Ringkasan Khotbah

27 November 2022
Berjalan Bersama Dengan Allah (2)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mat 4:18-19, 16:21-24; Yoh 21:20-22

Mat 4:18-19, 16:21-24; Yoh 21:20-22

Ketika kita mendengar kata “pelayanan”, apa yang ada dalam pikiran kita? Jikalau kata itu diutarakan kepada hamba Tuhan seperti kami, kamu selalu akan berpikir, “Oh, berkhotbah. Oh, mengajar. Oh, membesuk jemaat.”  Tetapi ketika itu diberikan kepada jemaat, maka jemaat akan berpikir, “Oh, menjadi usher. Oh, menjadi kolektan. Oh, ikut choir.” Itu semua bentuk pelayanan. Tetapi ada satu prinsip pokok yang Alkitab dengan jelas nyatakan yang tidak pernah boleh kita lupakan. Jikalau ini tidak ada, maka seluruh hal yang kita lakukan (aktivitas itu) menjadi kosong. Dan, satu esensi ketika bicara mengenai pelayanan adalah berjalan bersama dengan Tuhan. 

Kita sudah bicara mengenai Henokh. Hari ini kita akan melihat Petrus dalam Perjanjian Baru. Saudara lihat naik turunnya Petrus di dalam seluruh pelayanannya di masa-masa yang crucial. Yesus mengingatkan kembali apa artinya melayani Kristus? Follow me, Peter. Follow me, Peter. Terus, ikutlah Aku. Tiga kali tercatat di dalam Alkitab. Pertama kali adalah ketika Petrus sedang berada di dalam company-nya, ketika dia sedang menjala ikan. Ia seorang nelayan, dia belum mengenal Kristus. Panggilan pertamanya adalah, “Ikutlah Aku, Petrus.” Setelah beberapa tahun kemudian ketika Petrus berada di dalam masa kesulitan ketika mengikut Yesus, Dia mau untuk Yesus tidak pergi ke Yerusalem dan disiksa. Imannya mulai goyah. Kerohaniannya mulai menurun. Yesus memberikan arah lagi untuk menetapkan mata rohaninya. Ikutlah Aku, Petrus. Ketika beberapa tahun kemudian, ketika Yesus sudah mati dan bangkit, Yesus memulihkan posisi Petrus yang sebelumnya sudah menyangkal Yesus. Satu sisi, dia senang karena dia diangkat kembali oleh Yesus. Yesus mengampuni dia dan tidak menghakimi dia. Tetapi mata Petrus melihat Yohanes. Karena sebelumnya Yesus mengatakan kamu akan mati martir. Maka dia melihat Yohanes, kalau aku matinya susah, maka bagaimana dengan murid ini? Bagaimana dengan Yohanes? Maka Yesus kemudian mengatakan, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikutlah Aku, Petrus. Apakah saudara mulai menyadari seluruh hidupnya Petrus itu, maka dia akan mendengar satu kalimat ini. Ikutlah Aku, Petrus. Ikutlah Aku. Ikutlah Aku. Dan, bukan yang lain.

Apa yang ada di dalam telinga saudara? Dan, setiap hari apa yang ada di dalam telinga kita? Siapa yang memanggil engkau dan panggilan itu, panggilan apa? Ketika engkau berkata, “Aku mau melayani.” Apa artinya itu? Aku mau melayani. Aku mau mendedikasikan hidupku pada Tuhan. Apa artinya? Oh, supaya aku bisa seperti Stephen Tong yang hebat itu atau Billy Graham yang luar biasa itu. Saudara-saudara, bukan kita yang menentukan hasilnya. Tetapi, ketika kita mau mendedikasikan hidup kita, ketika kita mau melayani Tuhan, biarlah kita boleh mengingat kalimat Kristus ini, Ikutlah Aku. Dialah yang akan menentukan jalannya dan Dia akan menentukan akhirnya. Beberapa hal ini akan saya jelaskan seturut dengan apa yang di Firman Tuhan.

