Ringkasan Khotbah

30 July 2023
Pertanyaan-pertanyaan Allah Kepada Manusia (4)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mat 26:30-35; Yoh 21:15-17

Mat 26:30-35; Yoh 21:15-17

Alkitab mencatat banyak kali Allah memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada seseorang. Tetapi di seluruh Alkitab, hanya di tempat ini, Allah memberikan pertanyaan yang sama kepada Petrus sebanyak tiga kali.  Yesus menanyai Petrus, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Tiga kali. Saudara-saudara, kita tau bahwa setiap kali Allah itu bertanya, bukan karena dia mencari informasi. Dia adalah Allah yang Maha Tahu, Dia tahu segalanya dan tahu isi hati kita, tetapi mengapa Dia bertanya? Bahkan mengapa sampai bertanya tiga kali? Ada sesuatu yang pasti mau dinyatakan oleh Allah. Allah, Yesus Kristus pasti mau membukakan sesuatu hal yang tersembunyi di dalam diri Petrus dan kita, agar Petrus mengerti apa yang ada di dalam isi hati-Nya. Pemazmur Daud mengatakan, “Selidikilah hatiku, ya Allah, kenallah aku,  ujilah aku, kenallah pikiranku.” Apakah itu artinya Allah tidak tahu? Tidak. Sebaliknya Daud tahu, dialah yang tidak tahu akan dirinya sendiri. Dia berdoa minta belas kasihan Tuhan yang Maha Tahu itu, untuk membukakan apa yang ada pada isi hatinya dan apa yang ada dalam pikirannya bahkan yang tersembunyi sekalipun. Dengan cara yang sama kita sekarang mengerti, Yesus bukannya tidak tahu apa yang terjadi pada diri dan hati Petrus. Yesus bukan tidak tahu apa yang tersembunyi yang ada di dalam sisi gelap Petrus, tetapi Petruslah yang tidak tahu dan Yesus menyatakannya begitu tajam untuk membedah semuanya sampai Petrus dan kita dan gereja-Nya tahu sebenarnya apa yang ada di dalam hati kita.

Pertanyaan ini diulang tiga kali dan ini adalah sesuatu hal yang luar biasa, exceptional. Ini bukan sesuatu yang biasa. Saudara-saudara, di dalam Alkitab saya teringat akan satu kata ini, yang merupakan sifat Allah, yang diulang tiga kali, yaitu Yesaya itu bertemu dengan malaikat Allah. Yesaya melihat Allah, sebenarnya dia bukan melihat Allah, dia melihat ujung jubah Allah menutupi seluruh bait suci dan dia mendengar malaikat itu mengatakan, “Suci, suci, sucilah Tuhan.” Kudus, kudus, kuduslah Tuhan. Saudara-saudara, ini adalah satu sifat Allah yang diulang tiga kali. Allah itu baik adanya, tapi tidak pernah ada baik, baik, baiklah Allah. Allah itu murah hati adanya tapi tidak pernah ada murah hati, murah hati, murah hatilah Allah. Saudara-saudara, seluruh sifat Allah itu begitu banyak tetapi hanya ada satu yang diucapkan tiga kali. Ini bicara berkenaan dengan penyembahan kepada Allah Tritunggal dan bukan itu saja, ini bicara mengenai kesucian yang melampaui segala sesuatu pada kelasnya tersendiri tetapi ini juga menyatakan mengenai sifat paling dasar dari Allah adalah suci adanya. Kalau Dia benar, benar-Nya benar yang suci. Kalau Dia kasih, kasih-Nya adalah kasih yang suci. Kalau Dia ada murah hati, murah hati yang suci. Segala sesuatu sifat Allah akan dikaitkan dengan satu hal ini, yaitu kesucian. Itulah sebabnya hanya ada satu sifat yang diulang tiga kali; suci, suci, sucilah Allah. Saudara-saudara, ini menyatakan bobot Allah yang paling utama, yang paling pusat, titik nuklir dari segala sesuatunya. Maka, ketika kita melihat Yesus bertanya kepada Petrus tiga kali berkenaan dengan apakah engkau mengasihi Aku? Maka saudara akan melihat ini ada sesuatu hal yang merupakan bobot, titik nuklir dari hati Petrus yang Yesus mau nyatakan. Dan itu begitu penting di dalam pelayanan, itu begitu penting di dalam relasi kita dengan Kristus, itu begitu penting di dalam kerajaan Allah. Yesus menanyai Petrus tiga kali, pasti ada sesuatu yang begitu penting, yang menjadi titik berat yang Yesus mau kita mengerti. Apa yang sesungguhnya Yesus mau ungkapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama diulang tiga kali ini kepada gereja-Nya?

