22 January 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:1-11

Nehemia 1:1-11

Setiap kali kita melihat peristiwa-peristiwa di dalam Alkitab seperti ini, catatan-catatan sejarah maka biarlah kita mengingat beberapa hal ini. Pertama ini adalah benar-benar sejarah yang terjadi. Alkitab adalah buku sejarah bukan cerita dongeng. Alkitab itu benar-benar terjadi, iman kita adalah iman yang dibangun dan didasarkan dari kebenaran fakta aktual bagaimana Tuhan bekerja di bumi ini. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru itu adalah Firman Tuhan yang berakar di dalam sejarah. Kita menolak seluruh pemikiran liberal khususnya Bultmann. Bultmann menyatakan Alkitab kita berisi sejarah dan beberapa catatan mitos di dalamnya dan tugas dari akademisi Alkitab adalah berusaha memisahkan mana yang sejarah, mana yang mitos dan kemudian menyingkirkan yang mitos sehingga kita bisa mendapatkan sejarah yang asli. Khususnya mereka bicara itu dalam konteks Perjanjian Baru. Tetapi saudara-saudara, kita orang-orang Injili mengatakan “Tidak, Alkitab itu benar-benar 100% sejarah.” Dan ini adalah Firman yang Tuhan nyatakan kepada umat manusia di bumi ini. Alkitab itu benar-benar terjadi dan iman kita adalah iman yang berdasarkan fakta aktual. Tetapi bukan saja sejarah, kalau saudara-saudara membaca kitab-kitab seperti ini maka ini adalah sejarah keselamatan. Apa artinya sejarah keselamatan? Yaitu ketika kita membaca ini, kita bisa melihat bagaimana cara kerja Tuhan menyelamatkan daripada bumi ini. Bagaimana langkah-langkah Tuhan bekerja menghadirkan Kerajaan-Nya di muka bumi ini. Dan uniknya di dalam kasus Nehemia, saudara-saudara, kita bisa melihat langkah Tuhan bekerja menghasilkan suatu penyebaran Kerajaan-Nya.

Langkah Tuhan bekerja menghasilkan suatu yang besar adalah melalui doa private. Doa private-nya yang sederhana, yang kecil, yang ada di dalam diri Nehemia yang dibentuk Tuhan dalam diri Nehemia dan kemudian kita bisa melihat melaluinya, Tuhan memberkati bumi ini. Tuhan mengekspansi Kerajaan Allah. Saudara-saudara, ini adalah sejarah. Ini adalah sejarah keselamatan tetapi juga cerita-cerita seperti ini menghadirkan prinsip hidup (the way) cara Tuhan mendidik anak-anak-Nya. Melalui peristiwa-peristiwa ini, saudara dan saya akan melihat prinsip Roh Kudus menguduskan anak-anak-Nya, menguduskan Nehemia dan juga menguduskan kita. Tentu konteksnya Nehemia berbeda dengan Yeremia, berbeda dengan Petrus dan konteks hidup kita satu dengan yang lain dalam gereja inipun berbeda, tetapi prinsip-prinsip Firman Tuhan itu kekal. Prinsip-prinsip bentukan rohani itu adalah sama dan kita diminta untuk menaati prinsip-prinsip ini, kita semua. Kita tahu semua bahwa Nehemia dipakai Allah untuk membangun tembok Yerusalem. Ezra dipakai Allah untuk membangun kembali ibadah di seluruh Israel yang sudah porak-poranda itu. Saudara-saudara, ibadah dibangun oleh Ezra, sedangkan Nehemia membangun tembok. Saudara-saudara, kelihatannya yang satu adalah sesuatu yang kudus, sesuatu yang ada urusannya dengan hal-hal rohani tetapi membangun tembok itu adalah urusan orang biasa, membangun tembok itu adalah urusan sekular.

 

Saudara-saudara, di dalam Alkitab tidak ada sekular dan sacred.  Di dalam Alkitab, semua yang dikerjakan di dalam ketaatan kepada Allah itu adalah sesuatu yang kudus yang dipakai oleh Allah untuk memperlebar Kerajaan-Nya. Saudara-saudara, keberhasilan Ezra adalah untuk membangun jikalau terjadi pembangunan kerohanian dan sistem ritual Israel, tetapi keberhasilan Nehemia boleh dikatakan adalah jikalau tembok demi tembok itu atau batu bata demi batu bata itu tersusun dan menjadi tembok yang kokoh dan itu adalah keberhasilan Nehemia.  Tetapi meskipun Nehemia dipanggil untuk menyusun batu demi batu, tetapi ini adalah pekerjaan di dalam kehendak Allah, pekerjaan dalam ketaatannya kepada Allah, pekerjaan di dalam Kerajaan Allah dan setiap kali pekerjaan yang dilakukan di dalam rangka ekspansi daripada Kerajaan Allah maka pasti akan ada perlawanan dari pada musuh dan pasti diperlukan kuasa rohani yang besar untuk menyelesaikannya.

