakah imanmu itu adalah iman yang sejati? Apakah kita bisa melihat berkenaan dengan pribadi Kristus yang mulia yang tidak ada bandingnya? Abraham hidupnya itu melihat kemuliaan Kristus, signifikansi dan keindahan Kristus. Lihatlah kehidupan Abraham sebagai bapak orang beriman. Banyak yang diajarkan Allah kepadanya. Tetapi center-nya adalah korban domba pengganti Ishak. Ambillah korban domba itu dari cerita ini, maka Ishak tidak ada lagi. Janji Allah menjadikan dia bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi semua bangsa menjadi tidak ada. Dan kehidupan Abraham tanpa ada domba akan menjadi kehidupan yang penuh dengan tragedi pada akhirnya. Tetapi domba itu, yang merupakan bayang-bayang Yesus Kristus, yang menyelamatkan hidup Abraham dan keturunannya. Di dalam domba itu, di dalam diri Yesus Kristus maka semua sifat Allah itu direkonsiliasikan dalam satu tempat, satu waktu. Keadilan dan kemurahan. Murka dan kasih. Dan di dalam Yesus Kristus, sejarah hidup Abraham itu lanjut terus. Dan kehendak Allah di bumi melalui Abraham dan keturunannya terlaksana. Apakah kita berani menguji diri dengan point ini? Kehidupan iman itu bukan kehidupan yang mudah dan bukan kehidupan yang bergerak naik terus dengan garis lurus. Kehidupan iman itu pasti ada naik turun, ada saat-saat bersemangat dan ada saat tidak bersemangat. Ada saat-saat iman kita kuat, ada saat-saat iman kita lemah. Tetapi uniknya anak-anak Allah yang sejati di tengah-tengah apapun saja, ada sesuatu kepastian dia akan melihat ketergantungan mutlaknya kepada Yesus Kristus tidak mungkin tergantikan. Kita makin lama makin melihat signifikansi Kristus di dalam kehidupan kita, keluarga kita. Kita makin lama makin melihat kemuliaan Yesus Kristus jauh melampaui pribadi manusia yang terhebat sekalipun dan melihat isi hati Kristus dengan seluruh keindahannya hadir di dalam hidup kita, bagaimanapun saja di dalam seluruh kehidupan iman yang naik turun itu.

Kelima, iman yang menghasilkan hidup yang rela untuk taat kepada Allah.Ketaatan – obedience adalah hati yang mengutamakan Allah lebih daripada apapun saja. Dalam Alkitab ataupun dalam sistematik Teologi, maka aspek di dalam iman pasti ada knowledge. Maka saya mengatakan iman itu memiliki sesuatu ketepatan. Iman juga ada unsur pergaulan. Ada suatu trust yang terbangun. Tetapi ketika berbicara tentang point ini maka karya Tuhan di dalam iman yang sejati itu adalah mengubah hati. Di situ afeksi itu muncul. Perasaan itu ada dan mendorong kita untuk rela taat kepada Allah. Iman yang sejati adalah pengubahan hati. Sekali lagi hati. Alkitab mengatakan, iman sejati, iman Abraham bukan mengenai boleh atau tidak boleh atau aturan-aturan, legalism seperti orang farisi. Yang kalau kita menabrak aturan itu maka kita menjadi takut. Iman yang sejati berbicara berkenaan dengan hati yang percaya dan mengasihi Allah. Ketika saya mempersiapkan khotbah ini sampai pada point ini saya menyadari saya tidak mampu, tidak layak. Di dalam takut akan Tuhan maka saya melanjutkan khotbah ini. Karena itu siapa yang dapat mengatakan aku mengasihi-Mu Tuhan, kita tidak boleh cepat-cepat mengatakan hal itu. Kita mengasihi apapun saja tetapi mungkin kita tidak mengasihi pribadi-Nya. Tetapi Alkitab jelas mengatakan iman yang sejati berkenaan dengan hati yang mengasihi Allah dan dari hati yang mengasihi Allah itu muncullah ketaatan. Dan itu semua dikerjakan oleh Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Biarlah kita mengingat bahwa iman yang sejati itu adalah anugerah dari Allah Bapa yang membawa mata hati kita melihat kemuliaan Kristus. Dia memberikan Roh Kudus di dalam hidup kita untuk menguduskan, makin disendirikan, untuk dimiliki, untuk dikasihi dan mengasihi Allah semata.

