Ringkasan Khotbah

29 September 2024
Gereja, Roh Kudus dan Perluasan Kerajaan Allah (1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Kis 1:1-14, Kis 28:30-31

Kis 1:1-14, Kis 28:30-31

Di dalam beberapa minggu ini kita akan masuk ke dalam tema-tema yang penting dalam Kisah Para Rasul. Tetapi pada pagi hari ini saya akan memberikan kepada saudara-saudara garis besar terlebih dahulu, untuk saudara dan saya bisa masuk lebih dalam untuk mengerti kitab ini. Pagi ini saya akan bicara mengenai 3 hal yang penting yang dinyatakan di dalam Kisah Para Rasul ini. Apa sebenarnya yang menjadi garis besar, benang merah dari Lukas menuliskan pasal 1-28? Tiga hal ini. 

Yang pertama adalah Lukas mau menyatakan bagaimana Kristus itu sebagai satu pribadi yang menjadi sentral di dalam seluruh kehidupan gereja. Sekali lagi, ini adalah centrality of Christ di dalam seluruh kehidupan gereja. Dan di dalam tulisan Lukas ini, centrality, pusat Kristus di dalam kehidupan gereja pada waktu itu, maka terjadi dengan jelas di dalam 2 hal.

Hal yang pertama adalah gereja pada waktu itu seluruhnya bergerak karena perkataan Yesus. Kalau saudara meneliti Kisah Para Rasul, maka saudara akan melihat bahwa gereja itu melangkah, setiap langkahnya itu sebenarnya adalah langkah untuk menggenapi perintah Kristus di dalam Kisah Para Rasul 1:8. Saudara-saudara akan melihat Kisah Para Rasul dari pasal 2-28, semua detailnya itu adalah penggenapan perintah Kristus, “Kamu jangan pergi kemana-mana, tunggu di sini, tunggu kekuasaan dari tempat yang tertinggi, baptisan dari Roh Kudus, dan engkau akan menjadi saksi-Ku dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi.” Dan seluruh gereja pada waktu itu menggenapi ayat ini. Bukankah ini suatu hal yang sangat-sangat indah? Ini sangat-sangat mencengangkan. Satu gereja yang bergerak untuk menggenapi kalimat Yesus terakhir sebelum Dia naik ke Surga. Saudara-saudara, itu yang terus diingat oleh para rasul. Itu yang terus diusahakan oleh para rasul. Itu yang menjadi strategi dari para rasul: ‘Pergi, beritakan injil; Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi.’ Dan seluruh Kisah Para Rasul menggenapi dari perkataan satu kalimat Yesus itu saja. Saudara bisa melihat bagaimana gereja, setiap orang pada waktu itu, memiliki hati berpusat kepada perkataan Kristus. 

Saudara-saudara, centrality dari Kristus, di dalam seluruh kehidupan gerejawi juga terlihat di dalam point yang kedua ini, yaitu gereja di mana pun saja intinya adalah mengabarkan Kristus yang tersalib dan bangkit. Dan itu membangun satu bata di atas bata yang lain berkenaan dengan satu Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang mau dinyatakan di tengah-tengah dunia. Dan inti dari Kerajaan Allah adalah penguasaan Kristus di dalam segala area kehidupan. Saudara bisa melihat itu dari khotbah Petrus, dari Kisah Para Rasul pasal 2, juga saudara bisa melihat sampai ke dalam Kisah Para Rasul 28 yang tadi kita baca: ‘Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa, Ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus.’ Saudara melihat prinsip yang sama bukan dari Kisah Para Rasul pasal 1? Berkali-kali saya sudah mengatakan kepada saudara satu teologia yang penting yang menghubungkan kitab Kejadian sampai Wahyu adalah bicara mengenai Kerajaan Allah. Ketika bicara berkenaan dengan saudara dengan saya, berkenaan dengan ‘Yesus itu menyelamatkanku’ adalah Yesus menyelamatkan untuk aku bisa takluk kepada Dia. Dan saudara-saudara, itu ada di dalam seluruh aspek kehidupan. Bukan saja berkenaan dengan saat teduh, bukan saja berkenaan dengan melayani di dalam gereja, tetapi juga bicara berkenaan dengan bagaimana kita berelasi, bagaimana kita menjalankan hukum, bagaimana kita treat orang lain, bagaimana kita bersikap sebagai warga negara, bagaimana kita melihat isu-isu politik, bagaimana kita dealing dengan human trafficking, bagaimana kita dealing dengan perbudakan, seluruh aspek kehidupan Kritus mau untuk memerintah dan gereja bergerak untuk hal itu. Saudara-saudara, sekali lagi ini adalah suatu centrality of Christ dalam kehidupan gereja. Gereja bergerak karena Kisah Para Rasul 1:8, perkataan Yesus sendiri. Itu artinya kalau tidak ada perkataan Yesus, maka saudara-saudara tidak akan menemukan 28 pasal. 

