22 January 2023
Bentukan Allah Kepada Pelayan-Nya (1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Nehemia 1:1-11

Nehemia 1:1-11

Setiap kali kita melihat peristiwa-peristiwa di dalam Alkitab seperti ini, catatan-catatan sejarah maka biarlah kita mengingat beberapa hal ini. Pertama ini adalah benar-benar sejarah yang terjadi. Alkitab adalah buku sejarah bukan cerita dongeng. Alkitab itu benar-benar terjadi, iman kita adalah iman yang dibangun dan didasarkan dari kebenaran fakta aktual bagaimana Tuhan bekerja di bumi ini. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru itu adalah Firman Tuhan yang berakar di dalam sejarah. Kita menolak seluruh pemikiran liberal khususnya Bultmann. Bultmann menyatakan Alkitab kita berisi sejarah dan beberapa catatan mitos di dalamnya dan tugas dari akademisi Alkitab adalah berusaha memisahkan mana yang sejarah, mana yang mitos dan kemudian menyingkirkan yang mitos sehingga kita bisa mendapatkan sejarah yang asli. Khususnya mereka bicara itu dalam konteks Perjanjian Baru. Tetapi saudara-saudara, kita orang-orang Injili mengatakan “Tidak, Alkitab itu benar-benar 100% sejarah.” Dan ini adalah Firman yang Tuhan nyatakan kepada umat manusia di bumi ini. Alkitab itu benar-benar terjadi dan iman kita adalah iman yang berdasarkan fakta aktual. Tetapi bukan saja sejarah, kalau saudara-saudara membaca kitab-kitab seperti ini maka ini adalah sejarah keselamatan. Apa artinya sejarah keselamatan? Yaitu ketika kita membaca ini, kita bisa melihat bagaimana cara kerja Tuhan menyelamatkan daripada bumi ini. Bagaimana langkah-langkah Tuhan bekerja menghadirkan Kerajaan-Nya di muka bumi ini. Dan uniknya di dalam kasus Nehemia, saudara-saudara, kita bisa melihat langkah Tuhan bekerja menghasilkan suatu penyebaran Kerajaan-Nya.

Langkah Tuhan bekerja menghasilkan suatu yang besar adalah melalui doa private. Doa private-nya yang sederhana, yang kecil, yang ada di dalam diri Nehemia yang dibentuk Tuhan dalam diri Nehemia dan kemudian kita bisa melihat melaluinya, Tuhan memberkati bumi ini. Tuhan mengekspansi Kerajaan Allah. Saudara-saudara, ini adalah sejarah. Ini adalah sejarah keselamatan tetapi juga cerita-cerita seperti ini menghadirkan prinsip hidup (the way) cara Tuhan mendidik anak-anak-Nya. Melalui peristiwa-peristiwa ini, saudara dan saya akan melihat prinsip Roh Kudus menguduskan anak-anak-Nya, menguduskan Nehemia dan juga menguduskan kita. Tentu konteksnya Nehemia berbeda dengan Yeremia, berbeda dengan Petrus dan konteks hidup kita satu dengan yang lain dalam gereja inipun berbeda, tetapi prinsip-prinsip Firman Tuhan itu kekal. Prinsip-prinsip bentukan rohani itu adalah sama dan kita diminta untuk menaati prinsip-prinsip ini, kita semua. Kita tahu semua bahwa Nehemia dipakai Allah untuk membangun tembok Yerusalem. Ezra dipakai Allah untuk membangun kembali ibadah di seluruh Israel yang sudah porak-poranda itu. Saudara-saudara, ibadah dibangun oleh Ezra, sedangkan Nehemia membangun tembok. Saudara-saudara, kelihatannya yang satu adalah sesuatu yang kudus, sesuatu yang ada urusannya dengan hal-hal rohani tetapi membangun tembok itu adalah urusan orang biasa, membangun tembok itu adalah urusan sekular.

 

Saudara-saudara, di dalam Alkitab tidak ada sekular dan sacred.  Di dalam Alkitab, semua yang dikerjakan di dalam ketaatan kepada Allah itu adalah sesuatu yang kudus yang dipakai oleh Allah untuk memperlebar Kerajaan-Nya. Saudara-saudara, keberhasilan Ezra adalah untuk membangun jikalau terjadi pembangunan kerohanian dan sistem ritual Israel, tetapi keberhasilan Nehemia boleh dikatakan adalah jikalau tembok demi tembok itu atau batu bata demi batu bata itu tersusun dan menjadi tembok yang kokoh dan itu adalah keberhasilan Nehemia.  Tetapi meskipun Nehemia dipanggil untuk menyusun batu demi batu, tetapi ini adalah pekerjaan di dalam kehendak Allah, pekerjaan dalam ketaatannya kepada Allah, pekerjaan di dalam Kerajaan Allah dan setiap kali pekerjaan yang dilakukan di dalam rangka ekspansi daripada Kerajaan Allah maka pasti akan ada perlawanan dari pada musuh dan pasti diperlukan kuasa rohani yang besar untuk menyelesaikannya.

Saudara-saudara, di dalam beberapa minggu ini, kalau Tuhan pimpin maka kita akan memperhatikan prinsip-prinsip rohani yang Tuhan bentuk kepada hamba-hamba-Nya yang Tuhan itu bentuk untuk menjadi seorang pelayan Tuhan, apapun saudara-saudara, profesi saudara dan saya, apakah menjadi hamba Tuhan atau menjadi pegawai seseorang atau menjadi manager atau pemilik perusahaan, apapun saja saudara-saudara jikalau saudara dan saya adalah orang-orang Kristen yang sejati, yang lahir baru, anak-anak Tuhan yang sejati maka Tuhan akan membentuk di dalam hati kita prinsip-prinsip kerohanian yang sama. Ini sekali lagi tidak ditujukan hanya untuk hamba Tuhan, tetapi ini adalah ditujukan bagi seluruh daripada anak-anak Tuhan yang dibentuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan.  Sauadara-saudara lihatlah prinsip rohani ini.

Yang pertama saudara-saudara, pelayan Tuhan itu dibentuk oleh Allah sedemikian rupa sehingga dapat melihat kebutuhan umat Allah dengan air mata dan remuk hati. Sekali lagi pelayan, Tuhan akan dibentuk oleh Tuhan sedemikian rupa, saudara dan saya akan dibentuk oleh Tuhan sedemikian rupa untuk dapat melihat kebutuhan umat Allah. Saudara perhatikan, kebutuhan umat Allah dengan air mata dan remuk hati. Saudara-saudara, di dalam kitab ini dikatakan pada bulan Kislew, itu artinya sekitar pertengahan November sampai pertengahan Desember tahun ke-20, Nehemia pada waktu itu di Puri Susan dan kemudian ada Hanani, dia tanya berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang terluput yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem dan kemudian Hanani mengatakan mereka semua berada di dalam malu yang besar, kesukaran yang besar dan tembok Yerusalem itu runtuh berkeping-keping. Mendengar hal ini Nehemia langsung tergerak hatinya dan menangis, dia berkabung dan berpuasa, berdoa. Saudara-saudara, saya akan memberikan sedikit notes yang kecil ini tetapi ini adalah sesuatu hal yang sangat penting ketika kita mau self-introspection, saudara-saudara perhatikan apa yang muncul pertama kali di dalam hati kita ketika kita mendengar sesuatu, ketika kita melihat sesuatu, saudara bisa pastikan bahwa itu adalah state of heart, kondisi hati yang sesungguhnya ada di dalam diri kita. Sekali lagi, apa yang pertama kali muncul di dalam hati kita, kita mendengar sesuatu, melihat sesuatu, boleh hampir dipastikan itu adalah posisi hati kita yang sebenarnya di hadapan Allah. Saudara-saudara, bila kita boleh peka terhadap hal-hal yang muncul di dalam hati kita, saudara-saudara, sering sekali kita meng-ignore itu, kita mengabaikan itu dan kemudian kita langsung meneologisasikan, menspiritualisasikan dan kelihatannya seluruh pendapat kita adalah rohani, biblical, tetapi sebenarnya state of heart, posisi hati kita tidak seperti itu. Ketika kita melihat atau mendengarkan, seandainya kita ada di sana, dan kemudian Hanani bicara kepada kita, ada Nehemia di situ, ada kita di situ dan kemudian itu terjadi, Nehemia itu kemudian langsung menangis sedihnya luar biasa, buat kita, mungkin kita tertawa atau mungkin kita anggap enteng atau mungkin kita kemudian mulai muncul pertama kali, “Ah biasa saja,” lalu kemudian tentu setelah berdiskusi, “Oh, ini seharusnya kita berdoa dan itu dan ini, seharusnya kita membangun tembok dan semuanya.”

Saudara-saudara, tetapi yang pertama kali itu apa, Allah munculkan kepada kita? Puritan dalam prinsipnya mengatakan sering pikiran kita berteologi menyatakan hal-hal yang benar tetapi sesungguhnya afeksi itu yang menyatakan siapa sebenarnya kita. Sekali lagi, seringkali pikiran kita bisa berteologia dan menyatakan hal-hal yang benar tetapi sesungguhnya afeksi kita, afeksi kita itu menyatakan siapa kita sebenarnya dan kalau kita sudah mengerti hal ini biarlah kita bukan saja merasa bersalah tetapi kita minta, “Tuhan bentuklah aku hati yang seperti Engkau inginkan.” Hati Nehemia sudah dididik oleh Tuhan, lembut hati. Sesungguhnya di sini kita bisa melihat perasaan atau afeksi Nehemia yang sedih itu adalah dibangkitkan oleh Tuhan atau tepatnya adalah sinkron dengan isi hati Tuhan. Biarlah kita boleh belajar memiliki pikiran yang sesuai dengan pikiran Kristus. Kita memiliki perasaan yang sinkron dengan perasaan Kristus dan memiliki tindakan yang taat seperti Kristus. Saudara-saudara, ini bukan emotional catharsis, karena Nehemia berdoa tekun selama 4 bulan, ini bukan cuma emosional sesaat yang kemudian menangis menggeru-geru, menyesal lalu kemudian selesai dan melupakannya. Tidak, dia meresponinya dengan berdoa setiap hari, bertekun selama 4 bulan. Saudara-saudara, Nehemia itu hidup lebih dari 100 tahun sejak peristiwa kehancuran Yerusalem 587 BC.  Orang Yahudi pada waktu itu ditawan oleh Babel dan sekarang Babel pada zaman Nehemia kalah oleh Media Persia, maka sekarang Nehemia ada di tawan oleh raja Arthasasta dan dijadikan juru minuman. Saudara-saudara, seorang juru minuman adalah seorang yang tanda kutip saudara-saudara, satu sisi adalah sangat diposisikan dalam keadaan yang sangat bahaya karena dia harus meneguk seluruh makanan dan minuman yang sebelum dihidangkan kepada raja supaya raja itu tidak diracuni oleh seseorang sehingga ketika itu ada racunnya, Nehemia yang akan mati terlebih dahulu, jadi dia diletakkan di posisi yang tidak enak tetapi di tempat yang lain, pada saat yang sama dia adalah seorang kepercayaan raja.

Maka dalam keadaan yang seperti itu perhatikanlah beberapa hal, saudara-saudara, pertama, saudara bisa melihat bahwa Nehemia berada di dalam keadaan yang sangat-sangat baik pada waktu itu, karena dia ada di tempat raja Media Persia yang dipercaya dan bukan itu saja, Nehemia adalah seorang yang sebenarnya tidak mengenal, tidak pernah lahir di Yerusalem. Dia adalah orang yang sama sekali sebenarnya itu sangat jauh urusannya dengan Yerusalem dan kehancuran kota itu. Pada waktu Yerusalem dihancurkan, Nehemia  belum pernah melihat atau belum pernah ada atau belum pernah lahir pada waktu itu. Dan saudara-saudara, di dalam keadaan yang ada ini, maka Nehemia berada di dalam seluruh masalahnya sendiri, masalah-masalah pribadi yang akan menutupi seluruh pimpinan Tuhan atau seluruh panggilan Tuhan kepada dia. Perhatikan saudara-saudara, waktu bangsa-bangsa pada waktu itu, jikalau bangsa itu menang terhadap bangsa yang lain, sering sekali mereka memindahkan orang-orang sekitarnya itu ke daerah-daerah lain. Bagi mereka, tiga simpul atau tiga titik ini harus terpisah. Yang pertama adalah land dan yang ke-2 adalah people dan dan yang ke-3 adalah God. Saudara-saudara, karena jikalau 3 hal ini, land, people and God itu menjadi satu, tetap di dalam sebuah bangsa maka kemungkinan pemberontakan besar akan terjadi. Nanti Saudara pada waktu jaman Romawi, pada waktu jaman Yesus, jaman Perjanjian Baru, Romawi akan memakai cara yang lain. Land, people and God. Land and people tidak dipisah saudara-saudara, tetapi mereka akan memasukkan begitu banyak nama-nama tuhan yang lain sehingga jikalau Tuhannya itu berbeda maka akan ada perbedaan pendapat dan akan pecah di dalam kekuatan memberontak. Sekali lagi jaman kuno, maka tiga tali ini akan dipecahkan land, people dan God, tetapi saudara-saudara ketika bangsa yang kuat itu mau memecahkan bangsa ini yang dikalahkan misalnya saja adalah seperti dalam kasus orang Yahudi, maka mereka memindahkan  seluruh orang-orangnya ke tempat yang lain, masalahnya adalah di tempat yang lain itu pendapatan pajaknya akan berkurang bagi orang-orang yang penjajah karena mereka harus membeli memberikan pajak tetapi mereka menjadi petani-petani yang miskin sekarang. Maka hal inilah yang menjadi masalah di Media Persia, oleh karena itu sangat mungkin karena case ini maka Media Persia memperbolehkan orang-orang Yahudi untuk pulang ke negaranya untuk bisa membayar pajak itu lebih lagi dan dengan cara seperti ini providensia Allah berlaku bagi orang Yahudi yaitu mereka kembali ke tanah mereka.

