12 November 2023
Christ and Culture (02) – Bible and Culture
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Kejadian 1:27-28, Kejadian 2:15, Bilangan 3:8

Kejadian 1:27-28, Kejadian 2:15, Bilangan 3:8

Alkitab adalah buku tentang Allah dan buku tentang kita, manusia. Alkitab mencatat hal-hal yang ada di surga, di dalam kekekalan. Tetapi Alkitab juga menyatakan apa yang Tuhan kehendaki di muka bumi ini. Beberapa minggu yang lalu, kita bicara berkenaan dengan sifat-sifat Allah dan apa yang Tuhan kehendaki. Kesucian Allah, kesetiaan Allah, hikmat Allah, the dominion of God, seluruhnya bicara mengenai pribadi Allah. Musa berbicara kepada Tuhan, show me Thy glory, nyatakan kemuliaan-Mu seluruhnya. Tetapi saat ini kita akan melihat apa yang Allah lihat dan apa yang Allah nyatakan kepada kita sebagai manusia. Calvin dan Agustinus menyatakan, mengenal Allah dan mengenal diri kita, adalah hal yang terpenting dan mereka tidak ingin tahu yang lain kecuali dua hal ini. Mengenal diri kita adalah mustahil untuk dilepaskan dari kebudayaan. Seorang manusia menjadi manusia artinya adalah menjadi seseorang yang berbudaya. Minggu yang lalu kita sudah berbicara berkenaan dengan beberapa elemen penting yang terkandung dalam satu kata, budaya ini. Sebuah budaya akan menjadi identitas kita dan menyatukan sebuah kelompok. Di dalam sebuah kebudayaan maka ada spirit zaman yang menjadi jiwa masyarakat. Pengelompokan budaya adalah pengelompokan worldview yang sama dari orang-orang tertentu. Budaya adalah hasil seluruh pikiran dan seluruh produk hasil tangan dari hidup kita. Minggu yang lalu kita sudah berbicara mengenai istilah kebudayaan dan pagi ini kita akan melihat apa yang Alkitab nyatakan tentang perjalanan manusia dengan kebudayaannya. Saya akan mengeksposisi bagian-bagian yang tadi kita baca.

Ada beberapa hal di dalam apa yang kita baca. Kejadian 1:27, Ini menjadi pangkal segala pembicaraan tentang manusia. Kalau mau tahu apa perbedaan manusia dengan seluruh makhluk yang lain, ada dalam kejadian 1:27 ini, manusia diciptakan dalam peta dan teladan Allah, image of God. Image of God itu apa artinya? Kalau kita mau membahas mengenai image of God saja, maka kita memerlukan waktu paling sedikit 4 jam setiap hari selama 3 hari. Karena image of God ini menjadi bahan pertimbangan teolog-teolog bahkan sejak bapak-bapak gereja. Image of God itu artinya apa? Seluruh teolog akan setuju dengan apa yang saya akan bicara di sini. Di dalam sejarah kuno, menjadi image of God mengandung ide representatif. Bayangkan sebuah patung, ketika seseorang raja menggempur sebuah daerah yang jauh sekali dari kerajaannya. Kemudian dia memenangkan peperangan itu, maka dia akan membuat sebuah patung dan menempatkan seorang representatifnya di sana. Lalu raja tersebut akan pulang beribu-ribu kilometer kembali. Penduduk-penduduk di daerah yang dikuasainya tidak lagi melihat raja tersebut. Mereka juga tidak tahu apa yang dikehendaki oleh raja tersebut. Jarak sudah memisahkan mereka, bagaimana seorang raja yang ribuan kilometer memerintah daerah yang sudah ditaklukkan itu? Yaitu menempatkan perwakilannya, representatifnya. Representatif itu bisa berupa sebuah patung dan semua orang-orang di hadapan patung itu menyembah. Orang yang tidak menyembah patung akan dipenggal kepalanya, karena menyembah patung sama dengan menyembah raja. Menolak menyembah patung berarti menolak menyembah raja.

Hal yang ke-2 yang dilakukan adalah menempatkan seseorang di sana, mungkin menjadi gubernur, mungkin menjadi jenderal. Orang yang menjadi representatif boleh menikmati segala-galanya, gubernur ini memiliki kemuliaan yang diberikan oleh raja yang jauh ini. Kemuliaan menjadi miliknya dan kemuliaan-kemuliaan itu menjadi privilege-nya, dia boleh melakukan apapun saja sesuai dengan kehendak hatinya, tetapi tidak melanggar prinsip raja. Dia boleh melakukan apapun saja tetapi dengan satu prinsip, seluruh kehendak raja jadi di tempat yang dia kuasai. Jadi ketika bicara mengenai image of God, tidak bisa dilepaskan dari kehendak Allah. Image of God ada menekankan kepastian bahwa kehendak Allah jadi pada daerah yang kita pimpin. Siapakah saudara dan saya? Kita diciptakan menurut image of God, kita boleh melakukan apapun saja karena itu adalah privilege dari Tuhan. Tetapi kita harus memastikan semuanya sesuai dengan prinsip Raja kita. Dan kita harus memastikan bahwa seluruhnya adalah kehendak-Nya yang jadi. Itulah sebabnya ketika Yesus ditanya oleh para murid-Nya, perhatikan, di dalam doa Bapa kami, Yesus mengajarkan kepada kita prinsip dasar image of God; Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Dan hanya orang-orang Kristen yang bisa melakukannya, karena di dalam Kristus, image of God yang sudah rusak akibat dosa itu sekarang sudah dipulihkan. Apakah setiap manusia memiliki image of God? Jawabannya, ya. Tetapi kita tahu bahwa dosa sudah merusak image of God, dosa bukan meniadakan image of God tapi dosa merusak image of God. Untuk bisa melakukan kehendak Allah, maka image of God harus diperbarui, image of God harus dikuduskan dan itu di dalam Kristus. Sehingga tidak mungkin ada orang di dunia ini, di luar Kristus yang bisa menggenapi rencana Allah secara aktif dan secara sukarela. Sekali lagi, Kejadian 1:27 bicara berkenaan dengan image of God dan ketika bicara mengenai image of God, saudara-saudara bisa menjabarkan apapun kualitas manusia, tetapi yang paling penting adalah dikaitkan selalu dengan ide representatif. Ini menekankan kepastian bahwa kehendak Allah jadi pada daerah yang kita pimpin atau tempat kita berada. Apakah kita ditempatkan dalam sebuah gereja? Apakah kita ditempatkan di dalam kantor? Dan juga di dalam family, keluarga? Di dalam pekerjaan? Di dalam seluruh hasil karya? Saudara dan saya harus memastikan bahwa kehendak Allah dijadikan. Kita ditentukan di dunia ini untuk mempertontonkan Allah, Raja alam semesta, kemuliaan-Nya, dengan cara meneguhkan kehendak-Nya jadi di tempat yang kita kuasai.

Saudara lihat Kejadian 1:28, saya bergerak dari ayat 27 ke 28. Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Kemudian ayat 28; Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka. Perhatikan ayat yang ke-27 adalah Allah menciptakan kita, ayat ke-28 setelah penciptaan, setelah manusia ada, maka ayat 28 Allah memberkati kita dan Allah berfirman. Perhatikan urutan ini, tidak ada jeda sekalipun, urutan ini mau menyatakan apa? Kita dicipta hanya untuk satu hal, yaitu untuk menjalankan Firman. Kita tidak diciptakan untuk hal yang lain, kita diciptakan untuk menjalankan Firman. Meskipun kita mengatakan “Aku kok tidak enak hidupnya, ya? Oh, aku ini kasihan banget ya? Orang diciptakan untuk menggenapi Firman, aku tidak punya kebebasan yang lainkah?” Perhatikan baik-baik, anehnya adalah sepanjang hidup saudara kalau kita tidak mentaati Firman, saudara dan saya tidak pernah berharga. Saudara dan saya tidak pernah bahagia. Kita mengatakan; Aku tidak mau Firman. Aku tidak mau mentaati Firman. Firman sangat berat bagiku. Aku tidak mau melihatnya. Aku mau menghindarinya. Saudara dan saya bisa menghindarinya tetapi seluruh DNA kita sudah dicipta untuk itu. Anehnya sepanjang kita tidak mentaatinya, sepanjang itu kita tidak pernah merasa content. Aneh sekali. Karena seluruh DNA kita dicipta untuk itu, menolak ini berarti saudara menolak diri saudara sendiri. Menolak ini, menolak keseluruhan natur kita. Sekali lagi ayat 27 adalah kita dicipta menurut peta dan teladan Allah. Ayat 28, Allah memberkati kemudian Allah berfirman. Itu adalah posisi kita. Itu adalah identity kita. Itu adalah panggilan kita. Perhatikan kita hidup, kita bertindak hanya untuk satu hal ini, menggenapkan perintah Allah, melakukan kehendak Allah. Kita ada untuk Firman-Nya dan bukan Dia untuk kita.

Hal yang lain, di dalam Kejadian 1:28, Firman-Nya itu isinya apa? Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Ayat 28 ini, beranakcucu dan bertambah banyak memenuhi bumi adalah perintah dasar perkembangan budaya. Alkitab tidak menyatakan Allah menciptakan budaya tetapi kebudayaan adalah hasil perintah, hasil mandat dari Allah kepada manusia untuk menjalankan. Kebudayaan bukan suatu ciptaan. Tetapi kebudayaan adalah suatu perintah kepada manusia, ketika manusia menjalankannya maka kebudayaan tercipta. Perhatikanlah bahwa pengalaman pertama manusia dicatat dalam kitab suci adalah pengalaman mendengarkan perintah ini. Sebelum ada perintah jangan membunuh, jangan mencuri atau apapun saja, perintah pertama yang didengarkan oleh telinga Adam dan Hawa setelah diciptakan adalah perintah berkenaan dengan pengembangan budaya. Dalam Kejadian 2:15, Tuhan mengatakan untuk mengusahakan dan memelihara taman itu, Tuhan Allah mengambil manusia itu, menempatkan di taman Eden dan manusia mengusahakan dan memelihara taman itu kemudian manusia diminta beranakcucu, bertambah banyak, penuhi bumi. Berarti mereka keluar dari Eden ke seluruh bumi mengusahakan setiap jengkal tanah di muka bumi ini seindah Eden. Kita semua tahu di dalam kitab Kejadian dikatakan Eden adalah tempat di mana Allah melangkah di muka bumi ini. Allah tidak melangkah di seluruh tempat di muka bumi. Di dalam kitab Kejadian dinyatakan Allah melangkah di taman Eden. Maka Taman Eden adalah tempat kehadiran Allah. Secara teologis disebut sebagai kerajaan Allah yang hadir di muka bumi. Maka perintah sesungguhnya Kejadian 1:28 adalah perintah menyebarluaskan Kerajaan Allah. Itu adalah perintah yang sama dengan pengembangan budaya. Sekali lagi, perintah ini menjamin adanya perkembangan budaya manusia yang dilakukan oleh Adam dan seluruh keturunannya. Tetapi ingatlah mengapa Allah memberikan perintah ini bagi manusia? Adalah untuk kemuliaan-Nya. Karena dasar budaya adalah perintah Allah. Sekarang perhatikan kalimat di bawah ini, itulah sebabnya kebudayaan harus tunduk kepada perintah Allah, tunduk kepada norma-norma, nilai-nilai yang Allah tetapkan. Kebudayaan tidak bisa lepas dari perintah Allah. Allah yang mendesain, Allah yang memiliki rencana, Allah yang memiliki ide kebudayaan. Kalau saudara melihat di dalam hal ini, dalam ayat-ayat ini, terus melihat itu, termasuk dalam keluarga, itulah sebabnya saya pernah mengatakan pada saudara, keluarga adalah ide Allah, itu bukan ide saudara dan saya. Saudara mau menikah, itu idenya Allah, bukan ide kita. Allah yang membuat dan memungkinkan institusi keluarga ada di bumi. Tetapi setelah dosa masuk, manusia tetap ingin berkeluarga tetapi seluruh normanya dilepaskan dari Allah. Sama dengan kita bekerja, ketika kita bekerja, kita tetap ingin bekerja, padahal pekerjaan adalah bagian budaya dan budaya adalah perintah, tetapi anehnya kita tetap ingin mendapatkan keuntungan dari pekerjaan tetapi prinsipnya dipisahkan dari kehendak Allah.

Hal yang lain dari Kejadian 1:28, dari ayat ini kita juga mengetahui manusia yang diciptakan sebagai image of God merupakan seorang pribadi yang memiliki sifat agama dan sifat kebudayaan sekaligus. Manusia berelasi dengan pencipta-Nya, itu agama. Manusia juga berelasi dengan alam dan itu adalah budaya. Seorang teolog bernama Henry Van Til menyatakan kebudayaan secara sederhana dapat dikatakan sebagai pelayanan kepada Allah di luar kehidupan atau secara eksternal, outward. Kebudayaan merupakan agama yang dinyatakan keluar. Istilah culture, corere sebenarnya menunjukkan pada pelayanan religius. Di dalam bahasa Inggris menjadi cult – ibadat atau cultic atau culture. Itulah sebabnya setiap kebudayaan tidak pernah netral secara religius. Karena setiap kebudayaan dibuat oleh seorang manusia yang pasti memiliki konsep agama dan konsep kebudayaan.

Hal yang ketiga, ada sesuatu yang unik di sini. Kata kerja di dalam Kejadian 1:28, kata kerja di dalam Kejadian 2:15, dan juga nanti di dalam Bilangan 3:8 memiliki urutan dan juga memiliki kesamaan. Kita bicara mengenai Kejadian 1:28, kata menaklukkan, kabash, itu artinya manusia dicipta dengan satu tugas; menggali dan mengembangkan semua sumber yang ada di dalam diri dan dunia. Kata yang paling modern mengatakan itu adalah eksplorasi, sesuatu yang baik, jadi manusia diminta mengeksplor kemungkinan-kemungkinan seluruh potensi di dalam diri dan alam. Jadi kerja keras, studi yang sungguh-sungguh merupakan perintah Tuhan. Banyak orang salah berpikir bahwa kerja keras adalah akibat dosa. Tidak, saudara-saudara. Sebelum dosa masuk, Tuhan sudah menentukan kita, memerintahkan kita untuk bekerja keras dan studi yang berat. Yang menjadi akibat dosa bukan kerja keras atau studi yang berat tetapi sering sekali dosa sudah mencemari apa yang dihasilkan, maka hasilnya tidak sebanding dengan kerja keras kita. Jadi Adam bekerja keras dan menghasilkan begitu banyak. Namun ketika dosa masuk, dia kerja keras dan Allah mengatakan: “Semak duri yang akan dihasilkan dari kerja kerasmu.” Jadi saudara-saudara, biarlah kita boleh mengerti bahwa kita diminta untuk mengeksplorasi seluruh potensi kita. Di dalam Perjanjian Baru, saudara-saudara tahu bahwa Allah menyatakan yang lima talenta, dia kerja keras, lima talenta dapat lima talenta. Yang dua talenta kerja keras, mendapat dua talenta. Jadi adalah benar ketika kita malas, malas adalah satu dari dosa. Bahkan bapa-bapa gereja mengatakan itu adalah salah satu dari tujuh dosa maut, dosa yang sangat-sangat mempengaruhi umat manusia dan juga hidup kita secara long-term. Kita diminta untuk mengeksplorasi, bukan mengeksploitasi, itu dua hal yang berbeda. Hal yang kedua, bicara mengenai menguasai. Kata kerja menguasai adalah radah, berarti di sini ada penguasaan manusia terhadap alam. Maka dengan sendirinya saudara akan menemukan ordo di sini. Allah menguasai manusia dan manusia menguasai alam. Saudara-saudara dan saya boleh menikmati alam untuk mendatangkan dan dibawa untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Sekarang saya akan masuk ke dalam poin yang ke-3 di dalam Kejadian 2:15 dan dalam Bilangan 3:8. Ini ada dua kata yang sama, to work and to keep – mengusahakan dan memelihara. Itu ada dalam Kejadian 2:15 dan ada dalam Bilangan 3:8. Di dalam bahasa Inggrisnya to work adalah abad, dan to keep adalah shamar. Perhatikan baik-baik, ada sesuatu yang unik di sini. Kejadian 2:15 adalah kalimat dari Tuhan yang dinyatakan kepada Adam dan Hawa di taman Eden untuk mengusahakan tanah. Kata yang dipakai ternyata adalah sama dengan Bilangan 3:8 di mana Allah memerintahkan imam, orang-orang Lewi ketika melayani, bekerja keras di dalam sebuah bait Allah. Perhatikan baik-baik prinsipnya, ada hubungan yang erat sekali antara taman Eden dan Bait Suci. Ada kaitan yang luar biasa erat antara pekerjaan, antara toko, antara marketplace dengan gereja. Keduanya menjadi tempat di mana penyembahan kepada Allah yang sejati terjadi. Keduanya tempat di mana Allah datang dan bertakhta. Keduanya adalah tempat di mana Allah memenuhinya dengan kemuliaan-Nya. Alkitab dengan jelas menyatakan tidak ada pemisahan antara yang sacred dan secular. Tidak ada dikotomi untuk hal itu. Kalau saudara-saudara mau sungguh-sungguh mendalami teologi of worship and work, maka tidak ada tempat lain, kita harus belajar dari Puritan. Bagi seorang Puritan, prinsip pekerjaan adalah seluruh pekerjaan dikuduskan bagi Allah. Orang-orang teolog masa kini memandang orang-orang Puritan, dan mengatakan demikian; his pulpit – mimbarnya dan his shop – tokonya is God’s Holy Ground. Perhatikan baik-baik, biarlah kita mengkuduskan mimbar ini. Gereja GRII Sydney, saya minta saudara-saudara, mari mengkuduskan hari Minggu, mari menguduskan ruangan ini. Mimbar ini adalah God’s holy ground. Tetapi jangan lupa, pekerjaanmu, tempatmu bekerja, tokomu di mana engkau bekerja adalah His holy ground! Bagaimana engkau menyembah Dia di gereja ini, Dia bertakhta di tempat kerjamu. Dia bertakhta di Eden. Dia bertakhta di Bait Suci. Perintah itu didengar oleh Adam dan Hawa dan seluruh keturunannya. Perintah itu juga didengar oleh Harun dan seluruh keturunannya, hamba-hamba Tuhan full time. Tempat di mana Tuhan bertakhta di tengah-tengah kita dan juga rumah tanggamu adalah tempat Dia bertakhta.

Cotton Mather mengatakan: “Oh, biarlah setiap orang Kristen berjalan bersama Tuhan ketika dia melakukan panggilan-Nya. Bertindak di dalam pekerjaannya dengan mata yang tertuju kepada Tuhan. Bertindak karena semua ini adalah di bawah penguasaan Tuhan.” Bagi orang-orang Puritan, Allah adalah Jendral dan Dia yang memerintah, Dia mengamati seluruh lingkup kehidupan kita, baik di gereja, maupun di tempat kerja (marketplace). Di situlah kebudayaan terus menerus berkembang di dalam kehendak-Nya. Jangan merendahkan pekerjaanmu. Jangan berpikir bahwa pekerjaanmu adalah nomor dua dan urusan gereja adalah yang nomor satu. Jangan engkau menjadi orang yang bersungguh-sungguh di gereja tetapi engkau tidak bersungguh-sungguh di dalam kuliahmu. Jangan engkau menjadi orang yang mempersiapkan diri ketika engkau diminta pelayanan di gereja dengan baik-baik tetapi engkau menjadi orang yang malas di tempat kerjamu. Jangan engkau menjadi orang yang sungguh-sungguh mau untuk taat di gereja, tetapi engkau menipu di tempat kerjamu. Dua-duanya adalah His holy ground. Banyak sekali orang dunia yang tidak menghargai gereja. Banyak sekali orang-orang yang kerja baik-baik di dunia tetapi menyepelekan gereja dan berpikir bahwa ini adalah second. Tetapi kemudian juga banyak orang yang mengatakan, yang paling penting dekat sama Tuhan Yesus, kemudian yang lain semua tidak penting. Ketika saudara memisahkan 2 ini dan menempatkan salah satunya menjadi lebih penting, maka saudara sudah masuk spirit dunia yang mendikotomi, memisahkan antara sacred dan secular. Tuhan yang membangun dan memerintahkan Bait Suci untuk precise, Dia pula yang menempatkan Adam dan Hawa untuk mengusahakan Eden.

Saudara-saudara, adalah satu tanggung jawab dari tempat saya untuk melihat apa yang terjadi di dunia ini, minimal di depan mata saya. Sepanjang 10 tahun ini, saya berusaha berjuang, berjuang, mengokohkan, dan membuat gereja menjadi suatu pangkalan bagi hati kita. Begitu saya masuk ke Sydney, saya melihat begitu banyak orang yang menyepelekan gereja. Tidak mementingkan gereja sama sekali, dan malah merendahkan gereja. Gereja luar biasa penting. Terhadap gerejalah, Tuhan berbicara di muka bumi ini. Saya bisa bicara bukan satu- dua bulan, tahunan, berkenaan tentang pentingnya gereja. Tetapi di tempat yang lain, saya melihat ada beberapa anak-anak muda yang sangat antusias di gereja, tetapi mulai kelihatan tidak sungguh-sungguh di dalam dunia pekerjaan, saudara harus bertobat. Saudara belajar untuk rajin di gereja, juga rajin di rumah tangga. Kalau mama, papamu menyuruh sesuatu kepadamu, belajar taat dan belajar lakukan. Dua-duanya, baik itu rumahmu maupun gereja adalah His holy ground, God’s holy ground. Ada orang sebelum masuk gereja, mau habiskan dulu rokoknya. “Kenapa?” “Ini kan gereja, tempat sucinya Tuhan, jadi tidak boleh rokok masuk gereja.” Nah itu betul, dan kemudian pendetanya bilang begini, “Pak, tapi juga dalam Akitab, tempat Bait Suci bukan cuma di gereja, tubuhmu adalah Bait Suci, jadi engkau kasih terus asap rokok juga?” Dia baru sadar, “Oh, iya ya.”

Banyak orang yang pikir rohani, pikir yang paling penting adalah gereja, tetapi lupa bahwa Tuhan tidak pernah membedakan sacred dan secular. Sekali lagi saudara-saudara, pekerjaanmu penting, culture penting, pemuridan penting, gereja juga penting, penginjilan penting. Bahkan saya terus pikir, kalau saya bicara mengenai Christ and culture, apa yang nanti menjadi tujuannya? Maka saya makin menyadari pentingnya gereja di dalam mandat budaya. Tidak mungkin ada perubahan budaya di depan kita, kecuali saudara dan saya bergerak bersama-sama, bersehati di dalam prinsip-prinsip Alkitab. Ketika saudara dan saya bicara berkenaan dengan mengabarkan Injil, itu bisa satu dengan satu. Tetapi ketika saudara mau mengubah budaya, itu mesti komunitas dengan komunitas. Community lawan community. Kalau community tidak bergerak bersama-sama, budaya tidak mungkin berubah. Saya ambil contoh ya, suatu hari ada keluarga yang sangat baik, ini bukan satu keluarga yang saya kenal, ada beberapa keluarga di beberapa kota. Dan dia ingin menetapkan anak-anaknya semua dengan prinsip rohani, bagus lho. Maka salah satunya yaitu, dia tidak kasih anaknya melihat ipad atau lihat handphone. Tidak ada ipad, tidak ada handphone. Bagus ya? Bagus. Problem-nya satu, kalau di sekolah, dia masih bisa berkata, “Ini bukan Kristen, kita Kristen.” Tetapi begitu sampai di gereja, anaknya penatua juga main handphone, anaknya pendeta juga main handphone, anaknya aktifis main handphone. Bawa ipad antara kebaktian satu sampai kebaktian dua, nonton-nonton ipad. Anaknya itu tidak punya handphone, tidak punya ipad, lihat-lihat terus. Lihat-lihat, sambil lihat, ada rasa bersalah. Sampai kapanpun tidak mungkin ada perubahan budaya untuk anak itu karena komunitasnya dalam gereja tidak mendukung. Saudara mengerti maksud saya? Pentingnya komunitas. Saya tidak sedang bicara berkenaan dengan ipad atau handphone. Saya tidak sedang berbicara itu. Saya berbicara tentang satu prinsip, apakah saudara-saudara mengerti? Prinsip pemuridan, prinsip mandat budaya tidak mungkin dilakukan pribadi, harus komunitas lawan komunitas!

Saya akan masuk selanjutnya, terakhir. Kita sudah bicara berkenan dengan apa yang Alkitab nyatakan. Perjalanan dari mana? Manusia memiliki potensi dan mengapa manusia bergerak untuk bisa berbudaya? Itu sebenarnya adalah perintah, penetapan Allah yang sangat agung. Tetapi penetapan Allah yang sangat agung sudah dirusak oleh dosa. Dosa sudah masuk ke setiap lapisan hidup manusia. Di manapun dan apapun saja yang manusia pikirkan dan hasilkan tidak lagi sempurna seperti yang dikehendaki Allah. Di dalam kebudayaan, saudara bisa melihat fakta kejatuhan, itulah sebabnya ketika saudara melihat kebudayaaan di manapun saja, apakah saudara mau pergi ke China atau saudara mau pergi ke Manado, saudara akan melihat gabungan antara suatu keindahan dan evil, kejahatan ada di dalamnya. Karena mandat budaya, orang yang tidak mengenal Kristus, tetap dapat menghasilkan sesuatu yang baik, karena anugerah umum. Mereka dapat membuat, mencari, menemukan, menghasilkan sesuatu yang berguna dalam setiap ide-ide mereka. Saudara bisa melihat ada penemuan-penemuan ilmiah dari manusia sampai sekarang – karya seni, hiburan, pekerjaan, dengan hasil-hasil yang luar biasa menakjubkan. Itu semua dapat tetap memajukan kemasyarakatan, tetapi tetap di hadapan Allah itu tidak baik dan berdosa, karena semuanya mereka lakukan dengan mencuri kemuliaan Allah. Ada fakta kejatuhan di dalam setiap kebudayaan. Biarlah kita boleh menyadari bahwa inilah yang kita hadapi dan inilah yang kita produksi. Hari ini kita sampai di sini dan minggu depan kita akan masuk di dalam fakta kejatuhan dosa di dalam kebudayaan dan apa yang Kristus kehendaki ketika Dia berhadapan dengan kebudayaan. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

5 November 2023
Christ and Culture (01) – Culture Definition
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mat 28:18-20

Mat 28:18-20

Saudara-saudara di dalam ayat ini ada banyak ayat yang begitu familiar, tetapi sering sekali kita loncat dan tidak memperhatikan dengan detail. Ayat ini terkenal dengan sebutan amanat agung. Setelah puluhan tahun ayat ini terkenal dengan amanat agung, ada banyak teolog yang kemudian berkonfrontasi mengatakan, “Memangnya kalimat-kalimat Yesus yang lain bukan amanat agung?” tetapi bagi saya sendiri, ini tetap amanat agung, karena ini adalah kalimat terakhir dari Yesus Kristus yang diucapkan di telinga dari murid-murid-Nya dan itu artinya seluruh tugas yang Yesus selama ini kerjakan, sekarang diberikan tongkat estafetnya kepada gereja. Saya tidak akan mengeksposisi ayat-ayat ini, karena hari ini kita bicara mengenai culture, tetapi saya mau menekankan beberapa kata di dalam ayat ini yang sering sekali kita salah mengertinya.

Saya akan mulai dari ayat yang ke-18 terlebih dahulu, di situ dikatakan, ‘Karena itu, pergilah, pergilah.’ Saudara-saudara perhatikan kata ‘pergilah’, berarti itu adalah panggilan untuk bergerak keluar. Sekali lagi saudara-saudara, putaran dari hidup kita, putaran dari gereja ini bukan sentripetal tetapi sentrifugal. Sentripetal adalah berputar untuk dirinya sendiri sama seperti saudara memasukan buah-buahan di dalam blender, blender tersebut berputar ke dalam. Tetapi pergi adalah bicara berkenaan jiwa yang keluar. Ini adalah sesuai dengan analogi engkau adalah garam dunia, engkau adalah terang dunia. Begitu lampu ini padam lalu kemudian diterangkan maka langsung bersinar. Dan begitu dia bersinar, maka makin lama makin kekuatannya habis. Sama seperti saudara memasukan garam di dalam masakan, saudara memasukan setengah sendok teh dan begitu saudara masukkan, dia akan menyebar dan saudara tidak akan menemukannya kembali. Maka, ketika saudara dan saya melihat lampu ini, sinar ini, matahari dan sinarnya dan juga garam maka saudara langsung ingat, pergilah! Saudara-saudara, Tuhan yang melatih murid-murid-Nya, Tuhan yang melatih bagaimana murid-murid-Nya mencari wajah Allah, mencari kekuatan-Nya, mencari kuasa-Nya. Melihat dari ayat-ayat dari Perjanjian Lama dengan terang dari Perjanjian Baru, tafsiran dari Yesus Kristus. Setelah bertahun-tahun bersama dengan Yesus, sekarang Yesus mengatakan, “Pergi!”, maka ketika saudara-saudara melihat Kisah Para Rasul, itu adalah kisah penyebaran injil ke seluruh dunia dari Yerusalem dan bahkan ketika kelihatan dari beberapa murid itu tidak mau pergi, Tuhan memberikan aniaya besar untuk akhirnya mereka harus pergi. Saudara perhatikan prinsip ini, di hadapan Allah, maka berdiamlah. Diam dan ketahuilah bahwa Akulah Tuhan, di hadapan Allah menyendirilah di waktu pagi. Berjalan berdua bersama dengan Allah. Memiliki suatu persekutuan yang ekslusif dengan Tuhan. Tidak cerita kepada siapa-siapa, ketika berdoa tidak perlu orang lain tahu. Tutuplah pintumu dan berdoalah di dalam ruang private-mu, demikianlah kata Alkitab. Carilah Dia, tunggulah, diamlah di hadapan Allah. Saudara-saudara dan saya diajar menjadi orang yang introvert seakan-akan di hadapan Allah. Persekutuan yang ekslusif di hadapan Allah. Berdua saja, tetapi di hadapan Allah adalah berdiam berdua saja, ekslusif, introvert. Tetapi kepada dunia, pergi, bergerak, cari jiwa, menjadi saksi, engkau adalah garam dan terang. Untuk apa terang itu jikalau dikasih, dibawa dan kemudian ditutup? Saudara-saudara perhatikan ini adalah sesuatu perintah yang indah sekali. Sekali lagi di hadapan Allah, menyendiri, diam. Di hadapan dunia bicara, di hadapan dunia bersaksi! Ini adalah suatu panggilan bergerak keluar bagi kita semua. Saudara tidak usah tanya, “Ini mesti pergi atau tidak?”, jawabannya harus. Jadi kalimat ini adalah kalimat Yesus sendiri “pergi” itu artinya mesti melampaui dari comfort zone kita. Saudara-saudara, tidak perlu saudara kemudian bercekcok atau kemudian berdebat. Kalau itu pergi, “Bagaimana yang di sekitar saya sendiri?” Semuanya perlu pergi, semuanya yang dekat maupun yang jauh harus dilayani. Saudara-saudara, tetapi setiap saudara melayani, kalau saudara sunggguh-sungguh melayani, pasti Tuhan akan suruh pergi. Itu artinya saudara dan saya tidak bisa memiliki atau saudara-saudara menentukan tempat pelayanannya sendiri. Saudara dan saya harus melihat ke mana Tuhan pimpin. Saudara-saudara apakah itu harus pergi jauh? Jawabannya adalah tidak. Tetapi, tetap saudara dan saya perlu tahu ke mana Tuhan pimpin dan tidak bisa kita tetapkan sendiri. Oh, saudara tidak bisa mengatakan “Kamu pergi ke Jawa saja yah, kamu ke Afrika, kamu pergi ke Biak, kamu pergi ke Palestina, kamu pergi ke sana, saya panggilannya cuma di sekitar Sydney.” Kalau itu panggilan Tuhan, silahkan, tetapi kalau bukan, saudara tidak bisa menetapkan tempat pelayanannya sendiri.

