Nehemia 1:1-4; Nehemia 2:1
Minggu yang lalu kita sudah menyelesaikan struktur doa yang Nehemia panjatkan. Adoration, Confession of Faith, Thanksgiving dan Supplication. Saudara-saudara, Nehemia sudah berdoa dengan tepat. Dia memiliki frame of heart, yang remuk hati. Di dalam jalur Covenant dia berdoa. Dia berdoa dengan teologia yang benar. Dia berdoa dengan struktur doa yang benar seturut dengan Firman. Tetapi kenapa Tuhan tidak segera menjawabnya? Kenapa Tuhan baru menjawab setelah dia berdoa 4 atau 5 bulan? Kenapa Tuhan tidak menjawab Nehemia dengan satu kali berdoa karena seluruhnya sudah benar? Atau satu minggu berdoa? Kenapa harus selama itu? Dan sesungguhnya Nehemia tidak memiliki kepastian kapan doanya dijawab. Saudara-saudara, ini yang akan kita pikirkan pada pagi hari ini.
Kita masuk dalam satu topik berkenaan dengan doa yang sangat penting, yaitu ketekunan dalam doa. Saudara-saudara, inilah kehendak Allah. Saya takut sekali ketika berbicara hal ini. Saya takut sekali ketika mengatakan hal ini. Allah adalah yang Maha Besar. Dan di bawah Allah kehendak Allahlah itu yang Maha Besar. Kita tidak boleh sembarangan berbicara mengenai kehendak Allah, tetapi adalah benar bahwa Allah menghendaki kehendak-Nya diketahui. Apa kehendak Allah bagi engkau dan saya? Yaitu supaya kita berdoa dan berdoa dengan tekun. Kalau saudara dan saya ingin dipakai oleh Allah, ini adalah latihan utama untuk kita bisa melayani Tuhan. Kita semua ingin hidup tidak sia-sia, bukan? Kita tidak ingin hidup di dalam kekacauan, bukan? Kita ingin hidup dalam keberhasilan menurut kehendak Allah. Dan hidup di dalam kehendak Allah adalah hidup yang dipakai oleh Penguasa kita, oleh Pencipta kita. Orang yang dipakai oleh Allah adalah orang yang dilatih untuk berdoa kepada Tuhan. Dan salah satu latihan doa yang tersulit adalah bicara berkenaan dengan ketekunan. Saudara-saudara, ketekunan adalah satu karakter yang sangat sulit dan tidak banyak orang memilikinya. Tetapi di dalam Firman, di dalam hal rohani, ketekunan adalah salah satu tanda kesejatian. Kalau saudara mempelajari 5 poin Calvinism, maka bagian yang ke-5 adalah bicara mengenai ketekunan orang-orang kudus. Karena ada Tuhan yang sejati, imannya pasti sampai akhir dan tidak akan gugur di tengah jalan, tekun adanya. Juga demikian dengan doa. Salah satu hal yang Tuhan bentuk di dalam diri kita untuk memiliki kerohanian yang sehat dan kuat adalah ketekunan. Kalau saudara-saudara melihat dalam Alkitab, banyak kasus para nabi, para rasul dan Tuhan Yesus sendiri, ketika mereka berdoa, tidak serta-merta mereka mendapatkan jawaban doanya. Terlihat jelas, ada kalanya Tuhan menunda jawaban mereka. Jika Nehemia sudah berdoa dengan benar, dengan frame of heart yang tepat, dengan struktur yang benar, dengan jalur Covenant, di atas janji Tuhan yang jelas dan particular, dengan tujuan yang suci, bukan untuk diri tapi untuk pekerjaan Tuhan, dan dengan motivasi yang tidak bercampur dengan nafsu, seluruhnya benar, seluruhnya rendah hati, seluruhnya suci, kenapa tidak langsung dijawab? Kenapa begitu lama dan harus menunggu 5 bulan?