Saudara-saudara, hal lain di dalam hal yang kedua yang tadi sudah saya katakan, intinya adalah Kerajaan Kristus itu berkembang. Kristus adalah pribadi ke-2 dari Allah Tritunggal. Allah Tritunggallah yang menciptakan dunia ini. Secara de jure, secara hukum, dunia ini adalah milik Allah. Allah-lah yang menjadi raja atas dunia ini di dalam Yesus Kristus. Tetapi secara de facto, secara fakta, maka dunia ini seakan-akan tidak memiliki raja, tidak mengakui bahwa Allah Tritunggal itu rajanya. Tetapi si jahat dan juga dosa itu yang menguasai hati kita, masuk ke dalam segala lubuk hati kita dan juga masuk di dalam seluruh budaya. Salib Kristuslah yang mengembalikan penguasaan Allah Tritunggal di dalam dunia ini. Setelah kitab Injil menceritakan bagaimana Kristus menggenapi seluruh dari tuntutan Allah terhadap dunia ini, maka Kisah Para Rasul menyatakan bagaimana Roh Kudus mengabarkan pemerintahan ini dari Yerusalem, Yudea sampai ke ujung bumi. Sekali lagi saudara-saudara perhatikan, seluruh kalimat-kalimat ini penting. Saya akan ulangi perlahan-lahan: Allah tritunggal yang menciptakan dunia ini, seharusnya Dia menjadi Raja, tetapi dunia ini dosa sudah masuk, maka manusia tidak rasa bahwa harus takluk kepada Allah. Saudara dan saya bisa beragama Kristen, saudara dan saya bisa memeluk Reformed Theology, tetapi tetap hatinya itu membangkang untuk dikuasai oleh Allah. Saudara-saudara, di dalam hal ini saudara menyadari bahwa secara de jure, secara hukum, Allah-lah yang menjadi Raja, tetapi secara fakta, tidak. 

Saudara-saudara, de jure and de facto ini akan menjadi satu ketika Yesus datang untuk yang kedua kali. Itulah sebabnya dalam Alkitab dikatakan ketika Yesus datang untuk yang kedua kali, segala lidah akan mengaku, seluruh lutut akan bertelut, mengaku Yesus adalah Tuhan. Saudara perhatikan de jureandde facto menjadi satu, tetapi sekarang tidak. Secara teologia saudara dan saya tahu, tetapi dunia ini tidak mau dikuasai oleh Allah. Kerajaan Allah itu sudah datang, tetapi juga belum alreadyand not yet. Saudara-saudara, maka Kristus itu datang ke dunia 2000 tahun yang lalu, Dialah yang membuka, yang menginagurasi Kerajaan Allah itu hadir di dunia. Dan itu seluruhnya ditulis di dalam Kitab Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Menceritakan apa? Menceritakan Yesus yang datang untuk menghadirkan pemerintahan Allah mutlak. Yesus yang datang untuk menghadirkan Kingdom of God, yang ditaati secara mutlak. Saudara-saudara, di dalam Getsemani, maka Yesus mengatakan, “Aku mau untuk cawan ini lalu daripada-Ku, tapi jika itu kehendak-Mu, Aku mau meminumnya.” Itu seluruh kehendak Allah jadi. Ketika Dia di atas kayu salib, Dia berteriak, “Tetelestai, sudah genap.” Itu artinya apa? Saudara-saudara, salah satu arti yang penting karena itu adalah multi facet, maka itu adalah: ‘Aku sudah selesai menggenapi seluruh kehendak-Mu.’ Dan karena Dia mengatakan ‘sudah genap’, mati di atas kayu salib, maka tabir bait suci itu terbelah dua. Orang berdosa sekarang boleh masuk ke tempatnya ruang maha suci, dan di situ salvation, di situ adalah keselamatan. 