Yang pertama, ketika Yesus bicara “Ikutlah Aku, maka Petrus yang mengikut Yesus. Perhatikan, ini hal yang paling sederhana, tetapi hal ini paling sering kita lalaikan. Minggu yang lalu saya sudah berbicara dan minggu ini kembali Firman ini mengingatkan saya dan ini merupakan suatu penekanan yang Tuhan berikan kepada kita. Biarlah kita boleh belajar bersama-sama. Yesus, yang mengatakan “Petrus, ikutlah Aku.” Bukan Petrus yang mengatakan, “Yesus, berkatilah aku”. Bukan Yesus yang mengikut Petrus, lalu Yesus diminta memberkati Petrus. Bukan Petrus yang mengikutsertakan Yesus di dalam rencana-Nya. Tetapi Yesus yang memiliki rencana yang mengikutsertakan Petrus di dalam rencana kekal Kristus di dalam dunia ini. Sekali lagi, ini adalah hal paling dasar. Tetapi banyak daripada kita lupa atau tidak memperhatikan. Kita ada di dunia ini untuk Kristus dan bukan Kristus ada untuk kita. Yesus yang di depan. Kehendak Yesus yang digenapi. Arahnya Yesus yang tentukan. Bukan Petrus! Bukan kita berdagang, lalu meminta Yesus memberkati kita. Itu adalah agama. Agama adalah saudara dan saya memiliki rencana sendiri. Kita memiliki keinginan sendiri dan kita berdoa kepada Allah untuk memberkati kita. Itu agama. Tetapi di dalam kekristenan, Yesus yang mengatakan, “Petrus, ikut Aku.” Maka ketika Yesus bicara Petrus, “Ikut Aku”, maka Petrus harus meletakkan seluruh ambisi hidupnya.

Minggu yang lalu saya katakan. Dalam seluruh hal-hal, yang pertama-tama, yang menurut saudara penting, saudara jangan ambil keputusan terlebih dahulu. Hal pertama sebelum saudara mengambil keputusan. Bahkan sebelum hati kita condong ke sana; berdoa, berlutut terlebih dahulu dan minta kejelasan pimpinan Tuhan. Saya tidak sedang membawa saudara-saudara untuk menjadi seorang yang high spirituality. Tidak. Sampai ada orang mengatakan nanti mau pakai baju apa, warnanya tanya dulu sama Tuhan. Tidak, saudara. Tidak ada orang seperti itu. Tidak ada pengajaran Alkitab seperti itu. Dan, juga kita semua adalah orang berdosa. Tetapi biarlah kita semua menyadari. Saya mau saudara-saudara membangun suatu kesadaran (awareness) bahwa kita harus mengutamakan Tuhan di dalam hidup kita. Dia memiliki rencana bagi hidup kita. Kita memiliki satu hidup sebelum mati untuk kita genapi. Dan ketika kita menjalankan rencana-Nya, maka berkat-berkat jasmani dan rohani akan menjadi bagian integral yang Tuhan berikan kepada kita.

Saya mau mengingatkan Alkitab dengan jelas menyatakan: ‘Cari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.’ Dengan prinsip yang sama, Yesus Kristus mengajarkan di dalam doa. Jikalau engkau mau berdoa, berdoalah demikian : Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Yesus mengajarkan kepada kita. Dia memiliki kehendak. Dia memiliki peraturan yang harus diutamakan. Dan kita menetapkan. Kita men-set hati kita menuju ke sana. Setelah itu maka Yesus mengajarkan kepada kita untuk meminta perlindungan, meminta pengampunan dan meminta makanan. Seluruh berkat di dalam hidup diberikan menjadi bagian intergral ketika kita mengutamakan Kristus di depan terlebih dahulu.

