Ringkasan Khotbah

30 April 2023
Behold My Servant (6)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yoh 21:1-19, Yes 42:1-4

Yoh 21:1-19, Yes 42:1-4

Kita terus melanjutkan berkenaan dengan dua sifat Yesus Kristus yang ada di dalam Yesaya 42 yaitu kelembutan/kerendahan hati dan kasih. Kita sudah bicara berkenaan dengan kasih, dan kasih itu ada dua hal. Yang pertama adalah tanda kesejatian sebuah ibadah. Jikalau kita beribadah dengan segala hal yang ada tetapi tidak memiliki kasih, kita tidak ada bedanya dengan setan ketika dia beribadah. Hal yang kedua adalah kasih ketika kalimat ini kita munculkan, biarlah kita boleh berhati-hati. Karena kasih tidak pernah terlepas dengan hukum Allah. Hari ini kita akan belajar bagaimana kasih kepada Allah ketika itu dijalankan tidak mungkin bisa dibedakan atau tidak mungkin bisa dipisahkan dengan kasih kepada sesama, kasih kepada gereja-Nya. Biarlah kita tidak buru-buru dengan kalimat kita mengatakan harusnya kita mengasihi, apakah kita mengerti kasih yang diajarkan Alkitab itu intinya apa? Banyak dari kita menggunakan kalimat-kalimat yang ada dalam Alkitab tapi sebenarnya isinya, bobotnya itu berbeda. Jikalau itu terjadi maka saudara-saudara akan melihat ada pergeseran dan menuju kepada penyimpangan dan kesesatan dan celakanya adalah kita merasa dan menganggap diri kita memiliki dan kita melakukan itu, tetapi Allah di surga mengatakan, “Tidak, itu bukan seperti yang seharusnya!” Saya sudah pernah mengatakan berkali-kali, saya ucapkan sekali lagi, jangan terlalu sering kita sebagai orang Kristen mengatakan ‘kasih’. Jangan sering kita sebagai orang Kristen, kita sendiri menganggap diri kita mengasihi Allah. Sebaliknya malah kita harus mengasumsikan diri kita tidak memiliki kasih itu, karena kasih adalah bentukan Roh Kudus dan dengan itu kita perlu minta belas kasihan Roh Kudus membentuk kasih yang sejati dalam hati kita. Banyak orang selalu bicara mengenai kasih supaya orang lain menerima keburukan kita. Ketika banyak orang mengatakan harusnya kita mengasihi adalah supaya orang lain menerima opini kita yang salah; harusnya gereja mengasihi. Saya mau tanya artinya apa? Artinya kalau berdosa dibiarkan? Yesus tidak pernah mentolerir dosa. Yesus tidak pernah mentolerir orang yang melawan Dia. Dia tidak pernah memukul Imam Kayafas, Dia tidak pernah memukul Pilatus; tetapi Dia tidak pernah mau mundur satu langkah pun di depan mereka. Kebenaran itu kebenaran. Kesucian itu kesucian. Jangan engkau pernah pakai kalimat kasih lalu membolak-balik seluruh kebenaran Allah. Yesus sendiri dengan kelembutan hatinya menegakkan hukum di atas muka bumi, demikian kata Yesaya. Maka kasih dan hukum Allah tidak mungkin bisa dilepaskan.

Hal yang kedua adalah kasih kepada Allah, kasih kepada Kristus dan kasih kepada gereja-Nya tidak mungkin bisa dipisahkan. Ada orang yang mengatakan kasih, tetapi dia tidak mau berkomitmen pada gereja lokal. Saya tanya itu kasih seperti apa? Ada orang yang mengatakan kasih kepada Allah, kasih kepada Allah, tetapi dia memecah gereja. Saya mau tanya, kasihmu itu seperti apa? Beranikah engkau menguji dirimu sendiri apa yang engkau miliki? 1 Yoh 5:2 menyatakan, “Inilah tandanya bahwa kita mengasihi anak-anak Allah yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.” Saudara melihat dalam satu ayat saja, tiga hal ini tidak terlepas: Kasih kepada Allah. Maka itu melakukan dari perintah-Nya, hukum-hukum Allah, dan dimanifestasikan dengan kasih kepada sesama. Secara sederhana, barangsiapa bertumbuh mengasihi Allah, pasti akan bertumbuh mengasihi gereja Tuhan yang sejati.