Saudara-saudara, di dalam kitab Injil, maka saudara dan saya melihat bagaimana Kristus menghadirkan Kerajaan Allah. Tetapi sekarang di dalam Kitab Para Rasul, maka menyatakan bagaimana Roh Kudus bersama dengan gereja menjabarkan Kerajaan Allah itu dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi. Saudara-saudara, ini adalah hal pertama yang penting berkenaan dengan sentralitas Kristus di dalam seluruh kehidupan gerejawi. Jadi kalau saudara-saudara melihat Kisah Para Rasul nanti, kalau saudara-saudara mempelajarinya, kalau kita masuk lebih dalam lagi dalam eksposisi, maka saudara akan menemukan benang merah yang kuat ini dalam seluruh pasal-pasalnya. Maka saudara tidak akan lagi ada distract-distract yang lain. Saudara-saudara, ini adalah hal yang paling utama. 

Saudara-saudara, hal yang kedua yang utama, yang saya mau akan bicarakan pada pagi hari ini yaitu adalah berkenaan dengan Roh Kudus yang menyertai gereja dengan jelas di dalam keseharian, untuk mengabarkan Kerajaan Allah ini. Kita akan melihat Kisah Para Rasul. Tadi saya sudah katakan di dalam Kisah Para Rasul pasal pertama itu adalah dimulai dari pengutusan oleh Yesus Kristus. Kemudian disusul dengan Kisah Para Rasul pasal yang ke-2, yaitu Roh Kudus dicurahkan. Dan karena adanya pengutusan dan adanya pencurahan dari Roh Kudus, maka saudara lihat betapa Injil itu tersebar dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi. Kalau saudara dan saya membaca Kisah Para Rasul, kita akan makin membaca, kita akan makin menyadari bahwa kita itu, gereja itu tidak pernah bekerja sendirian. Ada Pribadi yang besar, ada Pribadi yang berkuasa, yang sudah bekerja di tengah-tengah dunia ini sejak dari Kejadian pasal yang pertama penciptaan, maka Pribadi yang besar itu, yang dengan dahsyat menciptakan langit dan bumi, sekarang bekerja di tengah-tengah kita, bekerja di tengah-tengah gereja-Nya, bekerja di tengah keluarga-keluarga yang diselamatkan. Sekali lagi saudara-saudara, saya mau menyatakan ini dengan begitu jelas. Kalau saudara-saudara melihat Kisah Para Rasul, tidak ada satu keluarga pun di mana Roh Kudus itu tidak bekerja. Entah itu dengan menguduskan, entah itu dengan membentuk, entah itu dengan mengutus, saudara-saudara, ini adalah suatu hal yang penting, tanda Roh Kudus bekerja dengan sejati. 

Saudara-saudara, saya harap kita adalah anak-anak Tuhan yang sejati, saya harap saudara adalah keluarga yang sejati yang dimiliki oleh Kristus. Saya harap gereja ini adalah gereja yang sejati. Meskipun ini adalah gereja Reformed Injili, meskipun banyak orang melihat gereja ini baik, tetapi kita tidak bisa take it for granted, kita perlu mengujinya setiap waktu, “Tuhan, apakah sungguh-sungguh ini gereja adalah milik-Mu? Apakah kami hanya menyatakan bahwa kami adalah gereja dan kami menganggap diri kami adalah gereja yang sejati?” Karena penilaian manusia itu sangat subjektif, Tuhanlah yang menentukan apakah gereja ini gereja yang sejati. Saya tidak peduli dengan gereja yang lain mau mengklaim diri sebagai apa. Itu adalah urusan mereka sendiri dengan Tuhan. Tetapi kita ini apakah gereja yang sejati, itu adalah urusan kita semua. Saudara-saudara, gereja yang sejati adalah gereja di mana digerakkan oleh Roh Kudus. Gereja di mana Roh Kudus itu bekerja dengan jelas. Kisah Para Rasul menyatakan bagaimana gereja itu adalah gereja yang sejati. Kadang gereja itu adalah bukan gereja yang kaya, bahkan kalau saudara-saudara melihat di dalam Kisah Para Rasul, gereja itu adalah gereja yang menderita. Orang-orang Puritan mengatakan yang menderita itulah yang menang. Saudara-saudara akan bisa melihat gereja ini mungkin tidak terkenal, selain hanya beberapa orang dari rasul-rasulnya. Tetapi saudara bisa melihat bagaimana Roh Kudus itu bekerja memakai orang-orang itu. 