Saudara-saudara, di dalam beberapa minggu ini, kalau Tuhan pimpin maka kita akan memperhatikan prinsip-prinsip rohani yang Tuhan bentuk kepada hamba-hamba-Nya yang Tuhan itu bentuk untuk menjadi seorang pelayan Tuhan, apapun saudara-saudara, profesi saudara dan saya, apakah menjadi hamba Tuhan atau menjadi pegawai seseorang atau menjadi manager atau pemilik perusahaan, apapun saja saudara-saudara jikalau saudara dan saya adalah orang-orang Kristen yang sejati, yang lahir baru, anak-anak Tuhan yang sejati maka Tuhan akan membentuk di dalam hati kita prinsip-prinsip kerohanian yang sama. Ini sekali lagi tidak ditujukan hanya untuk hamba Tuhan, tetapi ini adalah ditujukan bagi seluruh daripada anak-anak Tuhan yang dibentuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan.  Sauadara-saudara lihatlah prinsip rohani ini.

Yang pertama saudara-saudara, pelayan Tuhan itu dibentuk oleh Allah sedemikian rupa sehingga dapat melihat kebutuhan umat Allah dengan air mata dan remuk hati. Sekali lagi pelayan, Tuhan akan dibentuk oleh Tuhan sedemikian rupa, saudara dan saya akan dibentuk oleh Tuhan sedemikian rupa untuk dapat melihat kebutuhan umat Allah. Saudara perhatikan, kebutuhan umat Allah dengan air mata dan remuk hati. Saudara-saudara, di dalam kitab ini dikatakan pada bulan Kislew, itu artinya sekitar pertengahan November sampai pertengahan Desember tahun ke-20, Nehemia pada waktu itu di Puri Susan dan kemudian ada Hanani, dia tanya berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang terluput yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem dan kemudian Hanani mengatakan mereka semua berada di dalam malu yang besar, kesukaran yang besar dan tembok Yerusalem itu runtuh berkeping-keping. Mendengar hal ini Nehemia langsung tergerak hatinya dan menangis, dia berkabung dan berpuasa, berdoa. Saudara-saudara, saya akan memberikan sedikit notes yang kecil ini tetapi ini adalah sesuatu hal yang sangat penting ketika kita mau self-introspection, saudara-saudara perhatikan apa yang muncul pertama kali di dalam hati kita ketika kita mendengar sesuatu, ketika kita melihat sesuatu, saudara bisa pastikan bahwa itu adalah state of heart, kondisi hati yang sesungguhnya ada di dalam diri kita. Sekali lagi, apa yang pertama kali muncul di dalam hati kita, kita mendengar sesuatu, melihat sesuatu, boleh hampir dipastikan itu adalah posisi hati kita yang sebenarnya di hadapan Allah. Saudara-saudara, bila kita boleh peka terhadap hal-hal yang muncul di dalam hati kita, saudara-saudara, sering sekali kita meng-ignore itu, kita mengabaikan itu dan kemudian kita langsung meneologisasikan, menspiritualisasikan dan kelihatannya seluruh pendapat kita adalah rohani, biblical, tetapi sebenarnya state of heart, posisi hati kita tidak seperti itu. Ketika kita melihat atau mendengarkan, seandainya kita ada di sana, dan kemudian Hanani bicara kepada kita, ada Nehemia di situ, ada kita di situ dan kemudian itu terjadi, Nehemia itu kemudian langsung menangis sedihnya luar biasa, buat kita, mungkin kita tertawa atau mungkin kita anggap enteng atau mungkin kita kemudian mulai muncul pertama kali, “Ah biasa saja,” lalu kemudian tentu setelah berdiskusi, “Oh, ini seharusnya kita berdoa dan itu dan ini, seharusnya kita membangun tembok dan semuanya.”

