26 March 2023
Bentukan Allah kepada Pelayan-Nya (10)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:1-4; Nehemia 2:1

Nehemia 1:1-4; Nehemia 2:1

Minggu yang lalu kita sudah menyelesaikan struktur doa yang Nehemia panjatkan. Adoration, Confession of Faith, Thanksgiving dan Supplication. Saudara-saudara, Nehemia sudah berdoa dengan tepat. Dia memiliki frame of heart, yang remuk hati. Di dalam jalur Covenant dia berdoa. Dia berdoa dengan teologia yang benar. Dia berdoa dengan struktur doa yang benar seturut dengan Firman. Tetapi kenapa Tuhan tidak segera menjawabnya? Kenapa Tuhan baru menjawab setelah dia berdoa 4 atau 5 bulan? Kenapa Tuhan tidak menjawab Nehemia dengan satu kali berdoa karena seluruhnya sudah benar? Atau satu minggu berdoa? Kenapa harus selama itu? Dan sesungguhnya Nehemia tidak memiliki kepastian kapan doanya dijawab. Saudara-saudara, ini yang akan kita pikirkan pada pagi hari ini.

Kita masuk dalam satu topik berkenaan dengan doa yang sangat penting, yaitu ketekunan dalam doa. Saudara-saudara, inilah kehendak Allah. Saya takut sekali ketika berbicara hal ini. Saya takut sekali ketika mengatakan hal ini. Allah adalah yang Maha Besar. Dan di bawah Allah kehendak Allahlah itu yang Maha Besar. Kita tidak boleh sembarangan berbicara mengenai kehendak Allah, tetapi adalah benar bahwa Allah menghendaki kehendak-Nya diketahui. Apa kehendak Allah bagi engkau dan saya? Yaitu supaya kita berdoa dan berdoa dengan tekun. Kalau saudara dan saya ingin dipakai oleh Allah, ini adalah latihan utama untuk kita bisa melayani Tuhan. Kita semua ingin hidup tidak sia-sia, bukan? Kita tidak ingin hidup di dalam kekacauan, bukan? Kita ingin hidup dalam keberhasilan menurut kehendak Allah. Dan hidup di dalam kehendak Allah adalah hidup yang dipakai oleh Penguasa kita, oleh Pencipta kita. Orang yang dipakai oleh Allah adalah orang yang dilatih untuk berdoa kepada Tuhan. Dan salah satu latihan doa yang tersulit adalah bicara berkenaan dengan ketekunan. Saudara-saudara, ketekunan adalah satu karakter yang sangat sulit dan tidak banyak orang memilikinya. Tetapi di dalam Firman, di dalam hal rohani, ketekunan adalah salah satu tanda kesejatian. Kalau saudara mempelajari 5 poin Calvinism, maka bagian yang ke-5 adalah bicara mengenai ketekunan orang-orang kudus. Karena ada Tuhan yang sejati, imannya pasti sampai akhir dan tidak akan gugur di tengah jalan, tekun adanya. Juga demikian dengan doa. Salah satu hal yang Tuhan bentuk di dalam diri kita untuk memiliki kerohanian yang sehat dan kuat adalah ketekunan. Kalau saudara-saudara melihat dalam Alkitab, banyak kasus para nabi, para rasul dan Tuhan Yesus sendiri, ketika mereka berdoa, tidak serta-merta mereka mendapatkan jawaban doanya. Terlihat jelas, ada kalanya Tuhan menunda jawaban mereka. Jika Nehemia sudah berdoa dengan benar, dengan frame of heart yang tepat, dengan struktur yang benar, dengan jalur Covenant, di atas janji Tuhan yang jelas dan particular, dengan tujuan yang suci, bukan untuk diri tapi untuk pekerjaan Tuhan, dan dengan motivasi yang tidak bercampur dengan nafsu, seluruhnya benar, seluruhnya rendah hati, seluruhnya suci, kenapa tidak langsung dijawab? Kenapa begitu lama dan harus menunggu 5 bulan?

Saudara, perhatikan satu prinsip Alkitab yang penting ini. Seorang Puritan, Richard Sibbes, mengatakan, “Tuhan memang berjanji untuk menjawab doa anak-anak-Nya, tetapi Dia merahasiakan waktu pelaksanaannya.” Sekali lagi, Tuhan memang berjanji untuk menjawab doa anak-anak-Nya, tetapi Dia merahasiakan waktu pelaksanaan-Nya. Waktu pelaksanaan-Nya ada dalam kedaulatan-Nya, dalam waktu-Nya Allah. Dan sampai waktu itu tiba, tugas kita adalah menunggu di dalam doa. Bukan saja menunggu, tetapi menunggu di dalam doa. Sekali lagi, ini adalah salah satu latihan rohani yang sulit. Kemarin istri saya bicara kepada saya, “Besok kamu akan khotbah apa?” Dan saya bicara dengan apa adanya, bukan dengan rendah hati. Saya mengatakan, “Saya besok akan berkhotbah suatu hal yang saya sendiri tidak kuasai.” Dan banyak sekali ketika saya berkhotbah saya tidak menguasainya, tapi kenapa saya berani untuk mengkhotbahkannya? Karena memang itu kehendak Allah bagi saudara dan bagi saya. Saudara, ini adalah salah satu latihan rohani yang sulit, tetapi hal ini dilatih oleh Tuhan agar kita menjadi pelayan-pelayan-Nya. Bahkan latihan ini lebih sulit dibanding saudara mengenal buku Systematic Theology, bahkan begitu rumit dibanding kita berpikir philosophical. Tetapi biarlah kita mengerti Tuhan akan melatih kita dan Dia akan melatih kita dalam banyak waktu dan dalam banyak peristiwa jikalau Dia memang mau memakai kita.

Pertanyaannya sekali lagi, mengapa Allah menunda jawaban doa? Kalau Tuhan menunda jawaban doa, tentu membuat kita berdoa lebih lama, bukan? Kenapa? Kenapa saya mesti berdoa lebih lama? Karena doa itu suatu latihan kerohanian yang sangat penting. Calvin mengatakan, “Prayer is chief exercise of faith.” Maka di sini kita melihat Allah melatih kualitas doa dan kuantitas doa. Beberapa waktu dan dalam seri-seri sebelumnya kita sudah bicara mengenai kualitas doa, konten doa, isi doa, struktur doa. Pada pagi hari ini kita bicara mengenai ketekunan, bicara mengenai quantitative.Richard Sibbes, seorang Puritan yang dikenal sebagai Heavenly Doctor, sekali lagi menyatakan, “Ada minimal 4 hal yang Allah latih ketika Allah menunda jawaban doa.” Apa saja yang Allah latih kepada diri kita ketika Dia menunda jawaban doa kita? Pada pagi hari ini, kita akan melihat keempat-empatnya.

Hal yang pertama, ketika Allah menunda jawaban doa saudara dan saya, Allah melatih kebergantungan kita kepada Dia, Allah melatih pengharapan kita kepada Dia saja. Saudara-saudara, hukum rohani berbeda dengan hukum alami. Hukum rohani juga berbeda dengan hukum akal. Ketika engkau bicara mengenai hukum akal, maka mengasah otak, mempertajam pikiran, itu adalah sesuatu yang penting. Tetapi hukum kerohanian itu adalah latihan bergantung kepada Tuhan. Kalau saudara-saudara mengatakan, orang ini imannya kuat, orang ini kuat rohaninya, apa artinya? Apakah itu artinya dia bisa membuat mujizat? Tidak. Yohanes Pembaptis pun tidak membuat mujizat. Apakah dia bisa berkhotbah? Tidak. Banyak orang dalam Alkitab yang kuat imannya dan sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk berkhotbah. Tetapi setiap kali Yesus mengatakan orang ini kuat imannya, orang ini besar imannya, itu artinya orang itu memiliki ketergantungan mutlak kepada Allah saja.

Sekali lagi, saya mau mengingatkan akan satu cerita yang sangat saya sukai. Yesus memuji seorang ibu, perempuan Sirofenesia. Apa pujian Yesus kepada perempuan ini di depan para murid-Nya? Dikatakan, “Hai ibu, besar imanmu.” Yesus tidak pernah mengatakan hal ini kepada Petrus, kepada Thomas dan kepada semua murid-murid-Nya. Malah sebaliknya, Dia mengatakan kepada seorang ibu yang gentile, perempuan Sirofenesia, yang sama sekali tidak punya posisi apa pun saja di dalam gereja. Dan sebagian besar orang Israel melihat orang gentile itu tidak lebih tinggi daripada seekor anjing. Ibu ini, dengan keadaan anaknya yang sakit, dia tahu Yesus datang ke rumah itu dan kemudian dia cepat bergegas pergi ke rumah itu, bertemu dengan Yesus dan ke-12 murid-Nya di sana. Dia melihat Yesus, dia berteriak, “Have mercy on me, the Son of David!” Yesus diam dan seluruh murid-Nya tidak menggubris. Tetapi ibu ini terus berseru, “The Son of David, have mercy on me!” Berkali-kali meskipun Yesus dan para murid tidak menggubris. Kita tahu semua di dalam Alkitab, suatu saat nanti Yesus akan menjawab ibu ini. Tetapi di titik itu, Yesus diam, tidak menjawab, menghindar dan men-delay jawaban doa. “The Son of David, have mercy on me! The Son of David, have mercy on me!” Dengan hati yang remuk, dengan air mata, dengan kegentaran. Dan Alkitab mengatakan murid-murid Yesus terganggu, kemudian bicara kepada Yesus di depan perempuan ini, “Tuhan, usir perempuan ini! Katakan dia suruh diam!”

Saudara perhatikan baik-baik, jitunya luar biasa orang Puritan. Dia mengatakan, “Jemaat, lihatlah! Bagaimana hambatan dari orang-orang lain malah membuat jalan untuk iman wanita ini bertumbuh. Hambatan dari orang-orang lain malah membuat iman wanita ini bertumbuh.” Apakah perempuan ini mengundurkan dirinya? Apakah perempuan ini sakit hati? Apakah perempuan ini diam? Tidak. Dia berteriak lebih lagi. Dia tidak mau mundur. Son of David, have mercy on me! Ini adalah ketekunan. Ini bukan ngotot untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi ini adalah iman yang bergantung mutlak kepada Yesus Kristus. Karena dia tahu, mati hidupnya detik ke depan tergantung dari belas kasihan Kristus kepada dia. Perempuan ini menghampiri Yesus dengan mental seorang pengemis yang memohon sedekah. Dia menghampiri Yesus bukan seperti seorang penagih hutang. Terlalu banyak orang sekarang tekun, tetapi sebenarnya adalah tidak suci. Dia melihat Allah dan kemudian mengklaim janji Allah seakan-akan Allah berhutang kepada dia. Ini adalah ketekunan di luar, tetapi sebenarnya sangat menjijikkan di hadapan Allah. Ketekunan yang kudus itu adalah lahir dari kesadaran diri tidak memiliki apa-apa dan bergantung sepenuhnya kepada Dia. Perempuan ini datang kepada Yesus dengan mental seorang pegemis yang memohon sedekah, bukan penagih hutang. Mental bergantung mutlak, berpengharapan hanya kepada Kristus saja. Dan demikianlah Nehemia. Nehemia berdoa berbulan-bulan meminta hal yang sama untuk dirinya dipakai oleh Allah, untuk pekerjaan Allah dinyatakan di tengah-tengah dunia dan Allah tidak dihina lagi oleh bangsa-bangsa. Kenapa Allah menunda dari jawaban doa? Adalah untuk melatih kebergantungan kita kepada Dia dan melatih pengharapan kita kepada Dia saja.

Hal yang ke-2, mengapa Allah menunda jawaban doa? Untuk membentuk kerendahan hati sejati dalam hidup kita. Saya menggunakan kata ‘kerendahan hati yang sejati’. Saya tidak menggunakan kata ‘kerendahan hati’ saja, karena kadang sering sekali kita merasa rendah hati, tetapi Allah tidak melihat kita rendah hati. Saudara-saudara, perhatikan bahwa Tuhan itu dekat dengan orang yang rendah hati dan remuk jiwanya, demikian kata Alkitab, maka bentukan Allah terhadap kerendahan hati itu adalah penting sekali dan ini bukan sekali untuk seterusnya. Bukan once off, tetapi terus menerus. Karena berkali-kali, naluri kita begitu dilepas, maka kita akan bangkit menjadi seorang yang sombong. Bagi anak-anak Tuhan, Allah dalam Kristus Yesus, dengan segala cara termasuk melalui providensia dan doa akan membentuk terus-menerus kerendahan hati dalam hidup kita. Kerendahan hati adalah kunci yang penting bergaul dengan Allah. Kalau saudara-saudara pernah mendengarkan khotbah Pak Tong, Pak Tong beberapa kali menyatakan, ‘yang mau understand God itu must stand under God.’ Kerendahan hati adalah bentukan yang penting. Tanpa kerendahan hati, kita tidak mungkin bisa berkenan kepada Tuhan. Tetapi masalahnya adalah kita semua, saudara dan saya tidak memilikinya secara alamiah. Bahkan ketika kita merasa rendah hati, sesungguhnya kita tidak memiliki kerendahan hati itu. Kita memiliki kerendahan hati, tapi sebenarnya palsu.

Di dalam doa akan terjadi banyak hal bentukan untuk kerendahan hati ini. Saya akan sebutkan 2 hal ini saja.Yang pertama, doa yang tidak dijawab membuat anak-anak Allah secara spontan, terus-menerus akan menyelidiki diri, mengintrospeksi diri, dan bertobat. Saudara berani untuk hidup dengan tetap gagah kalau saudara tidak dijawab oleh Tuhan berkali-kali? Ketika doa kita tidak dijawab, mau tidak mau kita akan menatap tembok dan setelah itu kita akan berpikir, kenapa tidak dijawab? Kenapa Tuhan diam? Di dalam Alkitab, ada perkataan: “Tuhan tidak akan menjawab orang-orang yang berdosa, yang tangan dan kakinya dan lidahnya itu berdosa.” Ketika Allah tidak menjawab doa kita, maka hati nurani kita mau tidak mau akan menyelidiki dirinya sendiri, karena Alkitab dengan jelas menyatakan Allah sama sekali tidak akan mendengar doa orang sombong. Tapi sebaliknya, Tuhan mengasihani orang yang rendah hati, maka mau tidak mau, self-introspection itu selalu akan terjadi dalam hidup kita, sehingga ketika doa kita tidak dijawab, dengan sendirinya kita akan meminta Tuhan membentuk kita kerendahan hati melalui pertobatan sampai kerendahan hati itu terbentuk, baru Tuhan akan menjawab doa kita. Tetapi saudara perhatikan satu kalimat di bawah ini, ketika kerendahan hati itu terbentuk, kita tidak akan menyadari bahwa kita rendah hati. Tidak ada orang rendah hati yang mengatakan, “Hei Samantha, saya sekarang rendah hati. Hei Pak Tomeo, sekarang saya rendah hati.” Tidak ada, saudara-saudara. Maka ketika kerendahan hati itu dibentuk oleh Allah dan itu sungguh-sungguh sejati yang dibentuk, kita tidak akan menyadarinya. Kemudian kita menyadari bahwa doa kita dikabulkan oleh Allah. Ketika itu dikabulkan membuat kita lebih rendah hati.

Hal yang kedua dalam case ini adalah makin kita berdoa dan jawaban itu tidak datang, kita makin menyadari bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Saudara-saudara, semakin kita menyadari bahwa kita tidak ada apa-apanya di mata kita sendiri, sampai kita menyadari tidak ada yang dapat kita andalkan dari diri kita sendiri dan kita tidak bisa mencari bantuan dari tempat lain kecuali Allah, maka teriakan Pemazmur itu menjadi teriakan kita, “Berapa lama lagi, ya Tuhan?” Baru di titik itu jawaban akan diberikan karena kita dilatih pada titik terendah dalam hidup. Saudara-saudara, ini adalah sesuatu yang penting kalau Tuhan mau merendahkan kita, biarkan Dia merendahkan kita. Banyak orang tidak mau untuk direndahkan oleh Allah sampai titik terendah. Kalau saudara dan saya mau menyadari Allah itu hidup, relakan hatimu sampai ke titik terendah. Jangan sekali-kali engkau mempertahankan apa pun saja dalam diri kamu sampai kita dibuat sedemikian rupa tidak berdaya, sampai kita menemukan hidup, pertolongan dan penghiburan hanya pada Allah saja. Mazmur 51:16 menyatakan, “Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”

Sekarang bagian ketiga Allah menunda jawaban doa. Apa yang Allah latih ketika Dia menunda jawaban doa? Yaitu membuat hati kita berkobar untuk mengejar Dia. Saudara-saudara, ini adalah suatu bentukan rohani yang luar biasa unik. Ini adalah suatu bentukan rohani yang saudara tidak akan dapatkan di orang beragama mana pun saja kecuali kepada anak-anak Allah. Anak Allah yang sejati ketika bergaul berinteraksi dengan Allah yang sejati, bukan bergaul dengan Allah yang dia pikirkan, tetapi Allah yang sejati yang memproses hidupnya. Maka ada aspek di mana ketika doa itu ditunda jawabannya, uniknya akan membuat hatinya makin berkobar untuk mengejar Allah. Makin ditunda, makin bergairah. Makin ditunda, makin berkobar. Dan terjadi di dalam doa tersebut adalah pengudusan emosi, pengudusan afeksi. Saudara-saudara, doa jika doa itu benar dari Roh Kudus, bukan suatu kalimat yang kosong. Bukan suatu kalimat yang kosong dengan hati yang biasa saja atau kerinduan yang flat saja, tetapi sebaliknya, anak Tuhan yang sejati bergaul dengan Allah yang sejati, makin berdoa, makin lama makin besar kerinduannya. Makin lama, berdoa makin kuat permintaannya. Saudara-saudara, kita membaca Nehemia, ini bukan doa yang diulang-ulang 5 bulan, tetapi doa ini ternyata masuk ke dalam setiap sendinya, masuk dalam sel-selnya, masuk di dalam DNA-nya, sampai ke luar dia benar-benar sedih wajahnya, sampai raja menegur dia. Saudara perhatikan, ada progress intensitas yang bertambah yang tidak dibuat-buat, tetapi yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Dengan penundaan ini jiwa akan makin kuat mengejar Allah. Kalau saudara melihat apa yang ada dalam Alkitab, maka anak-anak Allah dilatih dalam doa, dikobarkan hatinya untuk mengejar Allah. Samuel Ward mengatakan, “Ini adalah pengudusan dengan bertambahnya afeksi kepada puncaknya. Roh Kudus di dalam hati kita akan menyalakan hati kita, menumbuhkan seluruh afeksi-afeksi yang suci di dalam hati kita, dan mengarahkan seluruh hati kita menuju kepada sesuatu yang benar dan suci adanya.”

Saudara-saudara perhatikan, delapan sifat afeksi ini akan dibawa oleh Roh Kudus sampai ke puncaknya. Sekali lagi, 8 sifat afeksi ini akan dibawa oleh Roh Kudus sampai ke puncaknya, di dalam kebenaran dan kesucian. Pertama, adalah cinta. Ke-2 adalah kerinduan. Ke-3 adalah kesukaan. Ke-4 adalah kepercayaan. Ke-5 adalah pengharapan. Ke-6 adalah ketakutan. Ke-7 adalah kepedihan. Ke-8 adalah kebencian. Ini adalah 8 aspek afeksi yang dimiliki oleh kita. Dan di dalam doa, semakin doa itu dilatih oleh Allah dan salah satunya adalah doa itu di-delayed, ditunda jawabannya, uniknya di dalam waktu itu Roh Kudus akan bekerja menguduskan dan mengangkat afeksi ini sampai kepada puncaknya. Dan saudara akan menemukan orang-orang ini berteriak di dalam Alkitab, di dalam pengharapan: “Seperti rusa merindukan air, demikian jiwaku merindukan Engkau, ya Tuhan.” Di dalam sorrow, “Air mataku makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku di mana Allahmu?” Di dalam pengharapan, “Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu untuk selama-lamanya, biarlah aku berlindung di dalam naungan sayap-Mu.” Di dalam delight, “Biarlah peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku dan menjadi penasehat-penasehatku.” Di dalam cinta, “Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.” Di dalam benci, “Aku menjadi gusar terhadap orang fasik yang meninggalkan Taurat-Mu, aku membenci orang-orang yang membenci Engkau.” Di dalam takut, ”Badanku gemetar karena ketakutan terhadap Engkau, aku takut kepada penghukuman.”

Saudara, perhatikan baik-baik. Ketika Roh Kudus membentuk kita di dalam doa, dia akan menstimulir seluruh afeksi kita, sampai afeksi paling dalam di dalam hati kita diangkat oleh Dia, dikuduskan dan kemudian dibuat untuk menjadi benar di dalam arah. Ketika saudara melihat orang-orang yang tidak dijawab oleh Tuhan, saudara-saudara akan menemukan kegairahannya membesar karena ketidakjawaban doa tersebut. Elisa dengan kegeramannya menatap langit dan mengatakan, “Di mana Allahnya Elia?” Sama seperti John Knox ketika memandang Scotlandia, dia menantang langit dengan mengatakan, “Tuhan, berikan aku Scotlandia atau Engkau matikan saja aku!” Kenapa dia bisa berteriak seperti itu? Karena doanya tidak dijawab. Kalau saudara membaca Nehemia, saudara pikir, “Oh, dia cuma bicara lagi, bicara lagi.” Tidak. Makin hari dia makin beban. Makin hari makin hancur hati. Makin hari dia makin terus berdoa dengan air mata dan seluruh afeksinya sampai ke puncak. Tetapi saudara-saudara, dia bukan afeksi di dalam pengertian emosi yang dangkal. Dan ketika bicara mengenai afeksi, bukan juga dengan dia dikuasai oleh emosi dan kemudian dia meraung-raung. Tetapi saudara perhatikan bahwa di dalam afeksi yang suci dan terarah dengan benar itu, dia mendoakan secara tepat, secara teologia. Saudara lihat bentukan Allah membuat orang ini menjadi orang yang hebat, orang yang mahir dan orang yang hormat. Orang yang ditunda jawaban doanya hatinya akan memiliki gairah yang besar untuk memegang Allah dan tidak akan melepaskannya sampai Allah memberikan berkat. Saudara perhatikan teriakan Elisa, teriakan John Knox, pegangan Yakub dan doa Nehemia. Bukan urusan sama kekayaanku, bukan urusan sama penyakitku, bukan urusan sama masa depanku, tapi kehormatan Allah dan pekerjaan Allah di muka bumi ini.

Terakhir hal yang ke-4, penundaan jawaban akan mengajar kita akan harga jawaban doa. Saudara, ini penting sekali: value, harga jawaban doa. Karena jawaban doa itu adalah anugerah, maka harga anugerah. Saudara, kita sering sekali berdosa di hadapan Tuhan bahkan hari ini pun kita sering sekali mungkin bahkan sedang melakukan dosa di hadapan Tuhan. Apakah kita melakukan perzinahan? Mungkin tidak. Apakah kita melakukan pembunuhan? Mungkin tidak. Apakah kita mencuri uang orang lain? Mungkin tidak. Tetapi Pak Agus mengapa engkau mengatakan kita sedang berdosa? Karena kita tidak menghargai anugerah yang Tuhan berikan saat ini, detik ini. Kalau Tuhan menunda jawaban doa, bukan Tuhan mau jual mahal, tetapi Tuhan mau mendidik kita harga anugerah kepada umat-Nya, orang-orang yang sering sekali tidak mengetahui nilai anugerah. Allah itu besar. Allah itu mulia. Apa pun yang dari tangan-Nya kepada kita dalam kebaikan-Nya dalam Kristus, itu adalah anugerah yang besar. Kita sering sekali mengabaikan anugerah ini, tidak mengerti nilainya, membuangnya dan menghinanya, sampai anugerah itu hilang baru kita menyadari itu anugerah. Tuhan mendidik kita untuk men-delayed jawaban doa karena Dia tahu di dalam hati kita, yang mudah didapat kita langsung tidak peduli dengan harganya dan yang sulit kita dapat itu mahal harganya. Untuk mengaitkan hati kita sampai mati kita menghargai anugerah, Dia men-delayed doa.

Kita pikir tarikan nafas kita pada saat ini adalah hal yang murah, padahal mahal. Tetapi pelajaran ini terus-menerus tersembunyi bukan, sampai kita hampir mati. Beberapa waktu yang lalu di group senior ada orang yang memberikan cuplikan video dan itu sesuatu yang baik. Pasti saudara-saudara yang senior mengingat hal ini. Ada seorang tua berumur 93 tahun masuk ke dalam Rumah Sakit dan diberikan ventilator. Setelah membaik dia kemudian mau pulang. Dia kemudian disodorkan kuitansi untuk membayar ventilator satu hari dan ketika melihat kuitansi itu, dia (orang tua) itu menangis. Dokter kemudian menasehatinya untuk tidak menangis karena membayar kuitansi ventilator ini, tetapi orang ini berkata, “Aku menangis bukan karena kuitansi ini, saya bisa membayarnya. Saya menangis karena saya sudah menghirup udara pemberian Tuhan ini selama 93 tahun, tetapi saya tidak pernah membayar sesen pun, sementara ventilator sehari saya harus membayar 5000 Euro. Kamu tahu berapa hutang yang saya harus bayar kepada Tuhan, sementara selama ini saya tidak pernah bersyukur sama sekali kepada-Nya.”

Lihatlah, apa yang ada di sekitar kita, suamimu, isterimu, pekerjaanmu, kesehatanmu, udara, seluruh anggota sel tubuhmu adalah seluruhnya anugerah. Dan bahkan anugerah yang begitu jelas itu tidak pernah kita menghargainya. Kita memandangnya rendah, tidak ada nilainya. Kita berpikir take it for granted, harusnya seperti itu. Apa jadinya jikalau Tuhan tidak menunda jawaban doa kita? Kita menjadi orang yang paling kurang ajar di muka bumi ini. Kita tidak menghargai apa pun saja. Kenapa Tuhan menunda jawaban doa? Supaya kita tahu anugerah itu. Anugerah itu mahal, membuat kita tidak main-main dan menghargai anugerah itu, dan menghargai Sang Pemberi Anugerah. Biarlah kita boleh bertekun. Biarlah kita boleh belajar bertekun. Dan jikalau hari ini engkau menginginkan sesuatu dan engkau berdoa dan hari ini jawaban doa masih belum datang, biarlah kita menyadari kita sedang dilatih oleh Tuhan.

Tetapi sebelum saya menutup khotbah hari ini, saya mau saudara-saudara melihat satu janji Tuhan bagi kita yang keluar dari isi hati-Nya sendiri. Yesaya pasal 45:19b, “Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia!” Ini adalah Firman bagi saudara dan saya pagi ini. Mari kita bacakan sama-sama janji Tuhan! Bertekunlah. Janganlah menunggu, tetapi menunggu di dalam doa dan minta Tuhan mengajarkan hal-hal rohani ini di dalam hidup kita. Dan Dia yang menunda jawaban doa, Dia pulalah yang mengatakan, “Tidak pernah Aku menyuruh keturunan Yakub untuk mencari Aku dengan sia-sia!” Kiranya kasihan Tuhan menyertai kita.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

19 March 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (9)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:4-7

Nehemia 1:4-7

Kita sudah sampai kepada pembahasan seri yang ke-9 dari Nehemia ini. Setiap kali saya menghadap Firman seakan-akan saya berpikir saya sudah tahu apa yang menjadi isinya. Kalau saya berlaku sombong dan saya membaca, saya pikir satu kali saja saya sudah mengerti. Tetapi kalau saya menaati Tuhan dan belajar untuk merendahkan hati saya di hadapan Tuhan dan saya memperhatikan Firman, saya sangat-sangat terpesona. Karena saya makin lama makin menyadari Firman itu begitu limpah dan begitu dalam. Sungguh, Firman itu seperti mata air yang tidak pernah kering. Saudara tidak akan menemukan batasannya di bawah. Makan digali, makin dalam. Makin digali, saudara akan mendapatkan permata yang makin limpah. Kalau saudara mengejar emas, saudara akan menemukan emas tidak di atas, tetapi mulai di bawah. Ketekunan saudara akan menemukan emas. Tetapi ketika saudara menemukan, dan semakin banyak menemukan sampai titik tertentu, emas dalam tambang akan habis. Tetapi tidak pernah akan terjadi untuk Firman. Semakin kita menambangnya, semakin saudara menggali, saudara akan mendapatkan lebih banyak emas di dalamnya. Firman itu sangat-sangat mengagumkan dan Tuhan bekerja kepada kita dengan Firman-Nya secara paradoksikal. Seperti satu dari kubangan air di mana seorang anak itu bisa bermain. Tetapi pada saat yang sama, tiba-tiba seekor gajah bisa tenggelam di dalamnya. Mazmur 19 menyatakan memuji Firman dari berbagai macam aspeknya, seperti sebuah berlian diperlihatkan di depan mata kita dan diputar seluruh aspeknya membuat kita akan hancur hati karena melihat kekaguman dari Firman. Kalau kita sunggu-sungguh memiliki hati yang tekun dan taat dan mau untuk rendah hati, Tuhan akan memberikan Firman-Nya berkelimpahan di dalam hidup dan gereja kita. Sekali lagi kita sudah sampai kepada pembahasan yang ke-9 dari kitab ini, dalam hanya perikop ini saja. Bahkan kalau saudara membaca orang-orang Puritan, ada seorang Puritan yang membedah kitab Ayub sepanjang pelayanannya sampai dia mati dan belum selesai. Kiranya kita menjadi umat yang sungguh-sungguh mengecap dan mengalami apa yang Alkitab sendiri nyatakan kepada kita.

