14 July 2019
Mazmur 147
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 147:1-3,6,11,19-20

Mazmur 147:1-3,6,11,19-20

Di dalam Mazmur pasal pertama yang menjadi pintu gerbang seluruh Mazmur; maka Tuhan di Sorga melihat manusia hanya terdiri dari dua macam orang. Orang yang benar dan orang yang fasik. Matthew Henry mengatakan bahwa kita sangat mungkin tidak bisa menilai mana orang benar dan orang fasik secara onthological (secara hakikat). Karena manusia terbatas, menilai dari luar saja. Tetapi Alkitab mengajarkan kita bisa mengenalinya, menduganya dengan memperhatikan karakteristiknya. Misalnya dalam Mazmur 1 dikatakan orang benar adalah orang yang hidup mencintai Taurat Tuhan dan orang fasik adalah orang yang bangga dan makin lama makin bertumbuh di dalam perbuatan dosa. Dengan kacamata Mazmur 1 melihat seluruh Mazmur. Dalam Mazmur 147 ini, apa karakteristik orang benar. Salah satu karakteristik orang benar adalah suka memuji Allah. Di dalam Mazmur 146-150 akan menemukan berbagai dimensi orang benar memuji Allah. Misalnya dalam Mazmur 146:1,pemazmur memulai dengan memuji Allah. Dia menekankan elemen personal komitmennya di dalam memuji Tuhan. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Selagi aku ada berarti sepanjang aku hidup. Kita ada di sini, kita belum mati, belum punah, belum menghilang dari dunia ini. Apakah hidup kita dipenuhi dengan puji-pujian kepada Allah? Tentunya TUHAN yang dipuji adalah God of covenant, karena jiwanya sudah mendapatkan perjanjian dari Allah. Mazmur 146 dimulai dengan elemen, seumur hidup memuji Allah. Mazmur 148 menjelaskan di mana saja Allah dipuji. Ayat pertama, Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Ayat ke 7, Pujilah TUHAN di bumi. Di mana saja seharusnya Allah dipuji, dari tempat yang tertinggi sampai tempat yang terbawah. Ini adalah bahasa Merism, di dalam Ibrani, bahasa Merism berbicara tentang siang dan malam, langit dan bumi berbicara tentang totalitas. Mazmur 149 menceritakan dengan apa Allah dipuji. Ayat yang pertama: Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Dengan nyanyian baru kita memuji Tuhan. Ini tidak berarti bahwa setiap kali saudara menyanyi harus menciptakan lagu baru. Tetapi dalam prinsip Alkitab adalah kita menyanyi dengan kesegaran. Kita selalu memiliki pengalaman-pengalaman yang baru dengan Allah. Banyak orang memiliki pengalaman bersama dengan Allah. Tetapi pertanyaannya adalah kapan terakhir saudara sadar pengalaman dengan Allah? Banyak orang mengatakan dulu. Dulu saya sadar Tuhan mau berbicara dengan saya. Dulu Tuhan memakai saya. Dulu saya remuk hati dan saya membaca Firman dengan air mata. Tetapi Pemazmur mengatakan bukan dulu, nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru sekarang. Mengapa hati kita semakin membatu? Mengapa kita sudah lama tidak peka akan Tuhan? Mengapa kita tidak memiliki kelembutan hati seperti dulu lagi? Mintalah Tuhan menghancurkan hati kita, melembutkan hati, memberikan kepekaan kepada kita sehingga kita bisa menyanyi lagu yang lama dengan seluruh jiwa yang memiliki pengalaman yang baru bersama dengan Allah. Mazmur 150 menyatakan bahwa setiap yang hidup, layak untuk memuji Tuhan. Seluruh Mazmur ditutup dengan ayat ini, pasal 150 ayat 6, Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! TUHAN dalam huruf besar, berbicara berkenaan tentang God of covenant, bukan berbicara berkenaan dengan satu Pribadi di atas sana saja. Tetapi berbicara mengenai satu Pribadi yang besar, yang layak dipuji karena Dia memberikan perjanjian dengan aku. Siapakah yang harus memuji Dia? Segala yang bernafas. Pemazmur merindukan seluruh makhluk hidup memuji Allah.

Sekarang kembali kepada Mazmur 147. Di dalam Mazmur 147 dikatakan, Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. Perhatikan kata “layak”, itu tepat. Kenapa? Pemazmur menuliskannya di dalam 3 corner stone (batu penjuru) yang kita baca. Di dalam 3 batu penjuru itu dia bicara tentang kebesaran Tuhan di dalam alam semesta, tetapi Allah jauh lebih besar lagi. Ketiga batu penjuru itu menjadi satu kesatuan. Ketiganya dimiliki oleh umat Allah. Ketika saya membacanya hati saya menjadi sangat remuk. Sungguh-sungguh Allah itu dahsyat, perkasa dan perbuatan-Nya ajaib, Dia begitu bijaksana. Mengapa memuji TUHAN, Pemazmur? 

Saya akan mulai dari batu penjuru pertama. Dia akan mengatakan Allah layak dipuji karena perhatian-Nya (care) kepada umat-Nya yang sudah memberontak. Di dalam ayat yang kedua ada satu kalimat yang saya yakin tidak banyak dari kita yang memiliki sense di dalamnya. TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai. Tuhan menegakkan kembali orang yang tertindas. Apa artinya? Ini adalah kalimat yang dinanti-nanti oleh orang-orang Israel yang sudah memberontak kepada Tuhan. Tuhan marah. Tuhan berpaling dari mereka. Lalu Tuhan membuang mereka. Mereka ditindas, disebarkan ke seluruh penjuru bumi. Bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun, bahkan beratus-ratus tahun. Kemudian anak cucu mereka sadar akan kesalahan mereka dan berseru-seru kepada Tuhan. Ayat-ayat Alkitab itu penuh dengan seruan orang-orang Israel kepada Tuhan. Mereka berseru kepada Tuhan dengan mengatakan Tuhan kasihanilah kami. Seperti Nehemia yang berlutut siang dan malam, berpuasa mengatakan Tuhan ampuni dosa-dosa kami. Lihatlah kami bangsa yang Kau pilih sendiri. Mengapa Engkau melupakan kasih sayang-Mu yang Kau tetapkan kepada kami? Masakan Engkau Tuhan melupakan kami terus-menerus? Jikalau Engkau memperhitungkan kami dengan kesalahan kami, siapa yang bisa berdiri di hadapan-Mu?

Ini adalah teriakan-teriakan orang yang bertobat yang sudah berbuat dosa yang besar di hadapan Tuhan. Kita harus memperhatikan orang-orang seperti ini. Karena kita juga adalah orang yang seperti ini. Kalau Tuhan sudah meninggalkan seseorang, saudara jangan pernah berbicara bahwa gereja harus mengasihi orang itu. Siapa yang mengatakan? Apakah belas kasihan kita lebih besar daripada belas kasihan Tuhan? Apakah Tuhan mengampuni lebih sedikit dari kita mengampuni? Kalau Tuhan marah, kita harus menjauhi orang itu. Tetapi di tempat yang lain, jikalau orang itu bertobat dan dia dengan air mata datang kepada Tuhan minta pengampunan Tuhan. Maka kita, gereja, seharusnya menangis bersama-sama dengan mereka, karena kita tidak lebih baik dari mereka. Kita harus bersyafaat, berlutut bersama dengan mereka. Minta kasih setia Tuhan diberikan meskipun kita tidak setia kepada Dia. Oh Tuhan bangunkan Yerusalem! Kumpulkan kembali orang Israel yang Engkau cerai-beraikan dengan tangan-Mu sendiri dan tegakkan kembali orang-orang yang tertindas. Orang-orang yang sudah mendapatkan murka-Mu. Ampuni kami, kasihani kami. Puluhan tahun, ratusan tahun orang Israel berseru-seru seperti itu. Mereka menangis. Hati mereka remuk. Mereka tertunduk karena Allah melawan mereka. Karena mereka sudah memberontak kepada Tuhan. Air mata mereka bercucuran karena dosa-dosa mereka. Ini adalah air mata pemungut cukai, pelacur, air mata dari seluruh kita yang sudah berdosa di hadapan Tuhan. Kita bertobat, mengetahui bahwa kita tidak layak mendekat kepada Dia. Apakah saudara pernah mengalami hal ini? Merasakan bagaimana Roh Kudus menyatakan kepada kita bahwa kita adalah orang yang sungguh-sungguh sudah melakukan kekejaman, kekejian di hadapan Allah? Memprovokasi Dia? Menjadikan Dia marah kepada kita? Kemudian Roh Kudus memperhatikan, memperlihatkan kepada kita seluruh kesalahan-kesalahan hidup kita, dosa-dosa kita, dan kita menyadari bahwa Allah itu sudah jauh dari aku, dengan air mata kita berlutut, minta Dia kembali mendekat. Minta Tuhan membangun kembali Yerusalem yang sudah memberontak kepada Dia. Lukas 18:13, Yesus menyatakan ada dua orang datang ke Bait Allah berdoa kepada Allah. Yang satu adalah orang Farisi yang mengerti Alkitab, teologia yang kuat. Dia mengerti Alkitab tetapi dia tidak melakukan kebenaran. Dia adalah orang yang sombong, dan kemudian dengan wajahnya berani menghadap ke langit. Yang mengatakan Tuhan aku bukan orang berdosa, Tuhan aku bukan pemungut cukai, bukan pelacur. Aku bersyukur karena pekerjaan-Mu kepadaku. Tetapi ada orang kedua yang jauh dari Bait Suci, menyadari bahwa masuk ke dalam Bait Suci pun tidak memiliki kelayakan. Ketika dia berdoa dia tidak berani menengadah ke langit, ke tahta Allah. Dia menepuk-nepuk dadanya dan mengatakan kasihani aku orang yang berdosa. Dia menyadari bahwa Allah sudah meninggalkan dia, dia remuk hati, dia menyadari bahwa dia sudah dikalahkan, dia adalah manusia yang kalah. Dia kalah karena seluruh dosa sudah diperbuat oleh dia.

Di dalam ayat 4 dan 5 mengatakan Tuhan itu besar, mulia, Dia menciptakan bintang, Dia menentukan jumlahnya, Dia menyebutkan nama-nama bintang itu. Tetapi kalau melihat bagaimana Pemazmur menggabungkan ayat-ayat ini ternyata yang menjadi penekanan Pemazmur adalah bukan kuasa Tuhan atas alam, atas bintang, matahari. Pemazmur mau mengatakan Dia memperhatikan orang-orang yang remuk hati karena dosa. Tuhan menegakkan kembali orang yang tertindas itu. Dia meneguhkan kembali orang yang tertunduk itu. Dia memperhatikan dengan mata-Nya orang-orang yang sudah menyakiti hati-Nya. Mengapa layak untuk memuji Tuhan hai Pemazmur? Karena Allah membangun kembali Yerusalem. Ia mengumpulkan kembali umat-Nya yang sudah dicerai-beraikan. Dia memperhatikan setiap orang yang pernah dikalahkan oleh dosa. Dia kembali kepada umat-Nya karena kasih setia kepada umat-Nya. David Clarkson, orang Puritan mengatakan manusia dapat tetap menjadi manusia walaupun tidak setia. Tetapi Allah tidak dapat tetap sebagai Allah kalau Dia tidak setia. Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri. Itu adalah batu penjuru yang pertama. Tuhan membangun Yerusalem.Dia menyembuhkan orang-orang yang patah hati. Dia membalut luka-luka mereka. Dia menegakkan kembali orang yang tadinya tertindas. Ini adalah berita sukacita bagi saudara yang sudah pernah melakukan dosa yang besar, melakukan kesalahan fatal di dalam hidup. Bersukacitalah, bergembiralah, pujilah Tuhan karena dia memperhatikan orang-orang yang pernah dikalahkan dosa.

Batu penjuru yang kedua. Mengapa kita memuji Allah? Pemazmur mengatakan karena Allah layak dipuji orang-orang yang takut akan Dia. Ayat 11 mengatakan TUHAN senang akan orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya. Pada ayat-ayat sebelumnya berbicara akan Allah yang memberikan air dan makanan kepada seluruh makhluk. Setiap manusia harus sadar bahwa setiap kebutuhan mereka diberikan karena anugerah Allah kepada mereka. Jangan sombong, demikian kata Pemazmur. Allah tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki. Apa arti ayat yang kesepuluh ini? Allah akan melawan setiap orang yang sombong dan Dia membandingkan kesombongan itu dengan kebutuhan sehari-hari; air dan makanan. Jangan pernah berpikir bahwa aku bisa mendapatkan air dan makanan karena aku bekerja keras. Banyak orang bekerja keras sulit hidupnya. Apapun saja ketika saudara bekerja, hasilnya tidak menentu. Hasil ditentukan Allah kepada kita. Di dalam satu seminar ada orang mengatakan tujuh kriteria kenapa Nehemia berhasil. Kemudian orang itu selesai, di dalam tanya jawab saya tanya kepada dia. Kalau kita melakukan apa yang Nehemia lakukan tujuh-tujuhnya seperti kata Bapak, apakah pasti kita diangkat tinggi? Kita harus kerja keras; benar. Tetapi hasil itu, Alkitab katakan dari Tuhan. Itu tidak berarti kalau begitu kita tidak usah kerja keras dan kita tidak usah pandai. Kita harus kerja keras, kita harus menuntut ilmu setinggi mungkin sebagai tanggung jawab kita di hadapan Allah. Karena Dia sudah memberikan kita kesempatan dan talenta. Tetapi jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain seakan-akan itu karena kerja kerasku, maka aku mendapatkan upah seperti ini layak. Segala sesuatu kemuliaan yang kembali pada diri sendiri adalah kesombongan di hadapan Allah.

Kemudian Pemazmur masuk lebih ke intinya, ada hikmat yang besar yang melampaui makanan, minuman dan alam. Dia menyatakan Tuhan senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya. Ini adalah batu penjuru yang kedua dan begitu dalam. Kalau saudara dan saya mau mengerti ayat ini, saudara bisa melihat apa yang Tuhan suka dan apa yang Tuhan benci. Di ayat 10 dikatakan Tuhan tidak suka kepada orang-orang yang sombong, ayat 11 dikatakan Tuhan suka kepada orang-orang yang takut akan Dia dan orang-orang yang berharap pada kasih setia-Nya. Ayat yang ke-11 adalah ayat yang luar biasa penting dan ayat ini menjadi satu spirit yang sama di setiap Mazmur. Saya akan membawa saudara-saudara ke beberapa ayat dan mengerti bahwa ayat ini ada di seluruh Mazmur. Mazmur 33:18. Lihatlah, bukankah ayat ini identik? Lihat Mazmur 25:14-15 saya akan membacakan ayat yang ke 11-17. Di dalam Mazmur 147 Tuhan membangun Yerusalem, itu adalah orang-orang yang bersalah kepada Tuhan, ayat yang ke-11 maka orang ini mempunyai konteks yang sama orang yang memiliki kesalahan yang besar di hadapan Tuhan. Ayat 12-14 berbicara mengenai fear of the Lord (takut akan Allah). Ini persis sama seperti Mazmur 147:11. Sekarang ayat 15 dan 16, berbicara mengenai seruan orang yang berharap kepada Allah saja. Lihatlah ini satu spirit yang sama dengan Mazmur 147.

Minggu lalu kita sudah bicara mengenai Mazmur 34, perhatikan Mazmur 34:5-11. Ini adalah orang-orang yang mengharapkan Tuhan, mengharapkan kasih setia Tuhan. Ayat yang ketujuh dalam bahasa Indonesia, orang ini berseru kepada Tuhan dan Ia mendengar, Ia menyelamatkannya dari kesesakannya. Ini dituliskan oleh Daud, di depan Abimelekh dan juga raja yang mau membantai dia. Konteksnya bisa berbeda tetapi intinya tetap sama. Daud mengajarkan bahwa orang-orang di dalam Kristus Yesus harus takut kepada Dia dan berharap kepada Dia saja. Ini berbicara mengenai orang yang berlindung kepada Dia. Apakah saudara mengerti sekarang bahwa Mazmur 147:11 yang menjadi batu penjuru kedua ada di dalam setiap Mazmur yang lain? Di dalamnya ada dua prinsip yang penting; takut akan Tuhan dan berharap kepada Dia. Saudara akan mendapatkan dua hal ini di sepanjang Mazmur. Ini adalah spirit orang-orang yang mencari Tuhan dan ini adalah jaminan seluruh berkat Tuhan diberikan kepada orang-orang yang seperti ini. Meskipun orang ini sebelumnya sudah pernah melakukan kesalahan yang besar, tetapi kalau dia berbalik kepada Tuhan dan dia takut akan Tuhan dan berharap kepada Dia, maka keselamatan dari Tuhan itu akan diberikan. Cinta kasih Tuhan akan datang lagi kepada dia. Yerusalem akan dibangkitkan.

Apa artinya takut akan Dia? Bayangkan ada seorang besar yang saudara takuti, apakah itu dalam arti positif atau negatif. Berkenaan dengan saya takut kepada orang tersebut, maka akan ada kegentaran, ketakutan akan penghukumannya. Hal yang lain yang terjadi adalah takut menyakiti hatinya, baik positif maupun negatif. Hal yang ketiga, kita akan takluk kepada dia, kita akan mengabdi kepada dia dan yang keempat, kita akan melayani dia dengan hidup kita. Apakah saudara takut kepada Allah? Apakah sungguh-sungguh ada hal yang pertama saja takut kepada penghukuman-Nya kalau Dia marah? Jikalau kita dengan begitu mudah melakukan dosa dan sama sekali tidak memperhitungkan perasaan-Nya maka sebenarnya kita tidak takut kepada Allah. Hal yang lain, apakah saudara dan saya memiliki kekangan di dalam hidup ini dan takut menyakiti hati-Nya? Saya tidak perduli, aku sudah diterima oleh Dia di dalam Yesus Kristus, pokoknya jalan sesukaku, aku mati pergi ke surga. Jikalau Roh Kudus ada di dalam hati, kita tidak mungkin memiliki sikap seperti itu. Hal yang lain adalah apakah ada satu pengabdian di dalam hidup kita? Engkau sedang melayani siapa hari ini? Misalnya orang itu adalah Raja Asyur dan kita adalah tawanannya, kalau kita tidak taat kepada dia, kita akan dipenggal kepala, anggaplah seperti itu. Bukankah kita akan melayani dia dan berusaha agar dia tidak marah kepada kita? Apa artinya menjadi orang Kristen? Kita tidak takut berbuat dosa dan menyakiti hati-Nya. Kita tidak gemetar dengan penghukuman-Nya. Kita tidak mengabdi kepada Dia. Kita tidak takluk kepada perintah-Nya. Apakah ada takut akan Allah di dalam hidup kita?

Poin pertama adalah takut, poin yang kedua adalah berharap pada kasih setia-Nya. Apa arti berharap kepada seseorang? Mengetahui bahwa Dia itu yang tertinggi, Dia saja yang bisa diandalkan, Dia satu-satunya harapan dan sepenuh hati aku mengharapkan pertolongan-Nya. Di dalam hati sadar bahwa tidak ada yang lain yang dapat menolong aku selain Dia. Pemazmur mau mengajarkan milikilah dua hal ini, takut dan berharap kepada Tuhan saja. Mazmur 147:11 memiliki patron yang sama dengan mazmur-mazmur yang lain di dalam dua hal ini; takut dan berharap. Mazmur 34:9, orang yang takut dan berharap kepada Dia adalah orang yang takut dan berlindung kepada Dia. Di dalam ayat ini dua karakter ini secara rohani ada di dalam hampir sebagian besar Mazmur. Takut dan berharap atau dengan kata lain takut dan berlindung.

Untuk mengerti prinsip ini secara tuntas Yesaya 8:11-17 khususnya ayat 13 dan 14. Ayat 11 dan 12 berbicara mengenai Tuhan mengatakan kepada Yesaya, engkau jangan ikuti bangsa Israel ini karena orang Israel bukan takut kepada Allah, orang Israel takut kepada Raja Asyur, orang Israel seluruh hatinya mengharapkan pertolongan dari Asyur. Asyur adalah lambang manusia yang memiliki segala sesuatu di bumi ini, dia kaya, memiliki kekuatan, kuasa, kekuatan strategi dan kepandaian militer, maka ketika Israel sedang diserbu oleh musuh-musuhnya, dia mengharapkan Asyur membantu mereka. Mereka lebih takut kepada Raja Asyur dibandingkan musuh-musuhnya. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan Yesaya, engkau jangan takut kepada yang ditakuti oleh bangsa ini. Ayat 13 dan 14 dikatakan bahwa: Yesaya, engkau jangan takut kepada Asyur tetapi takutlah kepada Allah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dia saja harus kamu gentar. Mazmur 147:11 mengatakan Tuhan senang kepada orang-orang yang takut kepada Dia. Ayat yang ke-14 kemudian Yesaya mengatakan, Ia akan menjadi tempat kudus. Dalam bahasa Inggrisnya, sanctuary, Dia akan menjadi your sanctuary. Apa itu sanctuary? Sanctuary adalah kata yang sama dengan refuge, tempat perlindungan. Kenapa tidak disebut sebagai refuge tetapi disebut sebagai sanctuary? Karena ini bukan sekedar refuge, bukan sekedar tempat perlindungan tetapi adalah tempat perlindungan yang kudus (holy refuge). Jadi ini adalah tempat yang menjadi perlindungan karena kesucian-Nya. Masih ingat mengenai Mazmur 34 yang tadi saya katakan? Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! Di dalam Mazmur 147:11 mengatakan, Tuhan senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, yang berharap kepada kasih setia-Nya. Berharap, berlindung kepada kasih setia-Nya. Dua hal ini tadi saya sudah katakan; takut dan harap. Di dalam bahasa yang lain; takut dan berlindung. Berlindung adalah bicara mengenai sanctuary. Apa yang menjadi tempat perlindungan yang kudus ini? Ayat 14 ini kemudian dikutip oleh Petrus berbicara mengenai Yesus Kristus, mengenai Kristologi. Yesaya 8:14-15 dan 1 Petrus 2:7-8, batu ini berbicara mengenai apa? Yesus Kristus.

Garis besar Pemazmur, Mazmur 147, memiliki tiga batu penjuru. Batu penjuru yang pertama berbicara berkenaan dengan kasih setia Tuhan kepada orang yang sudah bersalah kepada Dia. Batu penjuru yang kedua dikatakan bahwa orang-orang yang takut akan Dia dan berlindung kepada Dia maka Tuhan senang. Mazmur ini mau menyatakan keselamatan dan pengampunan kepada Yerusalem Allah lakukan di dalam Yesus Kristus. Terpujilah nama-Nya, melebihi bintang-bintang yang Dia ciptakan, melebihi deru lautan yang begitu bergejolak, kebesaran-kebesaran-Nya di alam. Pemazmur mengatakan Dia jauh lebih besar daripada alam yang diciptakan karena hati-Nya mencintai yang berdosa di dalam Yesus Kristus. Ketika saya membaca ini dan menemukan bagian-bagian ini hati saya remuk dan kemudian saya meneruskan pembacaan Mazmur ini sampai kepada batu penjuru yang ketiga dan membuat saya tertegun. Batu penjuru yang ketiga menyatakan Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal, haleluya. Kalau kita tanya kepada Pemazmur mengapa engkau memuji Tuhan? Karena aku sudah diampuni, aku sudah dipulihkan di dalam Yesus Kristus dan yang ketiga, Dia lakukan kepada umat-Nya saja bukan kepada semua orang.

Ayat 19 dan 20 mengatakan Ia memberitakan Firman-Nya kepada Yakub dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada semua. Kenapa? Kalau engkau ada di dalam Kristus, satu pertanyaan yang terus menerus ada di dalam hati kita adalah why have You chosen me? Kenapa Engkau mencintai aku? Kenapa Engkau mengampuni aku? Aku tidak lebih baik dari orang itu. Orang seperti kita untuk percaya bahwa kita dikasihi itu sulit. Secara personal Dia menyayangi kita, kita berpikir kalau Allah sudah pasti menyayangi yang lain. Kita akan selalu berpikir bahwa kalau aku berbuat baik, tidak melakukan kesalahan-kesalahan, Dia pasti menyayangi saya. Tetapi sekarang ini tidak, aku terlalu banyak kesalahan. Percaya bahwa Allah mengasihi kita orang yang berdosa, sulit, tetapi tiga batu penjuru ini mengatakan kepada kita bahwa Dia mencintai kita dan Dia tidak melakukan ini kepada segala bangsa. Dia melakukannya kepada orang-orang yang dipilih-Nya di dalam Kristus dan kalau ditanya kenapa Engkau memilih aku? Jawabannya adalah kita tidak tahu. Dia mencintai kita karena Dia menetapkan untuk mencintai kita dan tidak ada satu elemen pun dari diri kita yang kita bisa majukan untuk Dia mencintai aku. Kiranya Kristus ditinggikan, kiranya kita menjadi orang-orang yang bertumbuh lebih dalam di dalam takut akan Dia dan berharap di dalam kasih setia-Nya. Mari kita membaca ayat 11 saja dan kita semua mengingatnya. Mari kita tundukkan kepala dan kita berdoa.

 
 

Daniel 1:1-21
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

7 July 2019
Mazmur 34:9
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 34:1-11

Mazmur 34:1-11

Banyak yang menjadi orang Kristen, pergi ke gereja, bahkan melayani di gereja, tetapi saya tanya di dalam jiwamu secara jujur, apakah engkau bisa mengatakan kalimat ini? “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Hanya orang-orang yang takut akan Dia yang bisa mengucapkan kalimat ini. Hanya orang-orang yang berlindung pada Dia saja yang bisa mengucapkan kalimat ini. Banyak dari antara kita yang hadir di tempat ini atau mendengarkan khotbah ini adalah orang-orang yang sebenarnya palsu. Engkau mengatakan bahwa Tuhan kita itu Yesus Kristus tetapi sebenarnya kita tidak pernah mencari perlindungan dari Dia. Tidak pernah mencari wajah-Nya. Tidak pernah untuk mencari Dia adalah yang permulaan dan Dia yang paling terakhir di dalam hidup kita. Oh pemazmur Daud menyatakan: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Dia sudah mengalami bahwa TUHAN Yahweh, the God of covenant, Yesus Kristus itu hidup. Ayat ini sendiri menyatakan hanya di dalam Kristus Yesus, saudara dan saya bisa melihat Allah yang hidup. Ayat ini tidak saja mengatakan bahwa Allah, God yang tinggi di sana, tetapi bicara mengenai TUHAN Yahweh. Dan ayat ini juga menyatakan bahwa Tuhan itu merancangkan kebaikan dan pertolongan dan penyediaan kepada anak-anak-Nya. Oh didiklah jiwa kita untuk minta kepada Allah, biarlah kalimat ini boleh ada di dalam hidupku. Jadilah orang-orang yang sungguh-sungguh mengalami Allah. Sungguh-sungguh berjumpa dengan Allah. Sungguh-sungguh kita bisa mengatakan Allahku itu hidup adanya. Jangan engkau puas hanya dengan aktif di dalam gereja. Jangan cuma puas hanya dengan menempelkan kekristenan di dalam hidup kita. Tetapi hidup yang hanya satu kali adalah hidup yang seumur hidup dalam apapun saja konteksnya kita mencari wajah Dia. Saya akan jelaskan beberapa hal-hal yang penting di dalam ayat ini.

