Ringkasan Khotbah

27 October 2024
The Living Missionary God
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yoh 20:19-23

Yoh 20:19-23

Allah di dalam Alkitab, Allah yang kita sembah, Allah Tritunggal adalah Allah yang hidup dan Allah yang hidup itu adalah Allah yang bermisi. Misi itu bukan program gereja, misi itu adalah tindakan Allah Tritunggal itu sendiri. Gereja yang sejati adalah gereja yang harus bertahan dan memiliki akar akan Firman Tuhan yang benar. Gereja yang sejati mempertahankan Firman dan mengabarkan Firman yang sejati kepada dunia ini. Gereja yang sejati adalah juga gereja yang bergantung sepenuhnya kepada Allah. Gereja yang sejati adalah gereja yang memiliki kehidupan doa yang hidup, berjalan bersama Tuhan, membutuhkan belas kasihan-Nya. Gereja yang sejati memiliki Firman dan kebergantungan kepada Allah. Gereja yang sejati adalah gereja yang bermisi – gereja yang misioner. Kita perlu meminta Tuhan membentuk hati misi kepada kita semua. Apakah saudara laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, tua atau muda, minta kepada Tuhan, “Tuhan berikan aku hati yang bermisi.” Itu bukan berarti kita semua pergi ke satu tempat/ladang atau misi yang jauh, tetapi itu berarti kalau Tuhan menghendaki, kapan pun saja setiap dari kita harus rela pergi ke tempat yang Tuhan kehendaki. Panggilan untuk misi/panggilan amanat agung di dalam Alkitab ada di 5 tempat (itu jelas) dalam Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul. Di dalam Injil Matius maka saudara bisa melihat kalimat Yesus, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…” (Matius 28:18b-19a). Matius menekankan mengenai otoritas Kristus Yesus terhadap misi. Di dalam kitab Markus 16:15-16 ditulis: “…Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah injil kepada segala mahluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Markus menekankan akan penghakiman terakhir terhadap respon kepada misi. Lukas menekankan Pribadi sentral dari proklamasi Injil, di dalam Lukas 24:46-48, “…Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” Dan kemudian Kisah Para Rasul 1:8 menyatakan tentang jangkauan misi: “…kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Dan sekarang mari kita melihat apa yang ditulis oleh Yohanes di sini. Matius menekankan otoritas Tuhan di dalam misi, Markus menekankan mengenai penghakiman terakhir yang menjadi result dari misi. Lukas menekankan mengenai Pribadi sentral yang diberitakan dalam misi. Dan Kisah Para Rasul menyatakan ke mana saja jangkauan misi ini terjadi. Tetapi di dalam Yohanes, di dalam Yohanes 20 yang tadi kita baca, apa yang ditulis oleh Yohanes? Yohanes menyatakan sumber dan penggerak misi awal dan utama sampai misi ini digenapi yaitu Allah Tritunggal. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikian Aku mengutus engkau.” Dan kemudian Dia mengatakan, “Terimalah Roh Kudus…” Mari kita melihat perikop ini, dengan perikop masih tetap dibuka, saya akan bicara mengenai tiga hal:

Hal yang pertama, berita misi adalah berkenaan dengan rekonsiliasi. Lihatlah apa yang dikatakan Yesus ketika Ia pertama kali bertemu dengan murid-murid di tempat yang tertutup itu: “Damai sejahtera bagimu.” Dan ketika Yohanes menuliskan hal ini, ayat selanjutnya kemudian dikatakan: ‘Sesudah berkata demikian Yesus menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka.’ Ini adalah sesuatu yang penting. Yesus menghubungkan antara korban yang dilakukan-Nya dengan damai sejahtera. Yesus tidak bisa mengatakan “Damai sejahtera bagimu” jikalau Dia tidak menjalani jalan salib. Tetapi karena Dia rela disalib, maka kalimat pertama yang diucapkan kepada para murid di tempat ini adalah kalimat rekonsiliasi. Allah dan manusia berdosa itu sudah menjadi musuh. Sampai kapan pun saudara beragama tetap kita menjadi musuh Allah. Allah tidak bisa menerima kita orang yang berdosa. Allah mau mematikan kita. Dia adalah Allah yang murka terhadap dosa saudara dan saya. Tetapi ketika Yesus menebus saudara dan saya dan bukan agama, maka Allah sekarang bicara kepada kita, “Damai sejahtera bagimu.” Kalau Yesus tidak mati maka perkataan Allah adalah, “Perang! Pergi! Pergi dari tempat ini ! Pergi dari taman Eden ini!” Allah akan mengusir dan mematikan kita. Dia begitu murka terhadap kita. Tetapi salib membalik hati Allah. Yesus menebus dosa kita, sehingga Allah yang suci dan manusia yang berdosa itu direkonsiliasikan. Misi Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal adalah misi untuk menghancurkan dosa dan seluruh akibatnya di dunia ini. Dan apa akibat dosa itu sesungguhnya? Keterpecahan, permusuhan, perang. Lihatlah seluruh dunia, perang di sini, perang di sana. Dan beberapa hari ini kalau saudara mengikuti berita, kalau Tuhan tidak memberikan belas kasihan, sedikit kesalahan perhitungan saja bisa langsung perang dunia ketiga. Apakah Islam bisa membereskan? Apakah Budha bisa membereskan? Apakah Hindu bisa membereskan? Tidak. Hanya Yesus Kristus. 

