Ringkasan Khotbah

3 December 2023
Knowing God (1) – Internal Signs
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Filipi 3:10 - 14

Filipi 3:10 – 14

Di dalam Filipi 3, Paulus menyatakan satu keinginan terpuncaknya. Paulus adalah seorang misionaris. Dia mendirikan banyak sekali gereja. Dia berkhotbah bermil-mil pada waktu itu, menggembalakan, melayani, bahkan dia dianiaya, tetapi ketika kita tanya kepada Paulus, “Paulus, apa sesungguhnya yang menjadi keinginanmu yang terbesar?,” maka dia menjawab satu hal ini, “Keinginanku hanya satu. Bukan mendirikan gereja. Bukan bermisi. Bukan persembahan. Bukan melayani. Keinginanku adalah satu: aku boleh mengenal Dia. Mengenal Dia. Mengenal Dia.” Ini adalah dasar dari seluruh hidup kita. Ini adalah dasar dari gereja ini berdiri. Ini adalah alasan mengapa Kristus datang pada hari Natal. Ini adalah alasan mengapa Kristus menyelamatkan seseorang. Kita selalu berpikir keselamatan adalah memindahkan dari neraka, pergi ke surga. Tetapi, sesungguhnya ketika bicara mengenai keselamatan itu adalah makin mengenal pribadi Allah. Oh, Firman ini begitu center. Firman ini merupakan denyut jantung Paulus. Dia tahu satu rahasia ini: dia tidak mungkin bisa bermisi, tanpa dia mengenal Allah. Dia tidak mungkin tekun melayani, tanpa mengenal Allah. Dia tidak mungkin sukarela memberi tanpa dia bertumbuh dalam mengenal Allah. Dia tidak mungkin tekun menggembalakan jemaatnya yang sangat sulit itu, tanpa dia bertumbuh mengenal Allah. Dia tahu semakin dia mengenal Allah, maka kekuatan rohaninya untuk bergerak makin kuat. Dia menyadari kalau ini tidak bertumbuh, maka seluruh pelayanannya akan berhenti dan rusak.

Perhatikan baik-baik kalimat ini: ada begitu banyak gereja yang rusak adalah karena pemimpinnya (belum tentu itu hamba Tuhan, mungkin penatua atau mungkin majelisnya bertengkar terus). Kalau jemaat bertengkar, maka gereja tersebut tidak mungkin akan rusak, tetapi kalau yang bertengkar adalah orang-orang di atas (pemimpin), maka gereja itu bisa split (bisa pecah). Alkitab dengan jelas menyatakan: Kenapa bertengkar? Karena ingin mendapatkan sesuatu dan mempertahankan hak. Apa pun saja alasan mereka; “Ini kebenaran.” Ini kebenaran versimu! Tetapi perhatikan satu prinsip ini (ini adalah suatu kebahayaan bagi gereja) yaitu seseorang yang begitu banyak melayani, tetapi tidak bertumbuh mengenal Allah, orang itu akan menjadi kecelakaan bagi gereja. Itulah sebabnya saya berkali-kali mengatakan kepada jemaat di gereja ini, dan saya terus menerus menekankan hal ini kepada anak-anak muda, ketika engkau, anak-anak muda, ingin melayani (Tadinya tidak ingin melayani, sekarang ingin melayani), saya tanya kenapa? Kalau ingin melayani karena “Aku merasa terpakai.” “Aku ingin melayani karena begitu banyak teman-temanku.” “Aku melayani karena ingin menyalurkan talenta,” maka mungkin semua itu, alasan-alasan yang baik, tapi tidak cukup, tetapi kalau sungguh-sungguh, di dalam Alkitab bicara mengenai pelayanan: engkau dan saya melayani karena kita bertumbuh mengenal Allah. Makin mengenal Allah, makin rindu melayani Dia. Itu benar! Itu adalah dasar yang paling utama.

