Ringkasan Khotbah

18 February 2024
Menjadi Murid (4)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · 2 Timotius 2:1-7

2 Timotius 2:1-7

Kita terus memikirkan apa yang Paulus katakan kepada Timotius tentang pemuridan. Apa yang disebut sebagai value, kita harus perhatikan. Apa yang Tuhan tekankan, kita harus tekankan. Apa yang Tuhan tidak tekankan, biarlah kita tidak tekankan. Yesus menekankan begitu pentingnya pemuridan dan sebelum Paulus mati, Paulus menyatakan pentingnya pemuridan. Kita orang berdosa, kita sering sekali miss the target. Apa yang Tuhan pentingkan, kita tidak pentingkan. Apa yang menjadi titik berat, perkataan Tuhan, tidak kita jadikan titik berat. Apa yang dipertentangkan oleh Tuhan, kita anggap remeh. Kita terbalik 180 derajat, sering sekali seperti itu. Yang seharusnya bukan titik berat Tuhan, kita jadikan titik berat. Bagi Tuhan yang tidak perlu dikejar, kita kejar. Bagi Tuhan itu bukan suatu prioritas, kita prioritaskan. Jikalau seluruh nilai hidup kita berputar seperti ini, maka seluruh hidup kita akan memiliki satu label yang Solomo sudah katakan ribuan tahun yang lalu. Yaitu sia-sia. “Loh, aku dapat semuanya kok.” Tetapi Tuhan katakan engkau tidak dapat apapun saja. Kita berpikir kita penting, tetapi Tuhan katakan engkau tidak penting. Kita mengatakan aku berhasil, tetapi Tuhan katakan engkau gagal. Penghakiman terakhir bukan dari diri sendiri. Penghakiman terakhir bukan oleh teman kita kepada kita. Penghakiman terakhir, penilaian tertinggi adalah dari Allah kepada kita. Gereja di dalam GRII Sydney dan gereja masa kini, saya mau tanya, “Apa yang menjadi titik berat di dalam gereja kita? Apa yang dipentingkan di dalam setiap khotbah? Apa yang dipentingkan di dalam pencarian spiritual kita? Apakah kehendak Allah yang begitu jelas di dalam Alkitab atau tidak?” Pada pagi hari ini kita membaca sekali lagi pentingnya pemuridan. Minggu-minggu yang lalu saya sudah bicara 4 hal yang sangat krusial di dalam isi hati Tuhan. Kenapa pemuridan penting?

 

Yang pertama adalah karena kerajaan Allah adalah rencana Allah. Allah menghendaki kerajaan-Nya berkembang di seluruh muka bumi. Kalau saya mau bicara mengenai Kerajaan Allah; untuk teologia Kerajaan Allah saja, saya mesti dari kitab Kejadian bahkan. Itu adalah isi hati Allah. Dia menginginkan Kerajaan Allah berkembang di seluruh muka bumi dan Alkitab dengan jelas menyatakan perkembangan Kerajaan Allah parallel dengan pertumbuhan jumlah murid. Dua hal ini bergabung. Murid adalah bicara mengenai kualitas. Jumlah adalah bicara mengenai kuantitas. Ini adalah hal gabungan. Kita mesti mencari kuantitas yang banyak, tetapi kuantitas apa? Kuantitas orang yang datang ke Gereja? Tidak! Kita mencari kuantitas murid. Seluruh orang yang melayani bersama-sama, biarlah engkau dan saya memperhatikan prinsip ini. Kualitas tidak bisa dimundurkan. Kualitas harus diutamakan. Tetapi dengan kualitas, kita tidak boleh punya alasan, yang penting kualitas, kuantitas tidak penting. Ya, kualitas adalah yang pertama. Tetapi kualitas bukan satu-satunya, harus ada kuantitas. Kerajaan Allah luar biasa besar. Tugasnya luar biasa berat. Tidak bisa dikerjakan oleh satu-dua orang saja. Maka jumlah murid adalah sesuatu yang signifikan.

 

Hal yang ke-2, beberapa minggu yang lalu saya sudah bicara mengenai prinsip ini. Perluasan Kerajaan Allah hanya bisa dilakukan oleh murid. Banyak orang yang ingin melayani, semakin dia melayani, semakin rusak. Karena tidak mungkin seseorang memperluas Kerajaan Allah jika di dalam dirinya sendiri, Kerajaan Allah tidak memiliki perintah mutlak. Dengan bahasa yang lebih sederhana adalah hanya murid yang bisa menjadikan murid. Kalau saudara tidak serius mengikut Tuhan, saudara tidak mungkin bisa memuridkan orang lain. Seorang muridlah yang bisa memuridkan.