Kita sekarang masuk di dalam struktur doa Nehemia yang ke-3 dan ke-4. Yang ke-3 yaitu, thanksgiving. Adoration, confession of faith and thanksgiving. Doa Nehemia mengajarkan kita bukan saja berdoa dengan spirit yang benar, dengan kesungguhan, dengan remuk hati, dengan kerperendahan hati. Tetapi Firman Tuhan mengajar kita suatu konten, suatu teologia yang benar ketika kita berdoa. Tetapi bukan itu saja, doa bersangkut paut dengan struktur doa yang benar. Inilah yang Tuhan kehendaki kepada kita ketika Dia mengajar kita tentang doa di dalam Firman. Allah kita adalah Allah yang besar yang agung, Raja di atas segala raja. Tetapi Allah yang sungguh-sungguh sabar dan murah hati kepada umat pilihan-Nya. Apakah kita mungkin bertemu dengan seorang jenderal atau seorang pemimping negara yang besar, yang sangat dihormati oleh seluruh bangsa dan kemudian kita mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak terstruktur dan tidak dipersiapkan sebelumnya. Kita sering menghadap Allah dan mengucapkan kalimat-kalimat dan sebagian bahkan kalimat-kalimat kosong di hadapan Allah. Tetapi benar bahwa Allah kita sungguh menyayangi kita. Allah kita sungguh bersabar kepada kita. Dengan Firman-Nya sehari demi sehari, bertahun-tahun Dia mendidik kita untuk kita boleh semakin hari semakin fit di depan tahta kasih karunia-Nya. Dia menginginkan kita menghampiri Dia dengan kesungguhan. Dia menginginkan kita untuk datang kepada-Nya dengan remuk hati, dengan kerendahan hati. Dia juga menginginkan kita untuk mengucapkan kalimat-kalimat kepada-Nya, kalimat-kalimat yang berharga, kalimat yang kita sendiri sudah pikir dengan baik-baik untuk dipersembahkan ke Allah yang Maha Besar ini. Kehidupan doa kita akan sangat bertumbuh ketika kita melakukan disiplin yang Alkitab ajarkan ini. Kita sudah mempelajari apa yang Nehemia ucapkan di hadapan Allah. Satu kalimatnya pun tidak ada yang sia-sia. Satu kalimatnya pun tidak ada yang ngawur. Satu kalimatnya pun tidak ada yang gegabah. Meskipun dia remuk hati, meskipun dia berada dalam air mata, meskipun emosinya begitu meluap. Perhatikan kalimat di bawah ini: Puritan menyatakan, di tengah-tengah emosi yang meluap, tetapi seluruh tindakan dan perkataan ini terjaga rapi dalam strukturnya. Itu akan seperti panah yang dilepaskan yang begitu tajam. Sama seperti seorang yang sedih, lalu dia teriak-teriak, Saudara melihat kesedihannya dengan emosi yang memuncak dan melampaui semuanya. Saudara melihat orang ini tidak terlalu hormat dan kesedihannya begitu liar dan terpecah. Tetapi, seseorang dengan kesedihan yang sama, dia mengendalikan dirinya dan dia mengucapkan beberapa kalimat yang perlu saja dan kalimat itu akan menembus hati kita. Demikianlah apa yang ada dinyatakan di dalam kalimat-kalimat ini.

Nehemia memuji Allah, kemudian menyatakan dosa-dosa pribadi dan seluruh umat. Dan sekarang Nehemia menyatakan syukur yang dalam. Dalam ayat yang 8-9, Nehemia mengatakan, “Ingatlah akan Firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kuceraiberaikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.” Nehemia mengatakan, “Ingatlah akan Firman yang kaupesankan kepada Musa.” Nehemia berkata-kata ini bukan supaya Tuhan ingat, karena Tuhan sudah pasti ingat. Kita yang sering lupa saudara-saudara. Tetapi Nehemia mengucapkan hal ini karena dua hal ini terjadi.

Yang pertama, Nehemia mengingat Firman ini membuat Nehemia memiliki confidence, karena permintaannya itu bukan permintaan sembarangan tetapi permintaan itu berdasarkan Firman. Doanya adalah doa yang berdasarkan perkataan Tuhan sendiri. Semakin saya membaca Firman, saya makin melihat apa yang dikatakan oleh Puritan adalah benar. Orang-orang Puritan mengajarkan kepada kita, doa yang baik adalah mengembalikan kalimat-kalimat yang dari Tuhan kepada Tuhan sendiri. Kita tidak bisa meminta sesuatu, berasumsi dengan apa yang kita inginkan sendiri. Seluruh doa kita berdiri di atas confidence terhadap Firman yang tertulis maka kita harus belajar tentang Firman. Kita sungguh-sungguh harus mengenal Firman yang kita miliki, bahkan dikatakan di sini ini adalah perjanjian-perjanjian, maka ini berisi begitu banyak janji-janji yang merupakan derivative dari covenant. Sekali lagi yang pertama adalah, Nehemia mengatakan untuk memiliki confidence karena permintaannya, doanya, masalahnya besar dan hanya bisa dibereskan oleh Tuhan. Dia berdoa, doanya adalah berdasarkan Firman. Semua confidence kita adalah harus berdasarkan Firman.

Hal yang kedua yang saya akan tekankan pada hari ini, dan di sinilah sukacitanya muncul sehingga ada syukur yang muncul di dalam hatinya dengan menyebut Firman ini. Dengan menemukan Firman ini, Nehemia menemukan jalan keluar dari kesusahan keadaannya. Perhatikan baik-baik, Allah kita adalah Allah yang berjanji kepada kita. Dia tidak pernah berjanji bahwa masa depan kita semuanya selalu lancar. Dia tidak pernah berjanji bahwa tidak akan ada kecelakaan untuk kita atau tidak ada kesusahan atau tidak ada kemiskinan atau tidak ada sakit-penyakit. Dia tidak pernah berjanji seperti itu. Karena seluruh keadaan itu adalah dari dunia, saudara dan saya yang sudah berdosa itu tidak terelakkan. Tetapi Allah kita berjanji di dalam covenant, di dalam Kristus Yesus,Dia menyertai kita di dalam keadaan apapun saja termasuk dalam kegelapan.

Dan di dalam seluruh pencobaan Dia memberikan jalan keluar. Nehemia menemukan jalan keluar di tengah-tengah keadaan kesusahannya di dalam Firman. Bayangkan kira-kira apa yang terjadi pada waktu itu. Saat itu Hanani pulang dari Yerusalem. Hanani adalah saudara dan sangat mungkin adalah brother dari Nehemia. Kemudian Nehemia bertanya kepada Hanani saudaranya, “Apa yang terjadi dengan Yerusalem?” Hanani mengatakan bahwa, “Oh temboknya hancur, pintu gerbangnya tidak ada lagi dan seluruh rakyat berada di dalam malu yang besar.” Kegelapan melanda seluruh Israel dan juga melanda hati Nehemia. Setelah mendengar itu, Nehemia menutup pintunya di dalam kamarnya sendiri, Kemudian dia berlutut, sangat mungkin dia mengoyakkan pakaiannya dan menangis tersedu-sedu. Tidak ada harapan, berada di dalam malu yang besar. Di dalam kegelapan di tempat itu, di ruangan yang gelap itu, di dalam hatinya yang gelap, dia menangis dan menangis. Tetapi dia tahu kalaupun ada jalan keluar pasti bukan dari manusia. Ada orang yang berpikir, “Oh ini jalan keluarnya, oh aku punya uang banyak, aku bisa selesaikan masalah itu. Mungkin aku punya koneksi sama raja-raja, aku bisa bereskan itu. Aku punya tentara, prajurit, kekuatan, aku bisa bereskan itu. Aku punya kekuatan dalam diriku, aku seorang leader yang kuat, aku bisa bereskan ini.” Anak-anak Tuhan, kita semua akan menyadari bahwa Tuhan akan membawa kita kepada satu keadaan, di mana kita menyadari bahwa problem jauh lebih besar daripada kekuatan kita.

Di saat seperti itu Nehemia terus menangis, dan apa yang dikerjakan? Dia lihat satu per satu lembaran Kitab Musa. Kita memiliki Alkitab sekarang secara lengkap, pada zaman Nehemia, mungkin memiliki kitab Musa. Dia lihat satu demi satu halamannya untuk menyelidiki apakah ada jalan keluar. Ada jalan keluar atau tidak? Dan ketika dia menemukan Ulangan pasal 30, dia bersukacita, “Aha! ini jalan keluarnya.” Firman itu seperti cahaya di ujung lorong yang gelap. Di tengah kegelapan, di tengah bahaya, di tengah dukacita, di tengah kejatuhan, di tengah kehancuran, di tengah malam yang gelap ini, oh ada pelita yang kecil ini. Cahaya kehidupan yang menuntun pada terang yang besar itu. Ada pelita kecil menuju jalan keluar. Itulah kenapa pemazmur mengatakan,” Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Aku ada di dalam kegelapan dan bagaimana aku bisa keluar? Ada Firman Tuhan yang spesifik. Saudara sekarang bisa melihat bagaimana seorang Nehemia bergumul dengan Allah yaitu bergumul dengan Firman. Inilah yang disebut sebagai piety dari Nehemia. Dia bukan berdoa berdasarkan, oh Allah itu berdaulat saja, atau Allah memberikan covenant. Tetapi covenant of love akan menurunkan Firman yang spesifik di dalam hidup kita. Bagian ini adalah salah satu bagian yang hilang di dalam gereja masa kini. Salah satu masalah di dalam gereja masa kini adalah spiritual formation-nya cair sekali. Kita tidak memiliki satu kristalisasi dari spiritual formation Alkitabiah. Kita berlaku seperti orang yang tidak kenal Tuhan. Kita mencari jalan keluar sendiri, ya kita tahu bahwa Allah itu ada, ya kita tahu bahwa kita diselamatkan dalam Yesus Kristus tetapi seakan-akan tidak ada sesuatu pergumulan dan interaksi dengan Dia di dalam Firman yang intens. Firman dengan ribuan lembar ini dengan janji-janji yang begitu limpah tidak pernah kita nikmati sama sekali. Kita hanya berpikir bahwa Allah adalah Allah yang ada di Surga dan Allah itu baik dalam Kristus Yesus dan kemudian selesai. Saudara-saudara, kehidupan kerohanian kita tidak limpah, kita hanya melihat bagian-bagian Alkitab, hanya merupakan suatu simbol-simbol saja dari kehidupan kita, tetapi kita tidak pernah mengalaminya. Mari kita belajar Firman, sehingga ketika ada keadaan yang particular terjadi dalam hidup kita, kita mencari Firman yang spesifik, yang tepat, yang kita bisa aplikasikan di dalam keadaan particular, di situlah muncul syukur bahkan sebelum doa dijawab, di situlah yang disebut sebagai iman, sehingga kita bertemu dengan orang-orang seperti Nehemia ini. Kita akan kebingungan karena dia mengatakan pasti akan ada pemulihan, pasti akan ada perbaikan. Kalau saudara tidak tahu prinsip ini, kita berpikir bahwa orang ini adalah orang yang ambisius atau orang yang berpikir positif. Beberapa puluh tahun yang lalu banyak buku-buku berbicara positive thinking. Ini sama sekali bukan positive thinking, ini berbicara mengenai iman. Lalu kalau saudara tidak seperti Nehemia, lalu kita ikut-ikutan dia, oh dia mengatakan ada rekonsiliasi akan ada pemulihan. Lalu kita ikut, aku juga beriman, ada pemulihan, kita beriman tanpa basis. Nehemia beriman dan iman muncul dari pendengaran akan Firman. Oh jemaat, Firman ini segala-galanya dalam hidup kita. Jikalau kita tidak membacanya, maka sesungguhnya kita tidak mengenal Allah dan tidak mengenal cara kerja-Nya dalam hidup ini. Nehemia adalah seorang yang menemukan Firman dan dia berdiri di atas Firman untuk berjalan ke depan. Saudara tahu bahwa ketika nanti dia berjalan, akan ada resiko tujuannya adalah untuk menggenapkan Firman itu.

Selanjutnya dalam kalimat ini dikatakan, “Ingatlah akan Firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kuceraiberaikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.” Saya perlu untuk menekankan sebentar dalam hal ini karena saya yakin kita berpikir relasi kita dengan Allah take and give, transaksional. Saya akan jelaskan prinsip teologis di balik kalimat ini. Ini bukan transaksi take and give. Ingatlah prinsip covenant yang kita sudah bicara beberapa waktu yang lalu. Covenant adalah inisiatif dari Allah yang mengasihi umat-Nya. Covenant dibuat bukan berdasarkan respon kita. Kalau kamu mau taat, maka Aku akan membuat covenant kepadamu. Tidak! Allah tidak mengatakan itu di depan. Covenant itu inisiatifnya Allah, bukan dari respon kita. Covenant dibuat bukan berdasarkan respon kita. Tetapi covenant ketika dibuat akan berimplikasi kepada kesetiaan. Setia, kesetiaan adalah implikasi wajar dari covenant. Saya akan berikan contoh tentang covenant. Kita tahu Alkitab mengatakan bahwa itu adalah hubungan suami dan istri. Kalau kita menikah, berjanji, itu artinya kita mengikat covenant. Covenant akan berimplikasi wajar kepada kesetiaan. Saya ambil suatu peristiwa ini hal yang tidak mungkin, tetapi seandainya mungkin ada seorang yang menikah lalu saudara tahu bahwa suami itu berzinah atau dia menyeleweng. Saudara adalah temannya dan saudara menegur dia dan kita katakan, “Kamu kenapa nyeleweng? Kamu kan sudah menikah?” Kemudian dia menjawab begini, “Memang salah ya nyeleweng?” Kalau dia jawabannya begitu, Saudara akan melihat ini orang ini orang gila atau apa? Saudara tidak akan jawab, “Ya salah,” Saudara akan jawab, “Kamu tuh gila atau tidak mengerti atau apa? Yang namanya pernikahan dan kesetiaan itu satu paket, tidak mungkin bisa dipisah.” Namanya pernikahan implikasinya yaitu kesetiaan, jadi jangan ditanya tentang kesetiaan kalau sudah menikah. Iya saudara dan saya bisa berdosa, tapi saudara dan saya tidak mungkin mempertanyakan kalimat itu bukan?

Sekali lagi, ayat 8-9 ini bukan transaksional take and give antara Nehemia dan Allah, tetapi Nehemia mengambil ayat ini dengan backdrop yaitu covenant, yang mana covenant harus dijaga dua belah pihak dengan kesetiaan, karena Allah adalah kekudusan itu sendiri dan sumber dari seluruh kebahagiaan, dan tidak ada kebahagiaan di luar dari Allah, dan yang bersatu dengan Allah di dalam covenant akan mendapat kebahagiaan. Maka, jika kita atau umat Allah keluar dari covenant, umat Allah pada sendirinya akan menghadapi kutuk karena memang tidak ada kebahagiaan di luar diri Allah. Kita harus mengerti prinsip ini, tidak ada kebahagiaan di luar diri Allah. Ketaatan akan menghasilkan kebahagiaan, bukan karena Allah memberikan itu kepada kita, tetapi karena tidak ada kebahagiaan di luar jalur ketaatan. Kita selalu berpikir bahwa kesetiaan, kekudusan adalah sesuatu yang sulit buat kita padahal kita selalu menginginkan kebahagiaan bukan? Saya tanya kepadamu seluruh jemaat, saya tidak tau apa yang kita kerjakan, saya tidak tahu sama sekali, tetapi saya tahu prinsip ini, uji hati nuranimu apakah engkau bisa berbahagia dengan keadaanmu yang berdosa saat ini? Bisa bahagia? Bisa dapat apa yang engkau inginkan? Karena jiwa kita ingin tenang, ingin tentram, ingin bahagia. Apakah bisa? Tidak! Tidak akan bisa. Barangsiapa yang keluar dari covenant itu, Tuhan tidak perlu mendatangkan kutuk kepada kita, karena dengan sendirinya kita menghampiri kutuk karena di luar Allah tidak ada kebahagiaan.

Sekarang kita akan masuk ke dalam poin yang ke-4 besar. Yang pertama adalah adoration. Yang ke-2 adalah confession of sin, yang ke-3 adalah thanksgiving, yang ke-4 adalah supplication(permohonan atau syafaat). Saudara lihat ayat 10-11. Perhatikan, sekarang Nehemia menuju kepada inti permohonannya. Kita biasanya menjadikan bagian terakhir ini menjadi bagian pertama kita. Saya tidak katakan itu adalah suatu dosa, tetapi biarlah kita berada dalam discipline spiritual formation yang Alkitab nyatakan kepada kita. Ini adalah doa spontannya Nehemia. Kita adalah orang-orang yang terlatih untuk memikirkan diri, begitu ada masalah langsung diri kita ingin jalan keluar dengan cepat. Misalnya, kita tiba-tiba terlilit dengan hutang, maka cara berpikir kita yang spontan, yang self-centered, yang terlatih pada zaman sekarang adalah, “Tuhan, tolong hutangku bisa dilunaskan.” Boro-boro mikirinadoration, mikirinconfession of sin, mikirinthanksgiving. Ini hutang lho, mesti diberesin secepatnya. Kenapa? Sekali lagi karena cara berpikir kita sudah tidak teologis, kita sudah tidak terbiasa dengan hal-hal seperti ini dan kita self-centered. Lalu kita melihat Nehemia, ah Nehemia kamu berbelit-belit, kamu munafik, kenapa tidak langsung ke poinnya, kamu maunya apa sih? Tidak saudara-saudara, ini adalah respon spontan orang-orang yang takut akan Allah. Begitu ada masalah dia langsung ingat kepada Allah yang besar dan covenant-nya kepada dia. Tetapi pada saat yang sama dia ingat bahwa Allah yang besar dan memberikan covenant kasih kepada dia, dia adalah orang berdosa. Bagaimana aku punya kelayakan untuk didengar oleh Dia? Maka, sebelum dia berdoa tentang kebutuhannya, dia minta ampun kepada Allah, dan sebelum masuk ke dalam kebutuhannya dia akan memikirkan, mengintrospeksi diri, apakah ada Firman yang Tuhan janjikan tentang aku di dalam kebutuhanku? Dan begitu dia mendapatkannya, dia berdiri dengan kokoh di atas Firman itu meminta belas kasihan Tuhan. Sekali lagi, ini adalah spontaneous doanya, ini bukan dibuat-buat. Lihat dari doa Daniel, sama, doa dari nabi-nabi dan rasul-rasul, sama. Makin saudara melihat ini, makin kita menyadari betapa kita sudah degradasi di dalam kerohanian dan teologia kita.

Sekali lagi elemen yang ke-4 adalah bicara mengenai permohonan, berdoa syafaat. Apa yang menjadi permohonannya? Permohonannya adalah kiranya Allah yang besar mengabulkan doanya. Apa doanya? Yaitu minta belas kasihan Allah kepada Israel. Ayat yang ke-11, saya mau meminta saudara memikirkan beberapa hal. Yang pertama, saudara lihat sasaran panah doa Nehemia apa? Minta didengar oleh Allah yang besar yang berdaulat. Artinya apa? Artinya Nehemia minta belas kasihan dari Raja di atas segala raja. Saya teringat akan seorang yang lumpuh yang ada di pinggir jalanan, Bartimeus. Ketika Yesus dengan kerumunan orang banyak itu berjalan, orang ini cuma bisa duduk di pinggir jalan dan tidak ada yang memperhatikan. Ada ratusan orang berjalan bersama dengan Yesus, tetapi Bartimeus tanpa malu dia berteriak, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” The son of David adalah satu kalimat yang menyatakan besarnya dari Kristus Yesus. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Orang-orang ini, Nehemia, Abraham, Ayub, Bartimeus menyadari satu hal ini, modal hidup ini hanya ada satu, yaitu belas kasihan Allah atas mereka. GRII Sydney perhatikan kalimat ini, saudara dan saya, seluruh gereja ini tergantung kepada satu hal, belas kasihan Tuhan kepada kita. Jikalau itu tidak ada, seberapa pun saudara pandai, pintar, hebat pun tidak ada gunanya. Ya seluruhnya itu ada gunanya untuk melipatgandakan dosa, tetapi tidak mungkin ada gunanya membangun Kerajaan Allah di muka bumi ini. Berilah telinga kepada doa hamba-Mu. Kalau saudara melihat makin dalam, saudara akan menemukan Alkitab begitu kaya. Tetapi ada benang merah yang menghubungkan satu per satu. Katakan kepada keluargamu, kepada anak-anakmu, hai anak-anak muda suatu hari engkau menikah katakan kepada calon istrimu atau calon suamimu, katakan berkali-kali kepada jiwa kita, modal hidup kita cuma satu, yaitu belas kasihan Tuhan kepada kita. Bukan cuma anugerah, tetapi belas kasihan. Belas kasihan itu isi hati Allah yang ditujukan kepada kita yang tidak layak. Anugerah itu muncul dari hati yang berbelas kasihan.

Hal yang kedua, perhatikan Nehemia mengerti bahwa dia tidak sendirian. Tidak mungkin semua orang Israel memiliki hati yang sama dengan Nehemia. Tetapi juga tidak mungkin kalau tidak ada orang yang Tuhan itu tidak bekerja seperti dia bekerja di dalam hatinya. Sekali lagi ini adalah salah satu prinsip Alkitab, Tuhan yang bekerja di dalam diri kita, Tuhan yang bekerja di dalam gereja ini, di dalam kedaulatan dan anugerah-Nya Dia juga bekerja pada diri orang lain dan gereja lain. Tetapi, tidak berarti bahwa seluruh gereja Tuhan itu pasti bekerja. Hanya sedikit saja dari gereja-gereja atau orang-orang di mana Tuhan bekerja dengan kasih karunia yang besar. Mengerti paradoksikal ini, maka kita tidak sombong. Tetapi di tempat yang lain, kita juga menghargai apa yang Tuhan kerjakan di tengah-tengah kita saat ini, karena tidak di semua tempat. Nehemia mengatakan pasti ada banyak orang yang rela taat, yang berdoa kepada Tuhan. Bukan terpaksa taat, tetapi rela taat ini adalah ciri orang Kristen yang sejati. Delight in the Lord adalah sesuatu yang membedakan orang Kristen KTP atau orang Kristen yang sejati. Bukan di dalam pikiran tetapi di dalam afeksi terdalam. Orang yang Kristen KTP dan orang yang sungguh-sungguh Kristen akan mengatakan Allah itu ada di atas sana dan Yesus Kristus adalah Allah oknum ke-2 dari Allah Tritunggal. Tetapi yang ber-KTP Kristen tidak pernah delight in Him. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh, maka dikatakan di sini ‘rela taat’ bukan ‘terpaksa taat’. Ada banyak orang-orang yang kita tidak kenal, tetapi orang-orang yang dibentuk oleh Tuhan, anak-anak Tuhan yang sejati, yang rela taat kepada Dia. Sekali lagi biarlah kita boleh mengetahui hal ini bahwa Tuhan sungguh bekerja di dalam gereja kita, di dalam diri kita; tetapi pada saat yang sama Dia juga bekerja kepada orang lain di tempat yang lain meski tidak banyak.

Suatu hari, Elia setelah mengalahkan 400 nabi Baal, kemudian dia lari menuju ke Gunung Horeb, lari dari kejaran Izebel. Kemudian Tuhan datang kepada Elia, dan Tuhan mengatakan kalimat yang menusuk, “Apa kerjamu di sini Elia?” Kita harus belajar dari kalimat ini. Tuhan mengatakan ini kepada Elia bukan ketika Elia nongkrong, malas-malasan, nonton TV, liat YouTube. Kalau dia lagi santai di rumah, terus tidak ngapa-ngapain sama istri sama anaknya, terus Tuhan berkata, “Apa kerjamu di sini Elia?” Ini masuk akal. Kalau kalimat ini kita tanya sama anak remaja, mereka tambah marah. Padahal mereka sungguh-sungguh tidak ngapa-ngapain, mereka bisa marah. Ini nabi dan nabi ini sedang sudah baru saja mempertaruhkan nyawanya. Baru saja perang, pulang, dia kemudian bersembunyi. Dia terus diam di sana. Alami bukan? Takut. Alami bukan? Cape. Kalau saudara mengerti prinsip pelayanan, saudara musti bertobat. Saudara lihat prinsip ini, “Apa kerjamu di sini Elia?” dan Elia kemudian menjawab, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan,” (1 Raja-raja 19:14). Elia tidak sedang menyombongkan dirinya. Dia tidak melihat ada satu orang pun yang sehati dengan dia. Tetapi perhatikan ayat 18, ada 7000 orang lain, paling sedikit. Karena di dalam Alkitab angka 7000 adalah 7 angka kepenuhan, kesempurnaan dan 1000 adalah multitude. Maka sangat mungkin banyak orang selain Elia yang setia kepada Tuhan. Jangan sombong kalau kita dipakai oleh Tuhan, karena ada banyak gereja di tempat lain dan orang lain yang Tuhan juga pakai. Tetapi jangan juga tidak bersyukur karena jumlah orang yang dipakai Tuhan tidak banyak. Itulah sebabnya Nehemia mengerti prinsip ini. Dia berdoa, “Berilah telinga kepada doa hamba-Mu dan doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu.”

Hal yang ke-3, ketekunan doa Nehemia. Berapa lama dia berdoa? Dari bulan Kislew menuju bulan Nisan. Itu adalah kurang lebih 5 bulan lamanya. Pagi, siang dan malam, setiap hari dia berdoa menunggu waktu Tuhan, seratus lima puluh hari terus-menerus mendoakan. Ini adalah sesuatu prinsip, Tuhan itu menguduskan, Tuhan menguatkan hati hamba-hamba-Nya. Kita tidak tau apa sesungguhnya yang terjadi, apa proses di dalam hatinya tetapi kita tahu itu adalah proses menuju ke mana. Nehemia terus berdoa sampai dia menyadari Tuhan makin menguatkan isi hatinya dan mempertajam visinya. Pekerjaan yang besar memerlukan urapan yang besar. Sampai Tuhan menguatkan isi hatinya dan dia memperhitungkan seluruh harganya, dan dia mendedikasikan hidupnya sekali lagi. Sampai titik tertentu dia berdiri, dia keluar dan berkata kepada Raja Artahsasta. Hati yang remuk, content (isi doa) teologia yang benar, struktur doa, ketekunan, kegigihan sampai akhir adalah empat elemen utama prajurit doa. Kiranya Tuhan membentuk hati kita menjadi orang-orang yang melayani Dia.a dengan struktur yang sama. Daniel berdoa dengan struktur yang sama. Dan setelah itu baru dia mengatakan; “kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak.” dan seterusnya.

Saudara bukan itu saja, saudara lihat sekarang di dalam ayat yang ke-11. Saudara akan melihat analogy of faith muncul di sini. Saudara, minggu yang lalu kita sudah bicara mengenai analogy of faith. Analogy of faith berbicara mengenai kepercayaan seseorang, itu bukan karena individual orang itu dengan Allah, tetapi orang itu berdiri di belakang iman daripada orang-orang sebelumnya. Saudara-saudara, di sini dikatakan di ayat 11; “Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia.” Daniel dan Musa itu terentang ribuan tahun, tetapi Daniel itu mengerti, Nehemia itu mengerti, Amos itu mengerti, Hosea itu mengerti, ketika dia berdoa, dia berdiri di belakang pundak dari bapak-bapak beriman sebelumnya. Ini menjadi satu kesatuan tubuh Kristus, satu kesatuan gereja yang tidak terlihat, satu kesatuan covenant yang Allah janjikan kepada umat pilihan. Itulah sebabnya kalau saudara-saudara berdoa pada pagi hari ini di Sydney, di GRII Sydney, saudara berdoa kepada Allah, itu adalah berbasis dari covenant-Nya Allah tetapi bukan saja covenant-Nya Allah yang diberikan secara pribadi saja kepada kita tetapi covenant Allah yang Tuhan sudah pegang itu dari ribuan tahun generasi demi generasi dari Abraham, bapa seluruh orang beriman. Dan saudara-saudara, hal yang penting lagi di dalam urusan ini adalah, dan ini adalah center-nya adalah ketika para nabi bicara berkenaan dengan covenant dan Tuhan kemudian akan membawa kita dalam perjanjian baru, itu adalah bicara mengenai Kristus. Ini adalah bicara mengenai center-nya itu adalah Kristus, titik pusat covenant itu adalah Kristus. Allah menciptakan manusia dan Allah membangun relasi kepada manusia di dalam bentuk hanya dalam covenant. Dan covenant itu terbentuk, itu terjadi adalah jika dan hanya jika Kristus mau turun, mati dan bangkit dan naik ke sorga bagi umat-Nya. Itulah sebabnya ketika kita berdoa, kita berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, karena di dalam diri-Nya, covenant Allah itu terjadi kepada kita. Oh ini adalah sesuatu yang dalam, sesuatu yang luas dan sesuatu yang luar biasa besar.

