Ringkasan Khotbah

15 December 2024
Natal dan Masalah Penderitaan Manusia
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Luk 2:8-12

Luk 2:8-12

Natal adalah bicara mengenai Pribadi ke-2 turun ke dunia menjadi manusia. Saudara-saudara, pada akhir abad yang ke-11 seorang bapa gereja bernama Anselm dari Canterbury, England. Dia menuliskan satu buku yang menjadi dasar fondasi yang kokoh sekali di dalam doktrin Kristen khususnya dalam Christology dan Soteorology. Dan buku ini berjudul di dalam bahasa Latinnya adalah “Cur Deus Homo” artinya adalah ‘Mengapa Allah menjadi Manusia?’ Archbishop Anselm, dia memikirkan dengan tuntas mengapa sesungguhnya Allah mau menjadi manusia. Apakah selain dari Allah menjadi manusia ada jalan lain keselamatan? Apakah Allah bisa memberikan keselamatan kepada saudara dan saya dengan mengatakan, “Saya mengampuni engkau dan engkau terbebas dari dosamu”? Jawabannya adalah tidak bisa. Apakah malaikat bisa diutus dan menyelamatkan kita? jawabannya adalah tidak bisa. 

Saudara-saudara, Allah menjadi manusia adalah sesuatu keperluan mutlak, absolute necessity untuk memuaskan tuntutan keadilan Allah dan memberikan jalan keselamatan bagi manusia. Setelah Adam gagal, gagal sebagai wakil manusia di hadapan Allah, maka harus ada satu wakil pribadi dari manusia yang lain yang harus menerima tuntutan keadilan Allah atas kegagalan Adam. Dan setelah Adam gagal melaksanakan seluruh mandat Allah, harus ada pengganti Adam yang lain, satu representative dari perwakilan seluruh umat manusia untuk menjalankan apa yang gagal dijalankan oleh Adam. Inilah yang menjadi ketaatan Kristus. Ketika kita melihat Kristus taat, Dia taat di dalam dua aspek ini menjadi satu. Yang pertama Dia taat untuk menanggung seluruh murka Allah yang timpa seharusnya kepada Adam dan keturunannya dan juga keturunan Adam seluruhnya, maka Kristus harus taat di dalam hal ini. Dia dengan pasif menerima seluruh tuntutan murka Allah, keadilan Allah yang seharusnya ditimpa secara total kepada Adam dan keturunannya. Tetapi bukan itu saja, ketaatan Kristus bukan saja pasif, tetapi ketaatan Kristus juga adalah ketaatan yang aktif. Kristus aktif menjalankan seluruh apa yang menjadi kehendak Allah yang tadinya gagal dijalankan dan digenapi oleh Adam. Itulah sebabnya di atas kayu salib Yesus Kristus mengatakan, “Sudah genap.” Kenapa genap? Karena Dia adalah satu Pribadi yang menerima seluruh hukuman itu dan juga satu Pribadi yang menjalankan seluruh tuntutan itu. Adam sebagai manusia itu gagal, maka harus ada manusia sejati yang lain yang harus menggantikan posisi Adam. Itulah sebabnya Kristus Yesus harus lahir sebagai seorang bayi, berdarah daging seperti engkau dan saya. 

Saudara-saudara, perhatikan baik-baik di bawah ini. Natal adalah bicara mengenai pentingnya manusia. Bicara mengenai Natal adalah bicara mengenai the Theology of men. Manusia, perannya itu tidak mungkin bisa digantikan oleh binatang, tidak mungkin bisa digantikan oleh malaikat, tidak mungkin bisa digantikan oleh penghulu-penghulu Archangel, malaikat. Manusia memiliki satu posisi yang penting sekali yang tidak mungkin tergantikan, yang harus dikerjakan oleh manusia itu di tengah-tengah dunia sebagai wakil Allah, sebagai penentu perkembangan Kerajaan Allah. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik, Adam sebagai manusia gagal, maka penyelamatan harus lahir dari seorang manusia. Ini adalah suatu prinsip yang luar biasa penting tentang Natal. Ketika kita bicara tentang Natal, sekali lagi, biasanya kita bicara berkenaan dengan bintang, pohon Natal, Betlehem. Saudara lupa satu hal yang penting sekali, Natal adalah bicara berkenaan menjadi manusia itu seperti apa. Saudara-saudara, Yesus Kristus, pribadi ke-2 Tritunggal itu menjadi manusia, Alkitab tadi dikatakan Dia adalah Juruselamat. Dia adalah Kristus, artinya adalah diurapi. Dia adalah Tuhan itu sendiri, Pencipta langit dan bumi. Tetapi Dia lahir di palungan, dikelilingi oleh binatang, tempat yang kotor, tempat yang hina, dikelilingi oleh gembala pada waktu Dia lahir. 

