Mat 26:36-46
Pagi ini kita sampai kepada titik nuklir dari ruang Maha Suci Tuhan kita di Bumi ini. Minggu yang lalu saya sudah katakan Charles Spurgeon menyatakan, “Getsemani adalah ruang Maha Suci dari Tuhan kita di bumi ini” dan pada pagi hari ini saya mengatakan kepada saudara-saudara dan di ruang Maha Suci tersebut ada titik sentral, apa yang dilakukan oleh imam besar kita dan titik sentral dari Getsemani ada 2. Yang pertama adalah doa, yang ke-2 adalah cawan yang harus diminum. Perhatikan baik-baik apa yang ada di seluruh Getsemani ini. Di Getsemani itu evil yang terkejam memberikan pencobaan yang terberat. Ini adalah keadaan yang harus dihadapi dan dalam keadaan yang seperti ini di dalam Getsemani, maka Yesus melakukan 2 hal ini, dan ini adalah inti nuklir dari Getsemani, yaitu Dia berdoa dan kemudian Dia meminum cawan itu sampai tuntas. Pencobaan Yesus Kristus pada titik yang terpuncak di hari itu dan di jam-jam itu. Yesus menetapkan hati di Getsemani untuk taat kepada Bapa-Nya. Dia melakukan itu dengan doa dan dengan doa itu dengan ketaatan kepada Bapa-Nya, Dia menaklukkan seluruh kekuatan pencobaan. Pada pagi hari ini, bagian pertama, saya akan membawa saudara-saudara merenungkan apa itu pencobaan yang dilakukan setan kepada Yesus Kristus. Saudara-saudara ini adalah sesuatu yang harus kita pikirkan dan renungkan sesungguhnya apa itu pencobaan yang dikerjakan setan kepada Yesus? Apa sesungguhnya pencobaan yang Yesus itu alami? Alkitab mengatakan bahwa Yesus dicobai dalam segala hal tetapi tidak berdosa. Adam dicobai dan dia berdosa, Israel dicobai dan Israel berdosa, anak-anak Allah, kita semua gereja itu dicobai dan kita berkali-kali jatuh di dalam dosa. Tetapi Yesus dicobai dalam segala aspek-Nya tetapi Dia tidak berdosa. Dia adalah Israel yang sejati itu, Dia adalah Kepala Gereja kita, dan Dia adalah Adam yang ke-2. Saudara-saudara apa pencobaan sesungguhnya yang terjadi kepada Yesus?
Saudara-saudara ketika saya merenungkan hal ini, saya gentar. Saya sungguh-sungguh merasa tidak layak untuk berkhotbah. Pencobaan dan penderitaan yang dialami Yesus itu sangat-sangat dalam untuk dimengerti. Pencobaan dan penderitaan-Nya melampaui segala akal manusia. Ini adalah pencobaan yang dilakukan oleh setan kepada Yesus Kristus sebagai wakil kita, tetapi juga secara unik adalah dilakukan oleh setan kepada Anak Allah yang tunggal ini. Saudara-saudara di dalam Perjanjian Baru, kata pencobaan peirazo, peirasmos itu artinya adalah test atau trial. Kata ini ketika dipakai di dalam Alkitab tidak selalu menunjuk kepada bujukan untuk berbuat salah secara moralitas. Kata ini juga tidak selalu berarti keinginan dalam hati untuk berbuat dosa, misalnya saja ada nafsu, greedy, ada dorongan seksual. Secara prinsipnya kata pencobaan ini, yang dilakukan setan kepada Yesus berarti setan dengan memakai apa pun saja, dengan cara apa pun saja berusaha mengalihkan Yesus dari pengabdian-Nya kepada Bapa-Nya. Saudara-saudara ini dilakukan setan kepada Yesus dalam segala aspek. Dari sejak pertama pelayanannya sampai Yesus di atas kayu salib. Itulah sebabnya Ibrani mengatakan “Yesus dicobai dalam segala hal tetapi tidak berbuat dosa.” Kalau saudara-saudara melihat di dalam injil maka saudara akan menemukan di awal-awal pelayanan-Nya Yesus dicobai di padang gurun dan pencobaan itu lebih menuju