Ringkasan Khotbah

19 March 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (9)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:4-7

Nehemia 1:4-7

Kita sudah sampai kepada pembahasan seri yang ke-9 dari Nehemia ini. Setiap kali saya menghadap Firman seakan-akan saya berpikir saya sudah tahu apa yang menjadi isinya. Kalau saya berlaku sombong dan saya membaca, saya pikir satu kali saja saya sudah mengerti. Tetapi kalau saya menaati Tuhan dan belajar untuk merendahkan hati saya di hadapan Tuhan dan saya memperhatikan Firman, saya sangat-sangat terpesona. Karena saya makin lama makin menyadari Firman itu begitu limpah dan begitu dalam. Sungguh, Firman itu seperti mata air yang tidak pernah kering. Saudara tidak akan menemukan batasannya di bawah. Makan digali, makin dalam. Makin digali, saudara akan mendapatkan permata yang makin limpah. Kalau saudara mengejar emas, saudara akan menemukan emas tidak di atas, tetapi mulai di bawah. Ketekunan saudara akan menemukan emas. Tetapi ketika saudara menemukan, dan semakin banyak menemukan sampai titik tertentu, emas dalam tambang akan habis. Tetapi tidak pernah akan terjadi untuk Firman. Semakin kita menambangnya, semakin saudara menggali, saudara akan mendapatkan lebih banyak emas di dalamnya. Firman itu sangat-sangat mengagumkan dan Tuhan bekerja kepada kita dengan Firman-Nya secara paradoksikal. Seperti satu dari kubangan air di mana seorang anak itu bisa bermain. Tetapi pada saat yang sama, tiba-tiba seekor gajah bisa tenggelam di dalamnya. Mazmur 19 menyatakan memuji Firman dari berbagai macam aspeknya, seperti sebuah berlian diperlihatkan di depan mata kita dan diputar seluruh aspeknya membuat kita akan hancur hati karena melihat kekaguman dari Firman. Kalau kita sunggu-sungguh memiliki hati yang tekun dan taat dan mau untuk rendah hati, Tuhan akan memberikan Firman-Nya berkelimpahan di dalam hidup dan gereja kita. Sekali lagi kita sudah sampai kepada pembahasan yang ke-9 dari kitab ini, dalam hanya perikop ini saja. Bahkan kalau saudara membaca orang-orang Puritan, ada seorang Puritan yang membedah kitab Ayub sepanjang pelayanannya sampai dia mati dan belum selesai. Kiranya kita menjadi umat yang sungguh-sungguh mengecap dan mengalami apa yang Alkitab sendiri nyatakan kepada kita.

Kita sekarang masuk di dalam struktur doa Nehemia yang ke-3 dan ke-4. Yang ke-3 yaitu, thanksgiving. Adoration, confession of faith and thanksgiving. Doa Nehemia mengajarkan kita bukan saja berdoa dengan spirit yang benar, dengan kesungguhan, dengan remuk hati, dengan kerperendahan hati. Tetapi Firman Tuhan mengajar kita suatu konten, suatu teologia yang benar ketika kita berdoa. Tetapi bukan itu saja, doa bersangkut paut dengan struktur doa yang benar. Inilah yang Tuhan kehendaki kepada kita ketika Dia mengajar kita tentang doa di dalam Firman. Allah kita adalah Allah yang besar yang agung, Raja di atas segala raja. Tetapi Allah yang sungguh-sungguh sabar dan murah hati kepada umat pilihan-Nya. Apakah kita mungkin bertemu dengan seorang jenderal atau seorang pemimping negara yang besar, yang sangat dihormati oleh seluruh bangsa dan kemudian kita mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak terstruktur dan tidak dipersiapkan sebelumnya. Kita sering menghadap Allah dan mengucapkan kalimat-kalimat dan sebagian bahkan kalimat-kalimat kosong di hadapan Allah. Tetapi benar bahwa Allah kita sungguh menyayangi kita. Allah kita sungguh bersabar kepada kita. Dengan Firman-Nya sehari demi sehari, bertahun-tahun Dia mendidik kita untuk kita boleh semakin hari semakin fit di depan tahta kasih karunia-Nya. Dia menginginkan kita menghampiri Dia dengan kesungguhan. Dia menginginkan kita untuk datang kepada-Nya dengan remuk hati, dengan kerendahan hati. Dia juga menginginkan kita untuk mengucapkan kalimat-kalimat kepada-Nya, kalimat-kalimat yang berharga, kalimat yang kita sendiri sudah pikir dengan baik-baik untuk dipersembahkan ke Allah yang Maha Besar ini. Kehidupan doa kita akan sangat bertumbuh ketika kita melakukan disiplin yang Alkitab ajarkan ini. Kita sudah mempelajari apa yang Nehemia ucapkan di hadapan Allah. Satu kalimatnya pun tidak ada yang sia-sia. Satu kalimatnya pun tidak ada yang ngawur. Satu kalimatnya pun tidak ada yang gegabah. Meskipun dia remuk hati, meskipun dia berada dalam air mata, meskipun emosinya begitu meluap. Perhatikan kalimat di bawah ini: Puritan menyatakan, di tengah-tengah emosi yang meluap, tetapi seluruh tindakan dan perkataan ini terjaga rapi dalam strukturnya. Itu akan seperti panah yang dilepaskan yang begitu tajam. Sama seperti seorang yang sedih, lalu dia teriak-teriak, Saudara melihat kesedihannya dengan emosi yang memuncak dan melampaui semuanya. Saudara melihat orang ini tidak terlalu hormat dan kesedihannya begitu liar dan terpecah. Tetapi, seseorang dengan kesedihan yang sama, dia mengendalikan dirinya dan dia mengucapkan beberapa kalimat yang perlu saja dan kalimat itu akan menembus hati kita. Demikianlah apa yang ada dinyatakan di dalam kalimat-kalimat ini.