Yesaya 42 menyatakan bagaimana pelayanan Mesias itu lembut dan kasih itu. Kelembutan, kerendahan-hati-Nya dan kasih-Nya diberikan kepada satu jenis orang dan Yesaya menyatakan, “Perhatikan orang itu, orang itu seperti buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya.” Kalau saudara-saudara membaca Yoh 21 saudara akan melihat peristiwa ini, mendapatkan penggenapannya. Yesus melayani Petrus. Kalau saudara-saudara membaca pasal 21, maka saudara akan merasakan ada sesuatu keanehan di sini. Kalau saudara membaca commentary, maka saudara akan menemukan banyak perdebatan dari komentator di dalam area ini. Banyak dari komentator mengatakan mengapa Yohanes 21 ini ada di sini. Mengapa Injil Yohanes itu epilogue-nya (bab terakhirnya) adalah Yohanes 21. Aneh sekali. Tulisan Yohanes adalah tulisan paling Kristologi dibandingkan dengan Matius, Markus dan Lukas. Kalau ini sungguh-sungguh sesuatu yang paling kristologi, maka Yohanes 21 seharusnya jangan dimasukkan di sana. Yohanes memulai kalimatnya dengan pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama dengan Allah, Firman itu adalah Allah. Paling tepat seharusnya Yohanes menutup Injil-nya dengan pasal 20:31, ‘Tetapi semua yang tercantum di sini sudah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.’ Bagus bukan kalau ditutup di sini ? Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Lalu kemudian semuanya yang dicantumkan di sini dicatat supaya kamu percaya dan kamu memperoleh iman dan memperoleh hidup di dalam nama-Nya. Selesai, tutup. Tapi tiba-tiba ada tambahan tulisan dan tambahan tulisan itu tidak ada “urusannya” dengan Kristologi yang kental. Tiba-tiba Yohanes menuliskan peristiwa Petrus sebagai epilogue. Seakan-akan mau membangun narasi yang baru. Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai Danau Tiberias. Di dalam ayat yang ke-2, Yohanes menuliskan di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain, totalnya itu 7. Apakah saudara merasakan ada sesuatu yang mau ditampilkan oleh Yohanes? Kenapa Petrus dan Tomas (dua nama ini) disebutkan di depan dari 7 nama yang lain. Petrus sang pengkhianat dan Tomas yang berkali-kali ragu kepada Yesus Kristus. Injil Yohanes ditutup dengan sesuatu yang sangat pribadi sekali yaitu membedah hati Petrus. Peristiwanya sendiri sangat menakjubkan. Lebih teristimewa lagi karena semua peristiwa ini ada di dalam sebuah payung besar dalam konteks makan. Apakah saudara bisa memikirkan kenapa konteksnya makan? Apa pentingnya itu? Yesus sudah bangkit, saatnya mengabarkan Injil. Kenapa urusannya makan? Ya makan. Karena di dalam hal makan, Adam sudah berdosa. Karena di dalam hal makan, Israel berdosa di hadapan Allah. Tetapi Yesus berhasil ketika disodorkan oleh setan urusan makan. Ubah batu ini menjadi roti. Yesus menolak tawaran dari setan. Dari peristiwa pencobaan itu, pencobaan pertama adalah urusan makan. Adam gagal dalam urusan makan, Israel gagal dalam urusan makan, Yesus sebagai Adam kedua dan Israel yang sejati, Dia menang dalam urusan makan. Sekarang Yesus mau mendidik murid-murid-Nya dan kita di dalam hal esensial ini adalah makan. Pasal 21 secara keseluruhan bicara mengenai sesuatu yang sangat esensial, fundamental dan yang kedua sangat pribadi. Oh, ketika saudara menyelidikinya saudara akan mengetahui bahwa perikop ini luar biasa kompleks dan begitu banyak rajutannya. Dan saudara bisa menemukan dari berbagai macam sudut keindahannya itu. Saya akan membawa saudara kepada tiga pemandangan.