Saudara-saudara, tetapi yang pertama kali itu apa, Allah munculkan kepada kita? Puritan dalam prinsipnya mengatakan sering pikiran kita berteologi menyatakan hal-hal yang benar tetapi sesungguhnya afeksi itu yang menyatakan siapa sebenarnya kita. Sekali lagi, seringkali pikiran kita bisa berteologia dan menyatakan hal-hal yang benar tetapi sesungguhnya afeksi kita, afeksi kita itu menyatakan siapa kita sebenarnya dan kalau kita sudah mengerti hal ini biarlah kita bukan saja merasa bersalah tetapi kita minta, “Tuhan bentuklah aku hati yang seperti Engkau inginkan.” Hati Nehemia sudah dididik oleh Tuhan, lembut hati. Sesungguhnya di sini kita bisa melihat perasaan atau afeksi Nehemia yang sedih itu adalah dibangkitkan oleh Tuhan atau tepatnya adalah sinkron dengan isi hati Tuhan. Biarlah kita boleh belajar memiliki pikiran yang sesuai dengan pikiran Kristus. Kita memiliki perasaan yang sinkron dengan perasaan Kristus dan memiliki tindakan yang taat seperti Kristus. Saudara-saudara, ini bukan emotional catharsis, karena Nehemia berdoa tekun selama 4 bulan, ini bukan cuma emosional sesaat yang kemudian menangis menggeru-geru, menyesal lalu kemudian selesai dan melupakannya. Tidak, dia meresponinya dengan berdoa setiap hari, bertekun selama 4 bulan. Saudara-saudara, Nehemia itu hidup lebih dari 100 tahun sejak peristiwa kehancuran Yerusalem 587 BC.  Orang Yahudi pada waktu itu ditawan oleh Babel dan sekarang Babel pada zaman Nehemia kalah oleh Media Persia, maka sekarang Nehemia ada di tawan oleh raja Arthasasta dan dijadikan juru minuman. Saudara-saudara, seorang juru minuman adalah seorang yang tanda kutip saudara-saudara, satu sisi adalah sangat diposisikan dalam keadaan yang sangat bahaya karena dia harus meneguk seluruh makanan dan minuman yang sebelum dihidangkan kepada raja supaya raja itu tidak diracuni oleh seseorang sehingga ketika itu ada racunnya, Nehemia yang akan mati terlebih dahulu, jadi dia diletakkan di posisi yang tidak enak tetapi di tempat yang lain, pada saat yang sama dia adalah seorang kepercayaan raja.

Maka dalam keadaan yang seperti itu perhatikanlah beberapa hal, saudara-saudara, pertama, saudara bisa melihat bahwa Nehemia berada di dalam keadaan yang sangat-sangat baik pada waktu itu, karena dia ada di tempat raja Media Persia yang dipercaya dan bukan itu saja, Nehemia adalah seorang yang sebenarnya tidak mengenal, tidak pernah lahir di Yerusalem. Dia adalah orang yang sama sekali sebenarnya itu sangat jauh urusannya dengan Yerusalem dan kehancuran kota itu. Pada waktu Yerusalem dihancurkan, Nehemia  belum pernah melihat atau belum pernah ada atau belum pernah lahir pada waktu itu. Dan saudara-saudara, di dalam keadaan yang ada ini, maka Nehemia berada di dalam seluruh masalahnya sendiri, masalah-masalah pribadi yang akan menutupi seluruh pimpinan Tuhan atau seluruh panggilan Tuhan kepada dia. Perhatikan saudara-saudara, waktu bangsa-bangsa pada waktu itu, jikalau bangsa itu menang terhadap bangsa yang lain, sering sekali mereka memindahkan orang-orang sekitarnya itu ke daerah-daerah lain. Bagi mereka, tiga simpul atau tiga titik ini harus terpisah. Yang pertama adalah land dan yang ke-2 adalah people dan dan yang ke-3 adalah God. Saudara-saudara, karena jikalau 3 hal ini, land, people and God itu menjadi satu, tetap di dalam sebuah bangsa maka kemungkinan pemberontakan besar akan terjadi. Nanti Saudara pada waktu jaman Romawi, pada waktu jaman Yesus, jaman Perjanjian Baru, Romawi akan memakai cara yang lain. Land, people and God. Land and people tidak dipisah saudara-saudara, tetapi mereka akan memasukkan begitu banyak nama-nama tuhan yang lain sehingga jikalau Tuhannya itu berbeda maka akan ada perbedaan pendapat dan akan pecah di dalam kekuatan memberontak. Sekali lagi jaman kuno, maka tiga tali ini akan dipecahkan land, people dan God, tetapi saudara-saudara ketika bangsa yang kuat itu mau memecahkan bangsa ini yang dikalahkan misalnya saja adalah seperti dalam kasus orang Yahudi, maka mereka memindahkan  seluruh orang-orangnya ke tempat yang lain, masalahnya adalah di tempat yang lain itu pendapatan pajaknya akan berkurang bagi orang-orang yang penjajah karena mereka harus membeli memberikan pajak tetapi mereka menjadi petani-petani yang miskin sekarang. Maka hal inilah yang menjadi masalah di Media Persia, oleh karena itu sangat mungkin karena case ini maka Media Persia memperbolehkan orang-orang Yahudi untuk pulang ke negaranya untuk bisa membayar pajak itu lebih lagi dan dengan cara seperti ini providensia Allah berlaku bagi orang Yahudi yaitu mereka kembali ke tanah mereka.