Mengenal Allah bukan tahu tentang Allah. Itu adalah dua hal yang berbeda. Mengenal Allah itu bergerak dan bertumbuh. Mengenal Allah tidak mungkin statis. Mengenal Allah itu memerlukan Firman yang sejati, memerlukan doktrin yang benar. Tetapi apakah doktrin yang benar cukup untuk mengantar kita mengenal Allah? Jawabannya adalah tidak. Perhatikan elemen-elemen dari pengenalan akan Allah. Tiga hal ini harus bergabung: Firman yang sejati, atau doktrin yang benar. Kalau Firman itu sudah tidak benar, untuk apa kita dengarkan? Firman yang sejati, doktrin yang benar, itu adalah hal yang pertama. Kedua adalah Firman itu dicerahkan oleh Roh Kudus. Kalau Firman itu benar, tetapi seperti kata orang-orang dari Puritan, The Death of Orthodoxy, maka itu tidak ada gunanya. Maka, Firman yang benar dengan anugerah kuasa dan urapan dicerahkan oleh Roh Kudus, itu adalah kemutlakan. Dan, elemen yang ketiga adalah ketaatan. Tiga hal ini harus bergabung. Jikalau tiga hal ini bergabung, maka saudara dan saya akan bertumbuh mengenal Allah. Dan ketika kita bertumbuh mengenal Allah, maka kita masuk ke dalam satu dimensi yang sebelumnya tidak kita kenal. Ketika kita bertumbuh mengenal Allah, semakin kita bertumbuh maka semakin kita sadar ternyata kita tidak mengenal Dia. Oh, seluruh kalimat-kalimat ini adalah prinsip-prinsip Alkitab dan rahasia-rahasia kerohanian. Orang yang sungguh-sungguh bertumbuh mengenal Allah, orang tersebut menyadari: aku tidak kenal Dia.

Hari ini dan minggu depan, kalau Tuhan pimpin, saya akan bicara berkenaan dengan tanda-tanda orang yang mengenal Allah. Hari ini saya akan bicara mengenai tanda-tanda internal. Dan minggu depan, kalau Tuhan pimpin, maka kita akan melihat tanda-tanda eksternal. Apa yang Alkitab katakan mengenai seseorang yang bertumbuh mengenal Allah? Biarlah khotbah pada pagi hari ini dan minggu depan menjadi satu arah, satu jangkar, bagi saudara-saudara yang dibaptis, sidi dan atestasi, dan bagi kita semua yang akan menjalani akhir tahun 2023 untuk kita mengevaluasi diri apakah aku bertumbuh mengenal Allah, dan kita berdoa, “Tuhan, berikan aku pertumbuhan mengenal Allah ke depan.” Pagi ini saya akan bicara mengenai lima tanda internal orang yang bertumbuh mengenal Allah.

Tanda pertama adalah di dalam diri kita ada satu kemauan makin mau taat, makin mau belajar. Ini yang disebut di dalam Alkitab adalah hati seorang murid. Tanda utama pertama ini adalah mau belajar, mau dibentuk. Orang yang mengenal Allah, orang tersebut memiliki kerendahan hati untuk terus mau belajar. Saya sudah mengatakan satu kalimat yang penting ini yaitu adalah kerendahan hati. Agustinus menyatakan bahwa ini adalah jalan untuk pengenalan akan Allah, jalan untuk mengerti kebenaran yaitu yang pertama: rendah hati, yang kedua rendah hati, yang ketiga rendah hati. Perhatikan apa yang Agustinus tulis di dalam buku Confession: “Aku harap engkau tunduk dengan pengabdian penuh, dan tidak membangun cara lain bagi dirimu sendiri untuk memahami dan memegang kebenaran selain jalan yang dibangun oleh Dia, Allah yang sebagai Tuhan. Dan cara ini atau jalan ini adalah: kerendahan hati adalah yang pertama. Kerendahan hati adalah yang kedua. Kerendahan hati adalah yang ketiga. Dan, betapa-pun seringnya engkau bertanya kepadaku, aku akan mengatakan hal yang sama.” Luar biasa! Tanya terus kepada Agustinus. “Saya mau tahu. Saya ingin kebenaran. Saya ingin bertumbuh mengenal kebenaran. Jalannya apa? Kasih tahu kepada saya.” Muridnya bertanya demikian. Dan Agustinus mengatakan; yang pertama kerendahan hati; yang kedua kerendahan hati; dan yang ketiga kerendahan hati. Itulah sebabnya seringkali di dalam hidup kita, Tuhan bukan saja mengizinkan kita gagal, tetapi Tuhan itu memberikan kehendak-Nya untuk kita gagal untuk merendahkan hati kita karena di dalam kerendahan hati, memungkinkan kita bertumbuh mengenal Dia. Kita tidak suka untuk dijatuhkan oleh Tuhan. Kita tidak suka untuk dibuat kalah. Kita tidak suka itu menjadi orang yang tidak bisa menguasai keadaan. Kita menginginkan hidup yang optimis yang berjalan dengan kegagahan. Tetapi, Tuhan sering memberikan kepada kita goncangan, penderitaan, air mata, kekalahan, penyakit dan segala sesuatunya. Dan, Mazmur 25:9 mengatakan: “Tuhan membimbing orang-orang yang rendah hati.”

