Matius 27:3-5, Yohanes 13:27
Yesus adalah manusia yang penuh dengan penderitaan (Man of sorrow). Apa penderitaan Kristus yang terbesar? O, begitu banyak. Tetapi, ada 4 hal yang paling utama. Penderitaan Kristus yang pertama adalah dia ditinggalkan oleh Bapa di surga. Di atas kayu salib, Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Ini adalah kalimat yang kalau saudara-saudara mengerti prinsip biblical, saudara dan saya tidak akan bisa mengertinya secara tuntas. Kalimat ini mencengangkan. Bahkan Martin Luther menggebrak meja dan mengatakan, “Siapa yang bisa mengerti kalimat ini?” Ini adalah kalimat yang paling ditakuti Yesus, ketika dia ada di Taman Getsemani. Ditinggalkan oleh Bapa di surga. Dia tidak takut apa pun saja. Dia tidak takut akan Pilatus. Dia tidak takut akan pedang. Dia tidak takut akan penderitaan. Dia tidak takut ditinggalkan oleh seluruh murid. Dia sedih tentu, tetapi Dia tidak takut untuk itu. Tetapi, Dia takut ketika Dia ditinggalkan oleh Bapa di surga. Ini terbalik dengan kita semua. Kita takut miskin. Kita takut ditinggalkan teman. Kita takut disalah mengerti. Kita takut dihina. Kita takut kepada manusia. Kita takut kepada penguasa. Tapi, kita tidak takut kalau berdosa! Apa yang menjadi penderitaan Kristus yang terbesar? Ditinggalkan Bapa di surga.
Hal yang ke-2. Dia inkarnasi dan mengenakan tubuh dengan peta teladan dosa. Dia tidak mengenakan tubuh seperti Adam sebelum jatuh ke dalam dosa. Tetapi, Dia mengenakan tubuh seperti Adam setelah jatuh di dalam dosa, meskipun Dia tidak berdosa. Itulah sebabnya, Dia menggunakan tubuh yang bisa mati. Tubuh yang bisa menua. Dia menggunakan tubuh yang bisa mengalami seluruh beban dan penganiayaan dan stres yang terjadi. Yang tadinya roh, kemudian mengenakan tubuh. Bukan tubuh yang cemerlang, tetapi tubuh yang berpeta teladan dosa. Apa penderitaan Kristus yang lain?
Yang ke-3 adalah Dia direndahkan, Dia dipermalukan, dipaku di atas kayu salib dan dimatikan. Pencipta hidup begitu dihina sampai harus semua orang melihat Dia mati. Dia dilucuti pakaian-Nya, kemudian dipaku di atas kayu salib secara telanjang di depan semua orang! Yang duduk di atas takhta Allah dan seluruh makhluk surgawi menyembah-Nya. Sekarang seluruhnya dilucuti, ditelanjangi, dicambuk, diludahi, disalib, dan dimasukkan dalam kubur. Luar biasa penderitaan ini! Luar biasa penghinaan ini! Apa penderitaan Kristus yang lain?
Salah satu penderitaan terbesarnya adalah hal yang ke-4 ini, yaitu hidup di tengah-tengah orang berdosa. Pada pagi hari ini saya membawa saudara-saudara untuk memikirkan apa yang dialami Yesus saat hidup di tengah-tengah orang berdosa, yaitu Yudas. Orang yang bersih, yang sangat-sangat bersih. Ada sedikit debu saja, langsung dilap. Satu kamar dengan orang yang jorok itu penderitaan besar. Seseorang yang pekerja keras, rajin, cepat, praktis, taktis. Satu tim sama orang yang kerja lambat, lelet, malas, itu penderitaan. Beberapa waktu yang lalu, anak saya datang marah-marah, saya tidak bisa hibur. Dia bicara, “Saya satu tim, kalau tidak salah 3 atau 4 orang. Saya kerjakan semuanya dengan terbaik. Kemudian sudah waktunya untuk dikumpulkan. Ini adalah kerja tim. Tapi teman saya itu, dia tidak kerjakan apa-apa dan terakhir dia langsung kerjakan, semuanya salah. Hasilnya kerja tim itu jelek!” Itu penderitaan, saudara. Baru itu saja, kita sudah marahnya luar biasa.
