Ringkasan Khotbah

24 December 2023
Natal: Pernyataan Kemuliaan Allah
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Luk 2:6-14

Luk 2:6-14

Beberapa saat setelah Yesus Kristus lahir di Betlehem, para gembala yang menjaga domba yang baik-baik pada waktu itu, tiba-tiba dikejutkan dengan seorang malaikat yang menampakkan diri di depan mereka. Malaikat tersebut menyatakan, “Jangan takut, hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, Yesus Kristus Tuhan di kota Daud.” Dan belum selesai keterkejutan dari gembala itu, tiba-tiba di depan mata mereka tampak bala tentara surga yang begitu besar dan banyak sekali menyanyikan sebuah lagu yang begitu megah dan menyatakan kemuliaan bagi Allah di tempat-Nya Mahatinggi dan damai di bumi bagi manusia yang berkenan kepada-Nya. Malaikat tersebut menyatakan kemuliaan bagi Allah. Ketika kita melihat kemuliaan Allah, maka kita menyatakan ada 2 jenis. Pertama, kemuliaan-Nya adalah hakikat-Nya, ontological. Yang ke-2 adalah kemuliaan Allah yang dinyatakan, yang diperlihatkan kepada manusia. Kemuliaan Allah yang adalah ontological, yang hakikat-Nya adalah kesempurnaan tidak terhingga dari sifat-Nya sendiri. Dia sempurna di dalam hikmat-Nya, kuasa-Nya, kekudusan-Nya, kebenaran-Nya, belas kasihan-Nya, kebajikan-Nya, keadilan-Nya bahwa Dia ada dari kekekalan adalah Allah yang tidak terhingga di dalam dirinya sendiri. Sebelum ciptaan dapat mengagumi-Nya, sebelum ciptaan itu diciptakan, sebelum ciptaan dapat melihat kemuliaan-Nya, Dia di dalam kekekalan-Nya adalah mulia adanya, Allah yang tidak terhingga di dalam dirinya sendiri. Jenis yang ke-2, dalam kemuliaan Allah adalah kemuliaan Allah yang dideklarasikan, dinyatakan, dikomunikasikan kepada kita, yang merupakan kemegahan di depan mata manusia yang terpancar dari kemuliaan ontological. Ini adalah kemuliaan yang bisa dilihat. Ini adalah kemuliaan yang bisa diraba. Ini adalah kemuliaan yang bisa diteliti. Pada waktu Yesus lahir, malaikat di sini menyatakan kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi. Malaikat mau menyatakan lihatlah Betlehem! Lihatlah inkarnasi! Maka kita akan melihat kemuliaan-Nya, maka dengan cepat mereka berlari menuju ke kandang yang ada di Betlehem. Mereka pertama ragu-ragu, kemudian mereka memberanikan diri masuk. Di kandang yang dituju itu seorang bayi dibungkus kain lampin, di kandang binatang berbaring di palungan, tidak ada sinar, tidak indah tempatnya, sama sekali tidak spektakuler. Mazmur 19:1-2 menyatakan, ‘Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.’ Kalau kita adalah manusia yang normal, kita adalah manusia yang jujur maka saudara melihat langit, melihat alam, saudara bisa melihat kemuliaan Allah. Dengan kemahakuasaan-Nya, dengan hikmat-Nya, dengan keindahan-Nya Ia menciptakan alam semesta.

Musa pernah meminta, “Nyatakan kemuliaan-Mu!” dan Allah menjawab dia. Keluaran 32-33 dan apa yang dilihat Musa? Allah berjalan dengan kegemilangan-Nya, melihat kemuliaan yang lewat itu sebenarnya hanya melihat sisa kemuliaan Allah yang lewat. Maka dia gemetar, dan dia menyembah Allah di sana, dia tidak bisa berdiri. Dia berlutut, dia ketakutan, kemuliaan Allah yang lewat. Ketika kita melihat kemuliaan Allah, kita melihat sesuatu yang besar, sesuatu yang hebat, sesuatu yang menggetarkan hati. Tetapi pada malam hari itu, ketika para gembala itu masuk dan melihat bayi itu, tidak ada apa-apanya, biasa saja. Di mana kemuliaan-Nya? Kenapa disebut kemuliaan? Saat ini saya mau membawa saudara melihat kisah ini lagi dan membawa hati kita kepada Natal yang pertama. Lihat apa yang Allah ajarkan tentang kemuliaan-Nya di hari natal pertama. Saya akan membagi khotbah ini menjadi 3. Hal yang pertama adalah apa yang bukan? Yang ke-2 adalah diberitakan ke siapa? Dan yang ke-3 apa yang dimaksud?