Ada satu di tengah-tengah dari Lausanne itu, ada beberapa sesi yang baik saudara-saudara, tidak semuanya, tetapi salah satu yang baik itu dia menyelidiki di dalam Kisah Para Rasul (nanti kita akan sampai di sana) yaitu pembicara ini berhasil mengungkapkan satu per satu ayat di mana di dalam Kisah Para Rasul itu tercatat orang-orang yang tidak ada namanya. Tidak ada nama, tidak terkenal, tidak ada selebrasi buat mereka, tetapi itu adalah umat Allah yang sejati, gereja yang sejati. Saudara-saudara, kita selalu mengaitkan antara terkenal dengan Roh Kudus bekerja, “Oh ini hamba Tuhan, ini Roh Kudus bekerja. Lihat, dia sudah menjadi influencer. Luar biasa dia itu, berapa viewnya.” Kemudian kita pikir Roh Kudus bekerja dengan orang-orang seperti itu. Tetapi saudara-saudara, itu bukan sekali lagi hal utama. Di dalam Alkitab dikatakan ada orang-orang yang tidak diketahui namanya dan orang-orang yang tidak terkenal, tidak pernah mendapatkan pujian, tetapi Alkitab mengatakan kelompok ini adalah kelompok di mana Roh Kudus itu bekerja. Sekali lagi, yang paling penting adalah kita selalu harus membawa gereja kita di hadapan Allah dan mengujinya dan jangan take it for granted bahwa ini pasti adalah gereja yang sejati. Saudara-saudara, tetapi kita datang di hadapan Tuhan dan minta terus, “Tuhan, jadikan kami gereja yang sejati. Tuhan, jadikan keluargaku adalah keluarga yang sejati yang adalah anak-anak-Mu. Karena tanpa itu kami ini binasa, segala yang kami kerjakan tidak ada gunanya. Kami mengundang Engkau untuk bekerja di tengah-tengah hidup keluarga kami, untuk Roh Kudus itu mengkuduskan, bahkan mungkin perlu menghancurkan, dan kemudian membangunnya kembali, menyembuhkan luka-lukanya dan kemudian membawa kami ke tempat yang Engkau mau. Jangan biarkan kami mati di sini Tuhan dengan dosa-dosa kami, dengan kebutaan kami, dengan arogansi kami.” 

Roh Kudus kalau bekerja di dalam sebuah gereja pasti akan ada suatu dampak yang jelas. Beberapa orang lain dan saya tidak mau dealing lagi dengan hal-hal itu, saya hanya akan bicara singkat saja, yang menyatakan menggabungkannya dengan hal-hal mujizat. Saudara-saudara, pasti mujizat ada, sungguh-sungguh ada. Tetapi kalau Roh Kudus itu bekerja maka Dia akan membantu, memimpin, memberi kuasa, memanggil, memberi keberanian kepada gereja. Untuk apa? Untuk menghidupi dan mengabarkan Injil Kristus Yesus, Injil Kerajaan. Sekali lagi, untuk menghidupi dan juga untuk mengabarkan Injil Kerajaan Allah. Yang pertama adalah sentraliti daripada Kristus dan yang ke-2 adalah penyertaan Roh Kudus di dalam keseharian untuk berita Injil. Saudara akan menemukan dua garis besar ini, benang merah yang penting di dalam Kisah Para Rasul. 