Hal yang kedua. Saya akan membicarakan panjang lebar dalam poin yang ke-2 ini. Ini adalah poin yang begitu jelas. Tetapi banyak dari kita melalaikan ataupun mungkin tidak terlalu memperhatikan. Yesus katakan: “Ikutlah Aku, Petrus, maka kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Kamu ‘akan’ Kujadikan. Kamu akan. Maka ini adalah suatu proses ‘becoming’. Proses ‘menjadi’. Ini bukan panggilan satu kali kemudian selesai. Tetapi ini adalah panggilan untuk menjalani hidup yang diproses. Ada suatu bentukan yang akan terjadi kepada Petrus dan seluruh murid. Perhatikan baik-baik, kalau kita sungguh-sungguh pengikut Kristus, kalau kita sungguh-sungguh berjalan bersama dengan Kristus. Tidak mungkin tidak, akan ada suatu bentukan rohani yang terjadi. Tidak mungkin hal ini bisa kita hindarkan. Ini adalah suatu yang luar biasa penting. Ini adalah sesuatu yang luar biasa penting. Kita yang ingin melayani maka saudara dan saya harus menerima bahwa kita akan diproses, dibentuk oleh Kristus. Dibentuk itu sulit. Sakit. Dibentuk itu membuat kita mau tidak mau merendahkan hati kita dan diri kita. Dan bahkan dibentuk menuju ke mana? Maka Paulus dan Petrus pun mengatakan, “Kami budak dari Kristus.” Doulos δοῦλος. Kata pelayan di dalam Alkitab bahasa Indonesia artinya adalah budak. Kita kadang mendapatkan kata-kata dalam Alkitab itu sungguh-sungguh seakan-akan luar biasa (fancy), oh indah seperti itu. Tetapi kalau saudara dan saya hidup pada jaman itu, bahkan menemukan kata itu pun, kita tidak ingin menjadi seperti itu. Kita ini dibentuk menjadi budak, bukan artis.

Kemarin ketika saya mengantar anak saya pergi main badminton. Kami bicara dan saya mengatakan sekarang jaman itu lain. Orang kalau lihat papa (hamba Tuhan) itu tidak ada bedanya sama lihat artis. Oh, hebat yah. Setiap kali pelayanan selesai turun, oh luar biasa seperti dapat tepuk tangan. Dihormati di mana-mana. Dulu, pada waktu itu, waktu menjadi hamba Tuhan, saudara berkhotbah, turun itu dikejar-kejar, bukan minta tanda tangan, mau dibunuh. Tetapi saya mau mengatakan bahkan bagi kami sendiri, arti sesungguhnya kata-kata Alkitab itu bisa lenyap. Dibentuk itu sakit. Mari kita melayani dengan real, dengan sejati, dan bukan kamuflase, bukan delusi, bukan ibadah yang kosong, bukan mau melayani Tuhan seturut pandangan kita sendiri, tetapi sungguh-sungguh menurut definisi yang Dia mau. Salah satu hal yang paling ngeri dalam hidup ini adalah ada blind spot dan semua saudara dan saya memilikinya. Kemarin ketika bicara dengan tim convention, lalu Hans tanya sama saya, “Om Agus, kira-kira apa temanya?” Lalu saya pikir-pikir, kemudian saya katakan “7 struggles (7 masalah)”. Tujuh masalah yang paling puncak bagi remaja. Kemudian Hans langsung pikir, “Oh, ya. Saya juga pikir ada beberapa masalah.” Kemudian dia mengatakan beberapa masalah. Misalnya saja, identity. Lalu, saya sambil bercanda saya mengatakan salah satu masalah terbesar dari anak remaja adalah dia tidak tahu bahwa itu masalah. Itu paling masalah. Demikian juga dengan hidup kita. 

Kita kehilangan esensinya dan kemudian kita tidak tahu bahwa itu kesesatan atau itu adalah masalah. Itu adalah sesuatu hal yang sungguh-sungguh sesat, nyata tapi tidak kita sadari. Dengan takut kepada Tuhan, saya akan memberikan contoh-contoh ini. Dan ketika saya memberikan contoh ini, mungkin saudara tersinggung. Bahkan hamba Tuhan senior ketika memberikan contoh ini kepada saya beberapa puluh tahun yang lalu, saya pun tersinggung. Tetapi kita di sini bukan untuk menyenangkan hidup kita atau menyenangkan saudara dan saya. Kita harus sungguh-sungguh untuk merendahkan diri kita, untuk kita hidup menyenangkan Tuhan.