Hal yang ke-2 yang saya mau tekankan di sini adalah “jadikankanlah semua bangsa murid-Ku”. Saudara-saudara “semua bangsa”, ketika bicara mengenai semua bangsa Bahasa yang dipakainya adalah semua suku bangsa, bicara mengenai etos, etnik yang memiliki bahasa yang berbeda. Ini tribes, ini penting. Jadi saudara-saudara ini adalah satu suku yang memiliki perbedaan bahasa dengan suku tetangganya, itu artinya. Ini tidak berarti satu Indonesia, satu Australia. Saudara-saudara di dalam Australia sendiri begitu banyak etnik, dan di dalam Indonesia sendiri ada ribuan etik, bahkan saudara pergi ke satu tempat di Aceh saja, di dalamnya ada puluhan, bahkan ratusan etik grup, dan Tuhan menginginkan setiap etnik grup di Aceh itu maka semuanya dikabarkan injil dan ada perwakilannya di dalam tahta anak domba pada hari penghakiman.

Saudara-saudara kata ke-3 yang saya mau tekankan di sini adalah “murid-Ku”. Saudara-saudara, murid Yesus. Saudara-saudara ini bicara berkenaan amanat agung, bicara berkenaan proses pemuridan. Saudara-saudara, banyak orang-orang melupakan prinsip ini. Banyak dari orang-orang yang mengatakan pengabaran injil penting. Saudara-saudara itu adalah benar, tidak ada salahnya sama sekali. Tetapi pengabaran Injil harus dilakukan supaya pemuridan itu terjadi. Saudara tidak mungkin bisa memuridkan, sebelum orang tersebut menerima Injil. Yang saya mau tekankan biarlah kita boleh mengerti dua hal ini tergabung, terhubung bersama-sama tidak bisa dipisahkan. Mata dari Yesus Kristus adalah untuk menghasilkan, memproses seseorang menjadi murid. Yesus tidak pernah puas dengan seseorang dipertobatkan, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi tidak menjadi murid, Dia tidak pernah puas dengan itu. Dia mencari murid, Dia membentuk murid, Dia tahu masa depan kekristenan itu diletakkan di tangan murid, bukan di tangan anggota gereja. Di hadapan ratusan, ribuan orang yang datang berbondong-bondong mengikuti Dia. Oh saudara-saudara, saya membaca ayat itu sendiri, saya sendiri tertegun. Saya tanya kepada saudara-saudara, “Siapa yang mau ketika saya nanti pergi keluar, ada ratusan orang ikut saya?”  Saudara-saudara, Pendeta Stephen Tong pergi ke Eropa dan pergi ke Kalimantan Tengah, yang ikut itu bisa belasan atau puluhan. Tetapi saudara-saudara, yang mengikuti Yesus ada ratusan. Saudara, kalau ini bukan orang berkharisma sekali, tidak ada orang yang mau mengikuti. Saudara datang ke sini karena hari ini hari Minggu, jam kebaktian dan saya ada di sini, saudara-saudara sedang tidak mengikuti saya. Tapi lain dengan Yesus Kristus, Yesus itu berjalan dan di belakangnya, orang mengikut Dia, berduyun-duyun mengikut Dia. Oh, kalau seorang pemimpin punya orang-orang yang mengikut seperti ini, betapa bangganya pemimpin tersebut. Ini berarti pemimpin begitu berpengaruh, berarti ini pemimpin yang sungguh-sungguh disegani. Oh, ketemu dengan orang-orang pengikut yang berdedikasi seperti ini harusnya dipelihara bukan? Tetapi Yesus tidak, Dia jalan dan ada ratusan orang di belakang Dia. Ke mana saja Dia jalan, ada ratusan orang di belakang Dia waktu itu. Dan kemudian Dia tiba-tiba menoleh ke belakang. Dia tidak suka, Dia tahu semuanya kepura-puraan. Dia mau mencari hati, Dia mau mencari murid, hanya murid saja yang Dia bisa letakkan kepercayan-Nya, masa depan gereja. Dia tidak peduli dengan adanya urusan mega church. Dia balikkan badan, dan kemudian Dia mengatakan, “Barangsiapa yang tidak menyangkal dirinya dan tidak memikul salibnya dia tidak bisa mengikut Aku, Dia bukan murid-Ku.” Selesai bicara begitu, Dia balik lagi, jalan lagi. Berapa puluh orang, ratus orang yang tertinggal, yang tersinggung, terserah. Mata Yesus kepada murid, mata Yesus bukan urusan pengabaran Injil saja. Ketika saya bicara seperti ini saudara, jangan pernah meremehkan satu persen pun dari usaha pengabaran Injil, karena itu begitu penting adanya. Tetapi pengabaran Injil menerima Kristus Yesus itu bukan segala-galanya, bukan akhir, harus menuju kepada proses yang menyakitkan, yaitu pemuridan. Ketika bicara pemuridan, baru orang tersebut berubah.

Kalau saudara-saudara melihat di Papua, saudara akan mengerti kalimat ini, bukan dari saya, tetapi dari berbagai misionaris. Kalimatnya sama, pengabaran Injil sukses, tetapi pemuridan gagal. Dari belum menjadi orang Kristen, jadi orang Kristen. Seluruh Papua, 90% orang Kristen, hebat ya! Tetapi jadi orang Kristen sudah puluhan tahun, mabuknya tetap sama, pandangan terhadap uang tetap sama, pandangan terhadap waktu tetap sama. Seluruh hidupnya hampir tidak pernah saudara dapatkan perubahan kecuali dari yang awalnya bilang, “Yesus bukan Tuhan,” sekarang, “Yesus Tuhan.” Saya tanya, “Apakah itu juga ada pada kita? Apakah itu ada pada kita? Egoisnya tetap sama, sifat dari karakternya tidak berubah, sifat terhadap uang, sifat terhadap takut kepada Tuhan?” Semuanya tidak ada perubahan. Tetapi yang tadinya aku tidak tahu Yesus, sekarang aku pergi ke gereja.

Saudara perhatikan, Yesus mengatakan, “Jadikan seluruh bangsa murid,” bukan pengikut-Ku, bukan pemeluk agama-Ku, tetapi murid. Dan ‘ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Ku perintahkan kepadamu.’ Saudara perhatikan segala sesuatu, saudara-saudara ini bicara berkenaan segala sesuatu yang Tuhan ajarkan itu berarti segala-segalanya yang Tuhan ajarkan. Dan apa yang Yesus ajarkan? Begitu banyak dalam seluruh aspek hidup manusia. Bukan cuma beribadah di dalam Gereja, maka ini adalah bicara mengenai budaya. Budaya, itulah sebabnya dalam reformed theology dinyatakan ada 2 mandat Kristus kepada gereja-Nya, yaitu mandat Injil dan mandat budaya. Ketika bicara berkenaan mandat Injil, kita bicara bagaimana Injil diberitakan dan orang tersebut mengenal Allah yang tadinya tidak dikenal dan kemudian dia memikirkan, dia bergumul dan kemudian dia memutuskan berada di dalam kerajaan siapa. Bicara mengenai Injil, bicara mengenai keselamatan. Bicara keselamatan, bicara mengenai kekekalan, tetapi sebenarnya bicara mengenai keselamatan, bukan saja mengenai kekekalan, karena di dalam keselamatan kekristenan itu bukan perubahan tempat dari neraka ke surga. Tetapi ada suatu transformasi hidup. Ini bukan bicara mengenai suatu yang sifatnya surga tetapi bicara mengenai dunia. Dalam bumi ini, saudara-saudara perhatian satu prinsip ini. Alkitab adalah buku tentang Allah dan buku tentang manusia. Alkitab bicara berkenaan dengan surga dan dengan bumi. Alkitab mengajarkan kekekalan dan hidup saat ini, bahkan kalau saudara-saudara teliti dari seluruh pembicaraan Yesus, maka ujungnya bicara mengenai bumi. Saudara-saudara, bumi saat ini ‘datanglah kerajaanmu di bumi ini.’ Saudara-saudara, ketika saya bicara di bumi ini, kita bicara berkenaan tujuan Yesus mengajarkan kita bicara mengenai bumi ini. Maka sekali lagi, belajarlah dari orang-orang Puritan. Karena orang-orang Puritan mengerti koneksi antara surga dan bumi. Orang-orang yang tidak memperhatikan surga, dia mau bicara mengenai mandat budaya akan fail. Tetapi di tempat yang lain, kita bukan seperti orang Injili, terus pikir kepingin surga karena bumi ini melelahkan. Jonathan Edward adalah seorang revivalist, dia bersama dengan John Revill adalah pelopor great awakening di Amerika. Dia disebut sebagai the last puritan giant. Jonathan Edward adalah seorang yang luar biasa berhasil menjadikan mandat budaya di bumi ini. Tetapi satu kalimat yang terkenal mengatakan ‘stand my eyes with eternity. Ini adalah hal yang penting sekali. Berjalan ke mandat budaya dengan visi kekal dari Tuhan. Sekali lagi saudara-saudara, maka di sini dikatakan ajarlah segala sesuatu yang kupetintahkan kepadamu. Ini bicara berkenaan budaya.

Dan saya akan masuk ke dalam kata yang ke-5, sebelum saya akan menjelaskan berkenaan budaya itu apa. saudara-saudara perhatikan ayat yang ke-18, “Kepada-Ku telah diberikan kuasa di surga dan di bumi.” Maka saudara perhatikan ayat 19 dan 20 untuk melakukannya saudara dan saya memerlukan kuasa yang tertinggi. Ini bukan suatu perkerjaan peting dari Tuhan yang sifatnya alamiah secara natural, tidak. Untuk bisa melakukan pengabaran Injil sampai ke pemuridan, mandat Injil dan mandat budaya semuanya memerlukan kuasa. Bahkan ketika Yesus telah selesai mengatakan hal ini, Dia mengatakan kepada para murid-Nya, “Kamu tunggu di sini sampai kekuatan kuasa tempat tinggi datana ke tempatmu, jangan bergerak dulu murid-Ku, jangan pergi dulu murid-Ku.” Banyak orang ingin menjadi saksi Tuhan, tapi tidak sabar di dalam doa. Banyak orang ingin berguna bagi kerajaan Allah, tetapi tidak mau bergantung sepenuhnya kepada Allah di dalam doa. Saudara-saudara, mandat Injil dan mandat budaya tidak mungkin bisa dilakukan kecuali dari kuasa tempat tertinggi. Maka saudara-saudara, di dalam 3 ayat dari seluruh hal-hal yang penting ini dinyatakan Yesus sebelum Ia pergi ke Surga. Biarlah kita pada pagi hari ini menyadari apa yang dinyatakan Yesus di pasal 28 ini. Sekali lagi, kalau Tuhan pimpin, mulai pagi ini sampai di dalam 4 kali beturut-turut, kita akan memikirkan Christ and culture. Setiap manusia tidak mungkin luput dari budaya. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan juga diikat suatu budaya. Saudara-saudara, maka di dalam 4 minggu ini, 5 topik besar ini kita akan bicara. Pertama adalah apa budaya itu, apa definisi budaya? Yang ke-2 adalah Alkitab dan kebudayaan.  Apa yang Alkitab katakan tentang perjalanan manusia membuat kebudayaan. Dan yang ke-3 adalah Kristus dan kebudayaan. Bagaimana kita menyatakan Kristus itu bersikap kepada kebudayaan kita. Dan ke-4, kalau Tuhan pimpin, maka kita akan bicara berkenaan dengan budaya kita saat ini itu apa dan bagaimana hal-hal praktis kita hidup di dalam kebudayaan masa kini dan bagaimana kita merespon terhadap kebudayaan masa kini.

Hari ini kita akan masuk ke dalam bagian pertama terlebih dahulu, apa definisi dari budaya. Mendefiniskan budaya itu bukan hal yang mudah. Kebudayaan itu memiliki lingkup yang luar biasa luas, detail dan kompleks. Kalau saudara-saudara membaca tulisan teolog, filsuf atau para akademis, saudara akan menemukan ratusan definisi memaparkan definisi budaya itu apa. Ada yang begitu singkat, ada yang sangat kompleks adanya. Tetapi pada pagi hari ini saya akan memberikan beberapa elemen yang penting saja terlebih dahulu untuk membuat saudara dan saya mengerti ketika Alkitab mengajarkan budaya atau sebuah buku mengajarkan budaya itu artinya apa, elemen apa yang terdapat di dalamnya. Saya hanya akan mereduksi di dalam 4 elemen budaya ini. Ini tidak membahas mengenai keseluruhan, tapi minimal hal-hal yang penting untuk saudara dan saya menyadari adanya budaya, ketika saudara berbicara mengenai budaya itu apa.

Hal yang pertama. Ketika bicara mengenai budaya, itu adalah bicara mengenai seluruh produk hasil pikiran dan karya kita manusia. Kebudayaan mencakup segala sesuatu yang diusahakan untuk dicapai oleh manusia. Budaya di dalam Bahasa Inggris itu berasal dari Bahasa Latin adalah colere. Dan pertama-tama dipakai ketika seorang petani itu membudidayakan sebuah tanah, kemudian menghasilkan produk-produknya. Dari prinsipnya, saudara akan bisa mengerti budaya itu seperti yang John Frame itu katakan. Maka budaya berbeda dengan ciptaan Allah. Ciptaan merupakan karya Allah secara langsung. Tetapi kebudayaan adalah karya Allah melalui manusia.

Saudara-saudara, sekali lagi. Kalau saudara-saudara memandang ke mana pun, pandangan saudara hanya akan mendefinisikan benda yang saudara lihat itu cuma 2 kategori.  Satu adalah benda ciptaan Allah langsung, dan, yang kedua adalah benda hasil karya budaya manusia. Cuma itu. Misalnya saja, saudara keluar dan kemudian lihat matahari. Matahari adalah ciptaan Allah langsung, tetapi, mengubah panas dan sinar matahari menjadi energi listrik dan kemudian bisa menyalakan lampu ini, ini adalah budaya manusia. Ulat sutra itu adalah ciptaan Allah langsung, tetapi kemudian benangnya bisa diambil dan kemudian menjadi baju saudara dan saya, itu adalah hasil budaya manusia. Titanium itu adalah hasil ciptaan Allah, tetapi kemudian itu bisa diolah menjadi frame kacamata saudara atau dari sebuah lingkar luar dari sebuah jam, itu adalah budaya manusia. Unsur-unsur kimia dari alam itu adalah ciptaan, saudara tidak bisa menciptakannya, tetapi kemudian, manusia mengambilnya dan mengubah unsur besi untuk menjadi tempat duduk yang saudara bisa sandarkan, itu adalah budaya manusia. Pohon adalah ciptaan, saudara dan saya tidak bisa menciptakan, tetapi bisa menjadikannya menjadi sebuah mimbar atau cover dari piano seperti ini, ini adalah budaya manusia. Sekarang, pikirkan segala sesuatunya! Sepatu, tas, kalung, pena, kipas angin, mobil, TV, radio, AC, pesawat ulang alik, senjata nuklir. Seluruhnya produk dari budaya kita! Sekali lagi, begitu saudara lihat, mata saudara memandang, Saudara hanya akan menemukan dua benda ini. Yang pertama adalah ciptaan Allah langsung dan yang kedua adalah, dengan kepadaian manusia, ciptaan Allah itu diolah dengan sedemikian rupa menghasilkan seluruh produk ini. Ini adalah hasil budaya manusia. Itu budaya. Apa itu budaya? Oh, lenong, itu budaya. Gamelan, itu budaya. Ah, bukan. Ketika bicara mengenai budaya, bukan itu. Itu termasuk, tapi bukan itu. Budaya adalah seluruh hasil produk pikiran dan karya manusia. Saudara-saudara, sampai di sini saya sedikit berikan notes. Saudara-saudara, sekarang bisa melihat manusia betapa hebatnya, besarnya, hormatnya, bisa mengubah ciptaan Allah menjadi seluruh produk ini. Hebatnya luar biasa! Bapak-bapak gereja seperti Irenaeus mengatakan, “Inilah yang membedakan antara manusia dengan seluruh dari ciptaan yang lain, dari hewan maupun tumbuhan, yaitu image of God itu ada pada rasio.” Kita sebagai orang Reformed tidak 100% menyetujui bahwa image of God itu pasti rasio, tetapi ini ada sesuatu yang memang membedakan antara kita dengan seluruh makhluk binatang dan tumbuhan.

Kedua, ketika bicara mengenai budaya, apa artinya? Yaitu budaya selalu memiliki kaitan erat dengan people, land and history yang menjadikannya satu dan menjadikannya identitas dan keterkaitan mereka di dalam kelompok tertentu. Saudara-saudara tahu kan, begitu ada orang itu menyeberang seenaknya di Australia. Saudara-saudara langsung tahu, mungkin… minta maaf yah, saudara-saudara bilang, “Ah, dasar Chinese, atau, dasar Indonesia.” Saya, kalau ada orang yang menyelip mobil, saya taruhan dalam hati saya, ‘Ini kalau ndak orang Indonesia, ini orang Chinese.’ Saudara-saudara, ini ada seperti itunya. Ada sesuatu kebiasaan yang mengikat kita. Apalagi kalau saudara-saudara itu sudah mengantrinya panjang, dan ini tidak bisa saya lakukan di Indonesia karena tidak ada orang yang mau mengalah, tetapi dari belakang itu saya akan ambil terus ke kanan, terus saya akan ambil sign kiri, dan karena saya tahu orang Barat itu banyak sekali yang murah hati, dan saya tahu cuman tinggal mengacungkan tangan saja, semuanya beres dan saya masuk. Nah, istri saya atau anak saya bilang, “Biasa ini Indonesia.” Nah, saudara-saudara, saya lihat ada mobil seperti itu, saya sudah pikir ini Indonesia. Saudara-saudara… Budaya… Ketika saudara-saudara bicara budaya. Budaya itu ada sesuatu identitas, keterkaitan kita dalam kelompok tertentu. Tentu ada yang baik, ada yang kurang baik dalam hal ini. Keputusan-keputusannya bahkan saudara-saudara bisa tahu. Ini cara pikir Barat ini. Ini cara pikir Timur ini. Ini cara pikir Chinese ini. Ini cara pikir… apa yah, macam-macam, saudara-saudara.

Saudara-saudara, sekarang definisi budaya yang ketiga adalah. Budaya itu adalah… pakai kalimat Stephen Tong, adalah jiwa masyarakat. Atau para teolog, atau para filosof mengatakan ini adalah spirit zaman. Saudara-saudara, ini bukan saja bicara kebiasaan, ada sesuatu yang men-drive di dalamnya. Saudara-saudara, unik sekali kebudayaan itu karena dia adalah the soul of society, itu mengontrol manusia yang ada di situ. Saudara-saudara, zaman ini adalah zaman postmodern. Saudara-saudara, banyak sekali orang muda yang tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi dan kemudian sebagai orang Kristen mengatakan, “Jangan ikut postmodern. Jangan ikut postmodern.” Saudara-saudara, kalau kita bukan orang postmodern, kita orang apa? Primitive, saudara-saudara? Ya, kita itu orang postmodern. Saya orang postmodern. Kita bukan orang modern atau kita orang renaissance. Bukan, saudara-saudara. Kita orang postmodern. Tetapi kita mesti menyadari ada sesuatu spirit zaman di dalam setiap zaman termasuk postmodern. Yesus mengatakan rupa langit engkau bisa tahu, tetapi tanda-tanda zaman engkau tidak tahu. Sehingga saudara-saudara bisa mengerti ada sesuatu spirit dari zaman yang sangat-sangat mungkin ada evil di dalamnya. Saudara dan saya harus mengerti itu apa. Di dalam hal ini, saya bisa berbicara panjang lebar berkenaan dengan gereja.

Saudara-saudara, perhatikan kalimat di bawah ini. Kita berharap Tuhan memberikan orang-orang Reformed, membangkitkan banyak sekali anak-anak muda untuk mengerti teologi Reformed dan gerakan Reformed, tetapi kita menyadari tidak mungkin kita menjadi mayoritas. Kita tidak mungkin akan sebesar Karismatik. Oh, kenapa Pak Agus? Kurang iman yah? Bukan. Saya orang yang ingin besar. Bukan dari tempat diri saya sendiri, tapi untuk pekerjaan Tuhan. Tetapi saudara perhatikan, salah satu prinsip Reformed yang bukan saja pada tempatnya, Pendeta Stephen Tong, gerakan Reformed ini, tetapi dari dulu adalah, Reformed itu selalu tidak mau ikut daripada spirit zaman. Saudara-saudara, ada satu historian itu menyatakan demikian. Jikalau engkau mau gerejamu itu bertumbuh secara cepat, maka engkau lihat kuda paling depan itu siapa yang memimpin, tunggangi itu. Kuda yang paling depan itu siapa? Tunggangi itu. Jadi kalau kuda paling depan adalah rationalism, maka engkau tunggangi rationalism untuk memperbesar gerejamu. Kalau kuda paling depan itu adalah postmodern, tunggangi itu dan engkau akan besar. Ini prinsip. Saudara-saudara, banyak orang tidak tahu. Kita belajar harus mengerti, ada prinsip-prinsip pertumbuhan. Tapi kita tidak mau memakai cara dunia. Saudara-saudara, sekarang kuda paling depan apa? Bicara berkenaan dengan postmodern. Ketika bicara mengenai postmodern, maka postmodern itu salah satu diktumnya itu adalah menolak daripada kebenaran yang absolut. Maka jangan sekali-sekali bicara dari mimbar, ini kebenaran, engkau akan dilawan dari seluruh masyarakat. Saudara sekali lihat dari gereja Karismatik, mana berani dia mengatakan sesuatu dengan tegas. Harus ini! Tidak berani. Cinta. Penerimaan. Saling mengerti. Jangan bicara sesuatu yang sifatnya absolut. Saudara-saudara, hal-hal seperti ini diperhatikan sama mereka. Maka, itu budaya. Budaya itu ada sesuatu jiwa di dalam masyarakat, tidak ada yang mengajarkan, tetapi, kenapa bisa dipercaya semuanya. Semuanya lakukan hal yang sama. Semuanya fast food. Fast food semuanya. Aneh. Dulu yang disebut makan itu, saudara perlu 1-1,5 jam, bersama keluarga, semuanya. Sekarang tidak. Pergi ke McDonald’s, langsung ambil kemudian pergi. Pergi ke KFC, langsung ambil. Semuanya fast food. Dan uniknya, kita selalu pasti masuk ke dalamnya. Ya tentu saja, kalau sudah bicara mengenai fast food, kita tidak perlu untuk bertengkar dalam hal ini. Tidak perlu untuk kita kaji. Tetapi, budaya itu di dalamnya ada suatu jiwa yang sangat mungkin di dalamnya itu evil, kita mesti mengerti itu apa. Jadi kita adalah orang postmodern. Kita tidak akan ke mana-mana. Kita orang postmodern. Kita postmodern men. Tetapi kita harus mengerti di dalam postmodern, ada suatu spirit zaman yang evil yang tidak boleh kita ikuti.

Hal yang keempat bicara berkenaan dengan budaya adalah selalu bersangkut paut dengan pengelompokan worldview. Centre dari budaya itu adalah suatu rangkaian dari worldview (cara pandang). Saudara-saudara bisa mengelompokkan ini orang Chinese, atau ini orang Jawa. Dan orang Jawa ini, ada orang Jawa Timur dan Jawa Barat. Orang Jawa Barat sendiri ada berbagai macam yang lain. Saudara-saudara mengelompokkannya berdasarkan apa? Bisa berdasarkan dari kebiasaan, bisa berdasarkan dengan perbedaan dialect, tetapi yang paling dasar, saudara bisa melihat itu ada perbedaan di dalam worldview-nya. Apa itu worldview? Yaitu bagaimana dia memandang natur alam semesta ini. Memandang dirinya. Memandang asalnya. Memandang tempatnya di dunia ini. Apa yang terjadi dan bagaimana remedinya? Serta ke mana dia akan menuju? Saudara-saudara, sebenarnya ketika kita bicara berkenaan dengan worldview, sebenarnya itu ada di dalam satu aspek kecil. Di dalam Christ and Culture. Padahal worldview sendiri adalah aspek yang luar biasa luas. Maka, ketika saudara dan saya mengabarkan Injil kepada seseorang, apapun orang itu, dari Chinese atau dari Pakistan, dari Jawa Barat, atau dari mana saja, sebenarnya yang terjadi adalah sesuatu contra. Counter dari world view. Kita sedang dilatih untuk mendengar khotbah setiap minggu, atau, saudara-saudara mendengar YouTube yang baik dalam kekristenan, itu membentuk worldview kita, sehingga saudara dan saya memiliki worldview Biblical. Jadi kalau saudara-saudara melihat worldview kekristenan, saudara akan merentang Kitab Suci kita, maka ada 4 titik yang penting – creation, fall, redemption and consummation. Saudara akan melihat bagaimana Alkitab mendefinisikan. Saya ini siapa? Dari mana asalnya saya? Apa yang terjadi kepada saya? Kenapa ini bisa terjadi semuanya? Bagaimana remedinya? Dan, ke mana saya akan menuju?

Saudara-saudara, sekarang kita akan kembali. Jadi sebenarnya apa yang dicakup oleh budaya? Saya sudah bicara tentang 4 hal tadi. Jadi sebenarnya apa sih yang dicakup oleh budaya? Saudara-saudara, budaya mencakup aktifitas, tingkah laku, semangat dan arah masyarakat. Budaya mencakup semua ekspresi, emosi dalam bahasa, dalam bentuk sastra, sajak, musik, seni, tarian. Budaya juga termasuk dunia ilmu, filsafat, politik, ekonomi, agama, pendidikan, teknologi, media, periklanan, hiburan. Budaya mencakup juga kehidupan pernikahan keluarga, bagaimana mengutarakan emosi dan kehendak dalam relasi sosial, ekspresi manusia dalam suka duka, marah. Budaya juga mencakup standar yang menjadi dasar dan kewajiban yang menjadi perilaku manusia. Dan semua itu memberikan pengaruh bagi konsistensi, semangat juang dan perjalanan suatu bangsa atau seseorang atau keluarga untuk maju. Manusia adalah mahkluk berkebudayaan. Berbudaya itu secara sederhana adalah menjadi manusia.

Saudara-saudara. Lausanne Committee on World Evangelism mendefinisikan kebudayaan seperti ini. Ini adalah satu definisi yang dipegang oleh seluruh misionaris, penginjil, teolog dunia. Saudara-saudara, kebudayaan adalah suatu integrasi dari sistim kepercayaan. Sistim nilai. Sistim adat istiadat. Dengan seluruh institusi dan produknya yang mengekspresikan kepercayaan, nilai dan adat tersebut, yang mengikat bersama suatu society tertentu dan memberikan kepadanya suatu identity, kehormatan, keamanan, dan kesinambungan untuk kehidupan. Dan, kalau saudara-saudara masuk ke dalam system of belief, maka saudara-saudara berbicara mengenai Tuhan. Bicara tentang realitas. Bicara tentang ultimate meaning. Bicara berkenaan dengan value, apa yang benar, apa yang tidak. Baik apa, beautiful apa, apa yang normative, apa yang tidak? Berkenaan dengan custom/adat istiadat, maka saudara-saudara bicara berkenaan bagaimana itu kita berperilaku, bagaimana kita berbicara, bagaimana kita berdoa, bagaimana memakai pakaian, dan semuanya. Dan ketika bicara berkenaan dengan seluruh institusi dan produk yang mengekspresikan semuanya itu. Belief, value and custom itu. Maka itu segala sesuatu institusi, baik itu pemerintahan maupun yang public, yang lokal. Saudara-saudara bicara mengenai government, bicara mengenai court, bicara berkenaan dengan gereja, temple, family, school, semuanya, saudara-saudara. Dan, bagaimana mengutarakannya keluar dalam art, dalam language, dalam music. Saudara-saudara, ketika bicara berkenaan dengan budaya, bicara mengenai keseluruhan dari hidup kita!