Dan hal yang ke-3, terakhir untuk hari ini. Ketika saudara membaca Kisah Para Rasul, saudara akan menemukan benang merah ke-3 adalah di mana pun saja saudara akan menemukan gereja sebagai komunitas yang bergerak bagi dunia. Sekali lagi, gereja sebagai komunitas yang bergerak bagi dunia. Sepanjang saudara melihat Kisah Para Rasul, saudara lihatlah bagaimana gereja itu memainkan peran yang penting di dalam pekerjaan Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Saudara akan menemukan Kisah Para Rasul itu bukan bicara tentang spiritualitas pribadi, tetapi dinamika pergerakan gereja untuk misi bagi dunia. Saudara-saudara, hal yang pertama adalah gereja yang dipimpin oleh Kristus, Kristus yang memberikan arah, Kis 1:8. Yang kedua adalah gereja yang didorong oleh Roh Kudus, diberdayakan oleh Roh Kudus, Kis pasal yang ke-2. Dan saudara akan melihat sisanya adalah gereja yang dimobilisir, yang bergerak untuk Injil bagi dunia. Saudara-saudara, ini adalah design-nya Allah Tritunggal bagi kita. Allah kalau mau bekerja, Dia bisa bekerja sendiri bukan? Dia bisa mengirimkan bahkan malaikat-Nya. Tapi ini bukan rencana-Nya. Rencana-Nya adalah memakai kita sebagai komunitas, bukan kita satu per satu, tetapi kita sebagai komunitas. 

Kalau saudara melihat di dalam Alkitab biasanya kita mengingat tokoh-tokoh yang Tuhan bangkitkan, dan itu adalah benar, saudara-saudara melihat dan mempelajari bagaimana Musa, Daud, Yesaya, Yeremia, tetapi kita melupakan apa tujuan Allah itu membangkitkan nabi dan rasul-Nya. Itu bukan akhir, mereka adalah sarana dari Tuhan dan kita selalu memproyeksikan mereka terhadap diri kita, “Aku mau jadi Musa, aku mau jadi Daud!” Itu adalah benar dan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi saudara-saudara yang paling penting sebenarnya mereka adalah sarana dan ujungnya adalah Israel yang bergerak. Dalam Perjanjian Lama, Israel gagal untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Sekali lagi, di dalam Perjanjian Lama, Israel gagal menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Bukannya Israel menjadi terang bagi bangsa-bangsa, bukannya menjadi garam bagi bangsa-bangsa, tetapi bangsa-bangsa menjadi terang bagi Israel, bangsa-bangsa menjadi garam bagi Israel. Mereka tidak berhasil untuk menyatakan, memproklamirkan mengenai Jehovah, Allah Perjanjian, yang menciptakan seluruh dunia, yang memberikan perjanjian kepada Israel dan mau menjadi Raja bagi seluruh bangsa. Mereka gagal menyatakan hal itu. Sebagai satu komunitas, mereka gagal untuk dimobilisir untuk hal itu. 

Apa yang ada pada mereka adalah mereka terus memikirkan diri, “Aku pergi ke sini adalah untuk diriku. Aku yang paling penting mau cari Firman adalah untuk makananku.” Apa yang menjadi tangisan mereka? Apa yang menjadi teriakan mereka kepada Allah di langit? “Kenapa Engkau tidak memberikan aku daging? Kenapa sulit hidupku ini? Kenapa aku tidak diberikan air? Kami akan binasa di padang gurun ini.” Mereka tidak pernah berseru, “Berikan aku bangsa-bangsa untuk kemuliaan-Mu. Berikan aku kekuatan untuk memuliakan nama-Mu.” Mereka terus-menerus untuk diri dan Alkitab dengan jelas menyatakan mereka gagal sebagai umat Allah. Yang menjadi tanggung jawab mereka, mereka tidak kerjakan. Yang menjadi tanggung jawab Allah untuk menyediakan makanan bagi mereka, mereka tuntut, tuntut terus. Seluruh hidupnya adalah untuk diri. Agama untuk diri, mencari Firman untuk diri, seluruhnya untuk diri. Apa bedanya dengan bangsa-bangsa? Apa yang menjadi tangisan kita? Apa yang menjadi tuntutan hidup kita? Apa yang saudara dan saya minta? Kalau saudara di dalam rumah sebelum pergi ke gereja pernah tidak berdoa, “Tuhan berikan aku Firman.” Dan ketika minta Firman, minta Firman untuk apa? Tuhan itu Allah yang pasti bertanggung jawab untuk hidup kita. Tetapi di dalam desainnya Tuhan, Tuhan melibatkan kita untuk bertanggung jawab bagi kerajaan-Nya di tengah-tengah dunia ini. Apa yang menjadi akhir dari dibangkitkan-Nya seluruh nabi dan rasul adalah gereja Tuhan. Israel, umat Allah, seluruh Israel menjadi mata dari seluruh kehendak Allah. Bukan Yesaya, bukan Yeremia, bukan Daniel. Mereka adalah sarana untuk membangkitkan umat Allah. Saudara-saudara, Tuhan menghendaki kita bergerak. Sekali lagi, Tuhan menghendaki satu komunitas untuk bergerak. 