Saudara, perhatikan satu prinsip Alkitab yang penting ini. Seorang Puritan, Richard Sibbes, mengatakan, “Tuhan memang berjanji untuk menjawab doa anak-anak-Nya, tetapi Dia merahasiakan waktu pelaksanaannya.” Sekali lagi, Tuhan memang berjanji untuk menjawab doa anak-anak-Nya, tetapi Dia merahasiakan waktu pelaksanaan-Nya. Waktu pelaksanaan-Nya ada dalam kedaulatan-Nya, dalam waktu-Nya Allah. Dan sampai waktu itu tiba, tugas kita adalah menunggu di dalam doa. Bukan saja menunggu, tetapi menunggu di dalam doa. Sekali lagi, ini adalah salah satu latihan rohani yang sulit. Kemarin istri saya bicara kepada saya, “Besok kamu akan khotbah apa?” Dan saya bicara dengan apa adanya, bukan dengan rendah hati. Saya mengatakan, “Saya besok akan berkhotbah suatu hal yang saya sendiri tidak kuasai.” Dan banyak sekali ketika saya berkhotbah saya tidak menguasainya, tapi kenapa saya berani untuk mengkhotbahkannya? Karena memang itu kehendak Allah bagi saudara dan bagi saya. Saudara, ini adalah salah satu latihan rohani yang sulit, tetapi hal ini dilatih oleh Tuhan agar kita menjadi pelayan-pelayan-Nya. Bahkan latihan ini lebih sulit dibanding saudara mengenal buku Systematic Theology, bahkan begitu rumit dibanding kita berpikir philosophical. Tetapi biarlah kita mengerti Tuhan akan melatih kita dan Dia akan melatih kita dalam banyak waktu dan dalam banyak peristiwa jikalau Dia memang mau memakai kita.
Pertanyaannya sekali lagi, mengapa Allah menunda jawaban doa? Kalau Tuhan menunda jawaban doa, tentu membuat kita berdoa lebih lama, bukan? Kenapa? Kenapa saya mesti berdoa lebih lama? Karena doa itu suatu latihan kerohanian yang sangat penting. Calvin mengatakan, “Prayer is chief exercise of faith.” Maka di sini kita melihat Allah melatih kualitas doa dan kuantitas doa. Beberapa waktu dan dalam seri-seri sebelumnya kita sudah bicara mengenai kualitas doa, konten doa, isi doa, struktur doa. Pada pagi hari ini kita bicara mengenai ketekunan, bicara mengenai quantitative.Richard Sibbes, seorang Puritan yang dikenal sebagai Heavenly Doctor, sekali lagi menyatakan, “Ada minimal 4 hal yang Allah latih ketika Allah menunda jawaban doa.” Apa saja yang Allah latih kepada diri kita ketika Dia menunda jawaban doa kita? Pada pagi hari ini, kita akan melihat keempat-empatnya.
Hal yang pertama, ketika Allah menunda jawaban doa saudara dan saya, Allah melatih kebergantungan kita kepada Dia, Allah melatih pengharapan kita kepada Dia saja. Saudara-saudara, hukum rohani berbeda dengan hukum alami. Hukum rohani juga berbeda dengan hukum akal. Ketika engkau bicara mengenai hukum akal, maka mengasah otak, mempertajam pikiran, itu adalah sesuatu yang penting. Tetapi hukum kerohanian itu adalah latihan bergantung kepada Tuhan. Kalau saudara-saudara mengatakan, orang ini imannya kuat, orang ini kuat rohaninya, apa artinya? Apakah itu artinya dia bisa membuat mujizat? Tidak. Yohanes Pembaptis pun tidak membuat mujizat. Apakah dia bisa berkhotbah? Tidak. Banyak orang dalam Alkitab yang kuat imannya dan sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk berkhotbah. Tetapi setiap kali Yesus mengatakan orang ini kuat imannya, orang ini besar imannya, itu artinya orang itu memiliki ketergantungan mutlak kepada Allah saja.