Nehemia memuji Allah, kemudian menyatakan dosa-dosa pribadi dan seluruh umat. Dan sekarang Nehemia menyatakan syukur yang dalam. Dalam ayat yang 8-9, Nehemia mengatakan, “Ingatlah akan Firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kuceraiberaikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.” Nehemia mengatakan, “Ingatlah akan Firman yang kaupesankan kepada Musa.” Nehemia berkata-kata ini bukan supaya Tuhan ingat, karena Tuhan sudah pasti ingat. Kita yang sering lupa saudara-saudara. Tetapi Nehemia mengucapkan hal ini karena dua hal ini terjadi.

Yang pertama, Nehemia mengingat Firman ini membuat Nehemia memiliki confidence, karena permintaannya itu bukan permintaan sembarangan tetapi permintaan itu berdasarkan Firman. Doanya adalah doa yang berdasarkan perkataan Tuhan sendiri. Semakin saya membaca Firman, saya makin melihat apa yang dikatakan oleh Puritan adalah benar. Orang-orang Puritan mengajarkan kepada kita, doa yang baik adalah mengembalikan kalimat-kalimat yang dari Tuhan kepada Tuhan sendiri. Kita tidak bisa meminta sesuatu, berasumsi dengan apa yang kita inginkan sendiri. Seluruh doa kita berdiri di atas confidence terhadap Firman yang tertulis maka kita harus belajar tentang Firman. Kita sungguh-sungguh harus mengenal Firman yang kita miliki, bahkan dikatakan di sini ini adalah perjanjian-perjanjian, maka ini berisi begitu banyak janji-janji yang merupakan derivative dari covenant. Sekali lagi yang pertama adalah, Nehemia mengatakan untuk memiliki confidence karena permintaannya, doanya, masalahnya besar dan hanya bisa dibereskan oleh Tuhan. Dia berdoa, doanya adalah berdasarkan Firman. Semua confidence kita adalah harus berdasarkan Firman.

Hal yang kedua yang saya akan tekankan pada hari ini, dan di sinilah sukacitanya muncul sehingga ada syukur yang muncul di dalam hatinya dengan menyebut Firman ini. Dengan menemukan Firman ini, Nehemia menemukan jalan keluar dari kesusahan keadaannya. Perhatikan baik-baik, Allah kita adalah Allah yang berjanji kepada kita. Dia tidak pernah berjanji bahwa masa depan kita semuanya selalu lancar. Dia tidak pernah berjanji bahwa tidak akan ada kecelakaan untuk kita atau tidak ada kesusahan atau tidak ada kemiskinan atau tidak ada sakit-penyakit. Dia tidak pernah berjanji seperti itu. Karena seluruh keadaan itu adalah dari dunia, saudara dan saya yang sudah berdosa itu tidak terelakkan. Tetapi Allah kita berjanji di dalam covenant, di dalam Kristus Yesus,Dia menyertai kita di dalam keadaan apapun saja termasuk dalam kegelapan.

Dan di dalam seluruh pencobaan Dia memberikan jalan keluar. Nehemia menemukan jalan keluar di tengah-tengah keadaan kesusahannya di dalam Firman. Bayangkan kira-kira apa yang terjadi pada waktu itu. Saat itu Hanani pulang dari Yerusalem. Hanani adalah saudara dan sangat mungkin adalah brother dari Nehemia. Kemudian Nehemia bertanya kepada Hanani saudaranya, “Apa yang terjadi dengan Yerusalem?” Hanani mengatakan bahwa, “Oh temboknya hancur, pintu gerbangnya tidak ada lagi dan seluruh rakyat berada di dalam malu yang besar.” Kegelapan melanda seluruh Israel dan juga melanda hati Nehemia. Setelah mendengar itu, Nehemia menutup pintunya di dalam kamarnya sendiri, Kemudian dia berlutut, sangat mungkin dia mengoyakkan pakaiannya dan menangis tersedu-sedu. Tidak ada harapan, berada di dalam malu yang besar. Di dalam kegelapan di tempat itu, di ruangan yang gelap itu, di dalam hatinya yang gelap, dia menangis dan menangis. Tetapi dia tahu kalaupun ada jalan keluar pasti bukan dari manusia. Ada orang yang berpikir, “Oh ini jalan keluarnya, oh aku punya uang banyak, aku bisa selesaikan masalah itu. Mungkin aku punya koneksi sama raja-raja, aku bisa bereskan itu. Aku punya tentara, prajurit, kekuatan, aku bisa bereskan itu. Aku punya kekuatan dalam diriku, aku seorang leader yang kuat, aku bisa bereskan ini.” Anak-anak Tuhan, kita semua akan menyadari bahwa Tuhan akan membawa kita kepada satu keadaan, di mana kita menyadari bahwa problem jauh lebih besar daripada kekuatan kita.