Saudara-saudara pada pagi hari ini saya mau untuk saudara-saudara memikirkan dua hal ini. Yang pertama adalah lihatlah Yesus Kristus yang ada di palungan itu. Saudara perhatikan, pusatkan mata kita di kandang itu. Kristus di palungan, Kristus di palungan, manusia yang sejati, Allah yang sejati, di palungan. Kristus Yesus adalah inti iman kita tetapi Dia bukan saja inti iman kita, Dia menjadi contoh bagaimana seharusnya manusia itu hidup. Kristus Yesus mengajarkan nilai seorang manusia itu ditentukan dari apa. Saudara-saudara, saya mau tanya kepada saudara-saudara, engkau dirimu itu ditentukan oleh apa? Siapa atau apa yang mendefinisikan hidupmu? Saudara-saudara, para filsuf, terus menerus, ribuan tahun sampai sekarang, terus menerus, satu masalah yang dipikirkan adalah bicara mengenai ‘sebenarnya manusia itu siapa, aku ini siapa’. Saudara-saudara, kalau saudara mempelajari bidang filsafat, saudara-saudara dari sejak abad pertama sampai sekarang, kalau ada filsuf-filsuf yang terbaru sekalipun, selalu pembahasannya bukan galaksi, pembahasannya adalah sesungguhnya manusia itu siapa. Kita bicara tentang hal ini tidak ada habis-habisnya karena hal ini adalah pertanyaan yang berusaha untuk dijawab berabad-abad sampai sekarang. 

Tetapi saudara-saudara melihat kembali apa yang terjadi di Betlehem. Dan saya tidak bicara panjang lebar tentang hal ini, saya akan langsung masuk ke dalam poinnya. Sesungguhnya manusia itu diukur dari apa? Manusia bukan diukur dari apa yang dia pikir, manusia bukan diukur dari apa yang dia makan, manusia juga bukan diukur dari apa yang dia punya. Saudara perhatikan baik-baik, saudara-saudara dan saya diukur tentang dari satu tongkat ini, ini adalah satu standard dari Allah bagi seluruh umat manusia. Bukan apa yang kau miliki, bukan siapa yang saudara kenal di bumi ini, bukan uang berapa banyak yang engkau dapatkan, bukan posisi apa yang engkau dapatkan di dunia ini. Engkau dan saya hanya diukur oleh Allah dari satu kacamata ini; bagaimana respon kita kepada Dia, bagaimana reaksi kita kepada Allah. Yesus Kristus adalah manusia yang sejati dan Dia datang di palungan, di tempat yang hina, di tempat yang sangat kotor, di tempat yang hina, tetapi Dia mulia. Dia tidak punya apa-apa, tetapi tidak punya apa-apa itu, tidak mendefinisikan Dia. Dia tidak punya orang-orang yang berelasi yang mendukung Dia, tetapi orang-orang yang tidak punya koneksi apapun itu, tidak mendefinisikan Dia. Allah berkenan atas hidup-Nya karena seluruh kehendak Allah jadi di dalam hidup-Nya. Sebagai manusia yang sejati Dia menyatakan seluruh kebenaran apa yang Allah itu kehendaki digenapi di dalam diri-Nya, Dia tidak sama dengan Adam yang gagal. Dia melakukan seluruh kehendak Allah, dan di situ adalah nilai-Nya. Dia bereaksi dengan tepat kepada Allah di dalam ketaatan. 