Sekali lagi, saya mau mengingatkan akan satu cerita yang sangat saya sukai. Yesus memuji seorang ibu, perempuan Sirofenesia. Apa pujian Yesus kepada perempuan ini di depan para murid-Nya? Dikatakan, “Hai ibu, besar imanmu.” Yesus tidak pernah mengatakan hal ini kepada Petrus, kepada Thomas dan kepada semua murid-murid-Nya. Malah sebaliknya, Dia mengatakan kepada seorang ibu yang gentile, perempuan Sirofenesia, yang sama sekali tidak punya posisi apa pun saja di dalam gereja. Dan sebagian besar orang Israel melihat orang gentile itu tidak lebih tinggi daripada seekor anjing. Ibu ini, dengan keadaan anaknya yang sakit, dia tahu Yesus datang ke rumah itu dan kemudian dia cepat bergegas pergi ke rumah itu, bertemu dengan Yesus dan ke-12 murid-Nya di sana. Dia melihat Yesus, dia berteriak, “Have mercy on me, the Son of David!” Yesus diam dan seluruh murid-Nya tidak menggubris. Tetapi ibu ini terus berseru, “The Son of David, have mercy on me!” Berkali-kali meskipun Yesus dan para murid tidak menggubris. Kita tahu semua di dalam Alkitab, suatu saat nanti Yesus akan menjawab ibu ini. Tetapi di titik itu, Yesus diam, tidak menjawab, menghindar dan men-delay jawaban doa. “The Son of David, have mercy on me! The Son of David, have mercy on me!” Dengan hati yang remuk, dengan air mata, dengan kegentaran. Dan Alkitab mengatakan murid-murid Yesus terganggu, kemudian bicara kepada Yesus di depan perempuan ini, “Tuhan, usir perempuan ini! Katakan dia suruh diam!”
Saudara perhatikan baik-baik, jitunya luar biasa orang Puritan. Dia mengatakan, “Jemaat, lihatlah! Bagaimana hambatan dari orang-orang lain malah membuat jalan untuk iman wanita ini bertumbuh. Hambatan dari orang-orang lain malah membuat iman wanita ini bertumbuh.” Apakah perempuan ini mengundurkan dirinya? Apakah perempuan ini sakit hati? Apakah perempuan ini diam? Tidak. Dia berteriak lebih lagi. Dia tidak mau mundur. Son of David, have mercy on me! Ini adalah ketekunan. Ini bukan ngotot untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi ini adalah iman yang bergantung mutlak kepada Yesus Kristus. Karena dia tahu, mati hidupnya detik ke depan tergantung dari belas kasihan Kristus kepada dia. Perempuan ini menghampiri Yesus dengan mental seorang pengemis yang memohon sedekah. Dia menghampiri Yesus bukan seperti seorang penagih hutang. Terlalu banyak orang sekarang tekun, tetapi sebenarnya adalah tidak suci. Dia melihat Allah dan kemudian mengklaim janji Allah seakan-akan Allah berhutang kepada dia. Ini adalah ketekunan di luar, tetapi sebenarnya sangat menjijikkan di hadapan Allah. Ketekunan yang kudus itu adalah lahir dari kesadaran diri tidak memiliki apa-apa dan bergantung sepenuhnya kepada Dia. Perempuan ini datang kepada Yesus dengan mental seorang pegemis yang memohon sedekah, bukan penagih hutang. Mental bergantung mutlak, berpengharapan hanya kepada Kristus saja. Dan demikianlah Nehemia. Nehemia berdoa berbulan-bulan meminta hal yang sama untuk dirinya dipakai oleh Allah, untuk pekerjaan Allah dinyatakan di tengah-tengah dunia dan Allah tidak dihina lagi oleh bangsa-bangsa. Kenapa Allah menunda dari jawaban doa? Adalah untuk melatih kebergantungan kita kepada Dia dan melatih pengharapan kita kepada Dia saja.