Dia bicara kepada para murid-Nya, “Damai sejahtera bagimu.” Perhatikan 2 Korintus 5:19; “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.” Kita diselamatkan untuk mengabarkan berita keselamatan itu. Kita direkonsiliasi untuk mengabarkan berita rekonsiliasi itu kepada dunia. Para murid adalah orang-orang yang menerima pendamaian dengan Allah dan sekarang merekalah yang dapat menyatakan berita itu kepada dunia. Para misionaris adalah duta-duta rekonsiliasi yang memproklamirkan bagaimana Kristus mendamaikan dunia dengan Bapa. Kalau saudara-saudara membaca buku komentari, ada teolog mempertanyakan satu poin ini, “Kenapa di dalam Injil Matius, Markus dan Lukas selalu ujungnya/akhirnya itu adalah tentang amanat agung tetapi tidak di dalam Injil Yohanes?” Yohanes tidak diakhiri dengan amanat agung. Apakah saudara menyadari bahwa Injil Yohanes itu diakhiri dengan pemulihan pribadi Petrus yang sudah menyangkal Yesus tiga kali? Akhir dari Injil Yohanes adalah peristiwa rekonsiliasi. Jadi sesungguhnya ketika kita memberitakan Injil, ketika misi dijalankan, maka kita menyatakan berita rekonsiliasi. Tetapi perhatikan baik-baik, peristiwa rekonsiliasi ini terjadi secara pribadi tetapi tidak pernah individualistic. Gereja adalah kumpulan umat. Saudara dan saya adalah kumpulan umat yang sudah direkonsiliasikan dengan Allah (jikalau kita mempercayai Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadi). 

Siapakah GRII Sydney? Jika kita adalah umat Allah sejati, kita adalah kumpulan orang-orang yang telah diperdamaikan dengan Allah. Maka sesungguhnya misi adalah buah yang wajar yang keluar dari sumber kehidupan gereja. Misi adalah ekspresi bersama dari komunitas gereja yang sudah direkonsiliasikan dengan Allah. Ada satu slogan yang di dalam beberapa tahun ini muncul. Tadinya mission field sekarang menjadi mission force. Saudara dan saya, ingatlah akan beberapa puluh tahun yang lalu, sebelum saudara dan saya mengenal Yesus Kristus, kita berada di dalam kegelapan, kita berada di dalam ikatan dosa, kita tidak memiliki hidup apapun saja kecuali kesenangan-kesenangan dunia dan kita adalah ladang untuk orang lain bermisi. Kita adalah mission field: orang bicara kepada kita tentang Yesus, orang mendoakan kita untuk mengenal Yesus, orang berkotbah kepada kita tentang Yesus, sampai kemudian kita bertobat dan Roh Kudus mengumpulkan kita satu per satu (meskipun kita tidak kenal sebelumnya) menjadi satu gereja dan kita semua adalah orang yang sudah diperdamaikan oleh Allah dalam Kristus Yesus. Apakah saudara mengerti bahwa kita adalah sesuatu kekuatan misi? Dari mission field sekarang menjadi mission force. Dan itu adalah kehendak Tuhan.