Saya akan mulai dari hal yang pertama, sebagai contoh adalah ada badan misi yang melayani Tuhan. Sungguh-sungguh dia melayani di remote area, caranya adalah membeli traktat yang banyak. Kemudian pakai motor atau pakai mobil, kemudian menyebar, menyebar traktat tersebut. Apa itu pelayanan? Apakah itu pelayanan? Itu jelas bukan pelayanan. Karena itu adalah sesuatu tindakan agama Kristen, tanpa bentukan. Tanpa resiko apa-apa. Bukannya kami tidak menghormati orang-orang misionaris tersebut. Tapi saya mau tanya apakah setiap tindakan yang mengatasnamakan Kristen adalah suatu pelayanan? Ada orang yang berpikir bahwa mem-forward kalimat-kalimat Alkitab kepada orang lain adalah pelayanan, aneh sekali? Apa susahnya? Apa bentukannya? Bahkan gampang sekali kita mem-forward seminar atau kalimat atau apapun saja tanpa kita membaca atau mendengarkan seminar terlebih dahulu. Ayo jemaat, jangan membodohi diri kita sendiri! Petrus, ikutlah Aku! Begitu dia ikut, hidupnya diproses, menyakitkan! Dosen saya kemudian mengatakan, “Loh, ada yang baca loh, dari tadi itu yang dikasih-kasih sembarang itu. Di jalanan itu. Ada yang baca, lalu ada yang bertobat. Loh, ada seminar saya forward itu, ada yang bertobat. Ada yang bilang sama saya, ‘Terima kasih Pak’. Kemudian dosen saya mengatakan demikian: ‘Urusan bertobat itu urusan kedaulatan Allah, tapi nothing to do dengan pelayananmu disebut sejati.” Setan pun bisa membuat Ayub lebih rohani. Apa setan melayani Tuhan? Kemudian dia mengatakan kepada kami,” Kamu bisa melayani tanpa persiapan. Kamu bisa jadi hamba Tuhan tanpa motivasi yang baik. Engkau lihat, orang di depanmu tetap bisa bertobat! Tetapi itu karena Tuhan kasihan kepada orang tersebut, bukan karena hamba Tuhannya sejati menyampaikan Firman. Lihat di dalam Alkitab pun. Babel. Babel disebut sebagai hamba Tuhan yang sudah bekerja bagi Tuhan.

Mari kita melihat Yehezkiel. saudara-saudara mungkin akan tercengang dengan kalimat ini. Yehezkiel 29:20: ‘Aku akan memberikan kepadanya tanah Mesir sebagai pahala atas pekerjaan yang dilakukannya, sebab mereka sudah bekerja bagi-Ku demikianlah Firman Tuhan ALLAH.‘ Saudara perhatikan, yang melayani Tuhan itu banyak. Bentuknya juga banyak. Tetapi, apa ya Babel itu pelayan Tuhan yang sejati? Bahkan Babel nanti akan dihancurkan oleh Tuhan. Babel dipakai oleh Allah dan melayani Tuhan melebarkan sifat kekudusan Allah di bumi ini, sehingga Israel pun harus takluk. Tetapi Babel sendiri tidak mengenal Allah, Babel sendiri tidak kudus, Babel sendiri tidak berjalan bersama dengan Allah. Sekali lagi seluruh jemaat, jangan melihat pelayanan dari aktivitasnya yang banyak atau hasilnya bukan suatu yang real, tetapi dari esensinya, apakah Allah bekerja di dalam diriku? Membentuk aku? Makin lama makin Aku dikuduskan. Makin lama aku makin takut akan Dia. Ada buah roh. Ada karakter kristiani yang sejati. Buah roh adalah tanda kesejatian. Pelayanan sejati bukan aktivitas luar. Bukan motivasi saja. Tentu motivasi penting. Kalau motivasinya saja sudah belok, apalagi yang bisa diharapkan. Tetapi motivasi yang sejati tidak cukup. Pelayanan sejati juga bukan tindakan luar yang tidak mau dibentuk.

Tetapi sebaliknya, pelayanan yang sejati adalah masuk di dalam bentukan dalam oleh Tuhan. Dan dari bentukan yang Allah kerjakan dalam diri kita di dalam, keluarlah apa yang Tuhan inginkan bagi kita. Pelayanan itu prinsipnya bukan apa yang aku lakukan untuk Engkau, Tuhan, tetapi apa yang Tuhan lakukan. Bentuk di dalam diriku, dan dari situ baru kemudian muncul persembahan.