Yang pertama, apa yang bukan kemuliaan Allah? Natal yang pertama mengajarkan kita kemuliaan Allah itu tidak berelasi dengan kepemilikan dan keadaan lahiriah. Lihatlah kepemilikan dan keadaan lahirlah Yesus, kepala gereja kita! Dia di dalam kehinaan, kemiskinan, kesendirian. Kalau kita melihat jalan hidup Yesus Kristus, dari jalan hidup-Nya saja dan saudara bandingkan dengan seluruh agama, tidak bisa tidak saudara bisa melihat keunikan Kristus yang tidak tertandingi di sini. Tubuh-Nya pertama kali hadir di dunia ini ada di kandang. Dan di hadapan manusia seluruhnya, maka Dia mati di atas kayu salib dengan tubuh-Nya. Melihat dua titik ini, saudara-saudara teringat akan kalimat Yesus Kristus, “Serigala memiliki liang, burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Tetapi bukan saja keadaan-Nya yang hina, yang miskin, kita bisa melihat bagaimana keadaan nasib-Nya. Injil Lukas menyatakan bahwa Yesus lahir pada saat Kaisar Agustus mengeluarkan perintah sensus. Pada waktu itu Kirenius menjadi warga negeri Siria. Ini adalah 2 nama orang Romawi. Bukankah pada waktu itu seharusnya Israel di bawah perintah Herodes yang mewakili Yahudi sebagai kaki tangan Romawi? Meskipun Herodes bukan seratus persen Jews, tetapi dia tetap ada darah Jews di dalamnya, dan dia dipakai oleh orang Romawi menjadi kaki tangan, tetapi kenapa di dalam perikop ini tidak ada nama Herodes sedikit pun. Perikop ini bukan sekedar menyampaikan data. Lukas mau menunjukkan bahwa sensus adalah sebuah simbol negatif dan pengingat menyakitkan akan penaklukan Roma secara total kepada umat Allah. Bahkan saudara akan menemukan dalam 5 ayat itu, 4 kali berbicara mengenai pendaftaran. Ini adalah suatu sensus yang terkenal, yang memalukan bangsa Yahudi dan membawa Yahudi untuk bisa setia kepada Roma dengan cara paksaan. Hal ini menandai titik balik di mana Yudea jatuh di bawah kendali langsung Roma tanpa dukungan perwakilannya Yahudi. Sensus ini menandakan kekalahan telak kaum Yahudi mengakhiri sisa-sisa otonomi Yahudi. Ini adalah pil pahit yang sulit ditelan oleh orang yahudi. Maka Lukas dengan jelas menyatakan keadaan terbuka dari Yesus, Yusuf dan Maria adalah miskin, yang dihina, yang tidak bisa memegang nasibnya, bahkan itu adalah keadaanya. Tetapi kehidupannya secara keseluruhan adalah kehidupan yang benar-benar berada di dalam paksaan, dalam kekalahan. Saudara bisa melihat keadaan seperti ini, tetapi anehnya malaikat menyatakan kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi.

Kalau kata kemuliaan itu ada ketika saudara dan saya, orang-orang yang mengejar kemuliaan itu, ‘kita ingin untuk mulia’, saya tanya apa yang ada dalam pikiranmu? Pasti kepemilikan kita, nama kita, kekayaan kita. Seluruhnya menempel dengan satu kata ini: ‘kemuliaan.’ Tetapi inti pelajaran besar Natal di dalam hal ini adalah nilai kemuliaan seseorang tidak diukur dari seberapa besar kepemilikan orang tersebut, dan keadaan lahiriah atau nasib orang tersebut. Bukankah sebaiknya Allah mempertontonkan surga secara terbuka kepada manusia. Seandainya manusia bisa memandang kemulian tahta-Nya dan melihat pagelaran berpuluh-puluh ribu malaikat. Malaikat yang perkasa, malaikat yang bercahaya di waktu malam itu, malaikat yang siap dengan kekuatan perangnya untuk melakukan seluruh kehendak Allah. Bukankah ini menjadikan kemuliaan Allah lebih mengesankan bagi kita? Tetapi, kenapa Dia mengucilkan keilahiannya di dalam sebuah tanah liat? Mengapa Dia hadir di dalam tubuh-Nya dan di dalam kehinaan di Betlehem? Membuat diri-Nya terpapar kepada duka nestapa manusia yang mengenaskan dan nasib yang hina dan kematian yang terkutuk. Kita adalah orang yang merayakan Natal, tetapi pelajaran paling depan dari arti Natal ini, apakah kita sungguh-sungguh terima? Mengapa kita terus-menerus mencari kemuliaan diri dan menggabungkan kata mulia dengan seluruh kepemilikan dan nasib kita?