Beberapa hal ini, saudara-saudara, hal yang pertama, Yesus mau mengajar Petrus dan kita gereja-Nya untuk saling mengasihi dan bukan saling mengungguli. Sekali lagi, saling mengasihi dan bukan saling mengungguli. Di sini Yesus mengoreksi Petrus yang menganggap diri memiliki sesuatu yang lebih unggul atau lebih baik daripada murid-murid yang lain. Yesus bertanya kepada Petrus, “Simon bin Yunus, apakah engkau mengasihi Aku lebih semua ini?” Para komentator lebih setuju menyatakan ‘lebih daripada semua ini’ adalah ‘lebih daripada mereka semua ini.’ Dengan kata lain, kalimatnya adalah Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada semua rasul-rasul ini? Lebih daripada teman-temanmu? Lebih daripada mereka semua ini? Saudara-saudara, Petrus pasti diingatkan akan kejadian beberapa hari sebelumnya. Pada waktu itu Yesus sedang menuju ke taman Getsemani bersama dengan murid-murid-Nya. Hari itu Dia akan ditangkap, murid-murid-Nya akan tercerai belai dan besoknya akan disalib dan kemudian baru setelah itu tiga hari kemudian Dia bangkit. Pada waktu itu Yesus berkata kepada mereka di dalam Matius 26, “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu, karena Aku sebab ada tertulis, ‘Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai belai, tetapi setelah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.’” Dan kemudian tiba-tiba Petrus langsung menjawab dengan spontan, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, sekali-kali aku tidak!” Biarpun mereka seperti itu, mereka semua terbirit-birit, mereka semua lari, aku tidak akan lari, Tuhan. Saudara-saudara, Petrus memang mengasihi Yesus, Petrus tidak berbohong tentang hal ini. Tetapi dengan mengatakan hal ini, Petrus merendahkan murid-murid yang lain. Petrus menganggap dirinya memiliki elemen-elemen di dalam dirinya yang lebih daripada orang lain. Saudara-saudara perhatikan baik-baik, setiap kali kita memandang diri memiliki sesuatu kelebihan dari orang lain. Kalau saudara dan saya sungguh-sungguh anak Tuhan, saudara akan lihat bahwa Allah akan mendidik kita dan Allah akan menghajar kita, agar kita itu rendah hati. Sekali lagi saudara-saudara, setiap kali kita memandang diri memiliki kelebihan dari orang lain, Allah akan mendidik kita, Allah akan menghajar kita untuk memiliki kerendahan hati. Dan kita tahu semua, kalimat Petrus tidak terjadi, dia sendiri lari terbirit-birit, malah sebaliknya dengan suara keras Petrus menyangkal Yesus tiga kali secara terbuka di depan semua orang banyak. Saudara-saudara apa poinnya? Apa poinnya? Apakah merasa diri unggul dari orang lain itu adalah sesuatu dosa yang besar? Merasa diri lebih daripada orang lain, apakah itu adalah sesuatu hal yang signifikan di hadapan Allah? Apakah membandingkan diri dengan orang lain, apakah itu pasti sesuatu kesalahan, bukankah itu sesuatu kenyataan? Bukankah itu sesuatu kenyataan kalau kita memiliki sesuatu yang lebih baik dari orang lain? Saudara-saudara di sini poinnya, poinnya adalah bukan bersalah kepada orang lainnya saja, saudara-saudara, tentu itu. Tetapi yang lebih utama, lebih fatal adalah kita bersalah kepada Allah. Apanya bersalah kepada Allah? Kita menganggap Allah hanya berkasih karunia kepada kita saja. Saudara-saudara, kita harus menyadari pekerjaan Allah itu sangat besar dan kasih sayang-Nya itu sangat luas, lebih daripada yang kita kira. Sekali lagi saudara-saudara, pekerjaan Allah itu sangat besar dan kasih sayang-Nya itu sangat luas, lebih daripada yang kita kira. Pekerjaan Allah itu bukan hanya kepada diriku saja atau gerejaku saja, tidak! Iya, Dia mengasihi kita. Iya, Dia bekerja di tengah-tengah kita dengan dahsyat tetapi Dia juga bekerja di tengah-tengah hamba-hamba Tuhan yang lain, gereja yang lain dengan dahsyat. Kasih sayang-Nya itu tidak bisa kita lingkup hanya di tengah-tengah kita saja.