Saudara-saudara, saya akan teruskan. Nehemia memulai mengaku dosanya. Saudara-saudara, dia berdoa, dia berdoa syafaat bagi orang lain tetapi dia juga berdoa mengaku dosanya sendiri. Saudara perhatikan jiwa seorang imam itu apa? Sekali lagi saudara-saudara, saudara dan saya di dalam perjanjian baru kita dikatakan adalah imam-imam Kerajaan Allah. Jiwa seorang imam itu apa? Jiwa seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan itu apa? Sekali lagi, kalau saya mengatakan jiwa seorang hamba Tuhan, mungkin saudara-saudara akan berpikir itu pendeta Stephen Tong, itu adalah Billy Graham atau itu adalah pendeta-pendeta lokal. Saudara-saudara, tidak! Itu adalah saudara, saudara dan saya. Jiwa seorang imam, saudara dan saya. Jiwa seorang hamba Tuhan, saudara dan saya. Seorang pelayan Tuhan, saudara dan saya itu apa? Saudara-saudara, Nehemia seorang pelayan Tuhan, dia seorang imam, dia seorang nabi. Saudara-saudara, perhatikan jiwanya. Jiwanya tidak berdiri keluar dari umat Tuhan. Dia bukan seorang pelayan yang berdiri keluar dari umat Tuhan dan mendoakan umat Tuhan. Tetapi dia adalah seorang pelayan Tuhan yang berdiri bersama dengan umat dan meminta ampun bersama-sama dengan umat. Sekali lagi saudara-saudara, dia bukan seorang yang keluar yang dari umat dan kemudian berdoa syafaat untuk umat, tetapi dia bersama-sama dengan umat dan minta pengampunan Tuhan atas dosa dirinya dan atas dosa umat. Saudara-saudara, nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, saudara akan mengerti, bukan seorang yang berdiri jauh dari umat lalu kemudian menunjuk dosa umat. Yah, nabi akan menunjuk dosa umat tetapi pada saat yang sama dia sadar bahwa dirinya berdosa, dia bagian dari dosa umat. Dia bersama-sama dengan umat Allah telah berbuat dosa. Dia bersama-sama dengan umat berbuat dosa kepada YAHWEH.

Beberapa tahun yang lalu, maka saya dipercayakan untuk mengajar kitab nabi. Ada 12 nabi kecil dan 4 nabi besar. Tapi ada 17 kitab karena ada kitab Ratapan di situ. Dan ketika saya mempelajarinya, kita mempelajari banyak aspek, tetapi salah satunya tentu yang menarik saya adalah kehidupan para nabi itu. Kita tahu semua bahwa kehidupan para nabi itu sulit, bukan? Tetapi ketika saya mempelajarinya, saya sangat-sangat tercengang karena kehidupannya lebih sulit daripada apa yang saya duga sebelumnya. Saudara-saudara, salah satu kesulitan yang besar adalah ini, seorang nabi adalah seorang yang peka akan dosa umat. Dan dia menghardik dosa umat, dan untuk itu nabi tersebut dibenci oleh umat. Dia dianiaya oleh umat. Tetapi anehnya pada saat yang sama ketika Tuhan itu menghukum umat, maka nabi tersebut juga dihukum oleh Tuhan. Dia bukan seorang yang ada di luar umat dan kemudian menunjuk dosa umat. Dan kemudian ketika umat itu tidak bertobat dan Tuhan itu menghukum umat, nabi tersebut terbebas, tidak seperti itu saudara-saudara. Dia menghardik dosa umat, dan umat itu kemudian marah dan menyerang dan menganiaya dia dan ketika umat itu tidak bertobat, Tuhan dengan murka-Nya mengacungkan tangan-Nya dan kemudian menimpa murka kepada semua orang Israel Utara maupun Selatan dan pada saat yang sama, nabi itu tertimpa murka Allah, tidak dikecualikan. Itulah sebabnya saudara akan melihat Daniel itu ikut terbuang. Yesaya juga dibuang. Yehezkiel itu dibuang. Dan sebelum Tuhan menghancurkan Yerusalem, satu minggu atau beberapa hari sebelum Yerusalem, istrinya Tuhan itu dimatikan, istri Yehezkiel dimatikan oleh Tuhan. Luar biasa sulitnya. Saudara akan menemukan Amos, Ezra, Nehemia, semuanya ikut dalam pembuangan umat Allah. Mereka bukanlah orang-orang yang memiliki kelasnya tersendiri, terpisah dari umat, bukan seperti orang ahli Taurat, orang Farisi yang melihat dosa umat dan kemudian menepuk pundak mereka dan mengatakan aku adalah orang benar dan orang Farisi mengatakan mereka itu harus dikutuk dan aku bebas dari kutukan. Tidak, tidak seperti itu! Nehemia itu dengan sungguh-sungguh, bukan dengan lip service, bukan dengan basa basi tetapi dengan remuk hati mengakui dirinya berdosa. Kami sudah berdosa terhadap Engkau juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Saudara-saudara, ini bukan seseorang yang merasa-rasa yang bisa lebih sehati dengan umat, tidak, dia benar-benar sadar akan dosanya. Dia berbagian dengan dosa dengan umatnya. Saudara-saudara, mungkin Saudara-saudara bertanya kalau gitu, mungkin saja Nehemia berzinah, atau mungkin dia termasuk dalam orang yang mengambil suap? Saudara-saudara, tidak. Saudara-saudara, nabi itu tidak berzinah, nabi itu sungguh-sungguh hidup suci di hadapan Allah. Tetapi saudara perhatikan prinsipnya, setiap orang yang bertumbuh rohani akan memiliki tangisan di dalam hati seperti Paulus. Dan tangisan Paulus itu adalah ‘di antara semua orang berdosa, akulah yang paling berdosa!’ Jikalau seseorang itu adalah orang yang dekat di tahta Allah, orang itu akan melihat kebesaran Tuhan tetapi pada saat yang sama dia melihat kedalaman dosa di dalam diri sendiri. Sekali lagi, apa yang dikatakan oleh Nehemia itu lahir dari hati, ini adalah tangisan, dia minta pengampunan dari Tuhan. Nehemia bukan bersandiwara, merasa-rasa, bukan sekedar mensinkronisasi dirinya, tetapi dia real, sadar dia tidak lebih baik daripada umat.

Saudara-saudara, perhatikan baik-baik sekarang kalimat di bawah ini, inilah true leadership. Inilah pemimpin yang sejati. Kita tahu semua bahwa dunia ini membutuhkan pemimpin yang sejati. Dan sudah begitu banyak seminar, begitu banyak ceramah, begitu banyak buku yang dikeluarkan untuk bicara mengenai true leadership. Pemimpin yang sejati itu apa? Kemampuan melihat jauh ke depan, visioner. Kemampuan melihat musuh dan bahaya yang akan datang. Kemampuan untuk memobilisir orang-orang. Kemampuan untuk me-manage dan menempatkan seseorang sesuai dengan talentanya. Kemampuan untuk membangun relasi, keteguhan hati, ketekunan sampai akhir, keberanian dan bukan seorang pengecut dan seluruhnya itu adalah tanda-tanda karakter pemimpin. Tetapi ada satu hal yang luar biasa penting di dalam Alkitab yang tidak ada dalam buku atau ceramah apapun saja. Dan saudara akan melihat pemimpin yang sejati dalam Alkitab memiliki ciri selalu ini, yaitu kemampuannya untuk bertobat. Kemampuannya untuk dia itu rendah hati selalu di hadapan Allah mengakui dosanya. Menyadari bahwa dirinya lemah. Menyadari dirinya tidak lebih baik daripada orang-orang yang dipimpin, kesadaran diri akan sama dengan orang lain jikalau Tuhan itu melepaskan dia. Ini adalah rahasia dari true leadership.

James Boice seorang komentator Alkitab menyatakan seorang pemimpin sejati tidak begitu sadar akan bakat atau karunia yang dia miliki yang tidak dimiliki oleh orang lain karena dia menyadari fakta bahwa dia sama lemahnya dan mampu berbuat dosa seperti siapapun. Ketika para pemimpin melupakan keberdosaan mereka, mereka telah jatuh ke dalam dosa dan pada titik itu kehilangan kemampuan kepemimpinan mereka. Sekali lagi saudara-saudara, perhatikan kalimat ini, ketika para pemimpin melupakan keberdosaan mereka, mereka telah jatuh ke dalam dosa dan kehilangan kemampuan kepemimpinan mereka. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik prinsip ini, kemampuan memimpin paralel dengan kesadaran kelemahan dan dosa diri. Ini rahasia dari true leadership. Begitu ini hilang, maka hilang juga kemampuannya memimpin. Berkali-kali Allah meminta kita bertobat, dan sering sekali kita menghindar daripada pertobatan itu. Kita malu untuk bertobat, kita tidak mau bertobat. Padahal di dalam Alkitab, semua yang bertobat kemudian dipulihkan Tuhan untuk memimpin umat-Nya. Ada sebuah kalimat mengatakan Kerajaan Allah di muka bumi ini dibangun oleh orang-orang yang meneteskan air mata pertobatan. Ketika Tuhan menghajar kita, pada saat yang sama Dia sedang melatih kita untuk dipakai di dalam waktu kedepan selanjutnya. Kemampuan memimpin paralel dengan kesadaran akan dosa diri. Itulah rahasia true leadership. Sampai di sini, minggu depan kiranya Tuhan pimpin kita.

 

Nehemia 1:1-4; Nehemia 2:1
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

12 March 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (8)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:4-7

Nehemia 1:4-7

Kita masih merenungkan apa yang Tuhan itu inginkan bagi kita orang-orang kaum awam. Sekali lagi, Alkitab dengan jelas menyatakan yang disebut sebagai pelayan itu bukanlah bicara mengenai seorang yang berjabat pendeta atau seorang yang berjabat sebagai jemaat. Ada pendeta yang tidak memiliki jiwa seorang pelayan. Tetapi ada jemaat yang memiliki hati seorang gembala. Sekali lagi, ini adalah isi hati Tuhan. Di dalam Perjanjian Baru, yang disebut sebagai imam adalah saudara dan saya jikalau kita adalah orang-orang di dalam Kristus. Di dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan kepada saudara dan saya adalah untuk melayani, sama-sama melayani Tuhan meskipun saudara mengatakan bahwa saudara adalah orang awam. Jikalau kita adalah orang-orang di dalam Kristus, kita adalah pria dan wanita-Nya Tuhan dengan misi yang Tuhan berikan kepada kita. Efesus 2:10 dengan jelas menyatakan hal ini. Karena kita ini buatan Allah diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau kita hidup di dalam-Nya. Di dalam bahasa aslinya, melakukan pekerjaan baik adalah melakukan pekerjaan yang mulia. Kita diminta untuk mengerti panggilan Tuhan atas hidup kita. Kita diminta untuk mengerti Tuhan itu menetapkan kita dan menempatkan kita di mana. Kita bukan orang dengan memiliki tujuan dan cita-cita sendiri dan menempelkan kekristenan dalam hidup kita. Kita adalah orang yang tadinya mati sekarang dihidupkan, yang tadinya musuh sekarang diangkat, diadopsi menjadi anak, yang tadinya adalah seorang yang memberontak kepada Allah tetapi yang sekarang dibawa untuk boleh melayani Dia. Dan Dia, yang mengangkat kita menjadi anak, dan Dia, yang menghidupkan kita memiliki tujuan dalam hidup kita untuk kita genapi dalam hidup kita. Temukan itu dan genapi sebelum kita mati.

Setiap dari orang-orang yang ada di dalam Alkitab selalu memiliki panggilan. Nehemia adalah seorang awam tetapi seorang yang dipanggil untuk melayani Tuhan. Dia dipakai Tuhan untuk menjadi seorang pemimpin rohani. Beberapa minggu ini kita melihat pikiran utama seorang pemimpin rohani itu apa. First thing first. Hal apa yang pertama dalam pikiran seorang pelayan itu? Kita melihat begitu Nehemia ada masalah, dia langsung mencari Tuhan. Tetapi lebih daripada itu, kalau saudara melihat ayat 4, maka saudara melihat begitu ada masalah, dia bukan saja cuma mencari Allah, tetapi hatinya ready untuk segera mencari Allah. Maka itu artinya bahwa dia adalah seseorang yang selalu mencari Allah sebelum ada masalah terjadi. Saudara-saudara, yang menjadi fokus hidupnya sehari-hari adalah mencari wajah Allah. Sekali lagi, James Boice menyatakan great leaders are great prayer warriors (seorang pemimpin yang besar adalah seorang pejuang di dalam doa). Begitu mendengar kabar dari Hanani, maka langsung Nehemia itu hatinya remuk. Hati yang seperti itu tidak mudah untuk dimiliki setiap orang kristen. Hati yang remuk itu adalah hati yang peka. Hati yang remuk itu adalah hati yang siap sedia dipakai oleh Tuhan. Itu berarti Nehemia sudah mempersiapkan dirinya terus kita tidak tahu berapa bulan, berapa tahun lamanya. Dan begitu dia mendengar satu berita, langsung jiwanya dipadukan untuk mencari Allah. Langsung jiwanya tergerak untuk membawa permasalahan itu langsung kepada Allahnya. Sekali lagi, saudara lihat hatinya itu siap dipakai oleh Tuhan, padahal berita yang dia dengar yang menggerakkan kesedihannya boleh dikatakan tidak ada urusannya dengan dirinya sendiri. Dia tidak sedang berselisih dengan istrinya lalu kemudian dia berdoa. Dia tidak sedang melihat anaknya itu kemudian jatuh ke drugs kemudian dia berdoa. Dia tidak sedang melihat debt collector datang kepada dia mengejar-ngejar uangnya lalu kemudian dia berdoa. Boleh dikatakan masalah yang dibawa Hanani itu sama sekali tidak ada urusan pribadinya. Saudara perhatikan baik-baik, setiap orang yang sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan maka Tuhan akan membentuk isi hati yang mengasihi pekerjaan Allah di muka bumi ini. Oh Yerusalem itu jauh saudara, tidak ada urusannya dengan Nehemia, tetapi ini menjadi satu berita yang menyentuh pribadinya. Personal-nya itu tergerak. Saudara perhatikan, inilah hamba Tuhan. Kalau saudara dan saya mau rela dibentuk oleh Tuhan, saudara dan saya akan dibentuk memiliki hati seperti ini. Kalau saudara dan saya berlinang air mata berbulan-bulan dan mencari wajah Tuhan siang dan malam itu kalau ada apa saudara? Habis diputus pacar? Lalu kemudian datang ke hadirat Tuhan dan berdoa siang dan malam. Baik saudara-saudara, tetapi saudara dan saya akan dibentuk lebih lagi dari itu. Salah perhitungan, lalu kemudian loan-nya tinggi sekali, susah untuk bayar, saudara pergi ke Tuhan siang dan malam. Saudara baik, itu tidak salah, tetapi Tuhan akan mengangkat kita lebih lagi.

Apa yang terjadi pada Nehemia, apa yang terjadi pada Yerusalem, tidak ada urusannya dengan Nehemia, tetapi ada urusannya dengan isi hati Allah. Ada urusannya dengan rencana Allah menyatakan kerajaan-Nya di muka bumi ini. Begitu mendengar langsung Nehemia hancur hatinya. Saudara-saudara, hati Nehemia tidak tuli, begitu mendengar itu dia juga tidak complain. Oh, saudara-saudara, ada orang mendengar berita yang buruk langsung dia katakan, oh ya sudahlah, memang seperti itu. Dan sebagian besar dari orang Israel ketika mendengarkan berita seperti ini, mereka akan melihat dan mencemooh raja Zedekia. Kejatuhan Yerusalem adalah 586 SM. Dan pada waktu itu raja Yerusalem adalah Zedekia. Zedekia dikalahkan oleh Nebukadnezar. Begitu orang Israel mendengar berita itu, maka yang ada dalam pikirannya pasti ini raja yang bodoh. Lalu kemudian akan mengatakan, harusnya begini, harusnya begitu, mengkritik dan mengomentari. Saudara-saudara, yang mengkritik dan mengomentari itu banyak. Yang mengkritik dan mengomentari Afghanistan itu banyak, tetapi yang mau pergi ke sana cuma satu orang. Kalau kita mau benar-benar dipakai oleh Tuhan, buanglah mental seperti itu. Menjadi pengkritik, menjadi pengamat itu mudah. Saya sudah pernah mengatakan kepada saudara-saudara, komentator sepak bola itu lebih pintar daripada pemain sepak bola. Tetapi saudara-saudara, suruh aja dia menendang bola, belum tentu dia bisa tendang bolanya. Saudara-saudara, saudara dipimpin oleh Tuhan, kita dibentuk oleh Tuhan bukan untuk mengkritik, bukan untuk komentator, tetapi orang yang dipanggil turun ke lapangan menjadi seorang pelayan-Nya Tuhan di lapangan. Dan untuk menjadi seorang pelayan, persiapannya itu adalah seumur hidup. Nehemia tidak bisa mendengar berita itu lalu kemudian baru belajar berdoa. Jikalau dia baru belajar berdoa, pasti tidak memiliki hati yang remuk di hadapan Allah. Sudah bertahun-tahun atau berbulan-bulan sebelumnya Nehemia itu diajar oleh Tuhan untuk berlutut di hadapan Dia. Dan pada waktu yang tepat, maka kemudian ketika berita itu datang, dia sudah siap menanggung beban pelayanan ke depan. Seluruh anak-anak muda yang ada di tempat ini, dan seluruh anak-anak muda yang mendengarkan khotbah ini, latih dirimu sejak muda untuk mencari wajah Allah. Cari wajah Allah sejak muda. Pada waktunya nanti, engkau akan tahu bahwa Tuhan itu berkehendak sesuatu kepadamu dan engkau peka.

Nehemia berdoa dan di dalam doanya maka saudara akan melihat berisi empat hal ini. Yang pertama adalah pengagungan adoration. Yang ke-2 adalah confession of sins. Dan yang ke-3 adalah thanksgiving. Dan yang ke-4 adalah supplication. Saudara-saudara, beberapa minggu yang lalu kita terus bicara mengenai adoration, pujian, penyembahan kepada Allah. Apa yang keluar dari mulut Nehemia ketika memuji Allah adalah itu sejajar dengan Allah seperti apa yang dia kenal. Saudara-saudara, kita sudah belajar bahwa Allah yang dikenal oleh Nehemia, yang dipuji oleh dia adalah Allah yang berdaulat yang mengikatkan perjanjian covenant dengan umat-Nya dan dengan dia. Saudara-saudara, setiap sifat Allah dan setiap pekerjaan-Nya bagi kita, kalau kita sungguh-sungguh kenal, kalau kita sungguh-sungguh alami, kalau sungguh-sungguh kita kecap, akan membangkitkan pujian dan penyembahan kita kepada Dia. Akan membangkitkan hati yang remuk di hadapan Dia. Beberapa hari ini terus saya memikirkan mengenai Allah yang berdaulat dan covenant yang Tuhan berikan kepada Nehemia, dan juga kepada kita umat gembalaan-Nya. Setiap kali saya merenungkan, air mata saya turun. Dia adalah Allah yang rendah hati. Allah yang mau mengikatkan perjanjian-Nya dengan saudara dan saya. Kalau di dalam Alkitab ada kata hesed, kasih setia. Maka ini adalah bicara berkenaan dengan Dia memegang covenant itu selalu meskipun kita tidak setia. Saudara-saudara, meditasikan, terus pikirkan mengenai Allah yang berdaulat yang menciptakan kita tetapi pada saat yang sama Dia mengikat perjanjian covenant-nya kepada kita. Maka kebenaran itu akan meremukkan hati kita dan menggairahkan pengabdian kita kepada Dia.

Kita sudah bicara mengenai pujian, penyembahan, adoration. Tetapi kita sekarang masuk ke dalam confession of sins. Saudara-saudara, perhatikan ayat 6 dan 7, tertulis pengakuan dosa Nehemia. Dia mengatakan “berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu …” Saudara-saudara, pertama-tama Nehemia memuji Allah karena kedaulatan-Nya dan covenant-Nya yang Dia buat, baru setelah itu dia mengakui dosanya. Sekali lagi saudara-saudara, minggu yang lalu saya sudah tekankan, Nehemia tidak melanjutkan doanya sebelum mengingat kebesaran Allah dan covenant  yang dibuat Allah kepada dia. Mengapa? Mengapa susunannya seperti ini? Karena dia mengetahui dua hal besar ini. Pertama adalah kalau dia mengaku dosa, maka pengakuan itu didengar dan dikabulkan Allah adalah berdasar pada covenant, bukan berdasar pada pengakuan itu sendiri. Pembebasan dosa itu adalah berdasarkan covenant yang Allah buat kepada dia. Maka kalau saudara-saudara mengaku dosa, tetapi saudara tidak memiliki covenant dengan Allah itu, maka saudara-saudara, dasar apa Allah itu harus mendengar dan mengampuni kita. Saudara-saudara, sekali lagi bahwa di dalam Alkitab dikatakan siapa pun orang yang mengaku dosa maka jaminan itu adalah satu-satunya adalah karena dia memiliki covenant dengan Allah, bukan karena kerendahan hatinya.Hal yang kedua, Nehemia juga mengetahui bahwa pemulihan Yerusalem akan terjadi jika dan hanya jika umat Allah kembali memegang covenant. Pemulihan Yerusalem akan terjadi jika dan hanya jika umat Allah kembali kepada platform covenant. Dan kembali ke platform covenant adalah hanya melalui satu jalan yaitu pertobatan. Saudara-saudara, sekali lagi saya tegaskan hal ini. Pertobatan yang sejati menjamin berkat masa depan kita. Saudara-saudara, pemulihan, apa pun yang terjadi dalam hidup kita, pemulihan, basisnya adalah covenant dan untuk kembali kepada covenant maka itu melalui pertobatan. Ini adalah struktur rohani yang sungguh-sungguh tertanam kepada orang-orang Israel.

Saudara-saudara, mari kita perhatikan apa yang ada di dalam Daniel. Saya akan membawa saudara-saudara di dalam Daniel 9 untuk saudara boleh mengerti struktur ini sekali lagi sama di antara seluruh nabi-nabi yang ada. Mari kita melihat Daniel 9:4, “Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: “Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu!” Ayat 5, “Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu.” Saudara lihat, sama bukan? Saudara, kalau Roh Kudus bekerja di dalam hidup kita, Ini bukan berbicara berkenaan dengan Pancasila, nomor satu apa, nomor dua apa, nomor tiga apa, tidak! Tetapi ini adalah bicara mengenai struktur hati yang dibuat oleh Roh Kudus. Saudara dan saya akan diperkenalkan kepada Allah yang dahsyat dan membuat perjanjian. Setiap kali kita mengaku dosa, dan minta berkat Allah, maka jiwa kita akan diperintahkan oleh Roh Kudus untuk mengingat Allah yang besar dan membuat perjanjian dengan kita terlebih dahulu. Saudara-saudara di dalam ayat yang ke-4 dikatakan, Daniel berdoa kepada TUHAN, maka ini adalah bicara God of covenant, YAHWEH. Dan saudara-saudara, dia kemudian mengatakan: “Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat,” ini berbicara mengenai Allah yang berdaulat. Tetapi kemudian “yang memegang perjanjian,” covenant of love. Saudara lihat, bukankah sesuatu yang unik? Nehemia berdoa dengan struktur yang sama. Daniel berdoa dengan struktur yang sama. Dan setelah itu baru dia mengatakan; “kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak.” dan seterusnya.

Saudara bukan itu saja, saudara lihat sekarang di dalam ayat yang ke-11. Saudara akan melihat analogy of faith muncul di sini. Saudara, minggu yang lalu kita sudah bicara mengenai analogy of faith. Analogy of faith berbicara mengenai kepercayaan seseorang, itu bukan karena individual orang itu dengan Allah, tetapi orang itu berdiri di belakang iman daripada orang-orang sebelumnya. Saudara-saudara, di sini dikatakan di ayat 11; “Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia.” Daniel dan Musa itu terentang ribuan tahun, tetapi Daniel itu mengerti, Nehemia itu mengerti, Amos itu mengerti, Hosea itu mengerti, ketika dia berdoa, dia berdiri di belakang pundak dari bapak-bapak beriman sebelumnya. Ini menjadi satu kesatuan tubuh Kristus, satu kesatuan gereja yang tidak terlihat, satu kesatuan covenant yang Allah janjikan kepada umat pilihan. Itulah sebabnya kalau saudara-saudara berdoa pada pagi hari ini di Sydney, di GRII Sydney, saudara berdoa kepada Allah, itu adalah berbasis dari covenant-Nya Allah tetapi bukan saja covenant-Nya Allah yang diberikan secara pribadi saja kepada kita tetapi covenant Allah yang Tuhan sudah pegang itu dari ribuan tahun generasi demi generasi dari Abraham, bapa seluruh orang beriman. Dan saudara-saudara, hal yang penting lagi di dalam urusan ini adalah, dan ini adalah center-nya adalah ketika para nabi bicara berkenaan dengan covenant dan Tuhan kemudian akan membawa kita dalam perjanjian baru, itu adalah bicara mengenai Kristus. Ini adalah bicara mengenai center-nya itu adalah Kristus, titik pusat covenant itu adalah Kristus. Allah menciptakan manusia dan Allah membangun relasi kepada manusia di dalam bentuk hanya dalam covenant. Dan covenant itu terbentuk, itu terjadi adalah jika dan hanya jika Kristus mau turun, mati dan bangkit dan naik ke sorga bagi umat-Nya. Itulah sebabnya ketika kita berdoa, kita berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, karena di dalam diri-Nya, covenant Allah itu terjadi kepada kita. Oh ini adalah sesuatu yang dalam, sesuatu yang luas dan sesuatu yang luar biasa besar.

Saudara-saudara, saya akan teruskan. Nehemia memulai mengaku dosanya. Saudara-saudara, dia berdoa, dia berdoa syafaat bagi orang lain tetapi dia juga berdoa mengaku dosanya sendiri. Saudara perhatikan jiwa seorang imam itu apa? Sekali lagi saudara-saudara, saudara dan saya di dalam perjanjian baru kita dikatakan adalah imam-imam Kerajaan Allah. Jiwa seorang imam itu apa? Jiwa seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan itu apa? Sekali lagi, kalau saya mengatakan jiwa seorang hamba Tuhan, mungkin saudara-saudara akan berpikir itu pendeta Stephen Tong, itu adalah Billy Graham atau itu adalah pendeta-pendeta lokal. Saudara-saudara, tidak! Itu adalah saudara, saudara dan saya. Jiwa seorang imam, saudara dan saya. Jiwa seorang hamba Tuhan, saudara dan saya. Seorang pelayan Tuhan, saudara dan saya itu apa? Saudara-saudara, Nehemia seorang pelayan Tuhan, dia seorang imam, dia seorang nabi. Saudara-saudara, perhatikan jiwanya. Jiwanya tidak berdiri keluar dari umat Tuhan. Dia bukan seorang pelayan yang berdiri keluar dari umat Tuhan dan mendoakan umat Tuhan. Tetapi dia adalah seorang pelayan Tuhan yang berdiri bersama dengan umat dan meminta ampun bersama-sama dengan umat. Sekali lagi saudara-saudara, dia bukan seorang yang keluar yang dari umat dan kemudian berdoa syafaat untuk umat, tetapi dia bersama-sama dengan umat dan minta pengampunan Tuhan atas dosa dirinya dan atas dosa umat. Saudara-saudara, nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, saudara akan mengerti, bukan seorang yang berdiri jauh dari umat lalu kemudian menunjuk dosa umat. Yah, nabi akan menunjuk dosa umat tetapi pada saat yang sama dia sadar bahwa dirinya berdosa, dia bagian dari dosa umat. Dia bersama-sama dengan umat Allah telah berbuat dosa. Dia bersama-sama dengan umat berbuat dosa kepada YAHWEH.