Allah mengajarkan di dalam pintu gerbang dari konten Natal, hal yang pertama adalah ketika bicara mengenai kemuliaan Allah seakan-akan mengatakan kepada kita, “Hai manusia, belajar, lihat Anak-Ku, hai orang Kristen lihat apa yang Aku ajarkan, kemuliaan manusia tidak bergabung dengan kepemilikannya!” Mengapa engkau mengejar yang sia-sia? Kemuliaan seseorang tergantung dari perkenanan Allah kepada dia. Bukan kepemilikannya, bukan nasib lahiriahnya. Yesus itu mulia, Yusuf dan Maria itu mulia. Kenapa mereka mulia? Mereka adalah hormat, konsep mereka itu hormat karena satu hal, Allah berkenan kepada mereka. Berkali-kali di dalam Alkitab Allah menyatakan kepada gereja-Nya: Cari wajah-Ku, cari perkenanan-Ku, bukan cari uang; cari kerajaan-Ku, bukan cari kepemilikanmu, bukan cari kerajaanmu, bukan cari namamu, bukan cari suksesmu. Kalau semua itu dicari dan engkau mendapatkannya, maka kalimat terakhir itu bukan kemuliaan. Tetapi kalimat terakhir adalah kalimat Salomo yang sudah mendapatkan semuanya yaitu sia-sia. Manusia kenapa bodoh? Orang Kristen, engkau sudah lihat terus-menerus cerita ini, tetapi tetap mengejar kekayaan. Engkau membuang ibadah untuk uang, engkau membuang hormat kepada Allah, untuk mendapatkan hormat kepada manusia. Berapa banyak dari kita mengerti kisah ini? Kata malaikat, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi.” Kemuliaan-Nya apa? Gembala, lihat kemuliaan-Nya apa? Tidak ada raja yang tepuk tangan, “Oh kayak begini kok mulia?” Dan yang hina, bagaimana mungkin Tuhan, aku bisa yang hina ini, yang tidak berdaya ini, yang kalah ini, kemudian memuliakan nama-Mu, tetapi Alkitab menyatakan bisa. Di dalam Kristus, kemiskinan, kegagalan itu bukan kehinaan. Tapi dosa adalah sesuatu yang hina. Bishop J.C. Ryle menyatakan: Janganlah kita pernah merasa malu atas penderitaan kemiskinan, jika Allah menganggap pantas untuk menimpakan hal itu kepada kita, tidak mentuhankan Kristus dan tamak adalah sesuatu yang memalukan tetapi menjadi miskin bukanlah sesuatu yang hina. Tempat tingal yang sederhana, makanan yang kasar dan tempat tidur yang keras memang tidak menyenangkan bagi darah dan daging kita. Namun itu adalah bagian yang dengan rela diterima oleh Tuhan Yesus sendiri sejak hari kedatangan-Nya di Dunia. Kekayaan jauh lebih menghancurkan jiwa daripada kemiskinan. Ketika rasa cinta akan uang mulai menjalar ke dalam diri kita, mari kita melihat palungan di Betlehem. Mari melihat Yesus Kristus yang dibaringkan di dalamnya. Melihat Betlehem akan membebasakan kita dari begitu banyak kesia-siaan di dalam hidup ini. Saya sudah bicara hal yang pertama apa yang diajarkan di Betlehem ini; bahwa kemuliaan Allah dan kemuliaan manusia tidak berelasi dengan kepemilikan dan keadaan lahiriah.

Hal yang kedua, lihatlah kepada siapa kemuliaan Allah ini diberitakan? Yaitu kepada para gembala. Siapakah para gembala? Gembala bukanlah pekerjaan yang terhormat, ini bukanlah pilihan hidup yang terbaik dan pada waktu itu gembala memiliki reputasi yang buruk. Sifat pekerjaan mereka berarti mereka tidak dapat mentaati hukum seremonial Israel. Mereka juga dianggap tidak dapat diandalkan, tidak dapat memberikan kesaksian di pengadilan. Mereka adalah orang-orang yang dibenci dan terpinggirkan, dan sebagian dari mereka adalah mantan tahanan. Tapi di sini anehnya, kepada orang-orang rendahan dan terpinggirkan ini malaikat memberikan teologia yang tertinggi. Para gembala yang diremehkan ini adalah orang-orang yang pertama menerima pemberitaan Injil. Para gembalalah yang menyadari pertama kali kesukaan besar bagi seluruh bangsa, mereka memahami bahwa Injil bukan saja untuk orang Israel tetapi kepada seluruh bangsa, bahkan kebenaran ini pun banyak tertutup kepada orang-orang Israel. Para gembala, orang-orang yang dihina ini mendengar hal yang paling menakjubkan tentang bagimana sukacita ini datang, telinga mereka sendiri mendengarkan: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, Mesias (Kristus) yaitu Tuhan.” Saudara bisa melihat di telinga gembala ini ketiga gelar Tuhan itu disatukan. Para malaikat tidak hanya memberitakan Injil kepada gembala, tetapi mereka memberikan identitas Kristus yang sebenarnya. Pada orang yang terpinggirkan ini, yang tidak dianggap oleh masyarakat ini, Allah menunjukan sorot mata-Nya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan, kebenaran hakiki tentang Yesus Kristus, yang sudah ditunggu ribuan tahun dalam Perjanjian Lama, tidak diketahui oleh raja dan bahkan tidak diketahui oleh ahli-ahli Taurat, dan orang Farisi, dan tidak diketahui oleh rakyat kebanyakan, tetapi diberitakan Allah secara khusus (orang yang dipilih adalah gembala), orang-orang yang dipinggirkan.