Pemandangan yang pertama. Yesus memberi makan murid-murid-Nya yang sedang mencari makan. Hari itu Petrus bersama dengan murid-murid-Nya mencari ikan. Banyak orang mengatakan ini adalah suatu kemunduran dari para murid. Harusnya mereka full time bukan? Tetapi jelas tidak, karena Yesus sama sekali tidak menegur mereka di dalam hal ini. Sangat mungkin pada waktu itu mereka tidak tahu apa yang mereka harus perbuat karena Yesus juga tidak menampakkan diri, seperti dulu bersama-sama dengan mereka selalu. Tetapi yang jelas, bahwa mereka itu tidak menunggu dan tidak mau menganggur, mereka adalah orang dengan tipe yang bertanggung jawab. Peristiwa ini juga menyatakan bahwa memang sampai kapanpun kita seorang manusia tetap akan bergantung kepada makanan, bergantung kepada bumi ini. Yesus sudah bangkit, tetapi aku perlu makan. Karena kita adalah jiwa yang diberi tubuh. Jiwa kita hidup karena nafas Allah, karena Firman. Tetapi tubuh ini hidup, kaitannya dengan dunia, dengan makanan. Tetapi di sini yang paling penting adalah Tuhan selalu mengajar bahwa jiwa lebih penting daripada tubuh. Apa yang kita lakukan pada tubuh kita adalah untuk mendukung dari jiwa kita dan jangan sebaliknya. Dan jikalau kita mau memberi makan pada tubuh kita, bagaimana kita mencari makan dan di mana kita mendapatkannya itu hal yang penting. Petrus dan murid-murid-Nya rajin bekerja, mereka perlu hidup, keluarga mereka perlu hidup, mereka tidak idle, mereka tidak nganggur. Orang-orang puritan mengatakan, begitu engkau nganggur, itu adalah pintu yang terbuka bagi setan untuk masuk. Mereka adalah orang yang bekerja keras. Mereka pergi ke laut dan berusaha untuk menjala ikan semalaman, tetapi mereka tidak mendapatkannya. Dan ketika matahari sudah mulai muncul dan mereka sudah kurang lebih sekitar 90 meter dari pantai, tiba-tiba mereka mendengar perkataan seseorang dari pantai itu, “Hai anak-anak, ada makanan atau tidak?” Tentu mereka sambil mereka sudah lelah, sambil mereka membersihkan jaringnya, mereka berteriak, “Tidak ada!” Lalu orang itu dengan suara nyaring, “Tebarkan jalamu ke kanan, maka engkau akan memperoleh ikan.” Orang yang sudah tidak tidur semalaman, yang capai, mereka melakukannya dengan spontan begitu saja. Murid-murid tidak ada pikiran apa-apa, mereka menebarkan jalanya dan mereka menariknya. Begitu mereka tarik, “Hah! Berat!” Ini dapat jangkar perahu atau apa? Tapi mereka melihat gelepakan ikan mulai muncul di situ dan jala menjadi begitu berat. Begitu itu terjadi, langsung Yohanes yang melihat ikan itu melihat ke pantai, “Itu Tuhan.” Langsung Petrus seorang yang paling agresif, dia langsung lihat, dia langsung cebur ke laut. Perhatikan Yohanes adalah orang yang paling lembut. Yohanes adalah orang yang sangat peka, tapi Petrus adalah seorang pejuang, seorang yang paling reaktif, yang paling sigap dari yang lain. Ketika Yohanes melihat ini ada sesuatu, dia baru bisa berpikir, semalaman aku cari ikan tidak ada, sekarang di depanku ada ikan, orang itu yang mengatakan, langsung dia mengatakan “Itu Tuhan!” Apakah saudara bisa melihat sesuatu keindahan di titik ini? Oh betapa indahnya hidup yang diintervensi Tuhan. Murid-murid itu berjuang, mereka bekerja keras, tetapi bagi anak Tuhan yang sejati, anugerah Tuhanlah yang membuat semuanya berhasil dan sering kali berkat itu diberikan oleh Tuhan paralel dengan ketaatan. Mintalah pengalaman bersama dengan Tuhan dalam bentuk apa pun saja, Allah itu hidup. Saudara bisa bekerja keras, saudara mendapatkan uang, bisa menikmati, dan mengatakan “Thanks God.” Tetapi kalau hanya sampai di situ, saudara akan tahu setan tidak pernah akan mundur, saudara akan makin lama makin sombong dengan keuangan yang berhasil. Ya ketika dinyatakan saudara mengatakan itu berkat Tuhan. Tetapi sekali lagi, itu bisa kita ucapkan tetapi tidak pernah meluluhkan hati kita sampai saudara dan saya mengalami sungguh-sungguh ini berkat Tuhan. Maka berkat itu akan menjadi sesuatu devotion (penyembahan).

Hal yang pertama, Yesus memberi makan pada murid-murid-Nya yang mencari makan. Kalau bersandar pada murid-murid-Nya sendiri, mereka tidak memiliki makan. Tetapi Yesus memiliki rencana dan berkat bagi mereka, baru mereka mendapatkan makan. Ini adalah suatu pengajaran yang fundamental bukan? Yang sangat sederhana bukan? Tetapi Adam gagal, Esau gagal, Israel gagal, orang Kristen gagal. Tapi Yesus mau mengajar kita di sini, mengajar murid-murid-Nya, bahwa setiap berkat adalah dari Dia, setiap keberhasilan adalah dari Dia. Ketika bicara berkenaan dengan keberhasilan Petrus dan murid-murid-Nya adalah karena Firman Tuhan, “Lempar jalamu ke kanan.” Bagi orang-orang dunia, maka keberhasilan adalah sesuatu anugerah umum dari Tuhan. Tetapi keberhasilan anak-anak Tuhan pun adalah karena Firman, sesuatu yang spesial, khusus bagi mereka adalah anugerah khusus.