Beberapa tahun yang lalu, maka saya dipercayakan untuk mengajar kitab nabi. Ada 12 nabi kecil dan 4 nabi besar. Tapi ada 17 kitab karena ada kitab Ratapan di situ. Dan ketika saya mempelajarinya, kita mempelajari banyak aspek, tetapi salah satunya tentu yang menarik saya adalah kehidupan para nabi itu. Kita tahu semua bahwa kehidupan para nabi itu sulit, bukan? Tetapi ketika saya mempelajarinya, saya sangat-sangat tercengang karena kehidupannya lebih sulit daripada apa yang saya duga sebelumnya. Saudara-saudara, salah satu kesulitan yang besar adalah ini, seorang nabi adalah seorang yang peka akan dosa umat. Dan dia menghardik dosa umat, dan untuk itu nabi tersebut dibenci oleh umat. Dia dianiaya oleh umat. Tetapi anehnya pada saat yang sama ketika Tuhan itu menghukum umat, maka nabi tersebut juga dihukum oleh Tuhan. Dia bukan seorang yang ada di luar umat dan kemudian menunjuk dosa umat. Dan kemudian ketika umat itu tidak bertobat dan Tuhan itu menghukum umat, nabi tersebut terbebas, tidak seperti itu saudara-saudara. Dia menghardik dosa umat, dan umat itu kemudian marah dan menyerang dan menganiaya dia dan ketika umat itu tidak bertobat, Tuhan dengan murka-Nya mengacungkan tangan-Nya dan kemudian menimpa murka kepada semua orang Israel Utara maupun Selatan dan pada saat yang sama, nabi itu tertimpa murka Allah, tidak dikecualikan. Itulah sebabnya saudara akan melihat Daniel itu ikut terbuang. Yesaya juga dibuang. Yehezkiel itu dibuang. Dan sebelum Tuhan menghancurkan Yerusalem, satu minggu atau beberapa hari sebelum Yerusalem, istrinya Tuhan itu dimatikan, istri Yehezkiel dimatikan oleh Tuhan. Luar biasa sulitnya. Saudara akan menemukan Amos, Ezra, Nehemia, semuanya ikut dalam pembuangan umat Allah. Mereka bukanlah orang-orang yang memiliki kelasnya tersendiri, terpisah dari umat, bukan seperti orang ahli Taurat, orang Farisi yang melihat dosa umat dan kemudian menepuk pundak mereka dan mengatakan aku adalah orang benar dan orang Farisi mengatakan mereka itu harus dikutuk dan aku bebas dari kutukan. Tidak, tidak seperti itu! Nehemia itu dengan sungguh-sungguh, bukan dengan lip service, bukan dengan basa basi tetapi dengan remuk hati mengakui dirinya berdosa. Kami sudah berdosa terhadap Engkau juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Saudara-saudara, ini bukan seseorang yang merasa-rasa yang bisa lebih sehati dengan umat, tidak, dia benar-benar sadar akan dosanya. Dia berbagian dengan dosa dengan umatnya. Saudara-saudara, mungkin Saudara-saudara bertanya kalau gitu, mungkin saja Nehemia berzinah, atau mungkin dia termasuk dalam orang yang mengambil suap? Saudara-saudara, tidak. Saudara-saudara, nabi itu tidak berzinah, nabi itu sungguh-sungguh hidup suci di hadapan Allah. Tetapi saudara perhatikan prinsipnya, setiap orang yang bertumbuh rohani akan memiliki tangisan di dalam hati seperti Paulus. Dan tangisan Paulus itu adalah ‘di antara semua orang berdosa, akulah yang paling berdosa!’ Jikalau seseorang itu adalah orang yang dekat di tahta Allah, orang itu akan melihat kebesaran Tuhan tetapi pada saat yang sama dia melihat kedalaman dosa di dalam diri sendiri. Sekali lagi, apa yang dikatakan oleh Nehemia itu lahir dari hati, ini adalah tangisan, dia minta pengampunan dari Tuhan. Nehemia bukan bersandiwara, merasa-rasa, bukan sekedar mensinkronisasi dirinya, tetapi dia real, sadar dia tidak lebih baik daripada umat.

Saudara-saudara, perhatikan baik-baik sekarang kalimat di bawah ini, inilah true leadership. Inilah pemimpin yang sejati. Kita tahu semua bahwa dunia ini membutuhkan pemimpin yang sejati. Dan sudah begitu banyak seminar, begitu banyak ceramah, begitu banyak buku yang dikeluarkan untuk bicara mengenai true leadership. Pemimpin yang sejati itu apa? Kemampuan melihat jauh ke depan, visioner. Kemampuan melihat musuh dan bahaya yang akan datang. Kemampuan untuk memobilisir orang-orang. Kemampuan untuk me-manage dan menempatkan seseorang sesuai dengan talentanya. Kemampuan untuk membangun relasi, keteguhan hati, ketekunan sampai akhir, keberanian dan bukan seorang pengecut dan seluruhnya itu adalah tanda-tanda karakter pemimpin. Tetapi ada satu hal yang luar biasa penting di dalam Alkitab yang tidak ada dalam buku atau ceramah apapun saja. Dan saudara akan melihat pemimpin yang sejati dalam Alkitab memiliki ciri selalu ini, yaitu kemampuannya untuk bertobat. Kemampuannya untuk dia itu rendah hati selalu di hadapan Allah mengakui dosanya. Menyadari bahwa dirinya lemah. Menyadari dirinya tidak lebih baik daripada orang-orang yang dipimpin, kesadaran diri akan sama dengan orang lain jikalau Tuhan itu melepaskan dia. Ini adalah rahasia dari true leadership.

James Boice seorang komentator Alkitab menyatakan seorang pemimpin sejati tidak begitu sadar akan bakat atau karunia yang dia miliki yang tidak dimiliki oleh orang lain karena dia menyadari fakta bahwa dia sama lemahnya dan mampu berbuat dosa seperti siapapun. Ketika para pemimpin melupakan keberdosaan mereka, mereka telah jatuh ke dalam dosa dan pada titik itu kehilangan kemampuan kepemimpinan mereka. Sekali lagi saudara-saudara, perhatikan kalimat ini, ketika para pemimpin melupakan keberdosaan mereka, mereka telah jatuh ke dalam dosa dan kehilangan kemampuan kepemimpinan mereka. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik prinsip ini, kemampuan memimpin paralel dengan kesadaran kelemahan dan dosa diri. Ini rahasia dari true leadership. Begitu ini hilang, maka hilang juga kemampuannya memimpin. Berkali-kali Allah meminta kita bertobat, dan sering sekali kita menghindar daripada pertobatan itu. Kita malu untuk bertobat, kita tidak mau bertobat. Padahal di dalam Alkitab, semua yang bertobat kemudian dipulihkan Tuhan untuk memimpin umat-Nya. Ada sebuah kalimat mengatakan Kerajaan Allah di muka bumi ini dibangun oleh orang-orang yang meneteskan air mata pertobatan. Ketika Tuhan menghajar kita, pada saat yang sama Dia sedang melatih kita untuk dipakai di dalam waktu kedepan selanjutnya. Kemampuan memimpin paralel dengan kesadaran akan dosa diri. Itulah rahasia true leadership. Sampai di sini, minggu depan kiranya Tuhan pimpin kita.


Imamat 26:40-42, Nehemia 1:4-8
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

5 March 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (7)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Imamat 26:40-42, Nehemia 1:4-8

Imamat 26:40-42, Nehemia 1:4-8

Kita terus memikirkan satu kata yang penting yaitu covenant. Karena Covenant ini, kita berdiri kokoh di hadapan Allah dan manusia. Kita mendapatkan seluruh berkat-berkat rohani di sorga melalui Kristus Yesus. Dengan covenant ini, kita memiliki confidence untuk datang berdoa kepada Allah, didengar dan dijawab oleh Allah. Boleh dikatakan covenant adalah segala-galanya di dalam hidup kita. Jikalau ini tidak ada, maka hidup kita pasti akan hancur, saat ini dan di dalam kekekalan. Allah melihat seluruh umat manusia hanya di dalam 2 kelompok ini; pertama, yang diberikan covenant yaitu gereja-Nya yang sejati, atau yang kedua, yang Dia tidak ikat janji, tidak ikat covenant. Nehemia mengerti sekali pentingnya covenant ini, sebelum dia melanjutkan doanya dia mengingatkan dirinya sendiri akan kedaulatan Allah dan akan covenant yang Allah buat di dalam dirinya. Kenapa Allah mendengarkan kalimat-kalimat selanjutnya adalah karena Allah sudah mengikatkan diri-Nya dengan covenant kepada umat-Nya termasuk Nehemia.

Di poin ini, saya akan memberikan sesuatu yang penting. Nehemia tidak berdiri sendiri, berdoa sendiri, secara individualis. Dia berdoa secara pribadi, tetapi dia tidak secara individu berhadapan dengan Allah. Dia berdoa secara pribadi, personal, di hadapan Allah, tidak ada yang lain, dia sendirian, tetapi dia tahu bahwa seluruh doanya harus dirangkai di dalam jalinan covenant dengan Allah, yang sudah Allah berikan kepada Abraham, Ishak, Yakub, Musa dan turun kepada dirinya. Pengertian ini secara scholartheology disebut sebagai Analogia Fidei, Analogy of Faith. Analogy of Faith artinya kepercayaan seseorang, apa yang dia believe dan doktrin yang dia miliki, mau tahu benar atau tidak, maka itu akan terkait atau tidak dengan kepercayaan leluhur sebelumnya. Kepercayaan kita terkait dengan kepercayaan orang-orang kudus sebelumnya. Ini disebut sebagai Analogy of Faith. Analogy of Faith menyatakan koherensi dan kesinambungan, kepercayaan dan doktrin Kristiani. Ketika kita mengerti Analogy of Faith ini, maka kita menyadari bahwa iman kita dan bahkan doa kita adalah satu kesatuan yang utuh, yang saling berhubungan dan saling menguatkan dengan seluruh orang-orang percaya sepanjang masa.

Perhatikan Nehemia tidak datang kepada Tuhan dan mengatakan, “Tuhan, Kau berjanji kepada diriku sendiri.” Tidak. Dia menyatakan bahwa Allah sudah berjanji kepada dia melalui Musa dan ketika Nehemia bicara hal ini kepada Tuhan, saudara lihat di dalam Imamat 26, Musa mengingat perjanjian Allah dengan dirinya adalah perjanjian Allah dengan Yakub. Kalau membaca Yakub, Yakub dealing dengan Allah yang menyatakan covenant-Nya dengan dia, adalah covenant yang Allah sudah buat dengan bapa leluhurnya yaitu Ishak. Dan ketika Allah dealing dengan Ishak, maka Ishak kemudian mengingat perjanjian Allah dengan Abraham, yang adalah bapa seluruh orang yang beriman. Perhatikan baik-baik, ketika engkau sendirian di kamar, ketika engkau berdoa, ketika kita beribadah, kita berada di sini, kita memiliki hak untuk menghadap tahta kasih karunia Allah, kita memiliki hak untuk di dengar oleh Allah dan dijawab oleh Allah. Bukan karena Allah berjanji pribadi dengan kita saja, tetapi sesungguhnya kita berada di balik pundak bapa-bapa leluhur kita di dalam iman. Alkitab dengan jelas menyatakan, Bapa kami di sorga, maka Allah memandang kita bukan secara pribadi, bukan secara personal, tetapi juga di sorga. Dia melihat bahwa seluruh gereja Tuhan menjadi satu di hadapan tahta kasih karunia-Nya yang tidak bisa dilepaskan. Maka, ketika mengerti prinsip ini, saudara-saudara akan berdoa dengan hati dan mengingat seluruh bapa-bapa iman kita. Banyak orang Kristen sekarang menjadi orang Kristen individualist, banyak orang Kristen tidak peduli dengan pekerjaan Allah di dalam sejarah gereja. Sekali lagi saya mau katakana, kalau saudara dan saya beribadah, kalau saudara dan saya berdoa, kalau saudara dan saya adalah orang yang mendapatkan berkat dari Tuhan, itu bukan karena kita sendiri didengar oleh Tuhan, tetapi karena Allah sudah berjanji kepada gereja-Nya sejak Dia berjanji kepada Abraham. Kita berdiri di belakang pundak mereka. Dan itulah yang Tuhan ajarkan di dalam covenant.

Minggu lalu saya sudah mengatakan definisi covenant. Palmer Robertson memberikan satu definisi yang sangat baik. “A covenant is a bond in blood sovereignly administered.” Covenant adalah ikatan di dalam darah yang diaplikasikan. Itu artinya dibuat, di-support secara berdaulat. Minggu lalu kita sudah bicara mendengar kata ini, maka saudara mengingat 5 hal ini. Yang pertama adalah sovereign administered, yang ke-2 covenant adalah ikatan, yang ke-3, covenant selalu melibatkan darah. Yang ke-4, covenant adalah covenant of love, dan ke-5, ketika kita mendengar kata covenant maka kita mengingat Yesus Kristus. Minggu lalu saya sudah bicara berkenaan dengan yang pertama sovereign administered, covenant ini ada karena dibuat oleh Allah yang berdaulat kepada umat pilihan-Nya. Allah bukan saja berdaulat dan membuat covenant ini tetapi Allah akan mengusahakan, menjadikan, mengokohkan covenant ini. Saya menegaskan berkali-kali bahwa covenant ini adalah ide Allah dan bukan ide kita. Maka Allah-lah yang membuat prinsip-prinsip covenant ini berjalan. Saudara dan saya tidak bisa sembarangan berinteraksi dengan Allah. Sekali lagi saya mau menegaskan, apakah menjadi orang Kristen itu adalah bebas? Jawabannya adalah tidak. Kita bebas di dalam platform covenant. Tanpa platform covenant, keluar dari platform covenant, maka tidak ada prinsip Alkitab dan jaminan bahwa kita bisa berinteraksi dengan Allah dengan berkat yang Dia berikan. Saudara dan saya boleh melakukan apa saja, di dalam platform covenant.

Hal yang ke-2, minggu lalu kita sudah bicara berkenaan bahwacovenant itu suatu ikatan dan ikatan itu ikatan yang begitu dalam. Alkitab bahkan menyatakan ikatan ini melebihi ikatan tertinggi yang diketahui oleh manusia. Ikatan yang tertinggi yang diketahui oleh manusia adalah ikatan suami isteri. Tetapi ketika Allah mengikatkan diri-Nya dengan kita, itu melampaui keintiman suami isteri. Covenant ini adalah covenant yang menjadikan Allah di dalam Kristus Yesus menjadi satu dengan kita. Itulah sebabnya kenapa ketika Saulus menganiaya gereja, dia aniaya gereja ini, dia aniaya gereja itu, tiba-tiba Yesus Kristus datang kepada dia dengan satu pertanyaan, di luar kemampuan nalar dia, “Mengapa engkau menganiaya Aku, Saulus?” Kapan Saulus pernah menganiaya Kristus? Pontius Pilatus pernah menganiaya Kristus, Kayafas pernah menganiaya Kristus, Saulus tidak pernah. Saulus hanya menganiaya gereja Tuhan. Tetapi kenapa Yesus mengatakan demikian kepada dia? Karena gereja yang sejati, Allah di dalam Kristus, sudah mengikatkan perjanjian, bonding, dengan dia. Begitu gereja dianiaya, maka sesungguhnya Kristus Yesus juga dianiaya. Itulah sebabnya Roma 8:31-39 sampai mengatakan demikian, tidak ada yang dapat memisahkan kita daripada kasih Kristus, apapun saja yang terjadi, hai orang-orang Roma, apakah engkau dianiaya, apakah kuasa kegelapan bersatu untuk menghancurkan engkau, ini adalah berita dari Allah kepadamu, tidak ada yang bisa memisahkan kasih Allah kepadamu. Dengan kata lain Allah akan mengerahkan seluruh kuasa-Nya untuk mempertahankan covenant ini.

Sekarang adalah hal yang ke-3. Ketika kita mengingat covenant, kita mengingat ini adalah ikatan di dalam darah, artinya ikatan hidup mati. Ketika bicara mengenai darah, ini bukan bicara mengenai horror atau kasar atau berdarah-darah. Tetapi Imamat 17 menyatakan hidup itu ada di dalam darah. Jadi Allah mau menyatakan ketika bicara Dia mengikatkan covenant dengan saudara dan saya, ini adalah ikatan yang tertinggi yang menjadi puncak dari seluruh ikatan karena akan melibatkan hidup matinya engkau dan hidup matinya aku, demikian kata Allah. Saya sudah pernah berkotbah mungkin 3 atau 4 kali sepanjang 9 tahun di tempat ini. Kalau saudara-saudara mau melihat itu apa, lihatlah Kejadian 15, pada waktu itu Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, dan Abraham ragu-ragu. Karena keraguan Abraham, maka Allah meminta Abraham menyembelih beberapa binatang. Setelah disembelih kemudian diletakkan di sebelah kiri dan di sebelah kanan. Ada beberapa binatang yang sudah disembelih dua, di sebelah kiri dan di sebelah kanan, dan Allah menyuruh Abraham untuk menunggu, dan saat malam itu datang, sesuatu terjadi. Api menjulur di antara kedua belahan binatang itu. Itu artinya adalah Allah sendiri yang berjalan di antara dua potongan dari animal itu. Orang-orang ancient near east tahu apa artinya. Pada waktu itu, seandainya saya berjanji kepada Grace untuk membayar hutang saya satu bulan lagi, maka Grace akan minta kepada saya bersumpah. Cara bersumpah pada waktu itu adalah saya mengambil binatang, memotongnya 2, meletakkan di sebelah kiri dan kanan saya, kemudian saya berjalan di tengah 2 potongan binatang itu, sambil saya mengucapkan hutang saya akan dibayar kapan. Ini bukan sekedar janji, tetapi ini bicara mengenai sumpah. Itu artinya ketika saya berjalan, saya mau mengatakan kepada Grace, saya akan bayar hutang tanggal 15 bulan depan, jikalau saya tidak membayar tepat pada waktunya, engkau memiliki hak untuk membelah saya, mematikan saya pada tanggal itu. Itulah yang dikerjakan Allah kepada Abraham. Ketika Allah menyatakan covenant, maka ini adalah ikatan yang tertinggi yang menyangkut hidup mati, bukan saja hidup mati saudara dan saya, tetapi adalah hidup dan matinya Allah sendiri. Allah berjalan di tengah-tengah potongan itu. Itu mau mengatakan Abraham perhatikan, kalau saya sampai ingkar janji, engkau boleh membelah saya seperti binatang ini. Oh, ini sungguh-sungguh menggetarkan, setiap kali saya melihat ini, memperhatikan ini, mempelajari ini, saya terus menerus pikir Tuhan, kenapa Engkau mau melakukan hal ini?

Covenant adalah ikatan di dalam darah, itu artinya sekali covenant tersebut dibuat, maka kedua belah pihak terkait, terikat selamanya dan yang terikat akan mengalami rasa sakit, kematian jikalau covenant itu dirusak. Tidak ada yang dapat meringankan hukuman pelanggaran covenant ini selain penumpahan darah. Pencurahan darah artinya mematikan kehidupan adalah satu-satunya jalan keluar jikalau covenant ini dilanggar. Itulah sebabnya Ibrani 9:22 adalah ayat yang sangat terkenal, selain penumpahan darah tidak ada pengampunan. Ibrani 9:22 menyatakan darahlah yang menjadi konsekuensi kesalahan, tetapi di tempat yang lain, darah itu pula yang menjadi jalan masuk pengampunan. Melihat ini, saudara akan melihat Allah luar biasa berhikmat. Ketika Kristus Yesus mati di atas kayu salib, di satu sisi dia membayar harga dosa kita. Covenant itu sudah kita langar dan konsekuensinya harus ada yang mati, harus ada darah yang tercurah. Tetapi di tempat yang lain, pada malam hari sebelum Yesus dipaku di atas kayu salib, di perjamuan terakhir itu, Dia menyatakan inilah darah perjanjian yang baru. Apakah saudara mengerti bahwa salib Kristus, darah Kristus yang tercurah di atasnya adalah konsekuensi dari covenant yang sudah dilanggar? Tetapi di tempat yang lain, adalah batu karang yang kokoh untuk covenant yang baru dibuat. Darah adalah konsekuensi dari covenant yang dihancurkan tetapi darah pula yang menjadi jalan masuknya pengampunan. Yang terus-menerus ada dalam pikiran kita adalah mengapa yang mencurahkan darah bukan kita, tetapi Anak Allah? Itulah cinta.

Hal yang ke-4, kata ke-4 ketika kita mendengar covenant adalah love. Covenant of love adalah Allah memiliki keputusan hati mengaitkan kebahagiaan-Nya dan keberadaan-Nya dengan umat pilihan-Nya, objek yang dikasihi-Nya yaitu kita. Saya ambil contoh hal yang paling sederhana, saya di rumah pelihara guinea pig. Guinea pig itu sebelumnya tidak saya kenal dan saya tidak ada urusannya dengan guinea pig itu. Hati saya dan keberadaan saya juga tidak ada urusannya dengan dia. Tetapi begitu saya memutuskan untuk membelinya dan saya membawanya ke rumah, itu artinya adopsi. Saudara masih ingat, kita adalah anak adopsi Allah. Saya bawa ke rumah, seluruh hidup saya akhirnya terikat sama dia, saya tidak bisa pergi lama-lama, dua hari saya sudah mikir, ini guinea pig makan apa dan anehnya, jika tadinya saya tidak ada urusan emosi sama dia, tetapi begitu saya kasih makan, dia mendekat dan kemudian saya usap-usap dia, senang saya, bahagia saya, lalu saya panggil dia, dia pergi ke tempat saya, senang saya. Tetapi kalau saya kasih makan lalu dia ambil makan langsung kabur, jengkel saya. Ini apa? Saya secara penuh sadar mengambil keputusan dalam hidup mengaitkan hati saya dengan dia. Demikian juga kalau saudara-saudara mengambil anak adopsi. Kalau saudara-saudara mengambil anak adopsi dan menjadi anak saudara sendiri, anak di dunia kan banyak yang menderita juga. Apakah saudara menangis juga? Anak yang ada di Turki, di Syria kita tidak peduli, bukan? Dan kita “tidak harus peduli,” bukan? Ya, secara manusia kita harus peduli tetapi kita tidak peduli karena tidak ada relasi apa-apa, apakah dia itu sekarang tertimbun di batuan atau tidak. Tetapi kalau anak sendiri, jam 2 siang belum pulang kuliah, saudara tanya ini ada di mana? Pulang malam jam 8 kita tanya sudah makan atau belum. Kalau belum makan, kenapa belum makan? Kita mulai worry, hati kita terkait dengan dia. Padahal sebenarnya kalau anak orang lain, kita tidak peduli, bukan? Allah adalah Allah yang Maha Besar dan Allah yang Maha Besar menciptakan manusia. Dia tidak memiliki kewajiban terkait hati-Nya dengan kita secara pribadi. Dia tidak memiliki kewajiban itu. Dia di atas kita, bahkan seluruh panca indra Allah tidak harus terkait dengan kita, tetapi Dia mau memandang kita seperti dia melihat Petrus.

Sebelumnya Yesus tidak pernah kenal Petrus, tetapi Yesus sendiri yang berjalan ke tempat Petrus dan Yesus sendiri yang memanggil Petrus “Ikutlah Aku, Petrus!” Di situ, Yesus mengambil suatu keputusan hati membuat covenant with Peter. Seluruh hati-Nya sekarang, suka duka, tersenyum, gembira, sedih tergantung Petrus bagaimana berespon dengan Yesus. Kalau saudara tidak mengerti teologia covenant dan tidak mengerti apa yang ada di dalam Alkitab ini, kita memikirkan Allah adalah satu pribadi tua yang besar yang duduk di surga yang tidak punya perasaan apapun saja. Apatos tidak punya perasaan apapun saja. Tapi Alkitab mengatakan tidak. Kepada Israel, Dia bisa mengatakan Aku sakit hati sama kamu, cemburuku muncul Israel. Mengerti prinsip ini maka ketika Allah mengatakan Aku cemburu kepadamu Israel, engkau sudah membuat Aku sakit hati. Maka ini adalah sesuatu bentuk perendahan diri Allah kepada gereja-Nya. Sama seperti guinea pig itu, tidak ada kewajiban saya untuk mengambilnya ke rumah, tidak ada kewajiban saya untuk mengaitkan hidup saya dan juga hati saya dengan dia. Isteri saya berkali-kali mengatakan di depan guinea pig itu “Nanti kalau kamu mati pasti mama sedih.” Loh, kan cari perkara. Kenapa mesti begini? Apa kita kurang kerjaan? Kenapa memasukkan sesuatu ke dalam hidup kita, lalu membuat air mata, tetapi itulah cinta. Cinta mengaitkan hati kita dengan satu obyek dan obyek itu akan menyetir seluruh perasaan kita. Cinta membuat kita tidak bisa mengatakan aku nggak peduli. Kalau tidak peduli, maka orang sudah pasti tidak ada cinta. Itulah sebabnya Mazmur 1:6, Sebab TUHAN huruf besar adalah God of covenant, mengenal jalan orang benar tetapi jalan orang fasik menuju kepada kebinasaan. Kalau LAI tulis TUHAN huruf besar, itu artinya Yahweh, Yahweh artinya God of covenant itu bicara mengenai TUHAN. TUHAN adalah satu pribadi yang besar yang tinggi paling tinggi, ketika bicara TUHAN dengan huruf besar menyatakan dia Allah yang berdaulat, itu merendahkan diri-Nya mengikat perjanjian “Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar.” Kata mengenal, bahasa yang dipakai adalah mengamati, melindungi, mengasuh orang-orang yang diberi covenant ini. Orang yang diberi covenant disebut sebagai orang benar karena kebenaran Kristus. Sekali lagi Mazmur 1:6 ini mengenal jalan orang benar adalah persis seperti CCTV tetapi terbalik fungsinya. CCTV tidak akan melepaskan setiap tindakan kita, untuk apa ada CCTV? CCTV untuk menangkap kesalahan kita. Allah kita tidak seperti itu, mata-Nya Maha Tahu bagi orang-orang yang diberikan covenant, maka Dia mengetahui semuanya untuk mengamati, melindungi, mengasuh orang-orang yang diberikan covenant itu. Itulah sebabnya Yesus Kristus mengatakan jangan takut, jangan kuatir satu rambut pun jatuh, Allah Bapamu di surga tahu. Kenapa Tuhan, kenapa bisa tahu, karena Aku sudah mengikat covenant dengan engkau. Allah kita terlalu besar.

Hal ke-5, terakhir. Ketika kita mengingat kata covenant, maka hal yang terpuncak yang harus kita ingat adalah Kristus Yesus. Kristus adalah perwujudan covenant of love. Dia adalah titik tertinggi covenant of love. Covenant of love Allah diwujudkan dengan mengirimkan Anak-Nya yang tunggal ke dunia ini. Itulah sebabnya dikatakan Allah mengasihi dunia ini dengan mengirimkan anak-Nya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus. Para penulis Perjanjian Baru menghadirkan Yesus sebagai keturunan Abraham yang menjadi berkat bagi semua bangsa. Yesus lebih besar daripada Musa yang memimpin seluruh umat-Nya keluar dari perbudakan dosa. Yesus adalah Israel yang taat dengan sempurna untuk mengikuti hukum-hukum Allah dan Dia adalah anak Daud yang meresmikan Kerajaan Allah di dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya. Yesus dengan sempurna berhasil di setiap titik di mana umat manusia gagal. Dia adalah penjamin covenant dan Dia adalah pengantara dari covenant yang baru, new covenant dan yang lebih baik dan lihatlah apa yang seluruh Alkitab katakan, maka saudara akan tahu itu seluruhnya di dalam rangka covenantGod with us”, Imanuel, salib, kasih.

Seluruh kalimat itu ada di dalam konteks covenant dan inti covenant adalah Aku menjadi Allahmu dan engkau menjadi umat-Ku. Kalimat inilah kata ‘Bapa kami yang di surga’ turun. Sekarang bisa melihat seluruh kalimat penting di dalam Alkitab terangkum di dalam satu jaringan covenant. Covenant adalah identitas Gereja Tuhan, covenant adalah modal Gereja Tuhan hidup di dunia ini dan di depan dari hadirat-Nya. Dari covenant inilah mengalir seluruh berkat-berkat Allah di surga dan di dunia bagi kita di dalam Kristus Yesus. Segala sesuatu akan mengecewakan hidup kita tetapi kasih setia Allah di dalam covenant, tidak akan mengecewakan kita. Richard Sibbes orang puritan mengatakan “Kasih-Nya kekal dan anugerah-anugerah roh di dalam Kristus tidak akan pernah kering.” Dunia akan mengecewakan kita, sahabat-sahabat kita akan mengecewakan kita, kenyamanan akan mengecewakan kita dan tidak lama lagi hidup juga akan mengecewakan kita. Tetapi covenant kekal Allah tidak pernah akan mengecewakan kita.