 

Hal yang ke-3, beberapa minggu yang lalu, kita sudah bicara hanya murid yang dipercaya untuk meneruskan visi yang dari Tuhan. Allah kita adalah Pribadi, Pribadi yang memiliki isi hati, memiliki suatu rencana di bumi ini. Rencana-Nya diterima oleh orang-orang yang dipilih-Nya di dalam time and space. Siapa yang diberikan oleh Tuhan untuk mengerti isi hati-Nya di dalam time and space tertentu. Orang-orang yang khusus, yang dipilih oleh Tuhan. Visi-Nya akan bergerak sepanjang masa. Ketika orang yang dipilih tersebut sudah mendekat kepada kematian, maka visi itu tetap. Visi itu harus terus jalan, maka Tuhan membangkitkan murid untuk meneruskan visi. Ini begitu jelas di dalam Alkitab, itulah sebabnya Paulus mengatakan, “Hai Timotius ini sebentar lagi aku mati. Maka engkau mesti mencari orang yang sanggup untuk mengajar orang yang lain, yang setia dengan apa yang ada pada kita. Engkau berikan itu kepada orang-orang tersebut. Paulus tidak mengatakan sembarang orang, pokoknya yang mau. Tidak! Bahkan Paulus mengatakan, “Engkau melihat orang-orang. Engkau perhatikan siapa yang bisa dipercaya dan cakap mengajar orang lain. Hanya murid yang dipercaya untuk meneruskan visi dari Tuhan. Sebelum Yesus naik ke sorga, maka Perintah Agung diberikan kepada murid murid. Di situ tidak ada Yudas. Ini adalah suatu prinsip yang jelas.

Hal yang ke-4. Minggu yang lalu, saya sudah menyatakan isi hati-Nya berbicara mengenai dunia ini. Yesaya 50 menuliskan, “Tuhan memberikan kepadaku lidah seorang murid.” Bukan lidah seorang pengkhotbah. Bukan lidah seorang nabi. Bukan lidah seorang yang mengajar. Tetapi lidah seorang murid. Barangsiapa yang mau menjadi murid, barangsiapa yang dipilih menjadi murid, barangsiapa yang rela dibentuk menjadi murid, pada hatinya dan mulutnya dia dipercayakan karena kalimat dari Tuhan. Seluruh hal ini, kita tahu bahwa di dalam rencana kekekalan di bumi, murid menjadi sesuatu yang vital. Seakan-akan Allah mempercayakan rencananya melalui proses dan metode seperti ini saja. Relakan hati kita dibentuk menjadi murid dan semua orang-orang yang diangkat oleh Tuhan menjadi pemimpin, biarlah meminta kepada Tuhan melalui hidup kita bisa melihat murid-murid yang Tuhan munculkan. Meskipun ini penting, tetapi menemukan dan membentuk seseorang menjadi murid sebenarnya hampir dikatakan mustahil. Sungguh-sungguh minta belas kasihan Tuhan.

Itulah sebabnya di dalam 2 Timotius 2:1, sebelum Paulus bicara panjang lebar berkenaan dengan aspek-aspek pemuridan. Dia menekankan satu kata yang menjadi centre dari segala kerohanian Paulus, yaitu kasih karunia. Tanpa kasih karunia di dalam Kristus Yesus maka seluruh usaha Timotius mencari seorang murid, untuk membentuk seorang murid akan gagal.