Pandangan ke-2 adalah Yesus mengajak murid-murid-Nya makan bersama. Petrus langsung terjun dari perahu itu, langsung dia berenang menuju ke pantai, dia berdiri dan dia mendekat kepada Yesus Kristus tetapi Petrus terdiam. Yesus berjumpa dengan murid-murid-Nya di mana ada Petrus sudah terjadi dua kali sebelumnya, ini adalah yang ke-3. Tetapi dalam perjumpaan dua kali sebelumnya tidak pernah Petrus berhadapan muka dengan muka berdua saja dengan Yesus Kristus. Dan ini adalah saatnya. Bisa dibayangkan ini pertemuan seperti apa, Petrus pasti luar biasa canggung. Petrus sudah pernah menyangkal Yesus. Yesus belum berurusan pribadi dengan dia. Petrus terdiam. Yang tadinya terjun cepat mendekat kepada Yesus, sekarang di hadapan wajah-Nya yang suci itu dia terdiam. Tetapi biarlah jemaat mengerti satu prinsip ini, minta kepada Roh Kudus mengajarkan kita dan menanamkan memiliki jiwa seperti Petrus ini. Begitu berdosa, begitu tahu ada masalah dengan Tuhan belum beres, dia langsung lari ke Tuhan. Ini adalah kecepatan anak Tuhan yang sejati. Kenapa ketika kita berdosa malah kita lari menjauh dari Tuhan? Petrus sebaliknya, dia langsung datang kepada Tuhan. Meskipun canggung, sulit, kuatir, takut, tetapi dia mau membereskan masalahnya di hadapan Allah. Begitu Petrus sampai ke depan Yesus, dia diam tersentak. “Aku mesti ngomong apa? Aku tidak siap dengan perjumpaan ini juga, tapi aku rindu untuk membereskan masalahku.” Petrus diam di situ, dan para murid-Nya berduyun-duyun datang kepada Petrus dan Yesus. Ketika murid-Nya datang, Yesus sedang membakar roti dan ikan bawaannya sendiri. Yesus berkata kepada semua murid-murid-Nya, “Bawa beberapa ikan yang baru kamu tangkap itu!” Petrus langsung lari lagi ke perahu. Saudara bisa melihat ini jiwanya seperti ini. Begitu ada satu kalimat dari Yesus, langsung lari dia. Ambil ikan itu, sebelumnya jala dihela semuanya sampai 153 ekor ikan besar dan sebagian diberikan kepada Yesus untuk dibakar bersama-sama dengan ikan yang Yesus bawa sendiri. “Anak-anak bawa ikan yang barusan kamu tangkap!” Oh kalimat Yesus itu terngiang dan saya sangat-sangat terharu. Ini adalah gambaran bagaimana Yesus memakai kita. Manusia itu, kita, bahkan orang Kristen terlalu kikir, terlalu sombong. Ingat, kalau Tuhan minta ikanmu itu, engkau tidak punya jasa apa pun karena ikan itu adalah berkat Tuhan. Waktumu dari Tuhan, kekuatanmu dari Tuhan, uangmu dari Tuhan, anakmu dari Tuhan, seluruh hidup kita dari Tuhan, dipinjamkan Allah. Kenapa ketika Tuhan meminta untuk kita melayani-Nya, kita menyimpan ikan itu? Ini punyaku Tuhan, Engkau tidak punya hak. Bertobatlah! Kasih sini ikanmu! Inilah cara kerja Tuhan, Dia yang memberikan mukjizat kepada kita, Dia memberikan berkat dan talenta kepada kita, Dia pula yang mengikutsertakan kita untuk melayani Dia. Apakah saudara pikir bahwa Tuhan kita itu orang miskin, apakah kita berpikir bahwa Dia tidak bisa membangkitkan malaikat atau makhluk lain untuk melayani Dia? Kalau Injil kerajaan harus dikembangkan ke seluruh muka bumi, dan tugas diberikan malaikat, saya yakin pasti lebih cepat daripada diberikan kepada kita gereja Tuhan. Orang-orang puritan mengatakan kita harus memiliki ketaatan seperti malaikat, ketaatan yang segera, ketaatan yang tidak menunda, ketaatan yang keseluruhannya. Berikan ikanmu, tidak semua lho, berikan ikanmu, hanya beberapa. Ingat bahwa semua dari Tuhan. Petrus tidak akan bisa memberikan sesuatu kepada Tuhan kalau Tuhan tidak memberkatinya terlebih dahulu, itu kunci dari hidup kita. Orang kharismatik selalu pikir, aku kasih sama Tuhan supaya Dia bisa kasih lagi kepadaku. Aku kasih ini, maka Dia akan berikan tingkap-tingkap di langit, tetapi Alkitab mengatakan sebaliknya, tingkap di langit sudah diberikan kepadamu, engkau sudah diberkati oleh Tuhan maka engkau baru bisa memberi. Bahkan kita beribadah sekarang pun itu sudah harus diberi kesehatan dulu oleh Tuhan baru saudara bisa melangkah pergi ke gedung gereja bukan? Saudara celik dulu matanya, tidak ada masalah dengan mata saudara baru bisa membaca Firman bukan? Bahkan orang Kristen pergi ke gereja cuma satu minggu satu kali dua jam saja saudara tidak mau berikan ikan itu. Betapa kikirnya kita, betapa sombongnya kita. Dan betapa rendah hatinya Tuhan, Dia memberikan mukjizat kepada kita, Dia memberikan berkat kepada kita, talenta kepada kita dan di dalam pekerjaan pelayanan-Nya yang besar Dia mau melibatkan kita, tetapi kita salah mengerti Dia.