Pendeta Stephen Tong mengatakan, definisi singkatnya adalah the way of thinking and the way of living. Di dalam seluruh konteks ini, ingatlah dari perintah Yesus, ‘Ajarkan segala sesuatu yang Aku ajarkan kepadamu.’ Maka seluruh bidang manusia disentuh oleh Kristus dan harus dikembalikan untuk takluk kepada Kristus seturut dengan Firman-Nya. Itulah yang disebut sebagai mandat budaya. Kdetika saudara pergi ke sekolah, saudara sedang ada perintah mandat buaya. Saudara sedang pergi ke gereja, ada perintah mandat budaya. Saudara pergi kerja, ada perintah mandat budaya. Saudara pergi ke mana pun saja, ada perintah mandat budaya. Bahkan saudara berelasi dengan suami dan istri, ada perintah mandat budaya. Ketika bicara mengenai mandat budaya, bukan berarti saudara-saudara itu kemudian mendirikan sebuah konser hall. Ya, kalau saudara mampu lakukan itu, lakukan. Ini bukan sekedar cuman musik saja. Saudara-saudara, pakai biola, pakai drum, bukan itu saudara-saudara. Atau lalu kemudian saudara melihat hasil  kebudayaan, misalnya, lukisanalu saudara tuliskan di bawahnya ayat-ayat Alkitab. Bukan itu, saudara-saudara, itu bukan mandat budaya. Ketika bicara berkenaan dengan mandat budaya, itu keseluruhannya. Ketika seseorang marah, misalnya saja dalam rumah tangga, saudara cek kebiasaan saudara marah, itu yang Tuhan Yesus ajarkan, atau itu hasil kebudayaan dari papa, mama, dari keluarga besar kita yang sebenarnya not Biblical? Bagaimana cara kita melihat keuangan? Bagaimana kita beribadah? Dan tentunya juga, ketika kita mau mengekspresikan di dalam musik, apakah kita ikut dengan orang-orang dunia atau itu sesuatu prinsip yang benar di dalam Alkitab? Tapi yang intinya yang pada pagi hari ini saya mau untuk kita semua sadar. Ke mana pun saudara pergi, saudara ada mandat Injil dan mandat budaya. Kalau Tuhan pimpin, minggu depan kita akan bicara mengenai Alkitab dan kebudayaan, bagaimana Alkitab menjelaskan kebudayaan ini berkembang. Mari kita berdoa.

 

 

Kejadian 1:27-28, Kejadian 2:15, Bilangan 3:8
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

29 October 2023
Jesus Christ is the Radiance of God’s Glory (4) – The Dominion of God
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Efesus 1:19-23

Efesus 1:19-23

Siapa yang tidak tahu bahwa Allah itu menguasai? Seluruh agama di dunia ini mengakui bahwa Allahlah yang menciptakan dunia dan karena Allah yang menciptakan dunia, Dia adalah Allah yang menguasai seluruh dunia bahkan orang-orang yang tidak memiliki agama, memiliki budaya, tetapi orang-orang ini tetap memikirkan ada sesuatu yang tinggi yang di atas sana, yang menguasai semuanya meskipun belum tentu berpribadi. Agama yang menyatakan adanya wahyu Allah hanya ada 3. Yang pertama adalah Islam, yang ke-2 adalah Judaism dan yang ke-3 adalah kekristenan. Dari tiga agama ini, siapa yang tidak mengakui bahwa Allah itu menguasai? Tetapi apa yang dinyatakan di dalam Alkitab mencengangkan seluruh agama dan budaya. Apa yang dinyatakan dalam Alkitab adalah satu prinsip ini dan ini yang memisahkan antara kekristenan dengan seluruh agama yang lain, karena di dalam kekristenan, di dalam Alkitab, diajarkan bahwa Allah menguasai, memerintah seluruh dunia melalui Yesus Kristus saja. Di dalam ayat-ayat Efesus pasal pertama ini mengandung hal-hal yang luar biasa penting. Dalam ayat ke-20 dinyatakan bahwa Allah menunjukkan penguasaan-Nya kepada dunia dengan membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di surga. Perhatikan di kitab Efesus, dalam seluruh kalimat ini tidak ada kematian Yesus Kristus. Dimulai dari kebangkitan Yesus dan naik ke surga. Kematian Kristus Yesus adalah ketaatan seorang anak kepada Bapa-Nya, tetapi kebangkitan Yesus Kristus adalah peninggian dari Bapa kepada Anak. Kuasa Allah yang maha tinggi. Dan juga dominion, penguasaan-Nya, atas seluruh malaikat. Seluruh kuasa kegelapan dinyatakan melalui Dia membangkitkan Yesus dan menaikkan Yesus ke sebelah kanan-Nya. Tetapi bukan itu saja, bukan saja Allah menyatakan kuasa-Nya melalui membangkitkan Yesus dan mendudukkan Yesus di sebelah kanan-Nya. Di dalam ayat Efesus juga dikatakan Allah menjalankan penguasaan-Nya dengan membuat seluruh kuasa yang di surga, yang di bumi, saat ini maupun yang akan datang, semuanya diletakkan di bawah kaki Yesus Kristus. 

Lihatlah prinsip ini, penguasaan Allah kepada seluruh dunia tidak dijalankan di luar Yesus Kristus. Banyak dari manusia yang beragama menyatakan Allah berkuasa. Allah menguasai, the dominion of God, tetapi orang-orang ini menolak tunduk kepada Yesus Kristus. Itu adalah sesuatu yang absurd. Itu adalah agama pikiran manusia itu sendiri. Sekali lagi Alkitab dengan jelas menyatakan Allah menguasai seluruh dunia hanya di dalam Yesus Kristus. Di dalam Filipi 2 dinyatakan: Seluruh lutut akan bertelut, seluruh lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus Tuhan, dilanjutkan dengan tanda koma bukan tanda titik; bagi kemuliaan Bapa. Bagi kemuliaan Allah Bapa. Bukankah seharusnya adalah semua lutut bertelut dan semua lidah mengaku Allah Engkau yang menguasai kami. Tetapi tidak, semua lidah mengaku semua lutut bertelut kepada Allah? Tidak. Kepada siapa? Kepada Yesus Kristus. Oh kalau kepada Yesus Kristus berarti tidak mengakui Allah? Tidak! Alkitab mengatakan kepada Yesus Kristus dan kemudian bagi kemuliaan Bapa. Kalimat inilah yang membedakan agama Kristen dengan seluruh agama. Itulah sebabnya di dalam Alkitab maka prinsipnya adalah taat kepada Kristus adalah taat kepada Allah Bapa, menghormati sang Anak itu menghormati Bapa. Percaya kepada Anak itu percaya kepada Bapa. Bahkan dalam Yohanes 14: 21 dan seterusnya dikatakan “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya dialah yang mengasihi Aku dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapaku.” Ini adalah suatu prinsip di dalam Alkitab yang luar biasa signifikan. Allah di surga tidak terlihat oleh mata kita. Kesucian-Nya tidak terlihat, Wisdom-Nya tidak terlihat, kesetiaan-Nya tidak terlihat dan pemerintahan-Nya juga tidak terlihat. Seluruh sifat-Nya dan seluruh pekerjaan-Nya bisa terlihat jika dan hanya jika kita mengenal Yesus Kristus saja. Kita sudah belajar berkenaan dengan bagaimana kesucian Tuhan, kekudusan Allah yang tidak terlihat itu kita bisa lihat di dalam diri Yesus Kristus. Bagaimana kesetiaan Allah yang kita tidak kenal itu bisa kita lihat dalam diri Yesus Kristus. Bagaimana hikmat Allah yang tidak terselami itu kita bisa lihat di dalam diri Yesus Kristus. Dan saat ini bagaimana penguasaan Allah yang sesungguhnya itu dinyatakan di dalam diri Yesus Kristus. Ibrani sekali lagi menyatakan Dia adalah cahaya kemuliaan Allah. Sekali lagi kita tidak bisa melihat matahari, kita hanya melihat sinarnya saja. Kita tidak bisa memegang matahari, tetapi kita bisa merasakan hangatnya matahari. Demikian pula Allah Bapa yang ada di surga itu tidak mungkin terhampiri oleh kita. Tetapi itu tidak berarti Dia tidak bisa dikenal sama sekali. Dia mengirimkan anak yang tunggal inkarnasi di dunia. Ini adalah prinsip pertama yang penting. Ketika kita bicara mengenai The dominion of God (penguasaan Allah), maka itu hanya dilakukan oleh Allah kepada seluruh isi dunia di dalam Kristus Yesus. 

Hal yang ke-2, dalam Efesus 1 penguasaan Allah kepada dunia ini melalui Yesus Kristus terbagi menjadi dua keadaan. Pertama yaitu kepada seluruh dunia yang melawan Yesus Kristus dan diperlakukan sebagai musuh. Yang ke-2 adalah penguasaan Yesus Kristus, penguasaan Allah kepada manusia yang mau takluk kepada Yesus Kristus, maka menjadi Kepala Gereja. Perhatikan ayat 22, “Segala sesuatu telah diletakan-Nya di bawah kaki Kristus, dan Kristus telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” Ini adalah 2 hal yang berbeda. Ini adalah 2 keadaan yang berbeda. Yang pertama adalah ditaklukkan. Yang ke-2 adalah sebagai Kepala. Gambaran ketika bicara mengenai diletakkan di bawah kaki Yesus Kristus, itu adalah gambaran dari panglima-panglima perang dalam Perjanjian Lama ketika mereka memenangkan peperangan terhadap raja-raja. Yang akan dilakukan yaitu mereka akan menyeret raja tersebut, seluruh dari panglima-panglima musuh semuanya diseret dan harus diletakkan di bawah dan mereka akan meminta orang-orang bawahannya (bukan panglimanya) untuk meletakkan kakinya di atas tengkuk, di leher dari musuhnya. Itu bicara berkenaan dengan penguasaan total, musuhnya sudah tidak bisa apa-apa lagi. Itu bicara berkenaan dengan penelanjangan seluruh kekuatan kuasa. Sungguh-sungguh tidak memiliki kekuatan apapun saja untuk melawan. Mereka melakukan itu satu persatu, bahkan oleh prajurit yang paling rendah pun disuruh untuk meletakkan kakinya di atas raja yang ditaklukan. Baru setelah itu, raja itu dibunuh. Apakah saudara tahu itulah yang akan dikerjakan oleh Allah Bapa di surga. Mari kita melihat 1 Korintus 15:24 dan seterusnya dikatakan: “Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia (Yesus) membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.” Apa yang terjadi sekarang? Apa yang ada di dalam ayat ini?. Sejak dari Yesus datang ke dunia, sampai Yesus datang untuk yang ke-2 kalinya di dalam kosmik drama yang kita tidak bisa lihat maka Allah Bapa menyerahkan satu persatu kuasa di bawah kaki Yesus. Sampai akhir seluruh ini terjadi, maka baru seluruh kuasa kegelapan dihancurkan dan semua orang-orang jahat dihancurkan oleh Allah. Gambaran itu adalah gambaran Perjanjian Lama. Allah menguasai seluruh dunia dengan menaklukkan setiap kepala di bawah kaki-Nya, musuh Allah.  

Tetapi yang kedua, dikatakan di sini terhadap gereja, kepada orang-orang yang ditebus-Nya, maka Yesus bukan meletakkan kaki-Nya di atas kepala dari gereja. Tetapi Alkitab mengatakan Dia menjadi Kepala Gereja yang adalah tubuh-Nya. Dia bukan menghadapi gereja seperti musuh-Nya, tetapi Dia menyatukan gereja sebagai tubuh-Nya. Bahkan Dia mengatakan “Barang siapa melawan gereja-Ku, dia melawan Aku.” Dan bukan itu saja, kalau saudara-saudara melihat dalam ayat-ayat Alkitab ini, ada sesuatu kalimat yang luar biasa unik di sini. Ayat 23, jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia. Ini adalah ayat yang sangat unik sekali. Kalau saudara dan saya tidak mengerti latar belakangnya, saudara dan saya bisa sangat danger untuk mengerti ayat ini. Gereja yang adalah kepenuhan Kristus (The fullness of Jesus Christ), kepenuhan Yesus Kristus. Apakah Kristus tidak penuh tanpa gereja? Gereja di sini dikatakan memenuhi atau melengkapi Kristus. Berarti Kristus tidak penuh bukan? Berarti Kristus tidak lengkap bukan? Perhatikan baik-baik, secara hakekat, secara ontologi, Kristus adalah Tuhan; Dia sepenuhnya itu penuh, sepenuhnya itu lengkap adanya. Dia sempurna penuh. Dia sebenarnya tidak memerlukan apapun termasuk kita. Tetapi kalimat ini menunjukkan bagaimana kasih dan harga yang diberikan Kristus kepada kita yaitu gereja-Nya. Jemaat yang adalah kepenuhan Kristus. Itu artinya ini adalah gambaran gereja sebagai tubuh Kristus dan mempelai Kristus. Sering sekali bukan kita mengatakan Yesus Kristus adalah mempelai laki-laki dan gereja adalah mempelai wanita? Sering sekali bukan dikatakan bahwa Kristus adalah Kepala dan kita adalah tubuh-Nya? Perhatikan baik-baik, apakah ada kepala yang lengkap tanpa tubuh? Apakah ada seorang suami yang lengkap tanpa istri? Juga sebaliknya, apakah ada tubuh yang lengkap tanpa kepala? Atau istri yang lengkap tanpa suami? Yesus Kristus menyatakan bahwa tanpa kita, Dia tidak lengkap. Bukan secara ontological, bukan secara hakekat bahwa Dia memerlukan kita. Tidak! Tetapi di dalam konteks penebusan, Dia menjadi satu dengan kita, sehingga di dalam diri-Nya Dia memperhitungkan kita sebagai kelengkapan-Nya. John Calvin menyatakan, “Tuhan kita, Yesus Kristus, dan bahkan Allah Bapa menganggap diri mereka tidak sempurna kecuali kita dipersatukan dengan-Nya.” Adalah kehendak Allah agar kita dipersatukan dengan-Nya. Seolah-olah seorang ayah berkata, “Rumahku terasa kosong bagiku ketika aku tidak melihat anakku di dalamnya.” Atau seorang suami yang berkata “Aku seperti hanya setengah laki-laki jika istriku tidak bersamaku.” Martyn Lloyd-Jones mengatakan dengan hati-hati sekali dan hormat kepada Tuhan “Gereja adalah kepenuhan Kristus, kepala saja tidaklah lengkap, kepala membutuhkan tubuh, dan anda tidak dapat membayangkan kepala tanpa tubuh. Jadi tubuh dan kepala adalah satu dalam pengertian mistik ini, demikian juga kita jemaat Tuhan adalah bagian dari kepenuhan Tuhan kita Yesus Kristus.” Perhatikan betapa kasihnya dan berharganya kita di hadapan Allah. Kita berharga bukan secara hakekat kita berharga, kita tidak berharga apapun saja, tetapi kita menjadi berharga karena Dia bekerja kepada kita. Perhatikan bagaimana approach Yesus Kristus begitu berbeda di dalam dominion ini. Yang pertama dianggapnya sebagai musuh, yang tidak mau tunduk di dalam hatinya, maka kepalanya harus ada di bawah kaki-Nya. Tetapi sebaliknya yang mau tunduk kepada Dia, maka Dia menjadikan diri-Nya Kepala bagi gereja-Nya. Hanya ada dua penguasaan di dunia ini. Apakah saudara dan saya menjadi musuh dari Kristus Yesus atau yang ke-2 adalah Dia menjadi kepala kita.

Terakhir. Bagaimana respon kita terhadap penguasaan Allah? Sekali lagi gereja ini harus minta Tuhan menguasai kita. Tidak ada gunanya saudara pergi pulang, pergi pulang setiap minggu, aktif sana aktif sini, tetapi Tuhan memandang kita bukan orang yang rela dikuasai. Saudara bisa lakukan itu untuk agama, tetapi tidak bisa lakukan itu untuk Yesus Kristus. Saudara bisa menipu agama, tetapi tidak mungkin menipu penguasaan Allah. Gereja yang berharga adalah gereja yang mau takluk kepada Dia. Dan jikalau di dalam hati kita memberontak, doa kepada Tuhan untuk menaklukkan kita sekali lagi. GRII Sydney ke depan mau apa? Mau membangun satu gedung gereja yang besar, lalu orang-orang melihatnya dan tepuk tangan oh ini gereja hebat, membuat orang-orang kemudian iri hati kepada kita? Untuk apa seluruh hal-hal dunia itu? Kalau kita mau membangun sesuatu yang besar, harus karena kita taat kepada Tuhan. Kita memerlukan orang-orang yang taat. Dalam Alkitab, Yesus Kristus mengatakan: kalau engkau tidak mau menyangkal diri, memikul salib maka engkau tidak mungkin menjadi murid-Ku. Terlalu banyak cheerleader di dalam gereja. Terlalu banyak orang-orang penggembira di dalam gereja. Terlalu banyak pelayan-pelayan dalam gereja, aktivis-aktivis dalam gereja, pengunjung-pengunjung dalam gereja, tetapi terlalu sedikit murid. Yang rela ditundukkan Kristus, Dia akan menjadi Kepalanya; yang tidak rela ditundukkan, kaki Kristus akan ada di atas kepalanya. Mari belajar untuk menundukkan diri di bawah pemerintahan Yesus Kristus melalui taat pada Firman. Penguasaan Kristus akan gereja adalah melalui Firman dan kita umat harus belajar taat kepada Firman. Di dalam poin ini pun saya bisa bicara panjang lebar karena kita tahu terlalu banyak gereja yang hura-hura, tetapi tidak membahas Firman. Kita suka untuk mendengar sesuatu yang mudah, sesuatu yang tidak menantang, sesuatu yang tidak masuk di dalam hati karena kita tidak mau Firman, kita cuma mau komunitas. Penguasaan Kristus akan kita adalah melalui satu hal yaitu Firman dan kita mendengar dan kita belajar taat.

Seorang hamba Tuhan pernah ditanya oleh seseorang, “Pak, saya tidak mau untuk dikuasai oleh Tuhan, dikuasai oleh Tuhan itu tidak enak, saya tidak mau dikuasai oleh Tuhan Yesus karena dikuasai oleh Tuhan Yesus akan hidup penuh dengan risiko.” Apakah saudara mengerti apa yang disebut sebagai penguasaan Yesus Kristus? Itu adalah sama seperti kita memberikan sebuah lembar kertas yang kosong, kemudian kita memberikan tanda tangan dan menyerahkan kepada Tuhan dan Dia memiliki hak untuk menuliskan apapun saja yang terjadi di dalam hidup kita. Itu penguasaan Allah. Oh, betapa mengerikan hidup seperti itu bukan? Begitu meresikokan hidup kita di depan bukan? Tetapi saya teringat akan kalimat hamba Tuhan itu. Dia mengatakan, Tetapi kalau engkau hidup di luar penguasaan Yesus Kristus, itu lebih berisiko.” Saya akan tutup dengan perkataan dari C.S. Lewis ini, “Hidup yang paling aman, yang paling berharga, adalah tepat di tengah dari genggaman tangan Allah.” Apakah hidup kita mau bahagia? Apakah hidup kita mau bernilai? Apakah hidup kita mau damai sejahtera? Apakah hidup kita sungguh-sungguh mau berarti di dalam masa depan? Relakan untuk Dia memerintah dan menguasai hidup kita. Dan kita akan tahu bahwa kita ada di tangan yang paling berhak dan paling tepat. Semua orang-orang di surga nanti, yang menyanyi Worthy is the Lamb, adalah orang-orang yang sudah mempercayakan hidupnya di bawah penguasaan Singa dari Yehuda dan yang sudah ditebus oleh Anak Domba Allah itu. Oh, GRII Sydney mau ke mana? Ke depan kita mau kemana? Mau main gereja-gerejaan, mau tipu-tipuan sama Tuhan, mau main agama-agama. Buat apa? Biarlah kita boleh belajar taat kepada Tuhan yang mengasihi kita. Maukah engkau? Kalaupun kita tidak mau, kita doa sama Tuhan, “Tuhan berikan aku kemauan. Taklukkan hatiku, taklukkan hidupku.” Mari kita berdoa.


Rom 16:25-27, Ayub 12:13, 1 Kor 1:18-30, Ef 1:17, Ef 3:10-11
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

22 October 2023
Jesus Christ is the Radiance of God’s Glory (3) – The Wisdom of God
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Rom 16:25-27, Ayub 12:13, 1 Kor 1:18-30, Ef 1:17, Ef 3:10-11

Rom 16:25-27, Ayub 12:13, 1 Kor 1:18-30, Ef 1:17, Ef 3:10-11

Hari ini kita akan merenungkan hikmat Allah. Hikmat itu berbeda dengan pengetahuan. Anda bisa menjadi orang terpintar di dunia tetapi tetap bodoh. Siapa pun dari kita bisa mendapatkan ilmu, tetapi hanya Tuhan yang bisa memberikan hikmat. Dan tanpa hikmat, sepandai apa pun manusia tidak akan berguna di dalam kerajaan Allah. Perhatikan baik-baik, gereja ini jika benar-benar ingin berguna di dalam kerajaan-Nya, kita mutlak memerlukan hikmat Allah di dalam mengelola dan mengerjakan pelayanan kita di depan. Gereja yang sejati adalah gereja yang dipimpin oleh Allah di dalam hikmat-Nya untuk berjalan terus ke depan. Gereja yang sejati tidak pernah akan statis. Gereja yang sejati bukan tujuannya untuk mengumpulkan jemaat pada hari Minggu dan ada persekutuan. Gereja yang sejati adalah gereja yang berjalan di belakang langkah Tuhan yang penuh hikmat, memimpin gereja tersebut sampai akhir. Ketika Alkitab mengatakan hikmat, hikmat itu adalah properti milik Allah sendiri. Di dalam Alkitab dikatakan, Allah tidak pernah membagikan kemuliaan-Nya kepada yang lain, itu adalah benar karena tidak ada satu sifat intrinsik, yang dimiliki satu makluk yang layak disembah. Dan dalam hal ini pun hikmat adalah milik Allah sendiri. Dari seluruh yang kita baca tadi, maka kita melihat Allah Tritunggal dikaitkan semuanya dengan hikmat. Bapa adalah satu-satunya Allah yang penuh hikmat. Yesus Kristus disebut kekuatan Allah dan Hikmat Allah. Dan Roh Kudus dikenal sebagai Roh Hikmat dan Wahyu. Di dalam Wahyu 5, kita sering sekali membaca bagian itu terdapat nyanyian, puji-pujian di surga dan dikatakan semua mahluk-mahluk dan tua-tua, berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa bernyayi dengan suara nyaring, “Anak Domba yang disembelih itu layak menerima kuasa dan kekayaan dan hikmat dan kekuatan dan hormat dan kemuliaan dan puji-pujian.” Hikmat menjadi salah satu dari sifat Allah yang dipuji oleh seluruh mahluk sampai selama-lamanya. Hikmat berbeda dengan kemahatahuan Allah. Kemahatahuan Allah menyatakan Allah yang memiliki pengertian akan segala fakta tentang setiap orang dan segala sesuatu. Tetapi hikmat Allah berbicara dengan penggunaan terbaik dari pengetahuan itu untuk tujuan yang tertinggi. Ketika kita bicara mengenai omniscience of God, kemahatahuan Allah itu adalah sifatnya kognitif, tetapi wisdom itu sifatnya adalah practical. Charles Hodge seorang Princeton theologian menyatakan, “Hikmat Tuhan terlihat di dalam pemilihan tujuan yang tepat, dengan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.” Sekali lagi, hikmat Tuhan terlihat di dalam pemilihan tujuan yang tepat, dengan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan itu. Dengan kata lain John Piper mengatakan demikian, “Hikmat adalah mengetahui tujuan tertinggi atau termulia di dalam situasi apapun dan cara terbaik untuk mencapai tujuan itu.” Sekali lagi, maka kita mengerti ada perbedaan antara mengetahui sesuatu dan berhikmat pada sesuatu. Pengetahuan adalah mengetahui, hikmat itu menerapkan pengetahuan di dalam time and space yang tepat. Itulah sebabnya di dalam hidup kita, kita menemukan orang-orang yang pandai tetapi bodoh. Dan orang tersebut tidak merasa bodoh karena dia berpikir pandai dan di situ kesombongannya sehingga dia tidak bisa mengaplikasikan apa yang dia tahu pada time and space yang tepat. Tidak demikian dengan Allah yang mengetahui segala sesuatu dan memiliki tujuan-Nya tertinggi dan tujuan itu dijalankan dengan sesuatu strategi yang begitu tepat yang tidak mungkin tergantikan. Karena hikmat Allah, Dia menggenapkan dengan segala peristiwa untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan bagi kita gereja-Nya. Hari ini kita akan melihat sedikit berkenaan dengan hikmat Allah ini. Ketika saya mempersiapkan ini, saya sungguh-sungguh speechless karena saya tidak bisa mengatakan karena yang saya akan katakan begitu sangat kecil dibandingkan dengan seluas-luasnya daripada hikmat Allah. Kita akan merenungkan hal yang kecil ini. Tiga hal saja.

Pertama, hikmat Allah dinyatakan di dalam Kristus Yesus. Sekali lagi, Kristus Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah (Ibrani 1:3). Tidak ada orang yang dapat mengetahui sebelumnya seberapa bijaksananya Allah yang tidak terlihat itu sebelum orang tersebut mengenal Yesus Kristus. Apa maksudnya? Kalau kita melihat Creation, maka saudara-saudara melihat alam ini begitu sangat mempesona, mengagumkan. Kita akan menyadari ada satu Pribadi berintelektual luar biasa tinggi yang menciptakan alam. Alkitab mengatakan maka pengetahuan Allah, hikmat Allah itu terlihat, terefleksi melalui kita melihat alam. Ada ratusan, ribuan contoh yang kita bisa nyatakan mengenai hikmat Allah. Misalnya saja paling sederhana adalah kalau saudara-saudara melihat bunga begitu sangat indah dan begitu sangat kompleks. Tetapi para ilmuwan mulai menyadari setiap lembaran daripada bunga itu luar biasa sederhana sebenarnya. Maka saudara akan melihat ada sesuatu simplicity yang bergabung dalam seluruh aspek menjadi sesuatu yang luar biasa kompleks. Hal yang lain, Pdt. Stephen Tong kalau bercanda seperti ini, “Lihat pintarnya Tuhan, lalat itu terbang lalu mendarat, langsung detik itu berhenti di situ dan tidak mati. Apakah ada pesawat yang seperti itu? Terbang lalu mendarat seperti itu? Hancur semua kita. Pesawat itu mendaratnya 30 menit, 20 menit perlahan, perlahan-lahan baru kemudian kita bisa keluar dari pesawat masih hidup.” Ada hikmat Allah yang tersembunyi di situ. Atau bagaimana dengan jarak bintang, planet, tata surya kita begitu tepat, tidak lebih kecil, tidak lebih jauh. Ada pengaturan dari satu Pribadi dengan hikmat yang tertinggi. Hikmat Allah terlihat di dalam creation. Tetapi Hikmat Allah juga terlihat di dalam Redemption (penebusan). Masalah terbesar dari umat manusia adalah dosa. Masalah ini lebih besar dari dendam Hamas dan Israel yang menuntut balas. Dosa membuat kita benci kepada Allah dan Allah menuntut balas kepada kita karena kesucian, keadilan-Nya. Dan bagaimana keruwetan karena dosa ini dapat dipecahkan masalahnya? Kita singkirkan sedikit mengenai keruwetan antara kita dan Allah karena dosa. Mari kita bawa keruwetan Israel dan Hamas di hadapan kita dan bagaimana cara penyelesaiannya. Ketika saya mempersiapkan kotbah ini, dan saya melihat Israel dan Hamas dan bagaimana mereka saling membunuh. Dalam pikiran saya adalah; bagaimana bisa menyelesaikannya? Dan penyelesaiannya itu harus memuaskan kedua belah pihak. Dan menjawab pihak ketiga lainnya yang mempertanyakan semua masalah ini. Tidak mungkin saudara-saudara, tidak mungkin menyelesaikan. Bahkan core masalahnya pun tidak bisa dipegang lagi. Tidak ada solusi yang bisa memuaskan kedua belah pihak. Dunia selalu menghargai pembicaraan-pembicaraan yang hebat-hebat dan ide-ide yang besar, dan solusi yang membanggakan terhadap masalah-masalah terbesar dalam hidup ini, tetapi tidak ada satu pun yang dapat memberikan penyelesaian terhadap masalah Israel dan Palestina. Dan dibandingkan dengan itu, siapa yang dapat memberikan ide brilliant untuk membereskan masalah terbesar sesungguhnya dari manusia yaitu dosa? Bagaimana masalah Allah dan manusia ini dibereskan dan memuaskan tuntutan kedua belah pihak dan juga dapat diterima oleh pihak ketiga yang melihatnya tanpa bisa menuduhnya? Dan membungkam para lawan-lawan Allah? Sebuah solusi yang jitu adalah Kristus di atas kayu salib. Solusi untuk masalah permusuhan antara Allah dan manusia karena dosa, tanpa Allah mengorbankan satu pun sifat-Nya, tanpa Allah berkompromi dengan kejahatan, tanpa natur manusia itu dilanggar. Dan penyelesaiannya itu meliputi dampak luas akibat dosa di dalam time and space dan di dalam eternity, dan tanpa Allah memberikan kesempatan musuh untuk mencemooh Dia karena ada satu celah kecil ketidakadilan atau ketidakbenaran yang dilakukan Allah melalui solusi ini. Dan solusi yang bisa menghancurkan daripada musuh-Nya tepat di atas kepalanya, dan solusi yang membuat umat yang ditebus-Nya memiliki kerinduan untuk berbalik kepada-Nya. Solusi apa yang bisa ada? Alkitab mengatakan: Kristus yang tersalib adalah hikmat Allah! Kalau saudara-saudara mendengar lagi seluruh kalimat dari apa yang saya kotbahkan, saudara akan tahu luar biasanya, menyeluruhnya dampak dari dosa. Salib memenuhi seluruh tuntutan itu dan ini adalah jalan keluar yang tidak mungkin terpikirkan oleh setan, oleh malaikat, oleh seluruh mahluk, oleh seluruh tua-tua, oleh seluruh nabi atau bahkan seluruh agama.