Ayat ini ditulis pada waktu kapan? Pada waktu Daud berada di dalam penindasan yang besar. Mazmur ini lahir dari tempat terbawah di dalam hidupnya Daud. Sangat ekstrim, sangat putus asa. Daud pada waktu itu sendirian. Tidak ada bodyguard di dekat dia. Bahkan sebenarnya, sebelumnya dia tidak ada makanan yang dibawanya. Kalau kita mengingat mengenai Daud kita selalu berpikir bahwa dia adalah raja yang kaya, tetapi pada saat itu selama beberapa minggu atau bulan bahkan, dia kelaparan sangat miskin. Kita berpikir dia adalah raja dan penuh dengan pengawal-pengawal, tetapi beberapa bulan atau beberapa minggu, tidak ada satu orang pun yang menemani dia, dia sungguh-sungguh sendirian. Dan kita berpikir bahwa Daud itu adalah orang yang sangat kuat dan sangat berani. Benar dia berani dan sangat kuat, karakternya tidak mau untuk kalah. Tetapi, di dalam poin ini, apa yang terjadi pada dia, dia sangat ketakutan. Pada waktu itu Daud berada di dalam menjadi pelarian seluruh bangsa Israel. Saul sudah menjadikan dia sebagai musuh negara. Dan semua panglima-panglima Saul mencari Daud karena Saul sangat iri kepada Daud. Pada waktu itu Daud berhasil untuk membunuh Goliat, dan karena itulah banyak orang memuji Daud lebih daripada Saul. Saul tidak bisa menerima keadaan ini maka kemudian dia berencana untuk membunuh Daud. Tetapi kemudian Daud berhasil melarikan diri. Dia menjadi pelarian satu negara Israel. Dia saat itu berada di dalam kesulitan yang besar, karena akhirnya dia harus lari sampai ke daerah orang Filistin. Dan pada waktu Mazmur ini ditulis, dia baru saja keluar dari satu kota namanya Gat. Gat adalah kota asal Goliat. Ketika Daud lari ke sana, maka seluruh orang langsung tahu, ini orang yang membunuh pahlawan mereka. Kemudian rajanya itu menyelidiki Daud. Ketika Daud mengalami bahaya seperti ini, begitu dekat dengan kematian, ketakutan luar biasa, lalu kemudian dengan sedikit kepandaiannya, dia langsung berpura-pura menjadi orang gila. Dia mengeluarkan air liurnya sebanyak mungkin. Dan kemudian seluruh janggutnya dipenuhi dengan air liur. Dia kemudian mengambil debu dan menempelkan ke mukanya. Dia berpura-pura sebagai orang gila dan membuat dirinya sungguh-sungguh dipermalukan sampai raja dan seluruh orang di situ percaya bahwa ini orang gila. Apakah ini bukan tempat yang paling rendah dari hidup Daud? Ketika Alkitab menyatakan hal-hal seperti ini, Tuhan memberikan kepada kita Firman.

Apa artinya Tuhan memberikan kepada kita Firman? Di dalam Alkitab, maka orang-orang yang ada adalah orang-orang yang memiliki konteks-konteks kehidupan yang intinya sama dengan hidup kita. Tentu bahwa semua orang yang berperan di dalamnya berbeda, mungkin kita tidak pernah menjadi tahanan politik, mungkin kita tidak pernah berada di dalam bahaya pedang, tetapi saudara-saudara, kita dan semua orang Kristen pasti pernah atau akan mengalami tempat yang paling bawah di dalam kehidupannya. Ketika itu terjadi Allah sudah memberikan Firman-Nya. Allah sudah memberikan jalan keluar untuk kita menghadapinya. Allah sudah menuliskan ayat-ayat ini untuk memberitahu kehendak-Nya itu apa ketika kita berada pada titik terbawah. Apa yang harus kita cari? Apa yang harus kita kerjakan? Apa yang menunjukkan jalan yang seharusnya kita tempuh? Oh Alkitab menyatakan beritahu kepadaku jalan-jalan-Mu ya Tuhan. Dan ini adalah jalan untuk orang-orang yang berada di tempat yang paling bawah. Di tempat yang paling bawah itu Daud memberitahukan kita apa yang berkenan di mata Allah. Dan apa yang dikerjakan Daud di dalam tempat yang terbawah ini? Ayat yang ketujuh dia mengatakan, aku orang yang tertindas ini berseru kepada Tuhan. Daud mencari Tuhan. Perhatikan ayat yang keenam, “Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya.” Dia mengajar kita untuk menatap Tuhan terus menerus secara rohani di dalam hati kita. Perhatikan kita harus mendidik jiwa kita, melatih jiwa kita untuk memandang Allah secara rohani. Hidup ini, saudara boleh jalani dengan senyum atau mungkin dengan air mata atau mungkin dengan kemarahan. Di dalam hidup ini mungkin ada kekuatiran atau ada ketakutan. Apapun lapisan fenomena hidup kita, sungguh latihlah jiwa kita selalu memiliki arah mata hati itu mengharap kepada Tuhan. Pastikan isi hati kita, matanya itu terarah terus kepada Allah, itu yang akan menjaga kita. Pemazmur Daud menyatakan: “Tujukanlah pandanganmu kepada Allah, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.” Menatap Tuhan terus menerus. Mencari wajah Tuhan sampai Dia menjawab.

Salah satu Mazmur yang sangat saya sayangi adalah Mazmur pasal 123, Mazmur yang sangat indah dan saudara bisa melihat bagaimana seorang yang sungguh-sungguh menatap wajah Allah. “Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.” Saudara-saudara, lihatlah budak ini. Budak yang mengharapkan pertolongan daripada tuannya saja. Budak yang berlutut dengan mata yang berharap seperti pengemis yang tidak punya apa-apa, yang hidupnya hanya berharap kepada belas kasihan tuannya. Mata budak ini tetap terbuka dan air matanya terus turun, dia tidak mengasihani diri sendiri dan dia tidak mau memandang musuh yang mendekat, dia hanya memandang terus tuannya sampai tuannya mengasihani dia. Itu adalah matanya Hana ketika meminta anak. Itu adalah matanya perempuan Siro-Fenisia ketika minta anaknya disembuhkan. Dan itu adalah matanya Daud di depan kuburannya. Di tempat yang paling bawah, apa yang saudara dan saya itu pikirkan? Ketika di tempat yang paling gelap, apa yang saudara itu mau untuk putuskan mengambil suatu tindakan? Maka Daud mengatakan cari wajah Allah pertama kali. Tetapi bukan saja pertama kali, continue terus mencari wajah Allah sampai Dia membebaskan kita. Pengharapan ini diulang-ulang berkali-kali di dalam Alkitab dan tidak pernah gagal. Dan Tuhan menjamin tidak pernah gagal. Saudara-saudara, bukankah definisi dari iman adalah orang yang mencari Allah harus percaya bahwa Dia ada dan Tuhan akan memberikan upah? Lihatlah peristiwa-peristiwa bagaimana satu per satu orang-orang yang dipakai Tuhan dalam Alkitab mencari wajah-Nya dan setiap kali dia mencari wajah Allah tidak pernah gagal. Dan berkali-kali di dalam Mazmur, satu kalimat yang sering diulangi adalah cari wajah-Ku, cari kuasa-Ku. Bahkan ketika kepada orang Israel yang sudah jatuh di dalam dosa, maka Tuhan menjanjikan bertobatlah, berbalik dan cari wajah-Ku dan Aku akan mengampuni engkau. Kenapa banyak dari kita mencari wajah Allah adalah hal terakhir kalau kita sudah tidak mendapatkan pertolongan dari manapun saja? Daud itu mengajarkan kepada kita,hal pertama, hal terutama, dan hal yang terus menerus sampai pada akhirnya adalah memandang wajah Allah sampai Dia membebaskan kita. Di dalam Alkitab dikatakan Tuhan itu melepaskan Daud dari ketakutannya, dari musuhnya, dari kemalangannya.

Banyak dari kita ketika melihat ayat-ayat ini, maka berpikir bahwa kita adalah orang yang mencari wajah Allah tetapi sebenarnya kita lebih cocok dengan Ahas dibandingkan Daud. Ahas adalah satu raja yang kelihatannya beribadah tetapi sebenarnya dia mencari pertolongan manusia. Mari kita melihat Yesaya 7:1-9. Raja Yehuda yaitu raja Ahas, begitu sangat ketakutan karena ada koloni yang besar dari Siria dan Efraim mau menyerbu dia. Itu sebenarnya perkumpulan beberapa bangsa bukan cuma dua bangsa, meskipun tidak terlalu besar. Sebenarnya mereka mau mengajak Ahas bangsa Yehuda untuk bergabung dengan mereka melawan Asyur. Tetapi Ahas itu tidak mau untuk melawan Asyur. Lalu kemudian semua bangsa yang kecil yang berkumpul menjadi koloni itu kemudian melawan Ahas. Alkitab mengatakan di dalam ayat yang kedua: “maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.” Di saat seperti itu Tuhan dengan cepat mengirimkan Yesaya datang ke tempat raja Ahas. Dan kemudian di dalam ayat yang ke-11, Yesaya itu berkata kepada raja Ahas: “Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” Ini adalah sesuatu janji bahwa Tuhan itu akan melepaskan Ahas. Tetapi Ahas tidak mau berlindung kepada Tuhan. Ahas tidak mau mencari wajah Tuhan. Ahas berpura-pura berbicara kepada seorang hamba Tuhan ini: “Oh tidak, saya tidak mau menyusahkan Tuhan. Aku tidak mau untuk mencobai Tuhan.” Tetapi Yesaya diberitahu oleh Tuhan bahwa Ahas itu sangat-sangat menipu. Maka Yesaya mengatakan berapa lama lagi engkau mau menyusahkan bahkan engkau menyusahkan Allahku? Yesaya begitu marah kepada raja Ahas, karena Ahas tidak mau meletakkan seluruh bulat hati pengharapannya kepada pertolongan Yahweh. Dia itu munafik. Dia seakan-akan beribadah, dia mengucapkan kalimat-kalimat yang seakan-akan saleh, tetapi sebenarnya hatinya tidak pernah berharap penuh kepada Allah. Sebenarnya apa yang terjadi? Yang terjadi adalah Ahas meminta panglimanya cepat naik kuda pergi ke Asyur, meminta bala bantuan Asyur. Dia mengharapkan manusia menolong dia lebih daripada Allah. Kkita mesti hati-hati di dalam hal ini. Hati kita itu licik, kita berdoa kepada Allah, tetapi sebenarnya kita meletakkan pengharapan kita kepada manusia. Kita berpikir manusialah yang bisa menyembuhkan penyakit kita, kita berpikir bahwa manusialah yang bisa memberikan kepada kita uang, kita berpikir bahwa manusialah yang bisa membuat jalan kita itu lebih lancar. Hal yang paling sederhana saja saudara-saudara, berkali-kali bukankah kita gagal, kita berpikir kalau saya pergi ke dokter itu, apakah dokter itu bisa menyembuhkan penyakit saya? Kalau saudara ditanya siapa yang menyembuhkan penyakitmu, maka saudara-saudara pasti mengatakan Tuhan, itu adalah systematic teologiku, tetapi bukan manusia, tetapi saudara-saudara begitu kita tidak bisa berjumpa dengan dokter itu , hati kita begitu gelisah. Kita berkali-kali kuatir karena kita meletakkan pengharapan kita kepada manusia. Ahas juga mengatakan hal yang sama, oh ya ya, Tuhan pasti menolong, tetapi Tuhan menolong aku melalui Asyur. Jadi tidak ada salahnya bukan untuk memacu kudaku pergi ke Asyur dan meminta pertolongannya. Saya tidak mengatakan bahwa saudara tidak boleh minta pertolongan orang lain, saya tidak mengatakan kita tidak boleh pergi ke dokter, tentu kita pergi ke dokter. Ketika kita tidak memiliki pekerjaan, kita bisa melamar pekerjaan kepada seseorang yang memiliki perusahaan, tentu semua itu kita boleh lakukan, tetapi yang saya tanya adalah hati kita mengharapkan siapa? Siapa yang kita harapkan? Hidup kita berlindung kepada siapa? Saudara-saudara, maka terkadang Tuhan itu memberikan kepada kita satu konteks kehidupan yang tidak ada seorangpun yang bisa menolong kita, untuk melatih hidup kita mencari wajah-Nya “saja”. Apakah benar-benar Allah pengharapan kita “satu-satunya”? Maka Daud mengajarkan kepada kita, sama seperti Mazmur pasal 123 itu, seorang budak yang tidak pernah punya pengharapan apapun saja selain belas kasihan dari pada tuannya. Dan ketika Daud mengharapkan kepada Tuhan, maka ayat yang kedelapan, Daud mengajar kita, Tuhan memberikan pertolongan dengan tangan yang tidak terlihat. Ayat yang kedelapan mengatakan malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Daud mengerti sekali bahwa dia luput dari tangan-tangan orang yang mau membunuh dia, itu adalah karena pertolongan Tuhan, tetapi, perhatikan di mana tertulis di dalam catatan pada waktu Daud lari dari Saul ada malaikat Tuhan yang datang? Tidak ada. Tidak ada malaikat, tidak ada suara Tuhan, tidak ada mujizat. Apakah Daud berbohong? Kadang Tuhan memberikan kepada kita prinsip-prinsip hidup dan prinsip bagaimana Dia bekerja. Di dalam satu orang Dia munculkan prinsip ini, dan kadang apa yang ada dalam prinsip yang Tuhan kerjakan di dalam cara kerjanya di dalam orang ini tidak diungkapkan kepada orang itu, tetapi tidak berarti bahwa cara kerja Allah itu berbeda-beda. Apa yang terjadi kepada Daud, maka itu adalah apa yang sama terjadi kepada Elisa.

Di dalam 2 Raja-Raja 6:15 dan selanjutnya maka saudara-saudara akan menemukan raja Aram yang marah kepada Elisa. Raja Aram berkali-kali mau menghancurkan Israel tetapi tidak bisa. Raja Aram berpikir bahwa pasti ada yang membocorkan rahasia strateginya kepada raja Israel, tetapi panglima-panglima raja Aram mengatakan, bukan kami yang membocorkan rahasia itu melainkan ada satu nabi yang tinggal di Dotan, yang berbicara kepada raja Israel, sehingga mengerti strategi kita, dan itu adalah Elisa. Maka raja Aram marah kepada Elisa, dan kemudian dia mengeluarkan pasukannya untuk mengepung kota Dotan, kota di mana Elisa itu tinggal. Malam hari kota itu sudah terkepung semuanya, pagi harinya, maka pembantu nabi Elisa itu bangun, dan keluar rumahnya, dan dia sangat terkejut, karena dia bisa melihat dari kejauhan itu panglima-panglima dan tentara raja Aram sudah mengepung daerah mereka. Dan kemudian dia gemetar, dan dia cepat-cepat masuk ke rumahnya, dan berkata kepada Elisa: “Tuanku, tuanku kita celaka ini, kita sudah dikepung oleh begitu banyak pasukan, kita mati ini, celaka tuanku.” Tetapi nabi Tuhan Elisa mengatakan: “Jangan takut, sebab yang ada menyertai kita lebih banyak daripada mereka.” Saya yakin sekali pembantu Elisa akan tertawa di dalam hati. Ini perkataan apa? Tetapi orang-orang yang dekat sama Tuhan mengerti cara kerja Allah. Elisa tidak terlalu perlu banyak bicara menjelaskan kepada dia, tetapi perlu ada sesuatu peristiwa untuk membukakan mata dia dan mata kita yang melihat ayat Alkitab. Dan kemudian dia mengatakan, “Tuhan, Yahweh, bukakan matanya, supaya dia bisa melihat.” Dan sesuatu terjadi, dan kemudian pembantu Elisa itu ketika ia melihat keluar, dan dia melihat gunung-gunung yang mengelilingi kota itu, dia melihat malaikat-malaikat berlaksa -laksa dengan panah, dengan pedang, dengan kekuatan perang, dengan kereta yang berapi. Oh ini adalah kekuatan hamba Tuhan. Ini adalah kekuatan anak-anak Tuhan yang berlindung kepada Dia. Tuhan ada di pihak kita, atau tepatnya adalah kita berada di pihak Tuhan. Tuhan pasti melepaskan kita di dalam Kristus Yesus.

Perhatikan, jangan jauh dari Tuhan, jikalau saudara-saudara saat ini jauh, mendekatlah kepada Dia saat ini juga, jangan melakukan dosa-dosa dengan sengaja. Jikalau itu sudah ada, maka bertobatlah, carilah wajah-Nya sekarang, bukan nanti. Sekarang cari wajah-Nya. Berdamai dengan Dia, setiap hari berjalan dengan Dia, jangan biarkan kesulitan itu datang terlebih dahulu, jangan biarkan aniaya itu datang terlebih dahulu, jangan biarkan penyakit itu datang terlebih dahulu, baru saudara mencari wajah Tuhan, cari wajah Tuhan sekarang. Jangan kegelapan atau kesulitan atau kesusahan atau tempat yang paling bawah itu kita alami terlebih dahulu baru mencari wajah Tuhan. Cari wajah Tuhan sekarang. Ini adalah sesuatu yang penting, orang-orang Puritan mengajarkan prinsip ini, apakah kalau kita terlebih dahulu ketemu sama musuh baru mencari wajah Tuhan, Tuhan tidak menolong? Kalau orang-orang Kristen kemudian hidupnya sembrono, lalu kemudian tiba-tiba dia mendapat terminal illness, lalu baru mencari wajah Tuhan, apakah Tuhan tidak menolong? Jawabannya adalah Tuhan pasti menolong. Tuhan pasti menolong, kalau hati kita sungguh-sungguh berharap dan mencari Dia, tetapi masalahnya adalah setan pada titik itu akan menuduh kita habis-habisan. Setan akan datang dan mengatakan, “Hey, engkau tidak jujur sebenarnya, engkau cari wajah Tuhan karena memang engkau lagi sakit sekarang, engkau hypocrite, engkau tahu atau tidak bahwa ini seluruh janji bukan buat engkau, engkau lihat janji-janji untuk orang takut kepada Tuhan, engkau hyprocrite.” Dan banyak orang Kristen akan dikalahkan dengan hal seperti ini. Mari kita mencari wajah Allah, sebelum aniaya itu datang, mari kita bertobat sebelum hal yang buruk itu mungkin terjadi di dalam hidup kita. Tuhan pasti menolong, tetapi pertolongan Tuhan itu kita bisa minta dengan confident kalau hati nurani kita tidak menuduh kita. Hati nurani kita menuduh kita atau tidak, Tuhan tetap menolong, tetapi iman kita akan goncang ketika kita datang kepada Tuhan, ketika kita datang kepada Dia hanya kalau ada perlunya saja. Tetapi Daud tidak, Daud mencari Tuhan selalu, Alkitab mengatakan bahwa Dia memandang wajah Tuhan selalu, bahkan di dalam ayat yang kedua, dikatakan aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu, puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Perhatikan kalimatnya, Daud mengatakan continually, terus menerus, “setiap kali” memuji Tuhan. Oh ketika engkau sedang beruntung, iya aku akan memuji Tuhan ketika aku beruntung. Ketika engkau rugi, iya aku akan memuji, aku memuji Tuhan ketika aku rugi. Ketika engkau sembuh dan engkau sakit, ya aku memuji Tuhan ketika aku sakit dan ketika aku sembuh. Di dalam terang aku akan memuji Dia, di dalam gelap aku akan memuji Dia, di dalam jalan yang rata tidak ada gunung dan lembah aku akan memuji Dia meskipun berada di dalam keletihan. Tidak ada sesuatu goncangan apapun dalam hidupku, aku akan memuji Dia.Saudara-saudara, ini adalah yang diajarkan Daud terus menerus di dalam ayat pertama sampai ayat yang ke-11, mencari wajah-Nya. Membawa mata kita selalu dalam keadaan apapun saja melihat Dia dalam segala keadaan di dalam keseharian. Dan ketika hal yang buruk itu terjadi, maka Daud bisa merasakan mengalami pertolongan Tuhan yang hidup. Saudara bisa melihat bahwa anak-anak Tuhan adalah sama hidupnya, konteks hidupnya dengan anak-anak di dunia. Kita tidak memiliki hidup yang berbeda, tetapi yang membedakan kita adalah satu hal. Di dalam kesulitan-kesulitan dan kegelapan itu ada pertolongan Tuhan yang nyata. Dan ketika kita bisa mengalaminya, dan kita sungguh-sungguh mengertinya, maka kita bisa mengatakan, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Di dalam Yesus Kristus kita boleh menikmati kebaikan Tuhan, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!”

Dan terakhir saya akan berbicara berkenaan dengan apa yang pernah saya baca secara singkat. Saya sangat terkejut dengan ayat ini. Yang dikutip oleh seorang hamba Tuhan yang menyatakan ayat ini di tengah-tengah Perjamuan Kudus. Dan di tengah-tengah Perjamuan Kudus, dia membagikan roti dan cawan, tubuh dan darah Yesus Kristus itu, dan mengucapkan “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Hal yang terpuncak di dalam hidup kita, sebenarnya bukan masalah sakit penyakit di dunia. Hal yang tergelap di dalam hidup kita, yang paling membuat kita takut, adalah bukan bicara mengenai kesulitan-kesulitan dunia ini, tetapi adalah neraka, adalah murka Allah yang selama-lamanya. Dan begitu seseorang masuk di sana, dia tidak mungkin bisa memundurkan waktunya. Ketakutan itu lebih besar daripada apapun saja, daripada musuh kita dan saudara di tengah-tengah dunia ini. Tetapi Allah di dalam belas kasihan-Nya, mengirimkan Yesus Kristus untuk mati bagi kita di atas kayu salib mengeluarkan darah-Nya, ada sesuatu kelepasan, pembebasan yang dialami Daud secara universal, bukan secara lokal tetapi secara universal, bukan secara temporal, tetapi secara eternity. Dan itu adalah ketakutan yang terbesar dari seluruh umat manusia, saudara dan saya. Oh jikalau Tuhan bisa membukakan sedikit saja neraka itu bagi kita, kita tahu bahwa hidup kita sungguh-sungguh terancam. Dan orang-orang yang mengalami murka Allah tetapi berpaling kepada salib Yesus Kristus, dialah yang bisa mengatakan “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” Lihatlah salib. Oh saya memandang orang-orang dengan pandangan mata, yang saya lihat mungkin ada orang yang tidak mengerti apa sebenarnya arti salib. Saudara pikir itu cuma symbol agama Kristen. Saudara pikir bahwa saudara pergi ke gereja, sudah cukup. Saudara-saudara, saudara tidak pernah bisa mengatakan ayat sembilan ini di dalam hati nuranimu bukan? Jikalau itu terjadi, minta kepada Tuhan, Tuhan nyatakan apa arti salib itu bagi hidupku. Nyatakan Engkau itu hidup. Kasihanilah aku Tuhan, seperti engkau mengasihani Daud hamba-Mu. Sehingga aku boleh mengatakan, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Engkau itu!” Kiranya Tuhan memberikan kita pengalaman-pengalaman ini. Mari kita berdoa.


Matius 6:9-13
 
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

30 June 2019
Mazmur 119 (3)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 119:17-24

Mazmur 119:17-24

Dalam Mazmur 119, pemazmur memuji-muji kebesaran Tuhan melalui Firman-Nya. Ketika kita bicara, “Aku mau memuji Tuhan, mau menghargai Tuhan, mau menghormati Tuhan”, maka kalimat-kalimat itu menjadi tidak berguna kecuali kita memuji Firman, mentaati Firman, membaca dan merenungkan Firman di dalam hati kita. Banyak dari kita memperlakukan Tuhan merupakan suatu pribadi yang absurd karena ketika itu dinyatakan di dalam kehidupan sehari-hari kita melawan seluruh order yang Tuhan berikan. Menaati Allah adalah menaati pemimpinmu di dalam tatanan Gereja. Tentu tidak boleh pemimpin Gereja berlaku seenaknya kepada orang-orang di bawah. Pemimpin Gereja pun harus taat kepada Allah. Seorang anak KTB harus taat kepada pemimpin KTB. Jemaat harus taat kepada pengurus. Pengurus harus taat kepada majelis. Majelis harus taat kepada Elders.Elders harus taat kepada Hamba Tuhan. Hamba Tuhan harus taat kepada Sinode. Itu adalah order yang Tuhan nyatakan. Banyak orang mengatakan bahwa aku menaati Tuhan, tetapi seringkali orang itu tidak membaca Firman Tuhan. Tidak mau meletakkan Firman Tuhan di dalam hatinya. Perhatikan, meskipun Saul begitu jahat tetapi pada waktu Saul diangkat oleh Allah di atas Daud, apakah Daud berani melawan dia? Tidak. Karena Daud tahu Allah memberikan konteks hidup kepadanya untuk taat kepada Allah melalui ketaatan kepada Saul. Kita mesti belajar hal ini. Banyak anak-anak tidak mau taat kepada orangtua. Mari kita bertobat. Banyak isteri tidak mau taat kepada suami. Apapun saja kata suami dilawan. Mengatakan itu adalah kebenaran, padahal itu adalah sesuatu pengaturan yang sangat mikro dan suatu kebohongan. Mari kita sungguh-sungguh mau belajar rendah hati kepada Tuhan. Yang di bawah itu taat kepada di atas karena yang di bawah mau menaati Allah. Tetapi yang atas tidak boleh semena-mena, harus mendoakan, mengasihi dan harus berkorban untuk yang di bawah. Ini adalah satu pengaturan yang sangat indah kalau jikalau kita mengerti prinsip ini. Bukankah kita itu memuji dan menghormati Allah. Dalam Mazmur 119 seluruh pujian dan penghormatan adalah kepada Firman-Nya. Sekali lagi kita tidak bisa memisahkan penghormatan kita kepada Allah dengan penghormatan kepada Firman-Nya.

Mazmur 119 terdiri dari 22 bait. Semuanya berbicara berkenaan dengan huruf pertama Alef, sampai pada Tav, huruf terakhir bahasa Ibrani. Mazmur 119 mau mengungkapkan segala hal pujian-pujian dan excellency Firman Tuhan dari berbagai macam sudut. Dalam bagian ketiga Mazmur 119, fokus utamanya yaitu pemazmur mengungkapkan dirinya (identity-nya). Pemazmur mendefinisikan dirinya sendiri. Siapakah dia? Dia menyatakan “hamba-Mu ini…”. Lihatlah ayat 17 dan 23. “Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada Firman-Mu.” Ayat 23, “Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.” Dalam bagian inilah baru Pemazmur menyatakan: “hamba-Mu” ini. Dalam bahasa aslinya “hamba” adalah Eved. Bagi orang Ibrani, budak bukan saja seseorang yang di bawah yang diperintah. Ketika Petrus mengatakan dalam suratnya: Dari Petrus, hamba Kristus dan juga rasul daripada Yesus Kristus. Atau saat Paulus mengatakan: Dari Paulus dan Timotius, aku ini hamba dari Yesus Kristus. Maka ini sesuatu yang dalam. Apa itu arti dari “hamba” itu? “Hamba” bukan sekedar budak, tetapi seseorang yang statusnya dan jiwanya memiliki pengabdian kepada Allah karena hormat dan cinta. Dalam jiwanya, dia tunduk kepada dan mengabdi kepada tuan-nya (Allah) karena hormat dan cinta. Pengertian ini ada dalam Keluaran 21. Jikalau ada di antara kamu yang memiliki budak Ibrani, maka Aku menetapkan demikian kata Tuhan. Budak Ibrani itu boleh bekerja kepadamu 6 tahun lamanya tetapi pada tahun yang ketujuh, engkau harus lepaskan. Tetapi, ketika budak Ibrani itu keluar, merdeka dari tuannya dan dia merasakan bahwa selama ini tuannya begitu baik, tulus, begitu mencintai, melebihi semua orang di luar sana dan dia bisa menghormati tuannya, dan dari hatinya yang terdalam budak ini mengatakan: “Aku sangat-sangat berterimakasih dan terutama aku bisa melihat cintamu kepadaku. Maka Tuan, aku kembali kepadamu, aku mau menjadi budakmu.” Itu berarti menjadi budak tuannya seumur hidupnya. Itu adalah hukum Allah untuk budak. Dan itu adalah budak di tangan tuannya. Dan itu adalah hamba Allah, budak Allah. Itu adalah kalimat ini: Lakukan kebajikan kepada hamba-Mu ini, agar aku hidup. Ini adalah konsep budak orang Ibrani. Maka ini bukan pengertian tentang rendah hati atau servant leadership tetapi ini adalah pengertian tentang “total kepemilikan”. Seseorang yang mengaku dirinya total dimiliki dan didedikasikan kepada Allah atau Yesus Kristus. Mulai saat itu, status dia tidak mungkin terpisah daripada tuannya, seluruh hidupnya milik tuannya. Seluruh tujuannya selalu bersangkut-paut dengan tuannya. Dia tidak memiliki agenda hidup di luar ikatan tuannya. Apapun yang dia lakukan dan apapun yang terjadi pada dia tidak mungkin terpisah dari tuannya. Pertanyaannya adalah apakah saudara dan saya budak Yesus Kristus dan bisa mengatakan, “Aku ini Hamba-Mu, ya Tuhan?” Tidak ada satu titik di dalam hidupmu dan hidupku yang bisa terpisah daripada Yesus Kristus. Saudara selalu berusaha untuk mengaitkan seluruh tujuan aktivitas apapun saja yang kita lakukan kepada Yesus Kristus. Di tempat yang lain, ketika berbicara berkenaan dengan budak pada zaman Yesus Kristus, budak seorang kaisar misalnya, mem-presentasikan kaisar itu dan harus diperlakukan dengan appropriate respect. Bukan karena dia hanya sekedar manusia, tetapi prinsipnya adalah apa yang orang lain lakukan kepada dia, sama dengan apa yang orang itu lakukan kepada property kaisar. Itulah sebabnya, kita mengerti ada prinsip Kristus itu kepala dan kita itu adalah tubuh-Nya. Apa yang dunia ini lakukan ketika menganiaya Gereja Tuhan yang sejati? Yang menganiaya kepala yaitu Yesus Kristus? Alkitab menggunakan berbagai macam cara untuk menyatakan bahwa apa yang terjadi kepada umat Allah adalah apa yang orang lain lakukan kepada Yesus Kristus. Bicara berkenaan dengan Union with Christ, kepala dan tubuh dan juga berbicara tentang tuan dan hamba/budak ini. Dalam ayat 17-24, kita melihat ada satu kekhususan yang sebelum ayat ini atau bagian atau perikop ini itu ada yaitu identitas Pemazmur. Dia menyatakan aku ini adalah “hamba-Mu”. Ketika berbicara berkenaan dengan “Aku ini adalah hamba-Mu” maka akan melihat ada karakteristik yang merupakan implikasi hamba-hamba Allah di dalam Firman Tuhan. Hari ini kita akan berbicara mengenai 5 hal yang ada di dalam ayat 17-24. 