Saya akan akhiri khotbah ini. Saudara melihat diri kita dan apa yang ada di dunia. Di dalam beberapa minggu ini saudara mengerti, bahkan pagi ini saudara melihat parade Mardi Grass ada di mana-mana. Alkitab memberikan kepastian kepada kita bahwa kita tidak lebih baik daripada mereka tetapi dengan cara kerja Allah yang kita tidak ketahui dan motivasinya yang dalam, yang kita tidak mungkin bisa salami, Alkitab menyatakan bahwa Dia meneguhkan umat perjanjian-Nya, umat covenant-Nya di tengah-tengah bumi ini dan itu adalah gereja Allah yang sejati, Dia menginginkan kita di tengah-tengah dunia ini berdiri di atas covenant-Nya dan belajar untuk memegang perjanjian ini sampai kita mati, menyatakan panji-panji Allah kita yang besar dan yang dahsyat yang begitu rendah hati kepada dunia ini, menyatakan kepada dunia ini bahwa semua manusia harus menyembah Dia. Itu adalah tugas semua gereja yang menerima covenant Allah. Hiduplah sebagai orang-orang yang menerima perjanjian ini, jikalau saudara sungguh-sungguh menerimanya. Hiduplah dengan menyatakan kebesaran Allah yang berdaulat yang memberikan covenant ini kepada gereja-Nya di tengah-tengah dunia. Kenapa gereja harus belajar dan berjuang untuk hidup suci karena covenant dipelihara di dalam jalan kesucian. Dan itulah panggilan kita, identitas kita adalah seorang Kristen, pemegang covenant. Bersungguh-sungguhlah hidup di dalam covenant ini, karena Allah kita memberikan covenant ini dan mengikatkan perjanjian-Nya sepenuh hati, seluruh hidup-Nya dengan serius. Ini adalah ikatan hidup dan mati Allah dan hidup dan matinya kita. Kiranya kasihan Tuhan membuat kita mengerti sesungguhnya siapa kita.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

26 February 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (6)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1: 5-11

Nehemia 1: 5-11

Beberapa minggu kita terus memikirkan mengenai kedaulatan Allah. Kita akan memikirkan mengenai satu tema yang penting yaitu convenant of love. Saudara-saudara, perhatikan Nehemia tidak melanjutkan doanya sebelum dia mengingat 2 hal ini, dan terhadap 2 hal ini dia memuji Tuhan. Yang pertama adalah dia mengingat dan memuji Allah yang berdaulat. Yang ke-2 adalah dia mengingat dan memuji Allah yang berdaulat, membuat convenant of love terhadap umat Allah dan terhadap dirinya. Perhatikan apa yang didoakan Nehemia menjadi sesuatu contoh yang luar biasa indah dan baik bagi kita gereja Tuhan. Kalau kita mau berdoa, biarlah kita boleh berdoa dengan apa yang dicontohkan Alkitab. Kita sering sekali datang kepada Tuhan dan asal ngomong saja. Kita tidak menata hati kita. Kita tidak mengingat akan seluruh platform yang sebenarnya Tuhan berikan kepada kita sebelum kita menghampiri Dia. Nehemia tidak meminta dan tidak berbicara apa pun terlebih dahulu. Tetapi dia berbicara mengenai kedaulatan Allah dan perjanjian cinta-Nya kepada kita. Kita akan menyoroti apa yang akan dikatakan oleh Nehemia. Allah yang membuat convenant of love kepada umat-Nya. Apa itu covenant?Covenant tidak sama dengan janji. Covenant tidak sama dengan persetujuan. Salah satu buku yang baik untuk dibaca dan untuk mengerti definisi covenant ini adalah: The Christ of the Covenants” dari O. Palmer Robertson. Ini adalah definisi covenant-nya: A covenant is a bond in blood sovereignly administered.Covenant adalah ikatan di dalam darah yang diaplikasikan, dibuat dan juga di-support secara berdaulat. Mendengar kata covenant maka biarlah kita jemaat Tuhan mengingat 5 hal utama ini. Pertama adalah covenant berbicara mengenai sovereign administered. Sovereign administered artinya adalah diaplikasikan atau dibuat, dan bukan saja dibuat tetapi di-support, dibuat sedemikian supaya kokoh dan berhasil. Ketika bicara mengenai covenant, bukan saja diaplikasikan atau ditetapkan. Misalnya saja Tuhan mengaplikasikan hal ini atau Tuhan menetapkan hal ini, lalu sudah selesai begitu saja. Tidak! Ketika bicara mengenai administered, maka Dia yang membuat, Dia yang mengaplikasikan, Dia yang menentukan prinsip-prinsipnya dan Dia akan berusaha sedemikian rupa dengan seluruh kekuatan-Nya menyokong ini untuk tidak gagal. Hal yang ke-2, covenant adalah ikatan; bond. Ke-3, covenant berbicara mengenai darah. Hal yang ke-4, covenant adalah bicara mengenai cinta (love). Yang ke-5, covenant adalah bicara mengenai Yesus Kristus.

Hal yang pertama ketika kata ‘covenant’ ini muncul, biarlah kita boleh ingat bahwa covenant dibuat oleh Allah yang berdaulat kepada umat pilihan-Nya. Tetapi ketika saya bicara ini dibuat bukan saja dibuat kemudian selesai. Tidak. Tetapi ini adalah sesuatu yang dibuat, lalu di-support. Ini bukan saja dibuat tetapi Allah dengan seluruh karya-Nya akan mengusahakan supaya covenant ini kokoh adanya. Dari poin pertama ini saja saudara bisa melihat bagaimana keseriusan Allah. Ketika bicara mengenai covenant nanti di belakang, itu adalah seperti ikatan suami-isteri. Ketika saudara dan saya diikat di dalam Kristus Yesus, saudara akan melihat bagaimana keseriusan Allah. Ketika suami dan isteri pertama kali mereka mau diberkati. Saudara bisa melihat keseriusan mereka menghadapi hari pernikahan, bagaimana sepenuh hati mereka mereka mempersiapkannya pagi, siang, malam berbulan-bulan untuk pesta pertama kali itu. Jikalau salah satu pasangan tidak sepenuh hati bukankah itu langsung mengagetkan dan langsung akan membuat pasangan yang satu itu sangat-sangat terkejut dan sangat-sangat kebingungan. Kalau saudara melihat mempelai wanita maka di hari pernikahannya jam 10 atau jam 11 siang. Kalau di Indonesia jam 3 pagi dia sudah di salon. Dan hebatnya salon itu bukan cuma mendandani, tetapi bagaimana mata ngantuk itu dibuat cerah. Saya kadang pikir itu adalah salib yang tidak perlu. Susahnya luar biasa, lalu dia sudah mulai mau memasuki acara pernikahan, mempelai prianya belum datang. Ditelepon-telepon, tidak tahunya mempelai prianya ketiduran. Saudara kecewanya akan luar biasa. Aku sudah mempersiapkan sedemikian rupa, serius. tetapi engkau ketiduran. Enak saja engkau tidak ada persiapan sama sekali. Satu poin ini, serius di hadapan Allah. Banyak sekali dari kita yang tidak memilikinya.

Covenant itu dibuat oleh Allah yang berdaulat kepada umat yang dipilihnya, saudara dan saya. Tetapi bukan saja dibuat, begitu Dia buat seluruh karya-Nya akan berusaha membuat covenant yang sudah dibuat ini kokoh. Sekali lagi, covenant adalah suatu ikatan yang diaplikasikan, dibuat, di-support secara kedaulatan oleh Allah. Itulah sebabnya kalau saudara-saudara mengerti ini maka covenant adalah inisiatifnya Allah, bukan dari kita. Karena Allah yang berinisiatif untuk membuat covenant ini, Allah-lah yang menentukan cara kerja covenant. Allah pula yang menentukan prinsip-prinsip covenant. Covenant bukan suatu perjanjian yang sifatnya mutual. Bukan dua belah pihak sejajar lalu bisa tawar menawar; negosiasi. Tidak. Kalau kita masuk ke dalam sebuah perjanjian, maka ada 2 belah pihak yang saling berjanji dan pada posisi yang sejajar. Tetapi, covenant tidak. Covenant dibuat oleh Allah yang berdaulat kepada umat-Nya. Dan sekali lagi, Allah di dalam kedaulatan-Nya mengaplikasikan dan melakukan segala karya-Nya untuk men-support, mengokohkan covenant ini tetap berdiri. Itulah sebabnya Tuhan sampai bersumpah bahwa janji-Ku; perjanjian-Ku dengan engkau tidak mungkin gagal. Sekali lagi saya mau menyoroti berkenaan dengan Allah yang menentukan prinsip kerja dan isi perjanjian covenant ini. Saya ambil contoh seseorang atau satu bangsa; dalam hal ini misalnya saja dalam Alkitab itu bangsa Israel sudah berdosa dan melanggar covenant. Itu juga terjadi pada gereja masa kini, jikalau kita sudah melanggar covenant, kita sudah berdosa maka Allah akan menghajar kita. Allah akan menghukum kita. Tetapi, pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk menghentikan hajaran atau hukuman ini? Bukan dengan cara berbuat baik, berbuat amal. Tetapi dengan bertobat. Ini adalah prinsip kerja covenant yang Allah tentukan kepada kita. Kalau ada dosa dan dosa itu adalah mem-break; memecahkan covenant. Maka pertobatan di dalam Kristus Yesus adalah jalan untuk memulihkan covenant itu. Itulah sebabnya dalam Alkitab, aspek pertobatan selalu menjadi elemen yang penting di dalam Alkitab. Itulah sebabnya dalam Alkitab, para nabi misalnya Yohanes Pembaptis berkata,”Bertobatlah!” Maka ketika dia menyatakan kalimat ini anak-anak binasa akan mengatakan,”Itu engkau menghakimi.” Kalau saudara-saudara mendengarkan kalimat itu dan merasa ini adalah pengkhotbah yang terlalu menghakimi, maka sesungguhnya sangat mungkin orang-orang itu adalah orang binasa karena seorang nabi ketika bicara:”Bertobatlah!” Maka sesungguhnya itu adalah panggilan cinta. “Kembalilah kepada covenant-Ku, hai umat-Ku. Aku menunggu di sini dengan cinta-Ku. Engkau sudah breakthe covenant. Engkau sudah mengkhianati covenant. Kembalilah…kembalilah.” Biarlah kita mengerti intinya. Sekali lagi aspek pertobatan itu menjadi satu elemen yang sangat penting di dalam covenant.

Mari kita lihat dalam Nehemia, apa yang terjadi dengan dia? Hanani datang dan bicara berkenaan bagaimana orang Israel dalam malu yang besar. Tembok Yerusalem sudah terbakar, kemudian Nehemia memiliki hati yang peka dan hancur hati melihat umat Tuhan yang sedang berada dalam penderitaan yang besar. Apa yang dilakukan oleh Nehemia? Dia tidak serta merta melakukan perbaikan. Dia tidak serta merta menggalang dana. Dia tidak mencari kontraktor untuk membangun Tembok Yerusalem. Dia tidak memberikan surat atau menelepon sana sini untuk membuat suatu sinergi dan planning yang hebat untuk membangun tembok itu lagi. Tidak. Dia tidak melakukan itu karena Nehemia tahu core-nya itu, intinya adalah covenant. Covenant ini sudah dikhianati oleh kami, bangsa Israel. Maka untuk mengembalikan semua nasib ini, untuk mengembalikan berkat Allah kembali, untuk memastikan berkat Allah terjaga bagi Israel di masa depan maka poinnya adalah kembali kepada covenant melalui pertobatan. Perhatikan prinsip penting ini: ketika kita sudah memecahkan covenant; kita mengkhianati covenant dengan Tuhan. Saudara dan saya sudah berdosa kepada Tuhan, saudara jangan pikirkan apa pun saja, oh aku akan memberikan amal, saya akan memberikan persembahan, aku akan melayani lebih banyak di gereja. Bukan itu. Saudara harus tahu bahwa Allah dealing dengan kita di dalam platform covenant, bukan yang lain. Maka ketika itu terjadi, satu-satunya adalah kembali ke dosa itu dan bertobat di titik kita berdosa. Nehemia tidak melakukan, tidak menyebut doa apa pun saja sebelum dia kembali ke titik ini. Ini adalah suatu rahasia berkat Allah itu sampai kepada kita. Ini adalah rahasia di mana berkat Allah terjaga bagi umat Israel di masa depan. Pertobatan di dalam Yesus Kristus. Di tempat yang lain, karena prinsip covenant ini dimengerti oleh Nehemia, maka Nehemia memiliki confident di dalam Tuhan bahwa doanya akan didengar dan dijawab karena Tuhan sendiri terkait, terikat dengan covenant kepada umat-Nya. Saya mau tanya, kenapa Tuhan harus mendengarkan doamu dan saya? Kenapa? Karena kita rendah hati? Kenapa? Karena kita sudah berjasa banyak sama pekerjaan Tuhan? Hak apa doa kita, tangisan kita, seruan kita didengar oleh telinga-Nya yang suci di sorga itu? Hak apa? Jawabannya adalah Nehemia tahu dia memiliki hak untuk didengar oleh Tuhan, dia memiliki hak untuk dijawab oleh Tuhan. bukan karena kehebatan dia, bukan karena kesucian dia, bukan karena dia tidak bersalah, bukan karena amalnya. Bukan karena dia rendah hati. Tetapi dia memiliki hak didengar dan dijawab oleh Allah karena Allah sendiri sudah mengikatkan perjanjian covenant dengan umat-Nya; dengan dia. Itulah yang membuat dia confident untuk masuk dan berdoa di depan takhta kasih karunia Allah. Itulah sebabnya Nehemia mengatakan dalam pasal 1:6, “Berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan di hadirat-Mu siang dan malam.” Perhatikan, lalu “dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah melakukan terhadap-Mu.” Ayat yang ke-6 b, “Berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu, juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa.” Saudara perhatikan apa yang dilakukan oleh Nehemia, adalah dia bertobat dan ketika pertobatan itu ada, dia memasukkan dirinya di dalam jalur platformcovenant itu. Kemudian dia mengatakan: “dengarkanlah doaku.”

Kesadaran ini berkali-kali terjadi. Tetapi ada satu kali, berapa puluh tahun yang lalu ketika saya pertama atau kedua kali datang ke Lampung. Kami semua mempersiapkan KKR Regional waktu itu, saya bertemu dengan satu atau dua panitia. Setelah berbicara persiapan, semuanya, lalu kami berdoa dan ketika saya berdoa saya meminta seperti biasa saya meminta; “Tuhan tolong kasihani, karena ini mau hujan, harap untuk Tuhan kasih tidak hujan. Tuhan, Engkau tahu hati saya, saya ingin untuk banyak orang mendengar Kristus, kalaupun Engkau memberikan sedikit, saya rela; tapi biarlah nama-Mu dipermuliakan.” Saya berdoa beberapa pokok doa. Tiba-tiba muncul dalam pikiran saya; “Apa yang menjadi hak saya didengar dan dijawab oleh Tuhan?” Di tengah-tengah doa itu, hati saya remuk. Saya menyelidiki segala sesuatunya; “Apakah saya berdosa? Apakah saya berjuang sungguh-sungguh untuk Tuhan? Apakah sungguh-sungguh saya rendah hati?” Dan beberapa elemen-elemen yang lain. Tetapi ketika itu muncul dan ketika saya mau berikan kepada Tuhan, saya tahu itu adalah sesuatu kejijikan di hadapan nama-Nya yang suci. Kemudian saya sisihkan, tapi ada terus di pikiran saya, “Apa yang menjadi hakmu Aku dengar? Tetapi siang itu saya bersukacita, karena saya menemukan ini: “Dengarlah doaku, ya Tuhan yang besar. Bukan karena aku, bukan karena kerendahan hatiku, tetapi karena perjanjian-Mu yang sudah Engkau buat di dalam Kristus Yesus, karena anak-Mu, Tuhan Yesus Kristus. Itu yang membuat saya bisa berdiri di hadapan Allah minta kasih karunia tepat pada waktunya. Bersyukur hari itu Tuhan menjawab apa yang menjadi keinginan dari hamba-Nya. Apa yang menjadi hak saudara dan saya didengar oleh Tuhan, dengan semua kebutuhan kita, dengan seluruh masalah kita? “Oh, anak saya gak karu-karuan, drugs, tidak kenal Tuhan,” dan engkau berteriak kepada Tuhan, apa yang membuat engkau memiliki jaminan bahwa Dia mau mendengar dan memperhatikan doa kita? Ketika engkau melihat dirimu sendiri, setan akan bersukacita karena dia akan mengatakan: “Ah, engkau lihat bahwa engkau tidak memiliki hak apapun saja, bahkan engkau hidupnya brengsek.” Tetapi Alkitab mengatakan: Pandanglah kepada Kristus! Karena Allah akan memandang kita di dalam Kristus, itu covenant yang Dia buat dan Dia tidak bisa lari dari padanya. Saya mengatakan ini dengan takut kepada Tuhan, tapi untuk membuat saudara dan saya memiliki fondasi, karena kita itu tidak mengerti betapa seriusnya Allah ketika membuat covenant kepada kita. Kita memandang Dia seperti kita itu dealing dengan manusia lain. Membuat perjanjian lalu melupakannya. Membuat janji kemudian merendahkannya. Bahkan kita sama sekali tidak peduli dengan apa kalimat-kalimat yang kita sudah keluarkan. Tetapi tidak dengan Allah. Orang-orang kudus-Nya akan dealing dengan Allah di dalam platform ini. Nehemia mengatakan: “Ingatlah akan Firman yang Engkau pesankan terhadap Musa.” Ada tertulis dalam Imamat 26, itu berbicara berkenaan dengan jalan berkat dan jalan kutuk. Kalau meninggalkan covenant, akan mendapatkan jalan kutuk dari Tuhan, tetapi akan mendapatkan berkat dari Tuhan kembali jlkalau mau bertobat. Nehemia mengatakan: “Ingatlah akan Firman yang Engkau katakan kepada Musa hamba-Mu itu.” Pertanyaannya, ketika Nehemia mengatakan demikian kepada Allah. Apakah dia menganggap Allah bisa lupa terhadap janji-Nya? Oh Tuhan lupa ya, sekarang Tuhan ingatlah, ingat Tuhan berapa tahun yang lalu, berapa puluh tahun yang lalu Engkau pernah ngomong-kan sama Musa? Ketika Nehemia mengatakan demikian dalam doanya, apakah Nehemia berpikir bahwa Allah sedang lupa? Tidak bukan? Allah bukanlah manusia yang bisa lupa terhadap janji-Nya, tetapi kenapa Nehemia mesti mengatakan demikian; “Ingatlah Tuhan, akan Firman yang Engkau pernah sampaikan kepada Musa hamba-Mu itu.” Sesungguhnya pada waktu itu, Nehemia mau menguatkan hatinya untuk bisa berdiri meminta berkat belas kasihan dari Tuhan. Dan hak dia meminta itu adalah karena Allah sudah mengikat covenant of love dengan umat-Nya. Perhatikan baik-baik, Nehemia mengenal Allah yang berdaulat dan Nehemia mengenal covenant yang Allah berikan kepada dia. Bacalah Firman! maka kita akan mengenal pribadi Allah, dan kita akan mengenal perjanjian-Nya yang diikat dengan kita. Kenapa kita tidak mau membaca Firman? Saudara mau berbicara mengenai khotbah, baik. Saudara ada persekutuan, baik. Tetapi baca Firman, baca Firman! Karena ketika membaca Firman, saudara dan saya akan mengenal pribadi Allah dan akan mengenal cara kerja Allah di dalam hidup kita yang saudara dan saya tidak bisa pungkiri. Dan semua berkat-berkat Allah diberikan kepada kita hanya di dalam platform covenant yang dibuat oleh Allah di dalam Kristus Yesus. Kiranya kasihan Tuhan menyertai kita.

Hal yang ke-2, covenant adalah suatu ikatan antara Allah dan manusia yang dipilih-Nya. Itu menjadikan kita satu dengan Allah. Jikalau engkau dan saya di dalam Kristus, sungguh-sungguh di dalam Kristus, maka kita dijadikan satu di dalam Kristus Yesus dengan Allah. Kesatuan ini adalah kesatuan yang mystical, yang lebih erat dengan apapun saja bentuk ikatan di dunia ini. Kesatuan ini tidak bisa dilepaskan dengan apapun saja. Alkitab mengatakan ini menjadikan kita satu tubuh. Sebenarnya ini adalah suatu hal yang di luar kemampuan untuk kita memikirkannya. Ini adalah tubuh kita. Seandainya satu dari liver saudara tidak bisa berfungsi, kemudian dimasukkan cangkok maka menjadi satu tubuh. Perhatikan, begitu ini dimatikan maka ginjal itu juga mati. Atau ketika ginjal hancur, kemudian tubuh ini menjadi hancur. Padahal tadinya adalah ginjal yang lain, dari orang lain. Kesatuan ini menjadikan satu tubuh, digambarkan dengan pernikahan suami dan isteri. Meskipun sebenarnya gambaran ini tetap tidak bisa menyaingi atau mendekati gambaran mysticalunion antara kita dengan Kristus. Saya akan berikan catatan untuk membuat saudara menyadari signifikansi pernikahan untuk mengajarkan kita covenant. Sama dengan covenant, pernikahan adalah institusi yang Tuhan buat sendiri dengan mulut-Nya. Pernikahan bukan ide manusia. Pernikahan adalah idenya Allah. Kalau pernikahan adalah idenya Allah, maka Allahlah yang menentukan aturan-aturan mainnya. Misalnya saja, sex itu harus ada di dalam bentuk pernikahan, tidak boleh di luar pernikahan atau sebelum pernikahan. Pernikahan haruslah laki-laki dan perempuan. Ini adalah idenya Allah, maka Allah yang menetapkan aturan mainnya. Jadi, membuat aturan-aturan pernikahan yang lain sesungguhnya adalah menyangkali hal yang paling dasar dari kedaulatan Allah.

Poin yang penting lagi adalah di sini. Covenant Allah pada manusia adalah dasar keselamatan kita semua. Bukan saja dasar keselamatan, tetapi dasar seluruh berkat Allah dan dasar hidup kita. Untuk menggambarkan hal yang terpenting dari cara kerja Allah kepada kita yaitu covenant, dengan menggunakan gambaran pernikahan. Sekarang, gambaran pernikahan mau dirusak oleh dunia. Sekarang bisa bayangkan, bisa pikirkan sebenarnya apa yang terjadi. Kebebasan sex dan LGBTQ atau apapun saja bukan sekedar bicara berkenaan dengan hak asasi manusia tentang gender atau apapun saja, lalu kita berapologetika dengan menekankan mengenai gender seperti ini. Tetapi sesungguhnya adalah suatu usaha untuk mengaburkan covenant dan menyerang Kristologi yang menjadi inti covenant. Saudara tidak akan mendapatkan pengertian covenant dengan tepat selain dari bentuk pernikahan suami-isteri. Jadi ketika gereja sedang bertanding, gereja sedang melawan atau gereja sedang bergumul di dalam urusan masalah sex dan masalah LGBT ini. Kita mesti mengasihi semua orang itu, kita tidak boleh menghakimi karena ingat bahwa kita juga adalah orang berdosa. Tetapi di tempat yang lain, saudara harus mengerti titik tembak dari musuh itu bukan masalah gender. Ada sesuatu hal yang besar, kuasa kegelapan di balik dari seluruh gerakan ini. Karena dia tidak akan menyerang urusan gender, apa urusannya setan dengan urusan gender, apa urusannya setan dengan urusan sex-mu dan saya? Buat dia itu tidak penting. Yang paling penting adalah dia akan menghancurkan Kristologi. Musuh utamanya adalah Kristus. Dan ketika Kristus bekerja untuk memberkati jemaat, jalan satu-satunya yang Dia pakai adalah covenant. Saudara sekarang mengerti? ini masalah serius. Ini bukan masalah: “anak saya itu dimasukkan nanti kalau dia ngajarin LGBT, bagaimana ya?” Bukan itu saudara-saudara. Ini adalah cosmic war. Sasaran tembaknya adalah Kristus dan pekerjaan-Nya. Kiranya kasihan Tuhan menyertai.

 

Imamat 26:40-42, Nehemia 1:4-8
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

19 February 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (5)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1: 1-5

Nehemia 1: 1-5

Saudara-saudara, kita terus merenungkan apa yang Tuhan bentuk di dalam hati hamba-hamba Tuhan dan khususnya Nehemia. Nehemia bukan seorang nabi, bukan seorang imam, bukan seorang raja. Dia bukan orang yang mendapatkan jabatan resmi dari ketiganya dan mendapatkan urapan, tetapi Tuhan bekerja melalui seluruh institusi dan organisasi yang ada pada zaman itu. Dari surga Dia mengirimkan Roh-Nya dan mengurapi Nehemia, seorang awam. Dia adalah seorang awam yang bergerak untuk ekspansi kerajaan Allah. Di dalam Perjanjian Baru, Alkitab menyatakan pada hari Pentakosta, Roh itu datang ke seluruh jemaat. Alkitab mengatakan imam-imam bagi kerajaan Allah bukanlah seorang yang menjabat sebagai pendeta, tetapi adalah seluruh orang yang percaya di dalam Kristus Yesus yaitu saudara juga. Maka inilah yang menjadi isi hati Tuhan, membangkitkan jemaat awam yang diurapi dan bergerak untuk kerajaan-Nya. Kita ada di dunia ini diberikan umur, kesehatan, kesempatan, semuanya bukan untuk membuat kerajaan kita. Kita ada di sini untuk boleh mengekspansi kerajaan Allah, pemerintahan Kristus, di tengah-tengah kita, melalui dan di dalam hidup kita. Semua orang adalah hamba-hamba Tuhan. Semua kita adalah ambassador of Christ. Dan seorang hamba Tuhan memiliki satu jiwa yaitu jiwa untuk menyatakan Allah di tengah-tengah masyarakat, di tengah-tengah orang yang ditemuinya. Sekali lagi, pengabaran Injil dan misi pelebaran kerajaan Allah di bumi bukan tanggung jawab seorang hamba Tuhan saja, bukan orang full time saja yang bertanggung jawab, tetapi saudara dan saya di dalam seluruh konteks hidup yang Tuhan berikan.

Seorang hamba Tuhan, saudara dan saya, seorang pelayan Tuhan, Tuhan akan memakai dan sambil Dia memakai kita Dia mengajarkan sifat-Nya kepada kita. Orang yang melayani Allah adalah orang yang memiliki modal dasar yaitu makin mengenal pribadi Allah. Minggu yang lalu kita sudah membicarakan mengenai satu sifat yang Tuhan ajarkan kepada pelayan-pelayan-Nya di dalam Alkitab yaitu berkenaan dengan kedaulatan Allah. Sekali lagi ini adalah sifat Allah yang massive, yang grand, yang luar biasa megah. Kedaulatan Allah meliputi seluruh tata surya, galaksi, surga, bumi, laut dan juga mencakup setiap sel DNA yang ada pada diri manusia. Ini adalah sifat Allah yang pertama, yang utama, yang Allah ajarkan kepada kita, tetapi yang sesungguhnya paling sulit kita mengerti sebagai manusia sampai akhir hidup kita.

Kalau saudara-saudara masuk dalam kelas teologia, maka ada dua problema teologia yang paling puncak yang sampai saat ini tidak mendapatkan jawabannya secara kalimat, secara comprehensive. Yang pertama adalah the problem of evil, dan yang kedua adalah masalah kedaulatan Allah dan kebebasan manusia. Ini adalah dua topik yang terpuncak di dalam teologia yang tidak ada jawabannya secara comprehensive, secara kalimat. The problem of evil mempertanyakan dosa itu asalnya dari mana? Kenapa orang benar mendapatkan penderitaan? Dosa itu datangnya dari mana? Bukankah Allah itu suci? Sebelum apa pun dicipta, Dia itu sendirian di dalam Tritunggal yang suci adanya. Kemudian Dia menciptakan malaikat. Ketika Dia menciptakan malaikat ternyata kemudian malaikat berbuat dosa dan malaikat menjadi setan. Maka dosalah yang membuat malaikat menjadi setan. Pertanyaannya sekarang adalah dari mana dosa itu muncul? Alkitab tidak pernah menyatakan Allah menciptakan dosa. Bagaimana mungkin Allah yang suci, yang tidak ada satu noda pun di dalam-Nya, yang kemudian menciptakan seluruh ciptaan, tatanan dunia surga dan juga dunia manusia yang baik dan suci adanya, dan kemudian tiba-tiba ada sesuatu yang hitam muncul, dan kemudian seluruhnya masuk di dalam dosa. Darimana dosa? Maka itu adalah suatu pertanyaan yang tidak ada jawabnya di dalam kalimat yang comprehensive. The problem of evil.

Saudara-saudara, pertanyaan kedua teologia yang sulit adalah kedaulatan Allah. Bagaimana kita manusia dengan kebebasan yang terbatas bisa berespon kepada Allah yang berdaulat? Bukankah Allah memerintah dan Allah sudah mengatur segalanya dengan tepat? Lalu kalau begitu apa artinya aku sebagai manusia memiliki kebebasan? Beberapa puluh tahun yang lalu ada satu kejadian. Ada satu mobil yang dikendarai oleh seseorang dengan dua temannya yang adalah anak SMAInternational school dan mereka pulang dari party di Jakarta. Kemudian temannya yang memegang kendali driver itu melaju dengan cepat dan menabrak pohon dan temannya yang ada di belakang terpental dan kemudian mati. Driver itu dan teman sebelahnya kemudian menjerit-jerit melihat temannya itu mati. Saudara-saudara, maka ini adalah sesuatu hal yang sangat-sangat membingungkan. Jikalau anak ini sudah mati, mengapa anak ini mati? Karena Allah menghendakinya di dalam kedaulatan-Nya dan sudah mengukirnya demikian atau karena keteledoran supirnya? Jikalau itu keteledoran supirnya, maka yang bertanggung jawab adalah supirnya, bukan? Tetapi kalau Allah sudah menetapkan itu di dalam kekekalan, bukankah sebenarnya Allah yang bertanggung jawab terhadapnya, bukan? Dan pertanyaan yang lain adalah kenapa Allah membiarkan seakan-akan nasib anak yang di belakang itu di tangan orang lain yang sebagai supir di sana? Kenapa anak itu mati di tangan orang lain yang tidak bertanggung jawab? Apakah Allah tidak bisa melindungi di dalam keadaan seperti ini? Pertanyaan yang lain adalah, kematian itu Allah yang menentukan? Bukankah Alkitab dengan jelas mengatakan Allah yang menentukan kapan kita lahir dan kapan kita mati? Lalu apa yang sebenarnya terjadi kalau anak itu tidak ikut di dalam mobil itu, dia juga akan mati?