Ini poin yang saya akan mau bicarakan saudara-saudara, yaitu Nehemia lahir, Nehemia tumbuh besar, Nehemia itu hidup di dalam carut-marut pergumulan besar manusia, politik, militer, ekonomi, safety, masa depan, sehingga tidaklah suatu hal yang salah kalau semua orang Israel memikirkan keselamatan bagi dirinya. Untuk memikirkan keselamatannya saja, maka orang Israel itu menjadi sangat bingung. Mereka di-preoccupied dengan pergumulan bangsa-bangsa yang besar itu yang berusaha untuk memindahkan mereka ke sana sini untuk memisahkan land, people and God.  Dan dalam keadaan yang seperti itu mereka kesulitan dalam identitas saudara-saudara, kalau land-nya itu dicabut dan memisahkan saudara demi saudara yang lain dan juga memisahkan Tuhannya apalagi yang bisa menjadi identitas mereka. Saudara-saudara perhatikan, bahwa Nehemia tumbuh besar dan hidup dalam keadaan yang seperti itu. Ketidakstabilan, keguncangan, turbulensi yang besar di dalam politik, di dalam ekonomi, di masa depan, di dalam sosial, di dalam identitas. Maka jikalau dia memikirkan mengenai dirinya sendiri, jikalau ada orang yang puluhan ribu orang-orang Israel yang lain yang memikirkan mengenai identitasnya, keselamatannya sendiri. Itu normal, itu tidak bersalah, tetapi saudara-saudara perhatikan Tuhan membentuk hati yang seperti ini, Tuhan membangkitkan hamba-Nya Nehemia yang bukan hamba Tuhan, membentuk hatinya untuk memikirkan pekerjaan Tuhan, untuk memikirkan kota di mana dia itu tidak lahir di dalamnya. Nehemia kalau mau dibilang nyaman hidupnya, dia nyaman, kalau boleh dikatakan berada dalam pergumulan yang besar, dia juga ada di sana, tetapi uniknya dia tidak terjebak di dalam 2 case extreme ini. Saudara-saudara perhatikan, setiap orang yang dipakai oleh Allah, pasti Roh Kudus akan bekerja di dalam diri orang tersebut dan orang tersebut akan diberi kerelaan untuk mendobrak circumstances, mendobrak hal-hal yang sebenarnya melingkupi dia di dalam pergumulannya. Dia mendobrak kenyamanan hidup dan mendobrak kekuatiran hidup. Sekali lagi, seorang yang dipakai oleh Allah, dia akan dibentuk oleh Roh Kudus sedemikian rupa untuk rela dipakai oleh Allah dan itu artinya mendobrak kenyamanan, tidak terus-menerus dihimpit oleh kenyamanan atau terus-menerus dihimpit oleh pergumulan-pergumulan hidup yang tidak pernah selesai. 