Petrus terdiam, melihat Yesus membakar ikan dan roti itu. Dalam beberapa waktu ketika Yesus membakar ikan dan roti itu, murid-murid terdiam tidak ada yang bicara satu dengan yang lain. Mereka melihat dan memikirkan kembali sekilas dari peristiwa yang baru saja terjadi dan mereka speechless. Ini adalah peristiwa yang mendadak yang aku tidak tahu harus berespon seperti apa. Aku tidak tahu bagaimana menyimpulkan secara theological, tetapi murid-murid pasti dibawa kepada satu peristiwa kurang lebih 3,5 tahun yang lalu, hari pertama mereka mengikuti Yesus. Peristiwa seperti ini, tepat seperti ini terjadi. Pandangan mereka mungkin kosong terhadap Yesus yang membakar ikan itu, tetapi pikiran mereka dikobarkan oleh sesuatu pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya dan itu adalah pengalaman pertama kali Allah memberikan cinta yang semula. Cinta yang semula ketika mukjizat seperti itu, tiga setengah tahun yang lalu, sekarang berkobar di dalam hati mereka. Tidak berapa lama kemudian, Yesus yang setelah selesai membakar ikan itu Dia berdiri, murid-murid-Nya masih berdiri dan membawa roti dan ikan itu, datang kepada murid itu, “Ayo makan, makan sama-sama, datang!” Semua murid-Nya dipanggil, lebih mendekat kepada Dia, “Makan sama-sama.” Apakah saudara bisa melihat Tuhan yang bangkit itu memberikan kasih sayang kepada mereka. Kristus sudah ditinggalkan oleh murid-murid ini. Kristus sudah dikhianati oleh Petrus. Tetapi sekarang Kristus itu, mulia menang mengalahkan maut, mengalahkan setan, mengalahkan dosa, mengalahkan kubur. Dia adalah Pangeran kemenangan itu. Dia adalah Panglima bala tentara perang. Dan sekarang melayani murid-Nya yang kecil yang sudah mengkhianati Dia. Dia tidak mengatakan, “Mari, layani Aku!” Dia tidak mengatakan, “Aku akan di sini makan dan kamu tunggu Aku di sana.” Saudara pernah menjadi boss bukan? Saudara pernah melihat seorang boss bukan? Apa yang dilakukan kepada driver-nya atau kepada pembantu rumah tangganya? Maka pembantu atau driver ada di satu pojok, “Kamu tunggu di sini, saya mau makan,” dan dia makan jutaan di sini. Itu bahkan tidak dilakukan oleh Tuhan pencipta langit dan bumi kepada kita orang berdosa. “Mari makan sama-sama”, Dia menghidangkan makanan-Nya dengan tangan-Nya sendiri. Tuhan melayani murid-murid-Nya. Ayo makan, makan sama-sama, kita sarapan sama-sama, undangan ini sendiri sudah pasti menusuk hati mereka. Seperti seorang bawahan yang hina yang sudah memberontak dan sekarang diundang semeja dengan pembesar yang mulia, perkataan apa yang bisa diucapkan?. Makan ini adalah suatu bentuk penerimaan, bentuk fellowship yang dalam. Apakah kita tahu bahwa seluruh peristiwa di dalam akhir zaman akan ditutup dengan satu hal ini yaitu makan bersama dengan Allah Tritunggal. Di dalam kebesaran-Nya, di dalam kemuliaan-Nya, di dalam keagungan-Nya, kita makan bersama dengan Pangeran itu. Yang tadinya jauh, dibuat mendekat. Pendosa dibawa ke meja perjamuan-Nya untuk menikmati kemenangan sang Pangeran itu. Tetapi bukan di tempat Pantai Tiberias yang kotor, tetapi di dalam kekekalan yang mulia.