Di saat seperti itu Nehemia terus menangis, dan apa yang dikerjakan? Dia lihat satu per satu lembaran Kitab Musa. Kita memiliki Alkitab sekarang secara lengkap, pada zaman Nehemia, mungkin memiliki kitab Musa. Dia lihat satu demi satu halamannya untuk menyelidiki apakah ada jalan keluar. Ada jalan keluar atau tidak? Dan ketika dia menemukan Ulangan pasal 30, dia bersukacita, “Aha! ini jalan keluarnya.” Firman itu seperti cahaya di ujung lorong yang gelap. Di tengah kegelapan, di tengah bahaya, di tengah dukacita, di tengah kejatuhan, di tengah kehancuran, di tengah malam yang gelap ini, oh ada pelita yang kecil ini. Cahaya kehidupan yang menuntun pada terang yang besar itu. Ada pelita kecil menuju jalan keluar. Itulah kenapa pemazmur mengatakan,” Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Aku ada di dalam kegelapan dan bagaimana aku bisa keluar? Ada Firman Tuhan yang spesifik. Saudara sekarang bisa melihat bagaimana seorang Nehemia bergumul dengan Allah yaitu bergumul dengan Firman. Inilah yang disebut sebagai piety dari Nehemia. Dia bukan berdoa berdasarkan, oh Allah itu berdaulat saja, atau Allah memberikan covenant. Tetapi covenant of love akan menurunkan Firman yang spesifik di dalam hidup kita. Bagian ini adalah salah satu bagian yang hilang di dalam gereja masa kini. Salah satu masalah di dalam gereja masa kini adalah spiritual formation-nya cair sekali. Kita tidak memiliki satu kristalisasi dari spiritual formation Alkitabiah. Kita berlaku seperti orang yang tidak kenal Tuhan. Kita mencari jalan keluar sendiri, ya kita tahu bahwa Allah itu ada, ya kita tahu bahwa kita diselamatkan dalam Yesus Kristus tetapi seakan-akan tidak ada sesuatu pergumulan dan interaksi dengan Dia di dalam Firman yang intens. Firman dengan ribuan lembar ini dengan janji-janji yang begitu limpah tidak pernah kita nikmati sama sekali. Kita hanya berpikir bahwa Allah adalah Allah yang ada di Surga dan Allah itu baik dalam Kristus Yesus dan kemudian selesai. Saudara-saudara, kehidupan kerohanian kita tidak limpah, kita hanya melihat bagian-bagian Alkitab, hanya merupakan suatu simbol-simbol saja dari kehidupan kita, tetapi kita tidak pernah mengalaminya. Mari kita belajar Firman, sehingga ketika ada keadaan yang particular terjadi dalam hidup kita, kita mencari Firman yang spesifik, yang tepat, yang kita bisa aplikasikan di dalam keadaan particular, di situlah muncul syukur bahkan sebelum doa dijawab, di situlah yang disebut sebagai iman, sehingga kita bertemu dengan orang-orang seperti Nehemia ini. Kita akan kebingungan karena dia mengatakan pasti akan ada pemulihan, pasti akan ada perbaikan. Kalau saudara tidak tahu prinsip ini, kita berpikir bahwa orang ini adalah orang yang ambisius atau orang yang berpikir positif. Beberapa puluh tahun yang lalu banyak buku-buku berbicara positive thinking. Ini sama sekali bukan positive thinking, ini berbicara mengenai iman. Lalu kalau saudara tidak seperti Nehemia, lalu kita ikut-ikutan dia, oh dia mengatakan ada rekonsiliasi akan ada pemulihan. Lalu kita ikut, aku juga beriman, ada pemulihan, kita beriman tanpa basis. Nehemia beriman dan iman muncul dari pendengaran akan Firman. Oh jemaat, Firman ini segala-galanya dalam hidup kita. Jikalau kita tidak membacanya, maka sesungguhnya kita tidak mengenal Allah dan tidak mengenal cara kerja-Nya dalam hidup ini. Nehemia adalah seorang yang menemukan Firman dan dia berdiri di atas Firman untuk berjalan ke depan. Saudara tahu bahwa ketika nanti dia berjalan, akan ada resiko tujuannya adalah untuk menggenapkan Firman itu.