Saudara-saudara, kalau kita, begitu uang kita kurang saja, hati kita gelisahnya luar biasa dan kalau saudara coba untuk banyangkan, saudara lepaskan itu, apakah kita masih bisa berani berdiri kokoh? Saudara di dalam anugerah Tuhan, maka kami hamba-hamba Tuhan harus bisa belajar untuk mengoreki, mengevaluasi apa yang terjadi sesungguhnya di dalam hati kami. maka orang-orang Puritan mengajarkan kepada kami bagaimana menginstropeksi diri. Itulah sebabnya orang Puritan itu matanya jeli dan dia disebut sebagai dokter dari pada jiwa. Dia mengerti seseorang ini berlaku seperti ini karena jiwanya seperti apa. Dia mengatakan ini karena di dalam hatinya seperti apa, itu bukan ilmu psikologi, tetapi itu ilmu biblical karena dari Alkitab kita akan diajar untuk mengenal Allah dan mengenal diri. 

Saya menemukan begitu banyak orang dengan kalimat-kalimat yang luar biasa sombong karena dia itu berpijak di dalam kekayaannya. Ada orang yang berani mengatakan satu kalimat, saya pikir engkau mengatakan kalimat ini kenapa? Kenapa engkau berani mengatakannya? Ujung-ujung, pikir-pikir, apakah dia rohani? Jawabannya adalah tidak. Apakah dia begitu dekat sama Tuhan jawabannya tidak, apakah berdasarkan ketaatan? Tidak. Apakah dia punya pengalaman pelayanan yang begitu lama di dalam gereja dan dia berkeluh kesah dan dia memeras keringat, dia berkorban habis-habisan karena mencintai gereja? Tidak. Kenapa dia berani mengatakan kalimat itu? Saya ketemu satu hal, karena punya uang. Coba uang itu tidak ada, tak mungkin dia berani menghina orang lain. Kita harus bertobat, kenapa uang kita menentukan identitas kita? Kenapa pencapaian kita menentukan pribadi kita? Engkau menentukan esteem kekuatan jiwa kita berdasarkan sesuatu hal yang musnah. 

Palungan mengajarkan kepada kita apa artinya seorang manusia? Apa seharusnya tolak ukur hidup kita? Jangan karena kekayaan, jangan karena kesejahteraan, jangan karena segala sesuatu di dunia kita pegang sehingga kita berani melangkah. Kalau sungguh-sungguh kita itu mengenal Kristus Yesus yang membuat kita berani menatap masa depan adalah karena kita mau belajar taat kepada Dia, karena kita mau bergantung sepenuhnya kepada Dia. Martin Luther mengatakan kalau saya setiap pagi tidak berdoa lama 3 jam kepada Tuhan, saya keluar dari rumah saya, saya pasti gemetar. Banyak dari antara kita, orang yang tidak mau berdoa, kita pikir doa itu cuma aktifitas sampingan dari gereja, luar biasa sombong. Saya mau tanya saudara kenapa berani keluar rumah? Karena sehat? Karena kuat? Karena kekayaan? Semua itu saudara dan saya sandarkan pada sesuatu yang bisa rubuh. Yesus Kristus di hari Natal datang di dunia ini, di tempat palungan. Palungan tidak menentukan nilai hidup-Nya, Betlehem adalah kota yang kecil, kalau tidak dipuja-puji oleh orang Kristen masa kini, Betlehem itu nothing. Nazaret itu kota yang tidak ada apa-apanya, bahkan murid Yesus itu sendiri mengatakan,”Apakah ada yang baik yang keluar dari Nazaret?” Saudara, semua itu tidak mendefinisikan Kristus itu siapa. Natal, pada hari ini kita memperingatinya, biarlah kita boleh mencontoh bagaimana Kristus Yesus itu hadir. Dia tidak terpengaruh dengan seluruh kepemilikan-Nya di bumi tetapi Dia itu mulia karena Dia itu taat pada kehendak Allah. 