Oh ini pertanyaan-pertanyaan yang tidak mungkin bisa kita jawab secara tuntas, kedaulatan Allah dan kebebasan manusia. Saudara-saudara, ini adalah sesuatu yang sulit baik dalam tatanan teologia, filosofikal maupun secara spiritualitas. Tetapi Alkitab menyatakan dan Allah mengajarkan berkali-kali kepada pelayan-Nya bahwa Dia adalah Allah yang berdaulat. Pada pagi hari ini meskipun kita akan membahas tentang kedaulatan Allah, saya tidak akan mengatakan bahwa kami tahu akan semuanya ini, ada hal-hal yang tetap menjadi misteri yang sulit dimengerti. Tetapi sesungguhnya pelajaran mengenai kedaulatan Allah akan diajarkan kepada kita pelayan-pelayan-Nya melalui kehidupan ini. Sesungguhnya pengenalan kepada Allah yang hidup itu tidak didapatkan dari ilmu teologia tetapi didapatkan dari ketaatan kepada apa yang Tuhan bukakan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Sekali lagi, kedaulatan Allah adalah satu hal yang sangat sulit untuk kita mengerti dan bagaimana kita harus berespon. Mungkin salah satu doa yang terbaik yang merangkum kedaulatan Allah adalah doa yang diucapkan oleh Reinhold Niebuhr seorang Neo Orthodox di dalam Serenity Prayer. Reinhold Niebuhr adalah seorang Neo Orthodox yang kita tidak bisa menerima teologianya, tetapi saudara-saudara, doa ini mungkin akan membuat saudara mengerti bagaimana manusia bergumul dengan kedaulatan Allah. Reinhold Niebuhr menuliskan doa ini: “Tuhan berikan aku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa aku ubah, dan keberanian untuk mengubah hal-hal yang saya bisa ubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaan keduanya (mana yang bisa diubah dan mana yang tidak bisa diubah).”

Saudara-saudara, minggu yang lalu kita sudah membahas pengenalan akan Allah yang berdaulat. Pengenalan akan Allah yang berdaulat akan membuat benteng kokoh bagi kita di hadapan musuh-musuh Allah. Sekarang kita akan masuk di dalam hal kedua yang ada di dalam buku Nehemia. Kedaulatan Allah akan membuat ketentraman yang besar untuk berserah kepada Dia dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Sekali lagi, karena Allah berdaulat, membuat kita boleh dengan secure, boleh dengan tentram untuk berserah kepada-Nya dan mempercayakan sisa hidup kita kepada-Nya. Saudara-saudara amati apa yang ada di dalam Alkitab, dan saudara amati buku biografi atau autobiografi orang-orang, hamba-hamba Tuhan yang Tuhan pakai. Saudara-saudara perhatikan prinsip ini: mereka yang makin mengenal Allah yang berdaulat, maka kita akan menemukan hidup mereka itu makin tidak gelisah, dan tenang dan hatinya teguh. Sekali lagi perhatikan apa yang ada di dalam Alkitab: orang-orang yang memegang kedaulatan Allah, makin orang tersebut mengenal Allah sungguh-sungguh berdaulat, maka hidupnya makin tidak gelisah, hidupnya akan tenang dan akan memiliki keteguhan hati.

Bagi sebagian besar dari kita ada sesuatu yang aneh sekali, fenomena yang aneh sekali, karena sebagian dari kita kalau mendengar Allah berdaulat, kehendak-Nya pasti akan terjadi, maka hati kita akan makin gelisah bukan? Waduh, susah ini, ini bukan sesuatu yang aku mau. Setiap kali kita berbicara Allah berdaulat, sebagian besar dari kita malah merasa hidupnya terancam. Kita tidak menyukai keadaan ini. Kita tidak menyukai Dia berdaulat atas hidup kita karena kita ingin memegang kendali setiap detik hidup kita sendiri. Seluruh jemaat Tuhan perhatikan kalimat di bawah ini. Tempat yang paling aman di seluruh dunia adalah berada tepat di tengah genggaman tangan Allah. Tempat yang paling aman di dalam hidup kita adalah tepat di pusat rencana kehendak-Nya dan kendali-Nya. Ya akan banyak tantangan tepat di centrethe will of God ini, tetapi pada saat yang sama, ada perlindungan yang jelas dari Allah yang hidup. Allah sendiri akan mengajarkan kepada kita bahwa seseorang yang mempercayakan dirinya tepat di tangan-Nya tidak akan pernah dikecewakan. Nehemia mengenal Allah yang berdaulat. Dia berdoa, memuji Allah yang berdaulat. Dan dari titik itu dia bergerak, membuat rencana-rencana untuk masuk ke dalam journey, berjalan bersama Allah di hadapan musuh-musuhnya. Oh, bukankah ini sesuatu yang unik hai jemaat? Seseorang makin mengenal Allah, dia makin takluk, makin ingin dikuasai oleh Allah dalam seluruh aspeknya. Makin seseorang mengenal Allah, ternyata dia makin intim bergaul dengan Allah di dalam doa-doanya. Makin seseorang mengenal Allah yang berdaulat ternyata dia makin memiliki ambisi yang besar untuk Allah. Aneh, saudara-saudara. Ketika Nehemia mengenal Allah yang berdaulat, dia berserah dan mempercayakan hidupnya kepada Allah. Imannya hidup. Api dan gairah untuk intim dengan Allah nyala dan dia bergerak untuk kemuliaan Allah.

Saudara perhatikan, apa yang terjadi pada Nehemia itu ‘berserah’ bukan ‘terserah’. Ketika saudara dan saya mendengarkan Allah itu berdaulat, yang muncul di dalam kebanyakan kita adalah bukan berserah, tapi terserah. Terserah itu artinya putus asa, jengkel. Ya sudah, memang tidak bisa apa-apa lagi, memang Tuhan berdaulat begini. Ya, kalau sudah begini, aku tidak mau apa-apa lagi. Masa bodoh. Malas berespon. Terserah itu artinya tidak peduli dan orang yang terserah itu tidak akan berjuang. Saudara-saudara perhatikan, terserah itu adalah sikap terhadap takdir. Terserah itu bukan respon terhadap kedaulatan Allah. Ketika Nehemia mendengar kabar buruk dari Hanani, dia tidak menyatakan begini, “Oh, gitu ya. Sudah hancur semua ya? Umat Tuhan sudah malu ya? Oh, Tuhan sudah kalah ya? Oh, ya sudahlah, memang kehendak Tuhan demikian, ini sudah nasib kita. Ya sudahlah, aku tidak bisa mengubah apa pun saja.” Kemudian dia tidak berdoa. Nehemia tidak melakukan itu.

Kedaulatan Allah itu berbeda dengan takdir. Takdir memiliki dasar pikiran tidak ada Allah atau takdir memiliki prinsip dasar bahwa ada Allah tetapi Dia tidak berintervensi atau ada Allah yang berintervensi tetapi tidak memiliki hubungan timbal balik yang intense dan dinamis dengan umat-Nya. Takdir mengasumsikan Allah adalah tidak lebih daripada Pol Pot, Dia adalah Allah yang berotoriter seperti Stalin, seperti Lenin. Kedaulatan Allah tidak memiliki prinsip seperti ini. Kedaulatan Allah yang berdaulat rela mengikatkan diri-Nya di dalam Covenant of Love dengan Nehemia, dengan kita, dengan saudara dan saya. Dan di dalam Covenant of Love itu, terbentuk suatu sharing life antara Allah dengan aku dan aku dengan Allah. Saudara-saudara, konsep takdir membuat kita tidak akan bergerak untuk berdoa atau saudara-saudara berdoa tetapi kering dan tanpa harapan. Konsep takdir tidak membuat seorang itu rajin berdoa. Dan jangan mengharapkan api di dalam doa kita jikalau kita memiliki konsep takdir. Tetapi Nehemia, pengenalannya akan Allah yang berdaulat, yang mengasihi, yang membuat loving covenant dengannya, menggerakkan Nehemia menghampiri Allah, berdoa siang dan malam, bulanan. Mencurahkan isi hatinya kepada Allah, meraung dan memanggil Allah yang berdaulat dengan api dan gairah yang gigih.

Saya percaya banyak dari orang Reformed (kita) tergelincir di dalam hal ini. Kita mengatakan kita mempercayakan kedaulatan Allah, tetapi sebenarnya yang kita pikir adalah takdir. Apalagi kalau kita sudah bicara mengenai predestinasi, langsung berpikir manusia itu seperti robot dan hasilnya begitu banyak orang Reformed yang tidak memiliki doa yang sungguh-sungguh indah, doa yang hidup, dan hubungannya dengan Allah menjadi kering. Nehemia-lah yang mengajar kita tentang kedaulatan Allah, tetapi dia pula yang mengajarkan bagaimana dia bisa berdoa siang dan malam dengan kegairahan dan api dan kegigihan, yang doa-doanya begitu intim dan begitu bersemangat dan hidup. Sekali lagi, Nehemia mengajarkan Allah yang berdaulat dan di dalam kedaulatan-Nya membuat suatu ikatan Covenant of Love dengan umat-Nya. Dan kedaulatan Allah yang dia kenal ini membuatnya bukan saja berserah, tetapi berani berharap.

Saudara-saudara, banyak dari kita takut untuk berharap kepada Tuhan karena kita pikir bahwa ya, Dia berdaulat, aku mau berharap apa, kan kehendak-Nya yang jadi. Atau di tempat yang lain, kita takut berharap karena kita takut kecewa. Saudara-saudara, Nehemia melihat semua kenyataan itu pahit di depan matanya. The problem of evil terjadi kepada umat Allah. Kejahatan dan penderitaan terjadi di depan seluruh matanya dan hidupnya sendiri tidak pasti ke depan. Tetapi Nehemia tetap bisa melihat Tuhan tetap mengontrol semuanya. Nehemia tetap bisa melihat Tuhan tetap di atas tahta-Nya dengan His loving covenant kepada dia dan kepada umat-Nya. Yahweh tetap di atas tahta-Nya dan tidak terkalahkan dan tetap dengan cinta-Nya yang tidak berubah sedikit pun. Itulah kedaulatan Allah yang dilihat oleh Nehemia. Itulah yang dilihat oleh Nehemia yang mendorong dirinya untuk berdoa mempercayakan dirinya dan berharap kepada Allah. Kedaulatan Allah itulah yang menjadi dasar doa Nehemia, dasar dia berharap bahwa kehendak-Nya yang baik dan mulia itu pasti akan terlaksana di tengah seluruh evil. Sekali lagi, dengarkan baik-baik hai jemaat. Banyak orang yang memegang kedaulatan Allah menjadi kering di dalam doa. Marilah kita mengecek sebenarnya siapa yang mengajarkan kepada kita tentang Allah yang berdaulat. Bukankah itu para penulis Alkitab? Bukankah itu Rasul dan Nabi? Tapi saudara perhatikan, dia yang mengajarkan kedaulatan Allah kepada gerejanya adalah orang-orang yang paling bergairah untuk mencari wajah Allah.

Perhatikan satu kalimat dari orang Puritan ini. Doktrin kedaulatan Allah di dalam Alkitab mengajarkan bahwa Allah di dalam kedaulatan-Nya menetapkan ada hal-hal di bumi ini yang tidak akan terjadi di luar permintaan gigih dari gereja-Nya. Sekali lagi saudara-saudara, perhatikan apa yang orang Puritan ini katakan. Doktrin kedaulatan Allah di dalam Alkitab mengajarkan bahwa Allah di dalam kedaulatan yang menetapkan ini, ada hal-hal di bumi ini yang tidak terjadi di luar permintaan gigih gereja-Nya. Bahkan Yesus sendiri mengajarkan jenis seperti ini tidak bisa diusir tanpa doa dan puasa. Saudara-saudara, pelayanan itu sulit. Pelayanan itu bukan suatu pekerjaan di luar diri pelayan. Tidak ada seorang pelayan Tuhan yang bisa bekerja secara profesional. Pelayanan sesungguhnya melebihi dari profesionalisme karena pelayanan itu selalu terkait erat dengan seluruh kepribadian dan hati seorang pelayan. Alkitab menyatakan, seluruh pelayan Tuhan adalah pelayanan yang keluar dari dirinya sepenuhnya. Maka pelayanan itu tidak mudah, akan ada tantangan. Ada peperangan, ada bahaya, ada musuh yang mau menggagalkan semua pekerjaan baik dari Tuhan di muka bumi ini. Dan berkali-kali gereja yang benar melayani di dalam keadaan yang susah, dimusuhi, dianiaya, mengalami jalan buntu dan tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawanya. Maka mengenal Allah yang berdaulat yang mengikatkan perjanjian kasih kepada kita dalam Kristus sangat penting di dalam keadaan seperti ini.

Nehemia memuji Allah yang berdaulat dan itu menjadi api yang mengobarkan dia untuk berjalan ke depan. Richard Baxter menyatakan demikian, “Janganlah berkecil hati karena kesulitan dan perlawanan yang muncul di hadapan anda ketika anda dengan keteguhan hati mulai berjalan dengan Allah.” Perasaan kecil hati menjauhkan banyak orang dari iman dan menjadi godaan besar bagi banyak orang yang baru melangkah dengan Tuhan dan sekarang berbalik. Bangsa Israel di padang gurun pernah bersiap-siap untuk pulang kembali ke Mesir. Allah sendirilah mengijinkan para hamba-Nya dan orang-orang yang diperkenankan-Nya dicobai, diuji dengan kesulitan-kesulitan. Iblis akan segera memunculkan badai di depan kita begitu kita bersiap mengarungi lautan. Saudara dengarkan apa yang Richard Baxter katakan, “Tetapi Allah ada di pihak anda dan semua musuh ada di dalam genggaman-Nya. Ia dapat menghardik mereka dan menghancurkan mereka dalam sekejap.” Oh, apakah artinya hembusan atau keganasan sebutir debu dan apa artinya iblis di hadapan Allah yang Maha Kuasa? Pada hari anda masuk dalam covenant dengan Allah, maka Ia beserta dengan anda, maka anda akan memasuki Gunung Batu dan benteng yang tidak dapat ditembus oleh musuh. Jika Allah tidak sanggup menyelamatkan anda, Ia bukan Allah. Jikalau Dia tidak menyelamatkan anda, Dia melanggar covenant-Nya. Kedaulatan Allah yang mengikat perjanjian kasih kepada kita di dalam Kristus-lah yang membuat hamba-hamba-Nya lebih dari seorang pemenang. Biarlah pada pagi hari ini kita ingat, Dia yang memakai kita, Dia pula yang akan mendidik kita mengenal bahwa Dia itu berdaulat.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

12 February 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (4)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:1-5

Nehemia 1:1-5

Saudara-saudara, kita terus memikirkan apa yang Tuhan kehendaki bagi kita semua, khususnya orang awam dan juga hamba-hamba Tuhan. Saudara-saudara, berkali-kali orang bertanya kepada kami. Apa itu kehendak Allah? Banyak orang bertanya itu adalah karena ada urusan pribadinya. Apakah aku bekerja ini atau itu supaya aku dapat untung banyak? Apa itu kehendak Allah? Pergi ke kota ini atau kota itu supaya saya aman, tentram. Apa kehendak Allah supaya aku dapat jodoh yang aku sendiri sayang? Saudara-saudara, Allah akan take care dengan hal-hal tersebut, tetapi di dalam Alkitab Allah sendiri memiliki rencana-Nya dan kita diminta untuk boleh masuk di dalam rencana-Nya. Kalau saudara mau tahu apa itu apa kehendak Allah, salah satu kehendak Allah yang begitu jelas pada pagi hari ini saya akan nyatakan kepada saudara-saudara. Allah menghendaki semua saudara bergerak untuk melayani-Nya. Allah menghendaki semua dari saudara bergerak untuk melayani-Nya. Saya tanya kepadamu untuk apa engkau ada Roh Kudus di dalam hatimu? 

Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, saudara akan melihat continuity dan discontinuity. Continuity-nya adalah Roh Kudus bekerja. Roh Kudus bukan bekerja dalam Perjanjian Baru saja tetapi juga dalam Perjanjian Lama. Tetapi discontinuity-nya yaitu di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus bekerja pada orang tertentu, orang tertentu yang dipilih-Nya, tetapi di dalam Perjanjian Baru, kitab Yoel sudah menubuatkan, Aku akan mencurahkan Roh-Ku, ke seluruh manusia – laki-laki dan perempuan. Mereka akan bermimpi, mereka akan bernubuat. Apa yang dikatakan oleh Alkitab adalah bicara berkenaan dengan orang-orang tersebut bergerak atas nama Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Allah di seluruh muka bumi ini. Yesus sendiri menyatakan; “Pergilah, jadikan seluruh bangsa murid-Ku.” Dan sebelum engkau pergi, engkau harus ada di kota ini tunggu sampai Roh Kudus itu turun. Begitu Roh Kudus turun, langsung mereka tersebar ke seluruh bumi. Ini adalah kehendak Allah. Gereja ada bukan untuk mengumpulkan orang Kristen. Saudara dan saya dipenuhi oleh Roh Kudus bukan supaya santai dan nonton TV. Kita itu ditebus dengan darah yang mahal Yesus Kristus bukan untuk menikmati hidup ini. Alkitab mengatakan, kita ditebus dengan darah yang mahal untuk menjadikan kita satu umat kerajaan-Nya, menjadi imam-imam bagi Allah. 

Hai jemaat, saya tanya kepadamu, apakah engkau mau tahu apa kehendak Allah? Kalau engkau mau tahu kehendak Allah, ini kehendak Allah. Bukan hamba Tuhan saja yang harus bergerak tetapi saudara dan saya harus bergerak bersama-sama. Nehemia itu bukan imam. Nehemia bukan raja. Nehemia juga sesungguhnya bukan nabi. Dia adalah seorang pekerja di bawah raja Artahsasta. Tetapi orang ini dilatih oleh Tuhan di dalam ruang doanya membuat dia mempunyai hati yang lembut untuk melihat segala sesuatu dari tahta Allah. Allah sudah mendidik dia di dalam tempat yang tersembunyi sehingga apa yang menjadi kehendak Allah itu menjadi kehendak isi hatinya dan kemudian Tuhan di dalam dorongan hati, tidak ada malaikat, tidak ada hamba Tuhan lain, dorongan hati, membuat Nehemia untuk pergi dari tempat raja Artahsasta.

Melihat pergerakan dari Nehemia ini, saya terus teringat kalimat Yesus; “Pergi, jadikanlah seluruh bangsa murid-Ku.” Saudara-saudara, sekali lagi perhatikan, Yesus tidak mengatakan, “Jadikan seluruh bangsa murid-Ku,” melainkan Yesus mengatakan, “Pergi, jadikan seluruh bangsa murid-Ku.” Berarti ada sesuatu perintah untuk kita inisiatif pergi.  Ada sesuatu kehendak untuk kita memutuskan harus pergi. Saya tanya pada saudara-saudara, engkau kalau mau pergi itu dorongannya apa? Yaitu holiday – yaitu engkau pergi tamasya, engkau pergi ke Amerika, engkau pergi ke Jepang, engkau pergi ke Bali saudara-saudara, engkau pergi. Itupun ketika saudara mulai pergi sudah beberesnya capek, ngapain yah pergi? Setelah pergi, sudah menikmati Bali, Jepang, pulang, capek juga yah pergi? Saudara didorong oleh sesuatu kenikmatan, maka saudara pergi. Tetapi siapa yang didorong oleh api-Nya Allah untuk pergi memberitakan injil untuk menjadikan seluruh bangsa murid-Ku? Saudara sadar bahwa ini adalah sesuatu yang sulitnya luar biasa. Pergi untuk holiday saja buat kita kadang-kadang capek. Apalagi pergi meninggalkan comfort zone  raja Artahsasta dengan seluruh kemudahannya di istana, pergi untuk menjadi tukang bangunan, untuk membangun tembok Yerusalem, ini untuk apa hidup seperti ini? Tetapi saudara-saudara perhatikan, tidak ada satu kehendak Allah yang jadi kalau tidak ada satu orang pun yang mau pergi. Penebusan oleh Yesus Kristus pun, Yesus harus pergi ke dunia. Saudara dengarkan kalimat Yesus itu di sepanjang Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. “Pergi Abraham, keluar dari Ur-Kasdim!” “Pergi Musa, keluar dari Mesir.” “Pergi Yunus, engkau akan ke Niniwe.” “Pergi Daniel, engkau akan ke Babylon.” “Dan pergi seluruh Rasul-Ku dari Yerusalem, Yudea, sampai Samaria sampai ke ujung bumi.” Mereka ada yang pergi dekat, ada yang pergi yang jauh. Tetapi mereka semua mendengarkan kata ini, “Pergi! Aku memiliki kehendak bagimu, pergi!”

Pada waktu Babel itu dibangun menaranya, maka seluruh pemimpin Babel itu mengatakan, “Datang, datang kemari, ke sini, berkumpul.” Yesus mengatakan, “Pergi!” ‘Pergi’, bagi Nehemia adalah keluar dari kenyamanan hidup. ‘Pergi’, bagi Nehemia adalah pergi dari kestabilan hidup menuju ke masa depan yang tidak diketahui. Seluruh kalimat ini kalau saudara dengar, saudara pasti akan pikir, oh itu cuma hamba Tuhan full-time, sama sekali bukan! Itu adalah suatu prinsip Allah bagi kita semua, baik itu seorang hamba Tuhan full-time maupun seorang jemaat. Sekali lagi saudara-saudara, inilah kehendak Allah, yaitu Roh Tuhan itu datang kepada kita, melahirbarukan kita, membuat suatu progressive sanctification dalam hidup kita untuk kita hidup bagi Allah dan bukan bagi diri sendiri. Dan Roh itu mengurapi kita menjadi pelayan-Nya. Saudara tidak mendapatkan satu kalimat pun Roh Allah mengurapi Nehemia, tetapi kita tahu bahwa ada Roh Allah yang mengurapi dia. Roh Allah yang mengurapi dia yang akan memimpin kita. Roh Allah yang mengurapi dia, juga yang akan membentuk kita menjadi pelayan-pelayan-Nya.

Minggu yang lalu kita sudah masuk ke dalam poin ke-3, saya akan teruskan poin ini. Seorang pelayan adalah seorang yang dibentuk oleh Roh Allah untuk mengenal pribadi Allah. Pribadi Allah yang seperti apa yang dikenal oleh Nehemia? Kalau saudara mau tahu pribadi Allah seperti apa yang kita kenal sekarang maka saudara cek lah di dalam isi doamu. Bukan di dalam statement t, Allah seperti apa yang engkau kenal? Kita akan bilang, Allah itu Maha Kuasa, Allah itu mengasihi saya, tetapi kalau doa, isinya cuma kuatir, isinya cuma minta , maka kita sesungguhnya tidak mempercayai Dia Maha Kuasa dan Dia mengasihi kita. Saudara-saudara, Nehemia di dalam doanya memuji Allah, pertama-tama memuji Allah dengan sifat yang pertama yaitu kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah yang mengikatkan perjanjian dengan dia. Perjanjian kasih dengan Nehemia. Saudara perhatikan, di dalam bahasa aslinya adalah covenant of love atau loving covenant.  Saudara-saudara, ini adalah satu sifat Allah yang sangat perlu kita kenal yaitu kedaulatan Allah.

Saudara-saudara, saya sendiri percaya bahwa sifat ini adalah sifat yang paling dasar, paling pertama Tuhan ajarkan kepada kita tetapi yang paling akhir kita mengertinya. Di belakang tadi sebelum kami pergi ke sini, maka kami selalu berdoa bersama-sama, saya dengan penerjemah. Dan Hika tanya sama saya, kenapa Pak Agus bisa katakan kalimat ini? Orang ini orang peka. Saya berharap dia bisa menjadi hamba Tuhan. Saya tidak tahu apakah Tuhan kehendaki atau tidak, saya cuman berharap. Apa yang saya tulis, dia kadang tanya dan pertanyaannya itu tepat. Dia biasa baca buku banyak sekali, maka ketika dia baca satu kalimat ini, dia mungkin belum pernah baca di buku lain jadi dia tanya. Sekali lagi, kedaulatan Allah adalah hal yang pertama yang Tuhan mau kenalkan kepada kita, tetapi sesungguhnya adalah hal paling akhir yang kita itu mengerti. Dari mana saya bisa mengerti kalimat ini? Saudara-saudara, saya merenung-renung, di dalam Kejadian 1:1 dikatakan; “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Kalimat pertama itu saja artinya Allah itu berdaulat. Allah memiliki hak kedaulatan. Yang menciptakan itu artinya berdaulat atas seluruh ciptaan-Nya. Tetapi pada waktu kitab Wahyu terakhir, maka saudara akan diperlihatkan pagelaran daripada kedaulatan Allah yang tidak terbantahkan itu. Dan di antara Kejadian sampai Wahyu, saudara akan melihat seluruh goncangan kehidupan di dunia ini terjadi. Dan seluruh goncangan itu adalah goncangan seorang manusia selalu ingin menjadi Allah tetapi selalu orang-orangnya yang Tuhan pakai selalu mengatakan, “Let God be God, let man be man.” Belum lagi dalam hidup kita, jikalau ada sesuatu mystery of providence yang terjadi, sesuatu enigma, sesuatu yang asing yang terjadi kepada kita, kita sulit sekali mengerti kedaulatan Allah itu ada di mana. Kedaulatan Allah yang mengasihi kita akan menghasilkan mystery of providence. Saudara-saudara sekali lagi, kedaulatan Allah itu adalah sesuatu yang masih melingkupi seluruh dunia kita tetapi bukan saja dunia external sampai ke DNA sumsum kita. Saudara, seluruhnya, kalau melihat seluruhnya adalah kedaulatan Allah! Kedaulatan Allah adalah sifat yang sulit sekali kita kenal tetapi berkali-kali terus Tuhan ajarkan kepada kehidupan gereja-Nya, membentuk hamba-hamba-Nya. Kalau saudara dan saya ingin menjadi seorang pelayan Tuhan, ada bentukan-bentukan dari Roh Kudus dalam hidup kita. Salah satu bentukan utamanya yaitu Roh Kudus akan mengajarkan kepada kita apa artinya Allah berdaulat.

Sekarang kita akan masuk ke dalam apa itu kedaulatan Allah. Saudara-saudara, kedaulatan Allah adalah hak Allah yang tidak terbantahkan untuk memerintah seluruh ciptaan-Nya. Kedaulatan Allah adalah bahwa Allah memiliki otoritas tertinggi dan penguasaan yang absolut terhadap semua tatanan ciptaan. Pemerintahan-Nya menjangkau semua manusia, ciptaan, bumi, semua events yang terdahulu, sekarang yang terjadi, juga di masa depan termasuk kepada gereja-Nya. Dia melakukan kehendak-Nya secara bebas di dalam kesucian, kebenaran, kasih, keadilan dengan seluruh sifat-sifat-Nya, dan itu membentuk suatu kemuliaan yang tidak tertandingi pada Dia. Seorang pengkhotbah mengatakan demikian, kedaulatan Allah secara sederhana dikatakan bahwa Allah itu Allah. Ini bukan sekedar nama saja tetapi artinya adalah kepenuhan realita pemerintahan-Nya. Ini artinya Allah selalu melakukan apa yang Dia inginkan, kapan Dia inginkan, di mana Dia inginkan terjadi dan dengan apa atau siapa Dia inginkan itu terjadi. Dan dalam semuanya itu, Allah dealing dengan umat-Nya dengan keabsolutan kedaulatan-Nya, di dalam perjanjian kasih yang tidak mungkin Dia khianati.

Sekali lagi saudara-saudara, ketika saudara-saudara melihat kitab Nehemia, saudara akan melihat kedaulatan Allah yang di dalam kedaulatan-Nya membuat sesuatu ikatan perjanjian kasih dengan Nehemia. Dan perjanjian kasih-Nya itu kekal, tidak berubah, tidak mungkin dikhianati meskipun hal-hal yang tidak terduga terjadi di dalam kehidupan kita. Saudara-saudara, kedaulatan Allah yang membuat loving covenant ini adalah suatu kebenaran hakiki dari Alkitab, suatu kenyataan hidup yang saudara dan saya harus belajar dan dikenal oleh anak-anak Tuhan, gereja Tuhan. Saudara-saudara, lihatlah crucial-nya pengenalan akan kedaulatan Allah ini. Saudara-saudara, Alkitab menyatakan, orang yang mengenal kedaulatan Allah yang membuat perjanjian kasih dengan Dia, maka orang tersebut memiliki benteng di dalam hidupnya. Saudara-saudara, kedaulatan Allah yang mengasihi kita akan menjadi seperti gunung yang tinggi, yang menjulang, yang menjadi perlindungan kita, pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan di hadapan musuhnya.