Hal yang kedua (ini adalah inti khotbah pada pagi hari ini), perikop ini mengajarkan bahwa sumber penggerak dan penggenap misi yaitu Allah Tritunggal. Di dalam kitab Injil Yohanes kita membaca sumber dan penggerak misi dari awal dan utama sampai misi ini digenapi yaitu Allah Tritunggal, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikian pula Aku mengutus kamu dan terimalah Roh Kudus.” Tiga pribadi dari Allah Tritunggal muncul dalam satu ayat ini. Para teolog menyatakan inilah Missio Dei (mission of God). Misi-Nya Allah Tritunggal di dunia ini. Dan gereja diminta untuk bergerak mengikuti misi dari Allah Tritunggal ini. Kita semua dipanggil untuk berjalan bersama dengan Allah Tritunggal untuk menggenapi misi-Nya melalui kita di dalam dunia ini. Mari kita melihat apa yang menjadi relation dari Allah Tritunggal ini. Ayat ini menyatakan bagaimana Allah Tritunggal itu bekerja bersama, cara kerja utama Allah Tritunggal ketika melayani dunia ini adalah cara kerja misionaris. Berkali-kali kalimatnya adalah; diutus, utus, utus. Lihatlah Allah Bapa sebagai sumber inisiator dan tujuan dari seluruh misi ini. Bapa mengutus Anak, Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus, dan kemudian Bapa dan Anak dan Roh Kudus mengutus gereja-Nya. Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab, saudara akan menemukan begitu banyak kalimat: ‘Bapa mengutus Anak’. Misalnya saja di dalam Roma 8:3 dan Galatia 4:4. Saudara lihatlah kalimat itu terus ‘Allah mengutus Anak-Nya.’ Cara kerja Allah Tritunggal adalah cara kerja misionaris. Bapa sudah menetapkan Anak di dalam kekekalan untuk diutus bagi penebusan, menebus umat-Nya. Roh Kudus sudah ditetapkan di dalam kekekalan, untuk diutus di dunia menyertai umat-Nya, menyelesaikan misi Allah di dunia ini. Inisiator dari misi adalah Allah Bapa, sumber dari segala usaha misi adalah Allah itu sendiri. Seorang teolog Afrika, John Mbiti, mengatakan, “Para misionaris tidak membawa Tuhan ke Afrika, tetapi Tuhanlah yang membawa para misionaris ke Afrika.” Tiap kali saudara memiliki kerinduan untuk bermisi, saya mau katakan satu hal; Bapa di surga jauh lebih rindu daripada kita. Seberapa besar kita memiliki korban untuk misi, biarlah kita boleh ingat Bapa di surga mengorbankan Anak-Nya untuk pergi bermisi. Dialah sumber dan inisiator dari seluruh misi. 