Mari kita sekarang melihat apa yang menjadi titik berat perikop ini. Kenapa ada kasih karunia di sini? Kenapa kasih karunia diperlukan? Karena memuridkan, menjadikan murid dan kita sendiri rela dibentuk menjadi murid itu bukan sesuatu yang mudah. Itu hampir impossible kecuali Tuhan memberikan anugerah. Pada waktu pertama saya membaca ini, saya ada sedikit pertanyaan. Kenapa mesti Timotius jadilah kuat oleh kasih karunia. Untuk apa? Jadilah kuat dalam kasih karunia Yesus Kristus karena engkau akan mengabarkan Injil, akan banyak orang yang menentang engkau di dalam pengabaran Injil. Bukan, kalimatnya tidak seperti itu. Iya, di tempat lain ada. Kita mengabarkan Injil perlu karunia yang besar. Tapi di sini maksudnya bukan hanya untuk Injil. Engkau memuridkan perlu kasih karunia yang besar. Saya pikir, susahnya apa ya memuridkan? Ini kelihatannya program gereja internal, kalau Timotius, jadilah kuat dalam kasih karunia Allah untuk engkau berapologetika. Clear kan? Betul kan? Karena banyak orang yang menentang. Bahkan kalau engkau mau bible study memang perlu karunia; karena kalau tidak, bagaimana kita bisa mengerti Firman? Memuridkan kenapa perlu kasih karunia? Apa sulitnya? Ini kan program internal gereja. Oh, tidak seperti itu saudara-saudara.

Beberapa hal ini. Yang pertama adalah di sepanjang sejarah gereja, kegagalan pemuridan terjadi, berulang-ulang kali. Mari kita lihat, 2 Timotius 1:14-16. “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus, yang diam di dalam kita. Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes. Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara.” Perhatikan, Paulus sendiri berulang-ulang gagal. Semua yang dikerjakannya dikatakan di sini bahkan di Asia Kecil semua sudah meninggalkan aku. Apakah ini berarti semua gereja yang dibuat sama dia yang tadinya 50 orang, 40 orang, 30 orang semuanya jadi kafir lagi? Tidak. Tetapi, orang-orang yang dia usahakan menjadi murid, begitu dekat sama dia kemudian meninggalkan dia. Sejarah Gereja, dipenuhi orang-orang yang meninggalkan proses pemuridan ini. Itulah sebabnya orang yang sungguh-sungguh bisa mengerti isi hati orang yang mendapatkan visi dari Tuhan adalah orang-orang yang diberikan karunia besar. Paulus ditinggalkan oleh orang-orang yang tadinya dia pikir bisa dipercaya, dia pasti kecewa. Tetapi secara prinsip Alkitab sekali lagi, seperti beberapa minggu yang lalu saya katakan, maka saudara sekarang bisa lihat yang ditinggalkan, yang meninggalkan itu siapa? Siapa yang meninggalkan Paulus? Di sini adalah Figelus dan Hermogenes. Figelus dan Hermogenes meninggal Paulus. Pada waktu itu, orang-orang di sekitar situ bilang, Paulus engkau sendiri. Lihat Figelus, dia memutuskan untuk meninggalkan engkau. Tetapi di sepanjang sejarah kekristenan, sekarang mengerti, itu artinya Tuhan yang melepaskan orang-orang ini dari hamba Tuhan yang sejati. Apa benefit kehidupan Figelus di dalam hidup kita? Apa benefit kehidupan Hermogenes dalam hidup kita? Tidak ada sama sekali. Tetapi Paulus yang dipakai oleh Tuhan. Pada waktu itu, Yudas yang keluar. Sekarang saya tanya, apa benefit dari Yudas di dalam hidup kita? Tidak ada. Kristus yang melepaskan dia. Kondisi-kondisi seperti ini sangat menakutkan saya. Biarlah kita seluruhnya boleh jujur di hadapan Tuhan, tidak bermain sandiwara dan sungguh-sungguh takut kepada Tuhan agar Tuhan menghindarkan kita dari hal-hal yang seperti ini. Timotius, biarlah engkau kuat di dalam kasih karunia di dalam Kristus Yesus. Kenapa Paulus? Kenapa mesti kuat? Bukankah saya tidak menghadapi orang-orang yang akan membunuh saya di luar. Pemuridan itu tidak mudah. Ada banyak orang yang kelihatannya ikut di depan, tetapi menjauh di belakang. Saya suka sekali dengan satu kalimat yang pernah diucapkan oleh Dietrich Bonhoeffer, “Kalau engkau hanya mau menjadi orang yang mengaku Yesus Kristus, engkau mendapatkan semuanya gratis. Tetapi, kalau engkau mau bicara murid, engkau harus berikan semuanya atau tidak sama sekali.” Di dalam prinsip kekristenan tidak ada suatu pemberian yang setengah atau yang seperempat di dalam prinsip pemuridan. Jadilah kuat di dalam kasih karunia Allah. Kenapa? Karena kegagalannya banyak.