Selanjutnya dalam kalimat ini dikatakan, “Ingatlah akan Firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kuceraiberaikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.” Saya perlu untuk menekankan sebentar dalam hal ini karena saya yakin kita berpikir relasi kita dengan Allah take and give, transaksional. Saya akan jelaskan prinsip teologis di balik kalimat ini. Ini bukan transaksi take and give. Ingatlah prinsip covenant yang kita sudah bicara beberapa waktu yang lalu. Covenant adalah inisiatif dari Allah yang mengasihi umat-Nya. Covenant dibuat bukan berdasarkan respon kita. Kalau kamu mau taat, maka Aku akan membuat covenant kepadamu. Tidak! Allah tidak mengatakan itu di depan. Covenant itu inisiatifnya Allah, bukan dari respon kita. Covenant dibuat bukan berdasarkan respon kita. Tetapi covenant ketika dibuat akan berimplikasi kepada kesetiaan. Setia, kesetiaan adalah implikasi wajar dari covenant. Saya akan berikan contoh tentang covenant. Kita tahu Alkitab mengatakan bahwa itu adalah hubungan suami dan istri. Kalau kita menikah, berjanji, itu artinya kita mengikat covenant. Covenant akan berimplikasi wajar kepada kesetiaan. Saya ambil suatu peristiwa ini hal yang tidak mungkin, tetapi seandainya mungkin ada seorang yang menikah lalu saudara tahu bahwa suami itu berzinah atau dia menyeleweng. Saudara adalah temannya dan saudara menegur dia dan kita katakan, “Kamu kenapa nyeleweng? Kamu kan sudah menikah?” Kemudian dia menjawab begini, “Memang salah ya nyeleweng?” Kalau dia jawabannya begitu, Saudara akan melihat ini orang ini orang gila atau apa? Saudara tidak akan jawab, “Ya salah,” Saudara akan jawab, “Kamu tuh gila atau tidak mengerti atau apa? Yang namanya pernikahan dan kesetiaan itu satu paket, tidak mungkin bisa dipisah.” Namanya pernikahan implikasinya yaitu kesetiaan, jadi jangan ditanya tentang kesetiaan kalau sudah menikah. Iya saudara dan saya bisa berdosa, tapi saudara dan saya tidak mungkin mempertanyakan kalimat itu bukan?

Sekali lagi, ayat 8-9 ini bukan transaksional take and give antara Nehemia dan Allah, tetapi Nehemia mengambil ayat ini dengan backdrop yaitu covenant, yang mana covenant harus dijaga dua belah pihak dengan kesetiaan, karena Allah adalah kekudusan itu sendiri dan sumber dari seluruh kebahagiaan, dan tidak ada kebahagiaan di luar dari Allah, dan yang bersatu dengan Allah di dalam covenant akan mendapat kebahagiaan. Maka, jika kita atau umat Allah keluar dari covenant, umat Allah pada sendirinya akan menghadapi kutuk karena memang tidak ada kebahagiaan di luar diri Allah. Kita harus mengerti prinsip ini, tidak ada kebahagiaan di luar diri Allah. Ketaatan akan menghasilkan kebahagiaan, bukan karena Allah memberikan itu kepada kita, tetapi karena tidak ada kebahagiaan di luar jalur ketaatan. Kita selalu berpikir bahwa kesetiaan, kekudusan adalah sesuatu yang sulit buat kita padahal kita selalu menginginkan kebahagiaan bukan? Saya tanya kepadamu seluruh jemaat, saya tidak tau apa yang kita kerjakan, saya tidak tahu sama sekali, tetapi saya tahu prinsip ini, uji hati nuranimu apakah engkau bisa berbahagia dengan keadaanmu yang berdosa saat ini? Bisa bahagia? Bisa dapat apa yang engkau inginkan? Karena jiwa kita ingin tenang, ingin tentram, ingin bahagia. Apakah bisa? Tidak! Tidak akan bisa. Barangsiapa yang keluar dari covenant itu, Tuhan tidak perlu mendatangkan kutuk kepada kita, karena dengan sendirinya kita menghampiri kutuk karena di luar Allah tidak ada kebahagiaan.

Sekarang kita akan masuk ke dalam poin yang ke-4 besar. Yang pertama adalah adoration. Yang ke-2 adalah confession of sin, yang ke-3 adalah thanksgiving, yang ke-4 adalah supplication(permohonan atau syafaat). Saudara lihat ayat 10-11. Perhatikan, sekarang Nehemia menuju kepada inti permohonannya. Kita biasanya menjadikan bagian terakhir ini menjadi bagian pertama kita. Saya tidak katakan itu adalah suatu dosa, tetapi biarlah kita berada dalam discipline spiritual formation yang Alkitab nyatakan kepada kita. Ini adalah doa spontannya Nehemia. Kita adalah orang-orang yang terlatih untuk memikirkan diri, begitu ada masalah langsung diri kita ingin jalan keluar dengan cepat. Misalnya, kita tiba-tiba terlilit dengan hutang, maka cara berpikir kita yang spontan, yang self-centered, yang terlatih pada zaman sekarang adalah, “Tuhan, tolong hutangku bisa dilunaskan.” Boro-boro mikirinadoration, mikirinconfession of sin, mikirinthanksgiving. Ini hutang lho, mesti diberesin secepatnya. Kenapa? Sekali lagi karena cara berpikir kita sudah tidak teologis, kita sudah tidak terbiasa dengan hal-hal seperti ini dan kita self-centered. Lalu kita melihat Nehemia, ah Nehemia kamu berbelit-belit, kamu munafik, kenapa tidak langsung ke poinnya, kamu maunya apa sih? Tidak saudara-saudara, ini adalah respon spontan orang-orang yang takut akan Allah. Begitu ada masalah dia langsung ingat kepada Allah yang besar dan covenant-nya kepada dia. Tetapi pada saat yang sama dia ingat bahwa Allah yang besar dan memberikan covenant kasih kepada dia, dia adalah orang berdosa. Bagaimana aku punya kelayakan untuk didengar oleh Dia? Maka, sebelum dia berdoa tentang kebutuhannya, dia minta ampun kepada Allah, dan sebelum masuk ke dalam kebutuhannya dia akan memikirkan, mengintrospeksi diri, apakah ada Firman yang Tuhan janjikan tentang aku di dalam kebutuhanku? Dan begitu dia mendapatkannya, dia berdiri dengan kokoh di atas Firman itu meminta belas kasihan Tuhan. Sekali lagi, ini adalah spontaneous doanya, ini bukan dibuat-buat. Lihat dari doa Daniel, sama, doa dari nabi-nabi dan rasul-rasul, sama. Makin saudara melihat ini, makin kita menyadari betapa kita sudah degradasi di dalam kerohanian dan teologia kita.