Saya akan membicarakan tentang satu hal ini, ketika saya bicara ini, saudara jangan pikir bahwa ini adalah sesuatu teologia liberal. Liberal selalu melihat Yesus dan apa yang dikerjakan Allah sebagai suatu contoh hidup, tetapi mereka tidak melihat Yesus adalah inti iman. Ini bukan teologia liberal, yang saya mau angkat sekarang adalah teologia Natal. Bicara mengenai Natal adalah berbicara mengenai orang-orang yang tersisih, yang terpinggirkan, pecundang, yang kalah, yang tidak lagi bisa dipercaya oleh masyarakat; tetapi sekarang dipercaya oleh Allah. Bahkan di antara seluruh orang Israel mereka tidak bisa dipercaya dan kalimatnya tidak memiliki kekuatan hukum di pengadilan, tetapi sekarang mereka diberikan satu berita untuk disebarkan di seluruh dunia dan kebenaran hakiki kekristenan mulai dari mulut mereka. Sekali lagi, berbicara mengenai Natal adalah bicara bagaimana Allah memandang orang yang terpinggirkan. Allah memakai mereka kembali yang sudah jatuh, yang sudah kalah, yang tadinya sudah tidak bisa dipercaya, tetapi sekarang dipercaya kembali oleh Allah. Bagaimana mata Allah ada pada orang-orang tersembunyi. Gereja harus melayani orang-orang yang terpinggirkan. Dalam beberapa bulan ini, kalimat ini terus-menerus ada di dalam hati saya. Ya, saya tahu bahwa kita harus melakukan pelayanan kepada siapa saja, tetapi entah mengapa beberapa bulan ini, terus kalimat ini muncul terus dan hari ini kembali lagi kaliamat ini bersuara. Gereja harus melayani orang-orang yang terpinggirkan, orang-orang pecundang, yang kalah. Yesus sendiri mengatakan dari nubuatan nabi Dia adalah seorang Mesias yang tidak mematahkan buluh yang terkulai dan tidak memadamkan sumbu yang pudar nyalanya. Lihat dari sejak pertama kali Dia lahir, siapa yang didatangi-Nya? Siapa yang dilayani-Nya? Mata Allah tertuju kepada siapa? Saudara bisa melihat pertama kali Maria, ibu Yesus ketika Allah menengok dia, dan Dia menyatakan, “Aku bersukacita karena engkau memperhatikan kerendahan hambamu. Saudara bisa melihat perempuan Siro Fenisia, ia seorang perempuan yang tidak dianggap pada waktu itu dan dari tempat Siro Fenisia, suatu bangsa yang dahulu itu adalah bangsa yang melawan dan menghina Allah; tetapi Kristus itu mendengarkan seruannya, mendengarkan tangisannya. Satu pribadi yang pecundang, yang sudah kalah, sekarang diambil oleh Kristus dan dimasukkan ke dalam seluruh rencana keselamatan-Nya.