Saudara-saudara, Mazmur 46:2 khususnya, LAI memberitakan satu judul Allah kota benteng kita. Mazmur 46:2 mengatakan; “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.” Ayat yang ke-7, “Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumi pun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela.” Dan ayat yang terakhir dikatakan; “TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela.” Saudara-saudara ketika bicara mengenai ‘Sela’ sekali lagi saudara di dalam bahasa aslinya saudara-saudara, ini adalah sesuatu penekanan. Sekali lagi saya katakan, semakin kita mengenal Allah itu berdaulat, Ia mengasihi kita, saudara akan sadar memiliki benteng yang aman untuk tempat berlindung. Itulah sebabnya kalau saudara-saudara membaca biography atau autobiography, orang-orang yang dipakai oleh Allah, orang itu makin mengenal Allah, saudara akan melihat kestabilan, kedamaiannya itu tidak tergoncangkan.

Kedaulatan Allah itu menjadi benteng kita. Kedaulatan Allah itu menjadi gunung yang tinggi, yang menjulang, yang melindungi kita tempat kita berteduh. Suatu saat di tengah-tengah seluruh turbulensi yang ada pada Tuhan kita, di tengah-tengah seluruh olokan-olokan daripada musuh-musuh-Nya, dan musuh-Nya salah satu yang paling utama yaitu Pilatus ketika menatap dengan sangat-sangat tajam ke depan mata daripada Yesus Kristus. Yesus tidak memiliki apa-apa. Seluruh daripada murid-Nya meninggalkan Dia. Hati-Nya perihnya luar biasa. Dan semua orang mengolok-olokan Dia, Dia hanya seorang diri. Dengan kesombongan Pilatus menyatakan, “Engkau tidak mau bicara dengan aku, tidak tahukah Engkau, aku berkuasa untuk membebaskan Engkau dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” Seorang diri, tidak ada yang membela, kesepian, seluruh musuh di depan Dia. Seorang paling sombong itu melihat mata-Nya. Apa yang menjadi benteng dari gunung yang menjulang, yang Yesus itu nyatakan? Yesus menjawab, “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” Kedaulatan Allah, Allah-Ku yang tetap akan memerintah. Allah-Ku tetap akan di atas tahta. Untuk sementara Dia memberikan kuasa itu kepadamu. Engkau bisa berlaku apapun saja kepada-Ku, tetapi Aku pastikan, itu bukan dari dirimu sendiri. Allah-Ku, Bapa-Ku yang menghendaki semuanya ini dan Aku mau menyerah kepada Dia. Tetapi engkau lihat, Dia akan bertahta sampai selama-lamanya. Dan seluruh musuh-Nya hancur di hadapan kaki-Nya.” Itu kedaulatan Allah yang melindungi hamba-hamba-Nya. Jemaat, mari melayani Tuhan. Ketika kita melayani Tuhan, lihat bentukan Dia di dalam hidup kita. Kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah adalah suatu penghiburan bagi pelayan-pelayan Tuhan yang berada di pihak-Nya. Kenapa penghiburan? Karena semua musuh-Nya tidak akan pernah menang pada akhirnya. Kenapa penghiburan? Karena semua usaha hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan, saudara dan saya tidak akan sia-sia pada akhirnya. Kenapa penghiburan? Meskipun kita menghadapi mystery daripada providensia-Nya, pada akhirnya, setelah semuanya dibuka, maka kemuliaan Allah kita yang baik itu akan memenuhi seluruh muka bumi.

Nehemia bersyukur memuji Yahweh yang berdaulat. Allah, engkau adalah Allah yang berdaulat. Ya Tuhan Allah semesta langit. Allah yang Maha Besar dan dahsyat. Nehemia mengakui, Nehemia bersyukur, saudara perhatikan di saat-saat seperti itu bersyukur dan tetap mengakui memegang kedaulatan Allah. Di tengah-tengah seluruh kegelapan yang menyelimutinya, dia melihat, dia mempercayai dan kepercayaannya itu tidak akan sia-sia, bahwa Allah tidak pernah kalah. Allah tetap di atas tahta dan memerintah dengan seluruh semarak keagungan-Nya. Meskipun di bumi ini, kotamu dan umatmu sedang dikalahkan dan pekerjaanmu itu terbengkalai. Dan namamu itu diinjak-injak oleh musuh, tetapi aku bersyukur kepada-Mu karena Engkau tetap di atas tahta-Mu dan tidak terkalahkan. Siapa yang mau berpihak kepada Tuhan? Siapa yang mau berperang dengan musuh dan berpihak kepada Tuhan? Siapa yang mau melayani bumi ini bersama-sama dengan Dia? Orang tersebut pasti dihiburkan dengan kedaulatan Allah yang mengikat perjanjian kekal di dalam cinta-Nya kepada kita di dalam Kristus Yesus. Allah seperti apa yang kita kenal hai jemaat? Saya tidak tanya Allah seperti apa yang engkau tahu. Allah seperti apa yang dealing personally dengan engkau dan saya. Kiranya Dia mengajar kedaulatan-Nya di dalam hidup kita sehingga kita layak untuk menjadi hamba-Nya.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

5 February 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (3)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:1-5

Nehemia 1:1-5

Kita terus memikirkan prinsip bentukan Roh Kudus bagi seseorang untuk menjadi pelayan Tuhan. Allah di dalam Kristus sudah membeli kita dengan darah yang mahal, darah yang berharga, darah Anak-Nya sendiri. Kita ditebus untuk dibentuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan di muka bumi ini. Itulah sebabnya kenapa kita belum mati. Itulah sebabnya kenapa hidup kita belum berakhir, karena ada tugas yang Tuhan berikan kepada kita untuk kita lakukan, untuk kita genapi. Dan tugas itu secara prinsip utama adalah menghadirkan Kerajaan Allah di muka bumi ini di dalam diri kita dan melalui diri kita. Di dalam diri kita apa artinya? Itu artinya pemerintahan Allah, artinya kehendak Allah, penguasaan Allah makin nyata di dalam seluruh aspek hidup kita. Kristus semakin memerintah atas hidup kita dalam seluruh area, kita dimiliki oleh Kristus dan diperintah oleh Kristus. Tidak ada satu bagian pun di dalam area hidup kita yang private yang di mana Kristus tidak boleh berintervensi, tetapi sebaliknya seluruh area di dalam hidup kita. Kita dapat berseru Bapa bukan kehendakku tetapi kehendak-Mulah yang jadi. Yang diinginkan oleh Bapa adalah kita menjalani keseluruhan kerajaan-Nya datang dalam diri kita dengan sukacita. Dengan bahasa yang lebih sederhana; ketaatan dengan sukacita dan itu adalah buah kasih kepada Allah.

Selain di dalam diri kita maka Kerajaan Allah juga dihadirkan melalui diri kita, melalui hidup kita, talenta kita, uang kita, perhatian kita, waktu kita, segala sumber daya kita sepanjang napas masih diberikan oleh Allah kepada kita. Hidup dipakai Allah untuk menyebarkan Kerajaan-Nya, dengan kata lain hidup dipakai Allah untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Biarlah kita mengingat Mazmur 6 yang menyatakan, “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?” Ayat-ayat ini menyatakan, hidup dipakai Allah untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Hidup dipakai Allah untuk memperluas kerajaan-Nya. Itu hanya bisa dilakukan jikalau kita masih diberikan umur. Ayat ini menyatakan, setelah umur berhenti maka kita berhenti melayani Allah di muka bumi ini. Allah tidak lagi memakai kita untuk perluasan kerajaan-Nya di muka bumi ini. Dia akan memakai generasi yang lain, Dia memakai orang yang lain untuk meneruskan pekerjaan Allah di tengah-tengah dunia ini tetapi waktu kita sudah berakhir. Jikalau kita adalah milik Kristus, kekekalan sudah diberikan oleh Allah di dalam Kristus kepada kita tetapi hidup ini, saat ini, ketika kita masih bernafas bukan di dalam kekekalan tetapi saat ini, hidup kita dipakai oleh siapa, dimiliki oleh siapa?

Saya masih ingat akan satu kalimat seperti ini, banyak orang Kristen yang jiwanya di dalam kekekalan dimiliki oleh Allah tetapi hidupnya di dalam kesementaraan ini dipakai oleh setan. Cara pandang Alkitab tidak sama dengan cara pandang dunia. Cara pandang dunia adalah melihat hidup dari kacamata saat ini menuju ke masa depan. Apakah aku bahagia atau aku tidak berbahagia nanti di dalam kekekalan, maka untuk itu aku berbuat baik, aku baik-baik melayani supaya aku bisa bahagia nanti ke Surga dan ada upah, dan saat ini kalau aku rasa sudah cukup baik ya sudahlah, sisanya aku pakai untuk diriku sendiri. Tidak seperti itu. Cara pikir Alkitab bukan dari saat ini menuju masa depan, menuju Eskatologi/akhir zaman, tetapi cara pikir Alkitab adalah kita melihat hidup sekarang ini dari kacamata eskatologi. Akhir zaman ditarik untuk memberi makna di dalam hidup ini. Itulah sebabnya, Musa dan Daud bahkan berteriak, “Nyatakan Tuhan, berikan aku pengertian kapan aku mati.” Musa mengatakan, “Supaya aku memiliki hati yang berbijaksana.” Cara pikir Alkitab bagi anak-anak Tuhan, kita sudah diselamatkan, kebahagiaan kekal sudah dijamin di dalam Kristus Yesus dan jika kita sudah mendapatkan semua hal tersebut di depan, maka hidup sekarang ini adalah milik Kristus. Hidup sekarang ini menjadi pelayan atau budak dari Kristus Yesus. Hidup sekarang tidak perlu lagi diberatkan dengan hal-hal yang tidak pasti di depan ini. Kita sudah dijamin dan jika Allah sudah memberikan Anak-Nya, apalagi yang Dia tidak berikan kepada kita. Dan siapakah yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya yang kekal? Dengan seluruh keadaan eskatologi ini bahkan dari eskatologi akhir zaman sudah dijamin sampai saat ini, biarlah kita semua memikirkan satu hal saja, yaitu bagaimana Kerajaan-Nya diperluas melalui hidup kita, sehingga tepatlah apa yang dikatakan oleh Alkitab; Jangan kamu kuatir tetapi cari dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.

Ketika bicara mengenai kekuatiran selalu akan bicara mengenai masa depan, tetapi Alkitab malah menyatakan masa depan bahkan sampai ke dalam kekekalan itu sudah dijamin. Setiap dari kita, saya dan saudara dipanggil untuk menjadi pelayan-pelayan Allah di muka bumi ini untuk menghadirkan kerajaan-Nya di dalam dan melalui hidup kita. Mari semua jemaat bangkit untuk melayani Allah dengan segenap hatimu, dengan segenap kekuatanmu, dengan segenap akal budimu. Mari kita belajar mengasihi Allah dengan mengasihi pekerjaan-Nya, kerajaan-Nya dan umat-Nya. Saya sangat mengharapkan apa yang Alkitab katakan, yaitu kebangunan rohani kaum awam. Kebangunan kaum awam untuk melayani Allah. Nabi Yoel menubuatkan pada hari-hari terakhir Roh Tuhan dicurahkan kepada semua umat Tuhan. Laki-laki dan wanita akan bergerak melayani Tuhan. Seluruh jemaat, demikian kata Alkitab, bukan hanya hamba Tuhan. Dalam Perjanjian Lama adalah bagi hamba-hamba Tuhan yang dipilih dan sekelompok orang yang dipakai tetapi, dalam Perjanjian Baru adalah kepada seluruh umat Allah. Ini terjadi pada Pentakosta. Pada waktu itu seluruh jemaat gereja bergerak melayani Tuhan, mereka menjadi gereja yang militan, gereja yang tidak egois, gereja yang tidak memikirkan bagaimana membangun gedung gereja; tidak ada salahnya dengan hal itu, tetapi umat yang memikirkan paling utama bagaimana nama Tuhan dikenal dan kerajaan-Nya meluas di seluruh muka bumi. Allah melalui Roh Kudus-Nya di dalam diri jemaat mula-mula dan melalui providensia-Nya yaitu penganiayaan yang hadir kepada jemaat itu membuat kaki anggota jemaat melangkah keluar ke manapun agar nama Tuhan dan kerajaan Allah tersebar dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke seluruh muka bumi.

Sekali lagi, kita semua dipanggil untuk memperluas Kerajaan Allah, di dalam diriku dan melalui diriku bagi dunia. Untuk itu Roh Kudus membentuk kita. Itulah kenapa dari beberapa minggu lalu sampai saat ini dan kalau Tuhan Pimpin ke depan, saya akan membawa terus saudara-saudara untuk melihat Nehemia. Nehemia adalah seorang awam yang dipakai oleh Tuhan. Seorang awam yang dipakai untuk menjadi pemimpin rohani. Seorang pemimpin rohani adalah seorang pelayan. Nehemia tidak berkhotbah. Nehemia juga tidak mendapatkan penglihatan dari surga atau suara dari Tuhan atau malaikat yang datang, tetapi jelas Alkitab mencatat apa yang dikerjakan oleh Nehemia dan saudara mendapatkan satu kesimpulan bahwa Nehemia digerakkan oleh Roh Kudus yang sama, yang menggerakkan para nabi-nabi. Roh Kudus yang sama menggerakkan Musa, Daud dan juga Elia. Alkitab mengatakan bahwa pada akhir zaman Roh Kudus akan menggerakkan kaum awam. Lihatlah bentukan Roh Kudus kepada Nehemia.

Beberapa minggu yang lalu kita sudah membahas, membicarakan tentang dua hal yang Roh Kudus bentuk kepada Nehemia untuk menjadi seorang pelayan, menjadi seorang pemimpin rohani. Yang pertama adalah bagaimana Nehemia dibentuk untuk memiliki hati yang lekat dengan umat Allah. Seorang pelayan tidak mungkin memiliki gap yang besar dengan umat Allah. Seorang pelayan adalah seorang yang melayani Allah di tengah-tengah umat dan melayani umat di hadapan Allah. Seorang pelayan yang mengasihi Allah, kerajaan-Nya dan umat Allah. Kalau saudara tidak belajar untuk mengasihi gereja, mengasihi sesama, maka kita tidak belajar bagaimana kita mengasihi Allah. Kalau saudara dan saya merasa saudara lebih baik daripada gereja Tuhan yang ada, maka itu bukan bentukan Roh Kudus. Gereja adalah isi hati Allah. Gereja adalah mempelai perempuan Kristus. Kalau kita berusaha menjauhkan diri kita dari gereja dengan alasan apapun sesungguhnya kita tidak siap untuk melayani Allah kita. Nehemia dikenal sebagai seorang nabi tetapi dia bukan saja bicara, bukan saja mengarahkan tetapi dari seorang nabi yang kuat, dia ketika sendiri memiliki hati seorang imam yang membawa umat dan dirinya bertobat di hadapan Allah dengan air mata, dengan doa.

Hal yang ke-2 adalah minggu yang lalu kita sudah bicara, bagaimana Nehemia dibentuk memiliki prioritas utama di dalam hidup, first thing first adalah doa. Ada orang yang menjadi sombong ketika bicara menjadi pendoa karena terlihat seperti seorang yang rohani. Kita tidak bicara mengenai hal-hal seperti itu. Tetapi seorang yang berdoa di dalam Alkitab, jikalau dia sejati adalah seorang yang selalu memiliki hati yang remuk, hati yang bangkrut, hati yang memiliki kesadaran bahwa dirinya tidak bisa dan perlu bala bantuan surga. Suatu sikap hati yang selalu meminta pertolongan bukan dari manusia bukan mengharapkan manusia tetapi dari Tuhan, suatu sikap hati yang selalu meminta belas kasihan Tuhan. Begitu Nehemia mendengarkan berita itu, maka hatinya yang sudah dibentuk oleh Tuhan beberapa lama sebelumnya, dia siap, langsung dia berdoa. First thing first.

Hal yang ke-3, apa yang Roh Kudus bentuk pada kita untuk menjadikan kita pelayanan-Nya? Yaitu kehidupan yang mengenal Allah. Poin ini sudah berkali-kali saya bicarakan tetapi mari kita sekarang melihat pengenalan Allah yang seperti apa yang ada pada Nehemia dan ini terlihat pada isi konten doanya. Mari kita cek isi doa kita secara spontan pada waktu kita sendiri. Jangan kita menilai doa kita pada waktu kita di publik ataupun pada waktu kita di gereja. Kalau di gereja atau di muka umum, pasti kita berdoa untuk pekerjaan Tuhan untuk pertumbuhan rohani jemaat atau untuk misi, untuk hal-hal yang lain, KKR, tetapi ketika kita sendiri, ketika saya sendiri, ketika saudara sendiri di kamar kita; apa yang biasa kita doakan? Mari kita introspeksi. Mari kita cek apa yang kita doakan. Ada orang yang mendoakan terus-menerus tentang anaknya, masa depannya, usahanya, mencari pacar, putus dengan pacar, atau tentang hidup ini. Saya tidak katakan itu adalah tidak perlu untuk didoakan, tetapi kalau itu terus-menerus yang muncul secara spontan di dalam diri kita berarti itu isi hati kita. Tetapi Nehemia tidak begitu spontannya, dia bahkan ketika dia berdoa sendiri di dalam private prayer-nya dia berdoa bagaimana pekerjaan Allah harus terlaksana dan dia meminta kasih sayang Tuhan untuk dia dan seluruh orang Israel.

Isi doa Nehemia bisa dibagi menjadi 4 pokok doa dan 4 pokok doa ini biasa diajarkan oleh Alkitab. Kita biasa memakai atau orang-orang biasa memakai singkatan, dengan singkatan ACTS. Pertama, adoration; ke-2, confession of sins; ke-3, thanksgiving; dan yang ke-4, supplication. Mari kita melihat bagian yang pertama, adoration. Adoration/memuji Allah, mengagungkan Allah. Perhatikan apa yang Nehemia puji dari Allah. Itu artinya sifat Allah yang seperti apa yang dia kenal dan menawan hatinya, yang membuat dia mengagungkan Allah karena pengenalan akan Allah dengan sifat-Nya ini. Nehemia 1:5 mengatakan: “Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap seorang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya.” Di dalam ESV dikatakan “And I said, O LORD God of heaven, the great and awesome God who keeps covenant and steadfast love with those who love him and keeps his commandments.” Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat. Sesungguhnya Allah seperti apa yang Nehemia kenal dengan berdoa seperti ini? Nehemia mengenal Allah yang berdaulat, Allah yang tidak pernah kalah, Allah yang tetap di atas tahta yang memerintah dengan seluruh semarak keagungan dan cinta kepada umat-Nya meski di bumi ini, kota Allah, umat Allah sedang dikalahkan, pekerjaan-Nya sedang terbengkalai dan nama-Nya diinjak-injak oleh seluruh musuh-Nya. Nehemia pasti bukan memiliki pengertian yang enteng tentang Allah seperti kita. Kita bisa mengatakan Allah yang berdaulat. Siapa yang berdaulat? Allah bukan setan. Tetapi hidup kita gemetar, hidup kita takut dan kuatir. Alkitab dengan jelas menyatakan Allah yang dikenal umat-Nya, umat yang mengenal Allah akan tetap kuat dan bertindak. Kita bisa mengatakan Allah yang berdaulat sepintas lalu, tetapi sebenarnya kita tidak mempercayai kedaulatan-Nya. Pada waktu itu Nehemia melihat semua kenyataan yang pahit, dia melihat the problem of evil terjadi pada umat Allah, dia melihat kejahatan ada di mana-mana. Bahkan hidupnya sendiri, hidup Nehemia tidak pasti di depan, tetapi Nehemia dalam kaca mata imannya, hatinya, melihat Tuhan tetap yang mengontrol semuanya. Allah, Engkau tetap di atas tahta. Allah yang tetap di atas tahta dengan His loving covenant, perjanjian kasih-Nya yang tetap untuk selama-lamanya. Allah tetap berdaulat dengan seluruh keagungan cinta-Nya tanpa sedikitpun berkurang. Di dalam Alkitab sangat umum digambarkan ketika keadaan seseorang atau umat Allah menjadi buruk atau tidak terkendali, maka akan memberikan keraguan pada sifat kedaulatan Allah. Tetapi pada keadaan seperti itu, Alkitab juga memberikan kita ajaran bahwa umat Allah yang sejati di tengah keadaan yang menjadi buruk dan tidak terkendali itu tetap bisa memiliki kesadaran bahwa Allah tetap berdaulat dalam doa-doanya dan ini adalah langkah iman, ini adalah bentukan Roh Kudus.

Mari kita melihat beberapa bagian ini. Pertama, mari kita melihat Kisah Para Rasul 4. Kisah Para Rasul 4:23 dan seterusnya adalah bicara mengenai doa jemaat yang pada waktu itu dianiaya. Pemimpin mereka Petrus dan Yohanes baru saja masuk ke pengadilan dan dihadapkan kepada Mahkamah Agama. Ketika mereka dilepaskan, mereka diancam. ini adalah suatu keadaan yang sangat menakutkan, mereka adalah gereja yang kecil, dan Mahkamah Agama adalah satu penguasa pada waktu itu. Di tengah-tengah seperti itu, apa yang mereka katakan? Perhatikan ayat 23. “Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka.” Menceritakan hal, sesuatu hal yang sangat buruk, menceritakan suatu ancaman, sesuatu hal yang sangat menyakitkan, tetapi, perhatikan ayat 24: “Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah.” Saudara perhatikan first thing first, hal pertama yang diajarkan oleh Roh Kudus kepada jemaat Allah yang mau melayani adalah mencari wajah Allah, hal pertama yang diajarkan Roh Kudus selalu membawa hati langsung berlutut mencari pertolongan dari surga. Perhatikan saudara-saudara, berserulah mereka kepada Allah, “katanya: Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut, dan segala isinya.” Apa yang langsung mereka katakan di tengah-tengah keadaan yang tidak terkendali itu? Yaitu sifat kedaulatan Allah. Allah yang menciptakan langit, bumi, laut, dan segala isinya. Ini bukan suatu pembukaan doa untuk bicara mengenai sejarah. Allah yang menciptakan segala sesuatunya, tetapi ini adalah bicara berkenaan dengan isi doa yang di dalamnya memiliki teologia kedaulatan Allah. Mereka tahu bahwa Allah tetap di atas tahta-Nya, mengontrol semuanya, meskipun merajalela seluruh musuh-Nya. Mahkamah Agama mengancam mereka, dan secara normal, secara alamiah mereka pasti ketakutan, mereka pasti kuatir. Apa kira-kira yang mungkin ada dalam pikiran mereka? Sangat mungkin mereka akan berpikir Petrus, Yohanes pulang saja, ngapain di sini, ngapain melayani Tuhan susah-susah begini. Petrus, Yohanes, perhatikan ya, aku cuma ingin jadi orang Kristen baik-baik, yang tidak ada urusan dengan politik, yang tidak ada urusan dengan agama-agama yang lain, aku tidak mau offensive menyerang orang lain, aku ingin jadi orang Kristen yang damai-damai saja, aku ingin jadi orang Kristen karena aku ingin anakku jadi baik, bermoral baik, keluargaku bahagia sejahtera. Ngapain kita ini seperti ini. Petrus jadilah nelayan, dapat uang berikan perpuluhan, layani jadi guru sekolah minggu, internal saja untuk kalangan sendiri saja. Petrus, kalau kejadiannya seperti ini, ini bukan kekristenan yang aku harapkan dan yang aku pikirkan. Mari kembali jadi nelayan, mari kita tangkap ikan, dapat ikan apalagi ikan di daerah kita adalah salah satu ikan yang terbaik? Kita cukup hanya terima Kristus, hidup baik-baik, kembali berusaha, tidak usah pikirkan apapun saja untuk keselamatan orang lain, untuk Kerajaan Allah, selesai. Nehemia, kamu mau apa? Keluar dari kerajaan? Cari susah sendiri, hidup ini sudah susah kamu mau tambah susah? Tidak perlu seperti itu, kamu terlalu radikal, kamu terlalu ekstrim. Ayo pakai akal sehatmu, lihat lagi, Nehemia. Seluruh umat Allah sudah kalah, apalagi yang kau harapkan? Apakah engkau pikir satu orang bisa mengubah seluruhnya, Nehemia? Sudahlah, jadi saksi di internal saja untuk kalangan sendiri saja. Apakah mereka berpikir demikian? Mungkin, tetapi lihat apa yang Roh Kudus bentuk di dalam diri mereka, lihat apa yang muncul dari doa-doa mereka, bukan doa yang kosong tetapi doa yang dicatat oleh Alkitab, itu artinya Roh Kudus mau saudara dan saya melihat, memperhatikan, mendengarkan doa mereka yang tadinya tersembunyi. Lihat apa yang mereka doakan, lihat apa yang Roh Kudus kerjakan dalam iman mereka, dan itu adalah pengenalan akan Allah yang mereka punya. Di dalam Kisah Para Rasul 4 mereka mendoakan “Ya Tuhan Engkaulah yang menjadikan langit, bumi dan segala isinya.” Sekali lagi siapa yang tidak tahu kalau Tuhan yang buat langit dan bumi, bukan orang lain, bukan tetangga kita yang membangun, membuat langit dan bumi bukan? Kenapa? Apakah ini cuma basa-basi? Tidak. Doa ini artinya adalah: Allah, Engkau yang berdaulat. Allah, Engkau yang memegang segalanya, segala sesuatu ada dalam kedaulatan-Mu karena segala sesuatu adalah ciptaan-Mu, Engkau tetap dalam pemerintahan-Mu segala sesuatu tetap dalam kendali-Mu meski semua terlihat buruk dan pekerjaan-Mu masih terbengkalai, tetapi tetap Engkau tidak terkalahkan dan masa depanku akan membuktikan bahwa Engkau tidak terkalahkan. Mereka adalah orang-orang yang sudah mempercayakan hidupnya pada Tuhan yang berjanji kepada mereka, dan saat ini ketika mereka mengalami kejadian-kejadian buruk, iman mereka tetap memandang bahwa Tuhan yang dipercaya di dalam hatinya, mereka mempercayakan diri kepada Dia, Tuhan tetap di tahta-Nya, perjanjian kasih-Nya akan tetap menang dan pada akhirnya kemuliaan-Nya, kemuliaan-Nya saja yang akan terlihat di seluruh muka bumi. Ini adalah kumpulan orang yang mempercayai kedaulatan Allah.

Wahyu 6:10 ditulis ketika gereja Tuhan mengalami penganiayaan yang besar. Di dalam ayat 9-10: “Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. (10) Dan mereka berseru dengan suara nyaring, …” Saudara perhatikan apa yang mereka katakan, sifat Allah seperti apa yang muncul di dalam mulut mereka, di dalam doa mereka, “Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: “Berapa lama lagi ya Penguasa yang kudus dan benar Engkau tidak menghakimi dan tidak membalas darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” Di dalam bahasa Inggrisnya, doa yang diserukan jiwa anak-anak Tuhan yang dibunuh, para martir, mereka berseru dengan suara keras, they cried out with a loud voice, “How long sovereign Master, holy and true. Tuan Penguasa yang berdaulat yang kudus dan yang benar. Berapa lama lagi ya Penguasa yang kudus dan benar Engkau tidak menghakimi dan membalas darah kami kepada mereka yang diam di bumi? Kedaulatan Allah, sifat ini muncul di dalam pikiran mereka pertama kali ketika seluruh kehidupan menjadi tidak menentu. Allah tetap bertahta di atas tahta-Nya di tengah semua kemalangan, mereka tetap melihat Allah yang baik pada umat-Nya, berdaulat di tengah semua kekalahan. Mereka semua tetap melihat Allah yang berkuasa itu menang di tengah semua kehancuran Yerusalem, di tengah semua umat Allah yang terserak dan terhina dan pekerjaan Allah yang terbengkalai dan nama Allah yang dicemooh, di tengah-tengah seperti itu, juga diri Nehemia tidak menentu masa depannya, tetapi di tengah seluruh pergumulan seperti itu Nehemia tetap bisa melihat Allah yang mengasihi dia dan mengasihi umat-Nya dan akan menang dalam seluruh pergumulan itu. Ini adalah pengenalan akan Allah yang berdaulat.

Bagi pelayan, bentukan Roh Kudus akan kedaulatan Allah ini sangat-sangat penting. Melayani Allah itu suatu peperangan, suatu perjuangan, bukan kuliner. Itu adalah sesuatu yang berkesinambungan, terus-menerus, bukan sekali, bukan one off, bukan kuliner. Saudara bisa cuma susah tujuh hari lalu pulang dengan dengan hati yang senang karena pernah susah cuma tujuh hari. Pelayanan adalah terus-menerus perjuangan, terus menerus peperangan. Tanpa kita mengenal kedaulatan Allah kita akan mudah putus asa, tanpa kita mengenal kedaulatan Allah, kalau kita tidak mengenal, melihat kedaulatan Allah, kita melihat diri kita dan akhirnya kita mengasihani diri atau melihat sesama kita dan kita saling menyalahkan, mundur dan tidak mampu bangkit lagi. Kalau saudara ikut pertandingan basket dan waktu tinggal sedikit dan tim saudara itu kehilangan atau tertinggal nilai yang banyak, apa yang ada dalam pikiran kita? Kita akan putus asa, mundur tidak ada harapan, mungkin kita akan menyalahkan orang satu tim karena dia tidak perform dengan baik dan juga menyalahkan diri kita kenapa kita ini bodoh dan gagal. Tetapi, kalau kita bisa mengetahui bahwa sesungguhnya kita akan memenangkan pertandingan itu, maka kita akan terus berusaha untuk berjuang. Perhatikan, Alkitab sudah menyatakan bahwa bumi ini akan dipenuhi dengan kemuliaan Allah kita. Ini adalah janji-Nya dan Allah kita pasti menggenapinya. Nehemia mengetahui hal ini. Pada waktu itu, itu adalah waktu kekalahan, waktu air mata, tetapi dia tidak melihat dirinya. Dia tidak menyalahkan siapapun saja atau keadaan, tetapi dia first thing first, berdoa, dan apa isi doanya? Kedaulatan Allah. Aku berdoa kepadamu ya Allah semesta alam, Tuhan Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang kepada perjanjian-Nya, yang sesungguhnya Allah tidak terkalahkan dan tetap di atas tahta-Nya. 