Sekali lagi elemen yang ke-4 adalah bicara mengenai permohonan, berdoa syafaat. Apa yang menjadi permohonannya? Permohonannya adalah kiranya Allah yang besar mengabulkan doanya. Apa doanya? Yaitu minta belas kasihan Allah kepada Israel. Ayat yang ke-11, saya mau meminta saudara memikirkan beberapa hal. Yang pertama, saudara lihat sasaran panah doa Nehemia apa? Minta didengar oleh Allah yang besar yang berdaulat. Artinya apa? Artinya Nehemia minta belas kasihan dari Raja di atas segala raja. Saya teringat akan seorang yang lumpuh yang ada di pinggir jalanan, Bartimeus. Ketika Yesus dengan kerumunan orang banyak itu berjalan, orang ini cuma bisa duduk di pinggir jalan dan tidak ada yang memperhatikan. Ada ratusan orang berjalan bersama dengan Yesus, tetapi Bartimeus tanpa malu dia berteriak, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” The son of David adalah satu kalimat yang menyatakan besarnya dari Kristus Yesus. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Orang-orang ini, Nehemia, Abraham, Ayub, Bartimeus menyadari satu hal ini, modal hidup ini hanya ada satu, yaitu belas kasihan Allah atas mereka. GRII Sydney perhatikan kalimat ini, saudara dan saya, seluruh gereja ini tergantung kepada satu hal, belas kasihan Tuhan kepada kita. Jikalau itu tidak ada, seberapa pun saudara pandai, pintar, hebat pun tidak ada gunanya. Ya seluruhnya itu ada gunanya untuk melipatgandakan dosa, tetapi tidak mungkin ada gunanya membangun Kerajaan Allah di muka bumi ini. Berilah telinga kepada doa hamba-Mu. Kalau saudara melihat makin dalam, saudara akan menemukan Alkitab begitu kaya. Tetapi ada benang merah yang menghubungkan satu per satu. Katakan kepada keluargamu, kepada anak-anakmu, hai anak-anak muda suatu hari engkau menikah katakan kepada calon istrimu atau calon suamimu, katakan berkali-kali kepada jiwa kita, modal hidup kita cuma satu, yaitu belas kasihan Tuhan kepada kita. Bukan cuma anugerah, tetapi belas kasihan. Belas kasihan itu isi hati Allah yang ditujukan kepada kita yang tidak layak. Anugerah itu muncul dari hati yang berbelas kasihan.

Hal yang kedua, perhatikan Nehemia mengerti bahwa dia tidak sendirian. Tidak mungkin semua orang Israel memiliki hati yang sama dengan Nehemia. Tetapi juga tidak mungkin kalau tidak ada orang yang Tuhan itu tidak bekerja seperti dia bekerja di dalam hatinya. Sekali lagi ini adalah salah satu prinsip Alkitab, Tuhan yang bekerja di dalam diri kita, Tuhan yang bekerja di dalam gereja ini, di dalam kedaulatan dan anugerah-Nya Dia juga bekerja pada diri orang lain dan gereja lain. Tetapi, tidak berarti bahwa seluruh gereja Tuhan itu pasti bekerja. Hanya sedikit saja dari gereja-gereja atau orang-orang di mana Tuhan bekerja dengan kasih karunia yang besar. Mengerti paradoksikal ini, maka kita tidak sombong. Tetapi di tempat yang lain, kita juga menghargai apa yang Tuhan kerjakan di tengah-tengah kita saat ini, karena tidak di semua tempat. Nehemia mengatakan pasti ada banyak orang yang rela taat, yang berdoa kepada Tuhan. Bukan terpaksa taat, tetapi rela taat ini adalah ciri orang Kristen yang sejati. Delight in the Lord adalah sesuatu yang membedakan orang Kristen KTP atau orang Kristen yang sejati. Bukan di dalam pikiran tetapi di dalam afeksi terdalam. Orang yang Kristen KTP dan orang yang sungguh-sungguh Kristen akan mengatakan Allah itu ada di atas sana dan Yesus Kristus adalah Allah oknum ke-2 dari Allah Tritunggal. Tetapi yang ber-KTP Kristen tidak pernah delight in Him. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh, maka dikatakan di sini ‘rela taat’ bukan ‘terpaksa taat’. Ada banyak orang-orang yang kita tidak kenal, tetapi orang-orang yang dibentuk oleh Tuhan, anak-anak Tuhan yang sejati, yang rela taat kepada Dia. Sekali lagi biarlah kita boleh mengetahui hal ini bahwa Tuhan sungguh bekerja di dalam gereja kita, di dalam diri kita; tetapi pada saat yang sama Dia juga bekerja kepada orang lain di tempat yang lain meski tidak banyak.