Sekali lagi, puluhan, ratusan ribu orang Israel terhimpit dengan hal itu tetapi Nehemia yang bukan hamba Tuhan full time seperti saat ini kalau kita mau bicara seperti pendeta, tetapi dia adalah seorang pelayan Tuhan yang dibentuk oleh Tuhan, memiliki hati seperti Kristus. Boleh dikatakan kalau saudara melihat latar belakang Nehemia dan kalau saudara melihat dari keadaan Nehemia, saudara akan menyadari punya hati yang seperti itu, itu seperti keluar dari sesuatu yang vakum, out of nowhere, keluarnya bisa seperti ini, bagaimana? Dari mana? Kaarena seharusnya konteks hidupnya itu tidak akan membentuk orang seperti ini. Kok bisa ya, dia menjadi seorang seperti itu, tetapi sekali lagi ini adalah bentukan Allah kepada pelayan-pelayan Tuhan. Nehemia menangis, Nehemia berdoa, Nehemia berpuasa, air matanya mengalir, hatinya remuk dan seluruhnya itu menjadi drive doa-doanya. Sekarang pertanyaannya adalah, menangis karena apa? Remuk hati karena mendengar apa? Ia menangis dan remuk hati karena melihat dan mendengar keadaan umat Allah dan kota Yerusalem. Keadaan umat Allah dan kota Yerusalem. Saudara-saudara, kita tahu semua pada waktu itu kalau bangsa melawan bangsa dan bangsa ini memenangkan pertempuran itu sehingga bangsa yang kalah itu diduduki entah dia disebar penduduknya atau dihabisi, dibunuh semuanya, dihancurkan kotanya seperti Yerusalem, maka sebenarnya itu adalah Allah dari Yerusalem itu kalah. Yahweh itu kalah. Maka dengan mengerti ini saudara-saudara, saudara bisa melihat hati yang menangis dari Nehemia itu karena apa? Karena tiga hal ini. Pertama adalah kehormatan Allah yang diinjak. Yang kedua, pekerjaan Allah yang belum selesai dan yang ketiga, umat Allah yang menderita. Dan tiga hal ini menjadi satu, sekali lagi saudara-saudara, apa yang ada di dalam hati Nehemia? Apa yang membuat Nehemia itu remuk hati, menangis sampai berbulan-bulan adalah tiga hal ini menjadi satu kesatuan. Pertama adalah kehormatan Allah yang diinjak-injak. Yang kedua adalah pekerjaan Allah yang belum selesai di Yerusalem. Dan yang ketiga adalah umat Allah yang menderita. Tiga hal ini, kehormatan Allah, pekerjaan Allah, dan umat Allah, tiga hal ini menjadi satu dan tidak terpisahkan dan ada di dalam isi hati hamba-hamba-Nya.

Saudara-saudara, orang-orang humanitarian yang terus berpikir bagaimana kebaikan-kebaikan itu dijalankan, kita sangat appreciate dengan orang-orang seperti itu, tetapi saudara-saudara mereka selalu pentingkan manusianya, human, tetapi tidak pentingkan mengenai kehormatan Allah. Itu sebabnya banyak orang Injili sangat curiga dengan orang-orang humanitarian yang akhirnya sangat mungkin menuju kepada suatu prinsip liberal. Tetapi di tempat yang lain orang-orang Injili, sering sekali tidak memikirkan mengenai umat Allah. Mereka mengatakan diri memikirkan mengenai kehormatan Allah, tetapi makin kita teliti, sering sekali sifat kerohaniannya makin lama makin individualistik. Sebatas saat teduh pribadi, doa pribadi, pelayanan pribadi, semuanya pribadi, tetapi tidak terkait banyak dengan pekerjaan Allah kepada umat-Nya. Sekali lagi, tidak terkait banyak dengan pekerjaan Allah kepada umat-Nya. Dan bahkan banyak orang-orang Injili yang berpikir bahwa dia bisa memiliki pertumbuhan rohani dan dekat dengan Allah, pada saat yang sama, dia sama sekali tidak attached dengan gereja lokal. Saudara-saudara, perhatikan Roh Kristus akan membentuk hati kita melalui proses pengudusan, makin hari makin peduli dengan apa yang terjadi pada umat Allah. Sekali lagi, makin hari makin peduli dengan apa yang terjadi kepada umat Allah. Tiga hal ini tidak bisa dipisahkan. Yang pertama adalah kehormatan Allah. Ke-2 adalah concern terhadap pekerjaan Allah yang belum selesai. Dan yang ke-3 adalah umat Allah. Dan itu yang terjadi di dalam diri Nehemia.  Nehemia adalah seorang pelayan yang dibentuk oleh Allah untuk melihat kebutuhan umat Allah dengan air mata dan remuk hati. Saudara-saudara, ini adalah bentukan hati pelayanan yang sejati yang sesungguhnya, bukan professionalism tetapi seseorang yang dibentuk menjadi pelayan akan memiliki suatu personal identity with the people of God yang dalam. Dia akan memiliki sesuatu identitas pribadinya itu tidak berbeda dengan umat Allah dan memiliki kedalaman. Dia tidak akan merasa lebih tinggi, dia tidak akan melihat dia lebih benar, dia tidak akan berpikir bahwa dia adalah lebih bijak daripada orang lain, daripada umat lain, tetapi dia itu bergabung dengan umat Allah, menangis bersama-sama, memiliki kesulitan yang sama, dan kemudian berdoa di hadapan Allah dan mereka melihat umat Allah adalah bagian dari dirinya, dia tidak terpisah dari itu.