Sekarang lihatlah Allah Anak, Yesus Kristus. Yesus membawa misi Bapa diwujudkan di dalam sejarah dunia ini, Dialah yang menggenapi apa yang dikehendaki Bapa semasa hidup-Nya di dunia ini. Yesus mengatakan, “Aku memiliki makanan yang lain, melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya.” Dia diutus oleh Bapa dari surga turun ke bumi menjadi misionari yang terjauh dan terpuncak untuk menghadirkan misi Bapa di dunia ini – misi Kerajaan Allah. Kalimat Yesus di depan ini adalah sesuatu yang luar biasa dalam sebenarnya. Yesus mengatakan, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, maka Aku mengutus engkau.” Begitu banyak aspeknya, tetapi saya mau bicara tentang satu hal saja, bagaimana Bapa mengutus Yesus? Melalui jalan inkarnasi, rela direndahkan, rela dibuat kosong. Maka kalau saudara-saudara melihat sebenarnya seperti usaha bible translation ke dalam bahasa suku, di dalam bahasa-bahasa suku yang begitu banyak, maka itu adalah perwujudan dari inkarnasi. Allah dengan bahasa-Nya, Dia tidak meminta Musa belajar dahulu bahasa. Kalau Allah dengan bahasa-Nya minta Musa belajar bahasa, kapan Musa bisa bicara kepada Tuhan? Tadi saya surprise dengan anak-anak Biak bisa bahasa Mandarin. Saya cuma kuatir, tiga tahun lagi saya tetap tidak bisa bahasa Mandarin, mereka yang bisa. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa? Ketika Allah bicara kepada Abraham, Dia memakai bahasa Abraham, Dia merendahan diri. Ketika Allah bicara kepada Musa, Dia memakai bahasa Musa. Maka dari situlah translation bahasa-bahasa suku itu terjadi. Bukan suku-suku itu harus mengerti bahasaku, tapi saya berusaha untuk suku-suku itu mengerti aku melalui bahasa mereka. Dan itu artinya, maka kita mesti kerja keras, kita mesti bayar harga. Yesus tidak membawa kita langsung melihat Dia dalam kemuliaan-Nya, Dia yang turun. Banyak dari kita, banyak dari gereja tidak mau masuk ke dalam misi, hanya memberikan uang, itupun seadanya tapi tidak mau terlibat. Karena apa? Karena hal ini; sulit, banyak tantangan, memerlukan banyak waktu. Kalaupun gereja itu concern dalam hal misi, tetapi dari kejauhan. John Stott, pendiri Lausanne itu mengatakan demikian, “Saya secara pribadi percaya bahwa kegagalan kita untuk menaati implikasi dari perintah ini adalah kelemahan terbesar bagi orang Kristen Injili. Kita orang Injili percaya akan pemberitaan proklamasi Injil. Tetapi kita cenderung memberitakan Injil itu dari kejauhan. Kita seperti orang yang meneriakkan nasehat kepada orang yang tenggelam, dari tepi pantai. Kita tidak menyelam untuk menyelamatkan mereka. Kita takut basah dan kita takut akan bahaya-bahaya yang lebih besar. Kita mengatakan kepada orang itu bagaimana cara menyelamatkan, tapi kita tidak pernah masuk ke dalamnya. Ya, kita memiliki berita yang benar, tetapi kita menyuarakannya dari jauh. Inkarnasi menjadi stumbling block kita, tetapi Yesus Kristus tidak memproklamasikan keselamatan itu dari langit. Ia mengunjungi kita dengan penuh kerendahan hati. Dia mewujudkan misi Bapa di dalam sejarah dunia.” 

Dan mari kita sekarang melihat Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus-lah yang memberikan kuasa untuk gereja menggenapi panggilan misi. Perhatikan baik-baik: gereja bukan menggantikan misi Yesus, tetapi meneruskan misi Kristus ke dalam dunia. Dengan demikian, murid-murid Kristus tidak mengambil alih misi Kristus. Misi Kristus terus berlanjut dan terus efektif di dalam kehidupan manusia. Para Rasul ditugaskan untuk meneruskan misi Kristus, dan bukan untuk memulai pekerjaan yang baru. Karena ini adalah misi Kristus, dan gereja diminta untuk meneruskannya, maka itulah perlunya Roh Kudus. Yesus mengatakan, “Roh Kudus, kalau Dia datang, Dia akan mengingatkan segala sesuatu apa yang sudah Aku ajarkan kepadamu.” Kehadiran Roh Kudus dalam sebuah gereja begitu vital, untuk kita melanjutkan kontinuitas misi Kristus di dunia ini. Kita bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus. Kalau Dia bergerak, baru gereja itu bisa bergerak. Kalau Dia memberikan Firman, baru ada Firman yang diberitakan di tengah-tengah dunia. Sekarang saudara bisa melihat, bahwa Roh Kudus memakai gereja untuk menuntaskan misi Kristus sampai kepada zaman yang baru. 