Hal yang ke-2, mengapa Allah menunda jawaban doa? Untuk membentuk kerendahan hati sejati dalam hidup kita. Saya menggunakan kata ‘kerendahan hati yang sejati’. Saya tidak menggunakan kata ‘kerendahan hati’ saja, karena kadang sering sekali kita merasa rendah hati, tetapi Allah tidak melihat kita rendah hati. Saudara-saudara, perhatikan bahwa Tuhan itu dekat dengan orang yang rendah hati dan remuk jiwanya, demikian kata Alkitab, maka bentukan Allah terhadap kerendahan hati itu adalah penting sekali dan ini bukan sekali untuk seterusnya. Bukan once off, tetapi terus menerus. Karena berkali-kali, naluri kita begitu dilepas, maka kita akan bangkit menjadi seorang yang sombong. Bagi anak-anak Tuhan, Allah dalam Kristus Yesus, dengan segala cara termasuk melalui providensia dan doa akan membentuk terus-menerus kerendahan hati dalam hidup kita. Kerendahan hati adalah kunci yang penting bergaul dengan Allah. Kalau saudara-saudara pernah mendengarkan khotbah Pak Tong, Pak Tong beberapa kali menyatakan, ‘yang mau understand God itu must stand under God.’ Kerendahan hati adalah bentukan yang penting. Tanpa kerendahan hati, kita tidak mungkin bisa berkenan kepada Tuhan. Tetapi masalahnya adalah kita semua, saudara dan saya tidak memilikinya secara alamiah. Bahkan ketika kita merasa rendah hati, sesungguhnya kita tidak memiliki kerendahan hati itu. Kita memiliki kerendahan hati, tapi sebenarnya palsu.
Di dalam doa akan terjadi banyak hal bentukan untuk kerendahan hati ini. Saya akan sebutkan 2 hal ini saja.Yang pertama, doa yang tidak dijawab membuat anak-anak Allah secara spontan, terus-menerus akan menyelidiki diri, mengintrospeksi diri, dan bertobat. Saudara berani untuk hidup dengan tetap gagah kalau saudara tidak dijawab oleh Tuhan berkali-kali? Ketika doa kita tidak dijawab, mau tidak mau kita akan menatap tembok dan setelah itu kita akan berpikir, kenapa tidak dijawab? Kenapa Tuhan diam? Di dalam Alkitab, ada perkataan: “Tuhan tidak akan menjawab orang-orang yang berdosa, yang tangan dan kakinya dan lidahnya itu berdosa.” Ketika Allah tidak menjawab doa kita, maka hati nurani kita mau tidak mau akan menyelidiki dirinya sendiri, karena Alkitab dengan jelas menyatakan Allah sama sekali tidak akan mendengar doa orang sombong. Tapi sebaliknya, Tuhan mengasihani orang yang rendah hati, maka mau tidak mau, self-introspection itu selalu akan terjadi dalam hidup kita, sehingga ketika doa kita tidak dijawab, dengan sendirinya kita akan meminta Tuhan membentuk kita kerendahan hati melalui pertobatan sampai kerendahan hati itu terbentuk, baru Tuhan akan menjawab doa kita. Tetapi saudara perhatikan satu kalimat di bawah ini, ketika kerendahan hati itu terbentuk, kita tidak akan menyadari bahwa kita rendah hati. Tidak ada orang rendah hati yang mengatakan, “Hei Samantha, saya sekarang rendah hati. Hei Pak Tomeo, sekarang saya rendah hati.” Tidak ada, saudara-saudara. Maka ketika kerendahan hati itu dibentuk oleh Allah dan itu sungguh-sungguh sejati yang dibentuk, kita tidak akan menyadarinya. Kemudian kita menyadari bahwa doa kita dikabulkan oleh Allah. Ketika itu dikabulkan membuat kita lebih rendah hati.