Kalau saudara-saudara melihat prinsip ini, sesungguhnya ini adalah prinsip yang terjadi kepada semua nabi dan rasul di dalam Alkitab. Saudara-saudara, misalnya saja kalau saudara-saudara melihat daripada Yesaya pasal 3 dan 4, Saudara akan menemukan nabi Yesaya itu menyatakan berkali-kali hardikan penuh dengan ucapan celaka kepada orang Israel. Tetapi saudara-saudara perhatikan di dalam Yesaya 6:5 dikatakan, ‘Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja.”’ Saudara lihat bentukan Allah kepada Yesaya, sepanjang surat Yesaya, saudara tidak akan dapati dia hanya bicara, “Celaka kamu.” Dia seorang nabi, dia tentu orang yang paling kudus pada jamannya tetapi Tuhan membentuknya sekarang. Ketika Tuhan menyatakan diri, sekarang Yesaya bukan bicara mengenai celakalah kamu, maka dia mengatakan celaka aku dan aku itu berbahagia, aku itu adalah bagian dari bangsa ini. Aku, bangsa ini, adalah bangsa yang najis bibir demikian juga aku. Lihatlah dia tidak memiliki kasta yang lebih tinggi, dia dibentuk oleh Tuhan untuk bersama-sama dengan umat.

Bukan itu saja, mari kita melihat Ezra 9: 9-10. Saudara dengarkan apa yang dikatakan oleh Ezra di hadapan Allah ‘Dan kataku, “Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membumbung ke langit.” Ayat 9, “Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem. Tetapi sekarang ya, Allah kami, apa yang akan kami katakan sesudah semuanya itu? Karena kami telah meninggalkan perintah-Mu.” Saudara perhatikan baik-baik, Ezra tidak sedang bertindak sebagai imam, pura-pura maka dia bicara pakai kata kami, tidak. Dia sendiri di sini meratap, dia sendiri menyadari bahwa dia adalah bagian dari bangsa itu. Dia di hadapan Allah tidak lebih baik daripada bangsa itu, dia memilih personal identitas yang dalam seperti bangsa itu, padahal dia adalah seorang imamnya Tuhan, dia ada seorang nabinya Tuhan. Saudara-saudara, Ezra itu orang yang benar tapi kalau Roh Kudus bekerja maka tidak akan ada gap antara seorang yang benar dengan umat Allah, tidak akan ada gap antara diri seorang yang benar dan umat Allah, lain dengan Farisi. Farisi itu profesionalism, Farisi itu memiliki spiritualitas individualistik – memikirkan diri sendiri, tentang diri sendiri, kebenarannya diri sendiri, diterima dengan oleh Allah diri sendiri dan kemudian dia terpisah dengan kasta sendiri dibandingkan dengan seluruh umat Allah. 

Saudara-saudara, kita sudah bicara mengenai Yesaya, kita sudah bicara mengenai Ezra. Bagaimana dengan Musa? Saudara-saudara, melihat Keluaran 33:13 “Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu. Lalu Ia berfirman: “Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketentraman kepadamu.” Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” Saudara perhatikan, Musa juga memiliki hal yang sama. Bahkan dia mempertaruhkan kebahagiaan hidupnya bersama dengan umat Allah. Aku akan membimbing engkau, Musa. Aku akan menuntun engkau dan memberikan ketentraman kepadamu, semuanya terbilang ‘-mu’, kepadamu, Musa dari Allah. Tetapi Musa mengatakan, “Tidak, Tuhan. Jikalau engkau tidak membimbing kami, jangan suruh kami berangkat dari sini.” Saudara-saudara, Musa meminta penyertaan Tuhan dan biarkan aku menapakkan kakiku satu langkah keluar dari tempat ini jikalau Engkau tidak membimbing kami. Musa meminta penyertaan Tuhan tetapi pada saat yang sama Musa yang meminta penyertaan Tuhan itu, Musa meminta untuk dia bersama dengan seluruh umat. Bukan kerohanian individualis, bukan bicara mengenai pribadi tetapi bicara berkenaan dengan kehormatan Allah, pekerjaan Allah yang belum selesai dan umat Allah. Tiga hal ini bergabung menjadi satu.