Elia, nabi Tuhan yang sangat hebat, dia berhasil memenangkan pertempuran dengan 400 orang, 400 orang nabi Baal. Dan pada waktu itu, agama Baal runtuh hanya dalam beberapa jam saja. Api mujizat didatangkan Elia dari langit untuk membakar korbannya. Dia mempertaruhkan hidupnya, mempertaruhkan segalanya, kalau dia kalah pada waktu itu, dia malu seumur hidup, dan dia memenangkan peperangan. Dia jendralnya Tuhan. Tetapi kemudian Izebel, istri dari Ahab itu menggertak dia, untuk membunuh dia keesokan harinya. Saudara-saudara, ini adalah suatu gertakan yang sebenarnya kalau dipikir baik-baik, lucu. Orang kalau membunuh yah bunuh sekarang, kenapa bunuhnya keesokan harinya? Berarti itu artinya Izebel juga takut. Tetapi kemudian apa yang terjadi? Elia lebih takut dan kemudian dia lari, dia bersembunyi di gunung Horeb. Ktika dia bersembunyi di sana, beberapa saat kemudian Allah menghampiri dia dan Allah bertanya, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” Apa kerjamu di sini? Dan jawab Elia, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Aku sendiri yang masih hidup. Tuhan, Engkau tidak lihat, aku sendiri yang masih setia, aku! Tuhan tanya kedua kalinya, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” Jawabnya, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Dua kali Allah bertanya dengan pertanyaan yang sama, dua kali Elia menjawab dengan jawaban yang sama; Aku seorang diri, Tuhan, aku. Dia tidak sombong, dia sungguh-sungguh setia, dia sungguh-sungguh kerja keras bagi Tuhan. Dia tidak sombong. Dia menyatakan hal yang sesungguhnya yang dia ketahui. Tetapi jawaban Tuhan sangat mengejutkan; Elia, Aku meninggalkan tujuh ribu orang Israel, yang ini semua orang yang tidak pernah sujud menyembah baal dan mulutnya tidak pernah mencium dia.  Hah? Hah? aku tidak tahu, Tuhan. Aku tidak tahu. Saudara tahu, tujuh ribu di dalam Perjanjian Lama, Gematria, tujuh adalah angka kesempurnaan dan seribu angka multitude, itu artinya banyak dan sempurna. Jumlah yang banyak sekali, tidak pernah menyembah Baal, tidak pernah mencium dia, orangnya murni di hadapan-Ku, orang yang membela Aku, orang yang setia kepada-Ku, bukan hanya engkau.

Sekali lagi saudara-saudara, saya yakin Elia tidak maksud meninggikan diri dari orang lain. Petrus juga bukan bermaksud untuk sombong. Petrus hanya menyatakan dirinya itu akan setia pada Yesus meskipun mereka tidak. Dan dalam case Elia, Elia tidak tahu akan banyaknya orang Israel yang masih setia, bukan? Elia hanya bermaksud menyatakan apa yang dia tahu dan dia tidak pernah menyangka begitu banyaknya orang yang masih setia pada Yahweh. Tetapi di sini poinnya saudara-saudara, Allah mendidik kita, gereja-Nya, mendidik kita anak-anak-Nya. Jikalau kita adalah anak Tuhan yang sejati, untuk tidak salah mengerti akan pekerjaan Tuhan. Sekali lagi, Allah di dalam Alkitab, bekerja lebih luas daripada yang kita pikir. Kita bersalah dengan memperkecil pekerjaan Tuhan dan mempersempit hati-Nya yang sebenarnya sangat luas dalam pemberian kasih sayang-Nya. Bukankah dosa seperti ini juga sama dengan orang Israel yang adalah orang pilihan. Bangsa Israel menganggap diri lebih tinggi daripada semua bangsa karena bangsa pilihan. Oh, kita tidak pernah menyalahkan orang Israel, kamu bukan bangsa pilihan, mereka bangsa pilihan. Mereka tidak berbohong dengan itu, mereka tepat di dalam itu. Tetapi ketika mereka membandingkan diri bahwa dirinya melebihi daripada orang lain, di situ mereka memperkecil, mempersempit hati Allah yang sebenarnya luas dan kasih sayang-Nya yang ingin dikerjakan bagi seluruh bangsa. Memusatkan mata mereka bahwa mereka adalah orang yang dipilih dan bangsa lain tidak, membuat mereka gagal merespon dengan tepat. Kalau mereka sungguh-sungguh adalah orang pilihan sesungguhnya dan mereka orang pilihan, bukankah seharusnya mereka bertanya; kenapa aku dipilih di tengah-tengah orang yang tidak dipilih? Bukan membandingkan diri lebih baik, aku orang pilihan, tetapi jikalau aku dipilih, aku dipilih untuk apa? Dan jikalau aku dipilih seharusnya mereka bagaimana? Bukankah aku harus membawa mereka ke tahta Allah dengan air mataku, untuk meminta keselamatan bagi bangsa-bangsa lain?