Saya sudah bicara berkenaan dengan Allah Bapa, saya sudah bicara mengenai Allah Anak, dan saya sudah bicara mengenai Allah Roh Kudus. Misi tidak lahir dari gereja, misi tidak lahir dari Kisah Para Rasul, misi tidak lahir dari Israel, misi Allah juga tidak dimulai dari Abraham. Misi lahir di dalam hati-Nya Allah, di dalam kekekalan. Misi bukan aktifitas gereja. Apa yang saudara pentingkan di dalam gereja? Sunday School? Remaja? Oh, banyak orang yang sangat concern dengan Sunday School, dengan remaja. “Remaja ini loh, Pak. Susah banget ngajar mereka. Bisa tidak tolong diajari?” Susah sekali, tetapi itu tidak ada di dalam pengertian kekekalan, saudara tidak akan temukan itu. Tetapi misi itu bukan program gereja. Saya tidak katakan kalau begitu, pelayanan Sunday School seenak-enaknya saja, tidak. Atau remaja sesuka-sukanya saja, tidak. Setiap pelayanan di tempat ini, kita mesti serius dan bertanggung jawab di hadapan Allah. Saya sendiri sudah katakan pada pengurus, sejak pertama kali saya datang: Pertama, Sunday School harus excellent. Kedua, ibadah harus benar-benar membawa jemaat untuk melihat kemuliaan Allah. Kalau orang pergi ke gereja Reformed, ditanya, “Kenapa pergi ke gereja Reformed?” Jawabannya selalu adalah khotbahnya, Firmannya. Tetapi tidak pernah jawabannya adalah praise and worship-nya. Tidak pernah ada jawaban itu pada gereja Reformed, tetapi ada pada gereja Karismatik. Tapi saya mau, sejak dari pertama, jika suatu hari orang datang ke gereja Reformed, ditanya kenapa, jawabannya selain daripada Firman, adalah ibadahnya. “Begitu saya ibadah di dalam gereja Reformed, saya menyadari Allah itu besar.” Sekolah Minggu harus dikerjakan dengan excellent. Remaja harus dikerjakan dengan excellent. Digital ministry harus excellent. Satu persatu. Tetapi itu semua program gereja. Saudara jangan pernah samakan misi dengan itu. Misi adalah DNA-nya gereja. Itu adalah vena dari darah mengalir di dalam sebuah gereja yang sejati. Kalau saudara melihat gereja-gereja abad pertama, saudara pikir mereka hanya mengerti doktrin? Tidak, mereka pergi. Kenapa banyak orang tahu doktrin yang baik, saudara tidak mau pergi? Isinya putar-putar cuma debat di dalam. Itu adalah suatu kesalahan dosa yang besar. Ini adalah kehendak Allah, hati-Nya Allah Tritunggal. Di dalam kekekalan, Bapa mengutus Anak, dan Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Di dalam kekekalan, itu sudah ada di dalam hati Mereka. 

Hal yang pertama, saya sudah bicara mengenai berita misi. Hal yang kedua, saya sudah bicara mengenai sumber penggerak dan penggenap misi Allah Tritunggal. Sekarang yang terakhir, hal yang ketiga adalah misi dan kehidupan kita. Saudara perhatikan, apa yang sedang terjadi oleh murid-murid-Nya? Waktu itu sudah sangat malam. Murid-murid itu berkumpul di satu rumah dan dikunci. Mereka sangat-sangat ketakutan. Mereka takut dianiaya. Mereka takut ditangkap. Mereka takut dan mereka sangat malu. Mereka mengira bahwa Guru mereka sudah mati. Tidak lagi ada pengharapan. Di tempat yang kecil itu, di tempat yang terkunci itu, di saat begitu minoritas itu, di saat ketakutan itu, di saat tersendiri itu, tiba-tiba Yesus datang, dan kemudian Dia mengatakan, “Pergi, sama seperti Bapa mengutus Aku, sekarang Aku mengutus engkau.” Saudara, lihatlah panggilan misi adalah panggilan ke luar dari comfort zone. Panggilan untuk adanya kemungkinan menghadapi bahaya. Panggilan misi adalah panggilan untuk saudara dan saya berani membuka pintu kehidupan kita yang terkunci rapat itu. Garam dan terang dunia itu tidak bisa disembunyikan. Itu harus dibawa keluar ke tempat bangsa-bangsa, bahkan yang jauh. “Aku mengutus kamu sebagaimana Bapa mengutus Aku,” Wah, kalau saya ada di situ, ini cari masalah. Mungkin saya akan mengatakan, “Minta maaf, minta ampun sama Tuhan.” Tapi saya akan mengatakan sesuatu yang biasa, mungkin dalam pikiran kita yang berdosa; “Mendingan tidak usah bangkit, Tuhan. Saya tuh ingin jadi orang Kristen baik, Tuhan, tapi bukan misionaris. Saya ingin menikmati ajaran-Mu, membuka wawasan… meluluhkan hatiku… pembicaraan-Mu itu manis, Tuhan, tapi ini sekarang, Engkau suruh aku keluar? Membuka pintu ini? Kami datang ke sini untuk tutup pintu. Kami datang ke sini diam-diam, Tuhan. Engkau tidak tahu kami ini takut. Engkau mengatakan ‘damai sejahtera’. Memang kalau saya keluar, saya tidak akan ketemu Pontius Pilatus itu? Saya tidak akan ketemu orang-orang Yahudi itu? Apakah mereka semua sudah dimatikan, Tuhan? Oh Tuhan, perintah-Mu itu menggoncangkan hidupku.” 