Hal yang lain dari poin ini, hikmat Allah itu dinyatakan dalam diri Kristus Yesus yaitu saudara dan saya akan menemukan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Hikmat yang berjalan di bumi ini sendiri. Di sini ketika Alkitab mengatakan hikmat, bukanlah sesuatu yang absurd. Hikmat di dalam Alkitab adalah seorang Pribadi yaitu Yesus Kristus. Di dalam Perjanjian Lama kita mendapati Salomo adalah nabi yang penuh dengan Hikmat, tetapi dalam Perjanjian Baru ditulis: Kristus memiliki hikmat jauh lebih daripada Salomo. Lihatlah bagaimana Kristus menghadapi dan berespon pada masalah atau suatu kejadian. Bagaimana Dia menjawab, kapan Dia bertindak, apa jalan yang ditempuh-Nya, semua itu adalah pagelaran hikmat. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan biarlah kita, anak-anak Tuhan hidup serupa dengan Kristus supaya kita memiliki dan berjalan dalam hikmat di dalam dunia ini. Saya ambil satu contoh di dalam Alkitab begitu jelas. Di dalam Injil maka saudara-saudara akan menemukan bahwa berkali-kali orang Farisi dan Ahli Taurat itu mencobai Yesus Kristus. mereka ingin dengan satu kalimat yang salah atau berat sebelah menjebak Yesus Kristus dan suatu hari Kristus Yesus sedang mengajar, tetapi tiba-tiba Ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang yang berzinah datang kepada Yesus Kristus, seorang perempuan. Perhatikan bahwa ini di depan semua orang yang mendengarkan pengajaran Yesus sebelumnya. Kemudian ahli Taurat dan orang-orang Farisi tersebut menantang Yesus Kristus, “Apa yang harus dikerjakan? Bukankah ini harus dihukum mati seturut dengan Taurat Musa?” Demikian kata mereka. Maka ini adalah sesuatu jebakan. Karena berkali-kali Yesus menyatakan bagaimana seseorang harus mengasihi satu dengan yang lain. Sekarang ada seorang yang berzinah, diberikan di depan Yesus Kristus. Kalau saudara mengeksposisi peristiwa ini, maka saudara akan menemukan sebenarnya ini adalah sesuatu pagelaran dosa yang begitu sangat dahsyat. Karena pada waktu itu, kalau seseorang itu bisa menemukan orang lain itu berzinah, pasti orang tersebut itu sebelumnya sudah menjebak orang tersebut. Di mana laki-lakinya? Sangat mungkin ini adalah sesuatu jebakan terhadap perempuan itu sendiri, dan kemudian peristiwa ini dibuat untuk menjebak Yesus Kristus. Yesus harus menunjukkan kasih kepada orang berdosa tanpa bersikap tidak adil. Tetapi di tempat yang lain, bagaimana Dia bisa adil tetapi membenarkan orang yang berbuat kejahatan? Dan dari sudut pandang manusia, hal ini tidak ada jalan keluar. Apapun yang dikatakan oleh Yesus untuk membela atau untuk mengasihani perempuan itu, maka Yesus masuk ke dalam jebakan, tetapi orang-orang jahat itu tidak menyadari, mereka tidak bertemu dengan manusia biasa, mereka bertemu dengan Sang Hikmat yang ada di dunia ini. Yesus diam dan kemudian Dia membungkuk. Dia menuliskan kalimat demi kalimat. Kita tidak tahu apa yang dituliskan sebenarnya, tetapi beberapa teolog menyatakan, sangat mungkin Dia menuliskan 10 perintah Allah. Dan jikalau yang dituliskan 10 perintah Allah, maka orang Farisi, ahli Taurat yang sangat-sangat menguasai 10 perintah Allah itu melihat satu persatu dari perintah itu. Hukum Musa yang tadinya dibawa kepada perempuan itu sekarang diperlihatkan oleh Yesus di depan mata mereka untuk mereka sendiri. Dan setelah itu, Yesus berdiri dan kemudian Dia mengatakan, “Siapa yang tidak berdosa, silahkan engkau ambil batu pertama dan lempari perempuan ini.” Dan Alkitab mengatakan mulai dari orang yang umurnya tua (karena orang tua itu paling banyak dosanya), dia keluar duluan tanpa satu kalimat-pun membela, membenarkan atau menghukum perempuan ini. Dan perempuan ini dilepaskan dari cengkraman harimau yang akan mematikan dia. Cerita ini belum selesai, kemudian Dia berbicara kepada perempuan yang berzinah ini dengan belas kasihan-Nya, “Jangan berbuat dosa lagi.” Keadilan dan kasih digabungkan dengan hikmat-Nya di debu Yerusalem.

Kedua, hikmat Allah yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus dianggap kebodohan bagi dunia. Salib adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Salib adalah solusi yang precise untuk memenuhkan seluruh elemen yang dituntut dalam masalah yang ditimbulkan oleh dosa, tetapi ini terlihat lemah dan bodoh di dunia ini. Ini adalah sesuatu kalimat yang sangat aneh. Sekali lagi Alkitab mengatakan, “Dunia melihat salib itu adalah kelemahan dan kebodohan, tetapi Allah memandang salib itu adalah kekuatan dan hikmat”. Itulah sebabnya tanpa Roh Kudus, tanpa Roh Hikmat dan wahyu kita tidak mungkin menerima salib Kristus. Hanya Roh Kudus yang bekerja, yang membuat kita bisa melihat salib Kristus itu mulia adanya. Saudara-saudara, cerita ini sungguh-sungguh terjadi: ada satu rumah yang tersembunyi dengan reruntuhan yang sudah ratusan tahun, beberapa waktu yang lalu itu ditemukan. Rumah itu merupakan salah satu bagian dari komplek istana Kaligula, kaisar Roma yang jahat sekali itu. Ironisnya rumah yang digali tersebut menjadi terkenal, karena adanya coretan yang ditemukan di salah satu dindingnya. Dan para ahli menemukan sejenis kartun kuno yang menunjukkan gambar seorang pemuda yang memandang kagum kepada sosok seseorang yang disalib. Dan seseorang yang disalib itu, sosok pria berkepala keledai yang terjulur diatas kayu salib. Dan kalimat dibawah itu adalah tertulis “Alexamanos”, “Menyembah tuhannya”. Saudara-saudara, mungkin saja ada sebuah agama yang tidak jelas di Roma pada waktu itu, yang penganutnya menyembah manusia keledai yang disalib. Namun orang-orang Romawi, menempatkan narapidana yang disalib itu pada tingkatan binatang. Dan sketsa ini bukanlah sebuah karya seni, tulisannya sendiri sangat buruk, dan gambarnya digambar dengan kasar. Jadi ini tidak mungkin menjadi suatu karya seni keagamaan yang saleh. Tidak diragukan lagi, bahwa kita sedang melihat graffiti ini sebuah humor mengejek agama baru yang aneh yang menyebar di seluruh kekaisaran Romawi pada waktu itu. Sebuah agama yang tampaknya konyol yang dimulai di Yerusalem, yang mengharuskan para pengikutnya untuk menyembah seorang Tuhan yang disalib. Kita sudah terlepas dengan sejarah, kita sudah terlepas dengan budaya. Salib itu tidak pernah mulia. Salib itu tidak pernah masuk otak. Kau mengatakan, “Tuhan pencipta langit dan bumi dan mati diatas kayu salib? Jelaskan kepadaku hai orang Kristen, jelaskan ini apa?” Apakah saudara mengerti jikalau kita sungguh-sungguh mengerti salib dan mempercayai-Nya, itu adalah anugerah Allah yang besar dalam hidup kita. Orang-orang dunia melihat ini adalah kekonyolan. Tetapi kita melihat-Nya tanpa Dia di atas kayu salib, tidak ada penyelamatan, tidak ada pengudusan, tidak ada kemuliaan bagi kita. Dia yang disalib adalah segala-galanya bagi kita. Luar biasa terbalik.

Ketiga, hikmat Allah dinyatakan kepada gereja-Nya dan diberikan oleh gereja-Nya kepada dunia. Hikmat Allah di dalam Kristus Yesus. Yesus Kristus adalah hikmat Allah itu dinyatakan, dibukakan kepada gerejanya dan saat ini diberitakan oleh gereja-Nya kepada dunia. Kalau saudara-saudara membaca Efesus 3 yang tadi kita baca, maka saudara akan menemukan ada satu kalimat yang panjang yang luar biasa mau menyatakan hikmat Allah itu adalah sesuatu yang sangat besar, yang tidak mungkin terselami, sangat kaya, yang tersembunyi berabad-abad. Dan di dalam kitab Petrus dikatakan bahwa hikmat Allah ini ingin diketahui oleh para malaikat-malaikat, bahkan bukan malaikat yang jatuh, tetapi malaikat yang ada di surga. Dan apa yang diinginkan, diketahui oleh para malaikat di Surga? Mengapa isi hikmat Allah ini diberikan kepada gereja dan bukan kepada teman-temannya yang jatuh? Oh saudara-saudara, betapa mulianya gereja. Betapa mulianya saudara dan saya, jikalau kita adalah anak-anak Tuhan yang sejati. Hikmat yang tersembunyi itu, hikmat yang begitu besar itu, hikmat yang tidak terselami itu, dan inti hikmat itu adalah Yesus Kristus, dibukakan oleh Allah kepada segelintir orang saja yang dipilih-Nya yaitu gereja Tuhan. Kita memiliki berita, kita memiliki Pribadi yang tidak dimiliki oleh siapapun saja di dunia ini. Itu tidak membuat kita itu kemudian sombong, sebaliknya Tuhan menginginkan untuk kita melayani, memberitakan hikmat Allah kepada seluruh dunia. Privilege itu ada di dalam tangan kita. Jangan diam, jangan pernah diam, bicara Injil kepada orang lain. Pergi bermisi untuk menyatakan hikmat Allah, yaitu Yesus Kristus, dan itu adalah tugas Allah kepada gereja yang dikasihi-Nya dan dipilih-Nya.

Dan saya akan akhiri, kita memerlukan hikmat Allah untuk menjalankan gereja ini. Alkitab dengan jelas menyatakan gereja dalam Perjanjian Baru, gambarannya adalah orang-orang Israel dalam Perjanjian Lama. Dan orang-orang dalam Perjanjian Lama, dia keluar dari Mesir dan masuk ke tempat tanah Kanaan dipimpin oleh Allah. Kalau Allah itu ke kiri maka seluruh orang Israel ke kiri, Allah ke kanan maka seluruh orang Israel ke kanan, Allah berjalan cepat di depan maka seluruh orang Israel berjalan cepat, Allah kemudian berhenti, tiang awan dan tiang api itu berhenti, maka Israel seluruhnya berhenti. Semua ini bukan berbicara berkenaan dengan speedometer, semua ini bicara dengan ada rencana Allah yang mau Tuhan itu nyatakan dan lakukan di tengah-tengah dunia ini melalui umat-Nya. Kalau saudara-saudara membaca kitab Yosua, maka saudara akan menemukan bagaimana Yosua itu memimpin semua orang Israel masuk ke tanah Kanaan, tanah perjanjian itu. Dan saudara melihat bagaimana Tuhan memimpin dari satu kota ke kota yang lain, mulai daripada Yerikho, Betel, Gibeon dan Bet-Horon bagian atas. Dan semua orang yang mempelajari, kenapa Tuhan memimpin itu menuju kesana, kita semua menyadari ini adalah sesuatu strategi yang luar biasa brilian dari Allah untuk memutus koalisi utara dan selatan dari Kanaan. Dan kenapa Yerikho yang harus dihancurkan terlebih dahulu? Kata Yerikho di dalam bahasa aslinya adalah “Kota yang tidak mungkin bisa dikalahkan”. Maka ketika menghancurkan Yerikho, seluruh penduduk Kanaan itu kemudian gemetar. Maka ini adalah strategi dari Allah untuk memberikan psychological shock kepada seluruh penduduk Kanaan. Saudara bisa melihat bagaimana pentingnya pimpinan Allah kepada umat Allah. Apakah gereja ini cuman mengumpulkan daripada kita semua disini beribadah? Tidak saudara, sama sekali tidak. Gereja sesungguhnya sedang berjalan dipimpin oleh Allah sesuai dengan kehendak Tuhan, kemana dan apa, saudara dan saya mari bergumul, minta kepada Allah yang memiliki hikmat, untuk memimpin gereja kita dengan hikmat-Nya. Allah, Panglima Bala Tentara Perang dan Dia ada di depan dan Dia mau untuk memimpin umat-Nya yang di belakang dengan hikmat-Nya. Biarlah kita seluruhnya takluk kepada Dia, taat kepada Dia, dan minta belas kasihan-Nya untuk Dia tidak meninggalkan kita. Itu adalah satu-satunya kemungkinan untuk hidup dan gereja kita berguna di dalam kerajaan Allah di bumi ini. Bergumullah bersama dengan kami. Minta belas kasihan Tuhan untuk ini semua. Kiranya kasihan Tuhan menyertai kita. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

15 October 2023
Jesus Christ is the Radiance of God’s Glory (2) – The Faithfulness of God
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yesaya 49:13-15, Yesaya 46:3-4, Mazmur 108:4-5

Yesaya 49:13-15, Yesaya 46:3-4, Mazmur 108:4-5

Hari ini kita mengingat kasih setia Tuhan, The Faithfulness of God. Biarlah kita boleh ingat, gereja ini ada karena kasih setia Tuhan sampai saat ini. Di dalam bahasa Indonesia, gabungan kedua kata ini sangat-sangat indah dan saya sangat menyukainya. The Faithfulness of God, dinyatakan dalam bahasa Indonesia, kasih dan setia. Yang mengasihi belum tentu setia sampai akhir, yang setia sampai akhir belum tentu memiliki kobaran kasih yang sama dari sejak awal terus menerus sampai akhir. Ini adalah sifat Allah yang paling jelas dimengerti oleh saudara dan saya. Maksudnya apa? Kenapa sifat ini paling jelas dimengerti? Karena begitu kita berdosa tetapi masih hidup, masih berani mendekat kepada Allah, masih bisa datang ke sini, dan mendengarkan berita ini, ini adalah karena kasih setia-Nya. Manusia yang berdosa, detik itu harus mati. Kasih setia Allah kita alami dan nikmati setiap hari bahkan. Meskipun kita nikmati dan alami setiap hari, seluruh pengalaman, seluruh penelitian abadi tidak pernah akan bisa menghabiskan tema kasih setia ini sampai selama-lamanya. Perhatikan baik-baik, ‘dicintai’ dan ‘dicintai terus menerus’ adalah hal yang berbeda. Apapun yang kita perbuat, apapun keadaan kita, apapun respon kita, menyakitkan sekalipun kepada Allah, dan seberapa lamanya kita hidup, seandainya kita bisa hidup 10 tahun atau 6000 tahun, Alkitab mengatakan selama-lamanya, Allah di dalam Yesus Kristus tetap mengasihi kita dengan kobaran kasih yang sama sejak dari mulanya, itu adalah kasih setia.

The Faithfulness of God bukan bicara berkenaan dengan kasih saja tetapi bicara berkenaan dengan dari pertama sampai akhir. Kita tahu tidak ada akhir dalam hidup kita sampai selama-lamanya. Dia tetap mengasihi dengan kobaran kasih yang tidak berkurang sedikit pun. Kasih setia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dipilih-Nya di dalam Yesus Kristus. Bahkan kalau saudara dan saya membandingkan dengan bumi ini, Alkitab dengan jelas menyatakan, makin mendekati akhir zaman, kasih kita bahkan di dalam keluarga pun makin lama makin hilang, makin lama makin hambar. Di dunia ini saudara tidak menemukan kasih setia. Alkitab menyatakan tanda akhir zaman. Apa itu tanda akhir zaman? Ada perang, ada gempa bumi, ada kelaparan dan itu sekarang sudah terjadi. Tetapi tanda akhir zaman adalah satu dengan yang lain di antara kasih kita, bahkan di dalam keluarga sendiri kasih akan makin hambar, demikian kata Alkitab. Tetapi kasih setia Allah tetap untuk selama-lamanya dari awal sampai akhir. Konsep awal dan akhir adalah konsep yang di dalam Alkitab, beberapa kali diperhatikan. Sama seperti photographer menemukan waktu yang terbaik memfoto adalah pada waktu golden time kurang lebih satu jam sebelum sunrise, dan satu jam sebelum sunset. Di dalam Alkitab, dikatakan Allah yang memulai pekerjaan yang baik kiranya Dia menyempurnakan pekerjaan pada akhirnya, awal dan akhir. Di dalam Alkitab juga dikatakan, Yesus adalah Alpha, dan Yesus adalah Omega, awal dan akhir. Di dalam meneliti hal ini, saya berpikir bahwa ini hanya bagian waktu dan saya mengkhotbahkan berkali-kali berkenaan Yesus adalah Alpha dan Omega, bicara berkenaan dengan Yesus yang memegang waktu, Dia memegang sejarah. Dan itu tidak salah. Tetapi, ketika saya masuk mengeksposisi bagian ini, ternyata kalimat ini bicara berkenaan Yesus adalah setia. Yesaya 46 yang tadi kita baca, saudara bisa melihat Allah setia, dari kandungan sampai kita tua, setia. Awal dan akhir itu diperhatikan di dalam Alkitab. Kesetiaan mengandung arti tidak berubah dari awal sampai akhir. Kalau studi kata di dalam bahasa Ibrani, maka ada sesuatu yang unik di sini. Kata faithfulness itu, akar katanya adalah Emet. Kata Emet ini terdiri dari tiga huruf, Aleph, Mem and Tav. Aleph, Mem dan Tav digabung adalah Emet dan artinya adalah truth. Jadi, kata faithfulness ini akar katanya adalah kebenaran. Suatu kejujuran, suatu keakuratan. Ketika kita bicara mengenai kesetiaan Allah, saudara dan saya tidak mungkin bisa melepaskan kesetiaan Allah dari kebenaran dan bukan suatu kebetulan. Kalau mempelajari kata-kata Ibrani, kata Ibrani memiliki keindahan-keindahan yang tersembunyi seperti menulis kalimat atau kata dalam Chinese. Kalau merentang seluruh huruf Ibrani, ada 22 huruf, Aleph adalah huruf pertama, Tav adalah huruf terakhir dan Mem adalah huruf paling tengah. Awal, tengah, akhir, dan apa yang saudara-saudara akan pikirkan? Sepanjang jalan Tuhan pimpin. Sepanjang jalan, dari awal, pertengahan, akhir. Alkitab sendiri mengatakan Yesus mengatakan; Akulah Alpha dan Omega. Di dalam Ibrani pasal yang pertama dikatakan bahwa Dia penopang segala sesuatu yang ada. Dia bukan pemula dan pengakhir saja, tetapi Dia penopang. Seluruh hal-hal ini bicara mengenai, the faithfulness of God. Kesetiaan adalah sifat Allah. Allah sendirilah yang setia. Perbuatan-perbuatan-Nya juga setia. Alkitab mengatakan rencana-Nya setia. Pekerjaan-Nya dilakukan dengan setia. Keputusan-keputusan-Nya ditetapkan dengan setia, jalan-Nya adalah kesetiaan, bahkan ketika Dia memberikan penderitaan kepada anak-anak-Nya, penderitaan itu diberikan dengan kesetiaan. Alkitab mengatakan Allah menghajar anak-anak-Nya di dalam kesetiaan.

Kata faithfulness, di dalam Alkitab selalu dikaitkan dengan beberapa hal ini. Yang pertama adalah dikaitkan dengan kebenaran, Emet. Ke-2 adalah Berith, covenant. Ke-3 adalah cinta, Hesed. Yang ke-4 adalah righteousness, itu adalah Sedek. Yang ke-5 adalah Mispath, justice.

Kata faithfulness kalau dilihat di dalam seluruh bagian Alkitab, maka saudara akan menemukan selalu digandeng dengan kata yang lain. Boleh dikatakan semua pekerjaan Allah yang dilakukan bagi orang-orang pilihan-Nya, kepada gereja-Nya adalah di dalam rangka membuat perjanjian, mengambil kita yang bukan umat-Nya, yang adalah musuh-Nya untuk dikasihi dan disatukan dalam kebenaran, keadilan-Nya dan itu dilakukan di dalam kesetiaan. Seluruh pekerjaan Allah, apa yang terjadi ketika Allah bekerja kepada kita dengan membuat kita mengenal Salib, mendapatkan Roh Kudus dalam hati kita, Dia kerjakan dengan membuat berith, membuat perjanjian, mengambil yang bukan umat seperti kita ini menjadi umat-Nya untuk dikasihi hesed dan disatukan di dalam kebenaran, keadilan-Nya, sedek dan mispath dan itu dilakukan secara terus menerus di dalam kesetiaan. The faithfulness of God di dunia ini, dikenal oleh dunia, oleh gereja-Nya melalui Yesus Kristus. Perhatikan baik-baik. Dunia ini tidak mengenal the faithfulness of God, karena the faithfulness of God hanya diberikan kepada umat-Nya di dalam Yesus Kristus. Ketika bicara mengenai faithfulness, itu bicara mengenai covenant. Kalau saudara dan saya tidak mendapatkan covenant dari Allah, saudara dan saya tidak mungkin akan mendapatkan faithfulness Allah. Boleh dikatakan faithfulness adalah properti spesial, properti khusus saudara dan saya, gereja Tuhan. Allah memberikan faithfulness-Nya di dalam Yesus Kristus kepada kita dan di dalam hal ini saya akan bicara beberapa hal yang ditekankan oleh Alkitab.

Pertama, ketika bicara mengenai the faithfulness of God, dalam Kristus Yesus. Yesus Kristus disebut di dalam Alkitab sebagai Saksi yang setia. Wahyu 1:5 menyatakan “Dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya.” Ini adalah sebutan yang khusus, yang unik kepada Yesus Kristus. Di sini dikatakan Yesus Kristus adalah faithful witness. Di dalam bahasa aslinya, saksi, witness dalam tulisannya adalah martir. Artinya martir yang setia. Dia akan menjadi martir untuk memegang kesetiaannya. Di sini dikatakan, Yesus adalah Saksi yang setia, apa artinya? Itu boleh dikatakan dua arti di dalam arah yang berbeda. Dia adalah Saksi yang setia kepada manusia untuk menyaksikan siapa Allah dan yang ke-2 adalah, Dia adalah saksi di hadapan Allah untuk menyatakan apa yang diperbuat oleh manusia. Saya akan meng-explore bagian yang pertama dan saya hanya menjelaskan sedikit bagian yang ke-2.

Saya akan menjelaskan bagian yang kedua terlebih dahulu. Yesus adalah Saksi yang setia. Dia bersaksi akan apa yang kita kerjakan, gereja kerjakan di hadapan Allah. Di dalam Alkitab, kalimat Saksi yang setia ini, ada di bagian pembukaan tujuh gereja Wahyu dan apa yang dituliskan dalam tujuh gereja Wahyu? Selalu ada kalimat Yesus kepada setiap gereja-Nya. Yaitu, Aku tahu apa yang engkau lakukan. Mata-Nya yang menjelajah setiap gereja. Dia yang akan membawa seluruh perbuatan kita dan perenungan hati kita yang benar maupun yang tidak benar. Yang suci maupun yang berdosa. Dia menjadi saksi atas seluruh apa yang ada pada kita. Dia tidak akan berbohong kepada Allah Bapa apa yang kita sudah kerjakan. Dia akan mengungkapkan kepada seluruh manusia, apa yang sebenarnya tersembunyi dalam hati kita. Dia bisa dipercaya. Dia akurat ada-Nya. Apa yang dilihat dan dinilai-Nya tepat, precise adanya. Dia adalah Saksi yang setia.

Tetapi hal yang lain saudara-saudara, dan bagian pertama ini yang saya akan tegaskan. Yesus dikatakan saksi yang setia yaitu terhadap bumi ini, khusus-Nya terhadap gereja-Nya. Dia menjadi saksi, siapa Allah sesungguhnya. Kristus Yesus menyatakan siapa Allah yang sesungguhnya. Dia menyatakan kebenaran yang tersembunyi ini. Tidak ada orang yang mengenal Allah. Tidak ada orang yang melihat Allah. Tidak ada manusia yang matanya yang bisa menjelajah langit untuk menemukan pribadi Allah padahal Allah adalah realita yang sesungguhnya. Tetapi realita itu tersembunyi bagi manusia. Ada perbedaan kualitatif antara Allah dan manusia. Tetapi perbedaan kualitatif itu dijembatani oleh inkarnasi Yesus Kristus. Apa yang tersembunyi yang tidak mungkin bisa dijelajah oleh manusia sekarang dinyatakan di depan kita. Yohanes 3:32-33 menyatakan, “Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar.” Pribadi ke-2 Tritunggallah yang mengenal pribadi yang pertama, jikalau pribadi ke-2 Tritunggal tidak turun ke dunia, sampai kapan pun manusia tidak mungkin mengenal Allah. Yesus yang adalah inkarnasi, Dialah yang menjadi saksi akan Allah, keberadaan-Nya, sifat-Nya dan apa yang menjadi isi hati dan pikiran-Nya. Ketika saudara dan saya melihat, membaca Alkitab, jika Yesus sedih, saudara dan saya bisa melihat kesedihan Allah. Jika Yesus marah, maka saudara dan saya bisa mengenal kemarahan Allah. Ketika Yesus bergembira, maka itu menyatakan kegembiraan dan sukacita Allah. Yesus menyatakan karakter Allah, menyatakan emosi Allah, menyatakan kesaksian adanya Allah. Dia mengatakan Aku bertindak bukan dari diri-Ku sendiri tetapi Aku bertindak karena Dia yang mengutus Aku. Di hadapan Pilatus maka Yesus mengatakan, untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia supaya Aku memberi kesaksian tentang Kebenaran dan setiap orang yang berasal dari Kebenaran mendengarkan suara-Ku. Ketika kita bicara berkenaan dengan, the faithfulness of God, maka kita bisa melihat pribadi Kristus Yesus yang setia, yang inkarnasi untuk menyatakan isi hati, menyatakan pikiran, menyatakan kehendak Allah dan emosi Allah yang tersembunyi bagi umat manusia.

Hal yang ke-2, ketika kita bicara mengenai the faithfulness of God, yang dikenal di dunia ini melalui Yesus Kristus dengan jelas menyatakan bahwa dia adalah pancaran kemuliaan Allah. Itu artinya Allah mengutus Yesus Kristus inkarnasi di dunia sebagai perwujudan tertinggi dari kesetiaan Allah. Ketika membaca the faithfulness of God, saudara dan saya harus mengingat itu adalah Yesus Kristus. Kalau saudara bertanya kepada Tuhan; Tuhan, apa bukti Engkau mengasihi aku? Allah di sorga, apa bukti bahwa Engkau setia kepada janji-janji-Mu? Bukankah Engkau sudah berjanji kepada Abraham, Ishak, Yakub, Daud, Salomo, semua, Yeremia, Yesaya, seluruh nabi-Mu? Apa bukti Engkau setia pada seluruh janji-Mu? Apa bukti bahwa Engkau setia kepada bangsa pilihan-Mu, Israel? Allah di sorga, apa bukti bahwa Engkau mengerti dan setia padaku bahkan saat ini ketika aku menderita? Maka Alkitab mengatakan, seluruh pertanyaan ini, jawabannya satu yaitu pribadi Yesus Kristus. Semua bukti kesetiaan Allah ada pada diri Yesus Kristus. Bahkan bukan itu saja, Yesus Kristus adalah perwujudan tertinggi kesetiaan Allah. Seluruh janji Allah, ya dan Amin di dalam diri Kristus Yesus dan puncak kesetiaan Allah dinyatakan dengan mengirimkan Yesus Kristus mati di atas kayu salib, bangkit dan naik ke sorga bagi kita.

Ketika kita membaca Alkitab, sebenarnya ada satu benang merah. Benang merah seluruhnya adalah kerajaan Allah. Di dalam kerajaan Allah, ada benang merah yaitu covenant. Saudara-saudara akan melihat pergerakan umat manusia adalah pergerakan yang seperti ini, bahwa Allah di dalam Alkitab mengikat covenant pada Abraham, Ishak dan Yakub menjadi sebuah bangsa pilihan dan saudara-saudara akan menemukan prinsip ini: cerita Alkitab seluruhnya adalah cerita yang menyatakan bagaimana Allah setia dan memegang covenant sedangkan umat itu tidak. Kemudian umat yang tidak setia itu dihajar dan dikembalikan hatinya untuk boleh menghargai dan memegang covenant. Seluruh janji Allah diberikan Allah kepada kita di dalam bentuk covenant. Jikalau saudara dan saya tidak mendapatkan covenant dari Allah, tidak memiliki janji apapun saja, Saudara dan saya tidak memiliki apapun saja yang berkaitan dengan kesetiaan Allah, karena bicara mengenai kesetiaan itu adalah kesetiaan di dalam covenant, dan inti covenant-Nya adalah “Aku menjadi Allahmu dan engkau menjadi umat-Ku.” dan titik dari kulminasi tertinggi daripada hal ini adalah Immanuel – God with us.

Ketika saudara dan saya bicara mengenai the faithfulness of God, saudara bicara berkenaan dengan Yesus Kristus sebagai perwujudan tertinggi seluruh kesetiaan Allah. Yesus Kristus, diri-Nya sendiri bukan saja setia, Ia adalah saksi yang setia, Ia memiliki kualitas kesetiaan. Tetapi Yesus Kristus itu sendiri adalah perwujudan janji Allah, yang Allah memegang-Nya dengan kesetiaan.

Dan poin ke-3 yang saya mau untuk kita renungkan adalah ketika the faithfulness of God, kata ini muncul di dalam Alkitab menyatakan pengorbanan Allah melayani kita. Ketika saya menuliskan kalimat ini, ada sesuatu yang aneh yang saya rasakan. Bukankah seharusnya kita yang melayani Allah dan bukan Allah yang melayani kita. Tetapi ternyata, ketika kita makin bertumbuh, prinsip Alkitab adalah kita bisa melayani Allah kalau terlebih dahulu Allah melayani kita. Di dalam teologia, saudara-saudara akan mengerti kalimat economical Trinity, itu artinya bagaimana Allah melayani dunia ini. Ketika Allah melayani gereja-Nya, saudara dan saya, maka Dia “melayani,” bukan karena kita lebih tinggi dari Dia tetapi Dia memberikan anugerah-Nya adalah di dalam bentuk kesetiaan-Nya.