Saudara-saudara, sama seperti kita, kita merasa bahwa Tuhan bekerja di tengah-tengah gereja ini. Dan itu benar, itu tidak salah. Tetapi kemudian kita berpikir, Tuhan hanya bekerja di dalam gerejaku saja secara dahsyat. Kita berpikir hanya kita sajalah yang mengalami kebangunan rohani atau kita berpikir bahwa kita sajalah yang murni di dalam berteologia, berjuang untuk teologia Reformed yang benar ini, hanya kita sajalah yang murni dari seluruh gereja yang lain. Saya tidak mengatakan seluruh gereja itu murni, banyak yang tidak murni. Sebagian besar itu bahkan tidak sesuai dengan Alkitab tetapi di tempat yang lain, pasti, pasti bukan kita saja. Pasti bukan kita saja satu-satunya yang murni sesuai dengan Alkitab. Bukan kita saja yang berjuang untuk Kerajaan Allah, bukan kita saja di mana pekerjaan Allah itu begitu dahsyat, maka biarlah kita tidak merendahkan orang lain. Ya, kita mengerti bahwa Tuhan di tengah-tengah kita. Kita bersyukur akan kehadiran-Nya untuk pekerjaan-Nya dan itu membuat kita dengan tepat berespon, tetapi syukur kita tidak boleh kemudian menghasilkan suatu perbandingan dan menjelekkan orang lain di hadapan Tuhan. Dengan membandingkan dengan orang lain, bukan berespon dengan Allah, maka membuat kita sempit, menyempitkan jangkauan cinta kasih Allah yang bekerja luas kepada orang lain, juga di dunia ini. Kalau saudara mengerti akan apa anugerah yang Tuhan berikan kepada kita, tanpa kita harus menjelekkan orang lain, tanpa membandingkan dengan orang lain yang lebih rendah daripada kita dalam pikiran kita, maka kita akan mempunyai satu kerohanian yang sehat dan kita akan berespon dengan tepat dengan seluruh karunia itu. Tetapi, kalau seluruh karunia atau kehadiran Allah, pilihan Allah yang terjadi kepada kita dan kemudian kita menikmatinya dan kita kemudian lebih menikmatinya karena orang lain tidak mendapatkannya, maka Tuhan akan mendidik kita di dalam kerendahan hati. Dan kita, kalau kita terus bersikeras, saudara dan saya akan seperti orang Israel, bangsa pilihan, mereka tidak bohong sekali lagi, mereka bangsa pilihan dan mereka tidak bisa apa-apa selain dari mengutarakan bahwa mereka bangsa pilihan lebih daripada orang lain, engkau anjing bahkan. Orang Israel melihat orang lain, bangsa kafir itu anjing, tidak lebih dari itu. Sekali lagi, kalau kita mengerti apa yang Tuhan kerjakan, maka kita akan mengerti respon kita tanpa kita membandingkan diri dengan orang lain. 

Perhatikan apa yang ditulis oleh Yohanes, Yesus bertanya, “Simon, bin Yunus, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka semua itu?” Lebih daripada mereka semua itu? Perhatikan, Petrus menjawab, secara jujur, apa yang ada di dalam hatinya, tanpa menganggap lebih baik daripada orang lain, dia mengatakan; Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau. Titik. Tidak ada kalimat ‘lebih daripada mereka semua itu’. Saudara perhatikan, Petrus tidak mengatakan, tidak Tuhan, aku tidak mengasihi Engkau, tidak. Dia mengatakan ‘aku mengasihi Engkau,’ karena memang begitulah Petrus, dia tidak berbohong di dalam poin itu. Dia tahu apa yang dimilikinya, dia tahu apa yang dikerjakan Tuhan di dalam dirinya dan apa yang dia bisa persembahkan bagi Allah, tetapi, tanpa membandingkan diri lebih baik dari orang lain atau merendahkan orang lain.