Bartimeus itu teriak-teriak terus, “Kasihani aku anak Daud, kasihani aku anak Daud.” Pada waktu itu orang yang buta, orang yang lumpuh, orang yang kusta tidak mendapat kedudukan apa saja. Mereka adalah orang-orang yang ditinggalkan Allah. Mereka adalah orang yang terpinggirkan, tetapi telinga Kristus yang berjalan itu peka terhadap orang-orang yang hatinya seperti ini. Bahkan Yesus memberikan satu cerita bagaimana Lazarus di pangkuan Abraham. Ini bukan Lazarus saudara dari Maria dan Marta, tetapi ini adalah Lazarus yang miskin. Kenapa harus pakai orang miskin? Setiap kali Allah bertindak, Dia selalu mengikut sertakan orang-orang terpinggirkan ini, orang yang kalah. Bahkan Petrus yang sudah menghina Dia, mengkhianati Dia, yang menyakiti hati-Nya, secara khusus Ia dealing pribadi dengan orang yang telah menyakiti hati-Nya. Kristus Yesus melayani orang-orang yang terpinggirkan. Dan di waktu malam di Betlehem, maka Ia melihat para gembala itu. Sekali lagi, mereka tidak ada posisi di masyarakat. Kalau saudara dan saya tidak melihat peristiwa ini, Allah mau melewatkan mereka dengan mudah sekali. Kalau saudara ketemu sama orang, saudara akan lihat orang itu siapa, oh orang ini, ini artis terkenal, oh ini pembicara hebat, oh ini hamba Tuhan terkenal, oh ini orang punya perusahaan ini. Saudara-saudara memiliki sikap berbeda antara ketemu orang kaya atau ketemu sama orang miskin. Mata kita selalu melihat kepada orang yang kaya, saya tidak katakan saudara-saudara boleh menghina orang kaya, saya tidak katakan itu, tetapi kita harus memiliki sikap hati yang berbeda dengan dunia. Ini bukan bicara mengenai pelajaran liberal, ini adalah bicara berkenaan dengan apa yang Allah nyatakan pada hari Natal. Itulah sebabnya gereja mula-mula, kalau saudara-saudara melihat dari pada sejarah gereja mula-mula, mereka selalu memperhatikan kaum minoritas. Kalau saya boleh bicara, gereja masa kini terlalu banyak dosa. Gereja seharusnya melayani orang-orang yang terpinggirkan. Timothy Keller mengatakan, “Gereja yang tidak mempedulikan orang-orang yang terpinggirkan akan dengan sendirinya gereja tersebut terpinggirkan”. Di hari-hari Natal seperti ini, kalau boleh saya mendorong saudara, ingat akan satu, dua, tiga orang yang saudara tahu dia tidak diperhatikan, mereka sedang tertunduk, yang sedang remuk hati. Orang-orang yang mungkin kalah dalam kehidupan, yang bahkan tidak diperhatikan oleh sebagian besar dari jemaat. Minta sama Tuhan nama orang-orang yang saudara kemudian bisa langsung terpikir, orang ini tidak ada yang memperhatikan, orang ini adalah orang yang terpinggirkan. Mungkin orang itu ada dalam gereja kita, mungkin orang itu ada di luar gereja kita. Saya tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Allah. Tetapi dalam hikmat-Nya, kenapa Dia bisa memilih orang yang sungguh-sungguh sudah tidak terpilih oleh dunia ini. Mengapa Dia mau mengandalkan orang-orang yang tidak bisa diandalkan oleh dunia ini. Kemuliaan Allah, pertama kali dinyatakan kepada orang-orang yang terpinggirkan.

Bagian ke-3, kita akan masuk ke inti pembahasan. Inkarnasi memperlihatkan kemuliaan Allah. Melalui inkarnasi, atau melalui tubuh Kristus, seluruh sifat-sifat Allah terpancar dan dimuliakan atau ditinggikan di depan mata kita. Incarnation dari bahasa latin “incarnare”, terdiri dari dua kata, yang pertama “in” itu dalam atau sama dengan into, in dan yang ke-2 adakah “caro“ yaitu flesh, daging. Inkarnasi adalah yang ilahi mengenakan daging, yang ilahi mengenakan tubuh. Ini adalah inti iman Kristen. Kalau kita menggagalkan satu poin ini, maka saudara tidak mungkin bisa mempertahankan seluruh kalimat dalam Alkitab ini, dengan sendirinya ini akan runtuh. Ketika bicara mengenai battle ground dari faith, maka ini adalah battle ground yang paling pusat. Ini yang paling tidak bisa dipercaya oleh siapa pun saja. Bagaimana ada satu pribadi dengan dua natur Allah yang sejati dan manusia sejati bersatu di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang sulit sekali, berbicara mengenai misteri dan tidak mungkin ada satu manusia pun yang bisa mengerti sampai ke dasar dari misteri ini. John Flavel mengatakan: Barang siapa yang mau untuk menjelaskan misteri ini, semakin dalam, dia tidak mungkin bisa lepas dari kesalahan-kesalahan. Ini adalah sesuatu misteri yang dinyatakan Allah kepada kita. Bayi itu bukan pendiri agama, bayi itu Allah yang mengenakan tubuh. Pribadi kedua dari Tritunggal yang turun dan mengenakan tubuh, Dia tetap satu pribadi, tetapi Dia adalah Allah yang sejati dan manusia yang sejati. Dari sinilah titik, maka malaikat itu menyatakan kemuliaan bagi Allah di tempat yang tertinggi bukan saja bicara bagaimana Allah memakai para gembala, bagaimana Allah menyatakan diri-Nya dalam kehinaan, tetapi inti kemuliaan Allah di tempat tertinggi adalah inkarnasi. Ezekiel Hopkins, seorang Puritan mengatakan: Kemuliaan berlimpah bagi Allah melalui peristiwa inkarnasi. Sifat-sifat Allah yang agung dan mulia satu-persatu dinyatakan kepada manusia. Dapat disentuh, dapat diraba, dapat dilihat, dapat diteliti, yang membuat orang yang mengerti hal-hal ini akan tertunduk dan takluk pada-Nya. Sebelum saya masuk lebih jauh, maka saya mesti membereskan terlebih dahulu satu prinsip the simplicity of God. Jadi Allah kita, Allah di dalam Alkitab bukan gabungan dari beberapa sifat. Oh, ada kebenaran-Nya, ada keadilan-Nya, ada murah hati-Nya, lalu digabungkan semua menjadi Allah, tidak! Dia adalah Allah yang esa, (dan sifat-Nya) dengan satu sifat-Nya dan sifat ini (tetapi) seperti satu sinar yang terpancar dengan prisma yang menghasilkan beberapa warna yang kita bisa lihat maka ini disebut sebagai simplicity of God. Allah itu satu dan sifat-Nya. Itu bukan gabungan dari beberapa sifat yang disatukan, tetapi untuk kita memahaminya, untuk kita bisa mengenalnya, maka mau tidak mau kita harus membahas mengenai satu per satu sifat tersebut.