Ini poin yang saya akan mau bicarakan saudara-saudara, yaitu Nehemia lahir, Nehemia tumbuh besar, Nehemia itu hidup di dalam carut-marut pergumulan besar manusia, politik, militer, ekonomi, safety, masa depan, sehingga tidaklah suatu hal yang salah kalau semua orang Israel memikirkan keselamatan bagi dirinya. Untuk memikirkan keselamatannya saja, maka orang Israel itu menjadi sangat bingung. Mereka di-preoccupied dengan pergumulan bangsa-bangsa yang besar itu yang berusaha untuk memindahkan mereka ke sana sini untuk memisahkan land, people and God.  Dan dalam keadaan yang seperti itu mereka kesulitan dalam identitas saudara-saudara, kalau land-nya itu dicabut dan memisahkan saudara demi saudara yang lain dan juga memisahkan Tuhannya apalagi yang bisa menjadi identitas mereka. Saudara-saudara perhatikan, bahwa Nehemia tumbuh besar dan hidup dalam keadaan yang seperti itu. Ketidakstabilan, keguncangan, turbulensi yang besar di dalam politik, di dalam ekonomi, di masa depan, di dalam sosial, di dalam identitas. Maka jikalau dia memikirkan mengenai dirinya sendiri, jikalau ada orang yang puluhan ribu orang-orang Israel yang lain yang memikirkan mengenai identitasnya, keselamatannya sendiri. Itu normal, itu tidak bersalah, tetapi saudara-saudara perhatikan Tuhan membentuk hati yang seperti ini, Tuhan membangkitkan hamba-Nya Nehemia yang bukan hamba Tuhan, membentuk hatinya untuk memikirkan pekerjaan Tuhan, untuk memikirkan kota di mana dia itu tidak lahir di dalamnya. Nehemia kalau mau dibilang nyaman hidupnya, dia nyaman, kalau boleh dikatakan berada dalam pergumulan yang besar, dia juga ada di sana, tetapi uniknya dia tidak terjebak di dalam 2 case extreme ini. Saudara-saudara perhatikan, setiap orang yang dipakai oleh Allah, pasti Roh Kudus akan bekerja di dalam diri orang tersebut dan orang tersebut akan diberi kerelaan untuk mendobrak circumstances, mendobrak hal-hal yang sebenarnya melingkupi dia di dalam pergumulannya. Dia mendobrak kenyamanan hidup dan mendobrak kekuatiran hidup. Sekali lagi, seorang yang dipakai oleh Allah, dia akan dibentuk oleh Roh Kudus sedemikian rupa untuk rela dipakai oleh Allah dan itu artinya mendobrak kenyamanan, tidak terus-menerus dihimpit oleh kenyamanan atau terus-menerus dihimpit oleh pergumulan-pergumulan hidup yang tidak pernah selesai. 

Sekali lagi, puluhan, ratusan ribu orang Israel terhimpit dengan hal itu tetapi Nehemia yang bukan hamba Tuhan full time seperti saat ini kalau kita mau bicara seperti pendeta, tetapi dia adalah seorang pelayan Tuhan yang dibentuk oleh Tuhan, memiliki hati seperti Kristus. Boleh dikatakan kalau saudara melihat latar belakang Nehemia dan kalau saudara melihat dari keadaan Nehemia, saudara akan menyadari punya hati yang seperti itu, itu seperti keluar dari sesuatu yang vakum, out of nowhere, keluarnya bisa seperti ini, bagaimana? Dari mana? Kaarena seharusnya konteks hidupnya itu tidak akan membentuk orang seperti ini. Kok bisa ya, dia menjadi seorang seperti itu, tetapi sekali lagi ini adalah bentukan Allah kepada pelayan-pelayan Tuhan. Nehemia menangis, Nehemia berdoa, Nehemia berpuasa, air matanya mengalir, hatinya remuk dan seluruhnya itu menjadi drive doa-doanya. Sekarang pertanyaannya adalah, menangis karena apa? Remuk hati karena mendengar apa? Ia menangis dan remuk hati karena melihat dan mendengar keadaan umat Allah dan kota Yerusalem. Keadaan umat Allah dan kota Yerusalem. Saudara-saudara, kita tahu semua pada waktu itu kalau bangsa melawan bangsa dan bangsa ini memenangkan pertempuran itu sehingga bangsa yang kalah itu diduduki entah dia disebar penduduknya atau dihabisi, dibunuh semuanya, dihancurkan kotanya seperti Yerusalem, maka sebenarnya itu adalah Allah dari Yerusalem itu kalah. Yahweh itu kalah. Maka dengan mengerti ini saudara-saudara, saudara bisa melihat hati yang menangis dari Nehemia itu karena apa? Karena tiga hal ini. Pertama adalah kehormatan Allah yang diinjak. Yang kedua, pekerjaan Allah yang belum selesai dan yang ketiga, umat Allah yang menderita. Dan tiga hal ini menjadi satu, sekali lagi saudara-saudara, apa yang ada di dalam hati Nehemia? Apa yang membuat Nehemia itu remuk hati, menangis sampai berbulan-bulan adalah tiga hal ini menjadi satu kesatuan. Pertama adalah kehormatan Allah yang diinjak-injak. Yang kedua adalah pekerjaan Allah yang belum selesai di Yerusalem. Dan yang ketiga adalah umat Allah yang menderita. Tiga hal ini, kehormatan Allah, pekerjaan Allah, dan umat Allah, tiga hal ini menjadi satu dan tidak terpisahkan dan ada di dalam isi hati hamba-hamba-Nya.

Saudara-saudara, orang-orang humanitarian yang terus berpikir bagaimana kebaikan-kebaikan itu dijalankan, kita sangat appreciate dengan orang-orang seperti itu, tetapi saudara-saudara mereka selalu pentingkan manusianya, human, tetapi tidak pentingkan mengenai kehormatan Allah. Itu sebabnya banyak orang Injili sangat curiga dengan orang-orang humanitarian yang akhirnya sangat mungkin menuju kepada suatu prinsip liberal. Tetapi di tempat yang lain orang-orang Injili, sering sekali tidak memikirkan mengenai umat Allah. Mereka mengatakan diri memikirkan mengenai kehormatan Allah, tetapi makin kita teliti, sering sekali sifat kerohaniannya makin lama makin individualistik. Sebatas saat teduh pribadi, doa pribadi, pelayanan pribadi, semuanya pribadi, tetapi tidak terkait banyak dengan pekerjaan Allah kepada umat-Nya. Sekali lagi, tidak terkait banyak dengan pekerjaan Allah kepada umat-Nya. Dan bahkan banyak orang-orang Injili yang berpikir bahwa dia bisa memiliki pertumbuhan rohani dan dekat dengan Allah, pada saat yang sama, dia sama sekali tidak attached dengan gereja lokal. Saudara-saudara, perhatikan Roh Kristus akan membentuk hati kita melalui proses pengudusan, makin hari makin peduli dengan apa yang terjadi pada umat Allah. Sekali lagi, makin hari makin peduli dengan apa yang terjadi kepada umat Allah. Tiga hal ini tidak bisa dipisahkan. Yang pertama adalah kehormatan Allah. Ke-2 adalah concern terhadap pekerjaan Allah yang belum selesai. Dan yang ke-3 adalah umat Allah. Dan itu yang terjadi di dalam diri Nehemia.  Nehemia adalah seorang pelayan yang dibentuk oleh Allah untuk melihat kebutuhan umat Allah dengan air mata dan remuk hati. Saudara-saudara, ini adalah bentukan hati pelayanan yang sejati yang sesungguhnya, bukan professionalism tetapi seseorang yang dibentuk menjadi pelayan akan memiliki suatu personal identity with the people of God yang dalam. Dia akan memiliki sesuatu identitas pribadinya itu tidak berbeda dengan umat Allah dan memiliki kedalaman. Dia tidak akan merasa lebih tinggi, dia tidak akan melihat dia lebih benar, dia tidak akan berpikir bahwa dia adalah lebih bijak daripada orang lain, daripada umat lain, tetapi dia itu bergabung dengan umat Allah, menangis bersama-sama, memiliki kesulitan yang sama, dan kemudian berdoa di hadapan Allah dan mereka melihat umat Allah adalah bagian dari dirinya, dia tidak terpisah dari itu.

Kalau saudara-saudara melihat prinsip ini, sesungguhnya ini adalah prinsip yang terjadi kepada semua nabi dan rasul di dalam Alkitab. Saudara-saudara, misalnya saja kalau saudara-saudara melihat daripada Yesaya pasal 3 dan 4, Saudara akan menemukan nabi Yesaya itu menyatakan berkali-kali hardikan penuh dengan ucapan celaka kepada orang Israel. Tetapi saudara-saudara perhatikan di dalam Yesaya 6:5 dikatakan, ‘Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja.”’ Saudara lihat bentukan Allah kepada Yesaya, sepanjang surat Yesaya, saudara tidak akan dapati dia hanya bicara, “Celaka kamu.” Dia seorang nabi, dia tentu orang yang paling kudus pada jamannya tetapi Tuhan membentuknya sekarang. Ketika Tuhan menyatakan diri, sekarang Yesaya bukan bicara mengenai celakalah kamu, maka dia mengatakan celaka aku dan aku itu berbahagia, aku itu adalah bagian dari bangsa ini. Aku, bangsa ini, adalah bangsa yang najis bibir demikian juga aku. Lihatlah dia tidak memiliki kasta yang lebih tinggi, dia dibentuk oleh Tuhan untuk bersama-sama dengan umat.

Bukan itu saja, mari kita melihat Ezra 9: 9-10. Saudara dengarkan apa yang dikatakan oleh Ezra di hadapan Allah ‘Dan kataku, “Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membumbung ke langit.” Ayat 9, “Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem. Tetapi sekarang ya, Allah kami, apa yang akan kami katakan sesudah semuanya itu? Karena kami telah meninggalkan perintah-Mu.” Saudara perhatikan baik-baik, Ezra tidak sedang bertindak sebagai imam, pura-pura maka dia bicara pakai kata kami, tidak. Dia sendiri di sini meratap, dia sendiri menyadari bahwa dia adalah bagian dari bangsa itu. Dia di hadapan Allah tidak lebih baik daripada bangsa itu, dia memilih personal identitas yang dalam seperti bangsa itu, padahal dia adalah seorang imamnya Tuhan, dia ada seorang nabinya Tuhan. Saudara-saudara, Ezra itu orang yang benar tapi kalau Roh Kudus bekerja maka tidak akan ada gap antara seorang yang benar dengan umat Allah, tidak akan ada gap antara diri seorang yang benar dan umat Allah, lain dengan Farisi. Farisi itu profesionalism, Farisi itu memiliki spiritualitas individualistik – memikirkan diri sendiri, tentang diri sendiri, kebenarannya diri sendiri, diterima dengan oleh Allah diri sendiri dan kemudian dia terpisah dengan kasta sendiri dibandingkan dengan seluruh umat Allah. 

Saudara-saudara, kita sudah bicara mengenai Yesaya, kita sudah bicara mengenai Ezra. Bagaimana dengan Musa? Saudara-saudara, melihat Keluaran 33:13 “Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu. Lalu Ia berfirman: “Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketentraman kepadamu.” Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” Saudara perhatikan, Musa juga memiliki hal yang sama. Bahkan dia mempertaruhkan kebahagiaan hidupnya bersama dengan umat Allah. Aku akan membimbing engkau, Musa. Aku akan menuntun engkau dan memberikan ketentraman kepadamu, semuanya terbilang ‘-mu’, kepadamu, Musa dari Allah. Tetapi Musa mengatakan, “Tidak, Tuhan. Jikalau engkau tidak membimbing kami, jangan suruh kami berangkat dari sini.” Saudara-saudara, Musa meminta penyertaan Tuhan dan biarkan aku menapakkan kakiku satu langkah keluar dari tempat ini jikalau Engkau tidak membimbing kami. Musa meminta penyertaan Tuhan tetapi pada saat yang sama Musa yang meminta penyertaan Tuhan itu, Musa meminta untuk dia bersama dengan seluruh umat. Bukan kerohanian individualis, bukan bicara mengenai pribadi tetapi bicara berkenaan dengan kehormatan Allah, pekerjaan Allah yang belum selesai dan umat Allah. Tiga hal ini bergabung menjadi satu.

Saudara-saudara, lihat 2 Korintus sekarang, di dalam case Paulus, 2 Korintus 1:23 – 2:4 “Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku – Ia mengenal aku – bahwa sebabnya aku tidak datang ke Korintus ialah untuk menyayangkan kamu. Bukan karena kami mau memerintahkan apa yang harus kamu percayai, karena kamu sendiri teguh dalam imanmu. Sebaliknya, kami mau turut bekerja untuk sukacitamu. Aku telah mengambil keputusan di dalam hatiku, bahwa aku tidak akan datang lagi kepadamu dalam dukacita. Sebab, jika aku mendukakan hatimu, siapa lagi yang dapat membuat aku menjadi gembira selain dia yang berdukacita karena aku. Dan justru itulah maksud suratku ini, yaitu supaya jika aku datang, jangan aku berdukacita oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab aku yakin tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu. Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” Saudara-saudara, ini adalah ayat yang amazing. Saudara-saudara ini adalah ayat yang sangat mengagumkan. Kita tahu semua Paulus seseorang yang kokoh pendiriannya, Solid teologinya dan pandai sekali dalam pikirannya, dan kita tahu semua dalam 1 Korintus bahkan dia itu menghardik begitu banyak orang dan bicara dengan begitu tajam karena khususnya mengenai perpecahan atau anak yang tidur dengan ibu tirinya. Saudara-saudara, Paulus sangat-sangat kuat sekali dalam menghadapi orang Korintus tetapi ketika saudara melihat di dalam 2 Korintus, saudara akan memiliki sesuatu intonasi yang lebih dalam, yang tidak dimiliki dalam 1 Korintus. Paulus itu memiliki suatu kedalaman afeksi kasih kepada umat Allah.