Anggur berguna jika diperas, bukan dilihat. Anggur akan bisa dinikmati bukan dengan dilihat, tetapi diperas. Sebelumnya pohon anggur akan dipotong sana-sini agar berbuah. Dan ini sakit. Tetapi dari sanalah keluar hal yang manis dan menyegarkan. Sekali lagi motivasi yang baik saja tidak cukup. Kita harus masuk ke dalam pembentukan, kalau sungguh-sungguh secara esensi kita mau melayani Tuhan. Kalau ada seorang pendeta atau hamba Tuhan atau misalnya saya, dan saya kemudian tanya kepada saudara, “Siapa yang mau melayani Tuhan Yesus?” Maka di dalam hati saudara, saudara akan mengatakan “Aku mau, aku mau.” Apa yang saudara pikirkan adalah saudara memberikan sebagian waktu, atau sebagian uang, untuk persembahan atau pelayanan. Saudara persembahkan talenta untuk pekerjaan Tuhan. Tetapi, kemudian saya tanya, “Siapa yang mau dibentuk oleh Tuhan?” Seperti penjunan membentuk tanah liat dengan tangannya dan setelah tanah liat dibentuk, ternyata ada sesuatu yang tidak berkenan, dihancurkan semuanya, dibentuk lagi.

Siapa yang mau? Siapa yang rela? Tetapi itulah panggilan Yesus kepada Petrus. Dia tidak pernah mengatakan “Petrus, ikutlah Aku. Maka Aku jadikan engkau untuk engkau berkhotbah.” Tidak. Nanti mau ke mana Petrus, umurnya panjang atau pendek. Kalau engkau mau mengikut Aku. Engkau mau melayani. Itu adalah kedaulatan-Ku.

Itulah sebabnya beberapa tahun kemudian Yesus mengatakan, “Belajarlah dari pada-Ku, karena Aku lembut hati.” Lembut hati itu syarat atau kondisi untuk menerima didikan Tuhan. Kata ‘lembut hati’ pada bagian Alkitab dikenakan kepada seseorang yang menaklukkan kuda yang liar. Pada waktu orang-orang Yunani misalnya, mereka mencari kuda untuk perang. Dari mana mereka mencari kuda? Mereka pergi ke hutan belantara, masuk begitu dalam ke hutan belantara, kemudian mereka menemukan kuda liar, dan kuda liar itu sangat liar, tidak mungkin akan takluk. Maka dengan seluruh kepandaiannya, dengan seluruh kekuatannya, prajurit itu berusaha untuk menaklukkan kuda liar itu. Sehebat apapun kuda liar itu, kalau dia tidak mau takluk maka dia tidak mungkin bisa menjadi menjadi satu bahan untuk perang. Tetapi sehebat apapun kuda liar itu, jikalau dia mau takluk maka dia akan menjadi mesin perang yang unggul. Sebaliknya hal yang lain, jikalau kuda liar tidak takluk sepenuhnya, maka yang ada suatu hari nanti dia akan sangat berbahaya bagi tuannya, karena dia akan bisa meninggalkan tuannya di medan perang.

Ini tidak mudah, bagi kita semua; bagi saya, bagi saudara ini tidak mudah. Tetapi mari sama-sama belajar berjalan bersama dengan Allah agar pelayanan kita bersama gereja ini, saudara dan saya, berkenan kepada Dia. Relakan hati kita dididik, hidup kita dibentuk oleh Allah. Tidak ada pelayanan yang tidak memiliki proses yang menyakitkan. Di hadapan manusia, kita mungkin hebat melayani, tetapi Tuhan tahu siapa yang berjalan bersama dengan Dia. Pelayanan yang sulit bukan hari H-nya, tetapi prosesnya.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca satu buku, buku ini buku anak-anak. Ada satu kuda yang gagah, tinggi besar jalan. dan dipakai oleh raja. Semua kuda yang lain tercengang ketika raja menunggangi kuda itu, “Wah, hebat sekali kuda ini.” Semua orang di kanan kirinya bertepuk tangan pada raja itu dan raja itu turun dan kuda ini ditambatkan. Kemudian kuda-kuda yang lain ngomong sama kuda raja ini, pada ngiri semua. “Wah, hebat ya kamu ya, senang dong, makannya juga khusus ya, dan kamu juga disayang sama raja ya”.  Kemudian kuda raja itu mengatakan, “Kamu tidak tahu proses apa yang sudah saya alami selama ini.” Jadi kuda raja tidak bisa seenak-enaknya, mau lihat kanan kiri, dia mesti lihat ke depan. Dia tidak bisa sedang pawai terus buntutnya kibas-kibas. Dia tidak bisa untuk jalan tidak rata. Karakternya tidak bisa liar. Seluruhnya itu bentukan. Kita ingin melayani Tuhan. Kita ingin memuliakan Tuhan. Tetapi kita tidak mau memikul salib. Itu adalah kepalsuan Kristen! Hari “H” itu, Kuda itu jalan dengan gagah, tetapi tahunan dan di dalam tempat yang tersembunyi, dia dibentuk. Air matanya keluar, tidak ada yang tahu. Kesulitannya diutarakan, tidak ada yang dengar. Dan saudara lihat itu seluruh nabi dan rasul.