Kata Emet yang tadi kita bicara arti di dalamnya merupakan gabungan antara menggendong seorang anak dan merawat seorang anak. Sehingga di dalamnya itu ada nuansa tindakan yang menopang dengan kekuatan-Nya dan kemudian ada relasi yang intim di dalamnya. Ada gabungan antara kuasa, kekuatan dan juga satu keintiman cinta. Dan kata Emet menyatakan atau menunjukkan keteguhan kasih atau kasih yang teguh, stabilitas, komitmen, loyalitas, bisa dipercaya. Faithfulness didefinisikan sebagai demikian, kesetiaan Allah yang teguh terhadap perjanjian yang penuh kasih karunia. Untuk perjanjian yang teguh, kesetiaan yang teguh, yang memegang perjanjian-Nya, Dia harus berhadapan dengan kita manusia yang tidak setia. Kesetiaan Allah yang teguh terhadap perjanjian yang penuh kasih karunia. Kita adalah manusia yang tidak mudah dikasihi. Sekali lagi, dikasihi adalah satu hal, tetapi tetap dikasihi adalah hal yang lain. Kalau masuk ke dalam hubungan suami istri, mengerti kalimat itu. Pertama-tama dicintai, tetapi dicintai adalah satu hal, saudara-saudara bisa mempertahankan dan tetap memiliki kobaran cinta sampai akhir itu urusan lain. Banyak sekali keluarga yang awalnya mencintai, terakhir tetap setia tapi sudah tidak ada cinta. Tetapi Allah dari sejak pertama mengasihi kita. Dia terus menerus mengasihi kita meskipun kita sulit dikasihi dan tidak bisa dikasihi. Kita seperti landak yang dipeluk. Saudara pernah memeluk landak? Dari jauh saja, dia akan menyemburkan duri-duri. Makin saudara mau memeluk dia, makin saudara punya komitmen memeluknya, saudara makin berdarah-darah, saudara akan makin sakit dan itu yang dilakukan Allah kepada kita. Jangan terlalu cepat senang bahwa kita adalah orang yang mudah dikasihi. Tidak usah tanya sama Allah, tanya sama istri atau suami saja. Kita ini sulitnya luar biasa untuk dikasihi. Dulu ada orang yang adalah pekerja lembaga kemanusiaan dan menolong orang yang sulit, tetapi ketika dia menolong orang yang sulit itu, dia sendiri setiap kali menolong, orang yang ditolong ini marah-marah. Jadi setiap kali dia mau menolong, malah terluka. Bukankah itu sering sekali kita temui? Dan kita menganggap orang lain adalah landak. Kita lupa bahwa diri kita adalah landak. Orang jadi terluka ketika berelasi dengan kita. Saya masih ingat, ada satu orang yang sangat-sangat gracious, sangat murah hati dan menolong orang yang miskin. Dia sungguh-sungguh menolong orang dan bahkan anak dari orang yang ditolongnya itu, ketika sakit, berkali-kali dimasukkan rumah sakit, ditolong dengan uangnya dan semuanya. Bukan saja menolong dengan uang tetapi dia membawanya sendiri ke rumah sakit dan merawatnya dengan baik. Tapi ketika anak itu meninggal, apa yang terjadi? Seluruh keluarga yang ditolongnya menuntut dia. Seluruh keluarga itu marah kepada dia. Kalau saudara-saudara masuk ke dalam gereja, salah satu masalah di dalam gereja yang terus menerus harus dipikirkan adalah diakonia. Kenapa? Karena diakonia begitu diberikan akan membuat saudara pada posisi menjadi orang jahat. Begitu diberikan bulan pertama, ke-2, ke-3, ke-4 lalu kemudian kita menganggap bahwa cukup diakonianya. Orang itu tadinya berterima kasih bisa berbalik mengatakan bahwa kita jahat. Suatu hari, kami di gereja di Jakarta, memberikan diakonia kepada dua keluarga. Keluarga yang satu diberikan satu baju dan keluarga lain adalah pakaian yang lain. Tiba-tiba keluarga ini saling berkomunikasi dan dua-duanya itu datang kepada kami, terpisah datangnya dan marah. Kenapa aku tidak dikasih yang itu? Dan yang ke-2 juga, kenapa tidak dikasih yang itu? Manusia, kita itu, jahatnya luar biasa. Sungguh-sungguh jahatnya luar biasa. Kita landak. Kita sulit untuk didekati. Makin dibaiki, makin menyakitkan.

Maka saudara mengerti dalam konteks seperti inilah the faithfulness of God dinyatakan. Diberikan kepada Israel yang bukan umat-Ku, sekarang menjadi umat-Ku. Di dalam kitab Hosea, ketika Gomer belum melacur, maka Allah menyatakan kepada Hosea, nikahi pelacur ini karena Allah tahu; Aku menetapkan cinta-Ku kepada Israel meskipun suatu hari engkau tidak setia kepada-Ku. Itu adalah kasih setia Allah, kasih setia yang mendekati kita dengan seluruh tantangan yang menyakitkan pada diri Allah, Dia tetap berjalan mendekati kita. Sama seperti seseorang yang berjalan di tengah badai salju, dia tidak harus jalan, tapi dia mau jalan dan dia jalan dengan seluruh angin yang menghempas dia, dengan seluruh butiran salju yang menyakitkan mukanya, dia mempertahankan hatinya, tetap jalan, tidak mungkin akan kalah. Aku akan tekun, engkau menyakiti Aku, Aku akan tekun sampai dia datang kepada kita dan memeluk kita. Itu adalah kemenangan dari kesetiaan Allah kepada kita. Itu kesetiaan, Dia sebenarnya tidak perlu maju, tiap kali maju menyakiti Dia. Itu adalah kesetiaan Allah di dalam Kristus Yesus. Itu adalah Roh Kudus yang tetap berdiam di dalam kita dengan setia meskipun kita melakukan dosa. Dia mengatakan; Apa mungkin seorang ibu lupa kepada anaknya? Jikalau itu pun terjadi, Aku tidak akan pernah melupakan engkau.

Gereja Tuhan perhatikan baik-baik! Hidup kita tergantung akan ketekunan Allah. Alkitab mengatakan di dalam masa kemiskinan, masa aniaya, masa takut, masa gelapmu, Dia tetap Allah yang menggendong kita dengan kesetiaan-Nya. Gereja ini ada karena kesetiaan Allah. Hari ini saya ada di sini, bisa berkhotbah adalah karena kesetiaan Allah. Dia tekun dan Dia tidak menyerah untuk memegang saya terus. Dan sama dengan saya, saudara ada di sini adalah karena kesetiaan Allah, Dia tekun dan tidak pernah menyerah kepada kita, meskipun kita menyakiti Dia. Gereja ini ada, dan gereja ini continue dan masa depan gereja ini tergantung pada ketekunan, kesetiaan Allah menopang kita. Itulah sebabnya saya minta pada saudara datang berdoa. Karena kita bergantung pada ketekunan-Nya saja. Datang berdoa khususnya hari Sabtu minggu depan jam 2 siang, kita akan mengadakan Concert of Prayer. Semua, datanglah berdoa! Kita harus menyadari bahwa seluruh hidup kita masih bisa ada, masih bisa berdiri itu karena kesetiaan ketekunan-Nya. Dia adalah Allah yang menggendong kita dengan kesetiaan-Nya. Saya akan menutup khotbah ini dan mengingatkan saudara satu ilustrasi yang sudah lama sekali dan saudara pasti mengetahuinya. Suatu malam seorang laki-laki bermimpi, dia bermimpi sedang berjalan kaki di pantai bersama Tuhan. Mereka berjalan, beriringan melintasi pantai yang berpasir dan merupakan kilasan kehidupan yang pernah dilalui oleh laki-laki itu. Pada setiap babak kehidupannya, dia menyadari ada dua pasang jejak kaki di atas pasir yang dia lalui. Satu adalah jejak kaki miliknya dan satu lagi adalah jejak kaki milik Tuhan yang menemani dia di dalam perjalanan. Ketika dia berhasil melewati babak terakhir dari lintasan kehidupannya, ia menoleh ke belakang dan melihat banyak jejak-jejak kaki yang tertinggal di pasir itu. Tetapi ia baru sadar, ternyata ketika berada di dalam kesulitan, masa-masa yang sulit dan menyedihkan, hanya tinggal satu jejak kaki saja. Dia bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, Engkau berjanji jika aku memutuskan untuk mengikuti jalan-Mu, Engkau akan berjalan bersamaku sepanjang jalan tetapi kenapa aku melewati masa-masa yang paling sulit dalam hidupku hanya ada satu pasang jejak kaki di pasir itu? Aku tidak mengerti Tuhan, mengapa ketika aku sangat membutuhkan-Mu, Engkau malah meninggalkan aku?” Tuhan kemudian menjawab, “Hai anak-Ku, Aku mencintaimu. Aku tidak pernah meninggalkanmu. Ketahuilah pada masa-masa sulit itu, ketika kamu melihat hanya satu pasang jejak kaki itu, itu adalah jejak kaki-Ku karena aku sedang menggendongmu.” Itu yang ditulis di dalam kitab Yesaya; ‘engkau Ku-dukung sejak dari kandungan, engkau Ku-junjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia, sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.’ Nikmatilah kasih setia Tuhan dan biarlah kita tidak melupakannya dan tidak take it for granted. Mari kita berdoa.

 

Rom 16:25-27, Ayub 12:13, 1 Kor 1:18-30, Ef 1:17, Ef 3:10-11
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

1 October 2023
Jesus Christ is The Radiance of God’s Glory (1) – Holiness of God
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Markus 4:35-41, Yoh 8:46, Kel 15:11

Markus 4:35-41, Yoh 8:46, Kel 15:11

Siapa yang mengenal kekudusan? Siapa yang menginginkan kekudusan? Manusia tidak mengenal kekudusan, manusia tidak menginginkan kekudusan. Tanpa Yesus Kristus datang ke dunia ini tidak ada orang yang tahu apa itu kekudusan. Tanpa Roh Kudus hadir dan bekerja di dalam diri kita, tidak ada satu manusia pun yang menginginkan kekudusan. Kekudusan adalah sifat Allah itu sendiri. Alkitab mengatakan Allah adalah Bapa yang suci. Alkitab mengatakan Yesus adalah Yang Suci dari Allah. Dan pribadi ke-3 dari Tritunggal itu kita kenal dengan nama Roh yang suci, Roh Kudus. Ketika kita bicara mengenai kesucian, kesucian adalah keseluruhan diri-Nya Allah. Seorang bernama Stephen Charnock, dia adalah seorang Puritan, dia menuliskan magnum opus-nya buku yang begitu tebal, di dalam The Existence and The Atributes of God dia menuliskan seperti ini: ‘Kuasa adalah lengan-Nya Allah, mahatahu adalah mata-Nya, belas kasihan adalah hati-Nya, kekal adalah keberadaan-Nya, dan kesucian adalah keindahan-Nya. Allah itu suci adanya dan kesucian-Nya itu mencakup keseluruhan dan substansi dari pribadi-Nya.’

Ketika kita melihat kitab Wahyu, maka mata kita dibawa untuk memandang, menembus langit, dari kehinaan menjadi suatu pagelaran kemuliaan, dari kesementaraan akan diperlihatkan kepada kekekalan. Dan apa yang terjadi di dalam kekekalan, maka kitab Wahyu mengatakan, “Siang malam tidak ada hentinya seluruh makhluk itu memuji Allah dengan sebutan kudus, kudus, kuduslah TUHAN.” Saudara-saudara, di surga sifat kesucian ini menjadikan siang dan malam pujian kepada Allah Tritunggal dari kekal sampai kekal. Kesucian sangat-sangat terkenal di dalam surga. Setiap orang di surga mengerti apa itu kesucian. Tidak ada satu makhluk pun yang besar maupun yang kecil yang tidak mengenal kata ini. Kata ini setiap saat disebut dari kekal sampai kekal. Suci, suci, suci. Setiap detik, setiap jam, setiap waktu, setiap bulan, setiap tahun, dari kekal sampai kekal. Bukan kekal, kekal, kekal, bukan setia, setia, setia, tetapi suci, suci, suci. Seluruh makhluk, siang dan malam tidak henti-hentinya. Kesucian sangat terkenal di surga, tetapi siapa yang mengenalnya di bumi ini? Siapa yang familiar dengan kata ini? Siapa yang tahu dan siapa yang pernah melihatnya di bumi ini? Kecuali Kristus dikirim oleh Allah datang 2000 tahun yang lalu, tidak ada satu manusia pun yang bisa mendefinisikan dan bisa mengenal apa artinya kesucian. Kebenaran paling hakiki yang ada di surga, kesucian itu, tertutup di tengah-tengah mata kita, tersembunyi bagi penduduk bumi seperti kita, dan bahkan kita tidak pernah membayangkan itu apa dan tidak memiliki satu gambaran pun tentang kesucian.

Saudara-saudara, seorang teolog bernama Rudolf Otto, dia adalah seorang German teolog dari Lutheran yang menuliskan buku The Idea of Holy. Dia ke mana-mana mempelajari pengertian orang-orang berkenaan dengan kesucian itu apa. Dan seluruh bukunya itu bisa direduksi dengan dua kata ini, Mysterium Tremendum. Mysterium Tremendum, ketika seseorang dari budaya apa pun saja melihat atau mengatakan kesucian, atau pun tidak bisa mengatakan kesucian tetapi mereka itu merasakan, maka dua kata ini digabungkan. Ini mengacu pada sesuatu yang tidak bisa dipahami, berada di luar kemampuan kita untuk mendefinisikannya, mysterium. Tetapi juga yang kedua adalah tremendum, ada suatu waktu di mana ada kengerian, ada ketakutan, ada teror di dalamnya. Ketika seseorang mendekati sebuah gua, kemudian saudara masuk dan kemudian begitu rasa dingin, sesuatu yang asing di sana, maka di situlah manusia mengatakan, “Ini suci.” Kadang mereka tidak menggunakan istilah ini. Ada misteri, aku tidak bisa menjelaskannya, bulu kudukku semuanya berdiri, aku gemetar. Kalau engkau tanya kepadaku kenapa aku gemetar? Aku tidak tahu, pokoknya takut, ngeri, sesuatu yang asing. Itu yang Rudolf Otto selidiki di seluruh dunia.

Saudara-saudara, tidak ada manusia yang mengerti sesungguhnya apa itu suci. Sampai kemudian tiba-tiba ada seorang anak tukang kayu Nazareth yang berjalan di atas debu Yerusalem. Dan kita tahu Dia adalah pribadi kedua dari Tritunggal yang suci itu. The Holy One of Israel sekarang hadir. Kristus datang menyatakan siapa Allah dan apa yang menjadi sifat-sifat-Nya. Alkitab dengan jelas menyatakan Allah yang tadinya tersembunyi dan seluruh sifat-Nya tadinya tersembunyi, sekarang dinyatakan kepada kita melalui Yesus Kristus. Alkitab mengatakan barangsiapa melihat Yesus, melihat Allah, barangsiapa mengenal Yesus, mengenal Allah, barangsiapa menolak Yesus, menolak Bapa, barangsiapa menerima Yesus, menerima Bapa, barangsiapa mempercayai Yesus, mempercayai Allah, juga barangsiapa membenci Yesus, membenci Allah. Tepatlah yang dikatakan dalam Ibrani 1:3 ini, ‘Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah.’

Saudara dan saya tidak mungkin bisa melihat matahari. Saudara tidak mungkin menyentuh matahari. Apa yang terjadi dalam permukaannya pun saudara-saudara tidak bisa untuk melihatnya dengan teleskop. Setiap orang yang mau menyelidiki itu pasti mati. Tetapi saudara dan saya tahu bahwa matahari itu exist dari mana? Dari cahayanya yang sampai kepada kita, dari hangatnya yang sampai kepada kita. Itulah arti dari Ibrani 1:3. Anak itu, Yesus Kristus itu, adalah cahaya kemuliaan Allah. Tanpa Yesus Kristus, sampai kapan pun saja agama tidak mungkin akan mengenal Allah. Tanpa Yesus Kristus, manusia mati di dalam kesia-siaan dan kebinasaan, seumur hidup akan menganggap Allah itu musuh atau Allah itu tidak ada. Melalui Yesus Kristus, manusia bisa melihat Allah itu siapa. Melalui Yesus Kristus, manusia bisa melihat isi hati dan pikiran Allah yang dinyatakan kepada kita. Satu-satunya titik di dalam sejarah umat manusia mengerti kesucian, mengenal kesucian, berhadapan dengan kesucian, yaitu melalui titik inkarnasi Yesus Kristus. Dia disebut sebagai Yang Kudus dari Allah. Kristus adalah Yang Kudus. Apa artinya Kristus itu Yang Kudus? Begitu banyak artinya, tetapi pagi ini saya akan bicara mengenai tiga hal yang paling utama. 

Ketika bicara mengenai Kristus yang kudus, pertama, itu artinya bahwa Kristus itu terpisah dari seluruh kita. Dia pada kelasnya sendiri. Ketika seseorang dikatakan kudus, arti bahasanya itu adalah dia pada kelasnya tersendiri, satu pun tidak ada yang bisa menyamainya, dan ketika Alkitab mengatakan Allah itu kudus, dan seluruh pujian mengatakan kudus, kudus, kudus tiga kali, itu bicara mengenai superlatif, itu bukan saja tidak ada yang menyamai, itu artinya Dia pada puncak unggulan dan seluruhnya itu ada di bawah. Saudara-saudara, perbandingannya bukan surga dan bumi, perbandingannya adalah neraka dan surga. Ketika Yesus dikatakan bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah, Dia ada pada kelas-Nya tersendiri, Dia terpisah dari setiap manusia yang lahir di dunia ini. Alkitab mengatakan, oleh Dia, Allah menjadikan seluruh alam semesta. Di dalam Alkitab dikatakan, Allah menciptakan dunia ini dan kemudian menopangnya melalui Yesus Kristus. Ketika Alkitab mengatakan, Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, maka Dia ada pada kelasnya tersendiri, Dia tidak sejajar dengan bumi ini.

Mari kita pikirkan, siapakah Yesus Kristus itu? Apakah Dia pengajar, ataukah Dia moralist yang tinggi ataukah Dia seorang pendiri agama, ataukah Dia seorang penggerak masyarakat, seorang revolusioner, atau apakah Dia seorang nabi? Saudara-saudara gabungkan seluruh itu, tetap tidak bisa mendefinisikan dan sebanding dengan siapa Kristus Yesus sesungguhnya. Ibrani 1:3 dengan jelas menyatakan, ‘Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar yang sempurna dari sifat-Nya, Ia pula yang menopang segala sesuatu dengan firman kuasa-Nya.’ Saudara-saudara, saya tersentuh dengan kata menopang. Menopang. Kalau Dia itu melepaskan, maka seluruhnya akan runtuh. Oh sampai kapan manusia hidup tahu ini, bahwa setiap detik bumi ini dan seluruh kehidupan kita tergantung dari kebaikan-Nya semata. Siapakah Yesus Kristus? Dia lebih daripada pendiri agama, Dia lebih daripada presiden dan raja, Dia lebih daripada seorang yang bermoral tinggi sekali pun, gabungkan seluruhnya itu tetap tidak bisa mendefinisikan Kristus dengan seperti apa adanya. Ialah Yang Kudus itu. Ia terpisah dari seluruh kita. 

Hal yang kedua. Apa artinya Kristus yang kudus? Ketika kata ini muncul, itu artinya adalah Kristus transcend, melampaui dari dunia ciptaan. Dia bukan saja terpisah, tetapi Dia jauh lebih tinggi, artinya adalah Dia yang bertahta terhadap dunia ini. Alkitab mengatakan Dia bukan dari dunia ini, tetapi Dia masuk ke dalam dunia ini maka ketika saudara mengerti dan mempelajari konsep ini, ketika kita bicara mengenai kesucian, itu bukan bicara berkenaan dengan moral terlebih dahulu, ya nanti kita akan masuk ke sana, tetapi bicara mengenai kesucian adalah bicara berkenaan dengan keagungan Kristus. Dengan kata lain berbicara berkenaan dengan kedaulatan penguasaan-Nya. Alkitab dengan jelas, berkali-kali karena kesucian Allah, maka jemaat itu memujinya di dalam takut dan gemetar. Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab, maka saudara akan menemukan sebenarnya pekerjaan-pekerjaan Kristus dengan kekuatan kuasanya itu lahir dari kesucian-Nya. Kita sering sekali memisahkan kuasa dari kesucian-Nya, tetapi di dalam dirinya Allah, kesucian itu kuasa-Nya.

Suatu hari, murid-murid Yesus bersama dengan Yesus naik sebuah perahu. Mereka adalah nelayan dan mereka adalah orang yang terbiasa dengan samudera, dengan lautan, dengan danau, dengan badai. Tetapi kelihatannya hari itu badai itu lain daripada yang lain. Nelayan yang terbaik itu pun takut terhadap badai ini. Pada waktu itu Yesus tertidur dan kemudian murid-muridnya yang terbangun melihat seluruh kegelapan danau itu, angin yang memutar kapal itu dan seluruh ombak yang bergelora di situ. Mereka ketakutan dan kemudian membangunkan Yesus, “Guru, Guru, bangun, Engkau tidak peduli kami mau binasa.” Kemudian Yesus terbangun dan berdiri. Dia memandang seluruh gelora lautan dan kegelapan dari langit itu, dan Dia hanya mengucapkan dua kata saja, “Diam, tenanglah!” Dan seluruh gejolak itu kemudian tenang. Ketika murid-murid-Nya melihat, mereka memandang satu dengan yang lain. Alkitab mengatakan mereka melihat dengan sangat takut. Dengan sangat takut. Bukankah sebenarnya mereka seharusnya memuji Tuhan, bukankah sebenarnya mereka mengatakan terima kasih Tuhan Yesus, tetapi tidak. Saya yakin, di dalam hati mereka pasti ada terima kasih, ada bersyukur, tetapi yang lebih melingkupi hati mereka bukan syukur tetapi takut. Apa yang lebih menakutkan kita daripada menghadapi kematian? Kekudusan Allah. Oh, jikalau sekali saja dibukakan kepada kita, maka hidup kita ini akan berubah. Mereka sudah lupa terhadap seluruh badai itu, mereka takut kepada badai itu, tetapi mereka sangat takut kepada Orang ini. Saudara berpikir bahwa itu adalah kuasa Allah. Ya tentu kuasa Allah. Tetapi seperti yang saya jelaskan tadi, kesucian itu bicara mengenai transcend, itu bicara berkenaan yang ada di atas, yang memerintah, yang berdaulat. Ketika Yesus mengatakan ‘diam’, maka Dia sedang menyatakan kuasa yang keluar dari kesucian-Nya. Dan peristiwa ini membuat saya mengingat Keluaran 15:11. Keluaran 15:11 yang tadi kita baca, di dalam KJV ada tulisan yang sangat indah: “Who is like unto thee, O LORD, among the gods? Who is like thee, glorious in holiness?” Dan kemudian ‘fearful in praises’  di dalam Bahasa Indonesia tidak kelihatan bukan? Saudara-saudara, di dalam bahasa aslinya adalah ‘fearful in praises, doing wonders’. Fearful in praises, ada pujian tetapi sesuatu yang takut. Dan itu yang terjadi di danau itu. Orang-orang kudusnya Allah dengarkan baik-baik, kalau engkau dan saya anak Tuhan yang sejati ini pasti terjadi, ketika berkat Tuhan itu datang, engkau dan saya bukan saja berterima kasih, itu akan merendahkan hati kita dan membuat kita berlutut dan kemudian kita makin takut kepada Dia.

Hal yang ke-3. Apa artinya Kristus itu Yang Kudus? Itu artinya Dia tidak berdosa, Dia murni, ini adalah moral perfection. Yoh 8:46 yang tadi kita baca, ada satu kalimat Yesus Kristus yang sampai sekarang siapa pun saja yang membenci Yesus tidak bisa menjawabnya. Yesus bertanya, “Siapakah di antaramu yang dapat membuktikan Aku berbuat dosa?” Satu kalimat ini saja saudara bandingkan dengan seluruh pendiri agama, seluruh pendiri agama jatuh di bawah seluruhnya. Saudara pikir ini kalimat yang biasa? Ini kalimat yang terbuka, dan seluruh orang yang mau menembaknya dengan mudah bukan? Tetapi di mana dan siapa yang bisa menjawab Dia? Siapa yang sampai saat ini, orang yang paling benci pada Yesus pun yang bisa menjawab pertanyaan ini? Siapa di antaramu yang dapat membuktikan Aku berbuat dosa? Semua orang Yahudi pada waktu itu bencinya luar biasa sama Yesus, tetapi mereka tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Pendeta Stephen Tong pernah dengan satu kalimat memberi arahan kepada kami, saya kaget sekali, ini kunci. Dia katakan, “Saya melayani bertahun-tahun, dan meneguhkan gerakan Reformed Injili ini.” Dan kemudian dia mengatakan, “Ikuti teladan saya, kau kerja keras, kau sungguh-sungguh. Perhatikan, orang bisa benci kita, tapi orang tidak mungkin bisa hina kita.” Wah saya kaget, saya mengerti sekarang itu kuncinya. Orang bisa benci sama Yesus Kristus, tapi tidak mungkin bisa hina Dia, karena tidak ada kesalahan, karena yang dikerjakan seluruhnya kudus itu sendiri. Mari kita belajar sama-sama, jangan takut kepada orang yang membenci kita, tetapi tidak mungkin bisa menghina kita. Stephen Charnock mengatakan, “Yesus Kristus adalah cahaya yang murni, yang tidak bercampur, lepas dari seluruh noda dalam esensi-Nya, natur-Nya, dan segala cara kerja-Nya.” Dia tidak ada dosa, tidak ada kesalahan sama sekali.

Sekali lagi, apa itu artinya kekudusan Kristus? Secara essential, tiga hal ini. Yang pertama Dia pada kelas-Nya sendiri, terpisah. Bukan saja terpisah, yang ke-2 Dia transcend dan memerintah. Dan yang ke-3 Dia adalah moral perfection, murni. Kalau saudara-saudara melihat dalam Perjanjian Lama, maka salah satu icon yang Allah perhatikan tidak pernah boleh salah, itu adalah Bait Suci. Saudara bisa melihat kitab Imamat secara khusus, saudara akan melihat bahwa pembangunan Bait Suci itu ukurannya, panjangnya, lebarnya, dalamnya, seluruhnya, materialnya apa, mesti tepat. Dan Allah tidak suka ada satu penyelewengan sekecil apa pun. Ketika seorang Israel melihat Bait Suci, mereka belajar satu hal, kesucian Allah, Allah yang precise, murni, tidak ada sedikit pun pergeseran. Ketika kita bicara mengenai Yesus tidak berdosa bukan saja bicara moral, saudara-saudara jangan berpikir bahwa ketika bicara moralitas diberikan kepada Yesus Kristus itu seperti kita, oh orang ini tidak pernah nonton video porno, orang ini tidak pernah menipu, orang ini tidak pernah melakukan pencurian, bukan itu saja saudara-saudara, seluruhnya precise.

Dan sekarang kita akan masuk kepada implikasinya. Saudara-saudara, apa implikasi dari kesucian Kristus? Dia adalah Yang Kudus dari Allah, dan Dia hadir di dalam dunia ini, Dia berinteraksi dengan manusia, dan apa implikasinya? Saudara, di dalam point ini saya akan menyebutkan satu hal yang penting sekali di dalam sebuah kalimat. Perhatikan baik-baik. Kesucian Kristus menyerang pendosa dan memikat pentobat. Dia attack pendosa, tapi attract pentobat. Ini sesuatu yang luar biasa penting. Ketika saudara dan saya mendengar kata ini, apakah saudara merasa diserang atau saudara merasa dipikat? Saudara-saudara, kesucian Kristus mematikan bagi pendosa. Dari kesucian itu muncul murka. Para teolog mencoba untuk mendefinisikan sifat-sifat Allah, salah satunya yaitu murka Allah. Ada teolog sama-sama reformed, ada teolog yang mengatakan bahwa murka Allah itu salah satu sifatnya, ada teolog reformed mengatakan murka Allah itu bukan sifat Allah tetapi murka Allah itu derivative dari kesucian-Nya. Saudara-saudara, dari kesucian Allah muncul serangan yang mematikan. Dari kesucian Kristus maka muncul serangan yang mematikan kepada para musuh-Nya.

Suatu hari Saulus sebelum menjadi Paulus, dia bersama dengan beberapa petugas pasukan bait suci, dengan kemarahan yang luar biasa besar dia naik kuda menuju ke Damsyik mau menghancurkan seluruh kekristenan yang pada waktu itu masih sangat kecil seperti bayi. Dengan kekuatan dari relasinya, juga kekuatan dari senjatanya dan kemarahan dari agamanya, dia naik kuda dan sampai ke titik satu jalan, Alkitab mengatakan the radiance of Christ. Saudara lihat sinar Kristus. Yesus tidak menyentuh, Yesus tidak menghardik, Yesus hanya hadir apa adanya. Kesucian yang tidak diselubungi oleh Yesus akan mematikan seluruh musuh-Nya. Bahkan musuh-musuh-Nya tidak bisa melihat wajah-Nya sekali pun. Kesucian itu kalau dinyatakan oleh Kristus apa adanya seluruh orang di depan-Nya pasti habis. Saudara masih ingat di taman Getsemani. Yesus berdoa minta supaya cawan itu lalu. Malam itu adalah malam yang menggentarkan. Dia berdoa tiga kali dan setelah itu Allah di surga menguatkan Dia. Dan Dia akan minum seluruh cawan murka Allah dan kemudian Dia tahu bahwa musuh-Nya dan di situ ada Yudas sudah mendekat. Dia bangkit dari doa-Nya dan kemudian menghadapi musuh-Nya dan bertanya, “Siapa yang engkau cari?” Jawab mereka dengan kegagahan, dengan obor, dengan pedang, “Yesus dari Nazareth.” Dan Yesus tidak membawa apa-apa. Tetapi Dia mengatakan apa yang Dia pernah katakan kepada Musa, “I AM HE.” Dan tidak ada cerita apa pun, langsung seluruhnya itu jatuh ke tanah. Kesucian Tuhan. Dia tidak perlu pakai pedang, tidak perlu pakai malaikat untuk menghabisi kita maka, kalau Dia mau membawa kita mendekat dan tetap bisa hidup selama-lamanya dengan Dia di dalam kesucian-Nya, itu cinta seberapa dalam.