Saudara-saudara, lihat 2 Korintus sekarang, di dalam case Paulus, 2 Korintus 1:23 – 2:4 “Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku – Ia mengenal aku – bahwa sebabnya aku tidak datang ke Korintus ialah untuk menyayangkan kamu. Bukan karena kami mau memerintahkan apa yang harus kamu percayai, karena kamu sendiri teguh dalam imanmu. Sebaliknya, kami mau turut bekerja untuk sukacitamu. Aku telah mengambil keputusan di dalam hatiku, bahwa aku tidak akan datang lagi kepadamu dalam dukacita. Sebab, jika aku mendukakan hatimu, siapa lagi yang dapat membuat aku menjadi gembira selain dia yang berdukacita karena aku. Dan justru itulah maksud suratku ini, yaitu supaya jika aku datang, jangan aku berdukacita oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab aku yakin tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu. Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” Saudara-saudara, ini adalah ayat yang amazing. Saudara-saudara ini adalah ayat yang sangat mengagumkan. Kita tahu semua Paulus seseorang yang kokoh pendiriannya, Solid teologinya dan pandai sekali dalam pikirannya, dan kita tahu semua dalam 1 Korintus bahkan dia itu menghardik begitu banyak orang dan bicara dengan begitu tajam karena khususnya mengenai perpecahan atau anak yang tidur dengan ibu tirinya. Saudara-saudara, Paulus sangat-sangat kuat sekali dalam menghadapi orang Korintus tetapi ketika saudara melihat di dalam 2 Korintus, saudara akan memiliki sesuatu intonasi yang lebih dalam, yang tidak dimiliki dalam 1 Korintus. Paulus itu memiliki suatu kedalaman afeksi kasih kepada umat Allah.

Saudara-saudara, seorang teolog menyatakan demikian, “Kita harus begitu menyatu dengan umat Allah dan dengan mereka yang dipanggil menjadi umat-Nya, meski kadang belum jelas apa itu. Bahwa kita pada waktunya akan didorong untuk menangis dan berdoa dan berpuasa.” Sekali lagi, “Kita harus begitu menyatu dengan umat Allah dan dengan mereka yang dipanggil menjadi umat-Nya meski kadang belum jelas apa itu. Bahwa kita pada waktunya akan didorong untuk menangis dan berdoa dan berpuasa.” Saudara-saudara, banyak dari kita ingin menjadi berkat bagi orang lain. Banyak dari kita ingin menjadi penyambung lidah Allah bagi orang lain. Banyak dari kita, saudara-saudara, ingin untuk bersaksi tentang Allah kepada orang lain, bagi kita itu adalah privilege, hak istimewa atau mungkin hanya sekedar saudara menuliskan di WhatsApp dan saudara kemudian mengirimkan kepada orang lain atau saudara forward tulisan-tulisan yang baik kepada orang lain. Saudara-saudara, intinya adalah saudara dan saya ingin menjadi berkat, ingin melebarkan Kerajaan Allah atau ingin dipakai oleh Allah. Dan seluruhnya itu sebenarnya adalah ketika kita bicara kepada seseorang yang lain dalam prinsip Alkitab, wakil Tuhan, utusan Allah berbicara kepada orang lain itu adalah nabi. Dan kita memiliki tanggung jawab berfungsi sebagai nabi, itu benar. Tetapi saudara perhatikan ketika saya makin lama makin menyadari nabi-nabi yang ada, yang tadi atau rasul yang dipakai oleh Tuhan, makin saya menyadari, ketika mereka itu dipakai oleh Allah, di dalam mulut mereka, di dalam tindakan mereka menjadi nabinya Allah, pada saat yang sama Allah membentuk hati seorang imam di dalam diri mereka. Sekali lagi, mereka memiliki pelayanan seorang nabi tapi pada saat yang sama mereka memiliki hati seorang imam.