Yesus sama Yudas. Orang yang jujur bertemu sama orang yang curang, belat-belit, menyembunyikan sesuatu, itu penderitaan. Pengajar, pengkhotbah yang benar bertemu sama pengajar sesat yang palsu, itu penderitaan. Sekarang bayangkan apa yang terjadi kepada Yesus. Satu tim dengan Yudas selama 3,5 tahun. Itu penderitaan yang terbesar. Itu duri di dalam daging. Itu debu di mata. Tetapi, Dia tidak singkirkan. Beberapa waktu yang lalu, saya jengkel sekali dengan seseorang. Hati saya meluap-luap dengan kemarahan. Karena saya menyadari orang tersebut tidak tulus, tidak jujur. Dia menyembunyikan sesuatu motivasi yang jahat. Tetapi kemudian munculnya itu adalah dalam bentuk pelayanan. Di dalam posisi saya sebagai gembala di sini, saya ingin sekali untuk menyingkirkan dia. Saya ingin sekali membuat dia keluar dari seluruh tim yang ada. Tetapi, Firman seperti ini muncul dalam hati saya dan itu menghancurkan hati saya. Sepanjang dari tempat duduk ketika Firman itu muncul, sampai saya jalan ke dalam rumah saya, saya terus bertanya, saya terus bicara. “Tuhan, saya tidak mengerti, kenapa Engkau mau seperti ini?” Engkau mudah sekali untuk bisa keluar dari Yudas, mudah sekali untuk menyingkirkan dia. Tetapi di dalam rencana keselamatan-Mu, malah Engkau membawa dia masuk ke dalam tim-Mu. Saya bisa mengerti Tuhan, kalau Engkau membawa seseorang yang tidak terlalu bertalenta, tetapi jujur dan tulus. Saya sendiri menyukai orang-orang seperti itu. Saya mengasihi mereka. Tetapi, Engkau dengan sengaja membawa orang yang tidak jujur, yang belat-belit, yang tidak tulus, masuk ke dalam Engkau punya tim, untuk menjalankan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini. Saya tidak mengerti Engkau, Tuhan. Saya tidak kenal Engkau. Kau terlalu mulia. Terlalu indah. Terlalu hormat. Mengizinkan orang-orang seperti ini ada, masuk di dalam satu tim dengan Engkau.
Yudas itu pencuri. Yudas juga penghasut. Dia menghasut murid-murid yang lain waktu itu untuk mencerca Maria dari Betania yang membawa minyak narwastu dan mengurapi Yesus. Setelah dia menghasut seluruh murid, kemudian mereka marah kepada perempuan ini. Saudara bisa membayangkan kemudian Petrus mengatakan, “Untuk apa pemborosan ini?” Seluruh murid bahkan tidak bisa untuk mengerti, menyelami kerohanian dan hati Yudas. Yudas menggunakan kalimat-kalimat teologis untuk maksud menutup kejahatannya. Bukan itu saja kita tahu semua, dia mengkhianati. Tanpa sepengetahuan murid-murid yang lain, dia pergi ke musuh, ke iman-imam kepala dan tua-tua, berkomplot dengan mereka dan menjual Yesus. Pada malam hari itu, ketika Yesus ditangkap, Alkitab mengatakan dia berpura-pura baik datang ke Yesus dan mencium Yesus. Kita bisa mengerti Yesus bertindak seperti itu, kalau Yesus tidak tahu. Tetapi kalau Yesus tahu dan memang Yesus tahu, saya yakin sekali Yesus sebenarnya sangat jijik di dalam hatinya.