Sebaliknya, sesuatu yang menyerang pendosa ternyata memikat orang-orang yang bertobat. Kesucian Kristus itu adalah keindahan-Nya. Kesucian Kristus itu mengagumkan dan memikat bagi orang-orang yang ditebus. Kesucian Kristus memberikan kepada kita visi kemuliaan itu apa. Dan saudara-saudara perhatikan, bagi umat pilihan-Nya, orang-orang yang sungguh-sungguh dipilih oleh Dia, maka kesucian-Nya itu yang kita cari. Orang-orang dunia akan mencari cinta Tuhan, love, terus love, tetapi umat Allah akan mencari kesucian Tuhan. Ini adalah sesuatu yang mengagumkan, makin kita bertumbuh mengenal Tuhan, makin kita menginginkan kesucian-Nya. Bahkan hanya melihat kesucian-Nya itu penghiburan kita. Sekali lagi, hanya melihat kesucian-Nya saja itu penghiburan kita. Apa penghiburan kita? Dapat uang, tidak salah saudara, tetapi saudara sekarang lihat, apa penghiburan bagi umat Allah yang sesungguhnya? Kesucian-Nya. Kita dihibur kalau dapat uang, kita dihibur kalau sukses, kita dihibur kalau dapat rumah tangga yang baik, atau apa pun saja. Tetapi coba lihat dan coba untuk merenungkan apa yang menjadi penghiburan umat Allah. 

Suatu hari, Musa sedang berada di dalam kesendiriannya. Dia terlempar dari Mesir. 40 tahun kemudian dia menjadi penggembala kawanan kambing domba. Tidak pernah ada di dalam satu kehidupan Nabi, ini yang paling pertama. Tiba-tiba Musa melihat ada semak belukar yang ada apinya tetapi tidak terbakar. Dan ketika dia curious mau tahu itu apa dan mendekatinya, tiba-tiba ada suara dari tempat semak itu dan mengatakan, “Engkau tidak boleh mendekat, Musa diam di situ, tidak boleh mendekat, lepaskan sandalmu karena tempat yang kau injak ini adalah kudus adanya.” Kata kudus pertama kali keluar dalam Alkitab di titik ini. Oh saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam hati Musa melihat kesucian Allah itu nyata. Dan saudara tahu bahwa setelah itu Allah memberikan pengutusan kepada dia. Dan berbulan-bulan atau mungkin bertahun kemudian maka Musa sudah berhasil mengeluarkan orang Israel dari tanah Mesir. Tetapi sekarang seluruh rakyatnya sebagian besar memberontak kepada dia dan orang-orang yang dikasihinya kemudian harus dihajar oleh Tuhan sampai akhirnya mati. Saya tidak tahu seberapa dalamnya kejatuhan hati Musa. Coba saudara pikirkan kalau saudara adalah seorang guru dan di kelas saudara ada 20 orang dan kemudian 18 orang tidak naik kelas, apa yang ada di dalam hati saudara? Saudara akan bercampur dengan marah, dengan malu, saudara akan bercampur dengan rasa gagal, saudara mungkin sekali akan pergi ke kepala sekolah dan mengatakan aku tidak akan lagi mengajar seumur hidupku, kenyataan sudah membuktikan aku adalah orang yang gagal. Dan saudara meletakkan seluruh barang-barang sekolah kembali dan pulang ke rumah dengan air mata. Saudara akan sendirian merenungi nasib. Dengan peristiwa yang berbagai macam di dunia, banyak orang yang merasa gagal dan kemudian pulang dan kemudian bunuh diri. Tetapi Musa tahu, oh penglihatan itu, kesucian Allah, oh aku begitu merindukannya, aku begitu merindukannya sekarang dan kemudian dia menghadap Allah setelah beberapa dari pertanyaan dan kalimat dan permohonan, dan kemudian Musa mengatakan, “Aku minta satu hal, show me Thy glory.” Show me Thy glory

Dan apa isi kemuliaan Allah? Kesucian-Nya. Itulah sebabnya Allah mengatakan, “Aku akan lewat di depanmu, engkau ada di lekuk itu, gunung itu, tidak boleh ada satu manusia atau satu binatang pun.” Karena kenapa? Pasti mati. Dan Allah melewatkan seluruh kegemilangan-Nya. Musa sebenarnya tidak melihat seluruh kemuliaan kekudusan Allah, Musa hanya melihat sisa berkas sedikit saja kekudusan yang lewat. Dan Musa hancur hatinya dan menangis dan gemetar. Tetapi di situlah kekuatan orang kudus, dari titik situ dia berani untuk berdiri lagi karena melihat kekudusan Allah. Apakah saudara-saudara tahu apa yang diminta oleh Musa? Ketika Musa meminta show me Thy glory, itu artinya adalah Musa tahu sebentar lagi dia pasti mati karena tidak ada orang yang bisa melihat kekudusan Allah dan tetap hidup. Tetapi kekudusan Allah itu menarik hatinya. Agustinus pernah mengatakan, “Oh Tuhan, jikalau seseorang yang melihat Engkau maka pasti mati, izinkan aku mati untuk aku bisa melihat Engkau.” Kekudusan Allah itu begitu memikat umat-Nya. Mintalah pertumbuhan rohani. Mintalah pertumbuhan rohani. Minta Tuhan menyatakan kekudusan-Nya dan membuat kita tetap bisa hidup sementara. Tanpa itu, hidup kita tidak akan berubah. Tanpa itu, dunia tidak akan mengerti dan takut dan mau takluk kepada kekristenan. Apa yang membedakan kita dengan semua orang lain? Banyak anak muda itu berpikir naif, aku lebih pandai maka aku bisa menghadapi dunia. Dunia lebih pandai. Orang Kristen yang tidak bertanggung jawab mengatakan, “Aku mesti jadi anak Tuhan yang kaya supaya aku bisa membawa orang.” Orang dunia lebih kaya dari kita. Yang membedakan kita dengan mereka adalah Allah yang kudus ada di tengah-tengah kita, sehingga kita disebut sebagai umat yang kudus.

Dan terakhir. Saya akan bicara berkenaan dengan aplikasi, sesuatu yang practical. Pada prinsipnya, Allah menginginkan kita menjadi jemaat yang mengenal dan bertumbuh di dalam kesucian Kristus. Tuhan memimpin sampai sekarang gereja ini ada dalam 10 tahun. Dan orang-orang yang dari pertama itu ada, saudara tahu betapa ombak yang besar itu berkali-kali menghantam, dari luar mau pun dari dalam. Dan belum lagi kita bergumul dengan dosa kita. Belum lagi kita bergumul dengan keinginan kita akan dapat sesuatu dari dunia. Kita mengalami naik turunnya gelombang kehidupan sebagai satu jemaat Tuhan. Tetapi  perhatikan baik-baik arahnya. Perhatikan baik-baik benang merahnya. Allah menginginkan kita menjadi jemaat yang mengenal dan bertumbuh di dalam kesucian Kristus. Beberapa hal ini: 

Yang pertama, selalu sadarilah tujuan Allah untuk kesucian ini. Mari kita melihat Efesus 1:4. Sebenarnya saya bisa langsung untuk mengotbahkan kepada saudara-saudara isinya, tetapi saya mau untuk saudara membacanya: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Allah memilih kita untuk kita kudus dan tak bercacat. Sejak pertama sebelum dunia dijadikan bahkan sebelum saudara dan saya itu diciptakan, bagi orang pilihan kita diciptakan itu adalah dan dipilih itu adalah untuk bisa berbagian di dalam kesucian. J.I. Packer mengatakan kesucian adalah tujuan penebusan. Biarlah kita mengingatnya kita dipilih untuk apa, kita ditebus untuk apa.

Hal yang ke-2, biarlah semua daripada saudara dan saya mengingat ini. Sumber atau mata air kekudusan itu adalah Kristus Yesus. Saudara perhatikan fountain, sumber mata air kesucian itu adalah Kristus. Mungkin saudara-saudara adalah orang yang hanya pergi ke gereja setiap minggu atau mungkin engkau adalah orang yang belum Kristen sama sekali dan engkau kebingungan bagaimana aku bisa memiliki sesuatu keinginan yang baik, sesuatu kekudusan dalam hidup. Saudara tidak mungkin bisa memilikinya kecuali engkau datang kepada Yesus Kristus dan meminum dari sumber mata air itu. Seluruh pemimpin agama bisa membuat kita menjadi lebih baik tetapi tidak mungkin lebih kudus. Seluruh pendidikan kita bisa membuat kita menjadi kaum yang beradab tetapi tidak mungkin lebih kudus. Ketika bicara mengenai kekudusan, itu adalah pekerjaan Allah sendiri karena tidak ada yang memilikinya kecuali pribadi Allah sendiri. Dan jikalau kita berkali-kali jatuh di dalam dosa, biarlah kita boleh mengingat untuk kita terus menempel kepada pokok anggur yang benar yaitu Yesus Kristus sumber kesucian itu sendiri. Tidak ada yang lain, tidak ada kemungkinan yang lain selain minta belas kasihan kesucian-Nya bekerja di dalam hidup kita. Datanglah kepada Yesus dan minta untuk dia menyucikan dan memberikan Roh-Nya untuk kita kuat dan mampu hidup suci.

Hal yang ke-3, bagi semua orang yang melayani, apakah itu engkau guru Sekolah Minggu, apakah pembina remaja, pengurus, pemuda atau penatua atau siapa pun juga, pasti termasuk hamba Tuhan, ingatlah akan satu kalimat Yesus Kristus. Yohanes 17:19 mengatakan: “Dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.” Saya teringat akan kalimat Robert Murray M’Cheyne, dia berkata kepada semua hamba-hamba Tuhan, “Yang diperlukan oleh jemaatmu adalah kekudusanmu.” Kristus bukan saja melayani tetapi Dia menjaga kekudusan-Nya. Biarlah seluruh guru Sekolah Minggu mengingat ini. Apa yang diperlukan oleh anak-anak kita? Kekudusanmu. Apa yang diperlukan oleh remaja kita? Kekudusanmu. Apa yang diperlukan oleh jemaat adalah kekudusan kita.

Hal yang ke-4, biarlah kita boleh mengingat 1 Petrus 1:15. Mari kita membaca bersama-sama ayat ini: “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.” Di dalam Bahasa Indonesia dan juga di dalam ESV atau NIV tidak terlalu jelas, tetapi di dalam bahasa aslinya adalah jadilah kudus seperti The Holy One. Jadilah Kudus seperti The Holy One yaitu Yesus Kristus yang sudah memanggil kita. Dan sekali lagi apa itu holy, apa itu ‘jadilah kudus’? Maka kudus itu adalah dipisahkan untuk hidup sesuai dengan tujuan Allah. Hidup yang dipisahkan untuk tujuan Allah. Bapa ibu sekalian, saudara sekalian yang ada di sini, saudara dan saya tidak hidup di dunia ini diberikan keselamatan untuk hidup menurut keinginanmu sendiri. Kita dipisahkan dari dunia, dimiliki oleh Allah adalah untuk kita hidup dengan tujuan-tujuan Allah. Kita dipisahkan untuk tujuan Allah. Saudara-saudara, saudara dan saya tidak boleh punya tujuan sendiri, istri tidak boleh punya tujuan sendiri untuk mengatur suaminya dan suami juga tidak boleh punya tujuan sendiri untuk mengatur seluruh keluarga sesuka-suka hatinya. Orangtua, engkau harus bertobat tidak boleh punya tujuan sendiri untuk anakmu. Kekudusan itu apa? Apakah kita berjalan dalam kekudusan? Apakah kita dipisahkan untuk tujuan Allah? Jadilah kudus bagaimana The Holy One memanggil kita. 

Hal yang ke-5, biarlah kita boleh ingat Ibrani 12:10, sama-sama kita akan membacakan, “Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” Saudara-saudara, bagi anak-anak Tuhan ketika kehidupan itu sulit dan menderita, dan bahkan ketika kita merasa bahwa Allah itu sedang mendidik dan menghajar kita atau bahkan menghukum kita, saudara, isi hati Tuhan sudah dibuka kepada kita. Ya itu akan sakit, itu akan menghancurkan hatimu, itu akan membuat engkau berlinang air mata, tetapi Aku melakukannya untuk engkau berbagian di dalam kekudusan-Ku. Bukan seperti Firaun yang dihancurkan untuk dimatikan, tetapi bagi umat Allah, bagi anak-anak Tuhan, setiap penderitaan dan didikan dan hajaran dari Tuhan adalah untuk membawa kita mendekat kepada Dia, untuk kita boleh berbagian di dalam kekudusan-Nya.

Dan yang terakhir yang ke-6, biarlah kita boleh ingat panggilan kesucian adalah panggilan untuk bahagia, penuh dan sukacita. Panggilan kesucian adalah panggilan untuk kita hidup berbahagia, penuh dan sukacita. Saya teringat akan satu cerita ini yang sungguh-sungguh terjadi. Seorang ayah yang mendidik anaknya yang kecil sekali untuk bermain sepeda. Saudara tahu bukan bahwa bersepeda buat kita mudah, tetapi buat anak-anak kecil sangat sulit. Beberapa kali mereka akan terjatuh dan sakit dan terluka. Kemudian anak ini dilatih, pertama-tama sepedanya dipegang, dan kemudian dia naik dan perlahan-lahan dia kayuh dan kemudian perlahan-lahan dilepas dan kemudian jatuh dan kemudian nangis lalu kemudian diobati dan besok paginya ayo latihan sepeda lagi. Seperti itu terus, anaknya kadang-kadang tidak mau lagi karena sering sekali jatuh dan sering sekali sakit. Tetapi terus-menerus orang tua itu sangat tekun untuk melatih anaknya sampai anaknya itu bisa. Kemudian ada seseorang bertanya kepada ayah ini, “Mengapa engkau melatih anakmu main sepeda, apakah nanti suatu hari mungkin kalau dia kerja di luar negeri bisa jadi orang yang lempar koran pakai sepeda yang antar-antar, atau dia bisa pergi ke sekolah?” Papa itu mengatakan, “Ya tentu itu juga. Tetapi ada satu hal yang paling utama aku melatih anakku naik sepeda, karena sampai suatu hari aku menginginkan dia beserta dengan istriku, kita sama-sama naik sepeda di pinggir pantai dan menikmati seluruh alam di dalam sukacita.” Apakah saudara tahu kenapa Tuhan menginginkan kita hidup suci? Karena Dia ingin kita terus berjalan bersama Dia. Alkitab dengan jelas menyatakan: “Yang suci hatinya yang bisa melihat Allah.” Panggilan kesucian adalah bukan panggilan legalism, panggilan kesucian adalah panggilan untuk menyerupai Dia dan berjalan bersama dengan Dia, ini adalah panggilan cinta.

Gereja ini sudah 10 tahun dan sampai saat ini orang mau bicara apa kepada kita, berhasil atau tidak berhasil, itu tidak masalah. Kita tahu kita semua adalah kumpulan orang-orang berdosa, tetapi yang paling penting adalah apakah kita belajar untuk berjalan di dalam kesucian dan bertumbuh di dalam kesucian dan dengan keadaan yang seperti itu kita bisa memastikan Allah berjalan bersama dengan kita.  Kemuliaan Allah, kesucian Allah yang dinyatakan kepada gereja-Nya melalui kesucian Kristus. Kiranya kasihan Tuhan memimpin kita. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

24 September 2023
Pertanyaan-pertanyaan Allah Kepada Manusia (11)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mar 4:3, 10-11, 13-20

Mar 4:3, 10-11, 13-20

Masalah berbuah atau tidak adalah masalah yang serius di hadapan Allah. Saya ulangi kalimat ini sudah beberapa kali minggu lalu. Masalah orang Kristen, saudara dan saya, berbuah atau tidak, itu masalah serius di hadapan Allah. Allah sendiri mengutus ketiga nabi-Nya; Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan bertanya kepada orang Israel, ‘Mengapa kamu tidak berbuah?”. Dan di dalam perikop ini sekarang saudara bisa melihat kelebihan lagi daripada pentingnya.  Saudara-saudara, di dalam perikop ini maka berbuah atau tidak dikaitkan dengan kerajaan Allah. Dan bahkan Yesus mengatakan, perumpamaan ini adalah perumpamaan yang menjadi master key bagi mengerti seluruh perumpamaan yang lain. Apakah saudara bisa mengerti ini adalah sesuatu yang luar, luar biasa serius. Saudara-saudara, berbuah. Orang Kristen harus berbuah. Saudara-saudara, di dalam ayat-ayat ini maka Yesus mengkaitkan berbuah atau tidak berbuah dengan kerajaan Allah. Kerjaan Allah adalah isi hati-Nya dari Yesus Kristus. Kerjaan Allah adalah isi hati-Nya dari Bapa di surga. Kerjaan Allah adalah isi hati-Nya daripada Roh Kudus. Kalau saudara dan saya mau bertanya, apa itu kehendah Allah? Saudara-saudara, kehendak Allah yang begitu jelas terpampang di depan mata kita tidak pedulikan. Kita selalu care terhadap hal-hal berkenaan dengan kehendak Allah yang ada urusannya dengan diri sendiri. Oh, aku punya istri nanti kira-kira siapa? Aku musti tanya sama Tuhan apa kehendak-Mu. Oh, nanti anakku nikah sama siapa? Oh, aku musti tanya sama Tuhan apa kehendak-Mu. Oh, aku musti tahu kehendak Tuhan, aku musti bekerja di mana? Kalau ada dua tawaran pekerjaan, aku pilih yang ini atau yang itu? Aku mau tau kehendak-Mu. Segala sesuatu adalah urusan diri. Aklitab mengatakan, Yesus mengajarkan, cari dulu kerajaan Allah maka seluruhnya itu Aku berikan kepadamu. Kerajaan Allah adalah interest-nya Allah Tritunggal. Dia mau menghadirkan kerajaan-Nya di bumi seperti di surga. Dan teologia kerajaan Allah adalah yang menjadi benang merah dari Kejadian sampai Wahyu, dan di dalam perikop ini, maka saudara-saudara bisa melihat bahwa kerajaan Allah hadir melalui Firman. Maka saudara-saudara, kita mengerti di sini bagaimana pentingnya dan signifikansinya gereja yang sejati. Gereja tidak sama dengan seluruh lembaga atau institusi. Kecuali kalau gereja itu bukan sejati. Gereja yang palsu itu tidak perlu ada di dunia. Tetapi gereja yang sejati yang memiliki Firman yang murni dan kuasa Roh Kudus maka diperlukan di tengah-tengah dunia ini karena gereja tersebut menjadi sarana satu-satunya kerajaan Allah itu hadir. Melalui Firman-Nya, Firman yang sejati, ada di mulut hamba Tuhan yang sejati. Firman yang sejati ada di dalam gereja yang sejati. Itulah sebabnya gereja memiliki peran yang penting sekali di tengah-tengah membangun kerajaan Allah di seluruh dunia. Oh Yesus sendiri mengatakan, “Jikalau engkau mau berdoa, berdoalah demikian; Bapa kami yang di surga dikuduskan nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Apakah parlemen pernah menyatakan hal ini? Apakah sekolah-sekolah liberal pernah menyatakan dan mengajarkan hal ini? Apakah setiap dari tempat-tempat yang anda pernah kunjungi, restoran atau gedung apa pun saja pertemuan pernah mengajarkan hal ini? Tidak pernah. Satu-satunya yang pernah mengajarkan kerajaan Allah harus hadir adalah gereja yang sejati, termasuk gereja yang tidak sejati tidak pernah juga mengajarkan hal ini. Saudara-saudara, kita harus mengerti masalah berbuah adalah masalah kerajaan Allah itu berekspansi atau tidak. Masalah berbuah bukan masalah pribadiku. Kalau kita tidak berbuah, kita menghambat pekerjaan Allah di dunia ini. Begitu banyak orang Kristen bahkan orang Reformed sekalipun. Engkau menyukai kotbah yang baik, tetapi hidup kita tidak berbuah. Tetap kita memikirkan untuk diri sendiri. Kita terus memiliki cita-cita untuk diri sendiri. Tidak pernah hidup itu menjadi persembahan yang manis untuk dicicipi oleh Allah. Di dalam ayat-ayat ini, maka selain daripada bicara mengenai kerajaan Allah, di dalamnya Yesus memberikan perumpamaan untuk kita mengerti, mengapa seseorang itu tidak berbuah. 

Kalau saudara-saudara melihat teologia kerajaan Allah yang sebagian besar atau semuanya ditulis, diajarkan di dalam bentuk perumpamaan, maka Markus pasal 4 dikatakan demikian; kalau engkau tidak mengerti perumpamaan ini, perumpamaan penabur ini engkau tidak tahu, bagaimana engkau seluruh perumpamaan yang lain. Maka perumpamaan ini sekali lagi menjadi master key untuk membaca perumpamaan yang lain. Di dalam perumpamaan ini kalau begitu ada hal apa? Saudara-saudara perhatikan dua hal ini. Di dalam perumpamaan ini diajarkan 2 hal ini dan kalau saudara-saudara menggabungkannya saudara bisa melihat seluruhnya adalah perumpamaan yang lain. Saudara-saudara pertama saudara-saudara akan melihat kerajaan Allah itu ketika dinyatakan, ditanam oleh Allah ternyata begitu banyak perlawanan. Kerajaan Allah itu ditanam di tengah-tengah dunia, kepada setiap hati umat manusia, maka keberhasilannya, persentasinya sangat kecil. Ada perlawanan yang besar. Hal yang kedua, kerajaan Allah ketika ditanam di tengah-tengah dunia di dalam hati manusia, tempat yang lain ada progress dan akan berbuah dan pasti berhasil. Saudara-saudara ini akan membedakan dua jenis manusia. Ini bukan membedakan antara orang yang belum ke gereja atau orang yang sudah ke gereja seperti kita. Saudara-saudara ini akan membedakan orang yang berbuah dan orang yang tidak berbuah. Orang yang berbuah dan berhasil pasti ada dalam gereja tetapi tidak setiap orang ke gereja itu pasti berbuah. Dua hal ini, saudara-saudara ada perlawanan yang besar baik itu dari luar atau dari dalam, dan yang kedua ada suatu pertumbuhan yang menjadikan makin lama makin besar. Pagi ini kita akan melihat daripada perikop ini. 

Perikop ini menyatakan; benih itu ditabur, benih itu adalah benih Firman dan Firman itu bukan benih yang mati, Firman itu adalah benih yang hidup. Jikalau Firman itu bertemu dengan tanah yang baik, dia pasti akan berhasil, tetapi ternyata tidak. Yang pertama jatuh ke satu jalanan dan kemudian dipatuk burung. Bicara berkenaan dengan bagaimana setan itu mengelabui kita. Saudara, bagaimana setan mengambil, Yesus tidak menyatakannya. Tetapi kalau saudara membaca buku-buku dari bapa-bapa gereja atau Puritan, mereka di dalam pengalaman sehari-hari atau pastoralnya memberikan penjelasan-penjelasan dengan detil-detil seperti ini. Orang-orang yang dipakai Tuhan peka berkenaan dengan sesuatu Firman yang diambil oleh setan. Hal yang paling sederhana, suatu hari pendeta Stephen Tong itu kotbah dan saya ada di atas dan di situ ada kurang lebih 8000-9000 orang di stadion bulu tangkis Istora dan kemudian saudara-saudara dia berkhotbah dan kemudian dia mau bicara sesuatu yang penting. Dan setelah itu dia konklusi dan setelah bicara itu kemudian dia memanggil orang untuk terima Kristus. Di tengah kalimat yang penting yang mau muncul itu tiba-tiba ada dua orang berdiri pergi ke kamar kecil. Dan pendeta Stephen Tong bilang, “Berhenti!” orang itu tetep jalan. “Berhenti!” orang itu tetep jalan. “Setan saya perintahkan berhenti!” Orang itu plengak-plengok, mana ada setan? Saya tanya kepada saudara-saudara, apa kesanmu? Pasti yang negatif pengkotbahnya kan? Percaya sama saya, saya pada waktu itu adalah jemaat dan saya juga punya pendapat yang sama dengan saudara. Oh, ini pendeta marah-marah. Pulang itu dari sana saya bersama teman saya dia mengatakan, “Itu gila. Pendeta apa itu bilang setan, ga ada cinta kasih, ngapain pergi ke gereja kayak begitu?” Sungguh-sungguh marah, teman saya sungguh-sungguh marah. Pada waktu itu saya ada di universitas. Dan saya ndak tahu, oh begitu? Ngapain marah-marah? Setelah saya membaca ini, setelah saya jadi hamba Tuhan saya tahu. Saudara, banyak dari kita tidak peka. Kalimat yang penting, begitu mau itu keluar.. oeeeekkkk.. bayinya langsung nangis, saya bukan mengatakan bayinya harus disekap ya nanti saudara-saudara ndak punya… saya tidak katakan itu, tetapi ada saja yang membuat saudara-saudara distract. Saya katakan, perhatikan baik-baik. Hidup kita itu berubah cuma dengan satu kalimat. Sungguh, dari ribuan kalimat yang saudara dan saya dengar, satu kalimat saja langsung dapat insight, langsung berubah hidup kita. Apalagi kalau saudara-saudara pergi ke gereja dan Firman yang sejati diberitakan, saudara main whatsApp saya mau tanya kepada saudara-saudara, itu pekerjaan siapa? Saudara pikir itu sederhana? Saudara tidak tahu apa yang sudah hilang dari hidup kita. Saudara perhatikan untuk seseorang bisa mengerti Firman perlu kesungguhan. Maria itu duduk di bawah Yesus terus tunggu kalimat Yesus. Martha susah-susah untuk dia itu melayani. Oh, mungkin saudara pikir orang ndak perlu melayani. Kalimat aslinya adalah; Maria melayani bersama Martha tetapi begitu Yesus itu mau mengajar, Maria berhenti meletakkan semuanya, duduk dekat Yesus. Dan kemudian Martha itu kemudian lihat, “Enak benar ini orang, ayo Guru, Kamu tegur dong dia.” Yesus mengatakan, “Dia sudah memilih tempat, memilih tempat yang terbaik.” Allah yang Maha kuasa, Allah yang mulia, ketika Dia berbicara, apakah saudara dan saya berpikir kita itu bisa sambil berkebun? Apakah saudara pikir Dia bicara kita bisa sambil nonton TV? Sambil kita whatsApp? Kalau begitu Dia bukan Allah yang Maha Kuasa. Bos kita pun kalau memanggil kita, saudara ndak pernah berani whatsApp. Saudara-saudara berani bicara sama bos, bos bilang, “Kita punya target..” saudara whatsApp, apalagi saudara kemudian main game, berani? Setan ambil. Setan men-distract kita punya perhatian. Setiap pagi harusnya kita menghampiri Tuhan di dalam persekutuan. Memiliki waktu yang teduh beberapa puluh menit untuk mendengarkan Dia baik-baik, tetapi distract. Kerja ini, kerja itu, sudah lupa. Satu hari tidak ada Firman, satu hari tidak ada Firman. Saudara-saudara, di sini setan jangan Saudara-saudara pikir terus kemudian datang trus kemudian saya ambil Firmannya ya. Bukan, bukan seperti itu. Kalau setan itu datang lalu mengambil Firman saudara akan mendekat kepada Firman karena saudara ketakutan. Saudara biarlah kita boleh hati-hati apa itu yang kita kerjakan sesungguhnya.

Hal yang kedua, yang ditabur itu kemudian ada di tanah yang berbatu-batu dan dikatakan di sini dia cuma tahan sebentar saja dan akarnya itu pendek. Tidak berakar, sehingga penindasan, penganiayaan ada, maka dia itu segera murtad. Apa yang mau dikatakan di sini? Apakah ini artinya pasti, harus adalah penganiayaan yang besar? Orang yang membakar gereja, membawa kita ke penjara, menyedihkan hati kita, membunuh orang-orang yang kita kasihi, membuat kita sakit hati, mem-bully kita. Ya tentu itu berbagian di dalamnya. Tetapi di sini dikatakan tahan sebentar saja. Saudara pernah bertemu dengan orang yang pergi ke gereja di dalam beberapa bulan mengatakan gereja ini bagus lho, oh gerejanya ini bagus khotbahnya bagus lho, tetapi tiba-tiba dia hilang. Tiba-tiba dia mengundurkan diri, bukan karena gerejanya itu terus kemudian berbeda doktrinnya, tapi “rasa dianiaya”. Terasa dianiaya sama dianiaya itu dua hal yang berbeda. Saudara-saudara, ‘rasa di-bully’ sama ‘di-bully’ itu dua hal yang berbeda. ‘Rasa ditindas’ sama ‘sungguh-sungguh ditindas’, dua hal yang berbeda. Saudara, ‘rasa diperlakukan tidak adil’ dan ‘sungguh-sungguh tidak adil’ itu adalah berbeda. Orang yang centre hidupnya adalah diri dan dia mengangkat diri sendiri pasti sensitifnya luar biasa. Apa pun saja bisa membuatnya tersinggung, apapun saja. Dan ketika sudah tersinggung dia kemudian bicara, bicara. Ini menandakan satu hal, saudara tidak usah membicarakan siapa benar siapa salah, tetapi ini mau menandakan satu hal; Firman itu tidak berakar dalam. Jangankan berbuah, jangankan bicara berkenaan dengan penganiayaan besar, urusan tersinggung saja dia pergi saudara-saudara. Itu adalah seluruh dunia. Saudara kalau mau tersinggung seluruh orang tersinggung, kita juga bisa tersinggung. Tapi panggilan kita bukan mengikuti langkah ketersinggungan kita. Panggilan kita adalah mau dibentuk, sangkal diri, pikul salib dan ikut Tuhan. Saudara-saudara, begitu banyak orang Kristen di dalam poin yang ke-2 ini dia pergi, murtad. Saudara-saudara, ketika bicara berkenaan dengan murtad, oh dia berbalik dari Tuhan. “Orang itu tidak berbalik dari Tuhan kok Pak.” Saudara perhatikan. Setiap kali Firman yang sejati dinyatakan dan saudara itu melawan dan kita itu melawan maka itu artinya kita tidak mau untuk sinkron dengan Tuhan, kita membalik diri kita untuk jalan sendiri menjauh dari Tuhan. Itu semua ada pada kita, ada pada saya. Ini terjadi beberapa kali. Suatu hari saya masih ingat sekali. Saya marah sekali sama satu orang hamba Tuhan itu, sama pengkhotbah itu, lalu kemudian saya ndak bisa ndak suka dengarnya. Ini sama satu orang, juga sama satu lagi. Yang ke-2 saya sebut namanya, Pendeta Stephen Tong. Saya pada waktu mahasiswa ikut kebaktian dia, diajak. Setelah beberapa kali diajak, lalu kemudian suatu hari dia tanya, “Siapa yang anda sadar merasa bahwa mimbar ini memberkati saudara?” Wah semua orang begini-begini, saya bilang, “Lu mau sombong ya? Memangnya berkat cuman disini saja?” Mungkin gara-gara itu Tuhan juga memberikan hidup saya seperti ini. Saya ndak suka. Saya marah. Padahal dia juga ndak singgung saya, dia cuma bicara begitu dan itu umum. Tapi saya nggak bisa terima. Saya pulang, tapi tiba-tiba saya masih ingat ketika di dalam satu angkot. Ada satu suara entah isi hati nurani saya, saya tidak tahu itu suara dari mana. Kalau ini adalah suatu kebenaran dan memang itu kebenaran, kenapa saya tersinggung ya? kenapa saya tersinggung? Saya pikir, besoknya muncul lagi kalau itu kebenaran, kenapa saya tersinggung. Sejak saya temukan itu, saya katakan kepada Tuhan, “Saya yang salah, saya yang sombong, saya yang tidak tahu Firman dan kemudian menghakimi Engkau dan hamba-Mu. Ampuni aku Tuhan dan berikan aku hati yang lembut.” Itu salah satu turning point dalam hidup saya. Setiap kali saya mendengarkan Firman, bukan jasa saya, tapi adalah anugerah Tuhan. Setiap kali saya mendengarkan Firman, meskipun yang berkhotbah itu mungkin lebih muda dari saya, bahkan mungkin lebih kurang bagus dari saya, kurang pengalaman dari saya dan kadang itu beberapa teologinyapun kadang bisa meleset, kapan pun saya mendengarkan Firman saya tahu Tuhan sedang bicara sama saya. Saya mau mengambil Firman itu dan menanamkannya di dalam hati saya. Kalau itu kebenaran, kenapa engkau tersinggung? Firman itu datang tidak berakar, saudara senang sebentar. Bagus ya, bagus, tapi kemudian akhirnya tidak tahan terhadap aniaya, terhadap tindasan.