Saudara-saudara, seorang teolog menyatakan demikian, “Kita harus begitu menyatu dengan umat Allah dan dengan mereka yang dipanggil menjadi umat-Nya, meski kadang belum jelas apa itu. Bahwa kita pada waktunya akan didorong untuk menangis dan berdoa dan berpuasa.” Sekali lagi, “Kita harus begitu menyatu dengan umat Allah dan dengan mereka yang dipanggil menjadi umat-Nya meski kadang belum jelas apa itu. Bahwa kita pada waktunya akan didorong untuk menangis dan berdoa dan berpuasa.” Saudara-saudara, banyak dari kita ingin menjadi berkat bagi orang lain. Banyak dari kita ingin menjadi penyambung lidah Allah bagi orang lain. Banyak dari kita, saudara-saudara, ingin untuk bersaksi tentang Allah kepada orang lain, bagi kita itu adalah privilege, hak istimewa atau mungkin hanya sekedar saudara menuliskan di WhatsApp dan saudara kemudian mengirimkan kepada orang lain atau saudara forward tulisan-tulisan yang baik kepada orang lain. Saudara-saudara, intinya adalah saudara dan saya ingin menjadi berkat, ingin melebarkan Kerajaan Allah atau ingin dipakai oleh Allah. Dan seluruhnya itu sebenarnya adalah ketika kita bicara kepada seseorang yang lain dalam prinsip Alkitab, wakil Tuhan, utusan Allah berbicara kepada orang lain itu adalah nabi. Dan kita memiliki tanggung jawab berfungsi sebagai nabi, itu benar. Tetapi saudara perhatikan ketika saya makin lama makin menyadari nabi-nabi yang ada, yang tadi atau rasul yang dipakai oleh Tuhan, makin saya menyadari, ketika mereka itu dipakai oleh Allah, di dalam mulut mereka, di dalam tindakan mereka menjadi nabinya Allah, pada saat yang sama Allah membentuk hati seorang imam di dalam diri mereka. Sekali lagi, mereka memiliki pelayanan seorang nabi tapi pada saat yang sama mereka memiliki hati seorang imam.

Saudara-saudara, Yesus, Anak Allah sendiri yang turun ke dunia, yang berbicara kepada umat manusia. Alkitab mengatakan pada jaman yang dulu Allah berbicara kepada manusia melalui nabi-nabi-Nya tapi pada jaman akhir, Dia berbicara kepada kita itu melalui Anak-Nya yang tunggal, yang dikasih-Nya. Yesus adalah nabi di atas segala nabi dan dia suatu hari bertemu dengan orang Farisi dan ahli Taurat dan Dia mengatakan: “Celaka kamu, engkau adalah kuburan yang depannya putih tapi dalamnya tulang belulang. Celakalah kamu karena engkau adalah orang buta dan menuntut orang buta.” Tetapi setelah dia bicara seperti itu, seorang nabi Tuhan dengan tegurannya dia kemudian naik ke bukit dan melihat seluruh kota Yerusalem dan menangis dengan air mata dan kesedihan. “Yerusalem, Yerusalem sampai kapan engkau melakukan demikian, aku ingin untuk mengumpulkan engkau seperti induk ayam itu mengumpulkan anak-anaknya tapi engkau sudah membunuh setiap nabi yang aku kirim kepadamu.” Saudara-saudara, ini adalah sesuatu hal yang penting dan ini adalah bentukan dari Roh Kudus menyatakan bahwa pelayanan kita sejati atau tidak. Adalah mudah bagi kita untuk berbicara mengenai suatu Firman. Adalah mudah bagi kita untuk ingin menjadi berkat bagi orang lain. Adalah mudah bagi kita untuk kita itu bisa menulis sesuatu dan kemudian send dan ratusan orang membaca tulisan kita. Tetapi saya tanya kepada saudara-saudara, apakah di dalam hati saudara, saudara terkait erat dengan orang yang kita itu beritakan message? Apakah ada air mata? Apakah ada doa syafaat? Apakah sungguh-sungguh hati kita melihat kebutuhan mereka? Atau kita hanya senang, oh di depanku ada audience ribuan orang mendengarkan khotbahku. Atau oh aku senang karena aku kirim ini ada ratusan orang boleh mendapatkan berkat dari message-ku. Saudara-saudara, saya mau tanya pada saudara, sungguhkah saudara itu dan saya itu dibentuk menjadi pelayan Tuhan? Jikalau belum, saya tidak katakan bahwa berhentikan saudara punya khotbah atau berhentikan saudara kirim message. Tapi kalau belum, mari kita bertobat dan mari kita minta belas kasihan Tuhan. Tuhan bentuklah hati seorang imam di dalam diriku.

Beberapa waktu yang lalu, kita sudah selesai di Biak, sebelum nanti suatu hari akan datang lagi ke sana dalam anugerah Tuhan, kalau Tuhan kehendaki. Dan tim kami, kita pergi ke tempat-tempat, desa-desa, kita membuat suatu acara untuk BCN (Bible Camp National) di desa-desa dan kemudian juga ada kita lakukan KKR Regional atau kita melatih guru-guru dan kemudian kita menjadi guru dari anak-anak, tetapi kemudian ayat-ayat ini muncul dalam pikiran saya. Kita tidak punya hak untuk mengabarkan Injil, kita tidak punya hak untuk menjadi guru mereka, kalau kita tidak menangis untuk mereka. Kalau tidak, kita tidak menyamakan, menyejajarkan diri kita dengan mereka. Allah kita yang melayani kita pun bukan dari surga dan kemudian menyatakan sesuatu Firman-Nya. Allah kita bukan melakukan itu, Allah kita turun dan bersama dengan umat Allah. Saya mengatakan kepada tim kami bahwa kita datang bukan saja menjadi guru, tetapi ingat bahwa kita datang juga dipanggil menjadi imam. Biarlah setiap guru memiliki jiwa imam. Biarlah seorang nabi memiliki jiwa imam. Biarlah seorang pelayan Tuhan boleh memiliki jiwa yang menangis, yang remuk hati, air mata merasakan kebutuhan umat Allah. Dan inilah bentukan Allah kepada pelayan-pelayan Tuhan. Biarlah kita terus berdoa, minta Tuhan membentuk kita. Kita sudah mengerti prinsip rohani yang Alkitab katakan, yang Alkitab ajarkan. Ini terjadi pada Yesaya, terjadi pada Yeremia, terjadi pada Ezra, terjadi pada Musa, terjadi pada Nehemia, terjadi pada Paulus. Prinsip yang sama, kiranya Tuhan bentuk kepada kita, pelayan-pelayan Tuhan yang sejati. Mari kita memberikan berkat bagi dunia tetapi pada saat yang sama jangan terpisah dari umat Allah. Masuk bergabung dengan umat Allah, menjadi satu dan memiliki air mata, melihat kebutuhan mereka. Kiranya Tuhan makin memberkati gereja ini, khususnya GRII Sydney dan seluruh jemaatnya untuk kita makin dipakai oleh Tuhan.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

11 April 2021
Man of Sorrows (5)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yesaya 53:10-12

Yesaya 53:10-12

Perikop Yesaya pasal 53 hanya 12 ayat. Tetapi dalam 12 ayat ini merangkum hal-hal yang paling fundamental dari pengorbanan Yesus Kristus, Man of Sorrows. Yesaya menuliskannya 700 tahun sebelum Kristus Yesus datang, menggenapi apa yang menjadi nubuatan ini. Tetapi kalau kita membacanya, ini bukan saja suatu nubuatan. Tetapi Tuhan membawa kita untuk mengerti salib Yesus Kristus, seperti apa sesungguhnya dimensi-dimensinya melalui Yesaya 53. Kalau kita orang Kristen yang sejati, kalau kita sungguh-sungguh dilahirbarukan, maka kita sudah menerima berkat salib kepada kita. Di dalam isi hati Tuhan, Tuhan berkehendak. Perhatikan kalimat ini: Di dalam isi hati Tuhan, Tuhan berkehendak bukan saja kita menerima berkat salib, tetapi kita menyelidiki sampai dalam seluruh motif dan apa yang terjadi, dan kedalaman dimensi-dimensi tentang salib ini. Banyak dari kita menerima hadiah dari orang lain, kemudian kita mengatakan cuma terima kasih. Apakah terima kasih cukup kita lakukan di hadapan Tuhan? Seharusnya umat Tuhan masuk lebih dalam kepada dimensi-dimensi pemberian Tuhan ini. Ketika kita diselamatkan oleh Tuhan, bukan cuma kalimat ‘terima kasih’. Orang yang mau masuk ke dalam dimensi itu, kita tanya mengapa saya boleh mendapatkan hal ini? Siapa Engkau yang memberikan hal ini? Apa yang ada di dalam isi hati-Mu di balik seluruh pemberian ini? Aku ingin mengenalnya. Semua anugerah yang Tuhan berikan bukan cuma saudara terima, lalu saudara nikmati. Kemudian bahkan saudara lupa siapa pemberinya. Ada satu lagu yang indah, menyatakan bahwa orang Kristen berbeda dengan dulu ketika dulu aku menghargai pemberian Tuhan, tetapi sekarang aku menghargai pemberinya.

Saya masih ingat akan satu cerita reality show di TV “Undercover Boss”. Saya suka sekali karena seakan-akan ada paralelitasnya pada Yesus Kristus yang kenosis. Kristus yang datang, tetapi menyembunyikan diri-Nya. Mungkin saudara tahu tentang reality show ini. Jadi ada boss yang punya perusahaan yang besar lalu dia membuat dirinya tidak dikenali untuk masuk ke perusahaan itu, bahkan menjadi cleaning service, kasir, bekerja bersama-sama mereka untuk mengetahui performa anak buahnya dan mengetahui pergumulan anak buahnya. Di akhir cerita, seluruh anak buahnya dibawa ke head quarters-nya dan big boss ini membuka seluruh penyamarannya. Semua anak buahnya terkejut karena ternyata boss itu sudah pernah bekerja bersama dengan mereka. boss itu biasanya orang yang generous, akan memberikan kebutuhan-kebutuhan staff-nya. Ada yang dikasih $5000, ada yang disekolahkan. Saya menyukai ending terakhirnya karena selalu akan menyentuh hati kita, dan orang tersebut tiba-tiba dikasih $10.000. Saya melihat yang terakhir bahkan orang itu berlutut dan menangis-nangis, memeluk boss-nya dan berkata, “Terima kasih, terima kasih.” Seluruh episode adalah seperti itu, kecuali satu yang saya sangat-sangat terperangah dengan satu orang ini. Ketika bosnya akan memberikan scholarship $5000, orang tersebut yang sebenarnya dulu adalah narapidana, kemudian keluar dan bisa bekerja di tempat itu, terus-menerus dengan air mata melihat boss-nya, dia tertunduk dan mengatakan satu kalimat ini, “Why me? (Mengapa aku?) Aku tidak layak untuk dapat ini, kenapa aku?” Dia tidak sekedar bicara terima kasih. Anugerah membuat dia berpikir siapa saya? Kenapa saya boleh dapat ini? Billy Graham pernah mengatakan kalau dia pergi ke surga, satu kalimat pertama yang dia akan ucapkan di surga di hadapan Allah yaitu, “Why have You chosen me?” Ini adalah orang-orang yang mengerti apa itu anugerah, apa itu salib sesungguhnya. Banyak dari kita bahkan tidak pernah berterima kasih. Kita ignore hidup yang sudah dibeli, dibuat seenak-enaknya dalam hidup kita. Allah menghendaki kita bukan saja mendapatkan keselamatan, tetapi ayat-ayat Alkitab ini diberikan untuk kita mendalami sebenarnya apa isi hati Bapa, apa motifnya, bagaimana cara kerjanya dan segala sesuatu yang bersangkut dengan dimensi-dimensi salib. Mari kita sekarang pikirkan beberapa hal berkenaan dengan ayat 10-12.

Yang pertama,saudara bisa melihat ayat-ayat ini isi hati Bapa dan isi hati sang Anak. Di sini dikatakan ‘Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan’, berarti itu isi hati Bapa. Tetapi di tempat yang lain, Anak menjadi puas. Ia akan melihat terang dan menjadi puas. Puas adalah isi hati terdalam dari seseorang. Sekarang saya akan jelaskan hal ini. Pengorbanan Kristus adalah kehendak, adalah isi hati Bapa. Saya ulangi lagi, beberapa minggu lalu saya pernah mengatakan; Kristus tidak pernah harus wajib untuk menyelesaikan dosa manusia. Kristus tidak pernah terdesak harus mati di atas kayu salib karena desakan dosa kita. Ya benar, dosa hanya bisa diselesaikan hanya melalui salib Yesus Kristus, tetapi tidak berarti Kristus harus datang ke salib karena dosa kita. Sekali lagi. bahwa dosa tidak pernah menjadi faktor pendorong Allah kedua Tritunggal bertindak. Lalu kalau begitu apa yang menjadi faktor pendorong Allah oknum kedua bertindak dari surga turun ke bumi dan diremukkan? Yaitu ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya. Dia sangat menyadari berkenaan dengan ketaatan-Nya ini. Dalam ayat ke-11 dikatakan ‘maka hamba-Ku itu sebagai orang yang benar akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya’. Hikmat dalam bahasa Indonesia adalah knowledge di dalam bahasa inggris itu adalah bicara mengenai pengertiannya. Jadi apa maksudnya? Artinya bahwa tindakan Kristus adalah berdasarkan pengetahuan-Nya. Itu artinya Kristus sepenuhnya sadar, mengerti, mau, berkehendak. Bahwa Dia akan diremukkan oleh Allah. Sang Anak tidak dijebak untuk melakukan hal ini. Sang Anak tidak didesak untuk melakukan ini. Sang Anak benar-benar sadar dengan kemauan-Nya mengerjakan karya ini. Semua pekerjaan-Nya di dalam pengertian-Nya, sepenuhnya sadar akan ketaatan-Nya dan seluruh konsekuensi ketaatan-Nya dan buah ketaatan-Nya.