kepada identitas-Nya sebagai Anak Allah. Dan Dia menjadi wakil kita, saudara akan menemukan bahwa pencobaan Yesus di padang gurun, adalah suatu pengalaman yang sama yang terjadi kepada Adam, Israel dan Gereja Tuhan. Itulah sebabnya Yesus sebagai wakil dari kita, dan karena ia tidak berdosa maka Dia layak menebus kita. Pencobaan Yesus di awal-awal pelayaan-Nya meliputi; meragukan kebaikan Allah, menguji kesetiaan Allah, dialihkan untuk boleh menyembah kepada ilah yang palsu. Setan memanfaatkan kebutuhan-kebutuhan real manusia untuk mencobai Yesus. “Yesus jika Engkau adalah Anak Allah, ubah batu ini menjadi roti,Yesus jikalau Engkau Anak Allah maka jatuhkan Dirimu dari bubungan bait suci dan seluruh malaikat akan menggotong Engkau, Yesus lihatlah seluruh dunia, satu kali Engkau tunduk kepadaku, aku berikan seluruhnya”. Setan memanfaatkan real kebutuhan manusia, kebutuhan dari Yesus Kristus karena Dia adalah Allah yang sejati dan manusia yang sejati. Untuk mengalihkan Yesus dari pengabdian sepenuhnya kepada Bapa-Nya. Tetapi di akhir-akhir hidup Yesus Kristus, pencobaan setan lebih kepada tugas Mesianik-Nya, yaitu pencobaan agar Yesus keluar dari penyelesaian jalan salib-Nya, di mana dalam kehendak Bapa-Nya, salib ini adalah satu-satunya jalan penebusan dosa bagi kita semua. Sekali lagi setan di dalam setiap detiknya dengan memakai apa pun saja, baik itu adalah orang terdekat dari Yesus Kristus bahkan sampai kepada musuh-musuh-Nya dengan menggunakan apa pun saja, dengan uang, dengan masyarakat, dengan masa, dengan politik, dengan agama, berusaha untuk menekan Yesus sedemikian rupa untuk Yesus bisa berhenti menjalani jalan itu menuju salib. Lihatlah beberapa pencobaan yang Yesus alami di saat-saat akhir hidup-Nya.
Suatu hari Yesus bertemu dengan murid-murid-Nya beberapa saat sebelum Dia pergi menuju Getsemani dan Dia mengatakan kepada para murid-Nya, “Anak manusia akan pergi ke Yerusalem, dan di sana Dia akan ditangkap dan kemudian diserahkan kepada orang-orang berdosa untuk menderita dan mati di tangan mereka.” Dan kemudian Petrus yang mendengarkan hal itu langsung menarik Dia ke samping. Dan kemudian Petrus dengan cintanya yang berkobar itu mengatakan “itu tidak mungkin terjadi pada-Mu” Yesus kemudian mengatakan “Enyahlah engkau iblis!” Oh, ini kalimat yang luar biasa keras, bukankah Petrus sangat mencintai Yesus? Bukankah Yesus sangat mencintai Petrus? Bukankah Petrus bicara kepada Yesus di dalam arti kata yang sangat baik? Bukankah Petrus menarik supaya Yesus tidak pergi ke Yerusalem adalah karena cintanya? Tetapi Yesus yang mengerti prinsip utama kenapa Dia ada di dunia ini. Tidak mengizinkan satu orang yang paling dikasihi-Nya sekalipun untuk menggeser dari direction yang sesungguhnya. Hidup-Nya untuk satu, menggenapi rencana Allah Bapa dan rencana Allah Bapa berarti menuju ke salib. Segala sesuatu yang berusaha untuk membuat Dia bergeser, Dia tahu bahwa itu adalah dari setan. Enyahlah engkau iblis!” Waduh, untung Petrus tidak tersinggung saudara-saudara. Dia lihat ke kiri, ke kanan, mana setannya? “Enyahlah setan!”, setannya di mana? Dia lihat-lihat “Loh, saya sendiri setannya.” Saudara-saudara, pekerjaan setan di dalam hidup kita adalah dengan segala cara, dengan simpati, dengan cinta, dengan keluarga, dengan apa pun saja. Intinya adalah untuk menggagalkan panggilan.