Abraham diminta Allah untuk mempersembahkan Ishak. Ini adalah sesuatu yang sangat-sangat sulit di dalam hidup Abraham. Saya sudah berbicara berkenaan prinsip Abraham mempersembahkan Ishak dari sisi dia yang telah mengenal Allah. Dari sisi yang lain, saudara bisa melihat kerelaannya untuk taat. Rela mengutamakan Allah daripada cintanya kepada Ishak. Ketika Allah memberikan perintah-Nya kepada manusia begitu jelas – apa itu jenis korbannya, kapan harus dikorbankan, dan di mana korban itu harus dibawa. Ini adalah prinsip Alkitab dalam hidup kita. Dalam Alkitab, Tuhan menyatakan ketaatan itu lebih penting daripada korban. Apa yang menjadi masalah dari orang-orang Israel dan dari Saul? Yaitu dia mengorbankan sesuatu, tetapi Nabi Samuel datang kepadanya, ”Apakah engkau pikir Allah itu memerlukan korbanmu? Ketaatan itu lebih penting daripada korban. Engkau tidak melakukan apa yang Allah katakan kepadamu.” Banyak orang Kristen menipu diri seperti ini. Tuhan menghendaki engkau taat dalam hal ini tetapi kita mengorbankan hal-hal yang lain. Kita menipu secara rohani terhadap Allah. Korban yang kita lakukan sebenarnya untuk menghindarkan diri kita dari ketaatan. Terlalu banyak hal yang bisa kita pelajari dari kehidupan Abraham. Dia rela taat dan mengutamakan Allah daripada cintanya kepada Ishak. Dia tidak membiarkan Ishak menjadi ilahnya. Dia menjadi contoh bagi kita semua tentang apa itu ibadah, penyembahan dan ketaatan. Hatinya bulat, utuh tidak ada ilah yang lain. Allah bukan saja di-center hatinya, Allah di seluruh hatinya. Dan kita sangat terpesona dengan Kejadian 22 ini. Tetapi saya mau tarik ke dalam prinsip apa yang Alkitab katakan. Biarlah kita ingat ketaatan bukanlah product alami natur manusia yang berdosa tetapi product Roh Kudus yang mengubah hati seseorang mengasihi Bapa lebih daripada apapun saja. Iman yang sejati merupakan anugerah dari Bapa kepada kita. Mengandung 2 hal ini. Pertama adalah anugerah pengampunan. Tetapi kedua adalah kuasa pengubahan hati. Hati itu diubah oleh Allah, dari tidak peduli akan Allah, menjadi hidup yang dikonsekrasikan bagi Allah saja. Dari hati yang melawan, dari musuh Allah, menjadi hati yang mengasihi dan menaati Allah. Dan itu dikerjakan oleh Roh-Nya dalam diri kita sehingga kita boleh memanggil Dia, “Ya Bapa, Ya Abba”. Roh Kudus akan bekerja pada diri seseorang yang dipilih Allah yang memiliki iman yang sejati, mengubah hatinya makin lama makin mengenal pribadi Allah, makin melihat kemulian-Nya dan melihat keindahan-Nya dan membuat sesuatu product di hati manusia yang tadinya berdosa menjadi satu hati yang rela taat bagi-Nya.