Saya ambil contoh, supaya saudara mengerti maksudnya. Kalau suami dan istri, kemudian suami pulang dari tempat kerja dan sampai di rumah memeluk istri dan menciumnya, saudara pasti akan senang bukan? Tetapi kalau istri ini sudah tahu bahwa suami ini baru saja keluar dari tempat selingkuhannya, dan datang, memeluk dan mencium, saudara jijik atau tidak? Saya membuat saudara dan saya melihat realitasnya seperti apa, itu bukan cuma sekedar terima ciuman. Sudah pasti ada kejijikan di dalamnya. Dan yang makin saya tidak bisa mengerti lagi, kenapa Yesus rela ditangkap dan masuk ke dalam strategi yang dibuat oleh Yudas. Perhatikan, kalau saudara-saudara membaca sejarah. Saudara akan menemukan di dunia ini ada orang-orang yang sungguh-sungguh berhikmat. Orang berhikmat salah satunya adalah orang-orang yang mampu meloloskan diri dan menghancurkan musuhnya pada saat yang tepat dengan kalimat yang tepat.
Saya ambil satu contoh di dalam Alkitab, yaitu Mordekhai. Kita tahu semua, Mordekhai, Ester dan seluruh orang Israel mau dihabisi oleh rencana Haman. Haman mau menyembelih semua orang Israel. Haman begitu dekat dengan raja. Sebaliknya, Mordekhai dan Ester sama sekali tidak ada yang dekat dengan raja. Mordekhai kemudian memikirkan bagaimana, pada saat apa, dan siapa yang akan maju bicara kepada raja? Jika waktunya salah, maka akan gagal. Jika orangnya salah, maka akan gagal. Jika caranya salah, maka akan gagal. Seluruhnya digabung, harus tepat. Meleset sedikit, Israel mati. Karena Haman akan lepas. Dan, waktunya sangat, sangat singkat. Seluruhnya ini hikmat, saudara. Kalau saudara dan saya ada pada posisi Mordekhai, maka saudara tahu bahwa kemungkinan berhasil itu hanya berapa? Nol koma sekian persen saja. Hikmat lain daripada kepandaian. Hikmat, menerapkan seluruh kepandaian di dalam waktu dan tempat yang tepat. Untuk tahu tempat dan waktu yang tepat dan kepandaian mana yang harus digunakan, maka Alkitab mengatakan, “Fear of the Lord is the beginning of the knowledge.” Jikalau kita tidak memiliki takut akan Allah, maka kita tidak mungkin memiliki hikmat. Jikalau kita tidak memiliki takut akan Allah, maka dari seluruh kepandaian itu kita akan memilih kepandaian yang salah dan menempatkannya pada tempat dan waktu yang salah. Maka satu hal prinsip pertama dalam hidup anak-anak Tuhan dicatatkan dalam Alkitab. Jikalau kita mau berhasil, maka milikilah hati yang sepenuhnya mau takluk kepada Allah! Hati jangan mendua. Sembahlah Dia dengan sungguh-sungguh. Fear of the Lord is the beginning of the wisdom.
Sekali lagi, lihat ada orang dunia ini yang memiliki hikmat yang besar seperti ini, mengalahkan musuh di saat-saat terakhirnya. Dan, Yesus bisa lakukan itu bukan? Tetapi tidak, bahkan sampai akhirnya pun tidak. Apa yang Yesus lakukan? Yesus membuat seluruh kehendak Yudas jadi. Aneh sekali. Sekali lagi, di dalam perenungan saya, saya berkata pada Tuhan, “Saya tidak kenal Engkau.” Mengapa Engkau membuat semua kehendak Yudas itu jadi? Itu artinya, Engkau mau berada di bawah seluruh rencana Yudas. Di Perjamuan terakhir, Yesus sudah mengatakan kepada Yudas. Satu kalimat yang saudara harus camkan di dalam hatimu. Jangan sampai kalimat ini Tuhan bicara kepada kita. Jangan sampai! Yesus bicara kepada Yudas, “Apa yang engkau kehendaki, lakukanlah dengan segera.” Ini kalimat yang sangat menakutkan. Jangan sampai Tuhan bicara kalimat ini sama kita, maka di saat seperti itu dilepas, seluruh kehendak kita jadi, habis hidup kita.