Dan apa yang terjadi di Getsemani? Sekali lagi setan menggunakan segala sesuatunya. Di dalam case ini kegelapan, di dalam case ini adalah takut, di dalam case ini adalah masa, di dalam case ini adalah kekuatan politik dan agama bersatu. Di dalam case ini adalah pengkhianatan dari murid-murid yang membuat sakit hati Yesus untuk menggeser Yesus sebisa mungkin berhenti kepada jalan salib. Di Getsemani dan sesudahnya, apa yang terjadi? Murid-murid meninggalkan-Nya, para penjahat, orang Farisi, ahli Taurat yang sombong itu akan menangkap Yesus akan meludahi-Nya, akan menghakimi-Nya dengan tidak adil, akan mencerca-Nya, akan menghina-Nya, akan mengolok-mengolok-Nya, akan memahkotai duri. Ketidakadilan akan ditinggikan, kesombongan akan dibanggakan, kenajisan akan diperlihatkan, dan kebenaran akan diputar balikkan semua di depan mata Yesus yang suci. Yesus berhak dan mampu keluar dari saat seperti itu, salib tidak harus Dia pikul, dan kejahatan tidak harus dilihat oleh mata-Nya yang suci. Dia sewaktu-waktu dapat menghentikan semuanya ini dengan kekuatan kuasa-Nya. Tetapi tidak, Dia melepaskan seluruh hak-Nya. Filipi mengatakan “Dia merendahkan Diri-Nya sedemikian rupa”. Dia tidak menghindarkan jalan salib itu, Dia masuk di dalamnya, menyerahkan seluruh hidup-Nya kepada seluruh musuh-musuh-Nya.
Oh, Dia yang terang itu, Dia yang indah itu, Dia yang suci itu, Dia yang murni itu, Dia yang hadir di hadapan Bapanya senantiasa dalam sukacita. Dan di tangan kanan Bapanya itu penuh dengan nikmat senantiasa, sekarang berhadapan dengan kehinaan, berhadapan dengan kenajisan, berhadapan dengan ketidakbenaran, berhadapan dengan hukum yang diputarbalikkan dan seluruh kejahatan dipertontonkan di depan mata-Nya. Tetapi Dia diam, Dia seperti domba yang dibawa ke pembantaian. Dia tidak meninggalkan tugas Mesianik-Nya. Dia menanggung sampai seluruh kehendak Allah itu jadi, mati di atas kayu salib. Dia tidak meninggalkan perjanjian-Nya dengan Bapa yang di buat di dalam covenant of redemption di dalam kekekalan. Dia rela menanggung semuanya itu dengan diam seperti domba yang dibawa ke pembantaian. Dia tidak berteriak, dia tidak menyaringkan suara-Nya, Dia tidak memperdengarkan suara-Nya di jalan. Tepat seperti Frederick Leahy menyatakan, “Di inti pekerjaan penebusan untuk keselamatan manusia, terletak kekuatan tidak terbatas dari Penebus yang diam.” Sekali lagi, di inti pekerjaan penebusan untuk keselamatan manusia terletak kekuatan tidak terbatas dari Penebus yang diam.”