Perhatikan tanda yang pertama ini: rendah hati. Rendah hati adalah tanda orang yang bertumbuh mengenal Allah. Di tempat yang lain, rendah hati adalah keadaan hati yang diperlukan untuk mengenal Dia. Kalau seseorang mengenal doktrin sebagus apapun saja dan sebenar apapun saja, tetapi orang tersebut memegangnya dengan kesombongan dan menganggap dirinya lebih daripada orang yang lain, maka saudara-saudara, pada titik itu dia mengerti kebenaran, tapi dia tidak mengenal Allah. Dia bisa membuat paper yang begitu bagus mengenai theologia, tetapi dia tetap tidak bergumul dan tidak bergaul dengan Allah. Saudara-saudara boleh tanya orang-orang Puritan. Saudara boleh lihat Calvin. Saudara boleh lihat Agustinus. Agustinus mengatakan, “Hanya ini jalannya.” Karena itu bukan pendapat mereka sendiri, itu adalah pendapat Alkitab. Alkitab dengan jelas menyatakan kerendahan hati, itu pertama, kedua dan ketiga. Kerendahan hati itu bukan ketemu orang lalu orangnya senyum-senyum, kemudian baik-baik sama saudara-saudara. Tetapi, rendah hati adalah bicara berkenaan dia di hadapan Tuhan, mau dengar, mau belajar dan juga mau taat kepada Tuhan. Apakah ini yang kita akan kejar? Apakah kita bertumbuh di dalam tahun-tahun dengan hal ini? Atau tahun ini, kita lebih sombong? Atau tahun ini, kita lebih sulit untuk dengar kalimat orang lain dan belajar dari hidup. Tahun ini, kita menjadi lebih keras dan meninggikan diri kita sendiri. Ya, kita mengatakan aku itu belajar dari Tuhan. Tetapi, Tuhan ketika mengajari seseorang tidak pernah direct, Dia pasti memakai sarana. Apa yang saya bicara ini adalah suatu sikap hati. Apakah sungguh-sungguh kita mau takluk dan mau belajar memiliki hati seorang murid? Saya sangat terkesan dengan kalimat Yeremia: “Tuhan, berikan aku lidah seorang murid.” Ini aneh sekali. Harusnya lidah seorang guru. Lidah seorang nabi. Betul, kan? Tapi, kenapa lidah seorang murid? Karena yang memberitakan Firman, harus jadi murid terlebih dahulu! Siapa yang melayani, harus mau rela untuk dibentuk untuk menjadi murid. Jadi yang keluar dari lidahnya adalah bentukan seorang murid dari hatinya. Kerendahan hati. Apakah kita bertumbuh? Pdt. Stephen Tong pernah mengucapkan satu kalimat yang indah. Untuk bisa ‘understand God, you must stand under God.’ Untuk kita bisa kenal, ngerti Dia. Kita mesti mau rendah, kita mesti berada di bawah Tuhan.