Saudara bisa melihat orang-orang seperti David Brainerd, Robert Murray M’Cheyne, semua orang-orang Puritan, atau orang-orang yang dipakai oleh Tuhan. Lihat di dalam catatan-catatan hariannya, bagaimana lonely-nya, sendirinya sama Tuhan. Mereka bukan hidup dari proses satu dan satu applause ke applause yang lain. Mereka hidup dari satu kehidupan yang mengerang-mengerang di hadapan Tuhan, tetapi berjalan terus bersama dengan Tuhan. Konsisten. Itu yang membentuk komitmen. Itu membentuk karakter Kristen. Di dalam kekristenan salah satu hal yang berbahaya adalah saudara bisa terkenal lalu di belakangnya tidak ada bentukan. Ada orang itu, ini bukan cuma di sini, di mana-mana ada. Kalau mau tersinggung silahkan, tapi saya bicara apa adanya bukan cuma di sini, di mana-mana ada. Saya mau jujur saja di hadapan Allah. Ada orang yang ingin choir, tapi tidak latihan. Kalau latihan pas nanti tampil saja. Buat apa? Itu artis, itu bukan pelayan. Kalau mau bicara mengenai artis, tidak perlu kita, orang lain jauh lebih pintar lebih bagus dari kita. Cantate Deo akan konser tanggal 17 Desember, sulitnya apa? Di depan semua orang gesek-gesek, sulitnya apa? Sulitnya adalah latihan terus tekun, berbulan-bulan. Komitmen. Melawan kemalasan, tekun, tidak terlambat, saling menghargai satu dengan yang lain dan tidak saling menyalahkan. Untuk satu pagelaran konser itu, bukan skill saja yang diperlukan, tetapi attitude of heart. Ada karakter yang involve di dalamnya. Itu pelayanan! Kalau Gereja ini mau diberkati oleh Tuhan, tidak ada jalan lain, kita harus mendisiplin diri kita sendiri. Dari hamba Tuhan, dari kami, sampai seluruhnya, kita tidak sedang menjadi artis di hadapan Allah.  Allah tidak perlu untuk hal itu.  Kita hanya mau menginginkan satu. Bukan applause dari manusia. Tetapi perkenanan Allah di dalam gereja ini.

Suatu hari Yesus sedang mau menuju ke Yerusalem, Dia bicara kepada Petrus dan juga murid-murid yang lain. “Aku akan pergi ke sana dan akan menanggung salib dan akan dibunuh di sana.” Petrus langsung menarik Yesus ke samping dan mengatakan, “Itu tidak akan terjadi, jangan bicara seperti itu.” Yesus kemudian mengatakan, “Enyahlah engkau setan! Karena engkau memikirkan bukan dari pikiran Allah.”  Perhatikan apa yang menjadi pikiran Allah. Suatu hari Yesus dicobai oleh setan, pada pencobaan yang ke-3, maka setan membawa Yesus ke tempat yang paling tinggi dan melihat seluruh kebesaran Yerusalem dan setan mengatakan, “Engkau tunduk sekali saja kepadaku, aku akan berikan seluruh Yerusalem kepadamu.” Yesus tidak bicara lain, Yesus cuma bicara kepada setan, “Enyahlah engkau, setan!” dan tidak mau diskusi lagi. Kenapa? Kenapa Yesus tidak mau diskusi lagi?