Saudara saya akan bicara mengenai hal yang ke-2 dan pagi ini saya akan memfokuskan lebih banyak dalam hal ini. Yang pertama tadi saya membawa saudara untuk melihat Kristus Yesus yang ada di palungan. Tetapi yang kedua saudara-saudara saya mau membawa saudara-saudara untuk melihat palungan itu yang berisi Kristus di dalamnya. Saudara coba pikirkan kehidupan Kristus Yesus itu ada dua tempat yang luar biasa begitu jelas bersinar, yang pertama adalah palungan, yang kedua adalah salib. Saudara coba pikirkan, mana ada pendiri agama yang memiliki hal-hal ini dalam hidupnya. Saudara-saudara sekali lagi, dua tempat yang pertama adalah palungan dan yang kedua adalah salib dan dua tempat itu menyatakan kemiskinan, menyatakan kehinaan, bicara mengenai tempat yang terrendah, bicara berkenaan dengan penderitaan kesakitan dan ini bukan bicara mengenai simbol saudara, ini bicara mengenai realita. Saudara-saudara di Betlehem maka Yesus itu turun dari surga ke dalam dunia, dari diri-nya yang tidak terbatas menjadi terbatas dan Dia rela masuk ke dalam penderitaan dan kehinaan hidup manusia. Saudara perhatikan baik-baik kalimat di bawah ini; Yesus Kristus bukanlah manusia yang lahir di dalam penderitaan dan berjuang untuk lepas dari penderitaan. Tetapi Yesus Kristus adalah Allah yang suci yang mulia yang hadir, yang masuk secara aktif di tempat yang paling hina dan menderita. Sekali lagi saudara-saudara, bahwa Yesus bukan lahir di tempat yang hina dan Dia berusaha seumur hidup melepaskan kehinaan-Nya, di tempat yang menderita dan seumur hidup bagaimana untuk Aku lepas dari penderitaan, tetapi Yesus Kristus datang dari surga Dia adalah Allah yang suci yang mulia itu, secara aktif turun ke tempat yang hina dan menderita. 

Saudara-saudara, Betlehem adalah tempat yang sangat-sangat rendah dan palungan itu begitu sangat hina dan kalau saudara-saudara mendengar yang tadi kita bacakan maka saudara melihat bahwa di sekeliling Yesus Kristus itu adalah para gembala. Dan kita tau siapa itu gembala, dan tatanan pekerjaan di Israel itu adalah tatanan yang paling rendah. Dan orang menjadi gembala itu adalah orang yang sudah tidak keterima kerja ke manapun saja, dan sebagian dari gembala itu adalah ex-narapidana. Jadi orang-orang yang berada di penjara kemudian lepas dan mencari kerja di manapun saja dia tidak bisa dipercaya. Dan kalau saudara melihat salib, salib adalah tempat orang yang dihina. Orang yang kalah, orang yang sebagian besar melakukan kejahatan. Ya, kadang mereka ada yang dituduh meskipun tidak melakukan itu, tetapi sebagian besar itu adalah benar-benar penjahat dan di dua tempat itulah Yesus Kristus datang. Dia datang mengunjungi orang-orang yang hina, yang gagal. Dia datang ke tempat orang-orang pecundang. Kalau saudara-saudara melihat palungan, saudara membayangkan itu, dan saudara-saudara membayangkan salib, saudara akan menemukan seluruhnya adalah gabungan orang-orang kalah dan menderita. Tetapi Allah, di dalam Kristus Yesus, aktif masuk di dalam tempat hina dan penderitaan ini. Saudara-saudara perhatikan baik-baik kalimat di bawah ini Dia hadir di palungan dan salib menyatakan Allah di surga itu begitu dekat dengan kita orang-orang yang kalah, hina dan orang-orang yang jahat. Dia rela turun dan masuk ke dalam tempat yang gelap dan menderita ini untuk menyertai kita di dalam penderitaan karena Dia adalah God with us. Dan bukan itu saja, Dia akan mengubah penderitaan dan kehinaan kita menjadi kemuliaan. 