Ini pencobaan yang melampau pikiran kita, pencobaan yang sungguh-sungguh saudara renungkan, saudara akan tahu betapa Yesus masuk di dalam dimensi-dimensi penderitaan yang bahkan kita tidak bisa menjangkaunya dengan pikiran kita. Bukan saja kita tidak bisa alami, kita tidak mampu mengalaminya. saudara-saudara memikirkannya pun tidak bisa menjangkaunya. Saudara-saudara perhatikan, di Getsemani, Yesus mengajar bagaimana Dia menang terhadap seluruh kekuatan pencobaan di depan. Kalimat ini saya akan tekankan dan saya akan explore dari kalimat ini. Yesus bukan saja menang terhadap pencobaan, Yesus menang atas seluruh kekuatan pencobaan. Saya akan jelaskan kalimat ini dan signifikansinya dengan tulisan dari C. S. Lewis di Mere Christianity. Dia mengatakan begini, “Hanya mereka yang mecoba menahan godaan, tahu betapa kuatnya godaan itu.” Bagaimana anda bisa mengetahui kekuatan tentara Jerman adalah berperang dengan dia dan bukan dengan menyerah. Sekali lagi saudara-saudara, perhatikan, saudara akan bisa mengerti kekuatan tentara Jerman adalah dengan berperang dengan dia dan bukan menyerah. Saudara bisa mengetahui kekuatan angin itu dengan berjalan melawannya dan bukan saudara merunduk. Seorang yang menyerah pada godaan yang datangnya hanya 5 menit, tidak tahu apa kekuatan pencobaan itu dalam satu jam kemudian. Dan saudara-saudara perhatikan apa yang C.S. Lewis katakan, “Itulah sebabnya orang yang menyerah kepada kejahatan, sebenarnya di satu sisi hanya tahu sedikit tentang kejahatan itu, mereka selalu menjalani kehidupan yang selalu menyerah kepada kejahatan.” Dan Kristus adalah satu-satunya manusia yang tidak pernah menyerah kepada pencobaan. Dia adalah satu-satunya Manusia yang mengetahui sepenuhnya apa kekuatan pencobaan itu. Oh saya ketika membaca tulisan ini saya menyadari apa yang terjadi kepada Kristus kita bahkan tidak pernah bisa menjangkaunya. Petrus, Yohanes, Yakobus dan seluruh dari murid-murid yang lain mereka menyerah pada detik-detik pertama pencobaan itu. Sesungguhnya gereja Tuhan tidak pernah mengalami dan menerima dari seluruh kekuatan pencobaan dari setan. Dari hanya 5-10 menit pertama, kita sudah menyerah dengan kekuatan perncobaan itu. Kita tidak pernah mengetahui kekuatan dari tentara Jerman karena di depan kita langsung menyerah. Tetapi Kepala Gereja kita tidak, dia bertahan terhadap seluruh pencobaan itu dan Dia memenangkan peperangan terhadap seluruh kekuatan pencobaan itu sampai akhirnya. Dia menerima seluruh kekuatan pencobaan itu. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan Dia layak disebut Imam Besar karena mengalami segala pencobaan dari segala aspek dengan seluruh kekuatannya tapi Dia tidak berdosa. Kita sudah bicara berkenaan dengan apa yang terjadi secara konteks itu pencobaan yang berat terhadap Kristus Yesus dan sekarang mari kita masuk lebih dalam lagi.