Ada orang yang ingin melakukan dosa ini, kemudian Tuhan tahan. Tapi dia ngotot, Tuhan kemudian ijinkan. Di dalam konteks gereja, saya melihat begitu banyak orang, hamba-hamba Tuhan yang ingin untuk mendapatkan uang, dia tahu ketika dia mendapatkan uang dari gereja tersebut dia akan memecah gereja; tapi keinginan, ingin, ingin, sampai kemudian akhirnya bisa. Begitu bisa, dia pikir dia dapat uangnya. Habis dia! Seluruh jemaat, dengarkan prinsip ini dari Alkitab. Kalau Tuhan masih membatasi kita, puji Tuhan. Kalau Tuhan masih mencegah kita, puji Tuhan. Kalau ada doa-doa yang Tuhan tidak kabulkan, puji Tuhan. Lihatlah penderitaan Kristus, Dia mau menundukkan hidup-Nya di bawah tanda kutip ‘kehendak Yudas’. Jadi seluruh kehendak Yudas jadi, seluruh rencananya seperti apa dia inginkan jadi.
Sampai di sini, perhatikan prinsip rohani ini. Allah yang berkuasa tidak pernah memaksa. Allah berdaulat bukan? Allah berkuasa, bukan? Allah memiliki kemampuan untuk bertakhta dan mengatur semuanya. Tetapi lihat baik-baik dalam Alkitab. Lihat prinsipnya. Yang berkuasa itu tidak memaksa. Sering sekali, Allah membiarkan kehendak manusia bahkan yang paling egois, yang terjahat itu terjadi. Inilah yang menjadi kesulitan anak-anak Allah dalam melihat peristiwa-peristiwa hidup. Kenapa ini terjadi, Tuhan? Apakah Engkau masih di dalam kursi-Mu, masih di dalam takhta-Mu? Kenapa ini terjadi? Kenapa Hitler menang? Kenapa bisa jutaan orang dibunuh dengan satu tangan? Kenapa Putin sampai sekarang masih seenaknya saja membunuh? Kenapa Hamas dibiarkan menculik membunuh dengan keji orang-orang Israel? Tetapi juga kenapa Israel dibiarkan melakukan balas dendam sampai saat ini kepada orang-orang Palestina? Benjamin Netanyahu kenapa menghabisi begitu banyak orang-orang tidak bersalah? Dan kenapa DPR MPR Indonesia dibiarkan menjadi sarang semua penjahat? Itu bukan orang serakah saja, itu adalah Yudas. Dia diberikan posisi tetapi menghabisi seluruhnya. Kalau saudara dan saya membaca Alkitab dan bagaimana Yesus menghadapi orang jahat di depan-Nya, sungguh-sungguh kita tidak bisa mengerti cara berpikir Tuhan. Pemazmur itu sampai bertanya, berapa lama lagi Tuhan? Habakkuk itu bertanya, kenapa Engkau perlihatkan kepadaku ketidakadilan? Pemazmur itu berkata kenapa orang sombong, orang jahat itu tetap ada, tetap gemuk, mataku sulit untuk memandangnya, pikiranku tidak sampai untuk bisa mengertinya. Yesus mau secara total tidak memberontak, masuk di dalam seluruh strategi Yudas. Dan setelah Yesus diserahkan, tiba-tiba Yudas menyesal. Dia langsung pergi ke tempatnya Imam lagi, minta uangnya itu dikembalikan untuk dia tidak bertanggung jawab.