Sekarang lihat apa yang Alkitab katakan setelah sang Anak melakukan korban, yang sangat menyakiti hati-Nya bahkan Dia mengatakan, “Bapa, kalau seandainya mungkin cawan ini lalu dari pada-Ku.” Setelah sang Anak menyelesaikan seluruh korban-Nya, yang sangat menyakiti hati-Nya, apa yang muncul di dalam isi hati-Nya? Satu kata, ‘puas’. Bukan pahit, frustasi, marah; tetapi puas. Alkitab mengatakan, dari pekerjaan-Nya maka kehendak Tuhan akan terlaksana oleh-Nya. Ada kesukaan dalam diri-Nya Allah. Ada perkenanan Allah yang berlimpah-limpah terjadi di dalam tangan Penebus, di dalam pekerjaan yang Kristus lakukan. Itu artinya Bapa dipermuliakan. Bapa dibuat bersukacita karena pekerjaan tangan Anak. Anak itu puas, dan apa artinya? Ini adalah kedalaman Kristus kepada Bapa-Nya (beyond understanding). Bapa mengasihi Anak. Di gunung transfigurasi dan di dalam baptisan Yohanes, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Anak mengasihi Bapa, di dalam seluruh karya-Nya, seluruh pengorbanan-Nya, dan di atas kayu salib. Allah mewahyukan kepada kita, ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi’, tetapi Aku mengaruniakan Anak-Ku yang tunggal karena Aku mengasihi dunia’. Yohanes 3:16. Lihatlah isi hati bapa dan lihatlah isi hati Anak.

Yang kedua mari kita lihat ayat-ayat ini. Ada prinsip dari pembenaran, prinsip penebusan yang begitu solid di dalam hidup kita. Dalam ayat ke-11 dikatakan, ‘Hambaku itu sebagai orang benar akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya’. Dalam Alkitab NIV, itu berbicara berkenaan dengan ‘my righteous servant will justify many’ dan banyak sekali bagian dari Alkitab berbicara berkenaan dengan ini. Ada satu kata dalam bahasa Indonesia, dua-duanya kata ‘benar’ tetapi mempunyai arti yang sungguh-sungguh berbeda. Dalam bahasa Inggris, kata ‘benar’ ada ditulis ‘righteous’ (my righteous servant) dan ‘justify’. Ini berbicara berkenaan dengan teologia yang solid, justify, justification adalah istilah hukum, legal. Artinya di hadapan hukum orang dikatakan benar. Misalnya ada seseorang yang terdakwa lalu setelah pengadilan, kemudian Hakim memutuskan bahwa dia adalah benar, itu artinya dia di-justify sebagai orang yang berarti tidak bersalah. Jadi ini adalah bicara berkenaan dengan keadaan status di depan hukum. Kita mengingat bahwa pengadilan terakhir di surga kepada kita semua adalah pengadilan yang bicara mengenai hukum. Di dalam Alkitab, justification artinya diampuni oleh Allah, dibebaskan dari guilt of sin, dan dari kutukan Allah. Lawan kata justify/dibenarkan adalah dikutuk. Galatia 3:10 menyatakan, “karena semua orang yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk.”

Apa itu righteous? Kembali lagi di dalam ayat yang ke-11 dikatakan ‘hambaku itu sebagai orang yang benar, ‘righteous, my righteous one. Righteous adalah kata ‘benar’, dalam arti kata seluruh tindakan orang ini tidak bersalah sama sekali, tidak ada dosa, moralnya perfect, benar. Jadi berbicara tentang righteous adalah berbicara dengan kehidupan sehari-hari. Yesus Kristus pernah menantang semua orang yang menantang Dia. Kalau Aku berbuat dosa, tunjukkanlah itu. TheRighteous One artinya bahwa Yesus Kristus, semua yang dikatakan, semua yang dilakukan, semua yang dipikirkan, semua langkah-Nya, seluruh gerakan tubuh-Nya, apa pun saja semua tidak ada yang berdosa. Righteous berbicara mengenai tindakan. Righteous bukan bicara mengenai pengadilan.

Saya sudah jelaskan berkenaan dengan justify dan righteous. Kita sebagai orang Kristen selalu menekankan mengenai doktrin ini dan benar: Kita dibenarkan karena iman di dalam Yesus Kristus. Kita tidak dibenarkan karena perbuatan tetapi kita dibenarkan karena iman.Tetapi saya perlu untuk menjelaskan: Apakah benar kita tidak dibenarkan karena perbuatan? Perhatikan baik-baik! Kita dibenarkan oleh perbuatan Kristus yang kita terima dengan iman yang dianugerahkan kepada kita. Jadi apakah perbuatan menentukan kita pergi ke surga atau tidak? Jawabannya adalah Ya! Allah di surga sudah menetapkan bahwa kita harus 100% kudus dan tidak bercacat cela. Tidak ada satu noda pun di dalam hidup kita, tidak ada satu kesalahan pun di dalam hidup kita, baru kita bisa pergi mendekat kepada Dia dan berada di dalam kekekalan bersama Dia selama-lamanya. Jangan berpikir bahwa hukum Allah tidak lagi berlaku. Hukum Allah itu menyatakan sifat Allah, dan itu berbicara mengenai kesucian. Hukum Allah yang menyatakan kesucian ini kekal selama-lamanya. Kemarin saya membaca satu buku dan ada satu kalimat yang mengagetkan saya. Bisa ada sesuatu side effect yang perlu dijelaskan, tetapi penekanannya adalah sesuatu yang benar. Buku itu menyatakan “Law of God/Hukum Allah sifatnya kekal, tetapi gospel sifatnya temporal. Kita bisa pergi ke surga karena gospel, karena Injil kasih karunia Yesus Kristus. Itu menjadi penekanan supaya kita bisa memenuhkan hukum-hukum surgawi. Hukum Allah tetap kekal sampai selama-lamanya, karena pribadi Allah sendiri di dalam kesucian-Nya dinyatakan. Tetapi kita di dalam Kristus melalui Injil, kita dibuat benar dan memiliki kuasa untuk melakukan hukum-hukum Allah itu. Sekali lagi, apakah kita dibenarkan oleh perbuatan? Jawabannya adalah Ya! Tetapi bukan perbuatan kita tetapi adalah perbuatan Yesus Kristus yang ‘The righteous one’. Kebenaran Kristus itu dikenakan. Bahasa teologianya adalah diimputasikan kepada kita. Imputasi adalah sesuatu yang begitu nyata di dalam beberapa parabel Kristus. Jadi ada orang yang pergi ke rumah pesta, tetapi tidak memakai baju pesta dan tuan rumah mengusir dia keluar. Yang bisa ikut pesta adalah orang yang pakai baju pesta. Yaitu baju putih yang dikenakan kepada dia. Ini adalah ilustrasi yang bagus sekali, ini berbicara mengenai imputasi. Amputasi itu memotong. Imputasi itu memasukkan sesuatu dari luar. Seperti baju-baju pesta, baju putih adalah kebenaran Kristus dan kebenaran Kristus diberikan, dipakai oleh kita. Perhatikan bahwa kebenaran itu tidak secara hakekat (ontological).  Inti itu adalah tidak menjadi milik kita. Itu adalah Kristus yang dikenakan kepada kita. Ini imputasi, ini bukan infuse. Saudara ketika pergi ke rumah sakit diinfus, saudara dimasukkan air dan air itu menjadi satu dengan tubuh kita dan tidak bisa dipisahkan lagi, menjadi bagian kita. Tetapi kebenaran Kristus bukan diinfus, tetapi diimputasi, dikenakan kepada kita. Perhatikan apa yang terjadi di kayu salib yaitu dosa kita diberikan kepada Kristus dan kebenaran Kristus diimputasikan kepada kita. Ada pertukaran besar, transaksi besar yang terjadi. Itulah sebabnya dalam ayat ini dikatakan, hambaku ini sebagai orang yang benar (the righteous one), maka akan membenarkan banyak orang (justify many). Kebenaran, seluruh tindakan Kristus yang tidak bercacat cela itu benar, sekarang diberikan untuk membenarkan kita di depan Sang Hakim dari alam semesta, Allah Yang Maha Kuasa.

Meskipun saudara dan saya rasa ini doktrin terlalu berat, “Aku tidak rasa apa-apa kok, aku tidak rasa imputasi-imputasi.” Tetapi saudara dan saya harus memandang hidup ini dari kacamata Alkitab, Tuhan mengerjakan apa dan di dalam rohani terjadi apa dan di dalam alam kosmik yang tidak terlihat terjadi seperti apa. Di sini dikatakan lebih lanjut adalah, ‘hambaku akan membenarkan banyak orang’, saya suka sekali dengan tafsiran dari James Durham di dalam hal ini. Dia mengatakan kata ‘banyak’ adalah sesuatu kata yang ada di tengah dari dua ekstrim. Ekstrim yang pertama adalah tidak ada atau sedikit sekali, dan ekstrim yang kedua adalah all (semuanya). Alkitab dengan jelas menyatakan banyak yang akan dibenarkan. Di dalam kitab Wahyu yang dibenarkan, yang naik ke surga ada 144.000 orang. Ini bukan bicara tepat 144.000, tetapi ini adalah sesuatu bilangan yang sifatnya simbol. 144.000 adalah 12x12x1000. 12 pertama adalah 12 suku Israel itu adalah Perjanjian Lama. 12 lainnya adalah 12 murid Yesus dalam Perjanjian Baru. Dan 1000 selalu adalah angka yang sifatnya adalah multitude (besar). Maka arti 144.000 yaitu di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ada begitu banyak orang-orang yang diselamatkan. Bukan sedikit atau bukan tidak ada. Tetapi banyak. Tetapi juga bukan semua. Perhatikan, tidak semua, tidak setiap manusia diselamatkan oleh Yesus Kristus. Yesaya 53 sudah menyatakan kondisi ini, ini adalah berbicara berkenaan dengan doktrin pilihan. Allah di dalam kedaulatan-Nya mengasihi kepada siapa yang mau dikasihi dan membenci kepada siapa yang mau dibenci. Ketika kita mendengarkan hal ini, pikiran kita yang berdosa selalu akan mengatakan Allah tidak adil. Tetapi sebenarnya seharusnya membuat hati kita remuk dan bertanya kepada Tuhan, “Mengapa Engkau memilih aku?” Kalimat yang penting ini: Korban Kristus Yesus cukup untuk menebus semua orang, tetapi efektif hanya kepada orang-orang yang dipilih-Nya saja. Ini adalah kalimat teologia yang penting sekali. Kalau tidak semua orang diselamatkan, apakah darah Yesus tidak cukup untuk menebus semua orang? Jawabannya adalah cukup. Tetapi di dalam kedaulatan-Nya, pencurahan darah-Nya efektif kepada orang-orang yang dipilih-Nya saja. Dalam Yohanes 17 maka prinsip ini begitu jelas. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, Bapa di surga, bukan untuk semua manusia aku berdoa, tetapi hanya untuk mereka saja. Perhatikan baik-baik: Aku berdoa hanya untuk mereka saja, Aku berdoa untuk orang-orang yang percaya kepada pemberitaan mereka. Jadi Yesus sendiri di tempat itu yang menentukan siapa yang mau ditebus. Ini membuat kita harus menyadari bahwa semua anugerah yang Tuhan berikan kepada kita di dalam Kristus adalah sesuatu karya-Nya yang besar bagi kita. Membuat kita seharusnya tunduk dan takut kepada Dia. Sadarlah, Alkitab dengan jelas menyatakan kita sudah diciptakan di dalam Kristus Yesus dan kita sudah ditebus oleh Dia, maka Allah mempersiapkan pekerjaan yang mulia untuk kita lakukan di dalam-Nya. Kita dipilih, tetapi ketika kalimat ‘kita dipilih’, saudara dan saya harus mengerti dipilih untuk apa? Kecelakaan dari orang Kristen adalah kita mengatakan bahwa aku sudah diselamatkan dalam Kristus Yesus tetapi hidupnya bukan mengabdi kepada Allah. Kalau kita dipilih, kita diselamatkan, kita ditebus maka artinya hidup kita sudah dibeli oleh Dia. Dan hidup yang cuma satu kali ini dimiliki oleh Dia untuk dijalankan, untuk diarahkan supaya seluruh kehendak Dia jadi dalam hidup kita.

Mari kita lihat sekali lagi Yesaya 53, bagian yang ketiga apa yang ada yang kita temukan, yaitu bagian ketiga Yesaya 53:12 menyatakan apa yang akan Bapa lakukan kepada Anak yang sudah taat kepada Dia. Di dalam ayat 12 dinyatakan Bapa akan mengangkat Anak, Bapa akan meninggikan Anak. Perhatikan ayat 12, perhatikan aktif dan pasif: Sebab itu Aku (Allah), akan membagikan kepadanya, (kepada Kristus), orang-orang besar sebagai rampasan. Jadi Allah yang aktif, Kristusnya pasif dan Kristus akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan. Maka ini adalah bicara Kristus yang pasif karena Kristus akan memperoleh yaitu sebagai ganti, karena Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya. Di sini Kristus yang aktif. Saudara bisa melihat sekarang mana yang pasif dan mana yang aktif. Kapan Kristus aktif dan kapan Kristus pasif. Semua ini terangkum dalam satu kalimat ini; Pendeta Stephen Tong pernah mengkhotbahkannya, saya sangat-sangat terkejut dengan kalimat ini dan saya menyadari ini adalah prinsip kehidupan Kristus dan prinsip kehidupan rohani kita semua. Prinsipnya: Kristus secara aktif mau merendahkan Diri-Nya, maka Allah Bapa secara aktif akan meninggikan Dia. Kristus secara aktif merendahkan diri-Nya dan Kristus secara pasif akan ditinggikan oleh Allah. Ini adalah hasil, reward, dari pengorbanan-Nya. Saya tidak bicara panjang lebar di dalam area ini tetapi saya sudah pernah bicara beberapa kalimat yang penting berkenaan dengan inilah kerohanian kita. Barangsiapa mau secara aktif meninggikan dirinya, Allah akan secara aktif merendahkan dirinya. Barangsiapa mau secara aktif merendahkan dirinya maka Allah secara pasif akan meninggikan dia. Biarlah kita boleh mengerti apa yang menjadi bagian kita dan apa yang menjadi bagian Allah. Coba refleksikan kalimat ini! Bukankah itu sering terjadi di dalam hidup kita? Di dalam hidup saya berkali-kali kalimat ini terjadi. Entah ketika saya sadar atau tidak saya berusaha untuk meninggikan diri, pada saat itu langsung Allah akan merendahkan saya. Ketika saya belajar untuk merendahkan diri, pada waktunya Allah akan meninggikan. Ketika Kristus sudah merendahkan diri dan perendahan diri Kristus disebut kenosis secara teologi. Filipi 2:9-10 menyatakan demikian: Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! Ini adalah sesuatu pemenuhan apa yang Yesaya ayat 12 itu katakan, Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan dan dia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan. Segala kerajaan dan dominion dan siapa pun saja akan diletakkan di bawah kaki Kristus, demikian firman Tuhan. Ini adalah sesuatu nubuatan dari Yesaya yang sampai saat ini kita belum bisa melihat secara mata tetapi Yesaya sudah mengatakan Kristus, Man of Sorrows itu menderita; pasti hal itu akan terjadi.