Pemandangan yang ke-3, saudara akan melihat Yesus mengutus Petrus untuk memberi makan domba-domba-Nya. Perhatikan bahwa Petrus masih terdiam, murid-murid-Nya semua terdiam. Ini adalah suatu peristiwa yang mungkin memakan waktu mungkin 1.5 jam atau 2 jam atau 3 jam dan sebagian awalnya sangat-sangat terdiam. Perasaan Petrus, meskipun dia makan tetapi pasti akan ada campur aduk karena masalah pribadinya belum diselesaikan. Rasa bersalah, kekhawatiran untuk ditolak, takut untuk dikeluarkan oleh Yesus, bercampur dengan kerinduan, bercampur dengan keinginan untuk menyatakan isi hati dan pertobatan dan seluruhnya itu menjadi satu. Tiba-tiba setelah makan, di depan seluruh murid-murid-Nya, Petrus tersentak karena Yesus memberikan satu pertanyaan terbuka yang diulang 3 kali kepada Petrus dan didengar oleh seluruh murid-Nya. “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka semua ini?” “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka mengasihi Aku?” Oh, pertanyaan ini begitu lembut, tetapi seperti halilintar menyambar hati terdalam Petrus. Pertanyaan ini sendiri sudah membedah sebuah dosa dan Petrus menyadari bahwa Petrus sudah berdosa. Beberapa hari sebelumnya, Yesus mengatakan, “Aku akan pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dan kamu semua akan tercerai-berai.” Tetapi Petrus dengan gagah berani mengatakan, “Kalau mereka semua lari, aku tidak, aku bahkan mau mati bagi Engkau.” Petrus jujur, tetapi sombong. Dia membandingkan diri dengan orang lain dan menganggap diri lebih rohani dari orang lain. “Kalau mereka semua meninggalkan, aku tidak.” Itulah sebabnya Yesus bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka semua ini mengasihi Aku?” Petrus yang sudah sombong di depan semua teman-temannya, sekarang hatinya dibongkar oleh Yesus di depan semua teman-temannya. Ini bukan untuk mempermalukan Petrus, tetapi untuk mengokohkan posisi Petrus di depan seluruh murid-murid-Nya kembali; mengembalikan posisi Petrus. Kalau tidak ada poin ini, maka Petrus dan seluruh murid-Nya bersama-sama, tetapi tidak mungkin akan sehati. Petrus menjawab dengan apa yang memang ada, dia tidak sombong, dia menyatakan, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Titik sampai di situ, dia tidak mengatakan, “Benar Tuhan, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau lebih daripada mereka.” Dia menyatakan: “Aku mengasihi Engkau.” Thats it, itu saja. Dia tidak mengatakan lebih daripada mereka, dia tahu kekurangannya. Yesus kemudian mengatakan di dalam bahasa yang harafiah, “Beri makan domba-domba kecil-Ku.” Perhatikan, yang pertama adalah bicara mengenai murid yang mencari makan. Bagian yang ke-2 adalah Yesus mengajak makan. Dan bagian ke-3 ini, Yesus mengutus murid untuk memberi makan. Gembalakanlah atau beri makanlah atau peliharalah anak-anak domba kecil-Ku.

Hal yang ke-2, pertanyaan yang ke-2 adalah: Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Kalimat ini adalah kalimat untuk menguji Petrus ke dalam, melihat dirinya sendiri. Yang pertama adalah membuat Petrus melihat dirinya sendiri di-compare dengan orang lain. Tetapi sekarang Yesus memberikan satu pertanyaan yang masuk di dalam hatinya sendiri. Petrus harus memperhatikan apa sesungguhnya yang dia miliki, tanpa melihat orang lain, sungguh-sungguh dari dirinya sendiri. Petrus kemudian mengatakan, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Perhatikan setiap kali Petrus bicara 3 kali ini, “Benar Tuhan, Engkau tahu,” maka Petrus mau mengatakan engkaulah yang mendefinisikan Tuhan, bukan aku, Engkau yang mendefinisikan, dan sepanjang aku tahu, Engkau tahu seperti apa; tetapi sepanjang aku tahu, aku mengasihi Engkau. Kemudian Yesus bertanya yang ke-3 kali dengan pertanyaan yang sama: “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka di sini rasa sakit yang paling dalam menusuk hati Petrus. Petrus tidak bisa lagi untuk tidak menangis, dia menangis sejadi-jadinya. Kenapa dia menangis? Tentu karena dia teringat detail pengkhianatannya 3 kali. Pertanyaan Yesus 3 kali, memberikan dia sekarang perspektif, “Oh, aku juga sudah menyangkal-Nya 3 kali.” Dia teringat akan detail pengkhianatannya, tetapi pada saat yang sama dia pasti tahu. Aku itu sungguh-sungguh kok, aku sungguh-sungguh, meskipun mungkin tidak penuh sungguh-sungguh mengasihi Engkau. Mengapa Petrus menangis? Karena dia yakin bahwa ke depan dia akan menyangkal lagi. Apakah saudara pernah mengalami pengalaman seperti ini. Saudara sungguh-sungguh genuine untuk mengabdi kepada Tuhan. Saudara sungguh-sungguh genuine untuk mengejar kesucian. Kemudian kita gagal dan kalimat-kalimat seperti ini dimunculkan oleh Tuhan. Kemudian kita mengatakan, “Tuhan, Engkau tahu aku sungguh-sungguh, tetapi aku tahu pasti gagal. Aku tidak bohong, tetapi aku pasti gagal. Dengan air mata, dia mengatakan, “Tuhan, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau.” Oh, dukacita itu begitu dalam. Mengasihi Tuhan dan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan dan urusan kegagalan itu, itu adalah 2 hal yang sering sekali berbeda dalam hidup orang Kristen bukan?