Dan sekarang saya akan masuk di sini krusialnya. Ketika bicara berkenaan dengan pergerakan umat Allah, itu adalah seperti satu pergerakan di dalam sebuah pertandingan perahu dengan beberapa pendayung. Atau seperti saudara sedang bertanding di dalam sebuah kesebelasan bola. Maka itulah sebabnya satu kesatuan dan satu mobilisir, satu kolaborasi yang baik itu harus dinyatakan. Harus kita belajar sebagai satu tim untuk melayani Tuhan dan bergerak bagi Tuhan. Dan itu yang di dalam Alkitab dikatakan: ‘Peliharalah kesatuan.’ Saudara-saudara, sekali lagi Lausanne ke-4 ini begitu banyak hal yang mengecewakan terutama dibandingkan dengan Lausanne yang ke-3 di mana konten teologi dan eksposisi Alkitabnya itu begitu excellent, tetapi di dalam Lausanne kali ini sangat-sangat kurang. Tetapi sekali lagi kita bisa belajar bahkan dari kekurangan yang ada. Saudara-saudara, apa yang saya pelajari? Cukup banyak tetapi satu kata yang terus-menerus diucapkan, ditulis, dibicarakan adalah satu kata ini: ‘Kolaborasi!’ Yaitu bekerja bersama-sama dengan kekuatan yang ada pada masing-masing, untuk suatu tujuan yang sama. Sekali lagi, bekerja bersama-sama, dengan kekuatan masing-masing untuk suatu tujuan yang sama. 

Ini adalah suatu yang benar di dalam Alkitab, bahwa setiap orang, saudara dan saya diciptakan oleh Allah, Dia menciptakannya sebagai masterpiece. Kita itu adalah masterpiece-nya Allah. Kita diciptakan itu unique. Saudara duduk di sini, saudara-saudara tidak ada yang bisa menggantikan satu dengan yang lain. Orang yang paling dekat dengan saudara bahkan kembar pun memiliki sidik jari yang berbeda. Kita itu unique karena kita masterpiece-nya Allah. Kita diberikan oleh Allah dengan kemampuan-kemampuan yang inherent di dalam diri kita sendiri, dan Allah di dalam Kristus Yesus menebus kita dan menyatukan kita dalam sebuah gereja. Saudara-saudara, kemajuan Kerajaan Allah cepat atau lambatnya, itu tergantung bagaimana kita mau dengan rendah hati bersatu, berkolaborasi untuk bergerak bersama-sama untuk tujuan yang sama. Dan untuk itulah, maka Paulus menyatakan, “Maka Kristus itu datang mengosongkan diri-Nya.” Dalam Filipi 2, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.” Saudara lihat Filipi 2:5-6. Saudara-saudara maka di sini adalah krusialnya. 