Dan apa yang Yesus kerjakan untuk melawan dari pencobaan itu? Apa yang Yesus ajarkan kepada kita gereja-Nya, kepada murid-murid-Nya untuk bertahan melawan pencobaan itu? Yesus membawa ke-3 murid-Nya masuk ke Taman Getsemani. Dan Yesus meminta kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes tinggalah di sini dan berjaga-jagalah dengan aku. Dan kemudian Dia melangkah satu dari lemparan batu dan kemudian Dia berdoa di sana kepada Bapa-Nya. Kemudian Dia kembali kepada murid-murid-Nya dan semua murid-Nya tertidur. Dan kemudian Yesus berkata sekali lagi, “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan, roh memang penurut tetapi daging lemah.” Saudara-saudara perhatikan baik-baik, gereja Tuhan perhatikan baik-baik. Di saat krusial dari Yesus Kristus perhatikan apa yang Dia perintahkan kepada murid-murid-Nya dan kepada kita. Kepala Gereja kita, Archegos, Kapten Keselamatan kita, Panglima Bala Tentara Perang memerintahkan posisi perang kepada pasukannya untuk pertempuran dengan menggunakan senjata yang tidak diketahui oleh orang-orang yang bersifat dunia. Dan senjata perang itu adalah lutut, lutut yang kita tekukan di hadapan Bapa di Surga. Yesus Kristus memberikan kepada kita, oh sisi perang melawan musuh yaitu doa. Sampai kapan seluruh jemaat yang ada di sini engkau tidak memperhatikan hal ini? Sampai kapan kita membiarkan dari dosa itu terus menerus menggocoh kita? Bukankah hidup kita berkali-kali ingin taat tetapi kita jatuh di dalam dosa? Dan kita bertanya terus menerus mengapa dan mengapa? Tetapi kalimat yang jelas dari Kapten Keselamatan kita, kita, tidak pernah pikirkan. Berdoalah! Roh memang penurut, Aku tahu hatimu, Aku tahu engkau ingin taat kepada-Ku, tetapi dagingmu selalu membawa kegagalan. Berdoalah, berjaga-jagalah dengan Aku. Bukankah kalimat ini begitu jelas hai jemaat. Apakah engkau memiliki senjata yang lebih hebat dari pada lutut kita yang bertelut? Ini adalah senjata yang tidak diketahui oleh dunia. Bahkan kalau kita adalah seorang Kristen duniawi sekalipun, kita tetap tidak akan mengetahui dan menghargai senjata yang dipakai Allah untuk mengokohkan kerajaan-Nya di bumi ini, yaitu doa.
Saudara bayangkan sekarang, jikalau saudara adalah pasukan dan kemudian itu tiba-tiba komandan kita di depan itu tahu bahwa musuh itu mendekat dan kemudian dia langsung akan memerintahkan dengan suara yang keras dan lantang, dengan tiupan terompet itu. Langsung saudara sadar, ini mau perang, dan jenderal kita di depan itu kemudian mengatakan, “Prajurit siap, semua tempur!” Langsung kemudian kita keluarkan senjata kita, kita siap sedia, kita maju mau berperang, kita mengeluarkan seluruh kekuatan senjata yang kita miliki. Dan seperti itulah yang terjadi di Getsemani. Yesus tahu musuh-musuh akan mendekat, inilah waktu kegelapan itu, dan Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Ini saat kegelapan. Ini saat untuk berperang. Siap prajurit. Petrus, engkau siap! Yohanes, engkau siap! Yakobus, engkau siap!” Mereka lihat-lihat. Petrus pikir, oh senjataku adalah pedang. Yesus panglima itu berkata, “Siap semuanya, lihat Saya!” Dan kemudian Dia berlutut. Ini posisi perang. Ini senjata kita. Barangsiapa gagal di dalam menggunakan senjata ini kita akan gagal dalam hidup kita. Ini inti Getsemani. Yesus menang di situ, sampai akhir Dia dipaku di atas kayu salib, tidak pernah mundur. Dia mengatakan di depan seluruh musuh-Nya, “It is finished.” Setan tidak takut dengan IQ, setan tidak takut