Hal yang ke-4, yang terakhir.Ayat 12 juga menyatakan berkenaan dengan apa yang Yesus kerjakan saat ini di surga. Di situ dikatakan sekalipun Kristus menanggung dosa banyak orang, tadi saya sudah katakan di atas kayu salib Dia menanggung seluruh dosa kita. Di bumi Dia menanggung dosa kita. Dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak. Dalam bahasa Indonesia tidak jelas, karena ini intinya adalah bicara mengenai syafaat; bersyafaat itu melebihi daripada doa syafaat. Apa itu bersyafaat? Adalah seseorang yang berfungsi sebagai mediator di hadapan Allah dan manusia dan meminta Allah menerima manusia yang berdosa karena korban-Nya. Roma 8 dengan jelas menyatakan dari pensyafaat ini. Pensyafaat ini dikatakan disini ayat 31: Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Perhatikan ‘Pembela bagi kita’? Kalau kita berpikir sekarang, kira-kira apa yang dikerjakan Yesus Kristus di surga sekarang? Kita jangan berpikir bahwa Dia santai di surga, tetapi Dia bersyafaat bagi kita. Tetapi ketika Dia bersyafaat, sekali lagi syafaat itu adalah Dia mengaplikasikan korban-Nya di hadapan Allah untuk membela umat-Nya. Apakah Dia berdoa dengan kalimat-kalimat? Mungkin, tetapi Alkitab tidak mencatat. Di dalam Alkitab ada dua Pribadi yang bersyafaat bagi umat Allah. Yang pertama adalah Yesus Kristus dan yang kedua adalah Roh Kudus yang berdoa kepada Allah dengan permohonan yang tidak terucapkan, berarti tidak ada kalimat. Karena syafaat melebihi dari doa itu sendiri dan syafaat adalah mengaplikasikan karya-Nya di hadapan Allah bagi umat.

Saya akan memberikan gambarannya. Beberapa tahun yang lalu saya sudah pernah mengatakan ini. Sungguh-sungguh terjadi dalam sebuah kerajaan dan ada satu orang yang jahat, kemudian raja mengadili dan menjatuhi hukuman mati. Pada waktu hari hukuman mati, ribuan orang berkumpul untuk orang ini dipancung kepalanya. Tetapi tepat sebelum waktu pemancungan, ada satu orang dari belakang berjalan di tengah-tengah kerumunan massa menuju kepada raja yang di depan sana. Kemudian orang ini tanpa bicara apapun saja dia membuka bajunya dan seluruh tubuhnya penuh dengan luka-luka. Dia mengangkat tangan kanannya, tetapi tangan kanannya pernah terpotong karena peperangan, sehingga hanya lengannya saja yang terangkat. Siapa orang itu? Orang ini adalah orang pahlawan perang di dalam Kerajaan itu. Seseorang yang sudah mengorbankan segala sesuatunya untuk kemenangan demi kemenangan peperangan dalam kerajaan tersebut. Seluruh tubuhnya menyatakan bagaimana dia berkorban untuk kerajaan tersebut. Orang ini adalah kakak dari penjahat ini. Tanpa dia berbicara, dia buka seluruh baju atasnya dan terlihat seluruh luka-lukanya. Dia mengangkat tangannya yang terpotong di medan perang, dia mengaplikasikan seluruh jasanya untuk menebus adiknya. Langsung Raja mengatakan, “Bebaskan orang ini!” Hal yang sama terjadi di surga bagi kita. Kristus Yesus ada di sebelah kanan Allah. Wahyu 5 menyatakan bahwa: Dia adalah singa dari Yehuda, tetapi Dia adalah Domba yang tersembelih. Seluruh surga termasuk Allah melihat korban-Nya dan Dia berada di tengah-tengah Allah dan kita umat-Nya mengaplikasikan seluruh korban ini tanpa berbicara. Tetapi tetap ada dalam posisi itu sampai seluruh umat-Nya satu generasi demi satu generasi masuk di hadapan Allah Bapa di surga. Itulah yang Kristus kerjakan bagi gereja-Nya sepanjang abad. Itulah sebabnya dikatakan Dia menanggung dosa banyak orang dan bersyafaat bagi pemberontak-pemberontak seperti saudara dan saya.

Saya akan akhiri seri ini dengan kalimat ini: Seluruh kebenaran-kebenaran ini adalah kebenaran yang nyata yang terjadi kepada kita, kepada saudara dan saya. Apakah kita merasa atau tidak, kita mengerti atau tidak, kita tahu atau tidak, kita sadar atau tidak; ini semua terjadi kepada kita. Justification terjadi pada kita karena Allah mengaplikasikan righteous. Dan saat ini sampai kedatangan Kristus yang kedua, Dia berada di surga bersyafaat bagi kita. Ini seluruh adalah kebenaran-kebenaran yang nyata yang Alkitab katakan kepada kita. Karena kematian-Nya, maka Dia akan melihat umur keturunan-Nya berlanjut. Kalau kita adalah orang yang sungguh-sungguh sejati di dalam Kristus terlepas kita mengerti atau tidak seluruh kebenaran ini nyata dalam hidup kita. Tetapi di tempat yang lain Allah menginginkan saudara dan saya mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Ini bukan doktrin mati. Tetapi ini adalah suatu realita di dalam alam rohani kita. Banyak kita yang tidak peduli. Banyak kita yang juga tidak mau mengerti. Tetapi sebenarnya keselamatan sudah diberikan Allah kepada kita. Kita seperti orang yang down syndrome.

Suatu hari ada seorang yang down syndrome, kemudian dia bermasalah dengan ginjalnya dan harus mengadakan cangkok ginjal, kalau tidak dia akan mati. Kemudian karena papa mama dan seluruh saudaranya tahu maka mereka berdoa, mereka cari-cari di hospital demi hospital, di dalam dan di luar negeri sampai mendapatkan donor ginjal yang tepat. Akhirnya dilakukanlah operasi, operasi yang sangat beresiko dan ditentukan keberhasilannya di dalam masa-masa waktu kritis setelah operasi. Apakah tubuhnya bisa menerima ginjal donor ini? Setelah operasi, orang yang down syndrome itu tertidur, tapi mama dan papa dan kakak-kakaknya di sekeliling ranjangnya menanti waktu-waktu ini. Karena kalau anak ini bangun, berarti operasinya berhasil, anak ini selamat. Tetapi kalau dia tidak bangun berarti seluruh tubuhnya reject ginjal yang baru. Seluruh keluarganya berdoa sungguh-sungguh, melakukan apa yang bisa dilakukan untuk anak ini hidup. Tiba-tiba mata anak tersebut terbuka. Begitu mata anak tersebut terbuka seluruh keluarga ini bersorak-sorak. Mereka meneteskan air mata, dipeluk satu-persatu anak-anaknya. Anak yang down syndrome dicium-cium karena artinya kehidupan bagi anak ini. Itu artinya anak ini bisa berkumpul dengan orang tuanya dan mereka bisa saling mencintai. Kemudian anak yang down syndrome cuma lihat ke atas, ke kanan, ke kiri dan kemudian dia bilang, “Berisik! Berisik! Apa sih ini? Berisik!” Saya katakan pada saudara-saudara kita tidak tahu sebenarnya apa yang Dia sudah kerjakan dalam hidup kita, kita down syndrome rohani. Maka mintalah pengertian dari Tuhan. Membuat kita semakin mengenal Dia dan mengenal firman. Semua yang sudah terjadi pada kita biarlah kita boleh semakin mengerti sehingga kita boleh menghargai apa yang Dia kerjakan dalam hidup kita. Kiranya kasihan Dia memberkati kita terus.