Di dalam Alkitab ada beberapa orang di dalam penyaliban Yesus yang berusaha mencuci kembali tangannya dan tidak bertanggung jawab. Yudas sudah menjual Yesus tetapi kemudian, “Kembalikan lagi uangku, aku tidak mau bertanggung jawab.” Imam-imam kepala juga tidak mau bertanggung jawab, “Oh, itu bukan kami, itu urusanmu.” Pontius Pilatus juga tidak mau bertanggung jawab, dia mencuci tangannya, seluruhnya tidak mau bertanggung jawab. Tetapi tidak bisa. Allah menetapkan mereka harus hidup dengan seluruh konsekuensi atas apa yang sudah mereka lakukan. Tetapi ini adalah ironinya, dan ini adalah ironi bagi semua orang yang mau untuk kehendaknya jadi. Ketika Yudas minta kembali untuk semuanya itu, imam-imam kepala dan tua-tua menyatakan, “Apa urusanmu dengan kami? Itu urusanmu sendiri.” Perhatikan baik-baik. Ini kalimat mencengangkan sekali. “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” Lihatlah bagaimana dunia dan anak-anak kegelapan membuat persahabatannya. Kelihatannya mereka bisa sekutu, kelihatannya mereka bisa sehati, pada dasarnya sesungguhnya keegoisan yang dalam tidak terkira ada pada mereka, mereka tidak peduli dengan jiwamu.
Beberapa belas tahun yang lalu, ada seseorang yang minta saya untuk pergi bertemu dengan orang yang lain. Saya pergi ke sana dan kemudian saya terkejut karena orang yang mau dipertemukan dengan saya itu ternyata adalah orang yang sudah menjadi mayat. Masih muda, gagah. Saya tanya, “Kenapa kok meninggal?” Dia mengatakan karena overdosis drug dan kemudian dia meminta bolehkah Bapak memimpin acara kedukaan, keesokan harinya kremasi. Kemudian kita berjanji besok, akhirnya dikremasi, saya datang untuk memimpin acara kremasi itu. Sedikit yang datang, tidak lebih dari 10 orang, papa mamanya juga tidak datang karena tidak berani menghadapi kematian anak ini dan sangat sedih katanya. Setelah peti itu dimasukkan di dalam pembakaran, saya menunggu pembakaran itu dan kemudian ada 1-2 orang menghampiri saya memberikan kue, memberikan minuman dan ternyata itu adalah Oom-nya. Tidak lama kemudian dia cerita, “Anak ini Pak, sebenarnya pada waktu kecil lucu, gemuk mukanya. Oh, kita seneng semuanya. Kita panggil ‘Kingkong.’ Dia sampai SMP semuanya baik-baik. Kemudian, SMA dipindahkan tempat. Begitu dipindahkan sekolah, dia dapat teman-teman yang mengajak anak ini jadi pecandu narkoba. Dari pagi sampai malam, dia pergi dan anak ini berkali-kali berantem dengan orang tuanya dan bersaksi bahwa teman-temannya itu orang yang baik, setia dan suka menolong, bahkan mereka satu gang berjanji untuk sehidup semati. Kemudian saya tanya, “Apakah ada teman-temannya? Teman-temannya ada di mana sekarang?” Lalu Oom tersebut mengatakan dengan sedih, “Tidak ada satupun yang datang, bahkan ketika dia di rumah sakit.”
Seluruh anak-anak muda perhatikan baik baik. Sekutu di dalam kejahatan bukanlah kawan yang sejati! Mereka hanya punya satu kalimat ini pada akhirnya kepadamu, “Apa urusanmu dengan aku? Itu urusanmu sendiri!” Pertamanya, seluruhnya kelihatannya harmoni, tetapi engkau akan tahu pada akhirnya ketika engkau celaka. Sebaliknya, gereja ditentukan oleh Tuhan. Dia bertakhta di sini. Kasih yang sejati ditemukan di dalam gereja. Ya, bahkan Yesus mengatakan ada serigala berbulu domba di tengah-tengah kita, tetapi tetap kasih yang sejati itu dibentuk oleh Kristus di dalam gereja dan Tuhan menjagai gereja-Nya. Yudas menangis. Yudas menyesal. Yudas memukuli diri. Dia datang ke teman-temannya, tetapi semuanya tidak peduli. “Itu urusanmu. Aku tidak peduli!” Oh, kecewa sekali! Kecewa sekali dan akhirnya dia menggantung diri. Alkitab mengatakan, “Kemudian dia terjatuh dan isi perutnya itu keluar.” Saudara-saudara perhatikan. Dari menjual Yesus, kemudian ada satu penyesalan. Dia mau membalikkan keadaan, tidak bisa. Putus asa dalam dirinya. Tetapi tidak berhenti di sini, dia kemudian menggantung dirinya.