dengan pengalaman hidup kita. Petrus kurang apa pengalamannya? Tiga setengah tahun ikut Yesus, lihat Yesus menghentikan badai, dia ikut. Lihat Yesus itu membangkitkan Lazarus, dia ada. Petrus itu begitu cintanya kepada Yesus Kristus. Dia begitu komitmen kepada Yesus Kristus, “Yesus, perhatikan baik-baik kalimatku, aku akan setia kepada-Mu meskipun semua akan pergi.” Yesus kemudian mengatakan, “Tidak Petrus, kalau kuasa kegelapan itu datang, engkau sudah menyangkal Aku, bahkan sebelum ayam itu berkokok, dan kemudian engkau akan sangkal aku tiga kali.” Dan Petrus tidak percaya. Dan yang lebih mengejutkan adalah dia menyangkal di depan pembantu perempuan yang kecil, bukan di depan jenderal. Seluruh pengalaman hidupnya bersama Yesus tidak ada gunanya. Tiga setengah tahun kuliahnya itu hari terakhir ujian itu nol. Yohanes dan Yakobus, saudara kalau pikir Yohanes itu rasul kasih, betul, tetapi saudara apakah saudara, kita mengingat Yohanes dan Yakobus itu disebut sebagai boanerges, anak guntur. Mereka adalah orang yang paling suka marah, paling kuat komitmennya, paling tidak bisa melihat orang jahat. Suatu hari ketika dia melihat ada orang jahat itu, mereka bicara sama Yesus, “Yesus, apakah kita tidak mau minta Allah untuk menghabisi mereka dengan halilintar?” Tapi begitu ketemu sama penjaga bait suci yang datang sama Yudas malam hari itu langsung lari. Pelajaran 3½ tahun, tiap hari bersama Yesus itu hilang ditiup angin. Saya tanya kepadamu, apakah engkau dan saya lebih baik dari mereka? Kenapa begitu sombong? Kenapa tidak mau berdoa? Kenapa? Lebih hebat? Lihat saja begitu uang ditawarkan kepada kita, kita langsung jual iman. Lihat saja begitu kita sakit langsung kita memaki-maki Allah. Lihat saja begitu sakit hati sedikit, kita langsung pergi dari gereja. Lihat saja begitu ada pencobaan sedikit kita langsung sombong. Apa sih yang mau kita itu banggakan? Setan dengan mudah sekali membawa kita untuk keluar dari jalan kesucian. Allah memperlihatkan Getsemani kepada kita untuk kita merendahkan hati kita untuk membuat kita menyadari betapa kuat dan liciknya setan. Perhatikan kalimat di bawah ini. Anak-anak Allah terbaik pun akan gagal jika tidak bergantung kepada Allah di dalam doa. Hanya dengan kekuatan Allah maka kita bisa mengalahkan dosa dunia dan setan. Jikalau ketiga murid yang terbaik itu terjatuh, siapa dari kita yang tetap dapat berdiri? Itulah sebabnya Paulus di dalam Efesus 6 mengatakan: “Di dalam peperangan rohani itu, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-nya.” Oh Getsemani, semakin kita lihat ke dalam, saudara melihat apa? Saudara melihat pencobaan yang begitu besar. Petrus, Yohanes, Yakobus belum masuk di dalam pencobaan besar, itu baru cuma di depannya, serpihan, sudah langsung pergi, tapi Yesus tidak. Yesus masuk ke dalam seluruh kekuatan pencobaan dan mengalahkan.
Dan sekarang saya akan masuk bagian yang ke-3. Yang pertama adalah bicara mengenai pencobaan. Yang ke-2 kita bicara berkenaan dengan apa yang Yesus ajarkan untuk melawan daripada pencobaan itu yaitu dalam doa. Dan yang ke-3 adalah saudara di Getsemani itu saudara akan menemukan doa Yesus Kristus yang membawa keselamatan. Saudara-saudara, perhatikan fokus utama doa Yesus. Apa yang Yesus itu doakan? Sekali lagi konteksnya adalah musuh-musuh datang, kegelapan itu menyergap, tetapi Yesus bergumul bukan melawan musuh di dalam doa-Nya. Dia bukan menengking setan, hai setan keluar engkau. Pikiran-Nya bahkan bukan