Hal yang ke-3. Firman itu datang di tengah-tengah tanah yang berduri, baru berbuah sedikit tetapi kemudian dihimpit. Dihimpit oleh duri-duri itu. Dan Yesus mengatakan orang ini adalah orang yang menerima Firman, tetapi kemudian kekuatiran dunia ini, kekayaan, keinginan-keinginan akan hal yang lain masuk. Saudara-saudara, mungkin itu adalah teman, itu mungkin uang, itu mungkin adalah sesuatu kesukaan akan kekayaan. Saudara-saudara intinya adalah satu, tidak ada single heart, tidak memiliki kebulatan hati. Ini adalah orang yang terpecah hatinya. Mau ikut Tuhan, tapi juga mau suka sama dunia. Alkitab mengatakan, “Barangsiapa mengasihi dunia, kasih akan Bapa tidak ada pada orang itu,” orang itu ingin dia untuk mendengar Firman, tetapi jikalau hari Minggu adalah hari yang dia bisa mendapatkan uang lebih banyak, maka dia berdasarkan kebutuhan, dia akan ambil hal itu. Dan dia berpikir mungkin minggu depan masih ada kok khotbahnya, apalagi ada di tempatnya You tube. Oh, mungkin dia ingin mendengarkan Firman, tetapi temannya ajak untuk jalan-jalan, holiday. Dan di tempat-tempat itu sama sekali tidak mempedulikan harus pergi ke gereja. Intinya adalah hati yang double, hati yang terpisah, hati yang tidak sungguh-sungguh. Saudara-saudara perhatikan baik-baik! Firman itu ada pada diri Allah, Firman itu dinyatakan oleh Allah. Seluruh materi ketika Allah berbicara, “Jadilah terang,” tidak ada satu materi pun yang mendua hati, seluruhnya taat. Terang jadi. “Jadilah cakrawala” maka cakrawala itu jadi. “Jadilah langit dan bumi” dan langit dan bumi itu jadi. Firman itu tidak pernah gagal, tetapi Firman itu “gagal” di dalam hati yang mendua. Ketika kita mendengar Firman, ketika setiap hari minggu dengar. Apakah saudara dan saya mempersiapkan hati baik-baik, “Tuhan, aku ingin mendengar Firman, jangan lalui aku. Aku tidak pergi ke gereja karena agama, aku pergi ke gereja karena aku ingin mendengar Firman. Dan hatiku bersuka di tengah-tengah orang kudus. Hari ini, saat ini, aku memusatkan hatiku kepada-Mu. Bicara kepadaku, bicara kepadaku.”

Ke-4, tanah yang baik. Ini adalah cuma seperempat saja jenis tanah ini dari keseluruhannya. Firman yang ditabur, benih yang ditabur di tanah yang baik baru bertumbuh, baru berbuah. Tetapi saudara-saudara, mari kita pikirkan. Tanah yang baik itu, apakah ada dengan sendirinya? Kalau saudara-saudara pergi ke satu tempat. Saudara-saudara meskipun tanahnya itu subur, ada yang memang benar-benar tanah tandus, sebagian besar Australia tanah tandus, sebagian besar Indonesia tanah subur. Tetapi tanah yang subur pun itu saudara-saudara bisa melihat banyak lalang, banyak rumput, banyak batu di sana. Saudara-saudara perlu kerja keras untuk bisa membereskan, sehingga saudara bisa menanam sesuatu. Tanah itu perlu diusahakan, dicabut rumputnya, diberi air, lalu kemudian digaruk itu saudara-saudara, pakai alat penggaruk itu, lalu kemudian dibolak balik tanahnya, diairi lagi. Dan kemudian kalau sudah siap, saudara kemudian bawa sapi, lalu diinjak-injak oleh sapi bersama dengan roda di belakangnya, dengan scrap itu dibelakangnya. Itu namanya dibajak. Saudara perhatikan ya, kalau itu adalah gambaran hati itu sakitnya seperti apa? Itulah sebabnya sering sekali di dalam Alkitab gambaran penderitaan itu menghasilkan suatu tanah yang baik untuk Firman. Banyak orang kaya sulit untuk mengerti Firman. Saudara-saudara, maka itu seluruhnya kerja keras. Perlu disiplin untuk membuat satu tanah yang baik. Saudara-saudara, saya terus berpikir. Apa Tuhan kunci pertumbuhan itu? Apakah itu dari Engkau ataukah itu dari manusia? Saya kemudian menemukan satu kunci disini, “Paulus menanam, Apolos menyiram dan Allah yang memberikan pertumbuhan.” Jadi apa kunci pertumbuhan? Oh, kita bisa langsung mengatakan Allah yang memberikan pertumbuhan. Jawabannya adalah benar. Tetapi saudara-saudara perhatikan, Allah yang memberikan pertumbuhan, Allah pula yang mengatakan ada usaha terlebih dahulu untuk menanam dan menyiram.

Saudara-saudara ini adalah sesuatu kerja keras. Beberapa minggu yang lalu, saya sudah mengatakan ini kuncinya. Allah di surga memberikan sesuatu tuduhan. Kesalahan itu adalah bukan ada pada anugerah-Nya, tetapi kepada Israel. Dia menempatkan kesalahan kepada Israel, padahal ini adalah urusan berbuah. Loh, Tuhan kan seharusnya berbuah, Engkau yang memberikan buah. Kok Engkau menyalahkan Israel? Kalau Allah menyalahkan Israel, itu berarti ada bagian Israel yang tidak dikerjakan oleh Israel. Dan di dalam Alkitab, tidak ada satu gambaran pun seseorang yang bisa berbuah, tanpa kerja keras. Sekali lagi, Allah mengatakan, “Jikalau engkau mencari Aku, seperti engkau mencari perak atau emas, engkau akan menemukan-Ku.” Mesti kerja keras, mesti disiplin. Tidak pernah ada orang yang bisa berbuah tanpa setiap hari tekun membaca Alkitab, tidak pernah ada! Tidak pernah ada sepanjang sejarah, temukan satu jikalau ada, seseorang yang bertumbuh dan dipakai oleh Allah, dia tidak menghargai ibadah di dalam gereja. Bukan menghargai hamba Tuhannya ya, tetapi menghargai ini gereja, aku mau bertemu Tuhan, berbicaralah kepadaku. Karena seluruh pertumbuhan itu tergantung dari sarana-sarana yang Tuhan berikan kepada kita. Dan pertumbuhan rohani itu adalah pertumbuhan karena Firman. Iman muncul dari Firman. Saudara-saudara, maka saudara tidak bisa memisahkan antara Firman dan pertumbuhan rohani. Yang tumbuh dengan baik adalah tanah yang baik dan good soil ini perlu diusahakan dan yang mengusahakan itu ada bagian dari Roh Kudus yang memproses hati kita melalui kehidupan sehari-hari, menghancurkan kekerasan-kekerasan hati kita, tetapi di tempat yang lain ada bagian dari kita yang mendisiplin untuk membajak dan mengolah tanah itu. Kalau saudara-saudara, saya bawa saudara-saudara untuk mengenal, bukan saja Calvin, tetapi adalah orang-orang Puritan. Kadang saudara-saudara akan tahu bahwa di dalam hidupnya orang-orang Puritan memiliki begitu banyak contoh berkenaan dengan disiplin. Saudara-saudara, key puritan devotion is discipline. Saudara-saudara, J.I. Packer mengatakan demikian, mari kita mendengarkan, “Ketika kaum Puritan menyerukan ketertiban, disipilin, kedalaman dan ketelitian, sifat kita saat ini adalah sifat serampangan yang tidak sabar dan gelisah. Kita telah kehilangan selera akan pembelajaran yang sungguh-sungguh, pemeriksaan diri yang rendah hati dan meditasi yang disiplin.” Kita sudah kehilangan kerja keras kita dan juga panggilan untuk doa-doa kita. Sekali lagi. Ketika Puritan menjadikan Tuhan dan kemuliaan-Nya sebagai pusatnya, pikiran kita berputar pada diri kita sendiri, seolah-olah kita adalah pusat alam semesta. Kekosongan pengertian kita akan Alkitab, kita banggakan dengan jelas dan berulang-ulang dengan memisahkan hal-hal yang begitu jelas disatukan di dalam Alkitab. Kita selalu memikirkan diri kita sendiri dan bukan gereja. Kita selalu memikirkan kesaksian diriku dan bukan worship, suatu ibadah dan pada saat ini bahkan orang-orang mengabarkan Injil tanpa hukum dan tanpa pertobatan. Orang-orang menekankan anugerah keselamatan tetapi mengabaikan pemuridan. Tidak heran jika banyak orang yang mengaku bertobat dan kemudian murtad. Dan itulah kekristenan masa kini. Biarlah kita boleh menguji diri kita sendiri. Apakah kita sungguh-sungguh? Sungguh-sungguh terhadap hati kita? Sungguh-sungguh mau untuk mendisiplin diri dan membajaknya sedemikian rupa dan minta anugerah Roh Kudus di dalam providensia-Nya untuk melembutkan hati kita? Dan jika pada waktunya Tuhan memberikan firman, saudara dan saya menerimanya karena kita adalah tanah yang baik. Kiranya kasih yang Tuhan menyertai kita. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

17 September 2023
Pertanyaan-pertanyaan Allah Kepada Manusia (10)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yes 5:1-7, Mar 4:1-20

Yes 5:1-7, Mar 4:1-20

Masalah berbuah atau tidak berbuah bukan masalah sederhana di isi hatinya Tuhan. Biarlah jemaat boleh mengerti, kalau kamu tanya apa kehendak Allah. Apa kehendak Allah bagiku? Bukankah seluruh kalimat-kalimat yang kita baca ini begitu jelas, Allah menghendaki setiap kita berbuah. Tidak peduli keadaan apapun saja kita. Ini adalah panggilan, tidak berbuah itu bisa merupakan sesuatu masalah yang fatal. Tidak berbuah bisa merupakan tanda tidak bertumbuh. Lebih daripada itu, tidak berbuah bisa menjadi tanda bahwa itu suatu kepalsuan. Masalah berbuah atau tidak berbuah bukan masalah sederhana bagi Allah. Biarlah kita boleh memperhatikan apa yang diperhatikan oleh Tuhan kita. Saya teringat berkali-kali, di mana-mana, di gereja selalu bicara mengenai karunia Roh, bicara mengenai bahasa Roh, terus dibicarakan; tapi tidak pernah membicarakan ini dengan berkali-kali. Saudara-saudara bisa melihat bahwa gereja sudah meleset dari titik beratnya. Apa yang menjadi penekanan Allah, kita tidak tekankan. Apa yang Allah bicarakan hanya satu kali, kita terus khotbah-khotbahkan. Bicara mengenai berbuah adalah sesuatu yang menjadi perhatian Allah. Sekali lagi, biarlah kita boleh menyadari, kita ditebus untuk berbuah. Kita dilepaskan dari kegelapan untuk berbuah. Kita diberi karunia demi karunia untuk berbuah. Kita diberi pengampunan demi pengampunan untuk berbuah. Gereja diberikan Firman yang sejati untuk kita boleh berbuah. Tadi kita sudah mendengar kesaksian. Saya langsung me-refer kepada satu pokok dari pertanyaan Allah, apalagi kita yang ada di sini, “Apa yang Tuhan itu kurang berikan kepada kita?”

Hari ini, detik ini, puluhan ribu orang di Libya terkena banjir yang besar secara tiba-tiba. Akhirnya mereka hanyut dan mati. Mereka tidak punya kesempatan lagi untuk beribadah. Mereka tidak punya kesempatan lagi untuk doa pada hari Sabtu. Tidak punya kesempatan untuk memberitakan Injil. Tidak memiliki kesempatan lagi untuk memberikan persembahan atau perpuluhan atau hal untuk menunjang misi. Semua itu diberikan Allah kepada kita, tetapi beberapa orang pergi ke gereja pun sesuatu yang tawar-menawar. Bahkan orang itu memberikan persembahan pun bertanya, “Kenapa saya mesti memberikan perpuluhan?” Kita ketika bicara mengenai pelayanan, kita bilang, “Oh jangan banyak-banyak secukupnya aja!” Allah bertanya pada pagi hari ini kepada kita semua, “Apa yang kurang yang Aku lakukan kepadamu, hai jemaat?” Kalau itu diambil, baru saudara dan saya nangis. Aduh, aku ingin berbagian dalam misi tapi aku sudah tidak bisa, hutangku sekarang banyak. Aku ingin ikut KKR regional, tapi sekarang sudah sakit ini, sudah tidak bisa, terminal ill. Selalu kita terlambat untuk bertobat.

Kita akan bicara berkenaan buah di dalam Alkitab. Saya yakin bahwa pembahasan ini tidak terlalu sulit. Karena saudara dengan mudah sekali menemukan kanal-kanal pengajaran ini begitu terpampang jelas.  Buah di dalam Alkitab ada dua bagian besar. Yang pertama disebut sebagai buah Roh. Buah Roh ada dalam Galatia 5:22: ‘Tetapi buah Roh ialah: Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.’ Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Saya tidak menjelaskan satu persatu. Tetapi ini adalah satu buah Roh, sembilan rasa. Buah Roh ini adalah tanda keaslian, kesejatian. Yesus sendiri mengatakan dari buahnya, engkau tahu pohon itu pohon apa. Saudara mungkin tidak terbiasa membedakan pohon apa dan pohon apa. Tetapi saudara bisa mendefinisikan pohon berdasarkan buahnya. Pohon rambutan karena rambutan buahnya, bukan pohon mangga. Sebagian orang tidak mengerti bedanya pohon rambutan sama pohon mangga, tetapi saudara bisa mengerti dari tumbuhan itu berdasarkan buahnya. Maka saudara, buah Roh adalah tanda orang itu milik Allah. Nanti kita akan lihat, ada buah daging adalah milik orang-orang yang akan dimurkai oleh Allah. Hal yang lain yang kita perlu perhatikan adalah buah Roh yang merupakan tanda kesejatian itu artinya akan ada kalau sebelumnya kita mendapatkannya terlebih dahulu. Ini akan ada dalam hidup kita kalau sebelumnya ini diberikan kepada kita terlebih dahulu. Di dalam bahasa teologianya saya sudah menekankan ini, sanctification (pengudusan) itu ada, terjadi dalam hidup kita, jika dan hanya jika kita sudah dilahirbarukan terlebih dahulu. Ketika saya bicara mengenai dilahirbarukan, itu bukan ide terima Yesus Kristus, tetapi pengalaman real bahwa kita dimiliki oleh Kristus. Jikalau poin yang pertama ini adalah pembenaran atau menerima Yesus Kristus atau kelahiran baru ini tidak ada, maka seluruh buah ini adalah suatu tempelan dari luar dalam hidup kita. Ini tidak muncul dengan sendirinya. Ketika tidak muncul dengan sendirinya karena suatu tanda bahwa ada sesuatu hal yang tidak beres dalam kerohanian kita.

Kita tidak bisa hidup kudus tanpa kita terlebih dahulu dikasihi oleh Tuhan. Semua dari buah Roh ini, satu buah Roh 9 rasa, semua rasa buah Roh ini adalah bicara mengenai kekudusan. Ketika bicara mengenai kekudusan itu bukan berarti saudara tidak nonton video porno, itu jelas. Tetapi bicara berkenaan dengan segala sesuatu yang dimiliki oleh Allah. Kita tidak mungkin mengeluarkan kasih kalau sebelumnya kita tidak pernah mengalami Allah mengasihi kita. Seberapa pun saja saudara, sehebat apapun eksposisi apapun teologianya, jikalau kita tidak pernah mengalami Allah mengasihi kita, saudara dan saya bisa membedah, mendefinisikan, membuat sesuatu khotbah mengenai kasih. Sejauh kasih itu tidak pernah kita alami, tidak pernah kita mengeluarkan buah kasih. Ketika Tuhan bicara buah Roh, maka itu bicara mengenai sesuatu yang sudah dikerjakan oleh Roh Kudus terlebih dahulu, baru akan mengeluarkan hal-hal tersebut. Saudara tidak mungkin akan ada sukacita, damai sejahtera, kalau kita tidak pernah mengalami diterima oleh Allah. Kalau saudara dan saya itu tidak pernah mengalami Allah yang begitu sabar menunggu kita, kesabaran dalam bahasa aslinya adalah long suffering, saudara tidak mungkin akan memberikan kesabaran kepada orang lain. Kalau saudara dan saya tidak pernah mengalami Allah murah hati kepada kita, maka saudara akan sulit murah hati kepada orang lain. Ini adalah kuncinya; pembenaran, menerima Kristus, mengalami Allah berintervensi, baru akan menghasilkan proses pengudusan ini. Kalau itu tidak terjadi, maka kita akan melihat bahwa kita akan memiliki konsep yang benar tentang justification, sanctification, mengenai Yesus Kristus, dwi natur Yesus Kristus, apapun saja. Tetapi kita terus-menerus selalu memiliki kebencian pada orang lain, kita tidak mau untuk belajar menerima orang lain. Default dari hati kita adalah dendam dan iri kepada orang lain. Kita melihat secuil kesalahan orang lain tetapi kita tidak pernah bisa melihat balok di depan mata kita. Kita begitu peka terhadap dosa orang lain tapi tidak pernah peka akan dosa sendiri. Kita tetap pada dosa kita sebagus apapun saja pengertian teologi kita. Kita persis seperti perumpamaan yang Yesus katakan. Kita adalah orang-orang yang sudah diampuni dengan 10,000 talenta, tetapi orang yang bersalah, yang berhutang pada kita 100 dinar itu, kita cekak-cekik terus, kita tuntut terus. Saya baru saja mendapat satu data, ada kemungkinan bahwa uang seluruh Romawi di kerajaan Romawi pada waktu itu tidak sampai 10,000 talenta. Orang yang tidak pernah mengalami dikasihi oleh Tuhan, diampuni oleh Tuhan, dia akan terus cari kesalahan orang lain; apa saja. Begitu tidak suka sama orangnya, hal kecil saja langsung dia akan lihat ini salah, ini salah. Baloknya yang dia itu selalu menyalahkan orang lain tidak pernah kelihatan. Kita tidak mungkin akan mengeluarkan kemurahan kalau tidak diberikan kemurahan. Tidak mungkin memberikan kesabaran kalau Tuhan tidak sabar kepada kita terlebih dahulu. Tidak mungkin ada belas kasihan kalau kita tidak diterima dengan belas kasih yang terlebih dahulu. Jika saudara mengerti poin ini, mengalami hal ini, seberapapun saudara adalah orang Kristen, selama apapun saja, pada pagi hari ini doa sama Tuhan; kasihanilah aku Tuhan, berikan aku pengalaman aku menerima Engkau, aku punya pengalaman dilahirbarukan oleh Engkau.

Saudara, lihatlah sekarang di dalam Alkitab, bandingkan dengan perbuatan-perbuatan daging ayat ke-19: ‘Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.’ Mungkin kalau orang-orang itu tidak tahu balok pada matanya sendiri, mungkin saja orang itu adalah orang gereja, mungkin adalah orang gereja Reformed. Saudara bisa peka terhadap sesuatu kesalahan dari doktrin orang lain, iya itu adalah sesuatu yang perlu. Tetapi di tempat yang lain, saudara tidak peka adanya roh pemecah di dalam mulut dan hati kita. Setiap kali bicara, orang keluar. Setiap kali bicara, bukan memberitakan Injil untuk orang masuk, orang keluar. Saudara bisa hidup dengan begitu? Saudara mengaku bahwa itu adalah orang Kristen sejati? Kalau itu bukan roh pemecah di dalam hati kita, itu apa? Biarlah kita boleh mengerti, hal-hal seperti ini, itu real di dalam gereja.

Hal yang ke-2 adalah buah pelayanan. Satu adalah buah Roh, yang ke-2 adalah buah pelayanan. Tetapi saya mau masuk ke intinya. Buah pelayanan bukan bicara berkenaan dengan saudara melayani banyak di choir atau khotbah atau apapun. Buah pelayanan adalah suatu buah yang dihasilkan yang merupakan ekspansi Kerajaan Allah. Jadi hasil dari pelayanannya itu mengekspansi Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia. Di dalam Perjanjian Baru, saudara dan saya akan melihat bahwa by default ini adalah buah dari christian duty, khususnya mengabarkan Injil. Jadi kita harus mengerti bahwa pekabaran Injil adalah sesuatu christian duty yang lahir karena pekerjaan Roh Kudus. Dan tujuan mengabarkan Injil adalah menjadikan segala bangsa murid Yesus. Kalau saya boleh bicara mengenai mengeksposisi bagian ini sendiri ada sesuatu yang penting, karena salah satu kunci utama adalah hanya murid yang bisa menghasilkan murid. Saudara bisa melayani, tetapi kalau jiwa kita itu bukan murid, saudara tidak mungkin akan membentuk jiwa seorang murid. Saudara tidak mungkin bisa memberikan sesuatu yang saudara dan saya tidak miliki. Seluruh ini adalah prinsip-prinsip rohani paling dasar, tetapi saya tidak tahu begitu banyak dari kita sudah melupakannya. Sekali lagi, di Perjanjian Baru ketika bicara mengenai ekspansi Kerajaan Allah ada kaitannya yang erat dengan memberitakan Injil. Tetapi di dalam perjanjian lama, maka ekspansi kerajaan Allah terlihat dengan apa yang terjadi di dalam diri dan kehidupan nabi-nabi Allah. Kalau saudara melihat Ayub dari kacamata KKR-KKR hari ini, Ayub tidak pernah ada satu KKR regional pun. Saya mesti kasih note di sini, nanti saudara-saudara mengingat kalimat saya ini kemudian tidak ikut KKR regional. Iya boleh saja kalau saudara-saudara dijadikan Ayub. Kita itu orang berdosa, pokoknya yang enak buat kita langsung cepat diingat, yang enggak enak dilupakan. Tapi sekali lagi, Ayub itu ekspansi Kerajaan Allahnya di mana? Adalah melalui bentukan Allah di dalam dirinya Ayub. Bentukan itu dilakukannya dengan setia, dijalaninya dengan setia dan ketaatan. Sekali lagi, dia menjadi murid dan seluruh kehendak Allah jadi dan Tuhan dipermuliakan dan kerajaan-Nya diekspansi melalui kehidupannya yang dibentuk. Prinsipnya sama di dalam Injil yaitu menjadi garam dan terang. Mat 5:16 mengatakan demikiaan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu (bukan perkataan di sini), mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Saudara-saudara, satu sisi kita harus memberitakan Injil, itu berbicara mengenai word, bicara mengenai perkataan. Tetapi di tempat yang lain adalah melalui ketaatan kita mengeluarkan perbuatan-perbuatan baik. Maka dua hal ini dipakai oleh Allah untuk mengekspansi dari Kerajaan Allah. Sekali lagi, ketika bicara mengenai buah, buah yang pertama adalah pembentukan Roh Kudus di dalam hati kita, mengeluarkan 9 rasa buah Roh dan yang ke-2 adalah buah hasil pelayanan kita. Baik itu melalui mulut maupun melalui seluruh ketaatan kita. Dan untuk itu Kerajaan Allah diperluas.

Sebenarnya seluruh buah-buah apapun saja dalam Alkitab akan masuk di dalam 2 kategori yang tadi saya sebutkan. Tetapi sekarang saya akan membawa saudara-saudara kepada beberapa peristiwa untuk kita boleh melihat buah itu nampak pada diri seseorang dalam Alkitab. Yang pertama mari kita mengingat Musa. Di dalam Keluaran 3, ketika Musa sendirian berjalan di padang belantara dan melihat api di tengah-tengah semak duri. Kemudian dari situ, Tuhan mengatakan; jangan dekat-dekat, tanggalkan sandalmu, tempat ini adalah tempat yang kudus. Saya sudah pernah berkhotbah bahwa kata kudus pertama kali muncul dari seluruh Alkitab kita. Orang yang dealing dengan kekudusan Allah, begitu dia dekat dia pasti mati, maka kekudusan Allah adalah sesuatu yang sangat menakutkan bagi manusia bagi kita semua. Kekudusan Allah mengancam jiwa kita. Tetapi sekarang lihatlah pertumbuhan Musa. Dalam keluaran 33, ada sesuatu permintaan yang menakjubkan. Dia mengatakan; Show me Thy glory. Apakah saudara mengerti apa yang diminta oleh Musa? Kemuliaan Allah intinya adalah kekudusan. Musa tahu bahwa barangsiapa melihat Allah yang kudus itu, dia akan mati. Tetapi kekudusan itu bukan lagi sesuatu yang mengancam jiwanya, itu sesuatu menariknya dia lebih dekat. Kekudusan itu yang tadinya sesuatu yang pahit dan membahayakan, sekarang sesuatu yang indah mempersona dan membuat kesukaan, delight. Itu pertumbuhan. Siapa yang sampai saat ini, puluhan tahun menjadi orang Kristen, saudara melihat kekudusan adalah sesuatu seperti sayur pare, pahit. Sesuatu yang beban negatif. Dari dulu sampai sekarang, itu berarti kita tidak bertumbuh. Hati-hati. Apakah kita sejati atau tidak?

Hal yang lain, Zakheus, seorang pemungut cukai, yang kalau sudah bicara mengenai uang itu, dia itu pegang erat-erat. Tapi sekarang setelah bertemu dengan Yesus Kristus, bahkan dia dengan murah hatinya, orang yang aku ambil uang aku kembalikan empat kali. Perhatikan dia bisa mengatakan demikian, dia bisa berlaku demikian bukan untuk dia bisa diterima oleh Yesus Kristus, tapi dia sudah diterima terlebih oleh kemurahan hati Kristus Yesus. Berapa dari kita yang sudah puluhan tahun menjadi Kristen terhadap uang, saudara begini terus. Kalau setiap kali keluar, sakit. Itu hitungan terus sama Tuhan. Apakah itu bertumbuh?

Hal yang lain, Petrus. Petrus adalah murid Yesus. Pada suatu hari, waktu Yesus pertama kali menemukan Petrus, maka Petrus kemudian bicara dengan teman- temannya, “Aduh, kita lapar. Ayo kita pergi untuk menjala ikan.” Lalu dia pergi menjala ikan, dia seorang nelayan, dia pasti punya skill. Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab, saudara-saudara lihat peristiwa-peristiwa itu, seorang nelayan itu biasa di lautan lepas, sehingga ketika ada badai menakutkan itu benar-benar badai yang mematikan. Kalau kita naik kapal, terus kemudian sedikit dari kita langsung bilang, “Ini adalah neraka sudah.” Kalau nelayan professional sampai takut, itu berarti benar-benar menakutkan. Petrus sudah berjam-jam dengan murid-murid yang lain lalu tidak mendapatkan ikan. Kemudian sekarang Yesus tiba-tiba di pantai, Petrus tidak tahu itu siapa. “Tebarkan jalamu!”, dan mereka tanpa pikir panjang tebarkan jala. Semalaman mereka tidak dapat, satupun tidak dapat. Lalu ketika mereka tebarkan jala, kemudian mereka angkat. Mereka juga pasti pikir enggak dapat. Alkitab mengatakan bahwa murid-murid-Nya pun bicara sama Yesus, kami itu sudah semalaman di sini. Dan mereka tebarkan, sudah tebarkan saja tidak ada masalahnya, diangkat, ternyata penuh dengan ikan. Oh, diangkat penuh dengan ikan. Lalu kemudian Petrus lihat, ini penuh dengan ikan. Ini mujizat. Dia langsung tidak lihat ikan itu, dia lihat siapa Orang itu. Dia langsung turun ke laut sampai di pinggir pantai, dia jalan dengan seluruh basah. Yesus dengan kebesaran-Nya cuma menunggu seluruh murid-Nya. Dan Petrus mendekati Yesus dan kemudian tersungkur. Dia mengatakan, “Pergi dari aku Tuhan, pergi!” Setiap kali saya ingat peristiwa ini, hati saya pasti remuk. Orang yang mengerti mujizat itu sebenarnya apa, sesungguhnya dia baru anak Tuhan yang sejati. Petrus tidak bilang sama Tuhan Yesus, “Terima kasih Tuhan, terima kasih sudah dapat makan.” Tidak! Dia tidak berterima kasih. Dia tidak bersyukur. Dia takut, hormat kepada Kristus karena dia tidak layak menerima semua ini. Apakah saudara pernah mendengar khotbah mujizat bisa menyatakan kemuliaan dan kekudusan Kristus sehingga membuat seseorang itu yang merasa dirinya berdosa? Seluruh khotbah mujizat akan bicara mengenai kebaikan Allah, kebaikan Allah tapi bukan kekudusan Allah. Anak Tuhan yang sejati akan menyadari dan makin takut akan Tuhan akan Dia begitu baik kepada kita. Saudara bisa melihat tanda kesejatian ada di sana. Di antara seluruh manusia hidup diberikan mujizat pasti ujungnya adalah terima kasih. Cuma satu, Petrus yang mengatakan, “Aku orang berdosa.” Itu tanda kesejatian. Itu tidak bisa dipalsu oleh setan. Itu tidak bisa di-create oleh diri, saudara dan saya. Roh Kuduslah yang membuat seluruhnya itu melampaui terima kasih, melihat kemuliaan.