Hal yang ke-2. Kenapa? Karena di dalam konteks ini, kerja sendiri sering lebih mudah daripada mempercayakan atau bekerja sama orang lain. Pemuridan bukan delegasi. Banyak kata delegasi disebutkan di dalam gereja, tetapi saya harus koreksi, ini adalah sesuatu yang salah. Ini adalah suatu spirit yang tidak benar. Aku sudah tua, aku sekarang mendelegasikan kepada engkau. Ini sudah berumur, kasih kepada yang lebih muda. Jadi aku kasih sama yang muda. Sekarang sudah selesai saatnya melayani. Saya sudah tua, jadi saya kasih ke anak muda. Betul atau tidak saudara-saudara? Yang jawab betul, silahkan saudara menghadapi pendeta Stephen Tong. Banyak orang salah paham. Ini jawabannya tidak, ini bukan prinsip Alkitab untuk mendelegasi dan melepas tangan. Seharusnya sepanjang kita punya kekuatan, sepanjang kita belum pikun, sepanjang kita masih kuat, semakin kita melayani Tuhan sampai mati. Kita melayani Tuhan dengan satu spirit, dengan satu semangat yang sama dengan awal kita mulai melayani. Tetapi bagaimana dengan delegasi?

Perhatikan, pemuridan adalah berjalan bersama-sama. Misalnya Kevin adalah murid saya, maka saya akan mengajak Kevin untuk bersama-sama melangkah dan tentu, karena dia bukan orang yang berpengalaman, maka dia pertama-tama akan kesulitan mengikuti derap langkah saya. Saya yakin sekali, Timotius tidak mudah mengikuti derap langkah Paulus, karena Paulus sendiri mengikuti derap langkah Roh Kudus. Ini adalah suatu tarikan Paulus untuk membuat Timotius berjalan agar memiliki cepatan yang sama. Kecepatan yang sama, arah yang sama, spirit yang sama, motivasi yang sama, tujuan yang sama. Terus melayani bersama-sama. Meskipun dia pertama-tama di belakang, sampai pada waktunya Tuhan, Tuhan memanggil Paulus dan Paulus ke belakang dan tidur di bawah bumi, baru Timotius yang maju. Inilah prinsipnya. Pelayanan bersama-sama bukan delegasi. Kalau delagasi adalah Paulus yang melayani, “Ini ya semua tugasku, kasih sama kamu. Saya pergi.” Selesai. Begitu Timotius jatuh, “Lihat ya, dia tidak becus mengganti saya. Lihatlah, lihatlah, tidak becus sama sekali menjadi gembala. Saudara lihat, tidak ada penganti yang sama seperti saya.” Ini pendelegasian. Pemuridan bukan seperti itu. Kalau Timotius jatuh, maka Paulus mungkin juga harus terjatuh, tetapi bangkit lagi, karena Paulus tahu, penerus Kerajaan Allah ada pada Timotius. Dia melayani bersama-sama seperti satu tombak dua mata, kemudian Paulus selesai. Dia berjalan sendiri. Dan suatu hari dia akan mengambil murid. Bersama-sama seperti ini. Kerja begini lebih tidak mudah. Kerja yang paling mudah, aku kasih tugasku sama kamu, sudah. Aku menikmati masa pensiun. Kerja bersama-sama merepotkan. Kalau saya khotbah ini ya, mungkin salah satu pendengar yang paling cocok adalah gereja Reformed. Kita semua tahu bahwa banyak orang ketika bekerja sendiri, cepat. Begitu bekerja berdua, apa susahnya? Yaitu ketika saya mesti memuridkan dia, itu artinya saya menyangkal diri, memikul salib, pengikuti Yesus. Itu lebih susah. Itulah sebabnya kita perlu kasih karunia. Paulus bisa frustasi dengan Timotius dan Timotius bisa putus asa kepada Paulus. Di situ tegangan pribadi akan terjadi. Kalau salah satunya mempertahankan diri, tidak mau menyangkal diri, maka seluruh process ini tidak akan berhasil. Ini perlu anugerah, perlu mukjizat. Ketika saya masuk dan masuk lagi, Tuhan, ini apa bisa? Tetapi ini adalah yang Tuhan kehendaki. Timotius menjadi kuat di dalam kasih karunia di dalam Kristus Yesus.