Hal yang kedua dalam case ini adalah makin kita berdoa dan jawaban itu tidak datang, kita makin menyadari bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Saudara-saudara, semakin kita menyadari bahwa kita tidak ada apa-apanya di mata kita sendiri, sampai kita menyadari tidak ada yang dapat kita andalkan dari diri kita sendiri dan kita tidak bisa mencari bantuan dari tempat lain kecuali Allah, maka teriakan Pemazmur itu menjadi teriakan kita, “Berapa lama lagi, ya Tuhan?” Baru di titik itu jawaban akan diberikan karena kita dilatih pada titik terendah dalam hidup. Saudara-saudara, ini adalah sesuatu yang penting kalau Tuhan mau merendahkan kita, biarkan Dia merendahkan kita. Banyak orang tidak mau untuk direndahkan oleh Allah sampai titik terendah. Kalau saudara dan saya mau menyadari Allah itu hidup, relakan hatimu sampai ke titik terendah. Jangan sekali-kali engkau mempertahankan apa pun saja dalam diri kamu sampai kita dibuat sedemikian rupa tidak berdaya, sampai kita menemukan hidup, pertolongan dan penghiburan hanya pada Allah saja. Mazmur 51:16 menyatakan, “Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”
Sekarang bagian ketiga Allah menunda jawaban doa. Apa yang Allah latih ketika Dia menunda jawaban doa? Yaitu membuat hati kita berkobar untuk mengejar Dia. Saudara-saudara, ini adalah suatu bentukan rohani yang luar biasa unik. Ini adalah suatu bentukan rohani yang saudara tidak akan dapatkan di orang beragama mana pun saja kecuali kepada anak-anak Allah. Anak Allah yang sejati ketika bergaul berinteraksi dengan Allah yang sejati, bukan bergaul dengan Allah yang dia pikirkan, tetapi Allah yang sejati yang memproses hidupnya. Maka ada aspek di mana ketika doa itu ditunda jawabannya, uniknya akan membuat hatinya makin berkobar untuk mengejar Allah. Makin ditunda, makin bergairah. Makin ditunda, makin berkobar. Dan terjadi di dalam doa tersebut adalah pengudusan emosi, pengudusan afeksi. Saudara-saudara, doa jika doa itu benar dari Roh Kudus, bukan suatu kalimat yang kosong. Bukan suatu kalimat yang kosong dengan hati yang biasa saja atau kerinduan yang flat saja, tetapi sebaliknya, anak Tuhan yang sejati bergaul dengan Allah yang sejati, makin berdoa, makin lama makin besar kerinduannya. Makin lama, berdoa makin kuat permintaannya. Saudara-saudara, kita membaca Nehemia, ini bukan doa yang diulang-ulang 5 bulan, tetapi doa ini ternyata masuk ke dalam setiap sendinya, masuk dalam sel-selnya, masuk di dalam DNA-nya, sampai ke luar dia benar-benar sedih wajahnya, sampai raja menegur dia. Saudara perhatikan, ada progress intensitas yang bertambah yang tidak dibuat-buat, tetapi yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Dengan penundaan ini jiwa akan makin kuat mengejar Allah. Kalau saudara melihat apa yang ada dalam Alkitab, maka anak-anak Allah dilatih dalam doa, dikobarkan hatinya untuk mengejar Allah. Samuel Ward mengatakan, “Ini adalah pengudusan dengan bertambahnya afeksi kepada puncaknya. Roh Kudus di dalam hati kita akan menyalakan hati kita, menumbuhkan seluruh afeksi-afeksi yang suci di dalam hati kita, dan mengarahkan seluruh hati kita menuju kepada sesuatu yang benar dan suci adanya.”