Hai seluruh Jemaat, marilah kita peka dan belajar akan bentukan Roh Kudus di dalam hidup kita yang mengajarkan kedaulatan Allah kepada kita. Alkitab mengajar kepada kita pada pagi hari ini di tengah situasi apapun saja, dan pelayanan tidaklah mudah, dia adalah Allah yang berdaulat yang memegang perjanjian kasih-Nya bagi orang-orang yang berpegang kepada ketetapan-Nya, orang-orang yang berharap kepada kasih setia-Nya. Kiranya kasihan Tuhan, Roh-Nya dikirimkan-Nya kepada kita mengajarkan pokok ini, kedaulatan Allah. Kiranya nama-Nya ditakuti dan kita makin mengenal Dia.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

29 January 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (2)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:1-6

Nehemia 1:1-6

Perikop Nehemia adalah cerita seorang awam yang dipakai Allah di dalam perluasan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Salah satu kunci penting sebuah gereja yang bertumbuh adalah banyaknya kaum awam yang dipakai Allah. Ketika banyaknya kaum awan dipakai Allah bukan saja memberikan uang, tetapi berdoa dan bergerak bersama-sama untuk melayani di dalam misi Allah bagi bumi ini. Pada tahun 2010, dalam anugerah Tuhan saya mengikuti Lausanne Congress di Cape Town, dan para pemimpin Kristen dunia pada waktu itu menyadari mengapa setelah ribuan tahun masih banyak sekali daerah-daerah dan suku-suku yang belum mendengar tentang Kristus. Setelah mereka selidiki, jawabannya adalah karena pekerjaan penginjilan dan misi dunia dikerjakan hanya oleh hamba Tuhan. Maka di Lausanne Congress di Cape Town itu, ada 4000 orang yang hadir dan sekarang mereka merubah kalau Lausanne Congress sebelumnya, seluruhnya adalah ribuan hamba Tuhan berkumpul. Tetapi, di Lausanne Congress di Cape Town, dari 4000 orang yang berkumpul, tiga perempatnya adalah kaum awam. Saudara akan melihat konferensi penginjilan dan misi dunia, tetapi yang mengikutinya adalah seorang manajer bank, teacher, dosen, engineer, designer, IT, wartawan. Intinya adalah para pemimpin dunia Kristen menyadari bahwa perluasan Kerajaan Allah di muka bumi tidak bisa dikerjakan oleh orang-orang full-timer hamba Tuhan saja. Ini adalah tugas kita bersama ketika Yesus Kristus mengatakan, “Pergi jadikanlah segala bangsa murid-Ku”, itu bukan bicara berkenaan dengan orang-orang yang dipanggil untuk menjadi pelayan Tuhan seutuhnya, sepenuhnya seorang pendeta, seorang penginjil. Tidak! Tetapi seluruh orang Kristen memiliki amanat Agung tersebut.

Tentu saja, ketika kaum awam bergerak tetap harus ada di dalam struktur ordo dan bukan keliaran. Di dalam gereja, kita diajar melalui Alkitab adanya ordo, ada hamba Tuhan yang Tuhan berikan visi center. Pusat kebangunan rohani terletak pada mimbar, terletak pada hamba Tuhan. Ordo harus dijaga, tetapi jika sebatas hamba Tuhan yang melayani maka gereja tersebut tidak sehat dan tidak akan bertumbuh dan misi Kerajaan Allah tidak akan terselesaikan. Saya sekali lagi merindukan gereja kita, gereja ini dan semua gereja dalam keadaan sehat dan bertumbuh. Gereja kita diperbolehkan oleh Allah masuk ke dalam pusat pergerakan Allah di muka bumi ini dan artinya adalah saudara kaum awam dan saya hamba Tuhan bergerak bersama-sama melayani Tuhan di dalam misi dunia ini dengan kuasa dari Roh Kudus. Kita harus bergerak bersama-sama kita harus, berjuang bersama-sama kita harus melayani bersama-sama kita harus berdoa bersama-sama untuk memperluas Kerajaan Allah di dalam diri kita dan melalui diri kita di dalam gereja kita dan melalui gereja kita bagi dunia.

Minggu yang lalu saya sudah mengatakan ketika kita membaca cerita-cerita seperti Nehemia, kita diajar prinsip-prinsip rohani bagaimana Allah melalui Roh Kudus-Nya dan melalui providensianya membentuk kerohanian Nehemia seorang awam ini. Biarlah kita mengerti proses pembentukan Allah itu prinsipnya sama meskipun konteksnya yang berbeda. Kita pasti tidak memiliki konteks yang sama dengan Nehemia. Kita tidak ada di depan Raja Arthasasta. Kita tidak memiliki kabar tentang tembok Yerusalem atau umat Israel yang berada dalam penderitaan besar seperti perkataan Hanani kepada Nehemia. Tetapi ketika kita dibentuk menjadi seorang pelayan, apakah saudara hamba Tuhan yang full-time ataukah saudara seorang awam, maka pastilah Roh Kudus akan membentuk kita dan prinsipnya memiliki prinsip yang sama dengan apa yang Dia kerjakan kepada para nabi dan rasul dalam Alkitab. Ketika seseorang dibentuk oleh Roh Kudus menjadi pelayan-Nya maka uniknya Roh Kudus akan memampukan kita menjebol (breakthrough), kenyamanan hidup kita atau memberikan kita kuasa menang mengatasi permasalahan-permasalahan hidup kita yang belum selesai dan Roh Kudus akan memberikan kepada kita kuasa membalik pikiran kita untuk terfokus pada pekerjaan Allah yang belum selesai.

Kita sering sekali tidak rela meninggalkan kenyamanan hidup kita, kita pergi ke sana kuatir, pergi ke sini kuatir, kita sering takut, kita sulit sedikit sudah tidak mau, kurang uang sedikit kita sudah mengeluh, udara panas sedikit kita sudah menggerutu atau di sisi lain kita terus-menerus dipenuhi (di-preoccupied) oleh masalah-masalah dan tugas-tugas yang belum selesai. Ketika bicara berkenaan dengan penginjilan, berkenaan dengan misi, berkenaan dengan pelayanan, selalu ada saja alasannya. Urusan pekerjaan saya masih banyak Pak, belum selesai Pak deadline itu, sebentar lagi, beberapa hari pak, report-nya belum selesai Pak. Belum lagi ada pergumulan ini itu, ada pergumulan yang belum punya pacar sehingga tidak bisa melayani lebih, tidak bisa misi; atau baru saja pacarnya diputus maka dia juga tidak bisa pergi atau masalah keuangan yang belum selesai atau kadang mengatakan belum punya anak maka saya fokus lebih dulu untuk masalah ini, tetapi di tempat yang lain, ada yang mengatakan sudah banyak anak sehingga tidak bisa pikirkan apapun saja untuk pekerjaan Tuhan. Apapun saja bisa menjadi alasan kita untuk kita tidak masuk di dalam pekerjaan Tuhan di muka bumi ini dan lihatlah sekarang apa yang Tuhan kerjakan pada Nehemia. Nehemia memiliki ribuan alasan yang lebih banyak daripada kita untuk tidak meninggalkan istana Raja Arthasasta dan membangun puing Yerusalem. Dia sudah enak hidupnya di sana, kenapa dia harus pulang untuk menempuh bahaya. Kalau dia harus pulang, dia harus menghadapi begitu banyak pemerintahan daerah dan juga gerombolan-gerombolan yang bisa menyerang jiwanya ketika dia pulang; maka dia mempertaruhkan hidup dan matinya. Saudara tahu bukan bahwa safety reason adalah hal yang paling utama dalam segala pekerjaan kita. Kalau kita naik pesawat, safety reason paling utama. Kita naik kapal, safety reason paling utama. Kita kerja apapun saja safety reason adalah yang paling utama. Safety, keamanan, keselamatan dari jiwa kita dan tubuh kita.

Tetapi, saudara-saudara perhatikan, Nehemia yang sudah nyaman kemudian berdoa dan Roh Kudus menjebol seluruh kenyamanannya. Dia mau mengambil resiko meskipun ini adalah sesuatu hal yang sangat berbahaya tetapi inilah ciri pekerjaan Tuhan. Kalau Tuhan bekerja dalam diri saudara dan saya, dia akan memampukan kita untuk menang terhadap hal-hal seperti ini. Belum lagi Nehemia harus memikirkan bagaimana dengan ekonominya, stabilitas ekonominya. Lalu bagaimana dengan pergolakan politik bangsa-bangsa. Bukankah kalau kita ada masalah ekonomi saja, kita punya masalah, langsung kerinduan pelayanan kita semuanya memudar. Dan lagi, kenapa Nehemia harus membangun sebuah kota yang dia sendiri tidak pernah lahir di dalamnya, untuk apa dia memikirkan kota itu? Bukankah tidak ada urusannya dengan dia? Sekarang dia punya masalah dengan hidupnya sendiri, kenapa masalah kota itu, mengapa masalahnya Allah harus menjadi masalahku. Nehemia adalah keturunan Yahudi tetapi dia tidak pernah lahir di Yerusalem. Sama seperti banyak dari anak-anak kita lahir di Australia. Apa urusannya memikirkan bangsa Indonesia? Anak kita lahir di Australia, apa urusannya memikirkan Biak? Kenapa memikirkan tempat-tempat dari desa-desa, ujung-ujung, hutan-hutan di Indonesia, apa urusannya dengan aku? Nehemia bisa mengatakan seperti ini, “Oh sebaiknya saya memikirkan pertobatan Raja Arthasasta saja bukan, kenapa musti cari perkara lagi, kenapa mesti mencari hidup yang susah. Uangku juga kurang, masalahku juga sangat banyak.”

Nehemia memiliki ribuan alasan yang jauh lebih besar dari hidup kita. Tetapi visi dari Tuhan, beban yang dari Tuhan tidak bisa dibendung. Gerakan Rohnya tidak bisa dikalahkan oleh semua permasalahan yang menghimpit ini. Coba perhatikan apa yang terjadi di dalam hati Nehemia. Pernahkah saudara memiliki kerinduan dipakai oleh Allah di tengah-tengah begitu banyaknya masalah saudara? Mungkin saudara ingin pergi ke satu tempat atau mungkin saudara tidak jelas tempat itu, tetapi ada dorongan sesuatu, aku tidak puas di sini, aku ingin dipakai oleh Allah lebih. Mungkin saudara ingin untuk mendedikasikan hidup saudara untuk misi di tengah-tengah seluruh masalah saudara. Kerinduan yang kecil seperti itu muncul di dalam hati, tetapi kemudian keinginan itu tertutup dengan masalah dan saudara melupakan di dalam kerutinan hidup kita. Perhatikan saudara, jikalau ada kerinduan sekecil apapun, cepatlah meresponi dengan doa yang tekun, jikalau kerinduan itu sejati dari Tuhan maka saudara akan menyadari makin lama hati kita makin dikobarkan, beban itu makin dalam dan hidup kita makin diarahkan menuju kepada beban dan kerinduan yang Tuhan berikan. Saudara mungkin mengatakan, “Oh itu adalah suatu emosi.” Jangan simpulkan dulu, saudara-saudara tidak akan tahu itu emosi atau tidak. Ya, mungkin sekali emosi, tetapi saudara doakan dan jangan hanya sekali. Terus doakan! Kalau itu benar-benar dari Tuhan, maka saudara akan menyadari beban itu makin lama makin besar, kerinduan itu makin lama makin dalam. Jangan padamkan dengan tidak peduli, jangan padamkan dengan kemalasan atau jangan padamkan dengan kalimat, “Oh, itu cuma emosi,” dan saudara tidak mau untuk follow up. Apa yang terjadi di dalam diri Nehemia ketika mendengarkan kalimat Hanani itu adalah sesuatu yang biasa. Orang lain yang mendengarkannya juga biasa, tetapi Nehemia tiba-tiba memiliki satu kerinduan dan bukan di dalam waktu yang sesaat, tetapi 4 bulan dia mendoakan sampai benih itu bertumbuh menjadi besar dan tidak terbendung lagi. 

Minggu yang lalu saya sudah bicara mengenai prinsip pertama ketika Roh Kudus membentuk seorang menjadi pelayan Kristus maka Dia akan mengaitkan hati kita dengan kebutuhan umat Allah. Kalau saudara membaca Nehemia, maka saudara akan melihat Nehemia menangis, berdoa, berpuasa selama berbulan-bulan dan hatinya terus-menerus berbeban berat sekali. Apa yang mendorong itu? Maka tiga hal ini, minggu yang lalu saya katakan yang pertama adalah kehormatan Allah yang diinjak-injak; yang ke-2 adalah pekerjaan Allah yang belum selesai; dan yang ke-3 adalah umat Allah di dalam penderitaan. Hati Nehemia tersentuh oleh berita itu, tetapi mau tahu apakah itu hanya emosi manusia ataukah itu beban dari Tuhan, Nehemia berdoa berbulan-bulan dan ternyata ini bukan emosi yang dangkal, tetapi suatu beban yang sejati yang ditanam oleh Allah di dalam hati dan dengan tepat Nehemia menyiraminya dengan doa.

Minggu yang lalu saya sudah bicara saya menekankan berkenaan dengan seorang nabi yang mau memposisikan dirinya sejajar dengan umat Allah. Nehemia adalah seorang nabi dan sama seperti nabi-nabi yang lain, Yeremia, Yesaya, Musa juga Paulus. Maka saudara menemukan kalimat-kalimat mereka adalah kalimat seorang nabi, tetapi bukan saja mereka penyambung lidah Allah, bukan saja mereka menegur umat, jemaat, tetapi di dalam tulisan mereka, saudara akan melihat bahwa mereka juga menegur diri mereka sendiri. Yesaya yang mengatakan, “Celaka,celaka engkau hai Israel”, di dalam Yesaya 3 dan 4, Yesaya yang sama kemudian dibentuk oleh Allah mengatakan, “Celaka aku, aku binasa, aku ada di tengah-tengah bangsa yang najis bibir dan aku sendiri adalah najis bibirnya.” Seorang nabi yang sejati tidak menunjuk-nunjuk umat Allah dari kejauhan. Allah kita di dalam Kristus Yesus juga tidak berbicara dari Surga. Dia turun di tengah-tengah manusia. Nabi yang sejati bukan saja penyambung lidah Allah dengan menyatakan dosa dan kesalahan umat, tetapi nabi yang sejati juga berdoa dan dalam doanya berdoa syafaat. Maka dia mengikut sertakan dirinya, aku juga berdosa. Ini bukan kepura-puraan, tetapi ini adalah bentukan Roh Kudus yang ada di dalam nabi tersebut. Untuk nabi tersebut diposisikan sama dengan umat. Roh Kudus kalau membukakan dosa seseorang, orang tersebut tidak akan merasa lebih tinggi daripada orang lain. Seorang nabi tidak akan lebih tinggi daripada umat Allah, meskipun umat Allah yang berdosa, meskipun nabi tersebut ada kalimat dari Tuhan tetapi Tuhan kemudian merendahkan daripada nabi tersebut dan memiliki personal identity yang sama dengan umat Allah.

Dalam case Musa yang minggu lalu kita sudah bicara bahwa Musa yang meminta: Show me Thy glory (Nyatakan kemuliaan-Mu, ya Tuhan). Musa yang diberikan anugerah oleh Allah bahwa Allah sendiri, Yahweh, akan menuntun dia. Musa yang meminta supaya Yahweh tidak mengirimkan malaikat-Nya, tetapi menuntunnya sendiri. Yahweh sendiri yang menuntunnya. Musa pula yang meminta bahwa dia dan seluruh umat dituntun oleh Yahweh. Lihatlah Musa meminta dua permintaan. Pertama adalah penyertaan Allah dan yang ke duaadalah umat yang menyertai dia atau dia yang menyertai umat. Dia tidak menyatakan kepada Tuhan: Amin Tuhan, benar Tuhan, mereka semua layak untuk dihancurkan. Aku mengucap syukur untuk seluruh berkat dan pernyertaan-Mu. Terserah mereka disertai atau tidak.” Perhatikan dua hal ini: Minta pernyertaan Tuhan dan minta untuk Tuhan juga menyertai umat. Minta penyertaan Tuhan dan meminta bahwa umat juga beserta dengan nabi tersebut.

Minggu yang lalu saya sudah mengatakan bahwa seorang nabi yang sejati memiliki hati seorang imam. Seorang yang menegur dosa jemaat memiliki air mata untuk mendoakan jemaat tersebut. Saya merindukan banyak kaum awam yang bangkit untuk melayani Tuhan. Dan ketika bicara mengenai bangkit melayani Tuhan itu artinya adalah bangkit untuk mengasihi jiwa-jiwa umat Allah. Sekali lagi, tiga hal ini tidak mungkin bisa dipisahkan. Pertama adalah kehormatan Allah. Kedua adalah pekerjaan Allah. Dan yang ketiga adalah umat Allah. TIga hal ini yang menjadi air mata, beban, doa, puasa dari Nehemia dan itu tidak terpisahkan. Kita sering sekali berpikir bahwa aku bekerja untuk kehormatan Allah, tetapi sering sekali pada saat yang sama kita tidak mempedulikan sesama kita. Kita tidak mempedulikan jiwa-jiwa yang kita layani. Dalam prinsip Alkitab, melayani Allah adalah hal yang pertama, tetapi, ketika seseorang melayani Allah, akan dibawa untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Kiranya Roh Kudus menanamkan hati yang peduli dan menangis bagi umat Allah dan jiwa-jiwa di luar sana.

Sekarang kita masuk ke dalam prinsip kedua bentukan Roh Allah di dalam diri seorang pelayan. Nehemia adalah seorang awam, perhatikan apa yang dibentuk oleh Roh Kudus di dalam dirinya. Pelajaran ini adalah pelajaran tentang Roh Kudus yang membuat fokus hidup yang utama. Sekali lagi, prinsip ke-2 adalah Roh Kudus akan bekerja di dalam diri kita jika kita adalah anak Tuhan yang sejati yang dipakai untuk pelayanan-Nya. Roh Kudus akan membuat kita mampu memberikan fokus atau menunjuk suatu fokus hidup yang pertama. Dalam bahasa yang paling sederhana yang kita paling sering kenal adalah first things first.

Kalau saudara melihat buku Stephen Covey tentang leadership atau Peter Drucker, maka banyak sekali buku-buku leadership mengajarkan tentang first things first. Salah satu kemampuan seorang leader yang tidak dimiliki oleh orang-orang lainnya adalah kemampuan menempatkan hal yang pertama itu pertama. Menentukan yang pertama itu apa. Karena dengan first things first maka saudara dan saya akan mengerti prioritas. Ini adalah suatu cara berpikir untuk menentukan prioritas dan dari situ me-manage segala sesuatu sumber daya, termasuk waktu secara efektif. Tetapi pertanyaannya adalah apa yang seharusnya menjadi first things first seorang pemimpin? Hal-hal apa yang sesungguhnya merupakan hal yang pertama? Apakah itu relasi dengan orang lain? Apakah itu manajemen? Apakah itu planning waktu? Ataukah kemampuan keuangan atau apapun? Apa yang menjadi first things first?

Dalam Alkitab, pemimpin-pemimpin, leader, yang Tuhan bangkitkan maka hal yang pertama yang paling utama, first priority, first things first adalah doa. Begitu Nehemia mendengar ada masalah, lihatlah apa yang secara spontan menjadi gerakan dari seluruh jiwa dan tubuhnya? Apa yang menjadi prioritas utamanya? Dia langsung merendahkan diri dan mencari wajah Allah. Itulah yang paling utama dan pertama. Orang-orang Puritan mengatakan ini adalah kerangka hati yang dibentuk oleh Roh Kudus. Roh Kudus kalau membentuk seseorang, kerangka hatinya adalah kerangka hati yang ready selalu untuk berdoa. Kita tahu semua bahwa bagian ini bukan cuma satu bagian yang menceritakan mengenai doa Nehemia; ada bagian-bagian lain di Kitab Nehemia tentang doanya. Kita tahu bahwa Nehemia adalah man of prayer. Dan kita tahu bahwa Nehemia adalah orang yang penting di dalam kerajaan Allah. Berbeda dengan banyak orang yang penting, orang yang penting biasanya memiliki sifat arogan di hadapan Allah, tetapi jiwa seperti itu tidak dimiliki oleh Nehemia. Nehemia sering sekali merendahkan dirinya dan mencari wajah Allah dengan air mata dan berpuasa.

Seorang komentator Kitab Nehemia menuliskan dengan bijak seperti ini: Nehemia pastilah bukan seorang yang memiliki self-sufficient, self-satisfied atau self-righteous. Orang dengan self-sufficient merasa cukup dengan dirinya sendiri; mandiri. Seorang yang self-sufficient tidak berdoa, mereka hanya akan berbicara kepada diri mereka sendiri. Kedua, orang yang berpuas diri (self-satisfied), tidak akan berdoa, mereka tidak memiliki pengetahuan tentang apa sesungguhnya kebutuhan mereka sendiri. Ketiga, orang yang merasa benar sendiri (self-righteous) juga tidak bisa berdoa, mereka mungkin sedang berdoa, saudara mungkin melihat mereka berdoa atau orang lain melihat kita berdoa, tetapi seorang self-righteous tidak bisa berdoa karena mereka tidak memiliki dasar untuk mendekati Tuhan, tidak ada hati yang remuk, tidak ada dukacita. Seluruhnya yang dia pikirkan dan apa yang ada dalam pikirannya adalah segala keberhasilannya; kehebatannya.

Seorang pemimpin sejati adalah seorang yang tidak mandiri, tidak puas diri dan tidak merasa benar sendiri. Sebaliknya, dia mengetahui kebutuhannya dan siap merendahkan dirinya kapanpun saja di di hadapan Tuhan yang satu-satunya Pribadi yang dapat mencukupkannya. Satu prinsip dalam Alkitab: great leaders are great prayer worriors (pemimpin yang hebat adalah pejuang doa yang tangguh). Saudara juga akan melihat pelajaran penting: Nehemia adalah seorang yang sudah dilatih Tuhan di dalam doa sehingga hatinya lembut. Kitab ini memang menjelaskan ketika Nehemia mendengarkan kabar lalu dia berdoa; first things first. Tetapi, bukan itu saja. Kita harus mengerti kenapa dia terbiasa dengan hal itu? Begitu mendengarkan suatu kabar maka dia berdoa, orang lain tidak. Bukan itu saja, ketika dia mendengarkan suatu kabar, dia kemudian lembut hati, dia menangis dan mencari wajah Allah, berdoa dan berpuasa. Lihat di belakangnya, Nehemia adalah seorang yang sangat strong, sangat berani dan seorang yang begitu tajam di dalam berkata-kata dan memimpin. Seorang yang luar biasa tangguh pendiriannya, tetapi kenapa di awal-awal perikop ini saudara mendapati Nehemia yang kelihatannya begitu lembut, begitu gentle. Kalau ada seseorang yang bisa mendengar sesuatu dan hatinya langsung bisa terfokus kepada Allah, hatinya langsung peka, apa yang terjadi ini, Tuhan? Kemudian dia bisa membawa ini di hadirat Allah, dan dia berdoa, berpuasa menangis berbulan-bulan. Itu karena dia adalah man of prayer yang terlebih dahulu dia sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dilatih oleh Allah di dalam ruang doanya sendiri. Sehingga ketika dia mendengar kabar ini dia langsung dapat berespon dengan tepat. Jadi dia tidak berdoa setelah kabar ini didengar. Dia sebelumnya sudah berdoa dan Tuhan membentuk hatinya peka. Hatinya lembut dan memiliki suatu kepekaan akan apa yang terjadi di luar sana, yang melampaui panca inderanya dan melampaui circumstances-nya sebagai seorang pemimpin.

Sekali lagi, dia bukan seorang yang berdoa setelah mendengar kabar ini. Dia adalah seorang yang sudah berdoa sebelumnya. Satu kutipan yang sebenarnya lucu tetapi benar sebenarnya ‘If you pray when you are in trouble, you are in trouble.’ Bagi anak-anak Tuhan, doa adalah kerangka hati. Bagi pelayan-pelayan Tuhan, doa adalah kerangka hati yang dibentuk oleh Roh Kudus. Latihlah diri kita untuk berdoa! Ada banyak latihan rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus ketika kita mau bertekun di dalam doa. Satu dari latihan tersebut akan menghasilkan satu hati kita yang peka, hati yang lembut di hadapan Tuhan, hati yang ready menerima suatu message dari Tuhan meskipun di dalam keadaan yang sifatnya adalah kejadian sehari-hari. Nehemia tidak mendengarkan suara Tuhan: hai engkau Nehemia pergi ke sana, bangunlah tembok. Tidak! Nehemia tidak didatangi oleh seorang malaikat yang berbicara kepada dia. Sama sekali tidak. Tetapi Nehemia adalah seorang yang berjalan bersama dengan Allah di dalam kesendiriannya, di dalam kamarnya dan dia berjalan di dalam rutinitas hidupnya berdoa, tetapi doa akan membuat hatinya lembut. Doa akan membuat hatinya sensitif, doa akan membuat kepekaannya terhadap segala hal yang dijumpai dengan panca inderanya. Doa akan membuat dia terlatih untuk mendengarkan Tuhan mau bekerja dan bergerak ke mana.

Saudara ingat hal-hal ini. Kalau kita dipakai oleh Allah, Roh Kudus akan membawa umat Allah, pertama tentu kehormatan Allah, kedua adalah pekerjaan Allah tetapi jangan lupakan ketiga umat Allah. Banyak orang yang ingin dipakai sama Tuhan, banyak orang yang mau untuk menjadi berkat dari Tuhan tetapi di dalam hatinya tidak melibatkan umat Allah dan tidak melibatkan dirinya kepada umat Allah. Tetapi, orang yang dipakai Tuhan dia akan menjadi seorang nabi atau di dalam masa ini kita berfungsi sebagai nabi tetapi bukan saja nabi. Kita diminta menjadi imam. Minggu yang lalu saya sudah mengatakan semua dari kita ingin menjadi penyambung lidah Allah, kalau kita melihat ada orang yang sulit kita ingin bicara, menghibur dia seturut dengan Firman Allah, itu adalah fungsi nabi. Hal yang paling sederhana saudara mengetik sebuah whatsapp atau saudara forward whatsapp yang berisi Firman Tuhan. Saudara ingin sebarkan kepada ratusan orang dan harap-harap ada 1 atau 2 orang bisa mendapatkan berkat Tuhan dan saudara sukacita karena dengan forward seperti itu saudara dipakai oleh Allah. Tetapi semua dari kita ingin menjadi berkat bagi orang lain, dipakai oleh Allah untuk menjadi penyambung lidah Allah menjalankan fungsi nabi. Tetapi pertanyaannya adalah siapa yang mendoakan orang-orang yang kita forward message-nya? Ketika saya berkhotbah, apakah saya mendoakan saudara-saudara? Ketika seorang hamba Tuhan berkhotbah apakah mendoakan jemaat-Nya. Atau kita berada di mimbar dan kita berada di kasta tertentu dan kita merasa lebih tinggi dari orang lain, sehingga kita mampu dan kita berhak mengajar orang lain. Alkitab mengatakan: “Celaka aku, aku juga orang yang binasa karena aku berada di tempat yang najis bibir bersama-sama dengan orang-orang yang najis bibir dan aku najis bibir.” Pertama adalah Allah akan memberikan kepada kita suatu hati yang mengasihi umat Allah, baik itu dekat, baik itu jauh ketika seorang dibentuk menjadi pelayan Tuhan. Ingatlah bahwa first things first ketika saudara dan saya ingin dipakai Tuhan, dibentuk oleh Tuhan, maka Dia akan membentuk hal yang pertama adalah kebiasaan berdoa, frame of heart, struktur, bingkai jiwa hati kita, yaitu hati seorang pendoa. Kiranya kasihan Tuhan membuat kita, membentuk kita menjadi pelayan-pelayan-Nya dan sekali lagi saya harap di dalam seri-seri ini ke depan Tuhan membentuk dan membukakan hal-hal bagaimana Dia bekerja untuk kita dibentuk menjadi pelayan-Nya; kaum awam. Jemaat di GRII Sydney, bangun, bangkitlah dan layani Tuhan! Kiranya kasihan Tuhan menyertai kita semua.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more