Petrus menyadari bahkan evil, kejahatan, itu lebih besar daripada komitmennya. Dunia lebih kuat daripada keinginannya untuk hidup suci. Kejahatan begitu sangat menakutkan, dan ketika masuk menyelubungi hidup kita, kita pasti akan menjadi orang munafik dan seorang yang pengecut. Tapi kemudian Yesus mengatakan, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kemudian Dia langsung menyambung, perhatikan kalimat ini: “Sesungguh-sungguhnya Petrus, pasti, ketika engkau muda engkau mengikat pinggangmu sendiri, engkau berjalan kemana saja engkau kehendaki tetapi jikalau engkau sudah tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki.” Hal ini dikatakan Yesus untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Pasti Petrus, engkau akan berhasil! Engkau tidak akan gagal, engkau pasti berhasil! Beberapa hari sebelumnya, Yesus mengatakan, “Engkau pasti akan mengkhianati aku.” Tetapi sekarang dengan Firman-Nya, Yesus mengkonfirmasi, “Engkau pasti berhasil dalam iman.” “Oh Tuhan, aku tidak sanggup, aku mengasihi engkau, tetapi evil terlalu besar, aku tidak sanggup.” “Tidak! Engkau akan berhasil, engkau akan mempermuliakan Aku, bahkan ketika engkau di ambang kematian.” Oh jemaat, apakah engkau sadar bahwa semua hidup kita bergantung kepada perkataan Tuhan Yesus. Dia yang mengatakan: “Tebarkan jalamu ke kanan,” maka di kanan kita mendapatkan ikan dengan perkataan-Nya. Dia yang menyatakan kamu akan menyangkal aku 3 kali, sebelum ayam berkokok, dan terjadilah seperti itu. Dan Dia yang mengatakan Petrus, engkau akan mati dengan sulit tetapi engkau akan menang, dan terjadilah seperti itu. Jemaat perhatikan baik-baik, nasib hidup kita tergantung kepada Firman-Nya dan belas kasihan-Nya semata. Minta selalu belas kasihan-Nya, jangan jadi orang sombong. Dengar terus Firman-Nya, jangan jadi orang sombong. Mengapa kita tidak mau berlutut meminta belas kasihan-Nya? Mengapa kita tidak mau membaca Firman setiap hari untuk mendapatkan Firman-Nya? Begitu sombongkah kita? Belas kasihan dan Firman-Nya adalah kelanjutan hidup kita.