Saya mau menyatakan apa yang Alkitab nyatakan melalui inkarnasi, sifat-sifat Allah itu. Maka itu terpampang jelas dan ditinggikan di depan mata manusia. Lihatlah beberapa hal ini, inkarnasi Kristus, meninggikan kemahakuasaan Allah di depan mata kita. Kita tahu semua bahwa Allah Mahakuasa dan kekuasaan-Nya begitu tidak terhingga. Dia memiliki kuasa membentangkan langit dan menempatkan bumi berputar bahkan di dalam kekosongan. Saudara bayangkan bumi menempel di mana? Dia berputar, dan dia memutari matahari tanpa ada penopangan. Allah begitu maha kuasa, Dia membentangkan langit, menempatkan bumi di dalam kekosongan. Tetapi melalui inkarnasi, Allah menggabungkan langit dan bumi. Dia telah membuat penyatuan yang tidak terpisahkan di antara keduanya. Melalui inkarnasi, Allah menurunkan surga ke bumi dan menaikkan bumi ke surga. Kemahakuasaan Allah yang menyatukan diri-Nya dengan natur manusia. Yang ilahi sekarang bersatu dengan daging yang rentan. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Ezekiel Hopkins, Allah mengerahkan kuasa-Nya yang besar itu semata untuk membuat diri-Nya lemah. Bukankah ini kuasa yang Maha perkasa, bahwa keallahan-Nya yang tidak terhingga dan tidak terpahami menyatukan diri-Nya dengan debu tanah. Sebegitu dekatnya sehingga menyatu menjadi satu pribadi yang sama. Sekali lagi bicara mengenai kemahakuasaan Allah, saudara pasti melihat mukjizat Allah, orang sakit menjadi sembuh, atau saudara hampir kecelakaan tetapi terhindar dari kecelakaan, atau saudara dihadang oleh musuh dan bisa memenangkan peperangan. Atau saudara melihat langit dan bumi dan melihat Allah begitu maha kuasa. Tetapi di tempat natal ini maka saudara bisa melihat kemaha kuasaan begitu ditinggikan sedemikian rupa di dalam inkarnasi Yesus Kristus. Kuasa yang Maha perkasa di dalam keallahan yang tidak terhingga dan tidak terpahami ini, dengan kekuatan-Nya Dia menyatukan diri-Nya dengan debu tanah. Sebegitu dekatnya sehingga menyatu menjadi satu pribadi yang sama.

Hal yang lain. Inkarnasi Kristus di dalam daging meninggikan kehebatan, ketegasan keadilan-Nya. Kristus mengenakan tubuh dan mati. Kalau tidak, maka keadilan Allah tidak pernah terpenuhi, terpuaskan. Perhatikan kalimat: “Keadilan Allah lebih terpuaskan oleh Kristus daripada keadilan Allah menyergap kita orang berdosa.” Kita manusia itu terbatas, kita tidak sanggup menanggung kekerasan maksimal murka Ilahi, tetapi kekerasan maksimal murka ilahi telah ditanggung oleh Kristus Yesus. Putra Allah, the Son of God telah berhasil menuntaskan semuanya. Kita tahu semua Kristus dikirim ke dalam dunia untuk menjalani murka yang seharusnya ditujukan kepadamu dan kepada saya. Tetapi apakah kita mengerti dari prinsip ini? Kristus menanggung murka Allah, ini lebih baik daripada jika Allah membalas secara khusus pendosa seperti kita dan mengirim setiap jiwa kita ke neraka. Selalu kita berpikir bahwa keadilan Allah bisa dibereskan dengan kematian kita. Tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan Kristus sempurna, Dia adalah korban yang sempurna, kesempurnaan-Nya tidak memerlukan korban yang lain. Orang-orang puritans menyatakan hal ini: “Jikalau kita yang berdosa satu per satu dimatikan oleh Allah maka kematian Anak Allah jauh lebih memuaskan Allah daripada setiap kita dimasukkan ke dalam neraka.” Saudara melihat inkarnasi, saudara bisa melihat bagaimana sifat Allah dalam keadilan-Nya ditinggikan sedemikian rupa.