Sekali lagi, Kisah Para Rasul menyatakan bagaimana Kristus menjadi sentral. Kisah Para Rasul menyatakan bagaimana Roh Kudus itu bekerja di dalam sebuah gereja-Nya. Ketiga, Kisah Para Rasul menyatakan bagaimana gereja itu bersama-sama berkolaborasi untuk bermisi, bergerak. Yang sulit di sini adalah bagaimana kita boleh sama-sama rendah hati menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. Saudara-saudara, beberapa hari ini tolong doakan berkenaan dengan pemuda pemudi kita yang ada di dalam retreat. Dan retreat kali ini berbeda dengan retreat retreat yang lain sebelumnya karena akan membahas berkenaan dengan bagaimana hidup sebagai satu komunitas. Hidup yang individual itu gampang. Punya orang Kristen yang kuat di dalam Tuhan, saya tidak katakan gampang, itu sangat mudah, tidak, itu pun ada struggle. Orang yang kuat bergantung sama Tuhan itu satu hal. Bergantung sama Tuhan, hidup bagi Tuhan itu satu hal, tetapi bagaimana mengampuni orang lain, punya hati yang luas menerima orang lain, bagaimana dengan rendah hati bisa menempatkan orang lain yang mungkin di dalam pikiran kita lebih kurang mampu dari kita, ini adalah suatu hal yang lain lagi. 

Saudara-saudara, bagaimana memiliki hati yang luas untuk menerima sesama, melupakan kesalahan-kesalahan yang lalu untuk bekerja bersama-sama ke depan bagi pekerjaan Tuhan, itu adalah hal yang lain. Ini adalah satu proyek atau satu tugas sendiri dari Tuhan. Saudara-saudara, jangan lupa Tuhan Yesus mengatakan, dua hukum paling utama. Yang pertama adalah kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu. Hukum yang kedua yang sama pentingnya dengan hukum yang pertama, demikian kata Yesus. Saya kadang bingung, kenapa mesti ada kalimat itu: ‘Dan hukum yang kedua.’ Kalau Tuhan Yesus mengatakan yang pertama lalu kedua, kita langsung bilang, “’Kan yang kedua lebih rendah dari yang pertama.” Tetapi tidak. ‘Yang kedua, yang sama pentingnya dengan hukum pertama adalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ Saudara-saudara, banyak di tengah-tengah kita adalah orang-orang yang mengasihi Tuhan, banyak orang yang mau korban bagi Allah. Saya sangat-sangat bersyukur melihat saudara-saudara sekalian. Tetapi kita juga harus mengakui bahwa kita adalah orang yang sulit untuk kerja sama dengan orang lain. Kita adalah orang yang sulit untuk bisa menghapus kesalahan orang lain di dalam hidup kita. Kita adalah orang yang sulit untuk bekerja lagi bersama-sama, bahkan untuk pekerjaan Tuhan, kalau orang itu sudah menyakiti hidup kita. Dan saudara-saudara, juga di dalam case rumah tangga. Sangat banyak mungkin suami dan istri yang sulit sekali untuk menjadi satu karena hati itu sudah ada pemisah. Kita sulit untuk bicara dengan urusan dengan sesama bahkan dengan keluarga kita sendiri. Tetapi saudara, pekerjaan Tuhan, untuk pengabaran Injil, untuk Kerajaan Allah itu disebarkan, tidak akan terlepas dari ikatan bagaimana kita menerima sesama kita. Tidak mungkin terlepas dari satu ikatan unity ini. 

Saudara-saudara, kadang di dalam Alkitab juga dinyatakan, untuk menghajar gereja-Nya, untuk gereja yang tidak mau bersatu akhirnya dibuat untuk bersatu, maka Tuhan menghadirkan musuh yang sama. Tuhan menghadirkan penganiayaan, persecution, untuk akhirnya kita langsung hal yang tidak penting menjadi tidak penting. Saudara-saudara, ini adalah suatu pelajaran yang penting sekali. Yang pertama, Kristus menjadi sentral dari sebuah gereja. Di dalam kehidupan sehari-hari di dalam sebuah gereja. Saudara boleh ubah kata gereja ini dengan keluarga kita. Karena bagaimana pun saja keluarga adalah gereja yang kecil dan gereja adalah keluarga Allah. Pertama, sentralitas Kristus, saudara lihat di dalam seluruh Kisah Para Rasul. Yang kedua, Roh Kudus yang memberdayakan gereja, mendorong gereja. Yang ketiga adalah gereja bersatu pergi ke seluruh dunia untuk Kerajaan Allah dan di situ diperlukan kerendahan hati kita. Kiranya Tuhan mengajar kita dalam beberapa minggu ini akan kehendak-Nya.Mari kita berdoa.

 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more