Hal yang ke-2, Yesus bertanya 3 kali, “Simon, bin Yunus, anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku?” Apa yang Yesus itu mau tuju? Adalah sekali lagi, Yesus mau mengajarkan kerendahan hati dan kebergantungan di hadapan Allah, itu penting sekali untuk tidak masuk ke dalam jerat iblis. Sekali lagi, kerendahan hati dan kebergantungan di hadapan Allah, itu sangat, sangat penting untuk tidak masuk di dalam jerat iblis. Keyakinan terhadap diri sendiri meskipun keyakinan itu didasari oleh sesuatu yang real, tetapi tanpa bergantung kepada Allah, akan menjadi sasaran tembak setan di dalam hidup kita. Matius 26:35 menyatakan kata Petrus kepada Yesus, dan semua murid yang lainnya pun berkata demikian juga. Saudara secara psikologi, kalimat ini adalah kalimat yang menggambarkan kita semua kalau saudara-saudara karena show kita itu gsebenarnya sombong. Saudara-saudara, satu prinsip, kalau saudara melihat sesuatu yang paling tidak saudara sukai yang ada pada orang lain, saudara bisa pastikan, hampir semua itu ada pada diri kita sendiri. Orang sombong itu paling nggak suka ketemu dengan orang sombong. Kalau saudara ketemu sama orang sombong, saudara-saudara bener-bener nggak suka, sombongnya luar biasa, itu adalah karena di saat itu, saudara kalah sombong sama dia. Petrus mengatakan sekalipun aku harus mati bersama-sama dengan Engkau, aku takkan menyangkal engkau dan murid-murid-Nya nggak mau kalah; aku juga, aku juga. Tetapi saudara lihat, pada saat Yesus disalib, kecuali Yohanes, seluruh murid-Nya itu tercerai berai, semuanya. Bahkan ketika Yesus sudah bangkit, mereka semua ketakutan.

Saudara-saudara, sekali lagi, kalimat Petrus ini bukan omong besar. Kalimat murid-murid-Nya juga bukan omong besar. Kalimat mereka juga bukan berbohong. Yesus tidak menjumpai murid-murid dan menjumpai Petrus dan kemudian mengatakan, “Kamu berbohong sama Saya ya, kamu tidak setia ini, kamu bohong nih sama Saya. Kamu ngomongnya cinta sama Saya tapi ternyata tidak.” Yesus tidak mengatakan itu, Yesus tidak sedang menghardik dosa kebohongan di situ, karena Petrus memang tidak bohong. Petrus berkata jujur, tulus, hatinya berkobar-kobar bagi Kristus. Dia rela dan mau berkorban tapi Petrus tidak pernah menduga kuasa kegelapan jauh lebih dahsyat daripada kemampuan dia mengasihi Kristus. Kuasa kegelapan jauh lebih menakutkan daripada apa yang dia pikirkan. Ketika seseorang dengan modal yang sungguh-sungguh ada pada diri sendiri, seperti Petrus bahkan, yang sungguh-sungguh, tidak bohong mengasihi Yesus, tetapi, dia tidak mau rendah hati dan mengandalkan diri sendiri dan tidak mau bergantung kepada Allah, setan akan dengan mudah sekali menjatuhkan kita, orang-orang yang seperti ini. Kuasa kegelapan itu dengan menggunakan konteks kehidupan yang tidak pernah Petrus duga, menyudutkan Petrus di lorong yang gelap, membuatnya sangat takut, menghasilkan kedagingan Petrus menang terhadap kasih kepada Kristus, yang ada di dalam hatinya. Sekali lagi, kedagingan Petrus menjadi menang dibandingkan dengan kasihnya kepada Kristus di dalam hatinya. Setan begitu licik, saudara-saudara. Gereja Tuhan, jika berhadapan dengan setan, tidak ada seorang pun dari kita yang muncul rasa takutnya kecuali kalau kita benar-benar mengandalkan Allah untuk menghadapi kuasa kegelapan, kecuali kalau kita sungguh-sungguh mengandalkan Allah, rendah hati, berhati-hati terhadap perlawanan terhadap kuasa kegelapan. Sekali lagi, Petrus ndak bohong tetapi dia naif. Petrus tidak tahu apa yang dihadapinya. Padahal saat itu, Yesus menuju ke taman Getsemani dengan gemetar. Tuhan kita pun gemetar. Dia berdoa dengan gemetar. Tetapi Petrus tidak, dia pikir dia bisa menguasai keadaan. Dia pikir dengan kemampuan dari kasihnya kepada Kristus, dia bisa memenangkan pertempuran. Sekali lagi, sebaik apapun pemberian Allah, anugerah yang Tuhan berikan kepada kita, sebaik apapun, maka di sini anugerah Allah itu adalah Petrus memiliki hati yang mengasihi Dia. Kalau kita tidak gunakan dengan hati-hati, gentar, takut kepada Tuhan, bergantung kepada Tuhan, kita akan membawa anugerah itu menuju daging kita dan kita akan dikalahkan.