Terakhir, inkarnasi meninggikan kesabaran dan kasih Allah di depan mata kita manusia. Kesabaran di dalam bahasa aslinya adalah long-suffering. Sudah suffer, long, terus-menerus menderita. Ketika melihat Kristus Yesus di dalam tubuh-Nya menanggung seluruh pelayanan-Nya, itu adalah penderitaan yang terus-menerus. Bagaimana kasih dan penderitaan dan kesabaran Kristus ditinggikan. Suatu hari Dia berjalan, dan mata-Nya yang suci melihat Matius yang pada waktu itu di rumah cukai. Itu sama seperti kalau saudara sedang berjalan dan melihat seseorang sedang berzinah di depan saudara dan saudara memanggil orang tersebut. Dia sedang melakukan hubungan suami istri dengan seseorang yang bukan suaminya, dan saudara-saudara memanggil dia untuk mengikuti saudara, mengeluarkan dia dari dosa. Siapakah Kristus, Dia adalah pribadi yang suci, Dia tidak mungkin bisa mentolerir dosa, tetapi ketika Dia jalan, Dia melihat Matius yang sedang berdosa, “Matius keluar dari sana, ikut Aku!” Yang tidak berdosa, Yang Suci, The Holy One of Israel, membawa pendosa mendekat kepada-Nya. Itu adalah long-suffering. Dia menerima permohonan, mendengar permohonan seorang perempuan Siro-Fenesia. Perempuan dari bangsa yang melawan Allah. Orang yang sudah menyakiti hati-Nya dan nabi-nabi Allah sudah mengutuki bangsa ini, tetapi Dia mau mendengar teriakannya. Itu long-suffering. Suatu hari Dia dicegat beberapa orang Farisi dan orang-orang ini menyeret seorang perempuan yang berzinah. Mereka menantang Yesus, “Apa yang harus dilakukan?” Saudara mengerti akhir cerita ini. Kemudian Yesus mengatakan sambil menulis dan Dia berdiri, “Barangsiapa yang tidak berdosa silakan untuk melempar batu pertama.” Setelah mereka pergi, Dia melihat perempuan yang tertunduk ini, yang hampir saja sebentar lagi mati. Dia Yang Suci, The Holy One of Israel kemudian mengangkat lagi perempuan ini. Yang di dalam kekekalan tidak mungkin bisa menjamah seorang berdosa seperti saudara dan saya, tetapi di dalam tubuh inkarnasi-Nya, Dia membawa orang berdosa ini dan mengatakan, “Pergi, Aku tidak menghukum engkau, jangan berbuat dosa lagi!” Bagaimana dengan peristiwa Dia memulihkan Petrus, orang yang paling tinggi di antara seluruh rasul yang sudah menyakiti hati-Nya. Aku tidak kenal Engkau, aku sumpah tidak kenal Engkau, aku tidak kenal orang ini. Oh, betapa hati Kristus begitu sakit mendengar seluruh kalimat-kalimat ini. Dia memiliki hak untuk meninggalkan Petrus, tetapi Dia menanggung penderitaan ini, long-suffering, dan Dia mendekati Petrus. Saya mau tanya, kalau ada orang salah sama engkau dan saudara dikatakan, “Ayo dong kamu ampuni, baikan sama orang itu!” Saudara akan bilang apa? “Ya aku ampuni, aku mau baikan, tapi yang salah yang datang ke aku dong, bukan aku datang ke tempat dia dong.” Tetapi tidak, Kristus mendatangi Petrus, bicara empat mata dengan dia, menguatkan dia kembali, dan mendudukkan dia kembali ke posisinya. Long-suffering. Kalau kita melihat apa yang terjadi kepada Kristus dari lahir sampai mati-Nya, bagaimana Dia difitnah, dicerca, tidak dipercayai, ditampar, diludahi, dimahkotai duri, diseret ke pengadilan oleh para musuh-Nya, dipermalukan, disalib dengan telanjang di depan mata ribuan orang. Seperti domba yang diseret ke pembantaian tetapi tidak membuka mulutnya, maka kita melihat seberapa sabarnya Tuhan. Kalau saudara-saudara mau tahu Tuhan sesabar apa? Dia yang sabar, yang di surga itu tidak kita ketahui kecuali saudara bisa melihatnya di dalam diri tubuh Yesus Kristus. Perhatikan satu kalimat yang penting ini: Semua penderitaan Kristus adalah implikasi dari inkarnasi-Nya. Karena dia bertubuh, Dia menanggung seluruhnya ini. Karena Dia bertubuh maka Dia bisa dicerca. Karena Dia bertubuh maka Dia bisa disalah-mengerti. Kalau Dia pribadi ke-2 Tritunggal turun ke dunia tidak mengenakan tubuh, tidak ada salah mengerti. Semua penderitaan-Nya adalah implikasi dari inkarnasi. Dengan inkarnasi-Nya, dengan tubuh-Nya, kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi. Dengan tubuh-Nya kita bisa melihat sifat-sifat Allah ditinggikan di depan mata kita.