Saudara-saudara, inilah kehebatan Kristus yang tidak dimiliki oleh seluruh pendiri agama. Seluruh pendiri agama sebaik apapun berusaha untuk menghindarkan kehinaan, penderitaan, kesepian, malu yang besar, kekalahan tetapi Kristus datang untuk semuanya itu, menyertai kita dalam seluruh aspek hidup tersebut, dan kemudian mengubah setiap bagian yang menderita tersebut menjadi kemuliaan. Dan di mana kemuliaan-Nya? Kemuliaan-Nya adalah di Betlehem dan juga di salib, meskipun dua tempat itu adalah tempat yang menderita dan malu yang besar, adalah tempat di mana kehendak Allah akhirnya digenapi. Hanya di dalam Kristus ada jawaban atas penderitaan, ada jawaban atas kekalahan, ada jawaban atas kehinaan yang kita miliki. Kita, kalau hidup kita kalah, kita pecundang atau kita melakukan suatu kesalahan dan kemudian kita hina atau menjadi penjahat dan kemudian kita mengatakan, “Habis hidupku ini adalah titik akhir, habis.” Saya katakan kepada saudara-saudara, Alkitab mengajarkan kepada kita ya, habis kalau saudara tidak melibatkan Kristus di dalamnya, tetapi itu tidak akan habis kalau saudara dan saya melibatkan Kristus di dalamnya. Karena Dia akan menyertai kita dan akan mengubah seluruh kehinaan dan penderitaan itu menjadi sesuatu yang mulia karena Allah akan menggenapi rencana-Nya. Dia menyertai kita di dalam penderitaan kita dan mengubah penderitaan dan kehinaan itu menjadi kemuliaan. 

Kisah ini sungguh-sungguh terjadi. Suatu hari Ellie Wiesel mengisahkan ini di dalam essay-nya, pengalaman yang benar-benar terjadi, dialaminya ketika dia menjadi seorang tawanan di Auschwitz,Nazi. Suatu hari, dia melihat seorang tawanan itu diseret dan dieksekusi dan seluruh orang yang lainnya harus menonton tawanan yang dieksekusi ini. Dan ketika tawanan itu digantung di tiang gantungan, maka dia merontak, menendang ke sana ke sini, dia begitu sangat kesakitan dan sekarat. Itu adalah pengalaman yang sangat mengerikan ditonton oleh ratusan orang dan tiba-tiba di belakang Ellie Wiesel itu ada seorang Yahudi yang dengan suara yang lirih dan putus asa dia mengatakan, “Di mana Allah? Di mana Allah?” Bahasa yang lirih ini adalah suatu teriakan persis seperti seorang anak kecil yang kehilangan mamanya lalu kemudian dia berjalan berlari sendiri di tengah kerumunan orang banyak dan kemudian terjatuh dan kemudian dia menangis dan berteriak, “Mama, Mama.” Ketika orang tersebut digantung dan ditonton oleh orang banyak di tengah seluruh rintihan dan pergumulannya dan sebentar lagi mati, orang di belakang Ellie Wiesel itu mengatakan di mana Allah dan ketika Ellie Wiesel itu kemudian mendengar suara yang lirih itu, tiba-tiba ada satu suara kecil dari hati nuraninya dan suara itu berbicara “Di situ, di tiang gantungan itu Allah berada Dia berada bersama dengan orang itu.” Di situ, di Bethlehem, di salib, di tengah-tengah seluruh hinaan, perendahan yang luar biasa, kesakitan penderitaan Allah tepat ada di tengah-tengahnya. 

Hanya di dalam kekristenan ada jawaban terhadap seluruh penderitaan umat manusia. Hanya di dalam kekristenan hanya di dalam Kristus Yesus maka saudara dan saya akan menemukan jawaban di tengah-tengah seluruh keputusasaan. Karena Allah kit,a Allah yang turun ke tempat yang paling memalukan dan paling menderita. Hidup ini adalah hidup yang menderita karena dosa sudah masuk kecuali Yesus Kristus itu datang maka kita masuk ke dalam jurang penderitaan yang tidak ada batasnya. Penderitaan akan merenggut seluruh makna hidup kita tidak ada makna di dalam penderitaan, tidak ada makna di dalam kegagalan, tidak ada makna dalam kehinaan, tidak ada makna dalam kemiskinan kecuali Kristus datang di dalamnya. Apakah ada makna dalam penderitaan? Bethlehem memberikan makna itu, salib memberikan makna itu dan di dalam Kristus apapun bentuk hinanya kita, apapun bentuk kalahnya saudara dan saya, apapun itu bentuk penderitaan yang kita alami, Kristus akan memberikan kepada kita tujuan hidup yang lebih tinggi yaitu; kehendak Allah akan digenapi. Itulah salib dan itulah Bethlehem. 