Hal yang ke-3. Kenapa? Karena ada standard yang tinggi. Ketika saya berbicara mengenai tinggi, itu bukan Allah berbohong. Standard ini tinggi karena kita secara Kristen sudah kehilangan banyak hal, kita tidak memperlakukan standard Alkitab tetapi kita mengikuti standard dunia. Standard seperti apa? Sebenarnya ini standard yang umum. Tentu ini adalah standard dari Tuhan tetapi kalau Tuhan memberikan satu perintah, kita harus tahu Dia tidak berbohong, Dia tidak memberikan kepada kita suatu kehidupan yang berdelusi. Kalau Dia mengatakan suatu standard, kita dengan Roh-Nya bisa mencapainya tetapi perlu kasih karunia, perlu anugerah-Nya.

Standard-Nya apa?

Di dalam perikop ini, ada 3 gambaran, ada 3 profesi. Sebenarnya kalau bicara mengenai profesi, di tempat-tempat surat yang lain, Paulus juga pernah menuliskannya, tetapi aplikasinya ternyata ada yang berbeda. Sekarang perhatikan, gambaran pertama adalah gambaran seorang prajurit, gambaran ini bukan menekankan mengenai peperangan tetapi menekankan tentang kesehatian. Gambaran yang ke-2 adalah gambaran seorang pelari atletik, di sini tidak menghubungkan kuat dengan kemenangan, tetapi lebih banyak berhubungan dengan aturan. Jadi pelajaran mengenai prajurit adalah bicara berkenaan dengan aturan, nanti kita akan sampai di sana. Dan yang ke-3 adalah gambaran petani yang menekankan kerja keras.

Hal yang pertama gambaran prajurit militer, ditulis dengan instruksi seperti ini; “Ikutlah menderita bersamaku untuk menanggung kesulitan bersamaku.” Kata kerja digunakan di sini juga muncul di dalam pasal 1:8 secara gamblang kalimatnya adalah sebenarnya seperti ini “Bergabunglah Timotius bersamaku di dalam penderitaan.” Kata dasar menderita yang dipakai adalah menanggung kesukaran dengan kerja keras dan ketekunan. Ayat ke-4 dikatakan, “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” Saudara perhatikan kalau Paulus bicara seperti ini kepada Timotius, dia mau bicara apa? “Timotius saya minta engkau sehati sama aku, menderitalah, berjuanglah bersama-sama dengan aku, engkau jangan terlalu memusingkan urusan-urusan pribadimu.” Wah ini privasinya diganggu. Kita perlu jujur sama diri kita sendiri, berhadapan dengan Firman. Kalau misalnya mau melakukan pekerjaan atau mungkin misalnya hari Minggu mau pergi sama keluarga, boleh dong. Kemudian saya bacakan ayat ini di depan saudara, tersinggung tidak? Atau mungkin saudara pergi dengan perasaan bersalah? Tentu ini bukan untuk menciptakan perasaan bersalah, tetapi Paulus sangat serius di sini, ini adalah tugas yang lebih urgent daripada urusan pribadimu. “Saya meminta engkau sehati sama aku, engkau berada di tempatku berada, di dalam penderitaan, kesulitan ini dan kita bertekun bersama-sama dan untuk memusatkan hal ini engkau tidak bisa untuk terus-menerus memikirkan soal-soal urusanmu sehari-hari”. Paulus di sini tidak ada pertanyaan dari Timotius, nanti yang mesti transfer bill listrik siapa ya? Yang jemput anak siapa ya? Bukan itu, tapi hatimu di mana? Paulus meminta kesehatian Timotius pada Paulus lebih dari urusan pribadi Timotius. Dan terus menerus. Sebenarnya tulisan-tulisan ini buat kita, asing, tetapi pada zaman Paulus yang di mana kekaisaran Roma pada waktu itu adalah zaman perang dan itu adalah sesuatu yang tidak asing, Timotius langsung akan mengerti maksudnya. Kekaisaran Roma menguasai seluruh dunia pada waktu itu, dan tempat yang paling krusial suatu peperangan adalah tempat perbatasan-perbatasan, maka kekuatan militer yang kuat akan ditempatkan di perbatasan-perbatasan, karena begitu di perbatasan hancur, di sana kalah, maka musuh akan masuk ke dalam wilayah Romawi. Dan sangat mungkin pemberontakan terjadi adalah di perbatasan.