Dan setelah beberapa lama, suatu hari Yesus memberikan mujizat kepada 5000 orang. Orang-orang diberi makan dan Dia berkhotbah dan makin berkhotbah makin keras. Satu persatu orang meninggalkan dia. Satu persatu, dari belasan ribu, 5000 laki-laki menjadi belasan ribu orang-orang perempuan, laki dan anak-anak, sekarang tidak ada, tinggal 12 murid-Nya. Lalu Petrus datang kepada Yesus Kristus, belum sempat Petrus ngomong. Yesus mengatakan, “Tidakkah kamu mau pergi juga? Tidakkah kamu mau pergi juga?” Petrus menjawab, “Tuhan, ke mana aku mesti pergi? Perkataanmu itu hidup yang kekal.” Saudara lihat, orang yang bertumbuh, Tuhan bicara keras pun, balik! Orang yang tidak bertumbuh, pendetanya tidak senyum pun, dia keluar. Saudara tahu sekarang, orang kalau bertumbuh, dia kuat terhadap penganiayaan. Dia rasa dia dianiaya, bertumbuh, dia akan berakar. Orang yang tidak punya akar, tersinggung sedikit keluar. Tersinggung sedikit, tidak mau doa. Tersinggung sedikit, tidak mau pelayanan. Segala sesuatu adalah about me. Itu adalah orang yang tidak bertumbuh. Apakah kita seperti itu? Kalau seperti itu biarlah pada pagi hari ini kita bukan cuma menyadari atau tertuduh, itu tidak ada gunanya. Tapi datang kepada Kristus Yesus. Katakan kepada Tuhan, “Tuhan jadikan aku sejati dan jadikan aku bertumbuh.” Saudara sudah minta apapun saja sudah pernah minta uang, minta pekerjaan, minta kesehatan, minta anak, minta anak-anak dapat sekolah yang baik, tapi mungkin belum pernah berdoa; Tuhan berikan aku pertumbuhan rohani. Hidup itu cuma satu kali ya, Tuhan. Dan Engkau mengatakan, kalau tidak ada buah, itu tidak ada guna hidup. Tuhan pakailah hidupku yang satu kali dan munculkan buah dimana Engkau bisa menikmati-Nya. Ayo jemaat, berdoalah tentang hal ini. Masalah berbuah atau tidak, bukan masalah kecil di hadapan Allah. Mari kita berdoa.


Yesaya 5:1-4, Yeremia 2:21, Yehezkiel 15:1-8
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

10 September 2023
Pertanyaan–pertanyaan Allah Kepada Manusia (9)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yesaya 5:1-4, Yeremia 2:21, Yehezkiel 15:1-8

Yesaya 5:1-4, Yeremia 2:21, Yehezkiel 15:1-8

Ini adalah pertanyaan Allah melalui ketiga nabi-Nya tentang satu pokok bahasan. Hanya satu masalah dari 3 nabi-Nya, mereka bicara tentang hal yang sama. Sebenarnya melihat keseluruhan dari 16 nabi Allah, 4 nabi besar dan 12 nabi kecil; maka saudara akan melihat kalimat pertanyaan ini dan kalimat tuduhan ini bukan saja dari Yehezkiel, Yesaya atau Yeremia yang kita baca. Satu pokok permasalahan, hanya satu pertanyaan, apakah itu? Tuhan tanya kenapa kamu tidak berbuah? Ini adalah pertanyaan tajam Allah kepada Israel Utara dan Israel Selatan. Tetapi kita tahu semua ini bukan saja pertanyaan, tetapi dalam pertanyaan ini Allah menuduh dan bukan itu saja Allah menghardik seluruh Israel karena mereka tidak bisa menjawab. Kemudian, Allah menghukum Israel setelah pertanyaan ini tidak terjawab. Kalau membaca dari nabi besar dan nabi kecil, itu adalah nabi-nabi yang dimunculkan Tuhan setelah Israel pecah, Israel Utara maupun Selatan dibuang oleh Tuhan. Kemudian saudara bertanya, kenapa Tuhan membuang mereka? Maka summary dari apa yang terjadi di Israel yang menyebabkan Allah membuang mereka adalah tidak berbuah. Ya, mereka menyembah allah-allah lainya. Ya, mereka bersekutu dengan bangsa lain di saat Allah mau mereka hanya mengandalkan Yahweh saja. Ya, moralitas mereka menurun tajam, ada ketidakadilan, hukum dibalikkan, orang miskin diperas. Ya, agar mereka collapse, nabi-nabinya bernubuat palsu, imam-imamnya mengambil untung dan pemimpin-pemimpinnya jahat dan seperti anak-anak tidak bertanggung jawab. Mereka tidak bisa menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Tahun demi tahun hadir, mereka makin lama makin hidup untuk dirinya sendiri. Saudara bisa me-list begitu banyak kejahatan dan penurunan yang terjadi. Tetapi ketika menggabungkan itu, hanya dengan satu summary, satu kalimat saja dengan tepat Tuhan mengatakan “Engkau tidak berbuah.” Saya sendiri melihat seluruh proses ini menjadi background dari Yohanes 15. Yesus mengatakan “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Kamu adalah ranting-rantingnya. Ranting yang berbuah dibersihkan-Nya. Tetapi ranting yang tidak berbuah akan dipotong dan dimasukkan ke dalam api.” Yohanes 15 bukan suatu berita yang enteng dari Tuhan Yesus, seperti lagu Sekolah Minggu. Ini memiliki background yang menakutkan, semua Israel dibuang karena satu hal ini, mereka tidak berbuah. Dan gereja, kita, umat Perjanjian Baru akan diberlakukan hal yang sama. Siapa yang mengatakan bahwa saudara bisa menjadi Kristen yang tidak berbuah? Saudara bisa damai sejahtera di tempat dudukmu? Engkau sedang menghina jiwamu sendiri. Engkau menipu dirimu sendiri, bertahun-tahun menjadi orang Kriten, tidak ada buah. Apakah bisa lepas dari penghukuman Allah? Apakah kita pikir bahwa gereja lebih baik daripada seluruh umat Allah di Perjanjian Lama? Sehingga Allah harus memiliki penghakiman yang ganda, nilai yang ganda. Kalau mereka tidak berbuah, maka mereka dihancurkan. Tapi kalau gereja tidak berbuah, maka Tuhan tetap mencintai? Yohanes 15 dengan jelas menyatakan “Perjanjian Baru, umat-Ku, jikalau engkau tidak berbuah, maka engkau akan dipotong dan dibakar di dalam api.” Tidak bertumbuh, itu bukan sesuatu yang sederhana. Kalau itu sesuatu yang sederhana, Tuhan tidak perlu menyatakan melalui ketiga nabi-Nya. Ini bukan cuma 3 nabi, saudara coba lihat Perjanjian Lama, nabi kecil pun bicara hal yang sama.

Sekarang saya akan masuk lebih detail berkenaan dengan apa yang kita perlu mengerti tentang kebun anggur. Yang pertama, ketika bicara mengenai kebun anggur, itu adalah berbicara gambaran umat Allah. Gambaran umat Allah sifatnya adalah community. Jikalau kita mau melihat gambaran Alkitab tentang umat Allah, maka gambaran kebun anggur menempati tempat yang paling pertama yang sering Tuhan pakai. Di dalam Perjanjian Lama khususnya, saudara akan menemukan tiga gambaran berkenaan dengan umat Allah dan ini yang disebut trinity product dari Israel. Tiga hasil pertanian di mana ekonomi Israel bergantung kepada tumbuh-tumbuhan ini. Tiga tumbuhan itu yang pertama adalah pohon zaitun, yang ke-2 adalah pohon ara, dan yang ke-3 adalah pohon anggur. Saudara-saudara sekarang bisa mengerti kenapa di dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru selalu muncul tiga tumbuhan ini. Ini adalah gambaran umat Allah yang sifatnya adalah community. Beberapa minggu kemarin, pada waktu kita membahas pertanyaan-pertanyaan Allah, bersifat pribadi. Ada pertanyaan kepada Ayub, Musa, Adam dan saudara-saudara pribadi. Kita bisa belajar case by case karena Alkitab adalah cermin bagi kita. Tetapi pertanyaan tentang kebun anggur ini adalah pertanyaan dan hardikan secara komunitas. Berarti di dalam komunitas tersebut mayoritas individualnya tidak berbuah. Ini yang saya pikirkan di dalam beberapa hari ini. Dengan kegentaran, dengan sungguh-sungguh meminta belas kasihan. Sebentar lagi kita masuk di dalam hari perjuangan 10 tahun. Saya ada satu pikiran terus, satu pertanyaan apakah saya bertumbuh? Apakah jemaat ini bertumbuh? Ini bukan bicara mengenai banyaknya pelayanan kita. Tetapi pertumbuhan ketaatan di hadapan Tuhan dari hari ke hari. Mungkin orang melihat gereja ini gereja yang baik. Banyak orang memberikan applause terhadap pelayanan kita tetapi itu sama sekali tidak penting. Bukan pendapat orang kepada gereja kita, tetapi pendapat Allah terhadap gereja kita. Di dalam wahyu 3, ada hardikan Allah kepada jemaat di Sardis. Allah mengatakan kepada jemaat di Sardis, “Engkau dikatakan hidup tetapi sesungguhanya engkau mati.” Oh, kalimat ini sangat-sangat menghujam hati saya. Engkau dikatakan hidup, semua orang applause, semua orang memuji “Bagus ya!” Oh, sinode mengatakan “Bagus ya!” Oh, pendeta Stephen Tong mengatakan “Bagus ya!” Tetapi Tuhan bicara apa kepada kita? Itu satu-satunya yang terpenting. “Engkau dikatakan hidup tetapi sesungguhnya engkau mati,” siapa yang tidak takut dengan kalimat Tuhan ini? Dia adalah Allah penghakim yang terakhir, yang kita tidak mungkin meminta banding di atas Dia. Hanya Tuhan yang tahu kita genuine-nya seperti apa. Kepada jemaat di Philadelphia maka Tuhan mengatakan “Aku tahu engkau tidak seberapa kuat, tetapi engkau bertekun, engkau bertahan dalam penganiayaan dan engkau menang.” Orang lain bicara apa, itu tidak penting. Tapi Tuhan melihat apa, itu yang lebih penting. Berbicara berkenaan kebun anggur adalah mengenai umat Allah yaitu gereja.

Hal yang ke-2, ketika kebun anggur muncul, Allah menggunakan metafora ini seturut dengan umat Israel pada waktu itu. Di Israel, sebuah kebun anggur hampir semuanya adalah milik pribadi. Kalau saudara-saudara melihat ada orang yang memiliki tanah yang luas untuk penggembalaan, biasanya tanah untuk penggembalaan itu milik bersama, milik 2-3 orang. Tetapi boleh dikatakan hal ini tidak berlaku untuk kebun anggur. Kebun anggur itu almost all dimiliki pribadi. Itu adalah kebanggaannya dan hatinya diletakkan di situ. Kalau saudara-saudara masih ingat kebun anggur Nabot, Raja Ahab mau ambil dengan uang, seberapa pun dia tidak akan melepaskannya. Inilah yang Alkitab katakan, Israel adalah kebun anggur-Nya Tuhan, milik Tuhan pribadi, 100% milik Tuhan, bukan shareholder. Implikasinya adalah apapun yang terjadi kepada kebun anggur itu, Allahlah yang bertanggung jawab untuk mengurusnya. Maka seperti tadi, misalnya Ezra memberikan satu kesaksian. Tuhan tahu bagaimana merawat kita. Tuhan tahu, Tuhanlah yang bertanggung jawab atas kita, seluruh kejadian dalam hidup ini dihadirkan Tuhan untuk the best yang terjadi bagi kita bahkan hal yang terburuk sekalipun. Pemilik kebun anggur yang akan take care sepenuhnya, Dia bertanggung jawab. Dialah yang memberikan seluruh usahanya dalam hidup kita, anugerah demi anugerah untuk merawat kita. Israel adalah tanaman anggur yang dipindahkan dari Mesir dan ditanam di Tanah Kanaan yang subur. Allah bertanggung jawab mengurusnya, karena itu adalah milik Allah 100%. Sebaliknya, kebun anggur juga harus bertanggung jawab kepada pribadi Allah atas seluruh anugerah yang telah Ia berikan. Apa tanggung jawab dari seluruh anugerah yang sudah diberikan? Yaitu berbuah. Apatah yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu yang belum Ku-perbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur asam? Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu.

Hal yang ke-3, ranting anggur. Di dalam Yehezkiel dikatakan ranting atau kayu anggur itu tidak ada gunanya kecuali berbuah. Jadi kayu anggur atau ranting anggur diciptakan untuk berbuah, tidak untuk yang lain. Kalau tidak berbuah, tidak ada gunanya diciptakan. Kalimat tidak ada gunanya itu tepat, seperti kalau engkau garam, sudah tidak lagi asin, untuk apa? Engkau tidak ada gunanya hidup. Saya sering sekali bertanya “Ada gunanya tidak saya hidup?” Tanya kepada diri saudara sendiri “Ada gunanya hidup?” Ya, kita ingin hidup, kita tidak ingin mati. Tapi pertanyaannya adalah ada gunanya gak saudara hidup? Alkitab mengatakan “Kalau engkau tidak berbuah hai Israel, tidak ada gunanya”. Spurgeon mengatakan dari segi ukuran, bentuk, keindahan atau kegunaanya maka ranting anggur tidak memiliki kelebihan sedikit pun. Kita tidak dapat melakukan apa pun dengan kayu anggur. Dapatkah kayu ini dipakai untuk melakukan suatu pekerjaan? Atau apakah manusia membuat sebuah peniti untuk menggantungkan bejana di atasnya? Apakah bisa dibuat tusuk gigi? Tanaman ini tidak ada gunanya selain dari buahnya. Spurgeon kemudian mengatakan lagi, kadang-kadang kita melihat keindahan tanaman ini ditanam di sisi tembok kita dan ketika sinar matahari timur menyinari, mungkin terlihat segala kemewahannya. Tapi coba biarkan cabang anggur ini sendiri dan anggaplah ia terpisah dari buahnya. Saudara akan melihat benda yang paling tidak berarti dan hina dari segala sesuatu yang menyandang nama pohon. Inilah yang ada di dalam Yehezkiel 5 ditulis untuk merendahkan hati umat Allah, kita dan umat Israel. Mereka disebut pohon anggur-Nya Tuhan. Tetapi apakah kelebihan secara alami dari yang lain? Yang lain pasti lebih baik dibandingkan mereka pohon-pohon yang lain, lebih besar, lebih kuat dari mereka. Hanya karena kebaikan Allah sajalah maka tanaman ini bisa berbuah, ditanam di tanah yang baik. Tuhan telah menempatkan mereka dikelilingi tembok, tempat yang kudus, agar mereka menghasilkan buah bagi kemuliaan-Nya. Apa jadinya kalau umat Tuhan tanpa Tuhan dan anugerah-Nya? Apa jadinya kita kalau kita tidak disertai oleh Roh Kudus terus menerus. Gereja seperti orang Israel yang paling kecil dari seluruh bangsa dalam Perjanjian Lama. Lihatlah hal ini, hai orang-orang percaya, tidak ada dalam diri kita yang berharga, hanya anugerah Allah yang bekerja melahirbarukan kita, yang membuat kita disebut mulia, kudus adanya. Maka hasilkan buah-buah pertobatan dari tindakan anugerah itu di dalam hidup kita. Ranting anggur, jikalau tidak berbuah maka tidak berguna. Kadang kita melihat Alkitab, pada suatu layer kita tidak tersinggung. Tapi kalau nabi Tuhan ada di depan kita dan kemudian dia menyebut nama kita, misalnya dia menyebut nama Agus atau dia menyebut nama Dharmawan. Lalu dia katakan “Dharmawan, kamu tidak berguna.” Maka saya tanya, dia keluar tidak dari gereja ini? Dia tersinggung atau tidak? Seharusnya kita sungguh-sungguh tersinggung. Tetapi tetap tidak tersinggung. Kenapa? Karena mati, memang mati! Yang tidak melihat kepentingan kalimat Tuhan, saya pastikan engkau adalah orang yang benar-benar mati rohani. Saudara bisa ketemu sama orang, lalu bilang kamu hidupnya tak berguna. Tersinggung gak saudara? Tetapi inilah yang terjadi, siapa yang tersinggung, menyadari, remuk hati dan minta pertobatan dan belas kasihan Tuhan untuk hidup berguna, orang ini ada kehidupan.

Hal yang ke-4. Kebun anggur untuk bisa berbuah banyak dan manis, tergantung pada dua hal yang essential. Sekarang kita akan masuk ke dalam sesuatu yang menjadi penekanan di tempat ini. Dua hal yang essential itu, yang pertama adalah keadaan alam yang mendukung. Berarti ada sesuatu di luar dirinya. Tetapi perhatikan yang ke-2, harus ada usaha yang sungguh-sungguh, yang tekun, dengan cara yang benar dari petaninya. Dua hal ini harus ada bersamaan. Saudara tidak bisa cuma salah satunya saja. Untuk menghasilkan buah yang banyak dan manis, hal yang pertama tergantung mutlak pada keadaan alam di luar.

The Georaphy of the Bible menuliskan hal ini: “Di Israel, agar panen berhasil diperlukan curah hujan tahunan antara 400-800 mm selama musim dingin dan awal musim semi. Kualitas panen bulan Juli atau Agustus juga ditentukan oleh suhu yang harus berada di atas 20 derajat Celsius saat berbuah dan di bawah 10 derajat saat musim dingin. Perubahan temperatur dan curah hujan mempengaruhi hasil pertanian, tetapi tanaman anggur adalah salah satu yang paling sensitif.”

Hal yang ke-2 adalah petani harus berusaha dengan sungguh-sungguh, tekun, dengan cara yang benar merawat tanaman anggur. Diperlukan ketelitian yang besar dalam pemeliharaannya. Saya sekarang akan bacakan sejumlah langkah yang diperlukan dalam menanam anggur agar berhasil memanen buah anggurnya. Pertama, tanah harus dibersihkan dari batu. Batuan ini kemudian digunakan untuk membangun teras yang membatasi erosi tanah dan meningkatkan luas area. Seringkali tembok batu dibangun untuk mencegah binatang seperti babi hutan dan rubah serta pencuri. Sebuah menara pengawas didirikan untuk menjamin keamanan hasil panen. Tanaman merambat ini ditanam di dalam barisan paralel dengan jarak yang cukup jauh agar bajak dapat melewatinya. Tanaman ini dibiarkan tumbuh di tanah, tapi cabang-cabangnya yang menghasilkan buah disanggah dengan batu atau batang bercabang, dan kadang-kadang tanaman ini merambat, memanjat pohon atau pagar. Pemangkasan dilakukan 2 kali selama musim. Pertama, pada bulan Februari–Maret, tanaman merambat ditebang habis-habisan sehingga tampak hanya batang kayu tanpa kehidupan. Pada bulan Agustus, ketika pohon anggur sudah penuh daun, petani memotong tunas-tunas kecil yang baru agar batang utama yang menghasilkan buah mendapatkan nutrisi lebih banyak. Kemudian kebun anggur siap dipanen pada akhir musim panas, biasanya pada bulan September. Kalau sebelumnya dipanen, maka buah anggur akan menjadi terlalu asam untuk dikonsumsi. Bahkan di dalam Taurat, ada hukum khusus yang diterapkan pada pemanenan. Kebun anggur tidak boleh ditelantarkan, sisa-sisanya harus diserahkan kepada orang miskin. Pada tahun Sabat, kebun anggur tidak boleh dipangkas dan tidak boleh dipanen.”

Kenapa saya perlu membaca hal ini di tengah-tengah kebaktian pada pagi hari ini? Kita tidak sedang training untuk membuat satu kebun anggur. Kenapa bagian ini bisa begitu panjang dibanding 3 bagian sebelumnya? Karena untuk bertumbuh. Ada bagian tanggung jawab kita yang besar, dan itulah kecelakaan gereja. Saudara salah, kita salah, ketika berbicara mengenai anugerah! Anugerah bukan meniadakan kerja keras. Anugerah meniadakan jasa. Ini adalah sesuatu yang complicated. Secara teologis, complicated. Juga di dalam area spiritual experimental, ini menjadi sesuatu yang complicated. Tetapi saudara, jangan kita lupa Allah menyalahkan Israel karena tidak bertumbuh. Dia menyalahkan kita karena kita tidak bertumbuh.

Sekali lagi, masalah pertumbuhan rohani secara teologis, complicated. Karena pertumbuhan rohani bukan di dalam area justification, tetapi sanctification. Di dalam area sanctification, itu diperlukan anugerah Allah. Tetapi dengan jelas, Alkitab juga mengatakan harus dengan usaha kita yang sungguh-sungguh. Pertanyaannya adalah apakah ada hal yang bisa kita lakukan agar ada pertumbuhan? Atau pertumbuhan itu adalah anugerah Allah sepenuhnya? Kalau itu melibatkan usaha, baru kita bertumbuh, maka itu bukan anugerah, bukan? Tetapi kalau melibatkan usaha, seberapa jauh usaha kita, bisa menghasilkan buah. Tetapi kalau kita katakan sepenuhnya anugerah dan bukan sama sekali usaha manusia, bagaimana kita tidak jatuh dalam antinomian dan kemalasan?

Topik ini kelihatannya mudah, tetapi kalau saudara memperhatikan sejarah gereja, ini adalah sesuatu yang sangat-sangat kompleks, complicated, begitu banyak perdebatan yang belum bisa diselesaikan sampai saat ini. Antara anugerah Allah dan juga usaha manusia, titik tengahnya ada di mana? Atau, apakah benar harus ada titik tengah? Ataukah sesuatu yang menjadi satu dengan yang lainnya? Bahkan kalau saudara-saudara melihat dari orang-orang Puritan pun, di dalam poin sanctification, mereka sangat-sangat hati-hati dalam penggunaan istilahnya. Kalau saudara-saudara membaca daripada John Owen, bahkan dia coba menghindari kata “sanctification.” John Owen lebih suka justification dan continuity in justification. Mereka tidak mau memakai sanctification karena John Owen berpikir, nanti ada 2 steps untuk keselamatan kita. Kita mengerti karena orang-orang Roma Katholik pada waktu itu mengajarkan bahwa yang disebut keselamatan adalah mengenai anugerah Allah (faith) dan juga ada sesuatu yang sifatnya kerja. Bukan itu saja. Orang-orang Puritan pun mengerti bahwa sampai poin tertentu ada misteri di dalam proses sanctification ini. Masalah pertumbuhan rohani di dalam gereja adalah masalah besar. Kalau melihat scholar Reformed pada saat ini. Mereka me-refer kepada Puritan karena mereka melihat salah satu kegeniusan Puritan adalah karena orang Puritan mengerti bagaimana meng-handle area sanctification. Itu sangat mudah untuk kita mengerti kenapa Puritan seperti itu, karena pada waktu itu seluruh negara England adalah orang Kristen. Mereka harus memiliki ketajaman, mata yang tajam untuk membedakan dari antara seluruh jemaatnya mana yang sejati dan mana yang tidak sejati. Dan, litmus test-nya adalah di dalam sanctification not justification. Saudara tahu kan Litmus test, kertas lakmus. Kalau saudara masukkan ke dalam suatu cairan, kemudian saudara tarik, itu warnanya apa, saudara langsung tahu itu basa atau asam. Hamba-hamba Tuhan masa kini tidak memiliki kemampuan setajam orang Puritan untuk mengerti ini. Apa tanda sejatinya seorang Kristen? Bukan pengakuan akan dia mendapatkan justification, dia sudah mendapatkan, Tuhan Yesus Kristus lahir baru dalam hatiku. Alkitab mengatakan, orang-orang Puritan menegaskan tanda sejati orang Kriten adalah adanya kerja keras, kesungguhan, keseriusan, dengan cara yang benar mengusahakan pertumbuhan rohani. Barangsiapa tidak serius di dalam hal ini, maka orang tersebut bukan orang yang diselamatkan. Itulah sebabnya Allah menghardik orang Israel. Kesalahan bukan pada anugerah, tetapi kesalahan ada pada engkau, hai Israel!

Kalau saudara-saudara sungguh-sungguh memperhatikan, ini mencengangkan. Apa yang membedakan? Kalau kita pergi ke suatu tempat, kita tanya, “Apakah engkau sudah terima Tuhan Yesus?” “Apakah engkau tahu kalau engkau mati, engkau akan pergi ke neraka, kalau engkau tidak terima Tuhan Yesus?” Dan, kemudian orang itu menyatakan, “Aku sudah terima Tuhan Yesus, aku percaya kalau aku mati, aku pergi ke surga.” Kita senang dengan hal itu. Buat orang Puritan, tidak akan pernah senang. Dia akan lihat, orang ini sungguh-sungguh serius atau tidak. Orang-orang ini sungguh-sungguh mengejar Allah atau tidak. Orang ini sungguh-sungguh beribadah atau tidak. Orang ini sungguh-sungguh mau untuk berdoa kepada Tuhan dengan tekun atau tidak. Orang ini sungguh-sungguh mau hidup untuk menyenangkan Allah di dalam kehidupannya secara publik atau private. Saudara perhatikan, apa yang membedakan? Apakah ada kesungguhan atau tidak? Kesungguhan bagi orang Puritan, adalah buah dari Roh Kudus. Kalau itu tidak ada, saudara mau bicara apa pun saja. Alkitab mengatakan, “Bukan. Engkau bukan orang yang diselamatkan.”

Alkitab mengatakan, mencari pengenalan akan Allah seperti mencari perak, baru akan berhasil. Saudara pernah pergi ke Ballarat? Ballarat, bukan Middle East. Saya pernah suatu hari, sebelum saya pergi ke sini beberapa tahun yang lalu, maka saya dibawa sama orang pergi ke sana, kemudian saya sadar cari emas itu sampai terkubur hidup-hidup di bawah. Kita pergi ke gereja, baca Alkitab sedikit terus bertumbuh, mengaku diri Kristen, kita tidak mencari Allah seperti mencari emas dan perak.

1 Petrus 1:13-14 menyatakan: “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turut hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu.” Unik yah. Orang yang diselamatkan, orang yang tidak enteng hidupnya. Ada kesiapsiagaan. Ada kewaspadaan. Dia aware, sungguh-sungguh apa itu hidup dan dia mau mempertanggung jawabkan atas setiap kasih karunia di hadapan Allah. Dia bukan orang yang hidupnya enteng. Hari ini mau apa, terserah aku. Aku mau nonton apa, terserah aku. Aku mau spend my money seberapa, itu duitku. Hey, engkau tidak punya hak bicara harus pergi ke gereja, itu waktuku. Oh, seluruh hidup enteng, tapi aku mau diterima Tuhan Yesus. Tidak pernah ada hal itu! Engkau anak Tuhan? Siap! Waspada! Ada kesungguhan.

Filipi 2:12. “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Work out on your own salvation. Bukan bekerja untuk mendapatkan keselamatan, tetapi bekerja karena keselamatan sudah diberikan.

Mari kita lihat sama-sama satu bagian ayat yang penting. 2 Petrus 1:5-11. “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan” Perhatikan, kata ‘sungguh-sungguh.’ “dan, kepada pengetahuan, penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.” Ayat 10. “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” Apakah sekarang saudara mengerti? Bertumbuh atau tidak, bergantung kepada apakah kita bersungguh-sungguh, serius atau tidak, dan ketidakseriusan adalah tanda anak kegelapan. Dibuang, karena tidak akan bertumbuh. Tidak akan berbuah. Perhatikan 3 ayat di atas yang tadi kita baca. Seluruh nabi menghardik dosa ini dan Alkitab menyatakan dengan jelas, ‘bersungguh-sungguh.’ Dari pihak kita, harus serius.

Kemarin saya baru saja membaca, ada satu kalimat yang saya tertarik. Dikatakan bahwa apa yang membedakan Puritan dari kelompok orang-orang Reformed yang lain? Maka, Puritan sebenarnya tidak ada teologia yang baru yang mereka temukan, tetapi yang membedakannya adalah intense. Intense melakukan teologia apa yang mereka tahu. Ini tidak ada di zaman kita. Kita mengatakan kesungguhan adalah suatu ekstrimis. Bagaimana kalau saya katakan di hadapan saudara pada pagi hari? Engkau anak muda, engkau harus pergi ke gereja. Engkau, saudara-saudara, harus tekun berdoa. Harus mengejar Allah. Harus mengabarkan Injil. Harus memberitakan Firman. Harus membaca Firman. Harus menuntut diri taat. Harus belajar hidup suci. Ketika saya berbicara seperti itu, apa yang ada di dalam pikiran saudara-saudara? Mungkin sebagian orang mengatakan, “Loh, kok kayak Farisi yah?” “Kok offensive yah?” “Kok legalism yah?” Apalagi kalau saya katakan, kalau orang tidak melakukannya, itu adalah orang yang pergi ke neraka, misalnya. Ah, ini orang Farisi. Ini legalism. Bukan itu saudara. Perhatikan baik-baik. Legalism mengatakan: “Kamu harus kerjakan ini dan itu untuk mendapatkan anugerah keselamatan.” Tetapi, sanctification mengatakan: “Kalau kamu sudah mendapatkan anugerah, pasti engkau akan melakukan hal ini!” Ini bukan legalism, ini sanctification. Roh Kudus akan menyukakan kita dengan seluruh tugas ini. Dan seluruh tugas ini tidak menjadi beban tetapi menjadi kesukaan kita untuk mentaati Allah, kesukaan kita untuk membaca Firman dan kesukaan kita untuk melayani Allah. Orang yang mendapatkan anugerah di dalam Kristus Yesus, dia akan berusaha untuk bekerja lebih keras lagi untuk Allahnya.

Kita akan tutup khotbah ini dengan 1 Korintus 15:10. “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” Lebih keras, sungguh-sungguh, serius. Itu adalah tanda kesejatian. Allah serius. Apalagi yang Aku belum buat untuk engkau? Tetapi, kenapa engkau tidak berbuah? Biarlah kita boleh menyadari apa tanggung-jawab kita. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more