Saudara-saudara, Yesus, Anak Allah sendiri yang turun ke dunia, yang berbicara kepada umat manusia. Alkitab mengatakan pada jaman yang dulu Allah berbicara kepada manusia melalui nabi-nabi-Nya tapi pada jaman akhir, Dia berbicara kepada kita itu melalui Anak-Nya yang tunggal, yang dikasih-Nya. Yesus adalah nabi di atas segala nabi dan dia suatu hari bertemu dengan orang Farisi dan ahli Taurat dan Dia mengatakan: “Celaka kamu, engkau adalah kuburan yang depannya putih tapi dalamnya tulang belulang. Celakalah kamu karena engkau adalah orang buta dan menuntut orang buta.” Tetapi setelah dia bicara seperti itu, seorang nabi Tuhan dengan tegurannya dia kemudian naik ke bukit dan melihat seluruh kota Yerusalem dan menangis dengan air mata dan kesedihan. “Yerusalem, Yerusalem sampai kapan engkau melakukan demikian, aku ingin untuk mengumpulkan engkau seperti induk ayam itu mengumpulkan anak-anaknya tapi engkau sudah membunuh setiap nabi yang aku kirim kepadamu.” Saudara-saudara, ini adalah sesuatu hal yang penting dan ini adalah bentukan dari Roh Kudus menyatakan bahwa pelayanan kita sejati atau tidak. Adalah mudah bagi kita untuk berbicara mengenai suatu Firman. Adalah mudah bagi kita untuk ingin menjadi berkat bagi orang lain. Adalah mudah bagi kita untuk kita itu bisa menulis sesuatu dan kemudian send dan ratusan orang membaca tulisan kita. Tetapi saya tanya kepada saudara-saudara, apakah di dalam hati saudara, saudara terkait erat dengan orang yang kita itu beritakan message? Apakah ada air mata? Apakah ada doa syafaat? Apakah sungguh-sungguh hati kita melihat kebutuhan mereka? Atau kita hanya senang, oh di depanku ada audience ribuan orang mendengarkan khotbahku. Atau oh aku senang karena aku kirim ini ada ratusan orang boleh mendapatkan berkat dari message-ku. Saudara-saudara, saya mau tanya pada saudara, sungguhkah saudara itu dan saya itu dibentuk menjadi pelayan Tuhan? Jikalau belum, saya tidak katakan bahwa berhentikan saudara punya khotbah atau berhentikan saudara kirim message. Tapi kalau belum, mari kita bertobat dan mari kita minta belas kasihan Tuhan. Tuhan bentuklah hati seorang imam di dalam diriku.

Beberapa waktu yang lalu, kita sudah selesai di Biak, sebelum nanti suatu hari akan datang lagi ke sana dalam anugerah Tuhan, kalau Tuhan kehendaki. Dan tim kami, kita pergi ke tempat-tempat, desa-desa, kita membuat suatu acara untuk BCN (Bible Camp National) di desa-desa dan kemudian juga ada kita lakukan KKR Regional atau kita melatih guru-guru dan kemudian kita menjadi guru dari anak-anak, tetapi kemudian ayat-ayat ini muncul dalam pikiran saya. Kita tidak punya hak untuk mengabarkan Injil, kita tidak punya hak untuk menjadi guru mereka, kalau kita tidak menangis untuk mereka. Kalau tidak, kita tidak menyamakan, menyejajarkan diri kita dengan mereka. Allah kita yang melayani kita pun bukan dari surga dan kemudian menyatakan sesuatu Firman-Nya. Allah kita bukan melakukan itu, Allah kita turun dan bersama dengan umat Allah. Saya mengatakan kepada tim kami bahwa kita datang bukan saja menjadi guru, tetapi ingat bahwa kita datang juga dipanggil menjadi imam. Biarlah setiap guru memiliki jiwa imam. Biarlah seorang nabi memiliki jiwa imam. Biarlah seorang pelayan Tuhan boleh memiliki jiwa yang menangis, yang remuk hati, air mata merasakan kebutuhan umat Allah. Dan inilah bentukan Allah kepada pelayan-pelayan Tuhan. Biarlah kita terus berdoa, minta Tuhan membentuk kita. Kita sudah mengerti prinsip rohani yang Alkitab katakan, yang Alkitab ajarkan. Ini terjadi pada Yesaya, terjadi pada Yeremia, terjadi pada Ezra, terjadi pada Musa, terjadi pada Nehemia, terjadi pada Paulus. Prinsip yang sama, kiranya Tuhan bentuk kepada kita, pelayan-pelayan Tuhan yang sejati. Mari kita memberikan berkat bagi dunia tetapi pada saat yang sama jangan terpisah dari umat Allah. Masuk bergabung dengan umat Allah, menjadi satu dan memiliki air mata, melihat kebutuhan mereka. Kiranya Tuhan makin memberkati gereja ini, khususnya GRII Sydney dan seluruh jemaatnya untuk kita makin dipakai oleh Tuhan.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more