Hal yang pertama, ada ketergantungan mutlak hamba ini dengan Allah yang merupakan tuannya untuk membukakan akan kebenaran Firman-Nya. Ayat 17 mengatakan: “Lakukanlah kebajikan kepada hamba-Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada Firman-Mu.” Dengan kebaikan yang melimpah dari Tuhan saja kita bisa hidup tetapi bukan saja hidup, kita bisa continue hidup dan memegang Firman-Nya. Tanpa kebaikan-Nya kita tidak mungkin memegang Firman-Nya. Tanpa kebaikan-Nya maka kita tidak mungkin mendapatkan segala sesuatu penopangan dan penghiburan di dalam hidup ini. Matthew Henry mengatakan jikalau ini ditahan, maka kita akan mati. Jikalau Tuhan mendatangi kita bukan dengan kebaikan-Nya melainkan dengan keadilan-Nya secara ketat maka kita akan mati. Ayat 18 mengatakan: “Singkapkan mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.” Kebaikan Allah bukan saja membuat kita hidup, membuat kita bisa memegang Firman tetapi lebih dari itu, kebaikan Allah membuat kita bisa jeli akan Firman. “Keajaiban Taurat-Mu” kata Ibrani yang dipakai adalah Nip̄·lā·’ō dan ini adalah kata yang sama yang dipakai ketika Musa menuliskan bagaimana YAHWEH dengan tindakan perkasa mengeluarkan Israel keluar dari perbudakannya di Mesir. Saudara-saudara bisa mengerti Firman bagi Pemazmur itu benar-benar bukan hal yang sederhana. Ini memerlukan kuat kuasa Tuhan yang besar untuk membuat kita mengerti Firman. Karena hal inilah maka Pemazmur itu mengerti bahwa dia harus sepenuhnya bergantung kepada Allah. Dia disebut sebagai hamba Allah, hamba-Mu ini, ketika kita bertanya kenapa kamu mau mengatakan kamu adalah hamba Allah? Maka Pemazmur mengatakan karena aku bergantung sepenuhnya mutlak kepada Allah. Tanpa kebaikan-Nya maka aku tidak mungkin hidup, aku tidak mungkin bisa memegang dan mengerti Firman. Ketika kita membaca dan mengerti Firman tersebut, maka anak-anak Tuhan yang sejati akan memiliki perasaan yang remuk hati. Kita akan menyadari akan sesuatu yang ajaib yang indah itu yang Tuhan munculkan melalui Firman-Nya. Tetapi anak Tuhan yang sejati pasti akan lebih dalam lagi karena dia menyadari pada saat itu Tuhan dengan mighty power menyatakan akan sesuatu yang tadinya tersembunyi. Alkitab dengan jelas menyatakan dalam Perjanjian Baru yang membuat kita mengerti Firman itu adalah Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan Yesus Kritus keluar dari kuburan. Itu bukan kepandaian kita mengerti Firman. Dengan tepat Pemazmur mengatakan dealing dengan aku ya Tuhan dengan kebaikan-Mu, jangan dengan keadilan-Mu. Kalau Engkau datang kepadaku dengan keadilan-Mu, aku akan mati. Tetapi kalau engkau mendatangi aku dengan kebaikan, dengan mercy, dengan belas kasihan maka aku baru bisa hidup dan aku bisa memegang dan mengerti Firman-Mu. Terus melatih jiwa dengan ratapan-ratapan seperti ini. Orang-orang yang dipakai oleh Tuhan itu datang kepada Firman Tuhan dengan tangisan, dengan airmata, karena meskipun di satu sisi kita tahu bahwa kita diterima oleh Allah Bapa karena pekerjaan Allah Anak, tetapi di tempat yang lain hal seperti ini secara rohani terus menerus harus digumulkan.

Saudara tidak bisa take it for granted tata keadilan Allah itu diubah menjadi tata kasih karunia karena pekerjaan Kristus demikian kata Ibrani. Itu adalah pekerjaan Tuhan yang sangat mulia. Kalau kita datang kepada Firman kepada Allah di dalam Firman-Nya untuk mengerti Firman-Nya, kita harus menyadari Dia berhak diam. Dia berhak untuk tidak mengatakan Firman-Nya kepada kita. Berkali-kali dalam hidup saya, saya gagal di dalam hal-hal seperti ini. Berkali-kali di dalam hidup saya, saya membaca Firman dengan cepat. Saya membaca Firman dengan seadanya. Dan ketika saya membaca Firman dengan seadanya dan saya membaca Firman dengan cepat, saya tidak memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada Firman. Saya lari berlalu saja ketika membaca Firman. Saya tidak memberikan prime time saya, perhatian dan konsentrasi penuh saya kepada Firman. Padahal di dalam isi hati nurani, saya menyadari pada waktu itu Tuhan berbicara kepada saya. Dia layak untuk diam, Dia layak untuk tidak mengatakan apapun saja. Karena Dia itu begitu hormat, begitu berharga, begitu mulia, dan perkataan-Nya itu berharga. Dia berkata kepada salah satu nabi-Nya, Aku tidak akan membiarkan Firman-Ku itu jatuh ke tanah. Berapa banyak dari kita hanya dealing setengah hati terhadap Firman. Ketika Dia mau membukakan diri-Nya kepada kita, tetapi kita bahkan tidak memiliki satu konsentrasi pun kepada Dia. Padahal seorang manusia yang begitu sangat hina ini tidak memiliki hak apapun saja untuk Tuhan itu berbicara kepada kita. Dan kalau Dia berbicara kepada kita dan kita bisa mengerti, kita bisa terpesona dan kita bisa takluk akan Dia, maka itu adalah pekerjaan the Mighty Power yang sangat ajaib. Firaun mendengarkan suara Allah melalui Musa. Orang-orang Israel pada waktu itu mendengarkan suara Yesus Kristus. Tetapi Yesus Kristus mengatakan angkatan ini akan Aku buat seperti ini: Mendengar tetapi tidak bisa mengerti. Oh itu membuat suatu kegentaran bukan? Kita mendengar tetapi tidak mengerti, melihat tetapi tidak bisa menanggap. Ini adalah suatu hukuman bagi kita. Salah satu hal yang kita harus latih dalam kehidupan kita sehari-hari adalah menghormati Firman, menghormati ketika kita datang kepada Allah di dalam membaca Firman-Nya, menyadari bahwa Dia berhak diam.

Hal yang kedua, hamba Tuhan ini memiliki kehausan akan Firman. Ayat yang ke-20 mengatakan: “Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu.” Mathew Henry mengatakan ini adalah habitual temper of every sanctify soul. Kalau saudara mau tahu apakah kita bertumbuh di dalam proses pengudusan, salah satu hal yang utama yaitu: Apakah ada kehausan akan Firman? Ini adalah tanda pertumbuhan rohani yang sehat, bukan curiosity hanya untuk masalah-masalah teologi. Mari melihat ayat Mazmur 119:131, “Mulutku kungangakan dan megap-megap karena aku mendambakan perintah-perintah-Mu.” Ini berbicara berkenaan tentang kehausan yang begitu dalam. Salah satu hal yang paling mudah untuk kita mengukur apakah kita sedang bertumbuh maju atau mundur di dalam kerohanian adalah satu hal: Apakah kita makin hari makin memiliki kehausan akan Firman? Bukan kehausan akan pelayanan, bukan kehausan untuk untuk debat teologis, tetapi kehausan akan Firman. Apakah kita seperti Pemazmur mengatakan: Seperti rusa merindukan sungai demikian jiwaku merindukan-Mu ya Allah. Seperti pengawal yang mengharapkan pagi hari maka jiwaku mengharapkan Engkau ya Allah. Abraham Kuyper pernah mengatakan bahwa rusa itu, waktu musim kering, mencari air dan dia biasa mendapatkan air di sungai itu. Tetapi ketika dia sampai ke tempat itu kemudian seluruh tempat itu kering. Lalu dia mulai menaiki gunung, dia berpikir bahwa naik lebih tinggi maka dia akan mendapatkan sumber mata air. Sampai ke puncak yang paling tinggi yang dia bisa naik, dengan seluruh kelelahannya karena naik berjam-jam, hausnya itu bertambah-tambah, dengan kekuatannya yang terakhir dia naik, tetapi tidak ada satu tanda pun bahwa ada air di situ. Maka kemudian dia menengadah ke langit, dan saudara bisa lihat air matanya mulai turun, dan dia memekikkan suaranya ke langit, membelah tali suara di belakang lidahnya, kenapa dia melakukan itu? Karena dia tahu sebentar lagi dia pasti mati. Kiranya Tuhan membentuk ini dalam hidup kita. Bukan saja membaca Firman, tetapi setiap kali datang kepada Tuhan dan membaca Firman-Nya saudara dan saya menyadari, Tuhan berfirmanlah, berkata-katalah, tanpa Engkau berkata-kata saya mati. Have mercy on me, the Son of David. Perempuan Sirofenesia itu datang mendekat kepada Yesus Kristus, dan semua murid-Nya mengusir dia, dia terus maju, dia ignore seluruh hinaan. Karena dia tahu jiwanya membutuhkan satu hal, bukan perkataan manusia, satu kalimat dari Tuhan, katakan kepadaku. Hancur hatiku karena merindukan hukum-Mu setiap waktu.

Hal yang ketiga adalah hamba Tuhan ini berlindung kepada Tuhan di dalam Firman-Nya. Ayat ke-22: “Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan sebab aku memegang peringatan-peringatan-Mu.” Saya akan masukkan poin kelima di dalam poin ini. Hamba Tuhan ini di dalam ayat 17-24, saudara-saudara tidak akan mendapatkan di dalam ayat 1-16 adalah dalam keadaan dia dilawan, dia dihina, dia dicela oleh dunia. Saudara akan melihat bahwa seorang hamba Tuhan, ketika saya berbicara tentang hamba Tuhan itu bukan satu status bukan satu posisi seperti kami, tidak semua hamba Tuhan itu hamba Tuhan, banyak jemaat yang hanya jemaat tetapi sebenarnya memiliki jiwa hamba Tuhan. Sekali lagi hamba Tuhan adalah seseorang yang hidupnya didedikasikan bagi Allah, seorang budak bagi Allah, dimiliki sepenuhnya oleh Allah, dan di dalam hatinya hanya memiliki Allah, di dalam 17-24 ini dilawan oleh dunia. Ada kata-kata yang digunakan disini seperti misalnya ayat ke-19, aku ini orang asing di dunia, dia diasingkan. Ayat ke-22, gulingkan dari atasku cela dan penghinaan, dia dicela dan dilawan oleh dunia. Ayat ke-25, adalah bagian dari bait yang keempat, di situ dikatakan jiwaku melekat kepada debu, itu artinya bahwa dia dihina, direndahkan sedemikian oleh dunia. Ayat ke-28, jiwaku menangis karena duka hati. Ayat ke-29, jauhkanlah dusta daripadaku. Semua orang-orang itu membuat dia menderita. Salah satu tanda hamba Tuhan yang sejati, adalah adanya penderitaan, tantangan dari dunia kepada kita. Ada satu kalimat dari buku yang pernah saya baca, dia mengatakan tepat seperti ini: Jikalau engkau tidak pernah merasakan penderitaan dari dunia, jikalau engkau tidak pernah dicela oleh dunia, jikalau engkau tidak pernah dilawan oleh dunia, sangat mungkin karena engkau adalah anak dunia dan bukan anak Allah. Atau yang kedua adalah: engkau mengikuti Yesus dari jauh.

Hamba Tuhan ini bagaimana ketika dia dilawan oleh dunia, dia bisa mempertahankan dirinya, yaitu dengan berlindung kepada Firman. Saya ingat akan film the Passion of the Christ. Yang pertama adalah di dalam Passion of the Christ itu ada satu perempuan yang kedapatan berzinah. Kemudian dibawa oleh orang-orang Yahudi, sebagian besar ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk kemudian diletakan di depan Yesus Kristus. Dan perempuan ini tertunduk di dalam debu, dimaki-maki oleh ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Air matanya bercucuran, dosanya sudah ketahuan, dan sebentar lagi maka kalimat-kalimat ahli Taurat dan orang-orang Farisi akan menghancurkan dia dan apakah yang menjadi pengharapannya? Di tempat mana dia bisa berlindung? Tetapi perempuan yang berzinah itu diampuni oleh Yesus Kristus dan semua orang Farisi dan ahli Taurat tidak bisa bertentangan lagi dengan Kristus karena mereka kalah debat dan mereka semua pergi, dan jiwa dan tubuh perempuan itu diselamatkan oleh perkataan Yesus Kristus. Suatu hari Maria dari Betania, Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, mengambil minyak yang paling mahal, minyak narwastu itu, dan mengurapi Yesus dari atas sampai ke bawah, saat itu, pertama- tama Yudas dan seluruh murid-Nya mengikuti Yudas menghina perempuan ini. Salah mengerti perempuan ini. Dengan motivasi-motivasi yang berbeda mereka mengeluarkan suara yang sama, mengatakan perempuan ini bersalah. Tetapi yang sangat indah dari cerita itu adalah, maka Maria diam, dia tidak berargumentasi dan mengatakan: saya benar motivasinya. Dia tidak mengatakan kepada para murid-murid-Nya: ini uang saya, you tidak punya bisnis apapun dalam hal ini. Dia tidak sama sekali argue tentang hal ini. Apa yang dikerjakannya adalah diam. Ini adalah satu jiwa yang sangat indah, jika kita melatih jiwa kita untuk diam terhadap semua orang dan menunggu perkataan Allah kepada kita. Kepada Dia-lah kita berlindung. Kepada perkataan-Nyalah kita berlindung. Kepada Firman-Nyalah kita berlindung. Perempuan ini diam, dan perlindungan Kristus itu sampai dan seluruh musuhnya terporak-poranda. Tuhan mengatakan jangan ganggu perempuan ini. Dia melakukan untuk persiapan hari penguburan-Ku. Oh, saya melihat bagian-bagian perempuan-perempuan di dalam Alkitab. Perempuan yang bisa mengatup mulutnya, dia bisa diam, selalu ada keindahan. Ada perempuan Sirofenesia, yang tadi saya katakan, diusir-usir dia diam. Perempuan yang berzinah dihina dicela dia diam. Maria di hadapan seluruh murid yang menentang dia, pemimpin gereja, dia diam. Apa yang ditunggu oleh semua orang itu? Pemazmur mengatakan, maka ambil dari cela itu karena aku memegang dari peringatan-Mu. Hamba Tuhan ini dilindungi dalam Firman Tuhan.

Hal yang keempat, hamba Tuhan ini confidence, memiliki kepercayaan diri karena Firman Tuhan. Ayat 23, sekalipun pemuka-pemuka duduk melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Perhatikan baik-baik prinsip ini, biarlah kita boleh mengajarkan ini kepada jiwa kita. Biarlah confidence kita, self-esteem kita bukan kepada self itu, bukan kepada kekayaan, tetapi kepada satu hal yaitu ketaatan kepada Firman. Apa confidence hidup kita? Yaitu jika saudara bisa mengevaluasi diri dan saudara bisa menemukan ketaatan kepada Firman. Oh, setiap kali kita berada di dalam kebingungan, perbantahan, setiap kali setan mau menggocoh kita, maka saat itu kita tidak memiliki pegangan. Kemudian kita berlutut di hadapan Tuhan dan kita mengevaluasi diri apakah benar apakah mungkin keputusan-keputusan hidupmu itu sudah salah. Maka saudara akan tahu bahwa Tuhan akan meneguhkan anak-Nya dengan satu kesaksian ini, yaitu apakah orang ini menaati Firman Tuhan sebelumnya. Rahasia confidence. Itulah sebabnya saudara bisa menemukan orang-orang seperti Paulus, yang berani berhadapan dengan raja Agripa. Saudara bisa menemukan Yohanes Pembaptis bagaimana dia berhadapan dengan semua pejabat agama pada waktu itu. Saudara bisa melihat Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego bagaimana saat mereka dijebak kemudian diadili dan harus masuk ke tungku perapian. Seluruh mereka memiliki confidence. Anak Tuhan yang sejati akan memiliki confidence meskipun mereka tidak terlalu kuat karakternya di dalam. Kalau dia berjalan di dalam Firman Tuhan, maka dia memiliki kepercayaan itu. Dia tidak akan mundur, dia akan maju, dia tidak akan terkalahkan.

Hari ini, kalau saudara yakin sekali kalau di dalam diri anda adalah anak Tuhan yang sejati, kita akan terbagi menjadi dua. Ada orang-orang yang berjalan di dalam ketaatan dan saudara mendapatkan sejahtera sama dengan Tuhan saat ini, saudara berjalan di dalam ketaatan, saudara memegang kesucian Tuhan, saudara terus mengatakan kepada Tuhan bahwa, Tuhan bentuklah aku dan aku rela taat kepada-Mu. Dan saudara akan menjadi satu orang yang memiliki kekuatan di dalam hati yang keluar, saudara firm bukan karena karakter saudara tetapi saudara menyadari itu karena Tuhan menyertai saudara di dalam ketaatan saudara melakukan Firman-Nya. Atau orang yang kedua, saudara adalah anak Tuhan, tentu diselamatkan tetapi saudara duduk di sini dengan gundah gulana, dengan suatu trouble di dalam hati saudara karena saudara menyimpan dosa. Dan saudara tidak berani sebenarnya, tidak memiliki keteguhan, saudara dan saya tidak berjalan dalam kesucian, tidak berjalan dalam penghormatan kepada Tuhan. Saudara tidak memiliki confidence di dalam Firman. Mari kita bertobat. Karena confidence kita hanya ada di dalam Firman. Saudara memiliki uang seberapa banyak pun tidak dapat membangun ini dalam diri saudara. Saudara pemimpin di dalam gereja, majelis ataupun elders di dalam gereja saudara tidak memiliki keteguhan di dalam diri saudara. Saudara pemimpin KTB ataupun majelis atau apapun itu tidak bisa firm di dalam diri saudara karena Alkitab mengatakan, jikalau kita sungguh-sungguh hamba Allah, orang-orang yang dimiliki oleh Allah, ditebus oleh Yesus Kristus maka Allah akan mengajarkan kepada kita confidence kita bukan berdasarkan segala sesuatu di dunia ini, tetapi berdasarkan satu hal ini yaitu perkenaan Allah kepada hidup kita di dalam ketaatan kita kepada Firman. Kiranya Tuhan boleh mendidik kita. Kiranya Tuhan boleh mengarahkan seluruh hidup kita melalui Firman-Nya.


Matius 6:9-13
 
 

Matius 6:9-13
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

16 June 2019
Mazmur 119 (2)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 119:9-16

Mazmur 119:9-16

Seluruh seri dari rangkaian khotbah Mazmur berbicara mengenai nyanyian-nyanyian kehidupan. Dan setiap Mazmur maka ada kehidupan-kehidupan dengan berbagai macam keadaan. Ada yang sedih, ada yang sakit, ada yang sedang dikejar oleh musuh, ada yang sedang sendirian, ada yang sedang memandang ke langit, ada yang sedang berada di dalam kegelapan yang besar, ada yang sedang berada di dalam kerutinan sehari-hari. Tetapi kitab-kitab ini mengajarkan kepada kita satu hal yaitu setiap titik di dalam kehidupan kita berdiri di dalam relasinya dengan Allah. Tetapi secara khusus Mazmur 119 berbicara berkenaan dengan meninggikan Firman Allah. Ini adalah nyanyian meninggikan the Word of God. Keunikan Mazmur ini adalah mengajak kita untuk bisa bersuka cita karena Firman. Dan Firman yang diungkapkan dalam Mazmur ini dipuji-puji dari berbagai macam sudut. Kalau kita membaca Alkitab, kita akan menyadari bahwa salah satu hal yang terpenting di dalam Alkitab adalah Firman. Firman itu membuat alam semesta. Allah dengan Firman-Nya membuat bumi beserta isinya. Allah dengan Firman menciptakan manusia. Allah dengan Firman membentuk, menumbuhkan, menguduskan, mendekati, mengarahkan manusia. Dengan Firman, Allah menghakimi seluruh isi dunia beserta dengan isinya. Kalau saudara melihat dari Alkitab, saudara akan mengerti bahwa satu hal yang penting di dalam Alkitab adalah Firman.

Mari kita melihat kitab Kejadian pasal yang pertama. Saudara-saudara perhatikan ayat yang pertama dan kedua. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Perhatikan ayat yang pertama dan kedua adalah berbicara berkenaan dengan konklusi. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi beserta dengan seluruh isinya. Lalu kemudian saudara melihat bagaimana proses itu terjadi. Saudara lihat Alkitab saudara, ayat yang ketiga. “Berfirmanlah Allah.” Ayat yang keenam. “Berfirmanlah Allah.” Ayat 9. “Berfirmanlah Allah”. Ayat ke-11. “Berfirmanlah Allah.” Saudara akan melihat ini berkali-kali ada di dalam kitab Kejadian. Kalau saudara melihat dalam kitab Kejadian dan ketika kita bicara kitab Kejadian saudara langsung ingat alam semesta beserta dengan isinya. Tetapi saudara-saudara lupa bahwa sebenarnya ada satu agent yang penting di sini yaitu bicara mengenai the Word of God. Inti dari semuanya, the Word of God adalah segala-galanya bagi manusia. Tetapi hanya anak-anak Tuhan sajalah, yang mendapatkan Roh Kudus dari Allah yang dapat menghargai the Word of God.

Kita sekarang akan masuk di dalam bait yang kedua dalam Mazmur 119. Kita sudah berbicara mengenai ayat 1-8. Dan sekarang kita akan masuk dari ayat 9-16. Dan kita akan mulai dari ayat 9-11 terlebih dahulu, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan Firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” Di dalam tiga ayat ini, maka pemazmur mengajarkan kepada kita:

(1) Kapan kita harus mulai mempelajari Firman. Maka jawabannya adalah sedini mungkin, sepagi umur kita, sejak muda. Bagaimana seseorang itu mempertahankan kesuciannya? Tuhan menyatakan kita harus hidup mengenal Firman, berjalan di dalam Firman semuda mungkin. Semakin kita tertunda mempelajari Firman dan menghidupi Firman, semakin hari-hari kita bertambah, semakin umur kita itu bertambah, semakin kita sulit hidup berjalan di dalam Firman. Jikalau seseorang tidak hidup bagi Allah semuda mungkin, sangat mungkin orang itu tidak hidup bagi Allah pada waktu tuanya. Bahkan mungkin sampai hari akhirnya, hidupnya akan menuju kepada kehancuran dan kebinasaan. Alkitab mengatakan “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan mengajarkannya sesuai dengan firman-Mu.” Saudara-saudara tidaklah sulit untuk mengerti ayat ini. Saudara-saudara karena sejak muda seseorang harus mengerti Firman. Kenapa? Karena keputusan pada waktu muda akan membentuk kebiasaan/habit. Dan habit akan membentuk karakter. Dan karakter akan menuju kepada destiny. Dan kalau itu sudah menjadi karakter dalam hidup kita, maka akan sangat sulit untuk dihancurkan bahkan oleh musuh sekalipun. Sejak muda, maka kita harus mendidik jiwa kita dan anak-anak kita untuk membaca Firman. Tetapi, pengertian di dalam ayat ini bukan saja membaca Firman tetapi studi tentang Firman. Dan masuk ke dalam meditasi terhadap Firman. Saudara-saudara sebenarnya pada waktu muda didiklah daripada orang-orang muda itu untuk melakukan hal-hal yang Alkitab katakan di dalam kesalehan: membaca Firman, meluangkan waktu berdoa, menikmati persekutuan di dalam gereja, menolak dosa, selalu bertindak dan berkata-kata di dalam kejujuran, menjaga ketulusan hati, memberikan kebaikan, gracious kepada orang lain. Saudara-saudara sejak muda kita harus mendidik jiwa kita dan juga anak-anak kita.

Saya akan membawa saudara kepada suatu contoh di dalam Alkitab bagaimana seseorang yang sejak muda dididik untuk takut kepada Allah dan kemudian seumur hidupnya dijagai oleh karakternya. Tidak sulit untuk menyatakan kepada saudara-saudara mengenai Daniel. Kalau saudara-saudara membaca kitab Daniel satu per satu dari babnya dari awal hingga akhir, saudara-saudara berpikir bahwa ini adalah orang yang sama. Memang sama, tetapi dari kitab pertama sampai dengan terakhir rentang umurnya itu 70 tahun. Ini adalah orang yang sama, tetapi orang yang bertumbuh dan bertambah tua. Saya yakin sekali saudara dan saya tidak memiliki sense ini. Tetapi ini adalah bicara mengenai Daniel yang berbeda pada hari tua dengan Daniel yang ada pada hari mudanya. Daniel melayani di dalam konteks lima atau enam raja. Raja Yoyakim itu adalah raja Yehuda. Nebukadnezar, Belsyazar, Nebonidus, dan ketiganya itu adalah dari Babylon. Dan kemudian dua adalah Darius dan Sirus. Meskipun para ahli menyatakan bahwa Darius dan Sirus itu mungkin satu orang dengan dua nama.

Daniel pasal pertama adalah seorang anak remaja. Lihatlah keputusannya pada waktu dia berjalan bersama dengan Allah pada waktu remaja. Dia dipaksa pergi dari Yerusalem dan ditawan di Babel. Dan kemudian di sana dia dipaksa untuk berubah bahasanya, dan ia dengan paksa berubah panggilannya. Tetapi kemudian perintah raja, maka dia kemudian diberikan makanan yang sama dengan makanan raja, demikian kata Alkitab. Tetapi kemudian dia mengatakan kepada pegawai itu, “Saya tidak akan makan makanan ini.” Kenapa dia tidak makan makanan ini? Maka kita mungkin berpikir bahwa makanan itu sudah dipersembahkan kepada ilah. Dan itu adalah benar. Tetapi kalau saudara-saudara melihat di dalam Nehemia, maka Nehemia tetap makan makanan itu. Kenapa Daniel menolak makanan itu? Karena dia membuat perjanjian pribadi antara dirinya dengan Allah. Perhatikan baik-baik. Seluruh dari kita dan khususnya anak-anak muda, buat satu perjanjian yang hanya diketahui antara engkau dengan Allah. Jangan katakan kepada orang lain. Tetapi hanya engkau sendiri dan Allah yang tahu perjanjian itu. Dan kita melakukannya adalah karena kita mau menghormati Dia.

Daniel menolak dari seluruh makanan itu, padahal itu makanan yang pasti enak dan yang bergizi. Tetapi semua itu ditolaknya oleh Daniel. Dia mau hidup bagi Allah. Perhatikan ketika dia hidup bagi Allah, dari sejak keputusan kecil sehari-hari di dalam masa mudanya, maka kemudian lihat bagaimana Allah memakainya sampai hari tuanya. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang memiliki sistem belajar Firman setiap hari sejak kecil. Itu dilakukan di sinagoge-sinagoge. Ada satu hal yang kita sebagai orang Kristen sudah hilang, yaitu kita tidak lagi mendidik anak kita di dalam rumah dengan Firman. Kita sama sekali tidak peduli dengan anak kita membaca Firman atau tidak. Apakah memiliki kerinduan bertumbuh untuk menghargai Allah di dalam Firman atau tidak. Saudara-saudara jangan hanya suka kalau anak-anak saudara pergi ke gereja, apalagi kalau pergi ke gereja bersama dengan kita. Tetapi saudara-saudara mau tahu anak kita lahir baru atau tidak, apakah dia itu mempunyai kerinduan untuk meneliti Firman atau tidak. Dan banyak orang tua yang sudah neglect dari tanggung jawab ini dan kemudian hanya pergi ke gereja dan anak diantar ke sekolah minggu cuma untuk menitipkan anak saja. Alkitab menyatakan didiklah anak kita sejak muda untuk berjalan dalam kesucian dengan Firman Tuhan. Mazmur 119 mengajar kita jalan terbaik seseorang hidup bagi Tuhan sampai hari tuanya adalah membangunnya di dalam cintanya kepada Firman pada waktu muda.