Hal yang ke-3, dan ini menjadi titik berat utama dari seluruh pertanyaan Yesus. Yesus bertanya tiga kali; Petrus anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku? Saudara-saudara, apa artinya? Kenapa Yesus mesti bicara mengenai tiga kali dalam hal ini? Saudara-saudara, pertanyaan Yesus tiga kali ini mengungkapkan apa yang menjadi titik berat hati Kristus ketika Dia melayani, dan titik berat hati Kristus adalah kasih. Yesus sendiri mengatakan kasihi Allahmu dan kasihi sesamamu manusia. Kasih itu menjadi center apa yang ada di dalam isi hati Kristus. Memang kita tidak boleh cepat-cepat mengatakan ‘kasih, kasih’ dan kita tidak boleh assume bahwa kita memiliki ‘kasih.’ Banyak orang Kristen, banyak gereja Tuhan yang menyatakan ‘kasih,’ tetapi sebenarnya kata yang sangat-sangat gampang kita ucapkan dan kita assume kita memilikinya, sebenarnya kita tidak memilikinya. Dan banyak kali gereja dengan kata ‘kasih’ maka kemudian menggabungkan diri dengan segala sesuatu yang tidak suci, yang tidak benar. Bukankah kasih harus ada di dalam kebenaran? Ini adalah suatu prinsip Alkitab. Benar, memang banyak orang Kristen bahkan mungkin pikiran kita pada pagi hari ini pun ketika saya bicara ‘kasih’, kita assume kita mengerti ‘kasih.’ Padahal ‘kasih’ itu sesuatu yang sangat sulit, sangat hampir tidak terdeteksi di dalam Alkitab.

Suatu hari saya pernah mau berusaha untuk mengeksposisi 9 rasa buah Roh. Buah Roh itu satu dan ada sembilan rasa. Satu persatu bisa didefinisikan, satu persatu bisa dibuat contoh. Tetapi begitu saya masuk ke dalam kasih, langsung saya menyadari, seperti cairan itu tidak bisa untuk dipegang, begitu dalam, begitu luas. Kasih itu apa ya? Orang yang mengasihi seperti apa? Orang yang mengasihi tidak boleh bicara sesuatu di belakang orang yang lain. Oh, itu mengasihi. Sampai saya ketemu bagian Yesus berbicara sama murid-murid-Nya di belakang orang Farisi. Oh, tidak boleh membicarakan orang lain. Yesus bahkan bicara sama murid-Nya; kamu lihat orang itu, dengarkan ya ajarannya, tidak papa, jangan contoh hidupnya. Itu kan berarti menjelekkan orang lain. Oh, kasih itu harusnya kita itu tidak boleh marah. Oh, Yesus itu paling sering marah. “Oh celaka engkau, kuburan engkau! Depannya putih dalamnya tulang belulang!” Oh, kasih tidak ada kemarahan? Ada. Kasih tidak boleh menjelekkan orang? Boleh. Terus kemudian apa? Terus kemudian saudara, “Oh, boleh Pak, mulai sekarang menjelekkan orang, itu tetap kasih.” Lha, salah lagi. Jadi kasih itu apa? Sampai saya kemudian menyadari itu sulit sekali untuk dimengerti, dipegang. Kalau saudara mau bicara mengenai kasih 1 Korintus 13: ‘Kasih itu murah hati, tidak cemburu dan semuanya sampai kemudian terakhirnya kasih tidak berkesudahan, oh itu berarti everlasting, terus menerus.’ Saya mulai menyadari, kasih itu adalah Kristus itu sendiri. Kalau saudara mau secara tuntas mau mengatakan kasih, nah itu adalah mengotbahkan Kristus seumur hidup. Semua pengkhotbah tidak mungkin secara tuntas. Saudara-saudara, banyak orang yang salah mengerti arti kasih. Banyak orang berasumsi bahwa aku mengerti kasih padahal dia sebenarnya tidak mengerti kasih. Dan kita orang-orang Reformed sangat-sangat peka ketika kata ini muncul dari orang lain, kasih; Biarlah kita saling mengasihi, maksudmu apa? Kita langsung pasang kuda-kuda, kita langsung sadar, ini orang seperti mau menipu. Tetapi di tempat yang lain, dengan jelas ini adalah titik berat pelayanan. Ini adalah hati yang Yesus sendiri ajarkan. Ini adalah sesuatu yang penting di hadapan Kristus. “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Kasih, 3 kali diucapkan. Sama seperti Suci, 3 kali diucapkan. Dengan jelas dikatakan bahwa jikalau engkau mengasihi satu dengan yang lain, maka dunia itu akan mengerti, dunia akan mengenali engkau adalah murid-Ku. Berarti bahwa Yesus menurunkan satu sifat, satu karakter dari diri-Nya kepada murid-murid-Nya adalah kasih itu sendiri. Saudara-saudara, kasih adalah suatu elemen yang sangat penting.