Saudara-saudara perhatikan, delapan sifat afeksi ini akan dibawa oleh Roh Kudus sampai ke puncaknya. Sekali lagi, 8 sifat afeksi ini akan dibawa oleh Roh Kudus sampai ke puncaknya, di dalam kebenaran dan kesucian. Pertama, adalah cinta. Ke-2 adalah kerinduan. Ke-3 adalah kesukaan. Ke-4 adalah kepercayaan. Ke-5 adalah pengharapan. Ke-6 adalah ketakutan. Ke-7 adalah kepedihan. Ke-8 adalah kebencian. Ini adalah 8 aspek afeksi yang dimiliki oleh kita. Dan di dalam doa, semakin doa itu dilatih oleh Allah dan salah satunya adalah doa itu di-delayed, ditunda jawabannya, uniknya di dalam waktu itu Roh Kudus akan bekerja menguduskan dan mengangkat afeksi ini sampai kepada puncaknya. Dan saudara akan menemukan orang-orang ini berteriak di dalam Alkitab, di dalam pengharapan: “Seperti rusa merindukan air, demikian jiwaku merindukan Engkau, ya Tuhan.” Di dalam sorrow, “Air mataku makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku di mana Allahmu?” Di dalam pengharapan, “Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu untuk selama-lamanya, biarlah aku berlindung di dalam naungan sayap-Mu.” Di dalam delight, “Biarlah peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku dan menjadi penasehat-penasehatku.” Di dalam cinta, “Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.” Di dalam benci, “Aku menjadi gusar terhadap orang fasik yang meninggalkan Taurat-Mu, aku membenci orang-orang yang membenci Engkau.” Di dalam takut, ”Badanku gemetar karena ketakutan terhadap Engkau, aku takut kepada penghukuman.”
Saudara, perhatikan baik-baik. Ketika Roh Kudus membentuk kita di dalam doa, dia akan menstimulir seluruh afeksi kita, sampai afeksi paling dalam di dalam hati kita diangkat oleh Dia, dikuduskan dan kemudian dibuat untuk menjadi benar di dalam arah. Ketika saudara melihat orang-orang yang tidak dijawab oleh Tuhan, saudara-saudara akan menemukan kegairahannya membesar karena ketidakjawaban doa tersebut. Elisa dengan kegeramannya menatap langit dan mengatakan, “Di mana Allahnya Elia?” Sama seperti John Knox ketika memandang Scotlandia, dia menantang langit dengan mengatakan, “Tuhan, berikan aku Scotlandia atau Engkau matikan saja aku!” Kenapa dia bisa berteriak seperti itu? Karena doanya tidak dijawab. Kalau saudara membaca Nehemia, saudara pikir, “Oh, dia cuma bicara lagi, bicara lagi.” Tidak. Makin hari dia makin beban. Makin hari makin hancur hati. Makin hari dia makin terus berdoa dengan air mata dan seluruh afeksinya sampai ke puncak. Tetapi saudara-saudara, dia bukan afeksi di dalam pengertian emosi yang dangkal. Dan ketika bicara mengenai afeksi, bukan juga dengan dia dikuasai oleh emosi dan kemudian dia meraung-raung. Tetapi saudara perhatikan bahwa di dalam afeksi yang suci dan terarah dengan benar itu, dia mendoakan secara tepat, secara teologia. Saudara lihat bentukan Allah membuat orang ini menjadi orang yang hebat, orang yang mahir dan orang yang hormat. Orang yang ditunda jawaban doanya hatinya akan memiliki gairah yang besar untuk memegang Allah dan tidak akan melepaskannya sampai Allah memberikan berkat. Saudara perhatikan teriakan Elisa, teriakan John Knox, pegangan Yakub dan doa Nehemia. Bukan urusan sama kekayaanku, bukan urusan sama penyakitku, bukan urusan sama masa depanku, tapi kehormatan Allah dan pekerjaan Allah di muka bumi ini.