Saya tanya pada saudara-saudara jikalau kita adalah prajurit yang diletakkan di perbatasan, dan dalam konteks seperti itu, saya tanya apakah ada waktu berlibur? Tekad prajurit di perbatasan tidak boleh melemah, disiplin harian harus ditegakkan, pengalihan perhatian tidak mungkin bisa ditoleransi. Jemaat pada waktu itu dalam gambaran Paulus sangat mudah dikenali, tetapi buat kita tidak. Ini adalah standar seorang murid. Sekali lagi saya katakan standar, saya tidak mau membuat saudara-saudara mempunyai kesan bahwa Allah kita kejam dan memberikan standar-standar yang tinggi yang kita tidak bisa jangkau. Tidak saudara. Allah kita adalah Allah yang kudus dengan standard-Nya. Memang adalah benar secara natur manusia berdosa, kita tidak mungkin mencapai standard itu tetapi ada Roh Kudus, ada kasih karunia di dalam Kristus. Paulus menuliskan kepada Timotius bukan untuk membuat Timotius frustasi, tetapi untuk membuat Timotius bergerak. Gambaran pertama adalah prajurit militer, bergabunglah bersamaku, bersehatilah bersamaku di dalam penderitaan. Sehati bukan kalau saudara-saudara jalan-jalan ke Kiama, makan enak. Sehati adalah di dalam suka dan duka.

Sebelum saya masuk ke dalam gambaran yang ke-2 saya mau tanya kepada Saudara-saudara, gambaran saudara tentang kekristenan itu apa? Ketika saudara bicara mengenai gereja, apa yang pertama kali muncul di dalam pikiran saudara? Ketika saudara bicara berkenaan pengikut Kristus, apa yang ada di dalam pikiran kita? Ketika kita bicara mengenai Reformed, apa yang ada dalam pikiran kita? Ketika saudara bicara mengenai mengikut Yesus apa yang ada di dalam pikiran kita? Apa yang ada di dalam pikiran kita mengenai kekristenan? Seluruh hidup kita sebenarnya dipengaruhi oleh image. Apa yang kita pikirkan itu akan membuat penilaian kita kepada orang lain atau kepada badan lain. Padahal kita tidak pernah memikirkan apakah yang kita pikirkan itu benar seturut dengan Alkitab atau tidak. Ketika kita bicara berkenaan dengan hal-hal ini, saya yakin tidak mudah pada zaman ini, mungkin banyak dari kita ketika bicara berkenaan dengan gereja, dengan pengikut Yesus, mengenai kekristenan, gambarannya adalah gambaran sedang berlibur ke pantai. “Pak, seharusnya ikut Tuhan gak perlu susah-susah gini toh? Seharusnya tidak seperti ini. Tuhan memberikan kebebasan kepada kita, Dia cinta kepada kita, gak seperti ini Pak.” Saya mau tanya gambaran saudara dari mana? Apakah itu Alkitabiah atau tidak? Paulus menyatakan ini perang Timotius, Engkau harus sehati di dalam hal ini dan setan mengatakan ini tidak perang, ini sedang berlibur, nikmati Tuhan. Seorang prajurit yang paling mudah dikalahkan adalah seorang prajurit yang tidak tahu bahwa dia sedang berada di dalam medan peperangan. Kita sering sekali ditipu dengan pikiran kita sendiri.