apa yang nanti musuh itu kerjakan pada Dia, tetapi pikiran-Nya, pergumulan doa-Nya adalah apa kehendak Bapa-Nya di dalam konteks itu. Mata-Nya tertuju kepada isi hati Bapa-Nya dan bukan kepada strategi musuh. Dan Dia tahu prinsip kemenangan terhadap musuh adalah sepanjang Dia bisa taat kepada Bapa-Nya, maka musuh-Nya akan dengan sendirinya dikalahkan oleh Bapa pada waktu-Nya Bapa dan dengan cara-Nya Bapa. Mata Kristus hanya terus menerus kepada kehendak Bapa-Nya. Bapa, Engkau dapat melakukan segala sesuatunya, Aku minta supaya cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi jikalau ini kehendak-Mu maka Aku akan meminumnya. Saudara-saudara, mata Dia tidak kepada setan, mata Dia bukan kepada Yudas, mata Dia bukan kepada murid-murid-Nya yang membawa sakit hati-Nya. Dia bahkan sama sekali tidak menghardik setan, Dia tidak mencari simpati pengikut-Nya, tetapi Dia hanya mau satu kehendak Bapa-Nya itu apa. Dan jikalau Bapa menginginkan Dia menjalani penderitaan itu, Dia rela untuk meminum seluruh isi cawan murka Allah itu sampai tetes terakhir. Dia berdoa 3 kali. Bapa jikalau mungkin, singkirkan cawan ini lalu dari pada-Ku. Bapa jikalau mungkin, singkirkan cawan ini lalu dari pada-Ku. Bapa jikalau mungkin, singkirkan cawan ini lalu dari pada-Ku. Dan dalam doa yang penuh penderitaan itu, perhatikan baik-baik, Bapa melakukan sesuatu yang belum pernah terjadi dilakukan Bapa kepada Anak, yaitu Bapa menolak Anak. Setiap kali Anak berdoa, setiap kali Bapa membalas dengan diam. Perhatikan hal ini hai seluruh jemaat. Doa yang menyelamatkan pendosa seperti engkau dan saya, sesungguhnya adalah sebuah doa yang ditolak. Doa yang menyelamatkan engkau dan saya sesungguhnya adalah sebuah doa yang ditolak. Bapa mengatakan tidak kepada Yesus. Untuk keselamatan itu hadir kepada engkau dan saya, Bapa menggenapi rencana keselamatan kita di dalam Kristus Yesus dengan mengatakan ‘tidak’ kepada Sang Anak. Dan Yesus meminum cawan itu. Hai jemaat, dengarkanlah, kelepasan terbesar yang datang kepada kita adalah dari doa yang tidak terjawab. Betapa ini penderitaan yang besar, oh betapa paradoks itu begitu dalam, dan siapa yang bisa mengertinya?
Dan khotbah ini saya akan akhiri dengan satu cerita. Setelah seluruhnya ini kita dengar, apa yang dapat kita lakukan untuk Yesus Kristus? Yesus sudah melakukan segala sesuatunya bagi kita, apa yang dapat kita lakukan bagi Dia? Di Getsemani, Yesus meminta Petrus, Yohanes, dan Yakobus dengan kalimat seperti ini. Ini adalah permintaan Yesus Kristus, “Tinggallah di sini dan berjaga bersama dengan Aku.” Setiap kali Yesus kembali, Yesus menemukan mereka tertidur, dan Yesus berbicara lagi kepada mereka, “Jadi tidak bisakah kalian berjaga bersama dengan Aku satu jam saja?” Saudara-saudara, Yesus tidak meminta murid-murid-Nya atau Yesus tidak meminta kita untuk memikul beban dosa atau memikul salib, Dia hanya minta kita untuk tetap terjaga dan bersama-sama dengan Dia. Berjaga bersama dengan Dia. Berjaga bersama dengan Dia. Bersama. Berjalan bersama. Seakan-akan bersama-sama Dia menemani kita dan kita menemani Dia. C.S. Lewis menuliskan satu ilustrasi yang baik sekali bagi kita untuk mengerti hal ini. Di dalam bukunya The Lion, The Witch, and The Wardrobe, kita tahu semua C.S. Lewis, di situ ada satu tokoh yaitu yang menggambarkan mengenai Kristus yang sangat besar dan agung itu adalah seperti seekor singa yang besar itu ‘Aslan’ namanya. Dan di dalam satu episode, singa besar Aslan ini telah