Saya sangat terkejut ketika membaca satu perikop dalam Kitab Yohanes. Ketika Yesus Kristus berbicara berkenaan dengan perintah dan taat, sebenarnya pada saat yang sama Dia berbicara mengenai cinta. Dia tidak pernah memisahkan antara ketaatan dengan cinta, perintah dengan cinta. Lebih utama daripada itu, Dia mengutarakan itu di dalam konteks pemberian Roh Kudus. Mari kita melihat Yoh 14:15, Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. (21): Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Kudan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya. (23-24): Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti Firman-Ku; dan Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. (31): Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku (Itu berarti Yesus taat). Bangunlah, marilah kita pergi dari sini. Dalam ayat-ayat ini tidak pernah ada bicara berkenaan dengan ketaatan yang dilepaskan dari kasih. Yesus mengatakan orang-orang yang palsu yang berkata aku mengasihi Engkau, Tuhan, tetapi dia itu tidak melakukan perintah Allah, orang seperti itu bukan mengasihi Allah. Orang yang mengasihi Allah adalah orang yang melakukan perintah Allah. Tetapi kalimat ini juga benar bahwa kita tidak mungkin menaati Allah jikalau kita tidak mengasihi Dia. Saudara lakukan apapun saja, tidak mungkin kita menaati Allah jikalau kita tidak ada kasih kepada Dia. Tidak pernah ada Alkitab bicara tentang ketaatan di luar hati kita, diluar cinta kita kepada Tuhan. Itu anak-anak kegelapan, taat karena takut, karena dipaksa. Taat seperti Firaun yang terpaksa taat untuk melepas Israel karena kutuk itu didatangkan.

Di tempat yang lain Yesus pernah mengatakan, jikalau hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi, kamu tidak dapat masuk surga. Kata yang dipakai untuk “kebenaran-mu…” berbicara mengenai Righteous. Ini bicara mengenai hidup di luar yang taat. Farisi bukankah taat sekali? Kalau membandingkan, bagaimana mungkin kita bisa menandingi ketaatan Farisi? Tetapi kalau saudara mengerti apa itu iman yang sejati, maka itu adalah iman yang dealing dengan hati yang diubah. Hati yang perlahan-lahan bertumbuh mengasihi Allah dan dari situ ketaatan terjadi. Ini berbeda sekali dengan ketaatan orang-orang Farisi dan Firaun yang melepaskan Israel karena takut. Itu adalah ketaatan seperti budak, bukan taat kepada Allah tetapi adalah takut. Bukan takut kepada Allah tetapi takut diserang. Ini berkenaan dengan serville fear – takut dilukai. Takut yang terjadi karena punishment Allah kepada kita, kalau kita tidak melakukan perintah-Nya atau kalau kita melakukan kesalahan. Jikalau dalam diri kita tidak ada kasih kepada Allah, kita akan melakukan ketaatan basisnya adalah Farisi, kita takut dilukai oleh Allah. Seorang Puritan mengatakan takut seperti ini adalah takut seperti budak kepada tuannya yang membenci dia dan budak ini memandang tuannya adalah tuan yang kejam. Maka ketika budak ini taat, taatnya adalah karena dipaksa oleh tuannya dan tuannya memberikan batasan-batasan kepada dia. Ketaatan seperti ini sifatnya self-centred, self-love. Bentuk luarnya orang seperti ini akan taat melayani, taat melakukan hukum, tidak melakukan dosa adalah karena mereka takut diserang, dilukai, dihajar, dan supaya menghindarkan diri dari luka-luka seperti itu mereka mengerjakan bagiannya, pelayanannya, ketaatannya. Ini adalah suatu usaha untuk mencari approval supaya tidak diserang. Iman yang seperti itu adalah iman yang palsu. Ketika Allah bekerja di dalam diri kita, diri seseorang, akan menghasilkan iman yang sejati dan hatinya akan diubah oleh Allah. Sekali lagi iman adalah masalah hati, masalah cinta, masalah ketaatan yang lahir dari cinta. Iman adalah masalah kesucian yang lahir karena hatinya sepenuhnya dimiliki oleh cinta Kristus dan mengasihi Kristus. Biarlah kita boleh menguji hati kita apakah hal ini terjadi dalam hidupmu? Apakah ada Roh Kudus yang mendorong kita untuk menaati Allah? Roh Kudus membentuk hati seseorang itu untuk makin mengenal Kristus, makin melihat keindahan-Nya, makin mengasihi Dia, dan dari sana muncul ketaatan. Dan bentukan itu merupakan gabungan antara kegentaran, sukacita, kagum, kesukaan dan semua itu muncul karena Roh Kudus menyadarkan kita, Allah yang mengasihi kita.