Jikalau Alkitab menyatakan 2000 tahun yang lalu ada seorang yang baik diadili secara tidak bersalah dan mati, maka ini menyatakan kita hanya boleh kagum. Dan kalau itu terjadi, kita hanya boleh kagum. Tetapi kalau Alkitab mencatat, ada orang kudus yang hidupnya tanpa dosa tetapi dimatikan, dan kemudian bangkit pada hari yang ke-3 tanpa ada satu pun manusia yang membangkitkan, dan ini sudah dikatakan sebelumnya, maka biarlah seluruh manusia yang hidup memperhatikan. Ini adalah satu peristiwa yang tidak pernah ada di dunia ini sebelumnya. Ini adalah peristiwa yang tidak terulang. Ini peristiwa yang tidak pernah terjadi kepada kita. Kristus itu bangkit, Kristus itu bangkit tanpa ada yang membangkitkan. Jikalau Yesus itu lahir, dan Yesus mengajar baik-baik dan Yesus itu mati, maka itu cuma agama. Tetapi kalau Dia itu lahir, Dia mati, dan Dia bangkit, itu artinya Allah yang datang ke dunia ini. Dan lihatlah Manusia ini! Bukankah Dia sudah berbicara sebelumnya tentang kebangkitan-Nya? Dia melampaui seluruh manusia yang pernah hidup, Dia melampaui daripada kita semua, mengapa kita tidak mempercayai-Nya? Mengapa kita mempercayai berita dari manusia-manusia yang mati? Jangan menyatakan bahwa kekristenan itu sama seperti semua agama. Kekristenan melampaui seluruh agama. Seluruh agama membuat jalannya sendiri dari bawah untuk bisa diterima oleh Allah di atas, tetapi Alkitab menyatakan Kristus datang dari sorga dan turun ke dunia untuk membawa kita ke sorga. Ini suatu perbedaan besar, yang satu adalah dari bawah ke atas dan yang satu lagi adalah dari atas ke bawah. Suatu hari ada 2 filsuf yang sedang berbicara, yang satu takut akan Tuhan dan yang satu lagi tidak. Yang tidak takut akan Tuhan bertanya, “Apa yang harus aku lakukan untuk membuat suatu agama baru yang bisa menarik begitu banyak pengikut?” Maka Filsuf yang takut akan Tuhan itu menjawab, “Mudah saja, 3 hal ini engkau lakukan, yang pertama adalah katakan kalimat-kalimat yang tidak pernah dikatakan manusia sebelumnya, yang kedua adalah lakukan tindakan-tindakan yang tidak pernah bisa dibuat oleh manusia sebelumnya, dan yang ketiga adalah katakan kapan kamu mati dan kamu benar-benar bangkit dan kemudian katakan kapan kamu bangkit dan genapi itu.” Lihatlah Manusia ini, yang disesah oleh Pilatus, Kayafas, Hanas dan dimatikan, tetapi Dia bangkit. Pada pagi hari ini kita akan melihat signifikansi kebangkitan Kristus. Mari kita pikirkan, apakah ada bedanya hidup ini dengan kenyataan Yesus bangkit dan hidup ini dengan kenyataan Yesus tidak bangkit. Seandainya Kristus tidak bangkit, apa yang terjadi? Saudara-saudara, jikalau Kristus tidak bangkit, maka kita tidak memiliki pengharapan akan hidup yang lebih baik. Sekali lagi, jikalau Kristus tidak bangkit, kita tidak akan memiliki pengharapan apa pun saja untuk hidup itu lebih baik. Pengharapan adalah satu-satunya yang bisa membuat manusia itu terus memiliki kekuatan untuk hidup, tetapi pengharapan itu tidak boleh kosong. Saudara-saudara perhatikan, kalau Kristus tidak bangkit, maka kejahatan akan berkuasa di setiap DNA hidup manusia. Bukan saja segi kehidupan tetapi sungguh-sungguh kejahatan akan berkuasa di dalam setiap DNA kita. Jikalau Kristus tidak bangkit maka tidak ada pengharapan hidup menjadi lebih baik, karena kejahatan akan menang dan tidak akan ada yang bisa menaklukkannya. Setiap kali saudara melihat ada hal yang mendukakan di dalam hidup seseorang, di dalam manusia itu muncul suatu pengharapan. Pertanyaannya, mengapa? Maka marilah melihat kehidupan. Kalau saudara-saudara melihat ada orang yang menipu, orang yang berbohong, saudara kemudian dirugikan dan saudara tidak bisa apa-apa untuk membalasnya, kita selalu akan berkata suatu hari pasti kebohongan itu akan terbongkar. Kalau ada seseorang yang dibunuh dan tidak ada yang mau mengaku, tidak ditemukan pembunuhnya, maka orangtuanya meskipun dengan putus asa akan mengatakan suatu hari kebenaran akan diungkapkan dan suatu saat pasti akan ada balasan yang setimpal dengan pembunuh itu. Kalau saudara ada di tengah-tengah peperangan, kota saudara dihancurkan, rumah saudara dihancurkan, anak saudara diculik, bom ada di mana-mana seperti yang terjadi di Syria atau Myanmar saat ini. Bukan saja orang Kristen yang mati, tetapi siapa pun dimatikan karena urusannya adalah politik yang mau berkuasa. Dalam keadaan-keadaan seperti itu, apa yang muncul di dalam pikiran orang-orang yang menderita pada waktu itu, apa yang membuat mereka tetap bisa bertahan? Pengharapan. Pengharapan bahwa yang jahat ini akan dimatikan. Pengharapan, suatu saat, entah itu 1 minggu, entah itu 1 tahun, bahwa yang jahat itu akan kalah. Pengharapan bahwa kejahatan itu akan berhenti dan berakhir. Saya tanya, dari mana saudara memiliki kepastian bahwa pengharapan itu akan benar-benar terjadi, bukan pengharapan yang kosong saja? Dari mana kita bisa berharap yang baik akan datang setelahnya? Kita mengatakan pasti kebenaran akan dinyatakan, pasti ada balasan yang setimpal, pasti yang baik akan datang. Saya tanya kepada semua umat manusia di dunia, bagaimana kita bisa yakin bahwa itu pasti akan terjadi? Bagaimana kalau pengharapan itu sesuatu yang kosong? Apa dasar pengharapan kita? Apakah dasar pengharapan kita itu benar-benar suatu realita atau imajinasi kita? Apa dasar dunia ini memiliki pengharapan yang pasti bahwa tetap ada suatu jalan keluar jikalau suatu yang jahat itu terjadi? Bahwa tetap ada sesuatu yang baik di depan kehidupan kita sehingga hidup ini tetap adalah hidup yang memiliki arti dan layak dihidupi? Kalau saudara pun bukan orang kristen, saudara belum mengenal Yesus Kristus, darimana saudara memiliki kepastian seperti itu? Saudara perhatikan baik-baik, Alkitab mengajarkan pengharapan bahwa sesuatu yang baik ada di depan saudara, pengharapan itu ada dan pasti, karena Kristus itu sudah bangkit. Kebangkitan Kristus bukan saja memberikan keselamatan bagi para pengikut-Nya, kebangkitan Kristus memberikan berkat universal bagi setiap manusia yang hidup di dunia ini, karena Dialah yang memerintah dunia ini dan bukan kejahatan. Setiap air mata, setiap duka penderitaan dunia ini, dari mana kita bisa memiliki pengharapan bahwa besok akan menjadi lebih baik? Bukan karena perasaan duka itu lenyap dan air mata ini hilang karena berjalannya waktu, tetapi sungguh-sungguh karena ada jawaban atas kedukaan dan penderitaan yang kita alami. Dari mana pengharapan itu muncul dan berdasar? Sekali lagi, dari kenyataan 2000 tahun yang lalu Kristus bangkit. Alkitab mencatat, waktu itu pagi-pagi benar beberapa wanita pergi ke kubur Yesus Kristus. Kalimat itu menyentuh hati saya dan membuat saya menyadari bahwa wanita ini memperlihatkan langkah hidup setiap kita, saudara dan saya. Sesungguhnya langkah hidup kita adalah langkah hidup menuju kepada kuburan, langkah hidup menuju kematian. Tetapi ketika sampai di tempat kuburan itu, mereka sangat terkejut karena menemukan kuburan yang sudah terbuka. Mereka masuk ke dalamnya, dan kemudian ada malaikat di depan mereka yang berkata, “Mengapa engkau mencari yang hidup di tengah-tengah yang mati?” Ini adalah proklamasi dari sorgawi. Saudara-saudara, lihatlah di mana pemimpin-pemimpin agama sekarang? Di mana seluruh jenderal dan semua orang berkuasa di dunia ini? Di mana seluruh orang yang kita kasihi? Saudara akan menemukan ada kuburannya, tetapi saudara-saudara tidak akan pernah menemukan kuburan dari Yesus Kristus, karena Dia hidup, karena Dia bangkit. Saudara-saudara, lihatlah sorga memberikan anugerah yang besar bagi hidup manusia. Lihatlah inti kekristenan dikabarkan di dalam kubur. Mengapa engkau mencari yang hidup di tengah-tengah yang mati? Maria Magdalena pertamanya sangat terkejut dan kemudian dia keluar bersama-sama dengan wanita-wanita yang lain. Wanita-wanita yang lain itu kemudian pergi, tetapi Maria Magdalena tidak pergi. Dia melihat apa yang sebenarnya terjadi tetapi dia tidak bisa mengerti, lalu air matanya bercucuran karena di dalam pikirannya pastilah mayat Yesus sudah dicuri. Kemudian di tengah-tengah Maria yang terus-menerus menangis, seorang pria mendekati dia dan bertanya, “Wanita, mengapa engkau menangis?” Maria berpikir ini adalah penjaga taman, dan matanya tidak bisa melihat jelas karena penuh dengan air mata penderitaan. Maria kemudian mengatakan, “Pak, jikalau engkau mengambil mayatnya, katakan di mana bapak meletakkannya, aku ingin mengambilnya.” Maria berpikir bahwa ini adalah penjaga taman. Lalu penjaga taman itu berbicara dengan perlahan, “Maria.” Maria yang penuh dengan air mata tidak bisa melihat apa pun saja karena kegelapan dan kesedihan ada di dalam hatinya, tetapi telinganya sekarang mendengar satu suara yang dia pernah kenal. Yesus pernah mengatakan domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku. Dia langsung tau. Maria kemudian melihat penjaga taman itu dan berkata, “Rabuni, Guru!” Lalu Maria mengusap air matanya dan dia melihat Yesus Kristus yang bangkit. Oh, dari mana pengharapan setiap orang yang menderita dan yang penuh dengan air mata? Apa yang membuat air mata kita kering, apakah itu waktu? Tidak, tetapi Yesus yang bangkit! Jikalau Yesus tidak bangkit, maka dunia ini dikendalikan oleh yang jahat. Kalau Yesus tidak bangkit, maka semua kalimat-Nya adalah kebohongan. Kalau Yesus tidak bangkit, maka ternyata Hanas, Kayafas, Pilatus, dan Herodeslah yang benar. Kalau Yesus tidak bangkit, memang benar Kayafas itu layak marah, karena Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah. Kalau Yesus tidak bangkit, maka benarlah Pilatus yang menanyakan apa itu kebenaran. Kebenaran itu adalah sesuatu yang perlu dipertanyakan dan saya tidak tahu dan tidak mungkin tahu akan kebenaran dan tidak ada urusannya kebenaran dengan hidupku. Kalau Yesus tidak bangkit, maka murid-murid-Nya akan terus sampai mati di dalam pengejaran dan ketakutan. Kalau Kristus tidak bangkit, maka semua orang yang mengikut Dia akan kembali menjadi nelayan, menangkap ikan untuk makan, hidup di dalam kerutinan dan menunggu hari kematian dan itulah arti manusia. Kalau Kristus tidak bangkit, maka hidup kita yang sudah berdosa ini hanya akan disimpulkan dengan satu kalimat yaitu sia-sia. Apa sih artinya hidup? Hanya beberapa puluh tahun saja dan isinya adalah kedukaan, kesakitan, kejahatan, entah kita ditimpa kejahatan atau kita berbagian di dalam kejahatan lalu mati. Tetapi karena Kristus sudah bangkit, maka ada pengharapan yang pasti, ada kekudusan yang bertumbuh kembang, ada kehidupan yang bertumbuh, ada kasih yang sejati hadir, ada kehancuran terhadap dosa, ada penyembuhan di dalam penderitaan, ada kebangkitan kita dari kematian. Karena Kristus bangkit, maka ketaatan itu memiliki nilai yang tinggi dan kerja keras bagi Tuhan itu tidak pernah sia-sia. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik, di titik pusat problem umat manusia, terdapat the problem of evil. Kita semua memiliki problem dan di titik pusat problem umat manusia terdapat the problem of evil. Allah menjawab-Nya bukan dengan kalimat. Allah memberikan jalan keluar bukan dengan kalimat-kalimat-Nya saja, tetapi dengan kehadiran Anak-Nya yang tunggal di titik pusat kejahatan, di titik pusat penderitaan yaitu salib dan kubur. Dan Dia bangkit tepat di titik pusat singgasananya setan yaitu kuburan. Perhatikan langkah kaki Yesus Kristus, Dia dari sorga masuk ke dunia, masuk ke dalam pusat evil, dan Dia bangkit dari kubur. Itulah pengharapan setiap umat manusia di dalam hal yang paling dasar. Itulah sebabnya Ayub memiliki kekuatan di dalam hidup meskipun seluruh anaknya mati. Dari ribuan tahun yang lalu, dari mana kekuatan Ayub? Ketika dia memiliki satu the problem of evil yang luar biasa sulit, Dia mengatakan, “I know my Redeemer lives.” Matanya memandang dari kejauhan dan sampai kepada kuburan yang kosong, kuburan Yesus Kristus. Wanita-wanita itu dengan kesedihan berjalan menuju kuburan dan kakinya itu mewakili kita, karena kita adalah manusia yang berjalan menuju ke kuburan. Tetapi perhatikan baik-baik, di dalam Kristus terusan kuburan itu adalah kehidupan. Maria Magdalena lalu diminta oleh Yesus Kristus untuk pergi ke murid-murid-Nya yang lain. Maria lari sekencang-kencangnya dengan suatu perasaan yang bergembira, dia masuk ke rumah murid-murid yang berkumpul itu, dan mengatakan, “Aku sudah melihat Tuhan, aku sudah melihat Tuhan!” Behold the Man! Jikalau engkau dan saya telah melihat Tuhan, maka akan ada kuasa kebangkitan. Ada gairah di dalam hidup. Ada api yang tidak terpadamkan untuk berbicara kepada seluruh manusia yang hidup yang kita temui, “Aku sudah melihat Tuhan.” Saudara-saudara, kisah kebangkitan Kristus itu belum semuanya. Kisah kebangkitan itu menyatakan ada suatu pengharapan di bumi ini. Tetapi kisah kebangkitan itu akan membawa kita kepada sesuatu yang jauh lebih mulia daripada kebangkitan itu sendiri. Apa itu? Yesus bukan saja bangkit, tetapi Dia akan naik ke sorga, dan dari sana Dia akan datang untuk menjadi Raja dan Hakim bagi seluruh umat manusia. Kalau saudara memperhatikan satu bagian Firman Tuhan maka kalimat “Behold the Man” muncul sekali lagi. Di mana itu? Di Wahyu 1:7. Mari kita melihat Wahyu 1:7, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.” Saudara, ini adalah kata “Behold” yang ke-3 yang ditulis oleh Yohanes, tetapi bukan didengar dari Pilatus, bukan didengar dari gurunya yaitu Yohanes Pembaptis, tetapi ini adalah deklarasi Allah di sorga sendiri yang memperlihatkan Yesus yang akan datang untuk kedua kali. Yohanes dengan mata rohaninya melihat dengan penglihatan yang akan datang itu. Yohanes kemudian menyatakan kepada seluruh pendengarnya, “Behold, lihatlah Dia akan datang.” Saudara-saudara, Yesus itu sungguh-sungguh rendah hati. Tadi pagi ketika saya menuju ke sini, pikiran saya terus memikirkan mengenai apa yang terjadi pada hari Kebangkitan itu. Sungguh-sungguh, Raja Gereja kita itu rendah hati. Dia dimatikan, dipermalukan, di depan ribuan orang, tetapi ketika Dia bangkit, hanya beberapa orang saja yang tahu. Kita semua ingin kalau kita dipermalukan tidak ada orang yang tahu. Kita ingin kalau kita juara, kita menang, semua orang tahu dan bertepuk tangan bagi kita. Kalau kita gagal, kita tidak akan masuk ke dalam rekaman, terus kemudian disiarkan di Facebook kita. Kalau kita nyanyi fals, tidak mungkin direkam lalu kemudian disiarkan di dalam Instagram kita. Tapi kalau kita sudah nyanyi diulang-ulang sampai bagus sekali, main piano diulang-ulang sampai bagus sekali, yang terbaik dimasukkan ke dalam Facebook kita. Tetapi Yesus tidak. Yesus itu ketika dihina, dipertontonkan di depan semua manusia yang hidup. Tetapi ketika Dia bangkit, saya tidak bisa mengerti kenapa Dia bangkit itu pagi-pagi benar. Ketika Dia mati, kenapa jam 12 siang sampai jam 3 siang? Bukankah seharusnya terbalik? Bukan itu saja. Ketika Dia bangkit, maka Dia menampakkan diri kepada beberapa orang saja dan orang-orang yang kecil. Maria Magdalena adalah salah satu orang yang pernah dirasuk setan sebelumnya. Orang ini, orang yang tidak dihargai bahkan di masyarakat. Kemudian Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Saudara-saudara, kalau saya yang bangkit, orang pertama yang saya akan datangi adalah Kayafas. Dia lagi tidur lalu saya akan toel-toel dia, dia buka mata, saya akan tersenyum. Dia langsung jantungan saat itu. Saya tidak tahu kenapa Yesus pakai cara ini. Dia tidak memproklamirkan bahwa diri-Nya itu benar, dianggap benar oleh Allah di depan semua orang yang membenci Dia. Dia tunggu. Anak Manusia yang merendahkan diri-Nya secara aktif, maka secara pasif Dia menunggu waktu Bapa di sorga memproklamirkan diri-Nya. Pada saat itu, Allah di sorga mengatakan, “Lihat, Dia datang dengan awan-awan.” Semua manusia harus lihat Dia dan juga semua yang sudah memakukan-Nya. Lihat Dia! Raja Gereja kita sangat rendah hati. Dia menunggu waktu dari deklarasi kemenangan-Nya. Wahyu Yohanes dilihat Yohanes di Pulau Patmos. Di saat seperti itu, Yohanes dan gereja-gereja yang baru itu semuanya berada di dalam penderitaan yang besar. Penglihatan ini dan kitab ini diberikan kepada gereja yang sedang menderita pada waktu itu, untuk memperlihatkan bahwa sesungguhnya bukan tentara Romawi ini yang menang, tetapi sesungguhnya yang mengontrol segala sesuatu adalah Kristus Yesus yang sudah naik di atas tahta Allah. Di dalam penglihatan Yohanes, Yohanes melihat melampaui jaman sesuatu yang pasti terjadi. Dikatakan di sini, Kristus itu datang dengan awan-awan. Apa artinya? Ini menyatakan keilahian dan kemuliaan Yesus Kristus. Ini adalah penggenapan dari Daniel 7:13. Kalau saudara-saudara melihat Daniel 7:13, maka saudara-saudara akan melihat kalimat Daniel yang menyatakan, “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti Anak Manusia; datanglah Ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai Raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.’ Saudara-saudara, ketika berbicara mengenai Yesus yang datang dengan awan-awan, maka pada waktu Dia naik ke sorga juga dengan awan-awan. Ini adalah bicara berkenaan dengan Shekinah Glory (kemuliaan Allah yang hadir). Alkitab dengan jelas berkali-kali menyatakan, Allah yang terang itu adalah Allah yang berjalan dengan awan yang kelam. Awan menyatakan kemuliaan Allah. The Son of Man (Anak Manusia itu), kata itu ketika dinyatakan bicara mengenai keilahian Kristus. Alkitab menyatakan semua mata akan melihat, maka ini bicara berkenaan dengan sesuatu yang universal, engkau dan saya akan melihat, juga semua orang jahat, semua orang yang menikamnya. Ya, ini adalah ayat yang menyatakan kepastian pengadilan Yesus Kristus, tetapi juga berbicara kepada orang-orang yang tidak mau bertobat, karena kita semua ada di dalam pengadilan itu. Saudara-saudara, biarlah kita boleh menyadari yang melawan Yesus pada malam hari itu, yang menyalibkan Yesus pada hari itu, yang meludahi Yesus pada hari itu, akan melihat kedatangan Yesus dengan awan-awan. Tetapi ini juga berbicara bahwa semua orang yang tidak mau mempercayai Kristus, semua orang yang tidak mau bertobat, apa pun agamanya, apakah itu juga kekristenan, akan masuk di dalam pengadilan hari itu. Ayat ini juga mengatakan dan bangsa-bangsa di bumi akan meratapi Dia, itu artinya bahwa Kristus pada hari itu akan membalas musuh-musuh-Nya. Ini bukan ratapan pertobatan atau dukacita, tetapi ini adalah ratapan putus asa. Zakaria 12 menyatakan ini adalah seperti seseorang yang kehilangan anak laki-lakinya, anak sulungnya, yang memukul-mukul dada mereka dengan ratapan keputusasaan. Di dalam Wahyu 6 dinyatakan orang-orang yang tidak beriman akan menyembunyikan diri di dalam gua-gua dan celah-celah gunung dan mereka itu meratap, berteriak dengan suara yang nyaring kepada gunung itu dan kepada batu karang itu dan mengatakan, “Runtuhlah menimpa kami. Matikan kami supaya kami tidak melihat murka Anak Domba. Runtuhlah menimpa kami dan matikan kami, supaya kami tidak menghadapi murka Anak Domba itu.” Apa arti sesungguhnya Wahyu 1:7 ini? Seluruh kalimat ini menyatakan Kristus di dalam kemuliaan-Nya akan menghakimi semua umat manusia. Allah di sorga menyatakan kepada kita semua, “Behold… Lihatlah Dia datang dengan awan-awan.” Apa yang diinjak-injak oleh Pilatus itu sekarang diproklamirkan sendiri oleh Allah di sorga. Lihatlah Manusia ini. Lihatlah Manusia ini. Dia datang dengan awan-awan. Seluruh manusia akan melihat Dia dan seluruh bangsa akan meratap karena Dia. Saudara-saudara, perhatikanlah. Di dalam sejarahnya kita, penglihatan Yohanes ini belum terjadi. Mata Yohanes itu menembus waktu, diberikan penglihatan oleh Allah akan sesuatu yang pasti terjadi. Kalau ini ditulis di dalam Kitab Wahyu untuk kita jemaat Tuhan sesungguhnya, apa maksud Tuhan menyatakan kalimat ini kepada kita? Apa maksud Tuhan menyatakan kalimat ini kepada gereja sepanjang masa? Apa maksud Tuhan menyatakan sesuatu hal yang pasti terjadi di depan ini kepada Yohanes? Maka ini adalah suatu desakan, urgensi dari Allah meminta perhatian kita, seakan-akan Allah itu menyatakan berhentilah sebentar. Berhentilah sebentar dan pikirkanlah jam yang dinantikan itu semakin mendekat. Datanglah kemari. Perhatikan. Pikirkan sungguh-sungguh, karena pasti setiap mata akan melihat peristiwa ini. Aku mau pastikan kepadamu jemaat-Ku, matamu pasti akan melihat Dia datang dengan awan-awan. Behold the Man! Ini bukan lagi masalah pilihan atau preferensi. Allah menyatakan ini adalah kebutuhanmu. Kebutuhanmu! Secara tegas Dia menyatakan ini adalah kebutuhan kita. Allah mau menyatakan apakah engkau manusia sadar bahwa kita sedang ditarik oleh Allah dengan kekuatan-Nya yang tidak terlihat tetapi tidak tertahankan untuk menuju kepada titik ini, untuk melihat Kristus datang dengan awan-awan. Perhatikan baik-baik! Saya sungguh-sungguh bergantung kepada Roh Kudus untuk memasukkan kalimat ini ke dalam hati kita. Saat ini Allah sedang dengan kekuatan yang tidak terlihat, tetapi tidak tertahankan menarik semua dari kita dibawa ke hadirat-Nya untuk mendapati diri kita akan didakwa di hadapan Hakim semesta Allah, Anak Domba yang telah tersembelih. Sekali lagi, kalimat ini begitu penting. Ketika saya mendapatkannya, saya sangat-sangat terkejut. Saat ini Allah sedang menarik kita dengan kekuatan yang tidak terlihat, dengan kekuatan yang tidak tertahankan, untuk membawa kita menuju kepada tahta pengadilan itu. Itulah sebabnya maka Yohanes berteriak, “Lihatlah! Dia datang dengan awan-awan.” Kita sedang ditarik oleh Allah menuju kepada titik itu. Mau tidak mau saudara harus melihat Dia! Behold the Man! Ini bukan saja invitation lagi, tetapi ini adalah desakan, suatu urgensi. Saudara dan saya harus menetapkan hal ini. Ini adalah sesuatu yang tidak mungkin terhindarkan dari hidup kita. Suka atau tidak, Allah menyeret seluruh umat manusia ke titik itu! Kita sungguh-sungguh diberikan peringatan oleh Tuhan dari ayat ini. Tetapi sebaliknya, secara paradoks kalimat ini diberikan kepada kita saat kita hidup. Kalimat ini pasti akan terjadi dan kita ditarik menuju kalimat ini. Mau tidak mau akan melihat Dia untuk menghakimi kita. Tetapi ini belum terjadi pada kita saat ini, tetapi pasti akan terjadi. Maka ini adalah kalimat peringatan. Ini adalah kalimat untuk mengantisipasi ke depan. Maka paradoksnya yaitu ini adalah kalimat peringatan yang keras, kalimat hajaran untuk membuat kita sadar. Tetapi ini adalah kalimat cinta untuk membuat saudara bertobat pada hari ini. Kalimat cinta untuk membuat saudara dan saya menyadari hal ini, untuk saudara bisa sungguh-sungguh melihat Manusia ini dan takluk kepada Dia sebelum hari penghakiman yang besar itu terjadi. Yohanes memproklamasikan apa yang dilihatnya. Behold the Lamb of God! Dia mendengarkannya dari Yohanes Pembaptis. Behold the Man! Dia mendengarkannya dari Pilatus. Tetapi sekarang Allah sendiri mengungkapkan tentang Anak-Nya. Lihat Dia, Dia datang dengan awan-awan. Allah sendiri yang memproklamirkan! Itu membuat Yohanes gemetar, membuat Yohanes mau mati. Dia tahu itu adalah satu sumber keselamatan bagi manusia jikalau manusia mau memperhatikan kalimat ini. Maka sekarang dia memproklamirkan kepada seluruh gereja. Behold! Lihatlah Dia akan datang dengan awan-awan. Sekarang saya akan tutup dengan kepastian ini. Perhatikan baik-baik. Yesus datang pertama kali dalam penghinaan, Dia akan kembali dengan kemuliaan. Dia datang pertama kali untuk dibunuh, Dia akan datang kembali untuk membunuh. Dia datang pertama kali untuk melayani, Dia akan datang untuk dilayani. Dia datang pertama kali sebagai hamba yang menderita, Dia akan datang kembali sebagai Raja penakluk. Tantangan yang dibuat di dalam Kitab Wahyu ini bagi setiap manusia adalah supaya setiap manusia bersiap dengan kedatangan-Nya kembali, karena mau tidak mau, setiap manusia yang hidup atau yang mati akan melihat Manusia ini di dalam kemuliaan-Nya. Apakah hati kita mau takluk? Apakah kita mengantisipasi, mempersiapkan diri terhadap kalimat ini yang muncul ketiga kali pada waktu Dia datang untuk kedua kali? Kiranya Tuhan memberikan takut akan Dia dalam hidup kita.
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