Alkitab bahkan mengatakan setan kemudian mengundurkan diri dan menunggu waktu yang tepat. Apakah saudara mengerti itu artinya apa? Dengan takut kepada Tuhan saya mau mengatakan ini, setan tahu titik lemahnya Yesus. Yesus tidak ada kelemahan, tetapi saya mau mengatakan setan jitu sekali menembaknya. Setan menunggu waktu yang tepat dan waktu yang tepat itu kapan? Yaitu pada waktu Petrus mengatakan kepada Yesus, “Jangan, engkau tidak perlu ke Yerusalem.” Kalimat yang sama yang Yesus katakan “Enyahlah engkau setan”, dikatakan juga kepada Petrus. Sekarang masalahnya ada di mana? Perhatikan baik-baik, setan mengatakan kalau kamu tunduk sekali, aku akan berikan seluruh Yerusalem dan seluruh isi dunia ini kepadamu. Apa yang setan itu tawarkan adalah kehendak Allah? Engkau lihat di dalam Alkitab, kita baca di dalam Alkitab, apa yang menjadi kehendak Allah? Yaitu Allah dipermuliakan, jika dan hanya jika seluruh dunia takluk kepada pemerintahan Kristus. Apa yang menjadi mata rohani dan mata isi hati Yesus? Allah dipermuliakan. Dan Allah dipermuliakan, jika dan hanya jika seluruh lidah mengaku, seluruh lutut bertelut dan mengaku Yesus adalah Tuhan. Jadi setan membidik Yesus, isi hati Yesus dengan kehendak Allah dan Allah dipermuliakan. Tetapi di sini masalahnya setan menawarkan suatu jalan yang membelok. Di dalam Alkitab dengan jelas, Allah akan dipermuliakan jika dan hanya jika sang Anak mendapatkan kemuliaan. Tetapi Alkitab mengatakan Anak dipermuliakan jika dan hanya jika, Anak rela taat menjalani jalan salib. Saya katakan satu kalimat ini. Setan tidak peduli kalau saudara dan saya menginginkan Allah dipermuliakan di dalam hidup kita. Setan tidak peduli saudara dan saya melayani begitu banyak. Tetapi hindarkan salib! Hindarkan sangkal diri! Hindarkan seluruh bentukan Allah! Berikan kemuliaan bagi Allah di dalam hidupmu dengan semudah mungkin. Pertahankan keinginan dirimu. Pertahankan kesombonganmu. Dan, dengan itu, muliakanlah Allah. Itu adalah jalannya setan!

Mari jangan membodohi diri sendiri. Ini jalan yang sulit. Tetapi, ini adalah jalan pelayanan. “Petrus, ikutlah Aku, maka kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Ada bentukan, Ada kesulitan yang dihadapi. Ada bentukan menjadi manusia yang baru. Bagaimana dibuat untuk bisa berlutut dan mengandalkan Tuhan. Saya menginginkan dipakai oleh Tuhan. Saya menginginkan semua orang di sini dipakai oleh Tuhan. Tapi mari lihat, apa yang Alkitab nyatakan. Kalau kita menyadari hal ini, saudara akan sama dengan saya. Kita akan mengatakan Tuhan, “Aku tidak mampu.”  Kalau Engkau suruh aku melayani Engkau dengan talenta, ya aku bisa. Kalau Engkau suruh aku melayani dengan bentukan, aku takut. Aku sulit, aku tidak mampu. Maka setiap hari yang berkata demikian, berkata pula kepada Tuhan, “Tuhan, kuatkan aku dan berikan aku kerelaan.” Dan Tuhan akan memimpin kita melewati jalan naik, turun, kiri ke kanan, tetapi Dia menyertai kita. Di dalam keadaan yang seperti itu, maka saudara dan saya akan menemukan suatu rest di dalam seluruh bentukan itu. Saudara dan saya akan menemukan apa sukacita yang sejati di tengah-tengah seluruh pelayanan. Kiranya kasihan Tuhan menyertai. Kalau Tuhan pimpin, maka mungkin depan, saya akan meneruskan khotbah ini. Saya tahu ini khotbah yang tidak mudah bagi saya dan bagi saudara. Tetapi, biarlah kita boleh menaklukan hati kita.


Kej 5:21-24, Ibr 11:5, Yud 1:14-16, Kej 4:17-18
 
 

Matius 4:19, 16:23-24; Yohanes 21:21-22
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more