Saya suka sekali dengan definisi John Calvin mengenai Fear of the Lord, mengenai kesalehan. John Calvin mengatakan kesalehan sejati adalah hati yang memiliki perasaan yang tulus mengasihi Bapa yang sama besarnya dengan takut dan hormatnya sebagai Tuhan merangkul kebenaran-Nya dan takut menyakiti hati-Nya lebih daripada takut kepada kematian. Luar biasa sekali tepat dalam sasaran. Kesalehan, apa itu? Dalam poin ini Calvin menekankan iman adalah berkenaan dengan afeksi terdalam hati kita. Ya betul iman adalah aspek dari knowledge, trust dan pengenalan, tetapi masuk lebih dalam, iman adalah bicara mengenai afeksi di dalam hati mengubah seluruh keinginan-keinginan kita sebelumnya. Mengubah hidup, mengubah hati, makin lama makin dimiliki oleh Allah, makin lama makin dikasihi, makin menyadari, mengasihi Allah. Makin lama hatinya yang memusuhi Allah sekarang hatinya didedikasikan bagi Allah. J.I. Packer berdoa seperti ini: Tuhan bukanlah urusanku apakah aku hidup atau mati tetapi mengasihi dan melayani-Mu itulah bagianku dan kasih karunia-Mu pastilah memberikan hal ini jikalau hidupku panjang aku akan senang supaya aku bisa menaati-Mu dalam waktu yang lama. Tetapi jikalau hidupku pendek mengapa aku harus susah? Karena aku akan terbang tinggi ke hari yang tidak pernah berakhir. Jim Elliott adalah satu dari lima orang yang menjadi misionari di suku Auca dan dia mati muda di sana. Dia berdoa seperti ini: “Allah, aku berdoa kepada-Mu nyalakan lilin yang mati di dalam hidupku sehingga aku dapat bernyala untuk-Mu. Habiskan hidupku karena ini adalah milik-Mu, aku tidak mencari panjang umur tetapi hidup yang utuh seperti-Mu Tuhan Yesus.” Lihatlah orang-orang ini, nabi-nabi, rasul-rasul dan bapak-bapak gereja pendahulu-pendahulu kita yang sejati. Saudara akan menemukan satu kesamaan hatinya sepenuhnya dimiliki oleh Kristus seluruh hidupnya. Hatinya dimiliki didedikasikan bagi Kristus tidak ada iman yang setengah. Saudara beriman yang sejati atau tidak? Ini adalah iman yang sejati: pemberian dari Allah melalui Yesus Kristus membentuk hati yang mengasihi Allah untuk taat kepada Dia. Seseorang yang memiliki iman yang sejati pasti memiliki Roh Kudus di dalam hatinya dan Roh Kudus itulah yang menjadi satu pribadi pendorong kesucian.