28 March 2021
Man of Sorrows (4)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yesaya 53:10

Yesaya 53:10

Kita terus-menerus memikirkan kepala gereja kita, Yesus Kristus. Apa yang sesungguhnya terjadi pada 2000 tahun yang lalu ketika Dia di atas kayu salib. Mengapa ini terjadi? Apa yang menjadi motivasi-Nya? Apa sesungguhnya perlakuan orang-orang kepada Dia? Dan apa sesungguhnya yang Tuhan nyatakan melalui peristiwa ini? Hal-hal seperti ini adalah hal-hal yang harus kita minta pengertian dari Tuhan kita. Kalau tidak, maka kita hanya melihat Yesus sebagai salah satu manusia yang mati di atas kayu salib. Bukankah yang mati di atas kayu salib itu begitu banyak? Setiap orang yang melakukan pemberontakan besar, orang Romawi akan menangkapnya dan dijatuhi hukuman mati di atas kayu salib. Lalu apa bedanya dengan manusia Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib dengan seluruh manusia lain yang mati di atas kayu salib? Kalau Roh Kudus tidak membukakannya kepada kita, maka mata kita akan tertutup. Kalau Roh Kudus tidak membukakan mata kita, maka paling utama, paling puncak, yang kita bisa lakukan hanya menangis seperti perempuan-perempuan Yerusalem yang kasihan kepada Yesus Kristus.

Yesaya adalah seorang yang dipakai oleh Tuhan untuk membukakan sesungguhnya apa yang terjadi pada Yesus dipaku di atas kayu salib. Dalam Yesaya 53 menyatakan penderitaan-Nya, Yesaya menyatakan apa yang menyebabkan penderitaan-Nya yaitu dosa-dosa manusia. Yesaya menyatakan bagaimana Dia bisa menanggung penderitaan sampai mati sedemikian rupa adalah karena Dia diam. Kelembutan hati Yesus Kristus untuk menanggung seluruh kehendak Allah masuk ke kota Yerusalem untuk diadili dan mati di sana. Hari ini, 2000 tahun lebih yang lalu, Yesus mengendarai seekor keledai dari Betania, Betfage masuk ke Yerusalem. Hari ini adalah hari Minggu Palma dan Yesus masuk. Alkitab mengatakan ini adalah perarakan seorang raja. Tetapi ada banyak hal yang unik terjadi di situ. Dia datang tidak mengendarai seekor kuda, Dia datang mengendarai seekor keledai. Tidak ada jenderal, panglima, pemenang perang yang mau dihargai raja dengan keledai. Makin saya melihat Firman, makin saya terpesona. Mengapa Dia, Raja, menggunakan keledai? Mengapa Dia, Juruselamat, mati di atas kayu salib? Mengapa ketika Dia dihina, ribuan orang mencemooh di depan mata mereka seakan-akan Dia seorang penjahat? Ketika Dia dihina, di depan semua orang pada siang hari, tetapi kenapa Dia bangkit pada pagi-pagi benar, semua orang tidak ada yang memperhatikan? Kenapa ketika Juruselamat itu datang, yang pertama kali tahu adalah gembala, yang pada waktu itu tidak punya hak untuk berbicara di depan pengadilan? Kenapa ketika Dia bangkit, saksi mata pertama adalah Maria Magdalena di mana dia itu sebelumnya pernah dirasuki oleh setan?

Siapa yang percaya pada berita yang kami dengar? Siapa yang percaya ini? Makin Saudara membaca Alkitab. Kalau engkau sungguh-sungguh serius, kalau bukan cuma ikut-ikutan, semakin engkau membaca Alkitab, engkau hanya punya dua kemungkinan ini. Ini adalah kebohongan yang paling konyol yang pernah dikatakan oleh manusia, atau ini adalah kebenaran paling menakjubkan di tengah-tengah dunia. Saya tantang Anda, seriuslah, baca Alkitab, jangan ikut-ikutan banyak orang. Lihat Alkitab, maka engkau hanya memiliki dua kemungkinan ini, ini cerita konyol, mana ada satu agama didirikan di tengah-tengah sesuatu yang memalukan. Siapa yang pendiri agamanya berani dipermalukan seperti itu? Beberapa waktu yang lalu kita mendengar ada suatu pengadilan untuk sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya. Di Perancis ada satu guru yang dipenggal kepalanya karena muridnya melaporkan kepada bapaknya yang kemudian memenggal kepala guru itu karena muridnya mengatakan bahwa guru ini menghina pendiri agama mereka. Ketika itu terjadi maka bapaknya tidak bisa terima dan kemudian guru itu dipenggal. Padahal sebenarnya gurunya tidak melakukan, dan anak ini berbohong. Pendiri agama, bukan dia pada hari itu mendapatkan hinaan. Ini sudah ribuan tahun, ada orang yang menghina saja seluruhnya tidak bisa terima. Tetapi Saudara-saudara lihat Yesus Kristus, Dia mendirikan kebenaran Allah ini di tengah-tengah dunia dari penghinaan, dari kematian. Saya minta kepada Saudara-saudara, pikirkan baik-baik peristiwa ini. Pikirkan baik-baik peristiwa ini. Maka engkau hanya ada dua kemungkinan ini. Ini adalah sesuatu cerita konyol buatan manusia, atau ini adalah kebenaran yang mengubah hidup manusia. Dua ribu tahun yang lalu, hari ini, maka Yesus Kristus mengendarai seekor keledai. Kenapa keledai? Karena keledai adalah satu binatang yang dianggap paling bodoh. Orang yang mau melakukan kehendak Allah, orang yang taat pada Allah sepenuhnya, akan dilihat oleh dunia ini sebagai orang paling bodoh yang pernah hidup. Yesus masuk ke kota Yerusalem, semua orang berpikir ini akan menggulingkan pemerintahan Roma pada waktu itu, dan murid-murid-Nya bahkan menyoraki Dia. Murid-murid-Nya senang berjalan di sebelah kiri dan kanan keledai itu. Semua murid-Nya berpikir inilah saatnya Yesus akan mengokohkan kerajaan-Nya di Sion. Tetapi sebenarnya yang Yesus tuju adalah satu. Dia masuk ke kota itu untuk mati. Saya berimajinasi, setiap langkah dari keledai itu, maka sebenarnya Yesus mendekati kematian, salib, salib, salib. Semua orang berpikir raja, raja, raja. Kenapa Dia bisa lakukan itu? Karena lembut hati. Sehingga di titik tengah pekerjaan penebusan Allah yang besar, yang hebat di dunia ini, Saudara akan menemukan Juruselamat yang diam. Semua itu sudah dikatakan oleh Yesaya dalam Yesaya 53.