Mari kita coba pikirkan kenapa Yesus harus sampai bertanya sampai 3 kali? Kenapa Yesus mesti tanya sampai 3 kali? Apa Yesus tidak tahu? Setiap kali pertanyaan Allah, setiap kali pertanyaan Yesus itu; bukan Yesus tidak tahu. Yesus bertanya, “Ada makanan tidak anak-anak?” Orang-orang-Nya mengatakan tidak tahu. Itu bukan karena Yesus tidak tahu; mereka pasti tidak ada makanan. Itu supaya menunjukkan murid-murid-Nya dari tidak mendapat, sekarang mendapat. Petrus pun menjawab dengan tepat, “Tuhan, Engkau tahu, Engkau tahu segala sesuatu.” Jadi kenapa mesti tanya? Yesus tanya 3 kali karena beberapa hal ini, agar murid-murid yang lain tahu isi hati Petrus. Sehingga Petrus bisa masuk lagi kembali ke dalam kelompok rasul ini dan bisa dipercaya untuk melayani lagi. Hal yang ke-2 adalah agar saudara dan saya, gereja semua tahu apa yang sesungguhnya dicari oleh Yesus Kristus di dalam pelayan-Nya. Ketika engkau melayani, apakah engkau memiliki kasih kepada-Ku? Demikian perkataan Yesus kepada Petrus, kepada Gereja. Yesus tidak mencari performance apakah saudara bisa main piano sampai grade berapa, tetapi Yesus mau melihat isi hati ketika engkau memainkan piano itu, meskipun engkau grade yang paling rendah apakah engkau mengasihi Aku? Yesus mencari hati kita, karena ketika Dia melayani kita, Dia juga memberikan hati-Nya. Ketika Dia melayani kita, Dia juga memberikan cinta-Nya. Tanpa cinta, maka kerajinan kita didorong oleh ideologi. Sekalipun kita Reformed. Ini sungguh-sungguh saya lihat, sungguh-sungguh ada di dalam hidup saya. Dalam hidup kita orang Reformed, kita banyak melayani, karena kita mau mengobarkan Reformed, tetapi bukan karena cinta kepada Kristus. Apa bedanya dengan komunis mempromosikan ideologi mereka? Ini adalah teknik setan yang membelokkan hati kita. Mengasihi Kristus dan tidak yang lain. Di dalam hardikan Yesus Kristus kepada gereja Efesus yang begitu rajin, begitu setia kepada kebenaran dan doktrin, maka Yesus katakan, “Engkau sudah kehilangan kasihmu yang semula, Aku akan mengambil kaki dianmu.” Hai semua jemaat Reformed, beranikah engkau menguji diri kita sendiri? Kita bergerak, kita rajin, kita sungguh-sungguh, kita bersemangat untuk apa? Didorong oleh apa? Sebelum Yesus menyerahkan pelayanan-Nya, Dia tanya 3 kali, “Apakah engkau mengasihi Aku? Paulus sendiri mengatakan: Seluruh pelayanan, seandainya engkau melayani sampai dirimu dibakar hidup-hidup-pun tidak ada gunanya kalau engkau memiliki kasih Kristus. Yesus menolak pelayanan yang gigih tanpa kasih kepada Dia.

Hal yang ke-3, mengapa harus 3 kali? Untuk saudara dan saya sekarang bisa melihat, mengetahui apa yang ada di hati Kristus yang terdalam, yaitu gereja-Nya. Perhatikan sekarang, kalau saudara-saudara tanya dengan orang yang sudah dekat, “Apakah engkau mengasihi aku?” Pasti itu ada sesuatu kalimat di belakangnya, tidak cukup sampai di situ. Karena kalimat ini akan diikuti suatu keinginan terdalam dari hati kita “Apakah engkau mengasihi aku?” “Iya.” “Belikan aku rumah dong.” “Apakah engkau mengasihi aku?” “Iya.” “Janji ya seumur hidup jangan kecewakan aku ya, kita jadi nikah ya.” Pasti ada sesuatu keinginan yang terdalam dari orang yang tanya ini nanti di kalimat berikutnya. Yesus bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku?” “Iya Tuhan, engkau tahu, aku mengasihi Engkau.” Dan sekarang dia buka isi hati terdalam dari Yesus, “Umat-Ku, umat-Ku, Aku akan ke Surga, berikan mereka makan, sebagaimana Aku memberi mereka makan. Peliharalah mereka sebagaimana Aku memelihara engkau.” Kita tahu nanti setiap rasul bekerja bersama dengan Roh Kudus untuk memberikan makan kepada gereja-gereja Tuhan.

Gereja Tuhan, apakah kita menyadari itu adalah isi hati-Nya? itu berharga sekali bagi Dia. Dan gereja-Nya diberikan kepada pelayan-pelayan-Nya yang mengerti isi hati Kristus yang lembut dan rendah hati dan mengasihi mereka. Allah mencari hati yang mengasihi, untuk dipercayakan pelayanan-Nya kepada gereja itu. Inilah hati yang dibentuk melalui pengorbanan dan pengampunan kepada buluh yang terkulai dan sumbu yang pudar itu. Dan orang-orang seperti ini, yang mengenal pengampunan Tuhan di atas kayu salib dan mengenal bagaimana diterima Allah di dalam perjamuan-Nya. Setiap murid Yesus memiliki kehidupan yang berbeda-beda, tetapi semuanya adalah kehidupan yang mengasihi Kristus dan mengasihi gereja-Nya. Dan karena cintanya kepada Kristus dan cintanya kepada gereja-Nya, maka suatu hari Petrus mati martir. Jemaat Tuhan, jikalau kita ditebus oleh Kristus, mintalah Roh Kudus menanam cinta di dalam hati kita kepada Dia. Dan jikalau cinta itu ditumbuhkan-Nya, maka mintalah Roh Kudus mengajar kita untuk mengasihi gereja-Nya juga. Kiranya kasihan Tuhan menyertai. Mari kita berdoa.

 
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more