Suatu hari, Elia setelah mengalahkan 400 nabi Baal, kemudian dia lari menuju ke Gunung Horeb, lari dari kejaran Izebel. Kemudian Tuhan datang kepada Elia, dan Tuhan mengatakan kalimat yang menusuk, “Apa kerjamu di sini Elia?” Kita harus belajar dari kalimat ini. Tuhan mengatakan ini kepada Elia bukan ketika Elia nongkrong, malas-malasan, nonton TV, liat YouTube. Kalau dia lagi santai di rumah, terus tidak ngapa-ngapain sama istri sama anaknya, terus Tuhan berkata, “Apa kerjamu di sini Elia?” Ini masuk akal. Kalau kalimat ini kita tanya sama anak remaja, mereka tambah marah. Padahal mereka sungguh-sungguh tidak ngapa-ngapain, mereka bisa marah. Ini nabi dan nabi ini sedang sudah baru saja mempertaruhkan nyawanya. Baru saja perang, pulang, dia kemudian bersembunyi. Dia terus diam di sana. Alami bukan? Takut. Alami bukan? Cape. Kalau saudara mengerti prinsip pelayanan, saudara musti bertobat. Saudara lihat prinsip ini, “Apa kerjamu di sini Elia?” dan Elia kemudian menjawab, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan,” (1 Raja-raja 19:14). Elia tidak sedang menyombongkan dirinya. Dia tidak melihat ada satu orang pun yang sehati dengan dia. Tetapi perhatikan ayat 18, ada 7000 orang lain, paling sedikit. Karena di dalam Alkitab angka 7000 adalah 7 angka kepenuhan, kesempurnaan dan 1000 adalah multitude. Maka sangat mungkin banyak orang selain Elia yang setia kepada Tuhan. Jangan sombong kalau kita dipakai oleh Tuhan, karena ada banyak gereja di tempat lain dan orang lain yang Tuhan juga pakai. Tetapi jangan juga tidak bersyukur karena jumlah orang yang dipakai Tuhan tidak banyak. Itulah sebabnya Nehemia mengerti prinsip ini. Dia berdoa, “Berilah telinga kepada doa hamba-Mu dan doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu.”

Hal yang ke-3, ketekunan doa Nehemia. Berapa lama dia berdoa? Dari bulan Kislew menuju bulan Nisan. Itu adalah kurang lebih 5 bulan lamanya. Pagi, siang dan malam, setiap hari dia berdoa menunggu waktu Tuhan, seratus lima puluh hari terus-menerus mendoakan. Ini adalah sesuatu prinsip, Tuhan itu menguduskan, Tuhan menguatkan hati hamba-hamba-Nya. Kita tidak tau apa sesungguhnya yang terjadi, apa proses di dalam hatinya tetapi kita tahu itu adalah proses menuju ke mana. Nehemia terus berdoa sampai dia menyadari Tuhan makin menguatkan isi hatinya dan mempertajam visinya. Pekerjaan yang besar memerlukan urapan yang besar. Sampai Tuhan menguatkan isi hatinya dan dia memperhitungkan seluruh harganya, dan dia mendedikasikan hidupnya sekali lagi. Sampai titik tertentu dia berdiri, dia keluar dan berkata kepada Raja Artahsasta. Hati yang remuk, content (isi doa) teologia yang benar, struktur doa, ketekunan, kegigihan sampai akhir adalah empat elemen utama prajurit doa. Kiranya Tuhan membentuk hati kita menjadi orang-orang yang melayani Dia.a dengan struktur yang sama. Daniel berdoa dengan struktur yang sama. Dan setelah itu baru dia mengatakan; “kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak.” dan seterusnya.

Saudara bukan itu saja, saudara lihat sekarang di dalam ayat yang ke-11. Saudara akan melihat analogy of faith muncul di sini. Saudara, minggu yang lalu kita sudah bicara mengenai analogy of faith. Analogy of faith berbicara mengenai kepercayaan seseorang, itu bukan karena individual orang itu dengan Allah, tetapi orang itu berdiri di belakang iman daripada orang-orang sebelumnya. Saudara-saudara, di sini dikatakan di ayat 11; “Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia.” Daniel dan Musa itu terentang ribuan tahun, tetapi Daniel itu mengerti, Nehemia itu mengerti, Amos itu mengerti, Hosea itu mengerti, ketika dia berdoa, dia berdiri di belakang pundak dari bapak-bapak beriman sebelumnya. Ini menjadi satu kesatuan tubuh Kristus, satu kesatuan gereja yang tidak terlihat, satu kesatuan covenant yang Allah janjikan kepada umat pilihan. Itulah sebabnya kalau saudara-saudara berdoa pada pagi hari ini di Sydney, di GRII Sydney, saudara berdoa kepada Allah, itu adalah berbasis dari covenant-Nya Allah tetapi bukan saja covenant-Nya Allah yang diberikan secara pribadi saja kepada kita tetapi covenant Allah yang Tuhan sudah pegang itu dari ribuan tahun generasi demi generasi dari Abraham, bapa seluruh orang beriman. Dan saudara-saudara, hal yang penting lagi di dalam urusan ini adalah, dan ini adalah center-nya adalah ketika para nabi bicara berkenaan dengan covenant dan Tuhan kemudian akan membawa kita dalam perjanjian baru, itu adalah bicara mengenai Kristus. Ini adalah bicara mengenai center-nya itu adalah Kristus, titik pusat covenant itu adalah Kristus. Allah menciptakan manusia dan Allah membangun relasi kepada manusia di dalam bentuk hanya dalam covenant. Dan covenant itu terbentuk, itu terjadi adalah jika dan hanya jika Kristus mau turun, mati dan bangkit dan naik ke sorga bagi umat-Nya. Itulah sebabnya ketika kita berdoa, kita berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, karena di dalam diri-Nya, covenant Allah itu terjadi kepada kita. Oh ini adalah sesuatu yang dalam, sesuatu yang luas dan sesuatu yang luar biasa besar.