Gambaran yang ke-2 adalah olahragawan. Ketika bicara berkenaan dengan olagragawan, di sini kita melihat di dalam 1 Korintus misalnya ada bicara mengenai olahragawan dan itu penekanannya adalah harus ada disiplin pribadi, pelatihan pribadi, tetapi di sini yang paling penting adalah bicara mengenai aturan. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh makhota sebagai juara apabila ia tanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Ini adalah gambaran yang sangat jelas pada waktu itu, karena pada waktu itu permulaan dari Olimpiade yang kita kenal sekarang. Kontes Olimpiade yang populer zaman itu merupakan tradisi dari Yunani dan Romawi. Pada waktu itu, atletik sangat popular dan sangat dihargai. Pemenangnya dapat penghargaan yang luar biasa tinggi, tetapi pemenangnya harus ikut aturan. Ini bukan legalisme, setan akan bekerja ketika bicara mengenai aturan, hukum, lalu menuduh orang-orang demikian dengan mengatakannya legalisme. Legalisme yaitu kalau saya menetapkan aturan dan melakukannya lalu meminta ini adalah jasaku kepada Tuhan. Jasa tidak ada di dalam kekristenan. Kita tidak bisa bilang sama Tuhan, “Aku sudah melakukan ini dan itu maka Engkau harus membawa aku ke surga atau Engkau harus berkenan kepadaku.” Itu tidak ada, itu legalisme. Injil kasih karunia tidak mengakui legalisme, tetapi Injil kasih karunia mengakui harus kerja keras. Paulus mengatakan aku kerja keras lebih daripada mereka semua, tapi bukannya aku, tetapi kasih karunia Allah yang menyertai aku. Orang yang mendapatkan kasih karunia, orang yang menerima kasih karunia, orang yang sadar dicintai oleh Allah, orang yang sadar dipeluk oleh Allah, dia pasti punya api untuk mengabarkan Allah yang sejati ke seluruh dunia. Hai Timotius, engkau kerja keras, temukan orang-orang yang mau sehati dengan engkau dan prinsipnya olahragawan. Ada aturan dalam melayani Tuhan. Tidak bisa anti hukum, tidak mungkin itu. Yesus datang untuk memenuhkan semua hukum. Ada aturan dan Tuhan yang menentukan aturan, bukan kita. Itu ada di dalam Alkitab. Saudara-saudara tahu kalau pemanah mempunyai satu tempat sebagai tujuan panahnya. Seandainya saya memanah, busurnya saya tegangkan kemudian anak panahnya saya lepaskan. Setelah anak panah saya meluncur dan menancap board-nya, ada yang masuk sasaran atau mungkin tidak masuk sasaran. Yang membuat sasaran board tersebut adalah Tuhan, kita harus menuju ke sana. Jangan miss the target. Tetapi celakanya sekarang, banyak gereja, orang Kristen, mengambil busur, mengambil anak panah, lalu tarik dan lepaskan kemudian masuk ke tembok. Setelah itu mengambil spidol, diberi titik, diberi lingkar-lingkar lalu mengatakan “Aku menang, aku masuk tepat sasaran.” Ini mengerikan, orang dunia akan mentertawakan. Orang melayani tidak mengenal Alkitab, bisa bantah-bantahan tapi tidak baca Alkitab baik-baik. Saudara-saudara pikir ini harusnya begini, bukan. Yang menentukan standar adalah Allah, kalau kita melepas anak panah, kita meleset dari standar itu, kita bersalah. Ada pengampunan, ada kasih karunia Allah, tapi jangan buat aturan sendiri. Saudara mengerti prinsip ini, saudara mengerti apa itu kebenaran dan apa itu kasih karunia. Kasih karunia diberikan kepada orang-orang yang seperti kita, yang gagal mencapai kebenaran tapi jangan mengubah standard itu dengan standard kita sendiri.

Dan terakhir yang ke-3 adalah gambaran seorang petani. Gambaran yang sangat-sangat jelas pada waktu itu. Kalau saat ini, kita semua, negara-negara saat ini memiliki perkotaan yang luas. Semua orang di zaman Paulus mengetahui gambaran petani, pekerja keras. Tidak ada mesin pertanian untuk mengurangi kerja keras mereka. Tidak ada mesin pertanian untuk mengurangi kerja keras mereka. Pesan dari ayat ini, “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” Ini bicara mengenai upah pada waktu eskatologi. Allah memperhatikan anak-anak-Nya yang memprioritaskan kerja keras bagi kerajaan-Nya. Mudah? Tidak, tetapi bukan mustahil. Itulah sebabnya penekanan di dalam perikop ini ayat pertama, ‘Jadilah kuat oleh kasih karunia Kristus Yesus.’ Saya akan akhiri dengan beberapa kalimat ini. Jikalau Anda pada saat ini di dalam keadaan saudara, atau setelah mendengarkan khotbah ini, Anda menyadari bahwa “Tuhan aku tidak kuat” Anda berada di tempat yang tepat. Kalau Anda mengatakan “Aku tidak mampu, aku sungguh-sungguh tidak bisa menjadi murid atau memuridkan,” maka orang yang mengatakan demikian adalah kandidat yang paling tepat untuk mendapatkan kasih karunia. Mungkin kita sedang berhadapan dengan pelayanan yang sangat melelahkan. Engkau tidak melihat buah, engkau melihat kegagalan demi kegagalan. Kita kelelahan, kita putus asa, kita merasa ditinggalkan atau dikhianati. Mungkin kita berada di tengah-tengah pelayanan kita sendiri, ada sakit penyakit. Biarlah kita mengingat bahwa inilah yang terjadi pada Paulus dan pada Timotius. Paulus mengingatkan Timotius apa yang dipercaya oleh dia, yaitu kasih karunia. Itu hanya ada di dalam Yesus Kristus yang menguatkan seluruh hidupnya.