Ketika kita melihat ayat-ayat ini sekarang, ini tidak berarti ayat ini menghapus pengharapan kita yang sudah berumur. Ayat ini tidak dikhususkan kepada orang muda saja. Inti dari ayat ini adalah ambil keputusan untuk takluk kepada Firman sedini mungkin. Dan itu adalah sekarang. Ambil keputusan sekarang, maka masa depanmu dan seluruh umur yang Tuhan berikan maka akan menjadi lebih mudah berjalan bersama dengan Allah. Salah satu senjata terbesar dari setan adalah bicara mengenai besok masih ada waktu. Besok masih ada waktu. Besok saya akan serius berjalan bersama dengan Allah. Besok saya akan membaca Firman Tuhan secara teratur. Ini adalah tipuan setan. Saudara berjanji dan bertahun-tahun seperti ini. Kita harus memutuskan sekarang. Saudara-saudara, ayat ini bukan bicara saja kepada anak-anak muda dan kemudian meng-encourage mereka membaca Firman, tetapi ayat ini meng-encourage saudara dan saya yang sudah berumur. Ambil keputusan sekarang atau hidup itu menjadi lebih sulit. Ayat ini sudah bicara mengenai kapan kita mulai.

(2) Apa yang harus kita lakukan terhadap Firman. Maka di dalam ayat yang ke-11 dikatakan, “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu.” Menyimpan Firman di dalam hati kita. Bukan hanya membaca tetapi studi dan menghafalkannya. Menghafal Firman itu adalah menyimpan Firman di dalam hati kita. Di dalam Alkitab, antara pikiran dan hati itu adalah dua hal yang tidak mungkin bisa dipisahkan meskipun bisa dibedakan. Ketika bicara berkenaan dengan memasukkan Firman ke dalam hati dan menghafalkan, memasukkan Firman ke dalam otak itu adalah hal yang sama. “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu.” Di dalam ayat-ayat ini, khususnya di dalam stansa ini, maka judul terbesarnya adalah hatiku adalah rumah bagi Firman Tuhan. Satu hal yang menarik di sini adalah bahwa seluruh huruf depan dari kedelapan ayatnya adalah dimulai dari bet. Beberapa minggu yang lalu sudah saya jelaskan Mazmur 119 terdiri daripada 22 stansa atau bait.

Dan kemudian setiap stansa itu dimulai dari pada huruf pertama dari pada abjad Ibrani. Delapan ayat pertama mulai dari pada alef. Delapan ayat bait yang kedua adalah mulai daripada bet dan bait yang ketiga maka awal dari pada hurufnya selalu adalah gimmel. Sehingga alef, bet, gimmel, dalet sampai shin shintau. Itu adalah sama dengan A, B, C. Saudara-saudara, ketika berbicara berkenaan bet, bahasa Ibrani untuk bet itu artinya sebuah rumah. Mungkin saudara-saudara sangat familiar dengan ‘Bethlehem’. Bethlehem itu adalah sebuah rumah roti. Kenapa Yesus Kristus itu lahir di Bethlehem? Sampai suatu hari Dia mengatakan Akulah roti hidup. Inti yang mendasari dari seluruh stansa ini dalah membuat hati kita sebuah rumah bagi Firman Allah. Jadi jikalau tiap lapisan hati kita dibuka, apa isi yang terdalamnya? Apakah itu adalah greedy? Apakah itu lust? Apakah dosa-dosa yang disembunyikan dalam hidupmu? Saya tidak mau kita terjebak di dalam kekristenan yang absurd. Karena saudara bisa memiliki komitmen-komitmen apa pun, janji–janji kepada Kristus sekalipun, tetapi sesungguhnya itu tidak pernah terjadi karena itu adalah spiritualitas yang absurd. Kalau saudara mengatakan aku mau taat kepada Kristus, maka tidak ada jalan lain, saudara-saudara harus membaca Alkitab dan menaatinya. Saudara-saudara apakah Kristus ada di dalam isi hati kita? Maka jikalau Kristus ada di dalam isi hati kita maka Firman-Nya itu ada di dalam isi hati kita. Pemazmur mengatakan, “Dalam hatiku, aku menyimpan Firman-Mu.” Tidak ada orang yang memiliki Kristus di dalam hatinya kecuali di dalam isi hatinya terdalam adalah Firman.

Untuk apa kita mempelajari Firman dan menyimpannya dalam hati kita? Maka ayat yang ke-11 mengatakan supaya aku jangan berdosa kepada Engkau. Ini berbicara mengenai jalan kesucian. Salah satu pengajar gereja dari Scotland adalah Alexander McLaren. Dia mengatakan dunia adalah mesin pendorong yang lebih untuk berbuat kejahatan daripada kebaikan. Dan penuh berisi hal-hal yang jahat yang dilapis dengan kenikmatan. Dan banyak kondisi yang lebih mendorong kita mengikuti hal-hal yang buruk daripada hal-hal yang baik. Kecuali seseorang belajar satu seni kalimat yang tinggi. Dan seni kalimat, seni berbicara yang tinggi di dalam dunia ini adalah berkata ‘tidak’. Berkata ‘tidak’ kepada dunia. Dan seni ini hanya bisa dipelajari, didapatkan di dalam hati yang takut akan Allah. Tanpa hal ini, maka hidup seseorang akan masuk ke dalam kenajisan dunia dan ini akan membinasakannya. Alexander McLaren menyatakan satu seni yang tinggi dari berbicara kepada dunia adalah mengatakan ‘tidak’. Dan kita tidak mungkin punya itu kecuali kita belajar dan hati kita memiliki takut akan Allah baru ada seni tinggi ini keluar. Dan kemudian ketika saya membaca ini, saya teringat akan dua orang. Pertama adalah Daniel, dia berkata tidak. Dan kedua adalah Yusuf dan dia berkata tidak. Itu adalah seni tinggi. Dunia adalah dunia yang rusak. Dunia adalah dunia yang najis dan Allah menentukan kita hidup di tengah-tengah dunia. Dan supaya kita tidak tercemar oleh dunia, maka Allah memberikan sarana penyucian di dalam hidup kita. Di dalam Alkitab hanya ada tiga hal yang membuat saudara dan saya hidup suci. Yang pertama adalah darah Kristus. Yang kedua adalah Roh Kudus. Dan yang ketiga adalah Firman.

Yang pertama adalah darah Kristus, itu bukan hanya darah Kristus yang mati 2000 tahun yang lalu saja tetapi itu adalah sesuatu darah yang sampai sekarang masih bekerja bagi kita. Di dalam kata bahasa aslinya itu menggunakan kalimat present continuous tense. Darah Kristus menyucikan kita. Itu bukan past tense. Itu bicara berkenaan sesuatu yang terus menerus terjadi. Pdt. Stephen Tong pernah mengatakan ini dengan suatu ilustrasi yang baik. Itu adalah sesuatu penyucian, pembersihan itu persis seperti kelopak mata. Dan itu adalah kelopak mata yang menutup dan kemudian membuka. Ini adalah sesuatu yang sifatnya terus menerus. Dan terjadi pada saat ini. Di dalam anugerah Allah, Allah membersihkan kita dengan darah Kristus Yesus. Terjadi sekarang meskipun dicurahkan 2000 tahun yang lalu. Meskipun kita tidak menyadarinya, seperti kelopak mata yang menutup dan membersihkan mata kita dari berbagai macam debu.

Yang kedua adalah Roh Kudus. Roh Kudus akan memakai Firman dan Roh Kudus akan memakai seluruh circumstances kita, memojokkan kita akhirnya membentuk buah Roh Kudus sebagai karakter dalam hidup kita. Dan saudara-saudara, 9 rasa buah Roh Kudus dalam Galatia itu, tidak akan ada dari dunia tetapi ada di dalam kehidupan orang Kristen. Meskipun mungkin kecil buahnya, meskipun mungkin lambat tetapi pasti akan terjadi bagi anak-anak Tuhan yang sejati. Roh Kudus itu adalah roh yang menguduskan.

Yang ketiga di dalam Alkitab dikatakan yang menguduskan adalah Firman. Sehingga di dalam ayat yang ke-11 mengatakan, “Aku menyimpan Firman-Mu di dalam hatiku supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” Dosa itu pembunuh manusia tetapi Firman itu pembunuh dosa. Mematikan dosa itu harus dengan sarana Firman. Untuk masuk di dalam hidup yang suci maka kita harus menyerahkan seluruh hidup kita kepada Firman, mempelajari Firman dan hidup di dalamnya. Di sini dikatakan adalah “Aku menyimpan Firman-Mu di dalam hatiku supaya aku jangan berdosa kepada Engkau.” Maka dikatakan ini adalah Firman itu yang menguduskan. Di dalam Yohanes 17:17, kita bisa hidup suci karena Firman itu ditanam dalam hidup kita. Tetapi hidup suci di dalam Alkitab adalah bukan untuk dipamerkan. Hidup suci di dalam Alkitab adalah artinya memiliki satu kontinuitas untuk berjalan bersama dengan Allah. Tanpa kesucian tidak ada seorang pun yang dapat berjalan bersama dengan Allah. Maka perhatikan sekali lagi, apa yang ada di dalam hati kita terdalam. Dan ketika saudara dan saya menemukan bahwa dosa-dosa itu ada di dalam hati kita, itu tidak bisa diusir dengan berdoa. Saudara bisa mengusir setan, tetapi saudara tidak pernah bisa mengusir dosa yang ada di dalam hidup kita. Dosa itu tidak bisa diusir dengan berdoa tetapi hanya bisa dihancurkan dengan Firman yang tertanam dan bertumbuh. Dan itu adalah jalan kesucian.

Saudara-saudara, di dalam ayat 9-11, maka secara ringkas, tiga hal ini ada. Pertama adalah hal yang terbaik adalah Firman. Yang kedua tempat yang terbaik adalah hati. Ketiga, tujuan yang terbaik adalah kesucian, berjalan bersama dengan Allah. Gereja ini disebut sebagai Gereja Reformed Injili. Injili artinya kita sungguh-sungguh beraktivitas mengabarkan injil. Injili bukan berarti saya percaya injil saja. Injili bukan berarti saya mendukung usaha-usaha penginjilan dengan uang saya saja. Tetapi disebut sebagai Gereja Reformed Injili artinya kita harus benar-benar mengabarkan injil dengan mulut kita sendiri kepada tetangga kita, kepada teman kita, kepada keluarga kita, di jalanan-jalanan, kita harus mengabarkan injil dengan mulut kita sendiri. Saudara-saudara jangan lupa untuk mengabarkan injil kepada keluarga kita. Orang-orang Puritan mengajar kita, injili keluargamu, nyatakan Kristus kepada keluargamu, karena sangat mungkin di dalam isi keluargamu ada orang-orang yang belum mengenal Kristus dan belum takluk kepada Kristus. Dan orang-orang Puritan juga mengajarkan kepada kita, injili gerejamu karena di tengah-tengah jemaatmu, ada banyak orang yang Kristen tetapi sebenarnya belum lahir baru. Mereka adalah orang-orang yang aktif pergi ke gereja tetapi tidak pernah mencintai Allah dan hidup takluk kepada Allah di dalam Firman. Gereja ini bukan saja saudara-saudara mempelajari doktrin-doktin reformed tetapi saudara dan saya memiliki satu roh yang sama dengan Bapak-Bapak Reformasi. Dan salah satu spirit yang sama adalah mempelajari Firman dan bertindak di dalam ketaatan kepada Firman. Sama seperti orang-orang sucinya Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mereka adalah orang-orang yang mempelajari Firman. Mereka bertumbuh mengenal Kristus dan mereka bertindak mengambil keputusan-keputusan di dalam ketaatan kepada Firman. Saudara-saudara kita harus mengenal Firman. Kita harus mengenal Alkitab. Mazmur pasal 119 berbicara berkenaan dengan Firman Allah, puji-pujian kepada Firman Allah.

Saudara dan saya jangan puas mendengar khotbah-khotbah. Meskipun khotbah itu penting sekali dan ini adalah sarana anugerah Allah melalui gereja-Nya, tetapi ini tidak cukup, apalagi jikalau saudara-saudara pergi ke satu gereja yang khotbahnya sendiri tidak bertanggung jawab. Yang Tuhan kehendaki di dalam Alkitab ini adalah belajar Firman. Ketika dalam keadaan sendiri, belajar Firman. Bukan saja saat teduh tetapi sungguh-sungguh studi Firman. Saya harap, setiap dari apa yang dikerjakan di dalam gereja ini, saya mau dan saya sungguh-sungguh mendorong dan membuat ini sesuatu yang nyata dalam setiap aktivitas dalam gereja ini adalah bicara berkenaan dengan bible study. Gerakan-gerakan KTB, Tuhan memberikan kepada kita suatu pertumbuhan KTB mahasiswa dan juga pemuda yang luar biasa bahkan melampaui pikiran saya. Dan ini sesuatu yang baik dan kita terus minta Tuhan itu memultiplikasikannya tetapi kepada semua orang yang ikut KTB, saya mau untuk saudara-saudara study bible di sana. Artinya ketika saudara keluar dari study bible itu saudara mengerti Alkitab lebih. Pakailah seluruh tools yang ada yang sekarang mudah sekali untuk kita temui untuk saudara-saudara bertumbuh dan saling sharing dengan yang lain tentang hal-hal di dalam keunikan Firman Tuhan ini. Saya sungguh-sungguh minta dan berdoa kepada Tuhan supaya Sekolah Minggu ini menjadi satu pendidikan dari anak-anak untuk boleh bertumbuh mengenal Firman. Saudara-saudara, itulah Reformed, setiap orang ditarik untuk mengerti Firman lebih dalam dan lebih menikmati Firman. Mimbar ini ada adalah untuk membuat saudara membuka Firman dan kemudian mengerti bagian-bagian Firman lebih dalam dari sebelumnya. Kita perlu belajar menjadi orang-orang yang bergerak mencari wajah Allah. Ayat yang ke-10 mengatakan “Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, Tuhan akan memberkati orang-orang yang mencari Tuhan. Tetapi sekali lagi apa arti mencari Tuhan? Adalah menggunakan seluruh resources, seluruh kekuatan, seluruh pikiran, seluruh uang kita, seluruh waktu kita, didedikasikan untuk mengerti Firman dan menaatinya. Itu artinya hidup bagi Kristus. Kiranya Tuhan boleh memimpin kita. Dan kiranya gereja ini, ketika saya bicara mengenai gereja adalah setiap dari saya dan saudara, kiranya gereja ini adalah gereja yang mencari Tuhan dan sungguh-sungguh mencari kedalaman Firman-Nya dan kemudian menaatinya dalam hidup. Kiranya Tuhan boleh dipermuliakan.


Mazmur 119:1-8
 
 

Matius 6:9-13
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

26 May 2019
Mazmur 119 (1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 119:1-8

Mazmur 119:1-8

Mazmur pasal 119 adalah perikop yang terpanjang di antara seluruh Alkitab. Mazmur ini berisi puji-pujian kepada Firman Allah. Di dalam Alkitab kita bisa melihat bagaimana Pemazmur memuji Allah tetapi dalam Mazmur pasal 119 ini Pemazmur memuji Firman Allah. Mazmur ini mengajarkan kita akan kepenuhan dan kedalaman segala sisi Firman Tuhan bagi manusia dan bagaimana seharusnya manusia berelasi dengan Firman Allah. Ketika kita membaca setiap bagian Mazmur maka kacamata kita adalah Mazmur pasal yang pertama. Hanya ada dua macam orang di dalam Mazmur pasal pertama dari kacamata Allah, orang fasik yang berjalan di jalan orang berdosa dan orang benar yang menyukai Firman Allah dan merenungkan Firman Allah siang dan malam. Mazmur pasal 119 boleh dikatakan adalah elaborasi yang panjang dan luas berkenaan dengan apa keunggulan Firman Tuhan. Mazmur ini menjabarkan keseluruhan kualitas Firman itu dari berbagai sisinya. Mazmur pasal 119 terdiri dari 22 bait dan setiap baitnya ada delapan ayat, tiap ayat pada setiap baitnya dimulai dengan urutan abjad Ibrani. Delapan ayat pertama adalah Aleph, delapan ayat yang kedua adalah Beth, delapan ayat yang ketiga adalah Gimel, delapan ayat yang keempat adalah Daleth, dan seperti itu terus sampai 22 huruf Ibrani itu seluruhnya memiliki kedelapan ayatnya. Urutan seperti ini disebut sebagai akrostik. Dalam Perjanjian Lama, susunan akrostik seperti ini ada dalam Mazmur pasal 119, Kitab Ratapan, dan juga di dalam Amsal pasal 31 tentang isteri yang cakap. Orang Ibrani menuliskan bagian-bagian Alkitab dengan sistem akrostik seperti ini pertama adalah untuk mudah dihafal karena memang setiap bagiannya bersifat pengajaran didactic. Jadi memang ayat-ayat ini adalah ayat-ayat yang dimaksudkan untuk dihafal. Saya masih ingat ketika kami dikumpulkan oleh Pendeta Stephen Tong, diberikan ujian kependetaan. Kemudian ada wawancara dan pembahasan berkenaan dengan biblika dan semuanya, melihat hasil dari apa yang ada pada kami, lalu Pendeta Stephen Tong pada kalimat pembukanya mengatakan saya sungguh tidak layak untuk menjadi hamba Tuhan dan anda lebih tidak layak lagi. Karena banyak hal yang kami tidak kuasai. Apakah saudara tahu bahwa zaman dulu, orang-orang di dalam gereja yang ditahbiskan menjadi hamba Tuhan harus menghafalkan keseluruhan ayat Mazmur pasal 119. Kalau tidak hafal tidak lulus. Saya bersyukur saya dilahirkan zaman post-modern. Seluruh ayat ini ditulis orang Ibrani secara akrostik adalah bersifat pengajaran supaya mudah diingat. Selain itu, yang kedua adalah menyatakan kedalaman dan keluasan topik yang sedang dibahas. Dalam Ratapan pasal ketiga saudara akan menemukan Aleph, Beth, Gimel, itu berlapis-lapis di dalamnya. Bukan cuma satu tetapi beberapa ayat Aleph, beberapa ayat Beth, terus seperti itu. Sebenarnya mau menyatakan kedalaman dari kesakitan dan keluasan daripada kehancuran, dan itulah Ratapan. Pada Amsal pasal 31 berkenaan dengan isteri yang cakap, secara akrostik, maka orang yang menuliskan Amsal itu menyatakan figur perempuan yang ideal. Bagaimana dia tidak ada cacat cela sama sekali, sempurna. Dalam dan luas. Sama juga dengan Mazmur pasal 119. Ditulis secara akrostik, bicara mengenai A sampai Z, dari alpha sampai omega, dari Aleph, Beth, Gimel sampai Sin Shin Taw. 22 abjad bicara berkenaan kedalaman dan keluasan keunggulan Firman Allah. Tetapi ada satu hal yang lebih menakjubkan dari Mazmur pasal 119, di dalam setiap ayat Mazmur ini selalu menyebutkan kata Firman atau sinonimnya. Mazmur 119:1-8 saja mari kita lihat. Ayat yang pertama. “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.” Ayat yang kedua. “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya,..” Ini adalah kata yang lain untuk menyatakan Firman (sinonim). Kadang dia mengatakan Taurat Tuhan, kadang dia mengatakan peringatan-peringatan-Nya. Ayat yang ketiga. “… yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.” Ayat yang keempat. “Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu …” Saudara akan menemukan ini dalam setiap ayat. Dari 176 ayat, hanya lima ayat yang tidak menyatakan hal ini. Dalam 176 ayat akan menemukan Hukum di dalam bahasa aslinya Torah. Firman dalam bahasa Ibraninya adalah Dabar. Peringatan dalam Hebrew-nya adalah Edot. Jalan adalah Derek. Titah (Piqqudim). Ketetapan (Huqqim). Perintah (Miswot). Hukum (Mispatim). Janji (Imrah). Dan jejak atau langkah (Natiyb). Ada sepuluh kata yang bersinonim dengan Firman di dalam 176 ayatnya. Dan Rabi-Rabi Yahudi mengatakan itu adalah perwakilan sepuluh perintah Allah. Luar biasa unggul Mazmur pasal 119 ini. Sekarang saya akan masuk ke dalam intinya.

Orang-orang Puritan selalu berkhotbah dengan cara yang paling sederhana dan jelas. Dia selalu menuju titik berat maksud perikop Alkitab. Mazmur pasal 119 ini begitu panjang lebar, dengan cara berpikir orang Puritan, dengan kesederhanaan, dengan kejelasan (clear), maka Mazmur pasal 119 ini tujuannya apa? Secara sederhana hanya satu hal yaitu jalan kebahagiaan. Di tengah-tengah promosi seluruh product di dunia ini, yang menyatakan engkau pakai product ini akan berbahagia. Engkau lakukan ini maka engkau akan berbahagia. Engkau memiliki relasi dengan ini maka engkau berbahagia. Engkau memiliki ini maka engkau berbahagia. Ada orang mengatakan bahagia adalah aku memiliki ketenaran, aku memiliki uang, aku memiliki isteri yang cantik. Pada waktu saya masih remaja salah satu hal yang saya sulit mengerti adalah kenapa orang dengan isteri cantik kemudian cerai. Bukankah itu segala-galanya dalam hidup? Dunia ini menawarkan seluruh kebahagiaan. Saudara mungkin mengatakan aku tidak percaya dengan hal itu, tetapi ketika engkau tidak mendapatkannya kenapa engkau sedih. Kebahagiaan adalah satu topik yang dibahas oleh manusia berabad-abad. Aristotle mengajarkan, kita semua harus mendapatkan the supreme good for man. Itu harus menjadi the end, the purpose and goal of our lives. Ketika kita tanya kepada Aristotle, apa the supreme good for man itu, yang menjadi end, purpose and goal of life? Yang kalau kita mendapatkan hal itu maka hidup kita mendapatkan arti (meaning of life). Dan Aristotle mengatakan happiness. Happiness akan memimpin hidup kita. Happiness akan membuat hidup kita berarti. Carilah kebahagiaan sebagai pencarian tertinggi yang utama. Jangan mencari sesuatu yang di bawah (subordinate) dari hal itu. Kebahagiaan itu dicari oleh kita semua kalau kita jujur. Tuhan tidak mengatakan itu adalah sesuatu yang salah. Kita di dunia ini bukan mencari penderitaan dan kekristenan tidak membuat saudara mencari penderitaan. Kekristenan mengajarkan kepada kita bahwa ada jalan yang disangka lurus tetapi ujungnya maut. Alkitab kekristenan mengajarkan kita mencari kebahagiaan, tetapi engkau mencari kebahagiaan dengan berusaha untuk mendapatkan uang yang banyak, menjadi terkenal, menikahi orang yang cantik, atau engkau berhasil dalam hal ini dan hal itu, Alkitab mengatakan dengan jujur engkau akan salah. Bahkan ketika engkau memiliki satu relation yang engkau pikir engkau akan bahagia dengannya engkau akan salah karena ada kehadiran dosa yang tidak terhindarkan, engkau pasti kecewa. Maka ini adalah sesuatu jalan yang engkau pikir adalah lurus tetapi ujungnya adalah maut. Engkau tidak akan bahagia dengan apapun saja yang ada di dunia ini. Apa jalan kebahagiaan menurut Alkitab? Alkitab mengatakan taatlah kepada Firman Allah. Alkitab mengajarkan di luar ketaatan kepada Firman Allah, engkau dan saya tidak akan menemukan kebahagiaan yang sejati. Sehingga di sini dikatakan: “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.” Apakah sungguh-sungguh kita mempercayai hal ini? Yang berbahagia adalah yang menaati Firman. Bahagia dan obedience tidak bisa dipisahkan. Di sini dikatakan berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Ini artinya hidupnya sehari-hari adalah belajar menaati Firman Allah. Firman Tuhan ini bukan sekedar konsumsi akademik saja, tetapi adalah practical matter. Bagi orang Ibrani mengetahui atau mengenal suatu kebenaran (truth), itu tidak dibangun sebagai philosophicalsystem. Tetapi mengetahui atau mengenal kebenaran adalah suatu respon tindakan komitmen di dalam action terhadap object atau seseorang yang kita mau tahu. Dan di dalam case Firman, maka ketika bicara berkenaan aku tahu, aku mengenal Firman, di dalam konsep orang Ibrani adalah aku memiliki tindakan komitmen di dalam action, respon di dalam keseharian terhadap Firman. Saya adalah seorang yang berkhotbah, mengajar Teologia, dan sering sekali terjebak di dalam hal ini. Ketika saya mempelajari Firman ini atau bagian-bagian Firman yang lain, saya membaca buku-buku begitu banyak. Saya membaca buku sana sini dan ketika saya sudah menyelesaikan satu topik, saya terjebak kepada satu pikiran, yaitu saya sudah mengetahui semuanya. Saya sudah mengenal topik ini. Saya terjebak kepada filosofi, I think therefore I am. Saya akan keluar dari tempat belajar saya, menjadi orang yang lain, karena saya lebih tahu daripada sebelumnya, dan saya bisa mengatakan pada saudara-saudara dan berbicara berjam-jam tentang topik itu. Tetapi konsep Alkitab bukan seperti itu. I obey therefore I am. Jadi saudara-saudara bisa mengatakan I am adalah karena saya obey. Pak Tong pernah mengatakan manusia tidak diukur dari apa yang dia makan, apa yang dia rasa, apa yang dia pikir, tetapi manusia itu diukur dari bagaimana responnya terhadap Allah dan itu adalah obedience. Poin pertama adalah bicara berkenaan dengan apakah sungguh kita mau berbahagia dan Alkitab mengatakan tidak ada jalan kebahagiaan yang lain kecuali di dalam Firman Allah dalam ketaatan. Alkitab menyatakan ketika berbicara mengenai mengetahui, mengenal itu adalah hidup di dalam ketaatan. Bukan hanya sekedar mengetahui. Meskipun GRII “dipuji karena kedalaman Firman”, perhatikan baik-baik bahwa ini tidak cukup. Ini bukan tempat kita menyombongkan diri, juga bukan tempat untuk kita bermegah. Yang menjadi tujuan adalah bukan saya itu berpikir tentang Firman, yang menjadi tujuan adalah saya boleh taat kepada Firman. Adalah benar bagaimana kita bisa obey kalau kita tidak understand, tetapi sekali lagi di dalam poin ini saya mau menegaskan ketika kita understand it is not enough. Orang-orang yang mengubah dunia bukan scholar-scholar, Phd. di dalam Teologia. Orang yang mengubah dunia adalah orang-orang yang taat menjalankan Firman yang dia tahu entah dia adalah Phd. di dalam sekolah Teologia, ataukah ibu rumah tangga yang paling sederhana. Tetapi mengerti Firman dan menjalankannya itu yang mengubah hidup dan dunia. Kenapa gerakan Reformed ada pada abad 15-17? Kenapa orang-orang Puritan itu muncul? Karena mereka memikirkan bagaimana orang-orang di bawah bisa taat kepada Firman, sedangkan Firman itu diselewengkan dari mimbar. Zaman ini kita melawan Liberal dan kita melawan penafsiran Karismatik yang liar. Melalui mimbar, melalui pengajaran yang sejati, kita tidak bisa menerima mereka. Kita berperang secara rohani kepada mereka dan kita menyatakan satu prinsip kebenaran interpretasi yang sehat dan dalam, tetapi tidak cukup sampai di sana, harus ada obedience terhadap Firman. Itu Reformed. Reformed bukan cuma cara berpikir. Sesehat apapun Teologia itu, Reformed adalah dorongan untuk kita mengabdi kepada Allah di dalam ketaatan.