Perhatikan satu prinsip ini. Inilah kejahatan dosa. Dosa jikalau kita ikuti, akan membawa ke satu titik yang tidak mungkin kita berbalik kecuali menuntaskan seluruh kejahatan. Pertama-tama, kita main-main dengan dosa. Tetapi begitu sampai satu titik, dosa yang akan mempermainkan kita. Saya akan kasih satu ilustrasi yang mungkin vulgar, tapi saya tidak temukan ilustrasi yang tepat yang bisa membuat saudara melihat kejijikan dosa. Di dalam takut akan Tuhan, saya berikan satu ilustrasi ini. Kalau saudara, anak muda misalnya, menonton video yang merangsang. Engkau rangsang sekali, 2 kali dan engkau terangsang. Sampai saudara-saudara kemudian tidak bisa tahan, lihat lebih lama, saudara makin terangsang sampai titik tertentu saudara tidak bisa kembali meredakan rangsangan itu, saudara harus keluarkan. Saudara mengerti maksud saya? Sampai titik tertentu. Oh, tidak, saya masih bisa menguasai. Tidak, saudara mesti mengeluarkan, dan ini yang terjadi. Sudah dijual, sampai titik tertentu dia tidak bisa tarik kembali. Setan akan mengelabui kita mengatakan, “Masih bisa kok, masih bisa.” Tidak bisa. Saudara menyesal pun, saudara tidak bisa mengembalikan arah. Seluruh arah pekerjaan kejahatan harus tuntas, harus gantung diri. Saudara jangan pikir pada waktu itu Yudas bisa punya kesempatan. Gantung diri atau tidak ya? Tidak mungkin. Itu karena seluruh harapan tertutup semuanya. Jangan main-main dengan dosa. Pada saat tertentu, dosa itu yang main-main sama kita.
Saya merenungkan seluruhnya ini. Kenapa Yesus mau hidup sama Yudas? Yudas menipu Yesus. Yudas mengkhianati Yesus. Yesus rela masuk ke dalam seluruh totalitas rencana Yudas. Tadi saya sudah katakan saya ketemu sama orang yang tidak jujur itu, saya marah. Tetapi Yesus begitu lembut hatinya Dia tidak gusar, Dia tidak marah, Dia tidak menyingkirkan Yudas, Dia membiarkan seluruh kehendak Yudas jadi. Oh, saya mengakui bahwa saya tidak mengenal Dia. Dia begitu indah, begitu mulia begitu terhormat. Lembut hati. Kenapa Dia bisa lembut hati? Adalah karena itu karakter-Nya, tetapi juga adalah karena Dia tahu, ini semua di dalam rencana Bapa. Di dalam rencana Bapa, kehendak Yudas akan dipakai sebagai sarana untuk kehendak Bapa digenapi. Ini adalah kuasa Allah yang tidak tertandingi. Dia tidak pernah kalah terhadap engkau dan saya, terhadap orang-orang yang berdosa. Jangan main-main sama Tuhan. Dia tidak pernah akan kalah sama kita. Kehendak setan dilakukan sampai tuntas seturut dengan kesukaan isi hati setan dan di titik itu kehendak Allah digenapi secara penuh. Takutlah akan Dia. Takutlah akan Dia. Mari kita berdoa.
GRII Sydney
GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more