Saudara-saudara, saya akan teruskan. Nehemia memulai mengaku dosanya. Saudara-saudara, dia berdoa, dia berdoa syafaat bagi orang lain tetapi dia juga berdoa mengaku dosanya sendiri. Saudara perhatikan jiwa seorang imam itu apa? Sekali lagi saudara-saudara, saudara dan saya di dalam perjanjian baru kita dikatakan adalah imam-imam Kerajaan Allah. Jiwa seorang imam itu apa? Jiwa seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan itu apa? Sekali lagi, kalau saya mengatakan jiwa seorang hamba Tuhan, mungkin saudara-saudara akan berpikir itu pendeta Stephen Tong, itu adalah Billy Graham atau itu adalah pendeta-pendeta lokal. Saudara-saudara, tidak! Itu adalah saudara, saudara dan saya. Jiwa seorang imam, saudara dan saya. Jiwa seorang hamba Tuhan, saudara dan saya. Seorang pelayan Tuhan, saudara dan saya itu apa? Saudara-saudara, Nehemia seorang pelayan Tuhan, dia seorang imam, dia seorang nabi. Saudara-saudara, perhatikan jiwanya. Jiwanya tidak berdiri keluar dari umat Tuhan. Dia bukan seorang pelayan yang berdiri keluar dari umat Tuhan dan mendoakan umat Tuhan. Tetapi dia adalah seorang pelayan Tuhan yang berdiri bersama dengan umat dan meminta ampun bersama-sama dengan umat. Sekali lagi saudara-saudara, dia bukan seorang yang keluar yang dari umat dan kemudian berdoa syafaat untuk umat, tetapi dia bersama-sama dengan umat dan minta pengampunan Tuhan atas dosa dirinya dan atas dosa umat. Saudara-saudara, nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, saudara akan mengerti, bukan seorang yang berdiri jauh dari umat lalu kemudian menunjuk dosa umat. Yah, nabi akan menunjuk dosa umat tetapi pada saat yang sama dia sadar bahwa dirinya berdosa, dia bagian dari dosa umat. Dia bersama-sama dengan umat Allah telah berbuat dosa. Dia bersama-sama dengan umat berbuat dosa kepada YAHWEH.

Beberapa tahun yang lalu, maka saya dipercayakan untuk mengajar kitab nabi. Ada 12 nabi kecil dan 4 nabi besar. Tapi ada 17 kitab karena ada kitab Ratapan di situ. Dan ketika saya mempelajarinya, kita mempelajari banyak aspek, tetapi salah satunya tentu yang menarik saya adalah kehidupan para nabi itu. Kita tahu semua bahwa kehidupan para nabi itu sulit, bukan? Tetapi ketika saya mempelajarinya, saya sangat-sangat tercengang karena kehidupannya lebih sulit daripada apa yang saya duga sebelumnya. Saudara-saudara, salah satu kesulitan yang besar adalah ini, seorang nabi adalah seorang yang peka akan dosa umat. Dan dia menghardik dosa umat, dan untuk itu nabi tersebut dibenci oleh umat. Dia dianiaya oleh umat. Tetapi anehnya pada saat yang sama ketika Tuhan itu menghukum umat, maka nabi tersebut juga dihukum oleh Tuhan. Dia bukan seorang yang ada di luar umat dan kemudian menunjuk dosa umat. Dan kemudian ketika umat itu tidak bertobat dan Tuhan itu menghukum umat, nabi tersebut terbebas, tidak seperti itu saudara-saudara. Dia menghardik dosa umat, dan umat itu kemudian marah dan menyerang dan menganiaya dia dan ketika umat itu tidak bertobat, Tuhan dengan murka-Nya mengacungkan tangan-Nya dan kemudian menimpa murka kepada semua orang Israel Utara maupun Selatan dan pada saat yang sama, nabi itu tertimpa murka Allah, tidak dikecualikan. Itulah sebabnya saudara akan melihat Daniel itu ikut terbuang. Yesaya juga dibuang. Yehezkiel itu dibuang. Dan sebelum Tuhan menghancurkan Yerusalem, satu minggu atau beberapa hari sebelum Yerusalem, istrinya Tuhan itu dimatikan, istri Yehezkiel dimatikan oleh Tuhan. Luar biasa sulitnya. Saudara akan menemukan Amos, Ezra, Nehemia, semuanya ikut dalam pembuangan umat Allah. Mereka bukanlah orang-orang yang memiliki kelasnya tersendiri, terpisah dari umat, bukan seperti orang ahli Taurat, orang Farisi yang melihat dosa umat dan kemudian menepuk pundak mereka dan mengatakan aku adalah orang benar dan orang Farisi mengatakan mereka itu harus dikutuk dan aku bebas dari kutukan. Tidak, tidak seperti itu! Nehemia itu dengan sungguh-sungguh, bukan dengan lip service, bukan dengan basa basi tetapi dengan remuk hati mengakui dirinya berdosa. Kami sudah berdosa terhadap Engkau juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Saudara-saudara, ini bukan seseorang yang merasa-rasa yang bisa lebih sehati dengan umat, tidak, dia benar-benar sadar akan dosanya. Dia berbagian dengan dosa dengan umatnya. Saudara-saudara, mungkin Saudara-saudara bertanya kalau gitu, mungkin saja Nehemia berzinah, atau mungkin dia termasuk dalam orang yang mengambil suap? Saudara-saudara, tidak. Saudara-saudara, nabi itu tidak berzinah, nabi itu sungguh-sungguh hidup suci di hadapan Allah. Tetapi saudara perhatikan prinsipnya, setiap orang yang bertumbuh rohani akan memiliki tangisan di dalam hati seperti Paulus. Dan tangisan Paulus itu adalah ‘di antara semua orang berdosa, akulah yang paling berdosa!’ Jikalau seseorang itu adalah orang yang dekat di tahta Allah, orang itu akan melihat kebesaran Tuhan tetapi pada saat yang sama dia melihat kedalaman dosa di dalam diri sendiri. Sekali lagi, apa yang dikatakan oleh Nehemia itu lahir dari hati, ini adalah tangisan, dia minta pengampunan dari Tuhan. Nehemia bukan bersandiwara, merasa-rasa, bukan sekedar mensinkronisasi dirinya, tetapi dia real, sadar dia tidak lebih baik daripada umat.