menawarkan hidupnya sebagai ganti Edmund, anak sekolah yang pemarah yang telah mengkhianati saudara-saudaranya. Pada malam sebelum Aslan dibunuh di stone table itu, dua gadis yang kecil itu Lucy dan Susan mengikuti Aslan di belakangnya. Mereka berdua tahu Aslan sedang sedih sekali meskipun mereka tidak tahu apa yang membuatnya sedih. Tiba-tiba di tengah-tengah kesedihannya Aslan, singa itu yang besar itu mengizinkan Lucy dan Susan itu untuk menemaninya sebentar. Dan Lucy dan Susan itu mendekati Aslan dan berdiri di sebelah kiri dan kanan Aslan. Dan mereka berjalan berdua di sisi Aslan. Tetapi Aslan berjalan sangat-sangat lambat. Kepalanya yang besar dan anggun itu terkulai hingga hidungnya itu menyentuh rumput. Dan Aslan sedikit tersandung dan mengerang perlahan. Lucy sang anak kecil dengan mata yang berbinar itu kemudian mengatakan: “Dear Aslan, dear Aslan, ada apa? Tidak bisakah engkau memberi tahu kami Aslan. Apakah engkau sakit Aslan?” Dan Aslan mengatakan dengan lirih, “Tidak, aku sedih dan kesepian.” Dan tiba-tiba Aslan mengatakan demikian, “Letakkan tanganmu di suraiku sehingga aku bisa merasakan kamu ada di sana dan marilah kita berjalan bersama seperti itu.” “Letakkan tanganmu di suraiku, di buluku yang besar, di kepala itu, letakkan tanganmu di situ, biarkan kita berjalan bersama seperti itu.” C.S. Lewis dengan tepat menyatakan seperti itu. Maka gadis-gadis kecil itu melakukan apa yang tidak akan pernah berani mereka lakukan tanpa izinnya. Tetapi ini adalah apa yang sudah lama ingin mereka lakukan sejak pertama kali melihat Aslan. Kedua gadis kecil itu membenamkan tangan dingin mereka di lautan bulu yang indah dan mengelus Aslan. Dan sambil melakukan itu mereka berjalan bersama.
Mesias, Yang Diurapi itu pergi ke tempat pemerasan zaitun untuk diperas, di bawah batu besar kilangan dosa dunia ini. Dia pergi untuk mengungkapkan dosa yang paling besar dalam hati manusia. Dan pada tahap penurunan ini, Dia tersungkur di dalam penderitaan terbesar-Nya, merasakan penolakan Bapa terhadap dosa. Di taman Getsemani, tempat jiwanya hancur, ketika kehadiran Bapa-Nya semakin berkurang, Yesus mengatakan, “Biar kehendak-Mu Bapa yang terjadi.” Dan apa yang bisa kita lakukan untuk Kristus? Tidak ada. Karena ini adalah pekerjaan Yesus Kristus sendiri untuk menyelamatkan umat manusia. Apa yang dapat kita lakukan untuk-Nya? Tidak ada. Tetapi di tempat yang lain, apa yang dapat kita lakukan untuk-Nya? Semuanya. Kita bisa melakukan untuk-Nya apa yang Dia rindukan sejak awal di taman Eden itu yaitu persekutuan kita dengan Dia untuk bersama-Nya, untuk tetap bersama berada dekat-Nya, untuk meletakkan tangan kita di rambut dan bahu-Nya, untuk mengurapi Dia dengan air mata kita menghargai berapa harga yang sudah Dia bayar untuk kita. Untuk berjalan bersama dengan Dia, seperti kedua gadis itu, memasukkan tangannya di semua rambut Aslan dan berjalan perlahan bersama dengan dia. Berjalan bersama dengan Dia yang telah melewati neraka untuk kita, untuk kita dapat melewati neraka dan melewati kematian itu dengan selamat. Apa yang dapat kita lakukan untuk Kristus? Tidak ada. Tapi Kristus mengatakan kepada para murid-Nya, “Tinggallah di sini dan berjaga bersama Aku.” “Berjagalah bersama Aku. Tidakkah kalian dapat satu jam saja berjaga bersama dengan Aku?” Apakah engkau mau, jemaat? Berjaga bersama dengan Mesias, Sang Penebus kita? Mari kita berdoa.
GRII Sydney
GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more