Selanjutnya yang menjadi penekanan ayat-ayat ini adalah, ketika kita membaca ayat-ayat ini, misalnya saja ayat yang pertama dan yang kedua, saudara akan menemukan dan berpikir bahwa ada orang-orang yang memiliki kehidupan yang khusus, tidak seperti kita. Dikatakan hidup tidak bercela. Hidup yang menurut Taurat Tuhan. Hidup yang tidak melakukan kejahatan. Saudara akan berpikir bahwa orang-orang ini adalah orang-orang yang perfect, tidak ada cacat cela di dalam seluruh hal ketika dia menaati Firman. Itu adalah orang yang berbahagia. Tetapi mari kita melihat secara keseluruhan apa yang Alkitab katakan. Apakah Mazmur pasal 119 ini mengajarkan perfectionist? Orang yang tidak ada kesalahannya? Ketika saya pertama kali membaca ini dan saya tidak meneliti apapun saja, saya ingin cepat menutupnya karena saya tahu ini bukan saya. Saudara-saudara mungkin akan mendengarkan pembacaan Alkitab lalu akan langsung tahu, ini bukan saya. Saya adalah orang yang berkali-kali jatuh, demikian kata saudara dan saya. Ayat ini mengatakan bahwa orang ini tidak bercela. Orang ini seratus persen menurut jalan yang ditunjukkan Allah. Tetapi apakah Pemazmur menyatakan seperti ini? Jawabannya, tidak. Saya akan jelaskan nanti di dalam Mazmur ini, tetapi di dalam Alkitab secara keseluruhan akan menemukan prinsip bagaimana pergumulan menjadi seorang Kristen terhadap Firman Allah. Misalnya saja dalam Roma 7:15-23. Saya akan membacakan bagi saudara-saudara sekalian.

Kalau saudara-saudara melihat Alkitab, menyelidikinya secara luas, saudara akan menemukan bahwa setiap nabi, rasul, dan orang kudus Allah sekalipun memiliki pergumulan seperti ini. Tidak ada satu manusia pun yang hebat yang dipakai oleh Allah yang tidak ada pergumulan melawan dosa. Berkali-kali mereka jatuh, dan bahkan kejatuhannya seakan-akan begitu fatal di depan mata manusia. Kalau saudara dan saya berada di dalam cengkraman setan dan pikiran kita dikelabui oleh setan, kita akan merasa putus asa karena kita merasa bahwa kita tidak ada bedanya antara sebelum kenal Kristus dan sesudah kenal Kristus. Dan jikalau itu adalah orang-orang sekitar kita yang melihat kita, bahkan orang-orang sekitar kita akan kecewa dengan kita. Kemudian dia akan berbicara kepada orang-orang lain, atau berbicara kepada dirinya sendiri, ah suamiku sebenarnya sama saja. Oh istriku sebenarnya sama saja, tidak ada perubahan. Tidak ada pekerjaan Tuhan di dalam hidupnya. Aku kecewa dengan dia. Padahal yang sama adalah dia kecewa pada dirinya sendiri. Kita selalu tertipu dengan setan di dalam hal-hal seperti ini. Dan itu membuat hati kita kemudian jatuh. Hal itu menjegal kita dan kemudian kita akan berpikir bahwa segala sesuatunya adalah sia-sia. Roma 7, dituliskan oleh Paulus, rasul yang besar itu. Yang mendapatkan penglihatan itu, dari Saulus yang diubah menjadi Paulus, dia mengatakan kasih karunia Allah padaku tidak aku sia-siakan. Aku bekerja lebih keras daripada mereka semua, orang yang menulis hampir sebagian besar kitab-kitab Perjanjian Baru. Tetapi di dalam Roma 7, dia mengungkapkan isi hati terdalamnya. Aku menginginkan sesuatu yang baik, tetapi aku lakukan sesuatu yang berdosa, dia mengakui kejatuhannya, dia mengakui bahwa dirinya itu sering sekali dikendalikan oleh dosa. Samuel Rutherford adalah orang yang sangat agung, dia adalah orang yang menuliskan Letter of Samuel Rutherford kepada jemaatnya yang jauh di sana. Istrinya mati, anaknya mati. Di dalam satu tahun mereka berada di dalam keluh kesah yang sangat dalam, dalam kegelapan. Samuel Rutherford, ketika saudara baca, maka akan menemukan avengers di dalam spiritualitas. Semua orang memuji dia, dia begitu berani bahkan melawan pemerintahan. Tetapi di dalam satu letter-nya dia menuliskan kepada temannya David Dickson, mengatakan, orang kalau mengerti saya secara dalam, mereka pasti kecewa sama saya. Itu adalah kejujuran orang-orang kudus. Apakah ada orang yang sama sekali tidak bercela lakunya? Jawabannya adalah tidak ada. Kalau saudara-saudara melihat Mazmur 119:1-3, ini adalah sesuatu pengharapan yang jujur. Di dalam Bahasa Inggrisnya adalah berbicara bukan we, tetapi they.

They, mereka yang berjalan dengan tidak bercela, berbahagialah mereka, aku tidak. Berbahagialah mereka yang memegang perintah-perintah Allah, mencari Allah dengan segenap hati, tetapi aku ini tidak. Pemazmur mengakui bahwa satu-satunya jalan kebahagiaan itu adalah taat kepada Firman. Tetapi dia juga menyatakan bahwa dirinya bukan bagian itu. Dia berkali-kali gagal, siapakah they itu. Pemazmur tidak mengatakannya, tetapi dia tahu, bahwa memang berjalan di dalam jalan Tuhan pasti dia akan berbahagia. Ayat yang ke delapan. Aku akan, I will. Aku akan berpegang kepada ketetapan-Mu, aku tidak mau seperti ini lagi, aku akan berpegang kepada ketetapan-Mu, Firman-Mu Tuhan, aku mau berbahagia. Perhatikan ayat pertama sampai ketiga, tidak berbicara mengenai Pemazmur, dia sedang membicarakan mengenai orang-orang yang pasti berbahagia ketika taat kepada Firman. Jadi jangan tutup buku saudara, dan kemudian engkau discourage, aku bukan seperti ini. Memang mungkin engkau bukan seperti orang ayat pertama, kedua, ketiga, tetapi kita seperti Pemazmur, kita adalah orang seperti Paulus, kita adalah orang seperti Daud, kita adalah orang yang berkali-kali gagal, untuk memegang Firman Tuhan, tetapi di dalam hati kita, kita ingin berpaut kepada Firman Tuhan. Paulus menulis bagi orang Kristen yang memiliki pergumulan sehari-hari untuk taat. Paulus mau men-share-kannya secara jujur pergumulannya. Dia terbuka di hadapan Allah dan kepada jemaatnya, kepada kita semua, bahwa dia berkali-kali gagal, hatinya ingin, tetapi gagal, tetapi kejujuran itu bukan akhir segalanya. Mengakui dosa juga bukan akhir segalanya. Adalah sangat mungkin kita jujur, kita mengakui kesalahan, dan mengakui kesalahan dan dosa kita secara terbuka kepada Allah, tanpa melangkah lebih jauh lagi dari titik itu. Tanpa membuat progres untuk lebih taat dalam hidup kita. Ini adalah yang setan inginkan. Setan menginginkan ketika kita melakukan kesalahan, kita menutupi kesalahan, kita melakukan kesalahan, kemudian kita menyangkali kesalahan itu. Kita memiliki kesalahan lalu kemudian kita mengakui kesalahan itu dengan jujur. Tetapi tanpa pertobatan, apapun saja. Ayat yang ke delapan, tadi kita baca. Pemazmur berjanji ulang kepada Tuhan, dia memberikan komitmen ulangnya kepada Tuhan, dia tidak berputus asa untuk seluruh kegagalan di belakang, dia menginginkan progress, Pemazmur mengatakan aku akan melakukan Firman-Mu. Ini keputusan hati. Ini adalah resolusi di dalam hidupnya, langsung dia mengatakan, tetapi Tuhan jangan tinggalkan aku. Pemazmur tidak menyatakan bahwa Tuhan seakan-akan membawa dia ke neraka, tidak, dia sudah lahir baru. Tetapi Pemazmur mengerti, dia membuat keputusan, komitmen hati, resolusi dalam hidup, janji, tetapi dia mengatakan Tuhan Engkau tahu aku tidak bisa memegang janjiku, aku akan gagal lagi, jangan tinggalkan aku supaya aku mengejar Firman-Mu. Aku akan berpegang kepada ketetapan-ketetapan-Mu, tetapi jangan tinggalkan aku sama sekali, karena menikmati Firman-Mu, dan melakukannya adalah kuasa daripada-Mu. Luar biasa Mazmur itu. Menyatakan bagaimana manusia itu memiliki pengharapan dan kemudian dia tahu keterbatasannya.

Saya akan akhiri dengan beberapa langkah yang Calvin ajarkan kepada kita. Berdasarkan ayat ini maupun ayat-ayat yang lain, saudara akan menemukan hal ini. Calvin mengajarkan kepada kita di dalam bukunya On the Christian Life. Perhatikan beberapa hal ini. Yang pertama, tetapkan mata kita dari awal pada satu tujuan yaitu, mentaati Firman Tuhan. Itu adalah objek yang kita kejar seumur hidup. Tetapkan pada pagi hari ini matamu, tetapkan dari awal dalam hidup kita, dalam hati kita, satu tujuan, yang kita akan kejar seumur hidup. Calvin menyatakan menaati Firman Allah, Mazmur 119, Pemazmur melihat orang yang menaati Firman, berbahagia, aku mau menjadi seperti dia. Orang yang menaati Firman Tuhan, dia yang paling berbahagia, orang itu diberkati. Tetapkan mata kita hai jemaat pada satu tujuan. Apa panggilan seluruh hidup kita? Menaati Firman-Nya. Itu yang kita kejar seumur hidup.

Calvin kemudian mengatakan hal yang kedua, lakukan itu dengan hati yang sincere and simplicity. Tidak berpura-pura, tidak menipu, tidak mendua hati. Jadi itu adalah benar-benarkah saudara, saudara menetapkan hati, untuk menaati Firman dengan sincere dan simplicity.Simplicity and sincerity demikian kata Calvin adalah principal yang paling dasar, dasar dari worship God. Kalau tidak ada itu, maka seluruhnya akan sia-sia. Tetapkan tujuan dari awal taat kepada Firman Tuhan, kejar seumur hidup, dengan sincerity dan simplicity.

Hal yang ketiga, Calvin mengatakan buatlah dailyprogress yang continue setiap hari, jangan putus asa melihat hasil-hasil yang mungkin kecil. Bahkan kalau ada hal-hal yang kejatuhan, jangan putus asa, setiap effort kita tidak akan sia-sia. Poin ini, saya langsung teringat akan suatu ketika saya membaca satu buku kecil daripada Calvin, perlu melihat lagi, menaati Firman Tuhan, akan ada aliran air yang akan mendorong saudara ke belakang, ada sesuatu yang kadang-kadang menarik dan membuat saudara berbelok ke kiri dan ke kanan, ada hal-hal yang berusaha untuk menghambat saudara tetapi continue daily progress, jangan putus asa melihat hasil-hasil yang kecil. Kalau kita jatuh, ingat bahwa tidak ada yang sempurna, setan itu berusaha untuk memberikan prinsip standard yang sempurna dan menjatuhkan kita dari hal itu. Tetapi Tuhan akan memberikan kekudusannya sebagai kesempurnaanya, Dia akan membantu kita dengan Roh-Nya. Jangan putus asa. Effort kita tidak akan sia-sia dan itu adalah yang Calvin ajarkan.

Dan kemudian yang terakhir adalah, kita mengejarnya dengan menyangkal diri dan bersekutu dengan Tuhan. Saudara-saudara tetapkan mata kita pada pagi hari ini untuk mentaati Firman Tuhan. Itu adalah tujuan hidup kita. Marilah kita menjadi orang yang berbahagia. Mari kita berdoa.

 
 

Mazmur 119:9-16
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

19 May 2019
Mazmur 27 (2)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 27:1,4,14

Mazmur 27:1,4,14

Minggu lalu saya membicarakan Mazmur 27 dengan latar belakang Daud sedang takut. Dia adalah orang yang terus-menerus menerima pergumulan dan penderitaan. Begitu juga orang-orang puritan, temannya adalah pergumulan, penderitaan, kematian, kesusahan dan kemiskinan. Ini adalah suatu yang gelap di dalam hidup kita. Apakah kekuatan anak-anak Tuhan dalam menghadapi kuasa kegelapan yang menyerang kita? Anak-anak Tuhan diminta oleh Tuhan memiliki confidence dalam perang. Maka Daud menyatakan, “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” Ini adalah kepercayaan yang kokoh di dalam Tuhan, dalam peperangan. Dalam ayat yang keempat ini, Alkitab bertanya kepada Daud, “Musuhmu begitu banyak, kegelapan begitu nyata, engkau terus berada dalam pertempuran sengit. Darimana munculnya confidence dan keberanianmu?” Ayat keempat merupakan jawabannya. Confidence Daud berakar dari kekuatan dalam memandang the beauty of the Lord di dalam bait-Nya, “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN. Itulah yang kuingini, diam di rumah TUHAN seumur hidupku. Menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.” Ayat pertama adalah confidence dalam peperangan. Ayat keempat adalah sumber kekuatan confidence itu. Saya akan menjabarkan ayat keempat.

Tuhan menunjukkan hal-hal indah dan menakjubkan bagi kita dalam Alkitab. Ketika Musa ditanya, satu hal apa yang engkau inginkan? Maka dia menyatakan: berikan saya penglihatan akan kemuliaan-Mu. Ketika Paulus ditanya, yang dia inginkan adalah untuk mengenal Dia, kuasa kematian-Nya, kuasa kebangkitan-Nya, persekutuan di dalam penderitaan-Nya. Dan Yesus sendiri mengatakan kepada Martha untuk membandingkan apa yang ada pada Maria. Yesus menyatakan bahwa Martha telah bersusah-susah, tetapi Maria memilih satu hal saja yang terbaik, yang tidak akan diambil darinya seumur hidupnya; yaitu mendengarkan suara Kristus. Perhatikan “satu hal”. Jikalau pagi ini Tuhan memberikan engkau kesempatan untuk meminta satu hal saja dan pasti Tuhan akan kabulkan, apa yang engkau minta? “Satu hal”, perhatikan betapa krusialnya karena itu menentukan prioritas kita. Maria sudah memilih yang terbaik yang tidak akan diambil darinya, yang dipilih oleh Maria adalah satu hal: aku ingin mendekat kepada-Mu, Kristus, aku ingin mendengarkan suara-Mu Kristus, aku tidak akan memperdulikan hal-hal yang lain. Yesus mengatakan Maria memilih bagian yang terbaik yang tidak mungkin diambil darinya. Karena itu adalah ketetapan hati Maria. Meskipun mendapat kemarahan dari saudaranya. Tidak ada yang bisa menggeser dia, itu prioritas hidupnya. Itu hal yang terpenting dari dirinya. Setiap kita ketika ditanya kenapa tidak ikut ini? Saudara punya alasan-alasan. Tetapi sebenarnya, intinya satu yaitu kita tidak memprioritaskan yang harusnya diprioritaskan. Itu bukan sesuatu yang mendesak pilihan. Saudara memberikan prioritas kepada sesuatu yang bukan Tuhan. Maria memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil darinya. Dan itu juga diteguhkan oleh Tuhan. Tuhan akan meneguhkan setiap hati anak-anak-Nya yang seluruh jiwanya diberikan kepada Tuhan. Yang keinginannya hanya satu adalah untuk hidup bagi Tuhan. Dan Yesus sendiri memuji Maria, engkau sudah memilih yang terbaik. Hidup ini adalah rangkaian dari pilihan-pilihan. Apakah saudara dan saya sudah memilih yang terbaik yang dari Tuhan, yang Tuhan nyatakan ini yang terbaik?

Kita harus menetapkan hati untuk mengejar hal-hal surgawi. Ini adalah mengejar, mau melihat, memikirkan hal-hal di mana Kristus itu ada duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Perhatikan apa yang Daud minta: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, melihat keindahan Tuhan dan menikmati bait-Nya. Pada waktu itu, itu adalah tenda tabernakel, belum ada bait Allah, tetapi Tuhan memilih tenda itu, tempat Dia berdiam di bumi ini. Perhatikan prinsipnya: Allah itu maha hadir, tidak ada satu ruangan di mana Allah tidak hadir. Tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan kehadiran Allah itu dapat dirasakan oleh umat-Nya di dalam kondisi-kondisi tertentu, di dalam kedaulatan Allah memilih tempat itu. Ada tempat-tempat “spesial” yang Tuhan sendiri nyatakan “Aku mau di tempat itu”. Ini sangat mencengangkan, sesuatu yang tidak masuk akal kita. Salomo-pun mengatakan: Engkau adalah Allah yang melingkupi langkit di atas langit, mana mungkin Engkau mau berdiam di dalam sebuah rumah? Tetapi Alkitab kita mengajarkan bahwa Allah memilih satu tempat bagi-Nya yang disebut Rumah Tuhan. Dalam Perjanjian Baru itu adalah gereja yang sejati, di mana orang-orangnya memegang teguh, mau tunduk kepada Kristus. Maka Daud menyukai rumah Tuhan. Daud tidak mengatakan satu hal yang kuminta aku bisa diam di rumahku. Padahal rumah Daud waktu itu lebih mewah daripada tenda pertemuan. Rumah adalah tempat kita beristirahat, merasa nyaman dan secure, tempat adanya keluarga kita dan rasa dicintai. Ada kekuatan lagi, ada pemulihan. Ketika seseorang ada kesulitan atau musibah, yang pertama dipikirkan adalah pulang ke rumah. Kalau sudah beberapa lama bertamasya yang saudara-saudara pikirkan: aku ingin pulang rumah. Seperti itulah perasaan Daud, tetapi bukan pulang ke rumah dia, melainkan pulang ke rumah Allah. Ini bukan berbicara mengenai surga, tetapi di bumi ini. Kesukaannya adalah: aku bisa tinggal di rumah Tuhan seumur hidupku, untuk melihat the beauty of the Lord. Di dalam kata aslinya itu, Ibrani adalah Noam, ini adalah sesuatu yang menyenangkan, menyukakan, sesuatu yang manusia itu sebenarnya cari.

Dalam beberapa bulan ini saya belajar dua kata di mana Tuhan menyatakan insight yang dalam kepada saya. Pertama adalah obedience. Ketika berkata tentang obedience apa yang ada di dalam pikiran saudara? Taat, mesti pegang dengan teguh, sesuatu yang sulit, dan harus terbungkuk-bungkuk untuk melakukannya. Tetapi dalam Alkitab, kata obedience ini selalu berkait dengan perintah Allah dan kata ketiga yang menggabungkannya adalah kasih. Maka perintah Allah tidak pernah diberikan kepada umatnya di luar konteks kasih, dan Allah menginginkan umat-Nya melakukan perintah-Nya karena cinta. Ketika pengkotbah mengatakan taatlah kepada Tuhan, itu artinya berikan hatimu total kepada Kristus. Ini adalah suatu tindakan yang didorong karena cinta.

Kata kedua adalah holiness, ketika kita mendengar kata holiness apa yang ada di dalam pikiran kita? Tidak boleh ini/itu, menjauhi kejahatan. Tetapi ketika saya melihat Alkitab maka saya menyetujui kalimat yang saya dapatkan dari Nancy Leigh DeMoss, “Ketika kata holiness muncul engkau memikirkan tentang beauty.” Ketika Daud mengatakan, “Aku mau melihat the beauty of the Lord.” The beauty of the Lord, adalah keseluruhan sifat Allah dalam kesucian-Nya. Kesucian itu menakutkan. Musa, Yesaya dan Ayub takut. Tetapi kalau itu berada di dalam Kristus maka kesucian itu menjadi sesuatu yang indah (beauty). Perhatikan baik-baik, Tuhan memiliki segala hal di dalam diri-Nya yang manusia inginkan. Dia satu-satunya yang sempurna di dalam diri-Nya dan dalam sifat-Nya. Dalam diri dan sifat Allah terdapat segala hal yang jiwa kita inginkan. Jiwa kita menginginkan kebenaran, belas kasihan, anugerah, keadilan dan adanya penghakiman yang adil. Jiwa kita menginginkan dikasihi, diperhatikan. Sehingga kalau Allah memberikan pertumbuhan rohani dalam diri kita, maka kita akan melihat kemuliaan, keindahan dari Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Daud menginginkan satu hal saja: Diam di rumah Tuhan seumur hidupku, melihat keindahan Tuhan dan menikmati bait-Nya. Di dalam rumah Tuhan yang sejati, kita bukan bertemu dengan orang-orang berdosa saja. Kita mesti sadar kita adalah orang-orang yang berdosa, dan Tuhan mempertemukan kita di gereja ini. Tetapi di dalam rumah Tuhan setiap orang akan melihat the beauty of the Lord dan Tuhan yang berdaulat, rela menyatakan keindahan-Nya kepada umat-Nya di dalam gereja yang sejati. Saudara tidak bisa memisahkan pertumbuhan pengenalan akan Allah dengan Bait Allah. Gereja lokal yang sejati itu begitu penting untuk membuat kita bertumbuh mengenal Allah. Gereja lokal itu begitu mulia. Jikalau gereja lokal itu sungguh-sungguh sejati, maka itu dibawa dan dipakai oleh Allah untuk menyatakan kehadiran-Nya yang terlihat. Dan inilah kekuatan Daud sehingga Daud memiliki confidence untuk menyatakan kalimat-kalimat perang terhadap musuhnya. Perhatikan dua tonggak itu: ayat 1 dan ayat 4. Ayat 1 berbicara confidence dalam peperangan. Ayat 4 berbicara berkenaan sumber keberanian dari peperangan tersebut. Ketika kita berbicara mengenai melihat keindahan Tuhan. Alkitab berkali-kali menyatakan bahwa itu adalah sesuatu yang sangat berharga. Kita tidak bisa take-it-for-granted. Maka dalam ayat-ayat selanjutnya Daud menekankan, “Nantikanlah Tuhan”.

Ada tiga tonggak penting dalam Mazmur 27. Pertama adalah confidence di tengah ketakutan dan pergumulan. Tuhan Allah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut. Tuhan adalah benteng hidupku, kepada siapakah aku harus gemetar? Tonggak kedua, kekuatan Daud datang dari melihat kemuliaan, keindahan Tuhan di Bait-Nya. Daud menginginkan seluruh hidupnya di dalam sana melihat keindahan Tuhan. Tetapi bagaimana kita bisa memiliki pengalaman melihat keindahan Tuhan? Alkitab mengajar kita, Allah tidak bisa dipermainkan. Alkitab dengan jelas menyatakan ketika kita approach Tuhan, sungguh-sungguh dengan segenap hati, dengan bulat hati. Beberapa waktu yang lalu kami menyelesaikan retreat Pemuda dan Pekerja berjudul Living Zealously. Apa prinsip Living Zealously? Yang penting adalah Zeal. Ini adalah suatu kata adjective dan verb yang sifatnya menerangkan: segenap, seutuhnya, semua. Alkitab mengatakan, ‘Berikan seluruh hatimu’, kita berpikir yang penting itu adalah hati. Tidak! Yang paling penting adalah ‘seluruh’. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap pikiranmu, dengan segenap akal budimu, dengan segenap kekuatanmu. Seluruhnya berkata ‘segenap’. Kita tidak pernah bisa memandang keindahan Tuhan dengan menganggapnya sesuatu yang murahan, yang aku bisa dapatkan dengan jiwa take it for granted. Ada sesuatu yang harus kita kejar secara rohani, yang kita harus memiliki pengharapan dan kemauan untuk meraihnya dengan segenap hati. Daud mengajarkan bagaimana kita bisa melihat keindahan Tuhan. Ada satu kondisi yang dinamakan: nantikanlah Tuhan. Di ayat 14, dalam satu ayat ada dua kata ini diulang: “Nantikanlah Tuhan, ya nantikanlah Tuhan”. Setiap hal dalam Alkitab dua kali diulang menekankan keseriusan. Tuhan menyatakan, “Musa, Musa”. Tuhan menyatakan, “Saulus, Saulus”. Di Amsal dikatakan: maka jagailah hatimu dengan segala kewasapadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Dalam bahasa aslinya adalah “Keep with all keeping” menyatakan betapa seriusnya hal ini, dan betapa sulitnya, kita harus berusaha sungguh-sungguh. Daud menyatakan, untuk menanti, engkau perlu menguatkan dan meneguhkan hatimu. Engkau perlu menyemangati dirimu dari dalam. tidak ada pertolonganmu dari luar untuk menguatkan dan membuat engkau bisa menantikan Tuhan, engkau harus menguatkan dan meneguhkan hatimu sendiri. Kuatkan, teguhkan hatimu, nantikan Tuhan. Perhatikan, Kita tidak akan mengetahui kalimat-kalimat berikutnya mengenai menanti Allah sampai seluruh hatimu diletakkan total kepada Kristus Yesus sebagai Tuhan secara mutlak. Kalau kita hanya sebagai pengunjung gereja kemudian pulang, atau mengatakan, aku sudah menerima Yesus sebagai Juruselamatku, sudah lahir baru, tetapi hati kita tidak seutuhnya diberikan dalam pemerintahan Yesus Kristus, saudara akan melihat kalimat-kalimat di bawah ini absurd. Ada bagian-bagian dalam Alkitab yang kita tidak mengerti karena memang Tuhan belum membukakannya. Tetapi juga ada bagian-bagian yang kita tidak bisa mengerti karena memang kita tidak masuk di dalam kategori itu. Kiranya Tuhan menolong kita semua.

Apa yang Alkitab katakan mengenai wait for the Lord? Ada empat hal. Pertama, menanti Tuhan adalah paralel satu koin dua sisi yang berbeda dengan kata ‘mencari wajah Tuhan’.Menanti Tuhan dan mencari wajah Tuhan adalah hal yang sama. Satu dipakai nada yang sifatnya pasif seakan-akan, pada saat yang sama ketika dia pasif, dia sedang aktif. Menantikan Tuhan bukan seperti seseorang menunggu di ruang tunggu Dokter atau menganggur, bukan artinya bahwa orang itu malas, atau tidak bekerja, bukan merupakan gambaran orang tersebut tidur. Tetapi menanti Tuhan adalah tindakan aktif mencari wajah Allah. Contohnya, di dalam Alkitab seorang perempuan Siro-Fenisia, pergi kepada Yesus dan mengatakan: Have mercy on me, the Son of David, anak-ku itu sedang sakit, aku minta tolong untuk disembuhkan, have mercy on me the Son of David. Yesus diam dan tidak berkata apa-apa. Apa sebenarnya inti seluruh cerita itu? Perempuan ini menunggu dengan gigih Yesus berbicara. Dia tahu satu-satunya yang bisa mengubah hidup dia adalah perkataan Yesus. Dia menantikan Yesus berbicara personally kepada dia. Murid-murid Yesus mengusir dia. Seandainya murid-murid Yesus menghibur dia, dia tidak akan peduli. Waktu itu Yesus diam, tetapi perempuan ini mengejar dan mendekat kepada Yesus Kristus. Persis seperti kitab Mazmur mengatakan: aku dungu, aku tidak mengerti tetapi aku tetap mendekat kepada-Mu. Perempuan ini tidak menyerah, terus berjuang, menanti dengan pengharapan yang besar atas jawaban satu kalimat saja dari Yesus kepada dia. Dan ketika Yesus kemudian menyatakan kalimat-Nya, Yesus Kristus memuji imannya yang besar. Dalam kitab Ibrani dikatakan: barangsiapa beriman kepada Allah, harus percaya Allah ada, dan Allah memberi upah bagi mereka yang mencari Dia. Menanti Tuhan itu bukan tindakan yang pasif, melainkan aktif mencari wajah Allah. Perhatikan ayat ke-8. Daud mengatakan, “Hatiku mengikuti Firman-Mu, carilah wajah-Ku, maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan.” Sekali lagi, kekuatan kita adalah melihat the beauty of the Lord dan kita tidak bisa take it for granted. Saat mau melihat pertunjukan yang sangat terkenal pun saudara perlu menanti berjam-jam dan membayar begitu mahal. Saudara dan saya mau melihat the beauty for the Lord dengan jiwa yang take it for granted? Lupakan! Alkitab mengatakan, berikan segenap usahamu untuk mengejar Allah.