Terakhir hal yang ke-4, penundaan jawaban akan mengajar kita akan harga jawaban doa. Saudara, ini penting sekali: value, harga jawaban doa. Karena jawaban doa itu adalah anugerah, maka harga anugerah. Saudara, kita sering sekali berdosa di hadapan Tuhan bahkan hari ini pun kita sering sekali mungkin bahkan sedang melakukan dosa di hadapan Tuhan. Apakah kita melakukan perzinahan? Mungkin tidak. Apakah kita melakukan pembunuhan? Mungkin tidak. Apakah kita mencuri uang orang lain? Mungkin tidak. Tetapi Pak Agus mengapa engkau mengatakan kita sedang berdosa? Karena kita tidak menghargai anugerah yang Tuhan berikan saat ini, detik ini. Kalau Tuhan menunda jawaban doa, bukan Tuhan mau jual mahal, tetapi Tuhan mau mendidik kita harga anugerah kepada umat-Nya, orang-orang yang sering sekali tidak mengetahui nilai anugerah. Allah itu besar. Allah itu mulia. Apa pun yang dari tangan-Nya kepada kita dalam kebaikan-Nya dalam Kristus, itu adalah anugerah yang besar. Kita sering sekali mengabaikan anugerah ini, tidak mengerti nilainya, membuangnya dan menghinanya, sampai anugerah itu hilang baru kita menyadari itu anugerah. Tuhan mendidik kita untuk men-delayed jawaban doa karena Dia tahu di dalam hati kita, yang mudah didapat kita langsung tidak peduli dengan harganya dan yang sulit kita dapat itu mahal harganya. Untuk mengaitkan hati kita sampai mati kita menghargai anugerah, Dia men-delayed doa.
Kita pikir tarikan nafas kita pada saat ini adalah hal yang murah, padahal mahal. Tetapi pelajaran ini terus-menerus tersembunyi bukan, sampai kita hampir mati. Beberapa waktu yang lalu di group senior ada orang yang memberikan cuplikan video dan itu sesuatu yang baik. Pasti saudara-saudara yang senior mengingat hal ini. Ada seorang tua berumur 93 tahun masuk ke dalam Rumah Sakit dan diberikan ventilator. Setelah membaik dia kemudian mau pulang. Dia kemudian disodorkan kuitansi untuk membayar ventilator satu hari dan ketika melihat kuitansi itu, dia (orang tua) itu menangis. Dokter kemudian menasehatinya untuk tidak menangis karena membayar kuitansi ventilator ini, tetapi orang ini berkata, “Aku menangis bukan karena kuitansi ini, saya bisa membayarnya. Saya menangis karena saya sudah menghirup udara pemberian Tuhan ini selama 93 tahun, tetapi saya tidak pernah membayar sesen pun, sementara ventilator sehari saya harus membayar 5000 Euro. Kamu tahu berapa hutang yang saya harus bayar kepada Tuhan, sementara selama ini saya tidak pernah bersyukur sama sekali kepada-Nya.”
Lihatlah, apa yang ada di sekitar kita, suamimu, isterimu, pekerjaanmu, kesehatanmu, udara, seluruh anggota sel tubuhmu adalah seluruhnya anugerah. Dan bahkan anugerah yang begitu jelas itu tidak pernah kita menghargainya. Kita memandangnya rendah, tidak ada nilainya. Kita berpikir take it for granted, harusnya seperti itu. Apa jadinya jikalau Tuhan tidak menunda jawaban doa kita? Kita menjadi orang yang paling kurang ajar di muka bumi ini. Kita tidak menghargai apa pun saja. Kenapa Tuhan menunda jawaban doa? Supaya kita tahu anugerah itu. Anugerah itu mahal, membuat kita tidak main-main dan menghargai anugerah itu, dan menghargai Sang Pemberi Anugerah. Biarlah kita boleh bertekun. Biarlah kita boleh belajar bertekun. Dan jikalau hari ini engkau menginginkan sesuatu dan engkau berdoa dan hari ini jawaban doa masih belum datang, biarlah kita menyadari kita sedang dilatih oleh Tuhan.
Tetapi sebelum saya menutup khotbah hari ini, saya mau saudara-saudara melihat satu janji Tuhan bagi kita yang keluar dari isi hati-Nya sendiri. Yesaya pasal 45:19b, “Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia!” Ini adalah Firman bagi saudara dan saya pagi ini. Mari kita bacakan sama-sama janji Tuhan! Bertekunlah. Janganlah menunggu, tetapi menunggu di dalam doa dan minta Tuhan mengajarkan hal-hal rohani ini di dalam hidup kita. Dan Dia yang menunda jawaban doa, Dia pulalah yang mengatakan, “Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia!” Kiranya kasihan Tuhan menyertai kita.
GRII Sydney
GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more