Iya, masuk di dalam dunia misi adalah berat. Itulah sebabnya banyak sekali orang Kristen hanya memberikan uang dan itu secukupnya saja, untuk orang lain yang pergi. Saudara kerja, kerja, dapatkan uang begitu banyak, sisihkan sedikit kepada usaha misi, untuk mengurangi rasa bersalah. Kemudian aku akan menikmati seluruh uang yang aku dapatkan. Dan kemudian kita mengatakan, “Aku Kristen, aku pengikut Kristus.” Apakah kita tidak membodohi diri kita sendiri? Yesus memandang seluruh murid-Nya itu, tidak ada Tomas, tidak ada Yudas, “Aku mengutus engkau, sebagaimana Bapa mengutus Aku.” Tuhan, hidup itu sudah banyak masalah, sekarang Engkau tambah lagi masalah. Aku pengen jadi orang Kristen baik-baik. Choir saja Tuhan, choir saja. Sudah cukup toh? Dua jam latihan, dua jam ibadah, selesai. Aku kasih persembahan. Saudara-saudara perhatikan baik-baik, saudara dan saya tidak dipanggil oleh Kristus untuk masuk ke dalam dunia misi, tetapi saudara dan saya diselamatkan oleh Kristus untuk hal ini. Kita semua diutus. Tidak ada satu orangpun yang tidak diutus. Misi dari isi hati Allah harus ada dalam isi hati kita. Meski demikian, kalau saudara-saudara membaca keseluruhan ayat-ayat Alkitab, saudara akan mengerti bahwa murid-murid itu pergi tanpa terpaksa karena sesungguhnya misi itu dilakukan oleh mereka dengan sukacita. Mengapa sukacita? Karena mengalami Kristus yang bangkit. Mengalami penyertaan Roh Kudus. Murid-murid pergi kemana-mana dengan kepenuhan sukacita. Dari hatinya mengalir keluar pengenalan akan Kristus yang sangat memberikan sukacita itu – Kristus yang sudah bangkit. Itulah sebabnya kalau saudara mengerti hal yang paling-paling penting di dalam sebuah dunia misi adalah mengenal pribadi Kristus itu sendiri, lebih daripada kemampuan untuk menjawab/kemampuan berapologetika/kemampuan untuk bersaksi. 

Hidup di dalam misi adalah belajar hidup mengenal Allah dan berjalan bersama dengan Allah. Orang yang berjalan bersama dengan Allah tidak pernah akan statis. Seorang yang berjalan bersama dengan Allah pasti akan meninggalkan comfort zone-nya untuk dipakai oleh Allah sehabis-habisnya. Malam itu, mereka bersembunyi, rumah itu menjadi tempat perlindungan mereka. Dan semua orang-orang, teman-teman murid-Nya adalah orang-orang yang mereka saling kasihi, yang mereka bisa untuk mencurahkan hati, dan mereka saling memeluk. Pintu itu tertutup rapat, mereka tersendiri… takut… tapi tiba-tiba Kristus Yesus datang di tengah-tengah mereka, dan mereka mendengar pengutusan ini, “Aku mengutus engkau sebagaimana Bapa mengutus Aku.” Dan mereka satu-persatu keluar. Bukan saja keluar dari tempat itu, bahkan sampai ke tempat yang paling jauh. Tempat perlindungan mereka bukan rumah itu lagi. Tempat perlindungan mereka adalah Kristus. Dan Allah tidak malu untuk disebut sebagai Allah mereka, karena Allah itu berjanji: “Aku akan menyertai engkau sampai pada kesudahan zaman.” He is my Shelter. Apakah saudara sekarang mengerti? Bukalah isi hati Allah, apa yang ada di dalamnya? Misi. Kiranya kasihan Tuhan boleh memimpin kita, gereja ini, untuk bermisi. Mari kita berdoa.

 

Kis 1:8, Kis 8:1b-4, Kis 11:19-21
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more