Saya akan akhiri khotbah ini dengan satu gambaran imajiner yang saya pernah baca. Pada hari Natal pertama, di surga ada satu pengumuman. Seorang malaikat yang dipilih kemudian meniupkan sangkakala (terompet). Semua malaikat yang lain, ada ribuan, puluhan ribu malaikat kaget, “Loh ada apa?” Kemudian Allah mengumumkan: “Hari ini The Son of God akan meninggalkan takhta-Nya dan akan turun dari surga.” Semua malaikat tercengang, “Turun dari surga?” Perhatikan, tidak ada satu pun malaikat yang bisa menduga hal ini, karena ini adalah bicara mengenai pactum salutis di dalam pribadi Allah Tritunggal. Kemudian mereka melihat pribadi ke-2 Tritunggal turun dari singgasana-Nya dan seluruh malaikat menyertai Dia. Ketika Yesus turun ke Israel, di Bethlehem dan sampai di kandang dan tempat itu adalah tempat makan binatang, maka seluruh malaikat itu lihat. Harusnya you pintar dong, jangan bumi. Harusnya singgasana dong, kenapa tempat makan hewan? Ini apa? Kemudian malaikat itu saling melihat, semua saling berpandangan, apa ini? Dan digambarkan di situ dalam gambaran ilustrasi itu ada satu malaikat kecil lihat, matanya berbinar-binar lihat, apa ini? Kemudian malaikat di surga memperhatikan apa yang terjadi. Bayi itu makin lama makin besar, tumbuh remaja, tumbuh jadi pemuda, tumbuh jadi dewasa dan melayani ke sana sini tetapi tidak dipercaya. Sedikit sekali orang yang menaati-Nya sampai kepada 33½ tahun Dia masuk ke dalam pengadilan yang tidak adil, diseret dan pakaian-Nya disobek dan Dia dimahkotai duri dan malaikat itu, semuanya tidak bisa terima. Beberapa jam sebelum Yesus ditangkap di Getsemani, malaikat sudah siap untuk berperang karena Yesus mengatakan “Apakah kamu pikir Aku tidak bisa mengerahkan 12 legion malaikat?” Oh saudara-saudara, satu legion itu adalah 6 ribu prajurit dan kalau saudara-saudara membaca dari 2 Raja-Raja, saudara akan menemukan pada waktu zaman Hizkia, raja Asyur Sanherib itu mengepung Yerusalem dan di dalam satu malam, satu malaikat menghancurkan 185 ribu pasukan gagah perkasa dari Asyur. Semua malaikat sudah siap tempur pada malam hari itu. Oh, archangel Michael sudah pada posisinya, Gabriel sudah pada posisinya, Raphael sudah pada posisinya. Oh, kita tidak tahu berapa archangel tetapi apa yang ada nama-nama itu ada dalam Alkitab semuanya pada posisi yang tepat dengan puluhan, ratusan, ribuan malaikat di belakangnya untuk siap menghukum bumi. Ketika mereka melihat Yesus harus menanggung salib mereka semua dengan kemarahan yang suci tidak bisa terima. Mereka menunggu perintah Rajanya, karena Rajanya sudah membawa satu kalimat yang bersiap-siap, 12 legions akan dikerahkan. Setiap malaikat hatinya hancur ketika melihat kayu dipakukan pada tangan Yesus, kemudian salib itu ditinggikan dan mereka melihat bibir Yesus bergoyang sedikit dengan gemetar, seluruh malaikat yang siap tempur itu diam dan mendengarkan apa suara. Kalau satu kalimat singkat “serbu”, mereka semua akan turun menghancurkan bumi. Tetapi ketika mereka diam, dan mau mendengar kalimat dengan mulut yang gemetar, Yesus mengatakan, “Bapa, ampunilah mereka.” Semua malaikat itu ternganga. Tombak dilepaskan, pedang dilepaskan, cuma ada air mata. Di situlah kemuliaan bagi Allah di tempat yang tertinggi. Orang yang mengerti cerita ini seumur hidupnya akan memuliakan Allah, seumur hidupnya akan menaklukkan dirinya di hadapan pemerintahan Allah. Ini adalah cerita mengenai kehinaan tetapi kehinaan adalah implikasi dari inkarnasi. Inkarnasilah yang membuat Yesus bisa disalib, inkarnasilah yang membuat keselamatan timpa kepada kita. Inkarnasi membuat kita bisa melihat pengorbanan Allah pribadi kedua. Melihat tubuh Kristus membuat hati kita remuk. Dengan tubuh-Nya kemuliaan Allah dinyatakan. Dengan tubuh-Nya kemuliaan Allah dipagelarkan di depan mata kita. Itulah sebabnya malaikat mengatakan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi.” Pada hari Natal, pada palungan. Gereja apakah engkau bisa melihat kemuliaan-Nya? Apakah engkau bisa melihat kemuliaan Allah di dalam setiap sifat-sifat-Nya?. Kiranya kita makin bisa melihat apa yang dikerjakan di dalam tubuh Kristus dan hati kita boleh ditaklukkan. Mari kita berdoa.


Yohanes 3:16, Matius 2:1-18
 
 

Mazmur 39: 1-14
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more