Saudara-saudara, perhatikan baik-baik sekarang kalimat di bawah ini, inilah true leadership. Inilah pemimpin yang sejati. Kita tahu semua bahwa dunia ini membutuhkan pemimpin yang sejati. Dan sudah begitu banyak seminar, begitu banyak ceramah, begitu banyak buku yang dikeluarkan untuk bicara mengenai true leadership. Pemimpin yang sejati itu apa? Kemampuan melihat jauh ke depan, visioner. Kemampuan melihat musuh dan bahaya yang akan datang. Kemampuan untuk memobilisir orang-orang. Kemampuan untuk me-manage dan menempatkan seseorang sesuai dengan talentanya. Kemampuan untuk membangun relasi, keteguhan hati, ketekunan sampai akhir, keberanian dan bukan seorang pengecut dan seluruhnya itu adalah tanda-tanda karakter pemimpin. Tetapi ada satu hal yang luar biasa penting di dalam Alkitab yang tidak ada dalam buku atau ceramah apapun saja. Dan saudara akan melihat pemimpin yang sejati dalam Alkitab memiliki ciri selalu ini, yaitu kemampuannya untuk bertobat. Kemampuannya untuk dia itu rendah hati selalu di hadapan Allah mengakui dosanya. Menyadari bahwa dirinya lemah. Menyadari dirinya tidak lebih baik daripada orang-orang yang dipimpin, kesadaran diri akan sama dengan orang lain jikalau Tuhan itu melepaskan dia. Ini adalah rahasia dari true leadership.

James Boice seorang komentator Alkitab menyatakan seorang pemimpin sejati tidak begitu sadar akan bakat atau karunia yang dia miliki yang tidak dimiliki oleh orang lain karena dia menyadari fakta bahwa dia sama lemahnya dan mampu berbuat dosa seperti siapapun. Ketika para pemimpin melupakan keberdosaan mereka, mereka telah jatuh ke dalam dosa dan pada titik itu kehilangan kemampuan kepemimpinan mereka. Sekali lagi saudara-saudara, perhatikan kalimat ini, ketika para pemimpin melupakan keberdosaan mereka, mereka telah jatuh ke dalam dosa dan kehilangan kemampuan kepemimpinan mereka. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik prinsip ini, kemampuan memimpin paralel dengan kesadaran kelemahan dan dosa diri. Ini rahasia dari true leadership. Begitu ini hilang, maka hilang juga kemampuannya memimpin. Berkali-kali Allah meminta kita bertobat, dan sering sekali kita menghindar daripada pertobatan itu. Kita malu untuk bertobat, kita tidak mau bertobat. Padahal di dalam Alkitab, semua yang bertobat kemudian dipulihkan Tuhan untuk memimpin umat-Nya. Ada sebuah kalimat mengatakan Kerajaan Allah di muka bumi ini dibangun oleh orang-orang yang meneteskan air mata pertobatan. Ketika Tuhan menghajar kita, pada saat yang sama Dia sedang melatih kita untuk dipakai di dalam waktu kedepan selanjutnya. Kemampuan memimpin paralel dengan kesadaran akan dosa diri. Itulah rahasia true leadership. Sampai di sini, minggu depan kiranya Tuhan pimpin kita.

 

Nehemia 1:1-4; Nehemia 2:1
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more