Tanda kedua orang yang bertumbuh mengenal Allah adalah bertumbuh makin memiliki broken spirit (hati yang remuk). Ini kalimat yang tidak mudah. Kalimat ini ada di dalam Alkitab: Hati yang remuk. Ketika kita membaca kalimat ini, kelihatannya kita tahu, tetapi kalau kita tidak memiliki hati yang remuk, saudara coba remukkan hati kita, tidak bisa, karena hati yang remuk itu adalah bentukan Roh Kudus, dan ketika itu dibentuk oleh Roh Kudus, kita menyadari Allah itu dekat dengan kita. Hati yang remuk itu adalah seperti tanah yang dibajak, yang gembur, yang siap ditanami. Mazmur 34:19 menyatakan: ‘Tuhan dekat dengan orang-orang yang remuk hati.’ Saya tanya kepada saudara-saudara. Biarlah pertanyaan ini juga merupakan pertanyaan kepada saya, “Apakah kita memiliki hati yang remuk?” Kalau saudara dan saya adalah anak Tuhan yang sejati, pasti kita mengalami remuk hati ini. Orang-orang Puritan itu bicara berkenaan dengan hati yang dihangatkan, dan bukan hati yang dingin. Sekali lagi, kalau saudara dan saya adalah anak-anak Tuhan, kita pasti punya pengalaman ini. Tetapi, pertanyaan pada pagi hari ini adalah bukan, apakah saudara punya pengalaman ini? Tetapi, apakah pengalaman ini makin lama itu, makin rentangnya panjang. Apakah kairos moment itu makin lama makin panjang? Secara praktis, mungkin saudara-saudara berpikir. “Oh ya, dulu saya pernah punya remuk hati seperti itu. Dan pada waktu itu kurang lebih tiga hari dan setelah itu, saya dingin lagi. Setelah itu, saya kaku lagi. Setelah itu, saya stiff, saya keras lagi.” Orang-orang yang bertumbuh, kalau saudara-saudara melihat pada nabi, saudara-saudara akan menemukan bahwa mereka itu setiap saat menjaga hati yang remuk itu. Orang-orang Puritan berkata “Berdoalah setiap pagi sehingga, hati Anda diremukkan kembali.”

Tanda ketiga orang yang bertumbuh mengenal Allah adalah memiliki hati seperti anak kecil – enjoy Him. Makin lama memiliki contentment, makin puas dengan hidup ini. Yesus Kristus katakan: Yang punya kerajaan Allah itu seperti anak kecil. Banyak orang salah mengerti kalimat Yesus. Yang Yesus maksudkan adalah kita memiliki hati seperti anak kecil, bukan pikiran seperti anak kecil. Kita harus memiliki pikiran seperti orang dewasa. Demikian kata Alkitab, pikiran yang comprehensive, tetapi iman kepercayaan (trust) berlindung seperti anak kecil. Di dalam bagian ini saya mau menekankan satu aspek yang penting: The simplicity of heart. The simplicity of heart, apakah kita memilikinya? The simplicity of heart adalah orang yang hatinya itu content (penuh) dengan apa yang Tuhan berikan. Dia tidak mengeluh. Dia tidak bersungut-sungut. Dia diberi kelimpahan, dia bersyukur. Dia kurang, dia juga bersyukur. Orang yang memilki simplicity of heart selalu memiliki damai di dalam hati. Orang yang memiliki simplicity of heart, tidak menuntut di hadapan Tuhan. Saya akan berikan sedikit note di sini. The simplicity of heart adalah orang yang tidak menuntut di hadapan Tuhan. Orang yang mengenal Allah tidak menuntut di hadapan Allah, tetapi orang yang mengenal Allah akan berambisi bagi Allah. Saya tidak sedang berbicara berkenaan dengan ambisi bagi Allah (Minggu depan kalau Tuhan pimpin saya akan bicara tentang hal ini). Tetapi karena salah satu tanda dalam Alkitab begitu jelas: Orang yang makin mengenal Allah, makin memiliki ambisi yang besar bagi Allah. Tetapi untuk dirinya sendiri, dia memiliki hati yang sederhana (the simplicity of heart). Sehingga orang tersebut bisa mengerti kalimat ‘Kasih setia-Mu baru setiap pagi.’ Mungkin satu ilustrasi yang selalu saya pakai di sini dan saya selalu ingat adalah pada waktu anak saya yang pertama masih kecil. Dulu saya bekerja di satu perusahaan chemical. Dan saya pulang kurang lebih jam enam sore. Setiap kali saya pulang, saya keluar dari mobil dan saya angkat koper, kemudian saya masuk ke pintu rumah saya. Dan anak saya yang pertama, yang masih kecil pada waktu itu (umur 4 atau 5 tahun), selalu bersembunyi di balik pintu. Pada waktu saya masuk, dia loncat keluar dari tempat persembunyiannya kemudian dia bilang “DOOOOORRR!!!”. Pertama-tama saya surprised, tetapi setelah 10 kali, tidak lagi ada surprise-nya, tetapi bagi dia, itu adalah new, selalu baru setiap saat. Itu adalah jiwa, hati, seperti anak kecil, selalu fresh. Nasinya itu tetap sama. Kita tidak ada nasi yang macam-macam. Nasinya setiap hari sama, tapi kita makan itu selalu fresh. New, selalu fresh. Apakah saudara memilikinya? Coba lihat saja, anak kecil itu mengagumkan. Dulu anak-anak saya yang pertama dan yang kedua juga begitu. Dulu di depan rumah itu, ada halaman kecil kemudian dibangun seperti satu tumpuk batu bata dan dibangun sebuah gundukan kecil. Saya membangun untuk saya bisa duduk di situ dan pakai sepatu. Istri saya pernah mengatakan “Nanti lihat, anak-anak akan main-main dan lari-lari di situ.” Dan benar, dua anak yang masih kecil itu selalu, setiap hari, lari-lari, putar-putar di situ. Hanya seperti itu saja, mereka senang dan mereka merasa penuh. Tidak perlu dikasih mainan yang luar biasa mahal atau berteknologi tinggi. Hanya dengan begitu, terus putar-putar, kejar-kejaran, nanti putar balik kanan, nanti putar balik kiri. Kita yang melihat saja sudah capai dan iman yang bukan seperti anak kecil akan bertanya, “Untuk apa putar-putar seperti ini?,” tetapi bagi anak kecil, ini menyenangkan. Ini fresh, setiap hari. Matahari itu setiap hari di sana. Pekerjaan saudara setiap hari ya seperti ini. Kita masuk di dalam rutinitas setiap hari. Apakah hati kita bisa melihat kasih karunia-Nya baru setiap hari? Dan, aku mengucap syukur akan itu. Apa ada freshness di dalam hati kita? Atau, beban yang makin lama makin besar dan mematikan? Kalau saudara dan saya pernah merasakannya, dan saat ini tidak lagi merasakannya, minta pada Tuhan, “Tuhan, berikan itu sekali lagi dalam hidupku dan terus berikan.”