Jonathan Edwards mengatakan, lihatlah di dalam Alkitab, bagaimana setan itu berespon kepada Yesus? Setan mengatakan Yesus itu Tuhan. Setan itu berlari mendekat kepada Yesus. Setan itu kemudian yang merasuk seseorang itu kemudian berlutut kepada Yesus, dia menyembah Yesus. Setan itu bahkan mengerti isi hati, rencana Allah; Bukankah waktunya belum sampai? Oh, itu untuk menghukum aku. Setan itu melakukan segala sesuatu yang sama seperti kita lakukan saat kita beribadah. Jonathan Edwards kemudian mengatakan; tetapi ada satu elemen yang dia tidak miliki, yaitu kasih. Saudara-saudara, saya berkali-kali bicara, saya ulangi lagi.  Di dalam Alkitab prinsip fear of the Lord, takut akan Allah itu adalah takut yang didorong karena kasih. Bukan takut seperti musuh yang tertawan, bukan takut seperti musuh yang akan dihukum. Hai kamu kerjakan itu! Ya, ya pak saya kerjaan. Bukan seperti musuh yang sedang diinjak lalu kemudian harus menyembah. Ketika bicara fear of the Lord itu adalah takut sebagai seorang anak yang ditebus, yang mendapatkan cinta, yang tadinya anak murka sekarang menjadi anak yang dikasihi, yang tadinya kegelapan sekarang menjadi terang, yang tadinya musuh diangkat menjadi sekutu. Seorang yang mentaati dengan kasih akan bersukacita. Akan ada delight di dalam hatinya.

Saudara-saudara, saya pernah beberapa kali mengungkapkan ini dan saya akan ungkapkan lagi. Ada seorang pemuda suatu malam jam 9 malam, bapaknya batuk-batuk. Terus batuk nggak selesai-selesai, lalu bapaknya pergi ke tempat anak muda ini, ketuk pintu; “Nak, nak,” lalu kemudian anaknya di dalam yang lagi tiduran sambil main HP, “Ada apa Pa?” “Nak, aku batuk, tolong beliin obat batuk.” Lalu anaknya langsung bilang, “Bapak tidak tahu ini sudah jam berapa? Jam 9 apotik sudah tutup semua, besok aja.” “Tapi aku batuk, nggak bisa tidur” “Sudahlah, minum air jeruk nipislah yang ada di rumah, besok aku beliin, nggak usah sekarang.” Nggak beda 15 menit teleponnya berbunyi, pacarnya telepon batuk-batuk di sana,g “Aku bisa minta tolong nggak sama kamu?” Langsung dia bangun, “Minta tolong apa?” “Aku batuk, aku perlu obat batuk” “Oh, aku beli, aku beliin.” “Tapi ini sudah malam” “Ada apotik 24 jam, nggak ada masalah itu.” Lalu dia bergegas pergi. Apa yang membedakan? Yang satu cinta yang satu ndak. Nah itu cintanya kalau belum nikah, kalau sudah nikah, nanti lain lagi ceritanya. Saudara-saudara, itu yang membedakan. Kasih kepada Allah itu dasar fear of the Lord. Dan kenapa bisa kasih kepada Allah? Saudara masih ingat? Adalah karena Kristus tidak mematahkan buluh yang terkulai itu, tidak memadamkan sumbu yang pudar nyalanya itu. Dia melayani Petrus dengan hati-Nya yang mengasihi dia. Dan sebentar lagi Yesus akan pergi ke surga, seluruh pelayanan-Nya, seluruh ajaran-Nya dipertaruhkan kepada Petrus dan seluruh murid-Nya, dipertaruhkan kepada gereja-Nya, seluruhnya! Dengan Roh Kudus yang menyertai.