Saya akhiri dengan satu cerita yang sungguh terjadi. Ada seorang yang ingin sekali menjadi pemain rugby. Hatinya, cita-citanya, tujuan hidupnya, pengorbanannya semuanya adalah untuk menjadi pemain rugby nomor satu di negerinya. Dia beli baju, bola dan perlengkapan-perlengkapan rugby, menghias kamarnya dengan poster dan bendera klub-klub rugby. Dia melakukan apapun saja, latihan-latihan. Tetapi masalahnya satu, dia tidak bisa menjadi pemain profesional karena tubuhnya pendek. Jadi sepanjang hidupnya, dia hanya menjadi supporter saja. Ada satu pelatih rugby melihat dia yang sangat ingin untuk menjadi pemain rugby profesional maka memperbolehkan dia untuk masuk ke dalam tim nya menjadi pemain rugby profesional tetapi sebagai pemain cadangan saja. Setiap kali timnya main, dia akan berteriak-teriak dan mengibar-ngibarkan bendera dari bangku cadangan itu. Passion dan energy-nya itu sangat besar untuk memenangkan pertandingan itu. Suatu hari ketika bertanding tim itu mulai ketinggalan angka dan makin lama makin besar, maka timnya makin tidak bersemangat dan semua pemain itu menjadi lesu. Kekalahan sudah ada di depan mata. Tetapi pemain yang kecil ini, passion-nya yang besar itu terus meloncat-loncat dan mengatakan kepada semua tim, “Engkau maju, engkau pasti bisa mengalahkan. Maju!” Dan pelatih itu melihat orang ini yang tidak habis-habisnya menyemangati tim yang sudah kelihatan kalah itu mengatakan, “Aku berharap Tuhan memberikan spirit yang ada padamu ke dalam tubuh seluruh pemainku.” Dan apa yang terjadi pada kita orang Kristen? Tuhan memberikan kepada kita Spirit of God, Spirit of Christ di dalam tubuh kita. Apakah engkau mendengarkan-Nya? Ketika kita jatuh, berada di dalam kegelapan, di dalam dosa, kita hampir menyerah. Dia mengatakan, “Bangkit, engkau bisa, bangkit, Aku beserta dengan engkau, engkau tidak akan kalah engkau sudah ditebus oleh Kristus Yesus. Engkau bisa mematikan dosa, engkau bisa hidup bagi Tuhan di dalam kesucian.” Di dalam ketaatan, apakah kita mendengarkan suara-Nya? Roh Kudus diberikan di dalam isi hati kita. Dia tidak akan membiarkan kita untuk kalah dan menjadi loser, pecundang. Setiap kali kita kalah, kita diminta untuk bangkit, untuk berdiri teguh berjalan lagi hidup menyenangkan hati Allah, tidak terhitung berapa kali tidak perduli, berapa kali kita jatuh Dia akan membangkitkan untuk kita taat.

Cara perkenanan iman yang sejati adalah bicara dengan ketaatan. Ketaatan adalah berkenaan dengan hati yang diubah, hati yang mengasihi Allah. Dan hati yang mengasihi Allah tidak akan pernah mungkin dari diri kita sendiri dan itu adalah pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Sehingga di dalam pemberian Roh Kudus, Tuhan Yesus mengatakan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Kita tidak mungkin bisa menuruti perintah Allah jikalau kita tidak mengasihi Dia dan kita tidak mungkin mengasihi Dia tanpa Roh Kudus bekerja di dalam hidup kita dan itulah yang kita terima dari Bapa di surga. Itulah yang terjadi kepada Abraham ketika dia mempersembahkan anaknya yang tunggal. Di dalam hatinya dia menghormati Allah, takut menyakiti hati Allah melebihi daripada takut akan kematian. Dia adalah orang yang mengasihi Allah dan itu adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam iman yang sejati. Saya sudah menyelesaikan lima seri ini saya akan simpulkan: iman yang sejati adalah anugerah dari Allah Bapa, iman yang sejati berjalan bersama dengan Allah Tritunggal, iman yang sejati mengenal pribadi Allah, iman yang sejati melihat kemuliaan Kristus, iman yang sejati berbuah ketaatan karena pekerjaan Roh Kudus di dalam hati kita. Terpujilah Allah Tritunggal yang bekerja di dalam hidup yang hina seperti ini sehingga membuat kita bisa berdiri teguh di tengah dunia yang kotor ini di dalam kesucian-Nya.


1 Samuel 2:11-35
 
 

Galatia 4:22-31; Kejadian 24:1-8
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more