Tanda keempat orang yang bertumbuh mengenal Allah adalah semakin bisa membuat fokus untuk Allah. Orang yang betumbuh mengenal Allah semakin bisa menghubungkan keberadan Allah dengan segala sesuatu yang ada di dalam hidupnya dan yang dikerjakannya. Allah itu bukan tempelan agama khususnya di hari Sabtu atau Minggu. Allah itu real. Dia intervensi dalam setiap detail dalam kehidupan kita. “Orang yang mengenal Allah, orang tersebut akan menyadari, memiliki, sense of God.” demikian kata J.I Packer untuk orang-orang Puritan. Jadi orang yang bertumbuh mengenal Allah, orang yang makin dewasa iman serupa dengan Kristus, adalah orang yang semua langkah-langkahnya, cita-citanya, aktivitasnya, tujuan hidupnya semakin terfokus didedikasikan bagi Allah saja. Sama seperti Doa Bapa Kami, ketika berbicara mengenai pengampunan, berbicara berkenaan dengan ‘Jangan masukan kami ke dalam pencobaan.’ Bicara berkenaan dengan ‘Berikan makanan kami sehari-hari.’ Seluruh apapun saja, bagian hidupnya past, present, and future adalah untuk kemuliaan nama Allah. Ini adalah orang yang semakin mengalami Doa Bapa Kami itu menjadi DNA-nya. Dia bisa memfokuskan hidupnya itu makin lama adalah untuk mengabdi kepada Allah. Dia tidak mengingat Allah hanya dalam kebaktian hari Minggu. Bahkan ketika dia memasak, ketika dia memandikan anak bayinya atau apapun saja, dia terus menerus mengingat bahwa dia adalah orang yang berhadapan dengan Allah (coram deo). Ada satu doa yang indah yang saya akan bacakan kalau saya tidak salah ini adalah dari J.I. Packer. “Tuhan, bukanlah urusanku apakah aku mati atau hidup, mengasihi dan melayani-Mu itulah bagianku dan kasih karunia-Mu pastilah memberikan hal ini. Jika hidupku panjang aku akan senang supaya aku bisa menaati-Mu dalam waktu yang lama. Jika hidupku pendek mengapa harus susah? Karena aku akan melayang tinggi ke hari yang tidak pernah akan berakhir.”