Saya akan menutup khotbah ini dengan suatu cerita dan cerita ini merupakan satu analogi dalam hidup kita, bicara mengenai manusia yang memiliki mimpi mimpi dan pengharapan seluruh dari saudara memiliki mimpi-mimpi dan pengharapan. Tapi sering sekali bahwa mimpi dan pengharapan itu kemudian hancur berkeping-keping. Penderitaan masuk dalam hidup kita namun biarlah kita tahu bahwa Allah tetap memegang penderitaan itu dan di dalam Kristus, Dia merangkainya lebih mulia daripada mimpi kita yang sebelumnya. Tujuan-tujuan-Nya tergenapi dan tujuan-tujuan-Nya lebih mulia daripada apa yang sebelumnya kita pikirkan. 

Ada 3 pohon besar ada di dalam sebuah hutan dan mereka saling berbicara satu dengan yang lain dan mereka mendiskusikan mengenai satu hal ini kamu punya cita-cita apa? Lalu kemudian pohon yang pertama mengatakan, “Aku menginginkan suatu hari suatu hari aku bisa dibentuk menjadi satu tempat di mana seluruh permata dan berlian yang indah itu ada aku ingin menjadi kotak permata kotak berlian itu.” Lalu kemudian apa cita-citamu hai pohon yang ke-2? Dan kemudian dia mengatakan, “Engkau tahu aku besar, aku kuat. Aku ingin dibentuk menjadi satu kapal yang gagah yang megah dan dimana nanti begitu banyak orang dan raja-raja dan ratu-ratu di dunia menaiki kapalku dan aku bisa melindungi mereka sepanjang mereka dalam perjalanan.” Dan kemudian apa keinginanmu hai pohon yang ke-3? Lalu kemudian pohon yang ke-3 adalah pohon yang gagah, yang tinggi, paling gagah dari antara seluruh pohon yang ada di hutan itu dan dia adalah pohon yang sangat-sangat besar kuat sekali. Apa cita-citamu? Lalu kemudian pohon ke-3 mengatakan, “Aku ingin untuk tetap di sini, aku tidak ingin dipotong untuk menjadi apapun saja supaya aku terlihat gagah diantara seluruh pohon yang lain”. 

Beberapa bulan kemudian berlalu dan ada orang yang kemudian menebang daripada pohon yang pertama dan dibawa ke tempat tukang kayu. Wah pohon yang pertama senang, “Ah, aku akan dibuat sebuah kotak permata.” Ternyata tidak, ternyata pohon yang pertama dibuat tempat makan daripada sapi. Lalu kemudian pohon yang pertama sedih, kenapa aku tidak indah kalau aku adalah kotak permata aku akan luar biasa indah bukan, ini tempat makan sapi, tempat makan domba bukannya permata yang diletakan, jerami yang diletakan di atasnya. Pohon yang ke-2, dia pikir dia akan ditebang lalu kemudian menjadi satu dari kapal yang besar. Ternyata tidak, dipotong sana-sini jadi kapal kecil, jadi kapal nelayan setiap pagi dipakai untuk memancing saja. Dan pohon yang ke-3 tiba-tiba ada orang yang datang dan memotong dia seluruh mimpinya hancur dan kemudian dia dipotong-potong dan kemudian dimasukkan di dalam gudang selama beberapa bulan. Setelah beberapa bulan kemudian itu berlalu. Ketiga pohon itu sudah melupakan mimpinya pengharapannya tidak tercapai mereka adalah pohon-pohon yang gagal memenuhi keinginannya. 

Tiba-tiba malam hari itu pohon yang pertama yang tempat makan binatang itu mendengar ada laki-laki dan perempuan mengetok pintu penginapan itu, “Bapak, ada tempat penginapan buat isteriku sebentar lagi akan melahirkan?” Dan orang itu kemudian mengatakan, “Tidak ada tempat, tidak ada kasur lagi disini, kalau ada, tempat makan binatang itu.” Dan pohon yang pertama itu kemudian memperhatikan suami isteri, laki-laki dan perempuan itu kemudian masuk ke dalamnya, mengambil seluruh jerami di tempat dia yang kotor itu membersihkan sedemikian rupa dan mengambil jerami yang bersih dan kemudian perempuan itu melahirkan tepat di depan pohon pertama itu dan kemudian meletakan bayinya di tempat pohon yang pertama itulah palungan tempat Yesus diletakkan. 