Kedua, Alkitab berkata, menanti Allah adalah memiliki kesiapan mendengar dan mentaati perintah Allah yang akan datang. Satu readiness. Maka dalam ayat ke-11 dikatakan: Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya Allah. Ini adalah kesiapan Daud mendengar dan menaati perintah Allah yang akan datang. Seperti prajurit yang menunggu perintah dari jenderalnya. Setelah jenderal itu memberikan perintah, apa yang dikatakan oleh prajurit itu? Hanya satu kata “Siap!” Saudara, ini adalah suatu yang nyata bukan? Saudara lihat di TV bagaimana seorang jenderal Romawi memerintah anak buahnya, kemudian mereka semua mengatakan “Siap!” TNI atau tentara di seluruh dunia, bahkan ketika mereka sedang duduk, sedang bercanda dengan temannya, main kartu, atau minum-minum, begitu jenderal itu datang ke ruangan itu, semuanya berdiri. Ketika jenderal itu memerintahkan sesuatu, semua orang akan mengatakan “Siap! Kami akan kerjakan.” Suatu hari Yosua masuk ke tanah Kanaan, kota pertama Yerikho. Tiba-tiba dia bertemu dengan Malaikat Tuhan dengan pedang yang berputar. Yosua sangat kaget dan bertanya, “Engkau lawan atau Engkau kawan?” Ini adalah pikiran orang berperang. Kalau engkau lawan/musuh aku akan melawan engkau. Kalau engkau berada di belakangku engkau adalah pendukungku. Tetapi Malaikat Tuhan itu tidak jawab apa-apa. Kalau jawab itu artinya Yosua memegang order, memegang ordo. Tetapi Malaikat Tuhan mengatakan, “Aku panglima bala tentara Tuhan” Sekarang baru Yosua yang harus memikirkan Yosua lawan atau Yosua kawan. Jika saudara teliti, Alkitab itu begitu indah. Allah akan menyatakan diri-Nya, you sekarang lawan-Ku atau you adalah orang yang mau takluk kepada-Ku? Setelah Malaikat Tuhan mengatakan “Aku adalah panglima bala tentara Allah” Yosua tahu, Dia Jenderal, bukan Yosua yang jenderal. Dia adalah Allah itu sendiri, Kristofani, Kristus yang muncul pada Perjanjian Lama dan Yosua mengatakan, “Apa yang dikatakan Tuanku kepada hamba-Mu ini? Engkau bicara apa sekarang, katakanlah.” Ini adalah readiness untuk mendengar dan mentaati perintah Allah yang akan datang.

Ketiga, menanti Allah artinya adalah tinggal diam dalam kekuatan dan perlindungan Allah. Ini adalah tinggal diam di dalam kekuatan Allah dan bukan saja memelihara, menguatkan tetapi akan menyembuhkan. Dari kalimat ini, saya selalu mengingat burung rajawali. Setelah burung rajawali bertempur, maka seluruh bulunya rontok, dan kulit-kulitnya berdarah. Dia akan mencari tempat perlindungan, tidak kemana-mana, sampai seluruh bulunya dan seluruh sayapnya kuat kembali, mungkin beberapa hari/minggu/bulan. Setelah kekuatannya pulih, maka dia akan terbang dan bertempur lagi. Dia akan menemukan kekuatan yang baru. Baca Yesaya 40:30-31, “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Apakah saudara mempunyai pengalaman? Begitu banyak kesakitan yang terjadi. Mungkin salah paham, mungkin orang jahat kepada kita, mungkin menganggap orang jahat kepada kita, seperti Daud begitu banyak musuhnya tetapi ketika itu terjadi dan dia begitu down, lalu dia mengundurkan diri, tidak mau berbicara kepada siapa pun saja, pergi ke satu tempat yang terlindungi, dan di tempat itu dia bergumul dengan Allah saja. Dia menanti-nanti Allah, sampai seluruh kekuatannya itu diperbaharui oleh Allah. Dan dia akan persis seperti burung rajawali, keluar dari tempat itu dengan kekuatan yang baru. Setiap pahlawan di dunia ini pasti ada tempat persembunyiannya. Setiap orang yang dipakai oleh Tuhan pasti ada tempat persembunyiannya. Setiap orang yang diurapi oleh Tuhan pasti ada tempat persembunyiannya. Apakah engkau memiliki tempat persembunyianmu? Apakah engkau memiliki tempat di mana engkau bisa mencurahkan isi hatimu yang terdalam dengan air matamu? Engkau menanti-nanti Tuhan di situ, sampai Dia mengarahkan pandangan-Nya kepada kita dan mengasihi kita. Alkitab mengatakan orang itu seperti rajawali yang naik terbang tinggi. Orang yang menanti Tuhan adalah orang yang tinggal diam dalam kekuatan Allah.

Keempat, Alkitab mengajar kepada kita menanti Allah artinya mengijinkan Allah bertindak dengan cara-Nya, dengan jalan-Nya, pada waktu-Nya. Orang yang menanti Allah akan menetapkan hati menyetujui metode, cara dan sarana yang dipakai Allah untuk menyelamatkan dan memberkati kita. Kita pasti punya banyak masalah, dan kita berharap Tuhan menolong kita. Tetapi pertanyaannya, apakah saudara menanti Allah atau tidak? Menanti Allah itu artinya menyetujui dari cara-Nya, jalan-Nya pada waktu-Nya. Tuhan yang bergerak menolong kita. Mungkin Dia mengubah hati seseorang, bagaimana orang itu menjadi baik kepada kita, atau mungkin Dia mengubah keadaan-keadaan kondisi dari kehidupan kita. Apapun saja kita tidak tahu, begitu banyak kemungkinannya tetapi jelas adalah Tuhan yang bekerja bukan kita yang memaksakan kehendak. Dalam Yesaya 7 ada satu raja yang tidak menanti Tuhan, dan itu adalah Ahas. Pada waktu itu Ahas sangat terkepung dengan tentara Siria dan Efraim, kemudian Yesaya diutus oleh Tuhan datang kepada Ahas. Yesaya mengatakan, “Minta satu tanda, dari dunia orang mati pun minta satu tanda, aku akan menyelamatkan engkau.” Kemudian Ahas menyatakan, “Oh tidak, aku tidak akan merepotkan siapa-siapa, aku tidak mau mencobai Tuhan.” Ini kalimat yang kelihatannya rohani, tetapi dia tidak mau menanti Tuhan bekerja, dia tidak mempercayai Tuhan yang bekerja, tetapi sebaliknya, dia cepat mengutus bawahannya pergi ke Asyur meminta bantuan. Berapa banyak dari hidup kita, ketika ada masalah, kita memikirkan orang lain dulu untuk membantu kita. Kita memikirkan mengenai uang ada atau tidak terlebih dahulu dari Tuhan yang ada untuk membantu kita. Begitu ada masalah saudara lakukan apapun saja untuk membereskan masalah, dan doa adalah hal terakhir kalau seluruhnya tidak mendapatkan pertolongan. Bertobat saudara! Kita harus datang lebih dulu kepada Tuhan, menanti pertolongan-Nya, karena Allah itu mau menolong kita umat-Nya. Di tengah kegelisahan dan kekuatiran yang besar, nama Tuhan adalah menara yang kuat dan seluruh umat saleh itu akan berlindung kepada-Nya. Saya akan akhiri dengan satu kisah yang sungguh-sungguh terjadi yang membuat hati saya hancur.

Saya pernah masuk ke dalam sebuah konferensi penginjilan. Dan di sana ada hamba-hamba Tuhan dari Tiongkok datang. Kemudian hamba-hamba Tuhan itu mendapat kesempatan sharing dan membawakan Firman Tuhan selama 20-30 menit setiap orang. Ada orang yang spesialisasinya adalah mengabarkan Injil di jalanan. Ada yang spesialisasinya adalah mengabarkan Injil kepada anak-anak. Ada yang spesialisasinya adalah misi di kedalaman Tiongkok. Dan ada pengkotbah-pengkotbah dengan spesialisasi masing-masing. Beberapa dari mereka pernah di penjara, beberapa dari mereka ada yang pernah makan tikus di dalam penjara karena mereka sangat kelaparan. Kemudian ketika saya mendengarkan mereka berbicara, dari hati mereka yang terdalam, semuanya, kita bisa melihat kerinduannya yang besar supaya Tiongkok bisa diselamatkan. “Kapan Tiongkok terbuka untuk Injil?” Setiap dari hamba Tuhan tersebut selalu mengakhiri khotbahnya dengan air mata. Dan terus mereka berdoa “Tuhan kapan waktunya? Berapa lama lagi ya Tuhan?” Di tengah-tengah seluruh rekan mereka yang mati, sebagian besar dari keluarga-keluarga mereka harus masuk penjara, tetapi mereka semua dengan motivasi yang benar terus-menerus menginginkan Tiongkok diselamatkan dan terbuka untuk Injil. Pada waktu itu saya ada di sana, dan saya tidak tahu sama sekali tentang Tiongkok, tetapi getaran hati mereka itu sampai ke hati saya. Kemudian ada satu orang dijadwalkan untuk berkotbah yang datang ke mimbar. Kemudian dia membuka Mazmur 46:10 dan dia hanya mengatakan satu kalimat ini dan kemudian membahasnya dalam beberapa menit dan menyelesaikannya. Dan apa yang dibacakan? “Be still and know that I am God” “Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Tuhan”. Saya kaget sekali. Semua orang gundah gulana “Tuhan, buka Tiongkok, berikan pertobatan, kapan Tuhan?” Penginjil itu mengatakan ‘Be still! Diam! Dan ketahuilah Akulah Tuhan” Dan semua orang di sana tertunduk mau mentaati Tuhan untuk bertindak dengan cara-Nya pada waktu-Nya. Nantikanlah Tuhan. Ya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, ya, nantikanlah Tuhan. Kiranya jemaat ini diberikan kekuatan oleh Tuhan untuk berlutut setiap hari, menanti Dia bekerja luar biasa di tengah-tengah kita. Mari belajar menanti Tuhan. Mari kita berdoa.


Matius 6:9-13
 
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

12 May 2019
Mazmur 27
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 27:1-3

Mazmur 27:1-3

Mazmur ini adalah salah satu Mazmur yang memberikan penghiburan. Sebenarnya kita tidak tahu persisnya apa konteks Daud sehingga dia menuliskan Mazmur ini, tetapi sangat mungkin ini adalah total dari seluruh pergumulannya. Boleh dikatakan temannya Daud adalah kesulitan dan pederitaan, affliction. Sejak dia diserang oleh beruang dan singa sampai dia diserang oleh Saul dan dikhianati orang-orang dalam keluarganya dan juga di dalam militernya dan secara rohani dia juga diserang oleh setan untuk dijatuhkan. Tuhan memakai Daud sebagai pribadi yang merupakan bayang-bayang kejayaan Kristus yang akan datang. Seluruh pergumulan diserang oleh musuh-musuhnya ini menghasilkan suatu perasaan yang begitu nyata di dalam Mazmur ini yaitu perasaan takut. Dia katakan aku takut, gemetar, kuatir adalah perasaan di dalam yang timbul merupakan suatu emosio negatif yang sangat tinggi yang dimasukkan ke dalam jiwa kita yang di-trigger oleh ancaman-ancaman di luar hidup kita. Konteksnya mungkin bisa berbeda-beda, konflik yang besar, sakit penyakit, situasi berbahaya mendekati kematian atau kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Perasaan takut kalau muncul dan menjadi besar membuat kita sama sekali tidak berdaya dan pikiran kita akan ditumpulkan dan hidup kita akan dilumpuhkan. Seseorang yang ketakutan bisa sampai terpojok di ujung ruangan yang gelap sepi dan sendiri sambil menangis mengigil ketakutan dan tinggal di dalam kepompong kegelisahan yang tidak pernah berakhir. Saya rasa ini adalah sesuatu yang sering kita alami atau mungkin sesuatu yang biasa kita alami. Kita menginginkan kedamaian, ketenangan, kesenangan, tetapi kekuatiran dan bayang-bayang ketakutan itu selalu menghantui kita, dan kita berusaha untuk menjauhkan diri atau melawan ketakutan ini dan dunia menawarkan begitu banyak cara untuk menangani ketakutan. Ada orang mengatakan tidurmu harus cukup sehingga badanmu kuat dan bisa melawan ketakutan. Ada orang mengatakan berpikirlah realistik sehingga engkau tahu ketakutanmu yang besar itu sebenarnya banyak sekali tidak beralasan. Atau engkau mendengarkan musik yang relaxing atau melakukan hal-hal yang fun, sharing kepada orang lain akan mengurangi ketakutanmu. Mungkin engkau pergi ke konselor atau ke hamba Tuhan atau orang yang kau percaya ataupun bantuan profesional akan mengurangi ketakutanmu, atau engkau melakukan olahraga maka itu akan mengurangi ketakutanmu. Semua itu diajarkan oleh orang-orang untuk mengurangi ketakutan kita tetapi tidak menghilangkan sumber ketakutan dan kekuatiran kita.

Apa yang menjadi jalan keluar dari kekuatiran dan ketakutan hidup ini? Alkitab mengatakan, Daud mengajarkan kepada kita, libatkan Allah di dalam ketakutanmu, ijinkan Allah masuk di dalam situasi hidupmu, ijinkan Dia memimpin hidup kita di dalam setiap konteks yang terjadi. Daud menyatakan kalimat yang sangat percaya diri, bukan karena dia kuat, bukan karena prajuritnya banyak, tetapi percaya diri karena dia mempercayakan dirinya bersandar kepada Allah. Daud mengatakan TUHAN adalah terangku dan keselamatanku kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku kepada siapakah aku harus gemetar? Ada beberapa hal poin yang sangat besar di dalam keseluruhan Mazmur ini.

Pertama, saudara-saudara lihatlah bahwa Daud menggunakan kata TUHAN dalam huruf besar, sekali lagi ini adalah sesuatu yang penting. Ini adalah YHWH, ini adalah Jehovah ini bukan cuma bicara Allah yang Maha Tinggi ini adalah nama Allah, Allah yang tertentu, Dia Jehovah adalah nama yang dinyatakan Allah kepada umat-Nya, di dalam convenant. Jadi, Daud tidak mengatakan Allah adalah benteng hidupku, Allah adalah terangku, tetapi Daud mengatakan Jehovah, Allah yang berjanji kepadaku itu adalah Allah-Nya Abraham, Ishak dan Yakub dan di dalam Perjanjian Baru saudara-saudara tahu itu adalah digenapi di dalam diri Yesus Kristus. Allah yang mengikat perjanjian dengan umat-Nya, Jehovah, Yesus Kristus, ini adalah pertolongan Kristus Yesus untuk Daud. Saudara-saudara, untuk kita mendapatkan pertolongan di dalam hidup ini, untuk kita bisa melawan ketakutan, maka saudara harus melibatkan Allah di dalam hidup kita tetapi saudara tidak bisa hanya melibatkan Allah di dalam hidup kita, saudara-saudara harus mengerti bahwa Allah yang mau terlibat di dalam hidup kita di dalam penderitaan dan kesulitan dan airmata dan kegelapan adalah Allah di dalam Yesus Kristus. Alkitab menyatakan di dalam Yesus Kristuslah, Allah hadir mengunjungi umat-Nya, Allah mengajar umat-Nya, Allah mati bagi umat-Nya, Allah masuk ke dalam penderitaan, Allah menghibur umat-Nya, Allah yang menyatakan kepada umat-Nya.

Ketika bicara berkenaan dengan ketakutan, sebenarnya ini adalah masalah besar sekali di dalam hidup kita. Hal yang pertama yang kita harus mengerti adalah saudara tidak bisa menghadapi ketakutan itu sendiri. Saudara harus melawan ketakutan itu dengan Allah di dalam Yesus Kristus, perdamaian dengan Allah di dalam Kristus Yesus. Saudara tidak bisa lari dari ketakutan itu, saudara tidak bisa melawan ketakutan itu. Satu-satunya pertolongan di dalam hidup yang menakutkan ini adalah Kristus Yesus Allah yang hidup itu. Ketika saya melihat manusia yang hidup tanpa Allah, tanpa Kristus Yesus, maka saya akan mengatakan orang itu adalah orang berani yang bodoh. Berani karena mereka seakan-akan berani menghadapi seluruh tantangan dari dunia ini yang di dalamnya ada kuasa kegelapan yang nyata. Dunia ini lebih kejam daripada yang kita pikirkan, tentang kekejaman dunia yang sudah jatuh di dalam dosa ini lebih menakutkan daripada apa yang kita bisa pikirkan tentang ketakutan dan setan adalah pribadi yang terus berusaha menghancurkan umat manusia. Dan berapa banyak dari orang-orang di dunia ini yang sudah jatuh ke dalam tangannya setan? Saudara-saudara jatuh di dalam tangannya musuh, diserang oleh musuh dan hidup diikat oleh musuh, siapa penolong saudara? Agama tidak bisa menolong engkau, suami, istri, anakmu, orangtuamu sudah tidak bisa menolong engkau dan bahkan Alkitab menyatakan seluruhnya takluk oleh kuasa kegelapan itu. Maka Alkitab adalah satu-satunya solusi dalam hidup manusia melawan musuh itu, kuasa kegelapan itu, dengan seluruh kekuatan senjatanya dan kekuatan senjata yang paling utama dari musuh itu adalah maut dan Alkitab mengatakan hanya Allah saja di dalam Yesus Kristus yang menolong manusia. Saudara-saudara, terima Yesus Kristus di dalam hatimu dan tundukkan hidupmu yang hanya satu kali itu kepada Yesus Kristus. Apakah saudara mau takluk sepenuhnya kepada pemerintahan Yesus Kristus? Di dalam Yesus Kristus, Allah menyatakan God with us itu berarti Tuhan itu ada beserta dengan kita. Allah yang beserta dengan kita dan melindungi kita dari segala musuh-musuh, tundukkan diri kita di bawah pemerintahannya dan lihatlah bagaimana Dia itu akan melindungi kita dan menghindarkan kita dari ketakutan kita.

Alkitab mengatakan Dialah pembela kita. Jikalau kita adalah orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus, orang-orang yang sungguh menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, jikalau saudara dan saya adalah real anak-anak Tuhan, di mana Roh Kudus ada dalam isi hati kita, kita adalah orang yang dibenarkan, orang yang ditebus. Pastikan bahwa communion kita dengan Allah itu berjalan dengan baik. John Owen menyatakan Union with Christ tidak akan pernah terputus, itu adalah sesuatu ikatan yang tidak bisa dihancurkan, itu adalah selama-lamanya. Union with Christ tidak bisa terputus, tetapi communion with God satu relasi pribadi, setiap hari itu sangat bisa itu naik turun terus mengalami pasang surut kehidupan di dalamnya. Ada perasaan-perasaan kita itu masuk di dalamnya itu tidak terhindarkan. Saudara-saudara tidak mungkin bisa mengharapkan communion with God itu ada terus di atas, terus ada di awan-awan, kita bukan Superman rohani. Kadang ada kekuatiran, kadang kita berada dalam kegelapan, kadang kita merasa takut, tetapi jangan sampai ada stumbling block yaitu dosa yang membuat communion kita dengan Allah itu terganggu. Alkitab mengatakan jika Allah di pihak kita siapa yang sanggup mengalahkan kita. Pastikan bahwa kita ada di pihaknya Allah. Berjalan di dalam kesucian, selalu hadir di hadapan Allah dengan pertobatan hidup, seturut dengan pimpinan yang Tuhan itu nyatakan kepada kita. Hal-hal tersebut adalah sesuatu yang penting untuk meneguhkan hati nurani kita. Orang Kristen yang hati nuraninya tertuduh pasti tidak akan kuat menghadapi ketakutan orang Kristen di dalam Yesus Kristus. Tetapi kalau hati nuraninya tertuduh saudara tidak mungkin bisa mengatakan Tuhan adalah terangku, Tuhan adalah keselamatanku kepada siapa aku harus takut. Dua hal ini, pastikan bahwa kita ada di dalam Yesus Kristus dan ketika kita ada di dalam Kristus Yesus pastikan kita berjalan bersama dengan Dia. Mungkin saudara akan mengatakan apakah itu berarti kalau communion saya dengan Allah itu tidak baik, Allah tidak akan menolong saya? Jawabannya adalah Allah sangat mungkin tetap akan menolong kita, pasti menolong kita, tetapi masalahnya adalah kita tidak bisa melihat pertolongan Tuhan dan ketika kita tidak bisa melihat pertolongan Tuhan maka iman kita tidak bertumbuh, iman kita tidak akan kuat. Sekali lagi, saya berkali-kali mengatakan saya mengambil cuplikan daripada Elizabeth Browningapi Allah itu ada di mana-mana, tetapi yang bisa melihatnya, yang melepaskan dari kasutnya. Allah ada di mana-mana, Allah hadir dalam ruangan ini, Allah hadir dalam kehidupan saudara. Tetapi yang takut akan Allah atau yang tidak takut dalam Allah itu dibedakan dengan orang itu bisa atau tidak bisa melihat Allah itu hadir. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan orang yang suci hatinya dia melihat Allah. Pastikan hati nurani kita murni detik ini juga. Ketika ketakutan itu datang melanda kita itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita itu hindarkan. Ketakutan itu sendiri bukan sesuatu yang sifatnya pasti dosa, tetapi ketika ketakutan itu mengepung kita, satu satunya jalan keluar adalah kita berteriak minta pertolongan Allah, tetapi kita tidak mungkin akan minta pertolongan Allah jikalau hati nurani kita terganggu oleh dosa. Bereskan segera, minta pengampunan Allah dan kemudian kita berteriak seperti Daud, “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah banteng hidupku kepada siapakah aku harus gemetar?” Saya tekankan pertama adalah heart of covenantJehovah, TUHAN. Sekali lagi, bagi saudara yang belum Kristen, tundukkan hatimu, tundukkanlah hidupmu di bawah pemerintahan Kristus, terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Jangan menjadi orang yang berani tetapi bodoh. Engkau tidak mengerti bagaimana kejamnya dunia ini melebihi daripada yang engkau pikirkan dan bagaimana menakutkan dunia ini lebih daripada yang engkau pikirkan dan bagi kita yang sudah ada di dalam Kristus pastikan hati nurani kita itu teguh. Berjalanlah di dalam kesucian, berjalanlah di dalam kehendak Allah, pelihara, mari kita pelihara communion with God dan seandainya kita jatuh dan setan itu berusaha untuk membuat kita itu terlentang untuk jatuh perhatikan bahwa Allah tidak pernah akan menolak kita. Dia selalu memberikan jalan keluar bagi hidup kita dan dan jalan keluar itu adalah repentance (pertobatan), mintalah hati yang bertobat detik ini juga.

Hal yang kedua di dalam pagi ini yang saya mau tekankan adalah ketika Daud mengatakan TUHAN adalah terangku kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku kepada siapakah aku harus gemetar? Saudara lihatlah imagery yang dipakai dan ini adalah militaryimagery, ini adalah perang, benar-benar perang. Saudara-saudara, Daud mengajarkan kepada kita bahwa benar-benar ada musuh dan pada konteksnya dia ada musuh, ada kegelapan yang mendekat, ada kegelapan yang mau menyelimuti dan juga ketakutan yang muncul di dalam hati. Ini adalah sesuatu kenyataan di dalam alam fisikal sekaligus di dalam alam rohani. Kita musti mengerti cara Alkitab itu mengungkapkan, misalnya ketika Yesus mengatakan jangan kamu kuatir, maka sebenarnya asumsi dasarnya di dalam perikop ini, maka seluruh umat manusia yang adalah orang Kristen punya reason yang normal alami untuk kuatir. Kekuatiran adalah bagian dari hidup kita yang tidak bisa kita pisahkan. Maka ketika Yesus mengatakan jangan kamu kuatir itu berarti bahwa Yesus menyadari bahwa hidup kita itu penuh kekuatiran dan dari kacamata dunia kekuatiran adalah sesuatu yang normal. Juga demikian dengan ketakutan setiap malaikat datang diutus, maka kalimat pertama biasanya adalah ‘fear not’. Itu artinya bahwa Allah mengerti hidup kita di dunia ini adalah hidup yang takut. Takut itu adalah sesuatu yang normal dalam hidup. Tetapi Allah mau kita itu mengusir atau memerangi ketakutan dan kekuatiran dengan pengenalan akan Dia. Kembali ke tempat ini, Daud menyatakan: TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, kepada siapakah aku harus gemetar? Itu artinya dia menguatkan dirinya di tengah-tengah ketakutan dan kegentarannya karena memang ada musuh. Ada kegelapan yang mendekat. Perang itu adalah sesuatu hal yang dia itu hadapi. Ada satu topik yang berkali-kali muncul dalam Alkitab saudara-saudara adalah sebenarnya perang. Kita menginginkan perdamaian tetapi Alkitab itu dengan jelas menyatakan begitu manusia jatuh dalam dosa perang tidak terhindarkan. Dan dari sejak Kejadian sampai Wahyu ini adalah tema yang terus menerus ada. Saudara-saudara lihat di dalam kitab Kejadian maka saudara-saudara akan lihat bagaimana ada dua silsilah, anak-anak terang dan anak-anak kegelapan dan keduanya itu saling bertempur. Dan bagaimana kemudian setelah Israel terbentuk maka Israel itu adalah bangsa pilihan yang melawan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Dan di dalam Perjanjian Baru saudara-saudara bisa melihat bagaimana gereja itu dibentuk untuk berperang secara perang rohani terhadap pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa kerajaan angkasa. Dan di dalam kitab Wahyu saudara akan bisa melihat bagaimana kiamat itu adalah peperangan daripada Kristus Yesus dengan seluruh malaikat-Nya bermiliar-miliar daripada orang yang mengikuti Dia itu kemudian melawan seluruh penguasa kerajaan kegelapan dengan seluruh pengikutnya. Ada peperangan yang besar selalu sepanjang zaman antara Kerajaan Surga melawan kerajaan kegelapan, antara anak-anak terang melawan anak-anak kegelapan. Dan kiamat adalah perang yang besar itu. Dan sekarang saya mau untuk saudara-saudara melihat bagian Alkitab dan saudara lihat daripada prinsip perang ini, sense perang ini menjadi satu kacamata. Perhatikan Yohanes 1:4-5, kata “overcome”, tidak bisa menguasainya, tidak bisa menang terhadap dia. Ini adalah bicara berkenaan dengan kata menang kalah. Siapa yang menguasai dan siapa yang dikuasai. Ini adalah bicara berkenaan dengan peperangan. 1 Korintus 15:56-57. Kemenangan, kekalahan, musuh, senjata, kuasa, itu seluruhnya adalah terminology perang. Ibrani 2:14-15, perhatikan kata-kata yang dipakai: memusnahkan, mematikan, berkuasa, dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka; itu adalah bicara berkenaan dengan budak. Dan kemudian dibebaskan karena takutnya kepada maut, musuhnya itu. Seluruh ayat yang tadi saya katakan hanya contoh kecil dari seluruh ayat dalam Alkitab kita. Bahkan di dalam Perjanjian Baru, bahkan di dalam murid Yesus yang disebut sebagai rasul kasih ketika bicara mengenai Yesus, ketika bicara mengenai kegelapan, ketika bicara mengenai maut, ketika bicara mengenai ketakutan, seluruhnya yang dipakai sebenarnya adalah asumsi terminology perang. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, kepada siapakah aku harus gemetar? Ini adalah peperangan. Dan untuk itu saudara-saudara perhatikan beberapa prinsip ini. Saya akan masuk dalam prinsip mengenai peperangan di dalam Alkitab.

Pertama: kegelapan di dalam Alkitab itu suatu kuasa, ini bukan sekedar absence of light. Ini adalah positive evil. Kalau saudara melihat secara philosophical, kegelapan itu adalah ketiadaan terang, sehingga kalau terang itu ada, dengan sendirinya kegelapan tidak ada. Tetapi ketika misalnya saja di dalam Yohanes itu dikatakan bahwa kegelapan itu tidak bisa menguasainya, maka sebenarnya kegelapan yang dipakai dalam Alkitab itu adalah bicara mengenai positive evil. Ada pribadinya. Ini bukan sekedar absence of light. Ini real perang.

Hal yang kedua: perang ini real di dalam tatanan rohani dan physical. Di dalam Efesus misalnya, gereja diminta untuk perang, bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia ini. Ini adalah perang rohani. Kita tidak mengangkat senjata untuk melawan orang-orang yang melawan kita sebagai gereja, tetapi kita memakai lutut kita untuk berdoa melawan orang-orang tersebut, dan kemudian kita itu berdiri dan melakukan hal-hal yang baik bagi dunia ini. Tetapi saudara-saudara, kita harus mengerti prinsip ini meskipun ini adalah perang rohani pada saat ini, pada zaman gereja, tetapi dampaknya bisa kepada kematian fisik. Saudara-saudara, fisik dan spiritualitas itu di dalam kekristenan tidak pernah terlepas secara total. Perang ini real secara rohani dan physical.

Hal yang ketiga, kita harus mengerti bahwa perang antara kerajaan terang dan kerajaan kegelapan itu adalah sesuatu yang sebenarnya tidak bisa sebanding. Ini bicara berkenaan dengan Kerajaan Allah dan kerajaan setan. Allah itu Pencipta. Setan itu adalah malaikat yang diciptakan dan kemudian jatuh di dalam dosa. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa perang ini sangat sengit, tetapi bukan sama kuasanya. Allah itu pasti menang. Kuasa kegelapan tidak mungkin bisa seimbang dengan kuasa Allah. Ini berbeda secara kualitatif. Tetapi Alkitab juga mengajarkan kuasa manusia tidak seimbang dengan kuasa kegelapan, ini juga perbedaan kualitatif. Apa yang Alkitab tegaskan? Engkau seharusnya takut karena kita tidak mungkin menang terhadap kuasa kegelapan, tetapi sebaliknya, kuasa kegelapan itu pasti kalah oleh kuasa Yesus Kristus.Alkitab mengatakan bahwa kuasa kegelapan itu dihancurkan tepat di singgasananya pada waktu Yesus bangkit.

TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, TUHAN adalah benteng hidupku, kepada siapakah aku harus takut? Demikian kata Daud. Ini bukan saja bicara berkenaan dengan dia mau melepaskan diri dari ketakutan atau bicara mengenai percaya diri, tetapi ini bicara berkenaan dengan penyerangan kembali. Ini bicara berkenaan dengan keberanian. Kepada siapa aku harus takut? Oh luar biasa. Saudara bisa bayangkan ini adalah pekerjaan Roh Kudus kepada orang-orang yang saudara lihat di dalam Alkitab yang kita sebut sebagai hero. Sebenarnya dia takut dan gemetar pada awalnya. Ini Daud, ini bukan Superman yang kemudian ada batu krypton lalu kemudian dia jadi kebal dengan apapun saja. Tidak, Alkitab itu real. Sungguh-sungguh takut. Tetapi kemudian Allah itu sungguh-sungguh menolong dia. Dan kemudian pertolongan-Nya ini bukan saja membuat dia confident, membuat dia kemudian bangkit dan kemudian menyerang musuhnya. Ini adalah suatu keberanian, ini adalah suatu proklamasi, ini adalah suatu kemenangan daripada iman. Daud menyatakan TUHAN adalah terangku, keselamatanku, dan bentengku, tiga hal ini. Belajar mengenai teologia Yohanes paling sederhana saja, maka saudara akan tahu bahwa God is Light, God is Life. Dan Alkitab juga dengan jelas menyatakan bahwa Yesus adalah Terang Dunia. Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang Dunia. Kita sendiri dikatakan bahwa kita adalah terang dunia. Konsep Allah adalah terang satu-satunya disebut sepanjang Perjanjian Lama adalah di Mazmur 27 saja. Dalam Perjanjian Lama ada dikatakan Allah berselimutkan terang. Di dalam 2 Samuel 22 dikatakan bahwa Allah mengubah kegelapan menjadi terang. Mazmur 36 menyatakan di dalam terang-Mu kami melihat terang. Tetapi Daud memiliki pengenalan akan Allah yang luar biasa, dia menyebutkan di dalam ayat ini satu-satunya sepanjang Perjanjian Lama maka God is Light. Tetapi bukan saja God is Light, tetapi TUHAN adalah terangku. TUHAN adalah keselamatanku. TUHAN adalah benteng hidupku. Siapa yang bisa mengangkat tangannya pada pagi hari ini mengatakan Tuhan adalah terangku? Tuhan adalah keselamatanku? Tuhan adalah benteng hidupku? Real Dia itu adalah keselamatanku. Real Dia itu adalah terang bagiku. Daud benar-benar bergaul dengan Allah. Daud benar-benar memiliki relasi dengan Allah dan mendapatkan pertolongan Tuhan, benar. Perhatikan mengapa Daud menyatakan TUHAN adalah terangku. Terang dalam Alkitab menggambarkan begitu banyak macam mengenai purity, kemurnian, kesucian, dan juga iluminasi, membukakan pikiran sehingga kita bisa mengerti jalan yang benar. Tetapi konteks Daud kita tahu semua tadi adalah konteks ketakutan. Jadi kenapa Daud di sini menyatakan TUHAN adalah terangku? Karena dia menyadari bahwa lawannya adalah the power of darkness. Ingatlah ketika kita itu berada dalam ketakutan. Ketika kita berdiam diri di dalam ketakutan, di dalam kegelapan, kegelapan itu menyelimuti kita, ketakutan dari segala penjuru. Dan kita hanya bisa melakukan dua hal: pertama adalah lari, atau kedua adalah melawan. Tetapi lari atau melawan, kita tidak memiliki kekuatan untuk melawan ketakutan itu. Maka siapa yang bisa untuk melawan the power of darkness? Daud menyatakan God is my light. Tuhan bukan mengirimkan atau memberikan terang, tetapi Tuhan sendirilah terang itu. Dan Tuhan yang terang itu my light, artinya Tuhan sendiri yang hadir di tengah-tengah kehidupan Daud. Yang bisa menghancurkan kuasa kegelapan yang menyerang kita yang membuat kita ketakutan dari seluruh penjuru adalah Pribadi Yesus Kristus itu, di mana kegelapan itu tidak bisa menguasainya, dan kuasa kegelapan itu dihancurkan oleh Dia. Ini adalah kehadiran Kristus sendiri di dalam kehidupan Daud.

Carilah wajah-Nya di dalam ketakutan kita. Berserulah kepada-Nya jangan membuang aku ya Tuhan, jangan meninggalkan aku. Tunjukkan jalan-Mu, Tuhan. Jangan menyerahkan nyawaku kepada musuh-musuhku, ya Tuhan. Firman-Mu mengatakan cari wajah-Ku, maka kucari wajah-Mu ya Tuhan. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku. Jangan menolak hamba-Mu ini dengan murka-Mu. Engkau dan saya tidak mungkin memiliki pertolongan yang lain kecuali Dia hadir karena hanya Dia yang bisa melawan kuasa kegelapan. Dan ini adalah kebenaran yang sifatnya physical sekaligus spiritual. Ini bukan saja kebenaran ketika kita bicara berkenaan dengan kematian menuju kepada Surga. Ini adalah kebenaran ketika kita mempunyai masalah di dunia ini. Carilah wajah-Nya. Dan itu adalah kekuatan kita. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Mari kita berdoa.


Matius 6:9-10; Mazmur 25:4-5; Mazmur 27:11
 
 

Matius 6:9-13
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

28 April 2019
Mazmur 34
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 34:12

Mazmur 34:12

Latar belakang Mazmur 34 ini adalah 1 Samuel 21:10-15. Ketika itu Daud berada di salah satu kota orang Filistin, ketika lari dari Saul yang mau membunuhnya. Saul sangat geram dan ingin membunuh Daud, karena Daud bisa mengalahkan Goliat sehingga seluruh rakyat memuji-muji Daud melebihi Saul. Alkitab mengatakan, sebelumnya sudah terjadi bahwa Saul ditinggalkan Tuhan. Hal paling ironis di dalam Alkitab adalah ditinggalkan Tuhan. Orang yang ditinggalkan Tuhan akan iri dengan orang yang dipakai sama Tuhan. Tetapi irinya tetap tidak bisa mengganggu orang yang dipakai dan disertai oleh Tuhan. Ada orang-orang yang tadinya dipakai oleh Tuhan tetapi kemudian tidak lagi dipakai oleh Tuhan, karena hatinya sudah mulai bengkok. Tuhan kemudian meninggalkan dia, meninggalkan gereja-Nya. Gereja-Nya menjadi tidak berbuah. Firman Tuhan tidak mungkin tajam, karena Firman Tuhan juga tidak tajam di dalam hati hamba Tuhan tersebut. Penyertaan Tuhan makin pudar. Orang-orang ini sudah melayani Tuhan puluhan tahun. Tetapi bagaimana dia memegang semua yang sudah hilang itu. Jemaat, pengurus, mungkin tidak tahu. Mereka mengikuti hamba Tuhan karena sudah lama berelasi baik. Tetapi Tuhan sudah meninggalkan dia. Dia mulai menyadari Tuhan memakai orang lain. Ketika itu terjadi, itu adalah salah satu neraka di dunia untuk orang itu. Biarlah kita boleh takut kepada Tuhan, sungguh-sungguh dididik oleh Tuhan, untuk tidak ditinggalkan oleh Tuhan. Lebih baik dihajar, bahkan dihukum oleh Tuhan daripada ditinggalkan oleh Tuhan. Jangan sampai gereja kita ditinggalkan oleh Tuhan, jikalau itu terjadi, tidak ada gunanya kita berkumpul di sini. Seluruh kalimat adalah kalimat moralitas, kalimat-kalimat yang tidak diurapi oleh Tuhan, yang tidak bisa masuk dalam hati dan menghancurkan dosa. Kemuliaan Tuhan tidak terlihat dalam gereja yang sudah ditinggalkan oleh Tuhan. Saya tidak sedang berbicara mengenai keselamatan kekal, tetapi berkenaan dengan dipakai Allah, diurapi Tuhan di dunia ini, diberikan kuasa untuk menggempur musuh dan memenangkan banyak jiwa. Alkitab dengan jelas menyatakan ada orang-orang yang kemudian disisihkan oleh Tuhan. Biarlah kita minta tolong sama Tuhan supaya sampai kita mati, Gereja ini tetap dipakai oleh Tuhan dan tidak ditinggalkan. Keluarga kita, semua orang yang melayani, hamba Tuhan, semua pengurus dan aktivis di tempat ini, tidak ditinggalkan oleh Tuhan. Tidak punya uang, relasi, dijelekkan, tidak apa-apa, tetapi jangan sampai ditinggalkan oleh Tuhan. Sebaliknya, sekalipun relasi begitu baik, keuangan gereja sangat kuat, tetapi ditinggalkan Tuhan, tidak ada gunanya. Kita hanya menipu orang lain. Pelayanan gereja yang ditinggalkan Tuhan tidak akan kokoh berdiri dengan salib. Tidak akan mempercayai lagi bahwa Firman dengan khotbah salib bisa membawa orang kepada Kristus. Dia memerlukan sesuatu dari dunia untuk meneguhkan pelayanannya. Dia akan membawa seluruh entertainment dunia masuk ke dalam gerejanya, untuk menipu dirinya bahwa Tuhan tetap memberkati dengan banyaknya jumlah jemaat. Singkirkan itu. Buktikan bahwa Allah tetap menyertai meskipun tidak ada dunia yang dimasukkan ke dalam gereja. Buktikan bahwa Tuhan itu menyertai, dengan menyatakan Firman Tuhan dengan sesungguhnya, dengan mengabarkan salib. Pribadi Kristus pada dasarnya tidak diinginkan oleh manusia. Tetapi kalau Tuhan menyertai, meskipun sulit, ketika salib dikabarkan, akan membuat jiwa-jiwa itu takluk satu persatu.

Saul sudah ditinggalkan oleh Tuhan, sekarang Daud dipakai, diurapi oleh Tuhan. Dia memenangkan peperangan. Dia masih remaja, pengalaman hidupnya di padang gurun saja. Tanpa perlengkapan senjata perang, dia memenangkan pertarungan. Goliat mati. Seluruh rakyat memuji-muji Daud. Saul membunuh beribu-ribu tetapi Daud beribu-ribu laksa. Saul mengerti kenyataan ini, hatinya tidak bisa tenang, dia mulai iri. Perhatikan! Jikalau saudara dan saya melihat ada orang yang lebih dipakai oleh Tuhan, tidak ada gunanya iri. Bertobat. Minta Tuhan memakai lagi. Tetapi jangan iri. Tidak ada gunanya. Tidak akan mengembalikan urapan. Tidak akan mengembalikan Tuhan itu nyata. Saul iri kepada Daud. Dia berusaha untuk membunuh berkali-kali. Daud lari, dari satu kota ke kota lain. Di kota Nob, imamnya yaitu Ahimelekh tidak mengetahui apa yang terjadi, memberikan makanan kepada Daud. Ketika Saul tahu, dia membunuh Ahimelekh, seluruh imam dan seluruh laki-laki dan perempuan di kota itu, karena berbuat baik kepada Daud. Irinya sampai sangat evil. Daud kemudian lari terus. Tidak ada lagi kota-kota di Israel yang aman baginya, maka dia lari melampaui Israel sampai ke kota Gat. Rajanya adalah Akhis. Karena itu daerah Filistin, Daud berpikir tidak ada orang yang mengenalnya. Tetapi Gat adalah kota kelahiran Goliat, nama Daud terkenal di sana. Orang-orang mengenalinya dan melaporkan ke raja Akhis. Raja itu kemudian mau menangkapnya. Ketika perwira mendatanginya, Daud dengan cerdik berpura-pura menjadi gila. Dia menggores-gores pintu gerbang, membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya. Raja berpikir, “Bagaimana orang gila seperti ini menjadi tantangan bagi aku? Ini tidak penting, lepaskan orang ini.” Kemudian Daud dibiarkan lepas. Tuhan memakai seluruh peristiwa ini untuk melepaskan Daud.

Mazmur 34 terbagi menjadi 2 bagian. Ayat 1-11, seluruh kalimatnya adalah dengan latar belakang yang tadi saya katakan. Bagaimana Tuhan begitu baik kepada Daud, menjaga hidupnya untuk tidak dimatikan oleh musuhnya. Ayat 12-23 adalah pengajaran Daud kepada anak-anak. Sangat mungkin ketika dia berpura-pura gila, maka anak-anak di dekatnya mengejek-ejek dia. Dia melihat bagaimana orang-orang yang masih muda itu, tidak takut akan Tuhan dan tidak menghormati orang asing.

 

Beberapa hal yang penting di dalam Mazmur ini:

Hal Pertama, bandingkan keadaan perendahan dan keadaan kesuksesan dunia. Daud mendapatkan pelajaran hidup penting ketika dia berada dalam pelarian dan perendahan seperti ini. Dia terus dikejar, hendak dimatikan, nasibnya tidak menentu, kelelahan, kehausan, penuh air mata dan penderitaan, harus berpura-pura menjadi orang gila, ditertawakan, dimaki, direndahkan selama berbulan-bulan. Setelah hari kelegaannya tiba, dia menuliskan Mazmur. Apa yang Daud pelajari? Daud mengatakanfear of the Lord. Takut akan Allah. Itulah sebabnya dia mengatakan, mari ke sini semua anak-anak. Dia berbicara kepada orang-orang yang lebih muda, kepada semua anak-anak dalam kerajaannya. Mari ke sini, aku akan mengajarkan kepadamu takut akan Allah. Ini adalah satu topik utama dan center dari seluruh hidup kita. Seluruh didikan gereja harusnya membawa saudara dan saya takut akan Dia. Seluruh hidup kita harus dipusatkan pada takut akan Allah. Allah mengajarkan bagaimana berjalan takut akan Dia di dalam perendahan.

Bandingkan dengan Salomo. Allah mengijinkan Salomo mendapatkan segala-galanya di tengah-tengah dunia. Kemakmuran, kesuksesan, apapun saja. Ketika ditanya apa yang engkau pelajari secara rohani seluruh hidupmu Salomo? Dia mengatakan sia-sia. Seringkali kesulitan jasmani membuat kita masuk dalam dimensi hidup bergaul dengan Tuhan secara intense. Menemukan kebenaran-kebenaran inti, yang tidak dapat Tuhan ajarkan di dalam kehidupan nyaman. Sehingga kalau saudara melihat ada orang sedang berlinang air mata, penuh penderitaan, kesulitan besar, sakit-penyakit, hati yang patah, masalah keuangan, masalah keluarga, jangan berpikir dia orang yang kasihan. Kalau orang itu berjalan bersama Tuhan, remuk hatinya, maka orang itu akan mendapatkan kebenaran inti bergaul dengan Tuhan melebihi kita yang hidup nyaman. Kita tidak boleh meminta penderitaan tentunya. Doa Bapa Kami mengatakan: “Lepaskan kami daripada yang jahat. Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan.” Tetapi ketika Tuhan mengijinkan hal itu terjadi, Tuhan akan mengajarkan kebenaran utama-Nya di dalam penderitaan itu. Penderitaan tidak menjadi sia-sia. Karena Kristus sudah meletakkan diri-Nya di pusat penderitaan dunia di atas kayu salib, Dia mengubah arti seluruh penderitaan dari kesia-siaan menjadi berarti di hadapan Allah. Karena Dia pernah di atas kayu salib, maka Dia menemani anak-anak-Nya di dalam penderitaan itu. Dialah Allah yang Mahasuci yang masuk ke dalam penderitaan dunia ini.

Hal kedua, Daud mengajar kita untuk mengajar anak-anak sejak kecil memiliki hati yang takut akan Tuhan. Tuhan menghendaki kita mendidik orang-orang yang lebih muda, orang-orang di bawah kita, dan khususnya anak-anak kita. Banyak keluarga memperhatikan fisik, kepandaian anak-anaknya, tetapi tidak memperhatikan kehidupan kerohanian anak-anaknya. Property terbesar kita sebenarnya bukan rumah, kendaraan, pekerjaan, uang tabungan tetapi anak-anak, karena anak-anak adalah property yang bersifat kekal. Adalah kebodohan jikalau saudara kuatir akan kesehatan, kepandaian, masa depan mereka di dalam hidup ini, melebihi kuatir akan jiwa mereka. Mereka tidak serius terhadap hal-hal rohaninya, jarang bahkan tidak pernah bertanya kepada anak-anaknya bagaimana relasimu dengan Tuhan. Apakah engkau sudah diselamatkan? Apakah di dalam hatimu ada kesukacitaan mengikut Kristus? Mungkin saudara juga tidak pernah bertanya apakah saudara sungguh-sungguh orang diselamatkan atau tidak. John Flavel menyatakan, “Jika kita mengabaikan mendidik anak kita di dalam jalan kesucian, apakah anda berpikir setan akan mengabaikan anak-anak kita di dalam jalan kejahatan.”

Di Jakarta kita sering mengadakan KKR anak-anak. Ketika bertemu dengan ratusan anak-anak, kita sering memikirkan bahwa anak-anak adalah asset gereja, asset masa depan bangsa. Perhatikan! Anak-anak muda, juga anak-anak kecil, juga adalah asset setan. Kepada anak-anak yang sudah mengerti, saya berbicara seperti ini, “Di depan saya, beberapa puluh tahun lagi, ada orang yang akan dipakai oleh Tuhan, menjadi hamba Tuhan, misionaris, guru, pemimpin perusahaan. Tetapi dari tempat ini juga, ada orang-orang yang akan mengambil suami atau istri orang lain, yang akan berzinah, mencuri, membunuh. Ada orang-orang yang tidak takut akan Tuhan dan merusak banyak orang di dalam persekutuan ini.” Siapa yang mengatakan bahwa seluruh orang yang ada di depan seorang pengkhotbah adalah anak-anak yang pasti milik Tuhan? Setan bekerja lebih keras daripada hamba Tuhan. Setan bekerja lebih keras daripada saudara dan saya.

Saudara juga memberikan anak saudara dealing dengan dunia lebih daripada dealing dengan gereja. Banyak orang mengatakan, di GRII Sydney orang-orangnya tahunya cuma pergi ke gereja. Hari Sabtu ke gereja dari pagi sampai malam. Hari Minggu juga ke gereja dari pagi sampai malam. Silakan kalau punya pendapat seperti itu. Saya serahkan pada saudara-saudara sampai harinya Tuhan bekerja dalam dirimu. Salah satu anakmu dipakai setan, engkau pasti diam. Ketika engkau bermain-main dengan Tuhan, engkau pasti diam suatu hari. Ketika anakmu sudah dipakai sama Tuhan, maka engkau akan bersukacita. Tetapi anakmu dipakai oleh setan, engkau akan datang ke gereja dengan air mata dan penyesalan seumur hidup. Kenapa dulu aku tidak sungguh-sungguh? Kenapa tidak lebih banyak? Kenapa tidak lebih tulus? Kenapa ada kemunafikan di dalam pernikahan kami sehingga anak kami tidak bisa melihat Tuhan? Ketika semua itu ada, baru saudara-saudara tahu tidak ada kata berlebihan ketika orang itu berada di dalam gereja. Suatu hari, ada orang bicara. Suamiku itu pergi ke gereja terus. Kalau saudara pergi ke gereja tetapi tidak beres pekerjaan di rumah, istrimu boleh ngomel. Saudara yang mesti bertobat bukan istri saudara. Kalau saudara adalah anak, pelayanan di gereja lalu mengabaikan pekerjaan di rumah, papa mamamu boleh complain. Itu adalah sesuatu yang Tuhan kehendaki. Saudara-saudara harus melayani Dia dan juga harus membereskan urusan rumah. Itu adalah tanggung jawab. Suatu hari seorang istri complain kalau suaminya ke gereja terus. Kepinginnya apa? Kalau nanti bertengkar pun dia pergi ke gereja, masih bersyukur daripada pergi ke night club. Ada orang yang saya ajak Sabtu pergi pelayanan. Ajak pergi KKR regional. Tidak mau, kebanyakan. Seminggu kemudian, saya tanya Sabtu kemarin ngapain? Paling banter main Facebook. Kalau saudara tidak saya ajak untuk pergi ke gereja, tidak saya dorong untuk masuk ke dalam pelayanan, saudara cuma diam sama lihat TV. Seperti itu masih berani ngomong kebanyakan pergi ke gereja. Ujilah, itu baik untuk jiwamu, baik untuk keluargamu, jangan asal ngomong di depan Tuhan atau gereja yang sejati. Saya bicara dengan sungguh-sungguh karena saya juga memperhatikan hamba-hamba Tuhan yang sejati. Saya tidak sembarangan bicara, mengritik dia. Ketika saya tidak mengerti, meskipun merasa terserang, saya lebih baik diam. Ketika diam, saya belajar untuk taat. Setelah beberapa tahun saya mengatakan, benar dia. Saya bersyukur mau mendengarkan suara dia meskipun sulit.

Banyak orang tidak memperhatikan keselamatan jiwa anak-anaknya atau memperhatikan dengan setengah hati. Daud tidak berbicara berkenaan dengan keselamatan saja, dia mengatakan, “Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu!” Takut akan TUHAN dan TUHAN yang dipakai seluruhnya dalam huruf besar, God of Covenant, Allahnya Abraham, Isak dan Yakub. Ini artinya mendidik anak-anak sebagai suatu bangsa perjanjian. Orang-orang bangsa perjanjian yang disebut sebagai remnant itu adalah orang-orang yang di dalam hatinya dididik untuk takut akan Tuhan. Bukan mengajar agama, bukan mengajar moralitas kepada anakmu. Saudara mementingkan pokoknya anak saudara pergi ke gereja. Itulah sebabnya ketika kesulitan terjadi, saudara-saudara kemudian menjauh dari Tuhan karena memang takut akan Allah tidak pernah ada dalam hidup kita. Daud mengatakan, aku akan akan mengajar hidup di dalam takut akan Allah. Calvin mengajarkan Fear of the Lord disebut sebagai pietas. Kesalehan. Yaitu hati yang tulus mengasihi Allah sebagai Bapa, tetapi juga hormat dan takut kepada Dia sebagai Tuhan, memegang kebenaran-Nya dan takut menyakiti hati-Nya lebih daripada takut akan kematian. Jangan kita berfokus kepada dosa yang dilakukan anak. Berfokuslah, takut akan Tuhan itu ada apa tidak? Ada satu buku yang bagus, judulnya Shepherding a Child Heart, isinya tentang menggembalakan hati anak, bukan menggembalakan sikap luar, behaviour mereka. Kalau hatinya takut akan Tuhan, maka sikap luarnya juga akan takut Tuhan. Banyak dari kita salah dalam hal ini. Kamu nonton video porno ya? Kamu lakukan ini ya? Kamu bohong ya? Seandainya anak saudara tidak melakukan itu semua, belum tentu takut akan Tuhan ada di dalam hatinya. Sebaliknya, kadang Tuhan mengijinkan ada kejatuhan-kejatuhan yang besar seperti Daud misalnya, tetapi dia memiliki takut akan Tuhan. Ketika memiliki takut akan Tuhan, ketika dia jatuh dalam dosa, dia akan kembali kepada Tuhan, dia akan meratap dengan dosanya. Fokus dari seluruh pelajaran rohani kita adalah karakter takut akan Tuhan ada dalam anak kita dan ada dalam diri kita. Itu yang harus kita doakan. Itu yang harus kita didik pada jiwa kita dan kepada anak-anak kita.

Di dalam pelajaran takut akan Tuhan, ada empat hal di dalam mazmur ini yang Daud sertakan.

Yang pertama adalah pelajaran jahatnya dosa. Ayat 16-17, NIV mengatakan, wajah Allah memperhatikan orang benar, wajah Allah menantang orang jahat. Dua-duanya wajah Allah. Kita harus menekankan kejahatan dosa, keseriusan Allah dan akibat dosa. Akibat dosa jauh lebih horor daripada yang kita pikirkan. Spurgeon mengatakan, terlalu banyak orang Kristen yang menipu anak-anak mereka. Dalam satu kotbahnya dia mengatakan, ada seorang bapak yang kehilangan anaknya yang mendadak mati. Anak ini hidup tidak takut Tuhan. Bapak ini kemudian bicara kepada anak-anaknya yang lain seperti ini, “Dengan air mata, anak-anakku, kakakmu sudah mati, aku takut sekarang dia berada di neraka.” Spurgeon memuji bapak ini. Banyak orang mengatakannya seperti ini, “Aku harap anakku ada di surga.” Jawabannya adalah tidak demikan kata Spurgeon. Dia tidak ada di surga. Saya tidak menghakimi orang itu. Saya mengatakan hal yang sebenarnya, itu adalah buah yang ada pada dia, yang menetapkan orang tersebut. Saya akan memberi ilustrasi. Jikalau saya berada di satu taman, menemukan ada satu pohon yang dimiliki dan ditanam seseorang. Saya menemukan pohon itu, memetik dan memakan buahnya, dan berkata, “Apel ini enak!” Pemilik itu mendengar dan berkata, “Engkau salah! Itu bukan apel, itu jeruk!” Saya katakan: “Ini apel, pak.” “Ini pohon jeruk, aku menanam jeruk! Engkau mau menghakimi, ini bukan apel, ini jeruk!” Saya hanya akan mengatakan, saya tidak tahu kamu menanam apa, pokoknya saya mendapatkan buah pohon ini apel. Kalau anak saudara terus berbuat kejahatan, tidak bertobat, tidak takut Tuhan, diberitahu melawan, diberitahu kesucian muak, kalau sampai mati saudara mau mengatakan itu jeruk, silahkan! Bukan kami yang menghakimi orang itu, buahnya sendiri yang mengatakannya. Kita tidak bisa menipu diri anak kita baik. Spurgeon mengatakan, jadilah jujur dengan dirimu dan anak-anakmu. Dosa itu kejahatan di hadapan Allah, jangan sekalipun meringankannya. Minta anugrah Allah agar hal ini tertanam di dalam hati mereka.

Yang kedua, Daud mengajarkan keperluan mutlak untuk hati yang remuk di hadapan Allah. Berkali-kali di ayat 19, Tuhan datang kepada orang yang patah hati dan yang remuk jiwanya. Di dalam Mazmur 51, kalimat ini sangat terkenal, hati yang remuk itu tidak pernah ditolak. Hati yang remuk dan tidak tinggi hati, menghampiri Tuhan dengan airmata, tidak pernah ditolak atau disiniskan oleh Tuhan. Sejauh apapun kita dari Tuhan, sebesar apapun Dia marah kepada kita, sejauh apapun kita berada di dalam kubangan dosa, satu-satunya jalan kita mendekat kepada Allah adalah jalan remuk hati. Ini adalah prinsip. Alkitab sendiri mengatakan Aku tidak akan pernah menolak hati yang remuk. Hampirilah Yesus dengan air mata, hati yang remuk. Tidak pernah ditolak, tidak pernah dibuang oleh Dia. Dia disukakan dengan hal itu, bahkan di dalam Injil ada tulisan bahwa Yesus bersukacita di dalam Roh Kudus. Yesus berkata, “Aku mengucap syukur kepada-Mu, Allah, karena Engkau tutup kepada orang-orang congkak tetapi engkau nyatakan kepada orang-orang yang rendah.” Ini adalah prinsip kerja Yesus Kristus, Dia akan menentukan, yang bawah akan diangkat dan yang di atas akan direndahkan. Ajarkan anak-anak kita untuk meminta air mata pertobatan semenjak mereka muda. Ajarkan mereka memiliki kerendahan hati. Berdoa supaya Tuhan mau meremukkan hati mereka.

Yang ketiga, anak-anak harus dididik di dalam moralitas. Ayat 14-15 mengatakan: “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah untuk mendapatkannya.” Alkitab dengan jelas tidak pernah mengajarkan moralitas sebagai jalan keselamatan. Jalan keselamatan hanya ada pada Yesus Kristus yang kita percayai di dalam iman. Tetapi keselamatan yang terjadi di dalam diri kita maupun anak-anak kita, membawa seluruh hidup kita bertanggung jawab kepada Tuhan. Hal pertama yang biasanya di-convert oleh Tuhan, yang begitu sangat kelihatan adalah bibir. Daud mengatakan, “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu dari ucapan yang menipu.” Yesus Kristus mengatakan, “Yang keluar dari bibir itu dari hati.” Jikalau hati berubah, pertama yang kelihatan buahnya adalah bibir. Memaki-maki, berbohong, menipu, membuat keributan maka perlahan-lahan saudara akan lihat Tuhan akan bekerja dari dalam ke bibirnya. Biarlah kita boleh mengajar diri kita dan anak-anak kita bagaimana berespon kepada keselamatan.