Saudara, di sini Yesus mau memberikan celik mata kepada seluruh gereja-Nya. Aku akan mempercayakan pelayanan-Ku kepadamu. Kasihi mereka sebagaimana Aku mengasihi engkau. Berkorban kepada mereka sebagaimana Aku berkorban untuk engkau. Pulihkan mereka sebagaimana Aku bekerja memulihkan engkau. Aku meneruskan pelayanan ini. Ini tugas yang engkau akan pegang. Tapi ini hati yang engkau akan punya. Perhatikan baik-baik, Tuhan tidak meminta kita mentaati Dia saja. Tuhan meminta kita mentaati Dia dengan cinta. Tuhan tidak meminta kita berjuang untuk Dia saja. Tuhan meminta kita berjuang dengan cinta. Tuhan tidak minta kita melayani Dia dengan sungguh-sungguh saja, Tuhan minta kita melayani Dia dengan cinta. Jikalau kita hanya berjuang bagi Dia, mempertahankan doktrin, mengenali sesuatu benar dan salah, kita mengalahkan musuh-musuh gereja, sekalipun itu dilakukan dan kita menderita tetapi tanpa cinta, maka kita akan bernasib sama seperti gereja Efesus di kitab Wahyu yang kemudian kaki dian itu dibuang, diambil oleh Allah. Kasihlah yang akan mempertahankan pelayanan Tuhan di dalam gereja kita sampai kita mati. Kasihlah yang dapat membuat kontinuitas dalam pelayanan kita sampai kita tua dan sampai mati. Dengan kata lain, di dalam buah Roh, kasihlah yang membuat kita bertekun, kasihlah yang di dalam sejarah nanti maka setiap gereja-gereja dilihat ketekunannya karena di dalamnya ada kobaran api kasih. “Simon bin Yunus, apakah engkau mengasihi Aku?”

Terakhir, saya teringat akan apa yang dikatakan oleh Hudson Taylor. Hudson Taylor adalah pendiri OMF, badan misi yang ke Cina itu. Suatu hari, dia menuliskan di dalam bukunya: Setiap kali ada orang yang melamar untuk menjadi misionaris OMF, maka akan ada wawancara dan Hudson Taylor yang akan mewawancarai. Dan dia selalu bertanya, setelah bertanya ini itu ini itu, dia akan bertanya pada akhirnya, “Mengapa engkau mau menjadi misionaris? Mengapa engkau mau menghabiskan waktu dan hidupmu itu di ladang misi?” Orang-orang itu menjawab seperti ini, “Karena saya ingin Injil diberitakan, saya ingin Injil sampai kepada bangsa-bangsa, saya ingin supaya jiwa itu dimenangkan, saya ingin akan keselamatan itu hadir di dalam suku itu.” Dan kemudian di dalam bukunya, Hudson Taylor itu mengatakan seluruh jawaban itu baik tetapi kemudian saya akan mengatakan kepada mereka, “Seluruh jawabanmu itu baik tetapi hanya ada satu komponen yang membuat kita bisa sampai akhir.” Apa itu Hudson Taylor? Satu-satunya yang membuat kita bertekun sampai akhir di dalam pelayanan misi di lapangan adalah jikalau kasih Kristus menguasai kami. Tulisan itu adalah tulisan Paulus. 2 Korintus 5:14, ‘Sebab kasih Kristus menguasai kami.’

Kiranya pertanyaan Kristus pada pagi hari ini membuat kita mengerti isi hati kita terdalam, apakah sungguh-sungguh kita mengasihi Kristus? Jikalau belum atau meskipun sudah, biarlah pada saat ini kita meminta Tuhan untuk membentuk kasih-Nya dalam diri kita membuat kita bisa mengenal Dia yang mengasihi kita, sehingga kita boleh berkobar-kobar kasih kepada-Nya untuk kita dapat mentaati dan melayani Dia. Sekali lagi, Kristus tidak meminta Petrus untuk melayani Kristus saja. Kristus meminta Petrus melayani Dia dengan kasih. Demikian juga Dia meminta gereja kita, bukan mentaati dan melayani Dia saja. Tetapi mentaati dan melayani dengan kasih. Gereja Tuhan, apakah engkau mengasihi Kristus? Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more