Tanda yang kelima (terakhir) orang yang bertumbuh mengenal Allah adalah semakin ingin mengenal nomena of God.Nomena itu bukan fenomena. Nomena adalah berbicara mengenai ontological (hakikat). Ini adalah berbicara mengenai Allah itu Allah. Apa yang membedakan Allah dengan yang lain adalah esensi-Nya. Saya mengambil perumpamaan: ini adalah mimbar dan ini adalah mic. Mic berbeda dengan mimbar. Berbeda bukan hanya fenomenanya, tetapi ada sesuatu yang ada di dalam benda ini, sehingga benda ini didefiniskan sebagai mic. Ada sesuatu yang esensial di dalam benda ini sehingga benda ini disebut sebagai mimbar, bukan piano dan bukan mic. Sehingga seluruh obyek, seluruh benda, itu pasti ada sesuatu hakikatnya yang mendefinisikan diri dia, yang membedakan dengan yang lain. Orang yang bertumbuh, maka orang tersebut ingin makin mengenal pribadi Allah yang membedakan Dia dengan semua yang ada. Ia ingin bergaul dengan pribadi Allah, dengan sifat-sifat Dia. Perhatikan, orang fasik hanya menginginkan bergaul dengan berkat Allah, tetapi anak-anak Allah ingin mengenal siapa sesungguhnya Allah; “Engkau menyatakan diri bahwa Engkau itu kudus, apa itu arti kekudusan, ya Allah? Apa itu artinya kebenaran-Mu? Apa itu artinya hikmat-Mu bagiku? Tuhan, aku ingin mengenal dan bergaul dengan kedaulatan-Mu. Aku ingin mengalami apa itu Maha Kuasa-Mu.” Anak-anak Allah menginginkan bergaul dengan Allah, dengan seluruh sifat-sifat-Nya. Bukan saja tahu. Bukan kata orang. “Tetapi aku sendiri bergaul dengan Engkau, memiliki satu intimasi bergaul dengan Engkau, dengan seluruh sifat-sifat-Mu yang Engkau mau nyatakan kepadaku.” Dan ini tidak bisa umum. Saya tanya satu kalimat ini dan biarlah kita boleh menguji dengan satu kalimat ini. “Allah seperti apa yang kita kenal? Allah seperti apa yang saudara kenal?” Ini tidak akan ada satu konsensus, tidak sama untuk semua. Pada seseorang Dia mengajarkan kebenaran-Nya lebih daripada sifat-Nya yang lain. Kepada orang yang lain, Dia menekankan mengenai kekerasan-Nya lebih dari sifat-Nya yang lain. Pada orang yang lain, Dia menekankan kedaulatan-Nya lebih daripada yang lain. Kepada seseorang yang lain, dia menekankan kasih-Nya lebih daripada yang lain. Allah seperti apa yang kita kenal? Allah seperti apa yang saudara kenal? Kalau saudara dan saya boleh ditanya satu pertanyaan ini, “Sifat seperti apa, dari Allah, yang paling menonjol yang engkau dan saya bergaul. Apakah kita bisa menjawabnya?” Kepada Yehezkiel, Ia menyatakan kedaulatan-Nya. Ya, saudara akan menemukan cinta Allah di dalamnya. Kebenaran Allah di dalamnya. Kasih karunia dan hikmat di dalamnya, karena Allah itu satu adanya, Ia tidak terpisah-pisah dengan sifat-sifat-Nya, Dia satu sifat dan bukan gabungan dari berbagai macam sifat yang digabung. Tetapi, ketika Dia berhadapan dengan seseorang, Dia memunculkan ada satu sifat yang paling utama, di depan, untuk orang itu. Kepada Yehezkiel, Dia berbicara berkenaan dengan kedaulatan. Kepada Yunus, Ia berbicara mengenai Allah yang tekun mengejar dia. Kepada Ayub, Dia adalah Allah yang tidak terduga. Saudara bisa merentangkan sifat-sifat Allah, apa yang paling utama yang di ajarkan kepada nabi dan rasul-Nya dan saya tanya sekarang, “Allah seperti apa yang saudara dan saya kenal?” Biarlah kita boleh berdoa, “Tuhan nyatakan diri-Mu.” Kita tidak bisa berasumsi Tuhan begini, Tuhan begitu. Dealing dengan Allah yang sejati, yang sesungguhnya. Orang yang makin bertumbuh rohani, orang tersebut akan semakin mengejar dari hakikat, pribadi, sifat Allah di dalam hidupnya. Kiranya Tuhan memberikan pertumbuhan rohani kepada kita dan sekali lagi, biarlah khotbah hari ini menjadi self-evaluation dan minggu depan kita akan melanjutkan berkenaan dengan tanda-tanda eksternal orang yang mengenal Allah. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more