Yang keempat, ajarkan anak-anak memiliki kesukacitaan hidup dan menikmati berkat-berkat besar sebagai orang Kristen. Ini adalah poin yang mudah bagi kita kalau saudara dan saya adalah benar-benar orang Kristen yang sejati. Allah telah menolong begitu banyak di dalam kehidupan kita. Hidup Kristen adalah hidup yang penuh dengan berkat-berkat yang ada. Beberapa waktu yang lalu saya berkotbah mengenai angkatlah the cup of salvations. Itu bukan hanya bicara tentang keselamatan di dalam Kristus (surga yang kekal) tetapi adalah artinya jamak. Mulai dari di dalam Kristus, hidup kekal itu, kita mendapatkan keselamatan demi keselamatan, kelepasan demi kelepasan, berkat demi berkat di dunia ini. Jikalau saudara tidak merasa bahwa berkat-berkat Tuhan itu begitu melimpah dalam hidup kita, saudara merasa terus kurang, merasa orang lain lebih diberkati, tidak punya contentment di dalam hidup ini, merasa bahwa Allah itu tidak bergeming, Allah kelihatan tidak ada dan saya tidak dapat berkat apa-apa. Maka saya katakan, ada sesuatu yang salah di dalam kerohanianmu. Mungkin itu dosa, yang menutupi seluruh berkat Allah. Mungkin itu adalah ketamakan, yang saudara tidak pernah merasa puas dan menginginkan hal-hal dunia melebihi berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada engkau. Sekalipun banyak alasan saudara untuk tidak bersukacita, tetapi sebenarnya saudara akan menemukan, bahwa orang benar itu akan dijagai Tuhan. Bahkan Daud mengatakan, orang benar itu banyak kemalangannya, tetapi dia selalu dilepaskan.

Alkitab mengatakan, kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu. Hai orang-orang yang berlindung kepada-Nya, berbahagialah mereka. Apakah engkau berbahagia? Apakah sungguh-sungguh ada sukacita kristiani dalam hidupmu? Alkitab mengatakan, Dia selalu baik bagi orang-orang yang berlindung kepada-Nya. Ayat 23 mengatakan, Tuhan melepaskan jiwa hamba-hambanya. Semua orang yang berlindung kepada-Nya tidak akan menanggung hukuman. Engkau berlindung kepada siapa? Mungkin kepada seseorang yang engkau sayangi, kepada seluruh apa yang engkau miliki, uangmu, dan relasimu dengan orang lain. Saudara tidak mungkin bisa mengatakan kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mengandalkan Dia satu-satunya penolong dalam hidup dan tidak memiliki yang lain, dia akan bersukacita melihat perbuatan-perbuatan Allah yang hidup di dalam keseharian. Ceritakan itu kepada anak-anak kita, bagaimana Tuhan menolong. Ketika tidak memiliki uang tetapi Tuhan menolong. Ketika berada dalam sakit, hampir mati, kemudian Tuhan menolong. Ketika disingkirkan dalam pekerjaan, kemudian Tuhan menopang hidup kita. Ceritakan sukacita hidup menikmati kebaikan Tuhan.


Matius 6:9-10
 
 

Matius 6:9-10
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

31 March 2019
Mazmur 73
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 73:27-28

Mazmur 73:27-28

Mazmur 73 ini di-compose oleh Asaf, orang yang ditunjuk oleh Daud untuk memimpin pujian pada waktu dia hidup. Dia menyanyi di hadapan kemah suci atau kemah pertemuan sebelum Bait Allah itu dibangun oleh Salomo. Asaf membuat nyanyian pada Mazmur 50 dan juga Mazmur 73-83. Kalau saudara-saudara melihat 150 Mazmur, sebagian besar itu di-compose oleh Daud, ada beberapa di-compose oleh Asaf dan sisanya kebanyakan di-compose oleh Bani Korah atau anak-anak Korah. Kalau saudara-saudara membaca Mazmur 73, kunci Mazmur ini adalah ayat ke-28 yang merupakan proklamasi pemazmur dan proklamasi ini memiliki perbandingannya, opposite-nya, yaitu di dalam ayat ke -27.

Saya akan membawa saudara-saudara mengingat kembali ke dalam eksposisi kita di dalam Mazmur 1. Saya sudah pernah mengatakan bahwa seluruh 150 Mazmur akan dilihat dari kacamata Mazmur 1. Mazmur 1 adalah pintu gerbang untuk melihat keseluruhan Mazmur dan di dalam Mazmur 1 ada dua jenis manusia, orang benar dan orang fasik. Di dalam Mazmur 1 dikatakan orang benar itu mencintai Firman Tuhan Allah, orang fasik itu berjalan di dalam orang berdosa. Di dalam Mazmur 73 ini, orang benar itu mencari wajah Allah dan orang fasik itu menjauh dari pada Allah. Orang benar itu suka mendekat kepada Allah, orang fasik itu meninggalkan Allah, tidak mungkin mendekat dan mencari Allah. Tetapi jikalau kita sungguh-sungguh anak Allah, jikalau sungguh-sungguh Roh Kudus itu ada di dalam hati kita, seberapapun masalah yang terjadi pada anak-anak Allah, dia akan mendekat kepada Allah, entah dia jatuh, menderita, berdosa besar, ataupun dia pernah menyakiti hati Allah dengan berzinah dengan ilah-ilah yang lain, jikalau dia adalah anak Allah yang sejati, uniknya, dia akan kembali kepada Allah. Daud begitu dalam di dalam dosanya, dia memiliki kemampuan untuk kembali kepada Allah. Samson sangat take it for granted untuk seluruh anugerah Allah, tetapi di akhir hidupnya, dia berteriak kepada Tuhan meminta bantuan-Nya, untuk hidup terakhirnya bisa kembali mempermuliakan YHWH. Mungkin orang-orang ini adalah orang yang sempat menikmati dosa dalam hidupnya, tetapi di dalam isi hatinya yang terdalam, Roh Kudus meneriakkan kerinduan yang terdalam, ya Abba ya Bapa. Sekali lagi, perbedaan antara anak Allah dan orang-orang yang dimurkai oleh Allah, adalah bukan pada tatanan dosanya. Saya mengatakan ini bukan untuk kita take it for granted di dalam anugerah dan kemudian kita mempermainkan Allah di dalam dosa. Setiap dosa itu menyakiti hati Allah tetapi apa perbedaannya? Jikalau orang itu ada Roh Kudus di dalam hatinya, jika orang itu sungguh-sungguh lahir baru, ketika dia berdosa, dia akan menangis untuk dosanya. Ketika dia berdosa, dia melihat dirinya kotor, dan dia akan berteriak kepada Allah minta pengampunan dia akan mendekat kepada Allah. Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah demikian kata Mazmur.

Banyak cara yang Alkitab nyatakan bagaimana anak-anak Tuhan itu mendekat kepada Tuhan. Dengan menghampiri Firman-Nya, ingin diajar dan mengerti isi hati Tuhan, itu adalah mendekat kepada Tuhan. Dengan merenungkan kematian-Nya, kita ingin mendekat kepada Golgota ketika saudara dan saya menikmati dan hadir di dalam Perjamuan Kudus, kita disatukan di dalam union with Christ. Dengan mengantisipasi kedatangan Kristus yang kedua dan menjagai hidup kita untuk berjalan di dalam kesucian dan kebenaran, kita mendekat kepada Allah. Ketika kita pada pagi hari membaca Alkitab dan menikmati janji-janji-Nya, itu adalah usaha anak Tuhan untuk mendekat kepada Allah. Dengan berkumpul setiap Minggu di dalam gereja, kita mendekat kepada Allah karena Allah hadir bertahta di atas puji-pujian umat-Nya di gereja-Nya yang sejati, tetapi, perhatikan satu kalimat di bawah ini, usaha mendekat kepada Allah di dalam bentuk yang paling diberkati adalah ketika kita menghadap kepada Dia dengan lutut di dalam doa. Hari ini kita akan bicara berkenaan dengan bagaimana Tuhan mengajar pemazmur di dalam doa. Ketika kita mencurahkan rahasia hati kita yang terdalam kepada Allah di dalam Yesus Kristus dan Allah menyatakan rahasia cinta-Nya kepada kita itu adalah keadaan di mana kita mendekat kepada Allah yang paling diberkati.

Di dalam doa, telinga Allah mendengar isi hati kita, dan telinga kita mendengarkan suara kasih-Nya. Perhatikan bahwa esensi doa adalah mendekat kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Di dalam doa kita masuk secara aktual di dalam hadirat Allah secara rohani menghadap kepada tahta Allah. Saya mengucapkan satu kalimat yang mungkin buat saudara sesuatu yang sederhana tetapi ini adalah sesuatu yang menakjubkan jikalau kita melihat kebenaran Alkitab. Allah itu adalah Allah yang Suci, kita manusia sebaik apapun adalah manusia yang berdosa, maka kalimat-kalimat di dalam pemazmur ini adalah sesuatu kemustahilan dalam hidup kita. Alkitab mengatakan bahwa dia itu mendekat kepada Allah. Bagaimana mungkin yang berdosa itu mendekat kepada Allah? Tahta Allah yang Suci adalah tahta yang menghadap kepada penghakiman-Nya, tahta Allah yang Suci adalah tahta keadilan-Nya. Tetapi ada satu hal yang menakjubkan di dalam Alkitab kita, Ibrani 4:16; “Sebab itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.” Sekarang, di dalam Yesus Kristus, Dia adalah Imam Besar itu. Ketika kita datang kepada Allah yang Suci, di dalam Yesus Kristus, maka tahta penghakiman-Nya itu menjadi seat of mercy, menjadi sesuatu tahta rahmat demikian kata Alkitab. Biarlah kita sebagai orang Kristen menghargai hal ini dan minta Roh Kudus mengajarkannya sampai hati kita terdalam, saudara jangan asal hidup sedemikian rupa tanpa mengerti apa yang sesungguhnya terjadi.

Perhatikan apa yang akan saya katakan setiap kali kita datang di dalam doa. Kita datang di dalam doa karena kita datang di dalam Yesus Kristus. Pada waktu kita berdoa sebenarnya kita masuk di dalam tahta kasih karunia dan kita boleh meminta apapun saja terutama adalah meminta seturut apa yang Alkitab katakan, maka seluruhnya itu akan menjadi milik kita di dalam Kristus Yesus, itu adalah doa. Doa bukan sekedar, “Tuhan hari ini aku mau tidur,” “Terima kasih Tuhan pacarku sudah tidak marah-marah sama aku,” “Terima kasih Tuhan suamiku atau istriku bisa mengerti aku lagi,” “Terima kasih Tuhan aku dapat kenaikan gaji.” Ya, saudara bisa mengucapkan hal-hal itu tetapi kita sering melupakan apa yang Alkitab katakan bahwa doa itu kita masuk di dalam tahta kasih karunia. Di dalam anugerah Tuhan saudara-saudara akan melihat orang yang masuk ke dalam tahta kasih karunia akan mengalami banyak hal yaitu sifat-sifat Allah dan pribadi Allah, dia akan mengalami Allah sendiri. Musa mendekat di dalam tahta kasih karunia Allah dan Allah mengajarkan Musa kemuliaan-Nya dan pada waktu itu Musa menjadi terpukau karena kehadiran Allah yang Maha Tinggi itu. Yang memenuhi langit di atas langit itu sekarang hadir di depan matanya dan ketika Dia itu jalan maka jalan-Nya Allah itu mengundang ketakutan dan teror (Majestic greatness of God). Sehingga saudara-saudara bisa melihat orang-orang seperti ini, yang menghadap Allah di dalam tahta kasih karunia, tidak satu ucapan yang bisa keluar dari mulutnya kecuali kegentaran, takut yang suci, airmata dan hanya satu mulut saja yang dia ucapkan, “kasihanilah aku ya Tuhan.” Yesaya masuk ke dalam tahta kasih karunia Allah dalam doa dan Allah menyatakan kesucian-Nya. Yesaya mendengar seluruh penghuni surga menyuarakan, “Suci, suci, sucilah Tuhan.” Kebesaran Allah memenuhi seluruh pribadi Yesaya dan dia gemetar, kegentaran akan kematian yang mendekat itu terjadi karena Allah itu hadir tanpa satu titik hitam di dalam kemurnian-Nya. Perhatikan baik-baik setiap kali Allah menjumpai umat-Nya di dalam tahta kasih karunia, pertama-tama pasti ada kegentaran dan takut yang besar tetapi karena di dalam Yesus Kristus, maka mereka semua mendengarkan kalimat-kalimat pengampunan, belas kasihan, dan cinta dari Allah yang Suci itu di dalam tahta kasih karunia. Allah menjalankan belas kasihan-Nya lebih daripada keadilan-Nya, itulah sebabnya Daud menginginkan terus datang ke dalam tahta kasih karunia. Dia menyatakan jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan hatiku dan dagingku bersorak-sorak kepada Allah yang hidup.

Apa yang diperlukan gereja masa kini? Orang-orang yang berdoa, orang-orang yang datang ke dalam tahta kasih karunia Allah setiap hari. Kita tidak kekurangan orang-orang pandai, atau mereka yang mengerti teologia, atau mereka yang bisa runningchurch. Kita kekurangan orang-orang yang melihat Allah di tempat yang Maha Tinggi, yang melihat Allah di dalam segala sesuatunya, di dalam tahta Allah, yang melihat visi yaitu Allah, pribadi Allah sendiri dan isi hatinya dinyatakan di dalam kita. Jikalau di dalam hidup kita engkau pertama-tama melayani dengan semangat, dengan janji, dengan ketekunan tetapi akhirnya kita mulai melambat, kita mulai capai, kita mulai dikalahkan dengan hal-hal sehari-hari, kita mulai sakit hati karena hal ini dan hal itu, asal kita harus tahu bahwa itu bukan karena karakter kita, karena sehebat apapun saja karakter kita, kita tidak mungkin bertahan seumur hidup dengan kekuatan api. Ketekunan seumur hidup dengan api yang makin membara kuncinya cuma satu, melihat Allah di tempat tertinggi dan itu artinya kita berdoa datang ke tempat kasih karunia Allah. Apa yang kurang dari GRII ini? Saya tidak perduli dengan gereja yang lain, saya perduli dengan apa yang ada di depan saya. Sekarang engkau menikmati kotbah tetapi engkau tidak datang ke tempat tahta kasih karunia Allah. Engkau memikirkan bahwa kotbah itu adalah segala-galanya, ya kotbah itu penting sekali tetapi datang ke tempat tahta kasih karunia Allah itu adalah sangat penting. Gereja ini harus menjadi gereja yang menghargai teologia gereja ini harus menjadi gereja yang menghargai Firman Tuhan, itu artinya bukan saja engkau mendengarkan Firman Tuhan dan menikmatinya tetapi melakukannya. Tetapi gereja ini memerlukan ratusan ribuan orang yang berlutut yang berdoa, belajarlah berdoa, belajarlah dengan kesadaran masuk ke dalam tahta kasih karunia Allah.

Spurgeon mengatakan, “We seems to put the mercy seat underneath the pulpit.” Kita terlihat meletakkan tahta kasih karunia di bawah mimbar. Spurgeon menyatakan harinya akan tiba di mana kita akan naik (ascend from the pulpit to the mercy of seat) dan membuktikan bahwa doa bersama-sama di dalam sebuah gereja adalah kekuatan yang paling berkuasa untuk membuat pendosa itu bertobat melalui Firman. Saya sama sekali tidak menduga bahwa apa yang ada di dalam mazmur 73 ini adalah berkenaan dengan doa. Sebagai hamba Tuhan saya hanya membuka dan kemudian saya berdoa dan kemudian memilih satu pasal dan tujuan saya adalah mengeskposisi ayat tersebut tetapi pada pagi hari ini Tuhan menghadirkan ayat ini adalah bicara berkenaan dengan doa. Ini adalah undangan bagi kita sekalian, jikalau saudara mau tahu apa kehendak Allah pada pagi hari ini, maka ini adalah kehendak Allah, adalah meminta kita datang ke tempat tahta kasih karunia Allah di dalam doa dengan lutut. Saya sudah mengatakan kepada saudara-saudara di dalam gereja ini yang paling penting adalah dua hal yang pertama adalah mimbar karena mimbar itu adalah masinisnya. Sebesar apapun kereta api, sehebat apapun saja, tergantung dari gerbong pertama, masinis itu membawanya ke mana. Apakah masinis membawa ke kanan atau ke kiri, maka seluruh gerbong akan mengikuti, saudara dan saya harus hati-hati apa yang diajarkan dari mimbar. Jikalau masinis itu mulai melambat, seluruh gereja akan melambat, jikalau masinis itu mulai tidak beres di dalam teologia dan mengkompromikan banyak hal, maka seluruh gerbong itu akan menuju ke sana. Mimbar itu penting sekali tetapi hal kedua yang tidak kalah pentingnya adalah pembakaran batu bara di dalam kereta api itu dan itu adalah doa. Masinis sehebat apapun saja dia, tidak bisa menjalankan kereta itu satu meter lebih tanpa bahan bakar karena yang menjalankan seluruh kegiatan gereja adalah Tuhan. Maka kita semua harus merendahkan diri di hadapan Dia, bergantung selalu kepada Dia, minta tolong selalu kepada Dia. Ini adalah undangan bagi seluruh saudara khususnya jemaat GRII Sydney, berdoa. Berdoa adalah hal yang sungguh-sungguh vital karena kita sedang bersama-sama datang di hadapan Allah dan itu adalah apa yang Alkitab nyatakan. Spurgeon sendiri tidak pernah menyatakan doa pribadi di rumahmu itu adalah sesuatu yang powerful. Dia adalah seorang pengkhotbah, dia disebut sebagai the prince of preacher. Tetapi dia sangat mendorong, dia sangat menghargai, dia sangat membutuhkan jemaatnya itu berkumpul berdoa. Pemazmur mencari wajah Allah dan pemazmur mengajar kepada kita, ketika dia mencari wajah Allah di dalam doa, maka ada beberapa hal yang akan terjadi. Saudara secara singkat saya akan bicara mengenai tiga hal.

Pertama, di dalam doa, anak-anak Allah akan mendapat kejelasan akan kesulitan-kesulitan di dalam hidup. Ada banyak kesulitan dalam hidup ini. Bahkan anak-anak Tuhan yang mempelajari teologia saja sering tidak sanggup merekonsiliasikan apa itu kenyataan hidup, kebaikan, dan sifat-sifat Allah. Hidup ini terlalu aneh. Pemazmur berada dalam kebingungan yang besar. Dia penuh kesukaran melihat kejadian-kejadian di dunia ini, Dia tidak bisa melihat bagaimana orang saleh itu penuh kesulitan dan orang jahat itu makmur. Orang benar itu kesulitan untuk mengerti jalan-jalan Tuhan. Dan orang benar itu imannya mulai goyah, dia ingin meninggalkan imannya. Di dalam ayat 21 dikatakan ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya aku dungu tidak mengerti. Pemazmur sakit hati ketika melihat hidup yang dia sendiri tidak bisa simpulkan. Di dalam teologia Kristen saudara akan mempelajari apa yang disebut sebagai doktrin tentang providensia Allah. The providence adalah doktrin menyatakan Allah akan menyediakan kebutuhan bagi seluruh anak-anak–Nya. Seperti Abraham; Tuhan menyediakan domba menggantikan Ishak. Atau dalam ayat-ayat Perjanjian Baru seperti; bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit sesungguhnya demikian tidak seekor pun dilupakan Allah apalagi kita anak-anak Allah, umat Allah. Tetapi ternyata ketika kita mengerti doktrin yang benar tentang providensia ini, ternyata tidak semudah itu untuk menerapkan di dalam hidup yang kita lihat. Pemazmur kesulitan akan adanya doktrin yang benar dan menyambungkannya dengan kenyataan hidup yang kejam. Ketika kita melihat hidup ini yang sangat sulit untuk bisa menerimanya, saudara harus memiliki satu pegangan bagaimana caranya aku bisa melihat hidup ini dan apa pegangannya? Pegangan itu adalah teologia yang sejati, dalam hal ini adalah providensia Allah. Pun ketika pemazmur melihat doktrin providensia Allah, dia tetap sulit untuk memegangnya ketika melihat kenyataan kehidupan yang kejam. Dunia ini aneh, kejam, bahkan ketika kita melihatnya iman kita goncang, apalagi jikalau itu terjadi pada kita. Ini adalah peristiwa yang menggoncangkan pemazmur. Yesus sendiri pernah mengatakan jika harinya tidak diperpendek maka orang pilihanpun banyak yang jatuh. Pemazmur sulit sekali menyelaraskan semuanya ini. Sampai dia masuk dalam tempat kudus Allah, ayat 17, masuk ke dalam takhta kasih karunia Allah. Ada satu kalimat Charles Spurgeon yang luar biasa dalam hal ini, dia mengatakan seperti ini: There are many enigmas in providence and many mysteries in scripture which we shall never comprehend until we learn solution on our knees. Ada banyak hal yang tidak bisa kita pikirkan, yang aneh, dan banyak misteri di dalam scripture, dan kita tidak mungkin bisa mengertinya sampai kita mempelajarinya dengan lutut kita. Teolog yang terbaik bukanlah seorang yang membaca buku terbanyak, tetapi orang yang berdoa banyak. Doa akan membuat kita jelas akan segala sesuatu yang sulit kita mengerti di dunia ini. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah maka dia tidak sulit lagi melihat.

Hal yang kedua, di dalam doa, anak-anak Allah akan mendapatkan pembebasan. Doa adalah ibu (mother) dari seluruh deliverence (pembebasan) yang diberikan Allah kepada kita. Di dalam Efesus 1 ada kalimat bahwa di dalam Yesus Kristus, kita mendapatkan segala berkat rohani di dalam surga dan berkat rohani itu adalah pilihan Allah di dalam Kristus sampai kepada pengudusan, sampai kepada kemuliaan. Itu artinya seluruh kehidupan kita dari isi hatinya Allah sampai kepada kita pergi ke surga. Dan itu adalah berkat-berkat rohani. Tetapi di tempat yang lain, berkat-berkat rohani adalah segala sesuatu yang kita perlukan untuk menjalani hidup di dunia ini dari surga yang hanya Allah saja yang bisa memberikannya kepada kita. Dunia bisa berpura-pura memberikannya, tetapi itu adalah sesuatu yang sebentar lagi akan hilang. Sesuatu yang sangat berharga, bernilai dan sifatnya kekal diberikan hanya oleh Allah kepada kita. Dan itu adalah berkat-berkat rohani di dalam surga. Perhatikan kuncinya, itu hanya akan diberikan kepada kita di dalam Kristus melalui doa. Pemazmur mengajarkan ketika dia berada dalam kesulitan, dungu tidak mengerti, dia terus menerus mencari Allah. Dia tidak beranjak dari situ, dia mencari Allah. Dia bahkan bahwa mengatakan seperti hewan aku di dekat-Mu tetapi aku tetap di dekat-Mu. Ada satu kata sederhana yang sangat menyentuh hati saya. Aku tetap, tetap Tuhan, tetap di dekat-Mu. Ini adalah undangan ketekunan di dalam doa. Pemazmur mengetahui satu-satunya jalan keluar untuk pertolongannya adalah dari Allah di dalam doa. Ibrani 4:16 mengatakan supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya. Apapun saja masalahnya, dari yang kecil sampai yang terbesar bahkan the problem of evil, pertolongan kita dari mana? Allah menyatakan, pertolongan kita adalah dari takhta kasih karunia. Allah sendiri mengatakan, datanglah di dalam Yesus Kristus. Mintalah dan Aku akan menolongmu tepat pada waktunya. Hanya di dalam takhta-Ku saja engkau akan mendapatkan kasih karunia-Ku. Hanya di dalam takhta-Ku saja kita akan mendapatkan kasih karunia pertolongan Tuhan. Dia tidak akan lebih cepat dan tidak akan lebih lambat pada waktunya. Itulah sebabnya saya katakan berkali-kali, orang yang tidak mau berdoa adalah orang yang paling sombong di depan mata Tuhan. Ada satu kalimat kutipan mengatakan demikian, if you are only pray when you are in trouble, you are in trouble. Doa itu seperti mendaki tangga yang dilihat oleh Yakub. Doa membuat awan gelap itu mundur, doa membuat hati kita bertumbuh di dalam iman dan cinta. Doa membuat setiap berkat dari surga datang kepada kita. Doa di dalam Kristus akan membebaskan kita tidak perduli berapa banyak dan berapa kuat musuh kita.

Hal yang ketiga, terakhir, di dalam doa, anak-anak Allah akan mendapat janji dan melihat penyataan janji Allah di dalam doanya. Di dalam doa maka Allah mengangkat jiwa kita, kita melihat dunia ini dan segala sesuatunya tidak secara paralel. Kita tidak melihat dunia ini di dalam single level. Kita melihat segala sesuatunya sekarang dari takhta Allah dari atas. Doa itu persis seperti saudara-saudara pergi ke mana-mana dan kemudian melihat pemandangan yang indah sampai kemudian saudara menemukan, membawa drone dan mengangkatnya dan melihat sekeliling saudara, saudara bukan saja melihat yang indah, saudara akan terkesima dengan segala sesuatunya. Salah satu hal yang pasti dilakukan Pendeta Stephen Tong ketika mengajak kami pergi kemana-mana adalah kami diajar terus melihat segala sesuatu dari tempat tertinggi, baik itu gunung tertinggi atau gedung tertinggi suatu kota. Sampai saya melihat Mazmur 73, saya sulit sekali untuk melihat segala sesuatunya sampai saya masuk ke dalam tempat kudusnya Allah melihat segala sesuatu dan aku memperhatikan kesudahan mereka. Kau taruh mereka di tempat-tempat yang licin, Kau jatuhkan mereka sampai hancur, mereka binasa dalam sekejap mata. Mereka lenyap habis oleh karena kedahsyatan-Mu ya Tuhan. Seperti mimpi pada waktu terbangun, rupa wajah mereka Engkau pandang hina ya Allah. Ini adalah jalan yang luas yang ujungnya adalah kebinasaan. Ini adalah akhir dari orang fasik. Ketika kita itu berdoa, Allah di dalam anugerah-Nya mengangkat hati kita. Kita akan melihat hadirat Allah dan janji-janji Allah kepada kita. Mazmur 73 ketika pemazmur itu masuk ke tempat tertinggi Allah maka dia melihat janji Allah bahwa jikalau dia tetap berada di dalam jalan orang benar dia tidak akan binasa. Saudara hanya bisa mempelajarinya dengan Firman dan ketika kita dibawa untuk mendekat kepada Allah, Firman ini menjadi suatu kenyataan yang benar-benar kita lihat.

Kesimpulan dari semuanya adalah belajarlah berdoa. Saya mengatakan begini bukan karena saya expert di dalam doa. Saya sudah mengatakan pada saudara-saudara dari seluruh pelajaran apapun saja, pelajaran teologia, filsafat, biblical, atau systematic teology, hal yang paling sulit di dalam hidup saya adalah belajar berdoa. Tetapi ini adalah suara hati saya kepadamu jemaat. Mari belajar berdoa bersama-sama. Belajar berdoa sampai Tuhan itu menyatakan kepada kita kuasa-Nya melalui gereja kita yang berlutut berdoa. Saya terus berdoa kiranya Tuhan terus memanggil orang-orang berdoa karena dengan semakin banyaknya orang berdoa di dalam sebuah gereja, maka gereja tersebut pasti hidup dan gereja tersebut pasti ada pengharapan. Karena orang-orang ini sama-sama berlutut menangis minta belas kasihan Tuhan di depan. Kita tidak memiliki apapun saja. Kita tidak memiliki apapun saja selain daripada yang diberikan Tuhan kepada kita. Belajarlah berdoa. Belajarlah masuk di dalam takhta Maha Suci-Nya penuh kasih karunia yang dari Tuhan. Sampai aku masuk ke dalam tempat Maha Kudus Allah dan memperhatikan kesudahannya. Aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan Allah dan aku suka dekat dengan Allah. Kiranya Tuhan dipermuliakan. Mari kita berdoa.


Matius 6:9-10
 
 

Matius 6:9-10
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more