Paulus adalah seorang yang bertubuh pendek. Orang yang mungkin sedikit agak gemuk dan dia sangat mungkin orang yang agak botak. Dia memiliki rabun di mata dan juga sering terkena ayan (epilepsy). Alkitab mengatakan kalau dia berhadapan muka dengan orang lain, orang lain menghina dia, “Ini orang yang tidak berani.” Dia adalah orang yang terlalu banyak kelemahan. Dan siapakah Timotius? Timotius adalah seorang muda yang tidak memiliki percaya diri. Dia pernah melayani di Efesus, Korintus dan boleh dikatakan orang-orang melihat dia tidak ada artinya. Beberapa analisa psikologi menyatakan bahwa dia adalah orang yang sangat-sangat minder. Sebentar lagi Paulus akan mati. Saudara bisa bayangkan kekristenan yang besar di tangan Timotius? Apakah dia tidak gemetar, takut kalau dia melihat diri sendiri? Itulah sebabnya Paulus mengatakan, “Jadilah kuat di dalam Kristus anakku.” Jikalau kita adalah orang-orang yang merasa tidak mampu, gagal, tidak bisa apapun, bahkan masa lalu kita menghantui kita karena terlalu banyak kegagalan atau terlalu banyak musuh yang datang kepada kita, membuat kita tidak mampu. Oh, doa Yosafat di dalam 2 Tawarikh 20:12 sangatlah menguatkan kita. Raja Yosafat, di tengah-tengah kejaran Amon dan Moab yang besar, dia berdoa kepada Tuhan, “Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu.” Jikalau di dalam hidup, kita mengalami stuck, kebingungan, kegelapan, benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan, saudara ingat doa ini. Kalau merasa gagal di dalam pelayanan, maka ingat doa ini, “Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu.” Karena kita yang melayani, kita bekerja, kita berjalan tidak sendirian. Orang-orang Kristen sejati yang membuat perbedaan di dalam dunia ini adalah mereka yang mengerti bagaimana mengandalkan Tuhan dan bukan kekuatan mereka sendiri. Jikalau kita tidak bisa bertahan di dalam kesulitan, dan kita melihat tugas kita terlalu sulit maka carilah tempat yang tepat dan pribadi yang paling tepat untuk mengatasi semuanya yaitu Yesus Kristus.

Suatu hari David Livingstone bicara kepada Charles Spurgeon. Charles Spurgeon disebut sebagai the Prince of Preacher. David Livingstone sendiri adalah seorang besar, dia adalah seorang missionaris dan Charles Spurgeon adalah orang yang dipakai oleh Tuhan mempertobatkan begitu banyak orang pada waktu itu. Spurgeon berkhotbah ribuan kali, menulis banyak buku, membuat sekolah teologia, mengasuh anak-anak yatim piatu dan begitu banyak lagi hal-hal yang ia lakukan. Livingstone adalah orang besar, Spurgeon adalah orang besar dan suatu hari mereka bertemu. David Livingstone tanya kepada Charles Spurgeon, “Hai teman, bagaimana mungkin engkau bisa melakukan semuanya ini?” dan Spurgeon kemudian menjawab, “Apakah engkau lupa teman? Kita melakukannya berdua, kita melakukannya bersama Kristus.” Setiap kali ada kesulitan, terutama di dalam pelayanan, saudara ingat, saudara tidak berjalan sendiri, kita melakukannya berdua. Setiap kali sulit, takut naik mimbar, saya coba untuk mengingat ini. Tuhan, ayo lakukan berdua. Karena sesungguhnya Dia yang lebih siap dari saya. Timotius jadilah kuat di dalam Kristus. Terimalah kasih karunia Tuhan bagimu jemaat. Kiranya kasihan Tuhan menyertai kita. Mari kita berdoa.

 
 

1 Tim 1:18-20, 1 Tim 6:12, 2 Tim 4:7, 2 Tim 2:1-13
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more