Beberapa puluh tahun kemudian, pohon yang ke-2 yang jadi kapal kecil itu dia sudah melupakan seluruh mimpinya, “Aku gagal, aku gagal dalam hidup, aku cuma orang yang kecil yang hina yang tidak akan diperhatikan oleh siapapun.” Sampai suatu hari ada beberapa belas orang datang diatas kapal tersebut dan satu orang mengatakan bertolaklah ke tempat yang jauh. Dan kemudian murid-muridnya mengikuti Dia. Dan kemudian orang itu tertidur dan tiba-tiba danau itu menjadi gelap dan seluruh halilintar itu menyambar dan seluruh air itu menjadi goncang, ombak demi ombak itu datang kapal yang kecil ini yang bercita-cita untuk melindungi raja dan ratu itu tidak berdaya, “Bahkan aku tidak bisa melindungi nelayan yang hanya beberapa belas ini di atasku, aku gagal dan sebentar lagi aku akan tenggelam dan pecah”. Sampai kemudian tiba-tiba satu orang itu tadi yang disebut sebagai guru itu bangun. Dan kapal ini memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh orang itu orang itu melihat seluruh ombak dan seluruh dari langit yang gelap itu, dan kemudian mengatakan satu kalimat “Diam!” dan tiba-tiba seluruh tempat itu menjadi tenang. Kapal itu hancur hidupnya dan cita-citanya tidak lagi bisa memikirkan seorang raja atau ratu yang akan dilindunginya, sampai hari itu, dia tahu Raja di atas segala raja naik di dalam hidupnya. 

Kayu yang ke-3 sudah melupakan hidupnya bahkan tiba-tiba ada tentara romawi masuk ke dalam gudang itu dan mengambil kayu itu. Dan meletakkannya di punggung seorang tahanan dan kemudian tahanan itu melangkah maju satu langkah demi satu langkah menuju kepada bukit itu. Dan kemudian kayu itu mendengar bagaimana orang itu sangat-sangat berkeluh kesah karena paku itu ditancapkan dan setelah itu dia diangkat tinggi. Oh, kayu itu menginginkan dirinya menjadi satu kayu besar dan semua orang memandang kemuliaan-Nya. Dan seluruh harapannya hancur tetapi dia tidak tahu bahwa sekarang seluruh umat manusia memandang dia untuk mendapatkan keselamatan salib Yesus Kristus. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik seluruh pengharapannya hancur seluruh penderitaan itu datang seluruh daripada hinaan, cercaan itu ada mereka seluruhnya pecundang tetapi di dalam Kristus maka seluruhnya di balik menjadi kemuliaan. Itu Bethlehem. 

Apakah ada jawaban dari penderitaan di tengah-tengah manusia? Apakah ada jalan keluar ketika saudara dan saya sudah gagal dalam hidup? Kalau saudara sudah merasa tidak berguna, mungkin saudara sudah senior, saudara pikir engkau sudah digeletakkan, tidak ada lagi gunanya harganya hidupmu, atau engkau pernah melakukan kesalahan yang besar seperti penjahat itu, atau dosa yang luar biasa dalam itu. Atau bahkan engkau dengan seluruh keterbatasan tubuhmu, wajahmu dan segala kepandaianmu yang engkau sendiri setiap kali dealing dengan orang itu meremehkan dan menghina engkau. Apakah ada jawaban keluar dari seluruh masalah ini? Apakah agama membereskannya? Tidak. Kecuali Yesus Kristus, engkau letakkan di dalam titik tengah penderitaan kita. Kecuali airmata kita di bawa di tangan-Nya Yesus Kristus. Dan engkau akan melihat bagaimana kekuatannya membalik seluruh hidup kita menjadi kemuliaan karena kehendak Allah terjadi di dalam hidup kita. Terimalah Anak itu terimalah Dia di palunganmu. Di dalam hatimu yang gelap, di dalam hidupmu yang sulit dan penuh penderitaan dan lihatlah bagaimana Dia bekerja dengan kemulian-Nya. Selamat Natal. Mari kita berdoa.


Matius 26:6-13, Yohanes 12:3-5, 7
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more