Yesaya 53 sebenarnya sangat luas, sangat dalam. Kalau Saudara-saudara mau untuk masuk di dalam kedalamannya yang tidak terduga, maka Saudara bisa membaca dari salah satu orang Puritan, James Durham. Eksposisi Yesaya 53, hanya 12 ayat itu ditulis dalam lembar yang besar 800 lebih halaman. Saya tidak mungkin akan bisa mengungkapkan seluruhnya. Tetapi di dalam 4 kali khotbah seri Yesaya 53, dan seri ini ini saya akan membawa Saudara ke dalam ayat 10 saja. Ayat 10 adalah bicara mengenai buah atau efek dari kematian Kristus. Tetapi sebelumnya mari kita perhatikan ada dua kalimat yang unik luar biasa. Perhatikan dua kalimat ini “Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia”, yang kedua adalah “Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah.Dua kalimat ini “Tuhan berkehendak”, berarti ada kehendak Allah dan “Apabila ia menyerahkan dirinya”, berarti ada kerelaan Kristus. Perhatikan dua hal ini, ada kehendak Allah, ada kerelaan Kristus. Ini berbicara mengenai satu doktrin Kristen yang penting sekali bernama Covenant of Redemption. Kristus tidak pernah harus, wajib, untuk menyelesaikan dosa kita, Kristus tidak pernah terdesak harus mati di atas kayu salib karena dosa manusia. Apa yang menyebabkan Kristus mau mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia? Apa yang mendorong Kristus Yesus naik ke atas kayu salib? Bukan dosa yang mendorong Dia, bukan dosa yang mendorong Dia sehingga mau tidak mau Dia harus mati seperti itu. Bukan! Kristus tidak harus menjalani jalan salib untuk membereskan dosa. Sekali lagi, dosa bukanlah yang mendorong Yesus ke salib. Ya benar, dosa hanya bisa diselesaikan melalui penebusan Yesus di atas kayu salib, tetapi tidak berarti Kristus harus ke salib karena dosa kita. Sekali lagi bahwa dosa tidak pernah bisa menjadi pendorong Kristus naik ke atas kayu salib. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan apapun saja selain dengan salib Kristus. Tetapi Kristus yang adalah Allah oknum kedua Tritunggal, Dia mau datang ke dunia, mengenakan tubuh untuk menjadi mediator antara Allah dan manusia, dan mati di atas kayu salib. Seluruh tindakan Kristus itu tidak didorong oleh dosa manusia. Lalu kalau itu tidak didorong oleh dosa manusia, apa yang mendorong Kristus bertindak? Maka jawabannya adalah karena ketaatan-Nya kepada Bapa di surga. Dan dasar ketaatan-Nya adalah karena adanya Covenant of Redemption antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Penderitaan Kristus adalah hasil dari Covenant of Redemption yang dibuat oleh Allah Tritunggal di dalam kekekalan. Allah berkehendak, dan Kristus rela untuk dihancurkan. Keselamatan kita bergantung pada Covenant of Redemption ini. Dan di dalam Covenant of Redemption, Bapa adalah satu Pribadi yang mana kita berhutang kepada Dia. Kita sering sekali salah mengerti, Yesus mati di atas kayu salib membayar hutang kita terhadap setan, kita tidak pernah hutang pada setan. Kita berhutang kepada Allah, berhutang kemuliaan kepada Allah. Bapa di surga adalah satu pihak di mana kita, manusia berdosa berhutang kepada Dia. Bapa di surga adalah originator daripada the Covenant of Redemption. Allah Anak yaitu Yesus Kristus, Dia adalah penjamin penebusan ini. Dia adalah penjamin rencana kekal Covenant of Redemption terjadi di bumi ini. Dari pekerjaan-Nya maka seluruh Covenant of Redemption yang dihasilkan ini, Dia, pribadi-Nya, menjamin bahwa manusia memiliki tempat di hadapan Allah kembali. Dan Roh Kuduslah yang mengaplikasikan pekerjaan Kristus 2000 tahun yang lalu kepada kita, pribadi lepas pribadi. Mengerti hal ini. Yesaya membuka kepada kita sesuatu yang ada di balik langit. Apa yang sebenarnya terjadi di atas kayu salib adalah perwujudan dari Covenant of Redemption di dalam Allah Tritunggal di dalam kekekalan, sekarang dinyatakan di dalam time and space. Ini bukan bicara mengenai hukum sebab akibat di dalam diri manusia. Ya, dosa itu terjadi dan begitu banyak akibatnya, tetapi untuk menyelesaikan hal ini tidak bisa dari bumi. Engkau tidak bisa menyelesaikan dosamu, implikasinya dan seluruh hasilnya dari dirimu sendiri. Engkau dan saya harus mengerti bobot dosa, begitu dalam, tidak ada satu jenderal yang bisa membereskan dosa kita. Tidak ada satu pendidikan yang bisa membereskan dosa kita. Engkau tidak bisa pergi ke universitas yang paling baik pun, kemudian dosamu beres. Tidak ada satu pendiri agama dari agama apapun saja yang membereskan dosa. Kekristenan jauh melebihi daripada agama. Kekristenan adalah bicara berkenaan dengan Allah Tritunggal yang memiliki rencana yang dinyatakan di dalam time and space. Mengerti hal ini, maka kita mengerti bahwa misi Yesus tidak diberikan pada waktu Dia hadir di dunia ini, tetapi dari dalam kekekalan.

Banyak aspek yang sebenarnya kita bisa bicara berkenaan dengan Covenant of Redemption. Hari ini saya tidak memfokuskan pada pelajaran ini, tetapi kita harus mengerti Yesaya itu menyatakan adalah Allah berkehendak meremukkan Dia dan Yesus Kristus rela menyerahkan diri-Nya. Perhatikan, Allah berkehendak, dan Anak menyerahkan diri-Nya secara voluntary and independently. Ini adalah ketaatan Anak kepada Covenant of Redemption yang sudah dibuat Allah Tritunggal di dalam kekekalan.

Sekarang kita akan masuk ke dalam tiga kalimat yang ada di dalam ayat 10 di bawahnya. Ketika Kristus menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah, apa yang akan menjadi buahnya? Ayat yang ke-10 menyatakan 3 kalimat ini. Pertama, Ia akan melihat keturunan-Nya. Ini adalah bicara berkenaan dengan relasi antara kematian Kristus dengan banyak umat manusia. Yang kedua adalah kematian Kristus dan efeknya terhadap diri-Nya. Di sini dikatakan umur-Nya akan lanjut. Dan yang ke-3 adalah relasi antara kematian Kristus dan kehendak kekal Allah di bumi ini. Dalam bahasa Indonesia dikatakan kehendak TUHAN akan terlaksana oleh-Nya. Kita akan melihat satu-persatu apa buah dari kematian Kristus.

Yang pertama di dalam relasinya dengan seluruh umat manusia. Di sini dikatakan “Kalau Dia menyerahkan diri-Nya untuk diremukkan oleh Allah, maka Ia akan melihat keturunan-Nya”. Artinya adalah Dia akan mendapatkan banyak keturunan, banyak benih sesudahnya. Kalau Saudara studi kata dan melihat komentari-komentari, maka ini berbicara tentang banyaknya orang yang akan mendapat hidup yang kekal karena Mesias yang diremukkan ini. Di sini dicatat sesuatu yang unik atau “aneh”. Manusia dengan penderitaan menuju kematian tidak lagi memiliki kapasitas untuk memperbanyak keturunan. Tetapi di sini dicatat bahwa penderitaan dan kematian Kristus akan membangkitkan begitu banyak keturunan. Apa yang ditulis oleh Yesaya ini sungguh akan tersembunyi bagi kita. Sampai Roh Kudus memberikan kepada kita pengertian, Yesus ternyata pernah mengatakan hal ini. Ketika Dia berbicara, mengajarkan para muridnya berkenaan dengan salib. Dia mengatakan di dalam Yohanes 12:24 seperti ini “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Ayat ini ada di dalam satu perikop berkenaan dengan Yesus beberapa kali di dalam ayat tersebut menegaskan mengenai Dia yang akan mati di atas kayu salib. Dan melalui kematian-Nya, Dia akan mempermuliakan Bapa di surga. Tetapi selain itu ada satu bagian ayat ini yang sering sekali kita tidak mengerti artinya. Sebenarnya ini adalah sesuatu elaborasi dari kalimat Yesaya 53 ini, “Apabila Ia menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah, Ia akan melihat keturunan-Nya.“ Perhatikan satu kebenaran penting ini. Kematian Kristus adalah kematian yang menghidupkan. Kematian Kristus adalah kematian yang membangkitkan generasi demi generasi untuk kekekalan, untuk Kerajaan Allah. Kalau Dia mau melihat keturunan-Nya ada memiliki tempat di dalam kekekalan, dan di dunia ini berjalan untuk kemuliaan Allah, untuk membangkitkan generasi seperti ini, untuk membangkitkan gereja yang sejati, maka biji gandum itu harus mati. Kematian Kristus adalah kematian yang menghidupkan.

Hal yang kedua. Efek dari kematian Kristus itu apa? Allah berkehendak meremukkan Dia dengan kesakitan. Apabila Ia menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah, umur-Nya akan lanjut. Ini adalah satu paradoks yang besar karena hari-hari manusia akan diperpendek oleh penderitaan dan kematian. Tetapi di sini dikatakan “Dia diremukkan, hasilnya, umur Dia akan lanjut”. Perhatikan, ada satu doktrin yang penting di sini, yaitu kematian Kristus adalah jaminan kebangkitan-Nya. Kematian Kristus adalah jaminan kebangkitan-Nya. Karena di dalam kematian Kristus itu ada kuasa. John Owen mengatakan di dalam satu bukunya kalimat yang menyimpulkan kematian Kristus, luar biasa. Kalimatnya adalah “Kematian yang mematikan kematian.” Kematian Kristus adalah kematian yang mematikan kuasa kematian. Luar biasa sekali. Owen masuk ke dalam titik pusat daripada pekerjaan Kristus. Ini adalah satu pengharapan manusia yang seluruhnya mati, dan ini adalah rahasia kehidupan rohani kita. Oswald Chambers mengatakan “Hai para pengkhotbah, pastikan engkau memberitakan berkali-kali mengenai tragedi salib. Maka engkau akan melihat ada kuasa yang keluar dari padanya. Jangan sering-sering engkau merenungkan hasil dari salib, tetapi renungkan tragedi salib.” Hasil salib itu apa? Masuk ke surga, kesembuhan, kita diterima oleh Allah, bahkan bicara berkenaan dengan justification, sanctification. Iya, kita boleh membicarakan ini, tetapi jangan menjadi titik fokus, dan jangan pernah berkali-kali melakukan hal ini. Karena kuasa itu inherent ada di dalam kesatuan dengan kematian Kristus. Kabarkan kuasa itu, kabarkan kematian itu, kuasa Kristus. Kita tidak dipanggil hanya untuk berbicara mengenai hasil kematian Kristus, tetapi inti berita yang harus berkali-kali adalah tragedi, tragedi kematian itu sendiri karena di dalamnya adalah kuasa kebangkitan. Itulah sebabnya saya makin menyadari kenapa Tuhan memberikan kepada kita salib sebagai lambang gereja sepanjang masa. Salah satunya adalah Tuhan mau mengajarkan kepada kita kuasa-Ku tidak diberikan di luar salib. Engkau lihat salib, engkau menerima salib, engkau berjalan di dalam salib, engkau menemukan salib Kristus, maka kehidupan kebangkitan dengan sendirinya terjadi. Ini bukan dua peristiwa yang terpisah. Ini adalah satu kesatuan dan titik beratnya adalah salib. Kematian Kristus sendiri adalah jaminan kebangkitan-Nya. Kalau Dia rela untuk diremukkan, Dia akan melihat keturunan-Nya, Dia rela diremukkan, hidup-Nya akan terus. Di dalam Alkitab, pembahasan mengenai tragedi salib menempati tempat yang jauh lebih banyak daripada kebangkitan. Tentu kita mengerti bahwa tanpa kebangkitan maka orang yang dipaku di atas kayu salib itu sia-sia dan kasihan, tidak ada gunanya. Tetapi Alkitab ini uniknya menekankan, masuk ke dalam kehidupan salib dengan sendirinya maka kebangkitan itu ada, karena kuasa kebangkitan ada di dalam kematian-Nya. Kematian yang di dalamnya memiliki kuasa untuk mematikan kematian yang lain.

Kemarin di Persekutuan Pemuda, kita menonton film The Passion of the Christ. Satu film yang sangat baik dan juga disetujui oleh seluruh teolog Kristen maupun Katolik. Saya sendiri sangat-sangat terperangah ketika film ini dibuat dengan titik berat yang luar biasa tepat. Sepanjang 2 jam 5 menit melihat tragedi salib. Hanya di dalam beberapa detik atau 1-2 menit terakhir, Saudara akan melihat Yesus bangkit dan kemudian selesai. Kita suka untuk hidup di dalam kemenangan tetapi kita salah, karena sumber kemenangan itu bukan di dalam kita, Yesus bangkit, Yesus bangkit, kita rayakan. Tidak, sumber kemenangan itu adalah tragedi salib. Kematian Kristus adalah satu-satunya kematian yang berguna di dunia ini, kematian Kristus adalah satu-satunya kematian yang mulia di dunia ini. Semua kematian tidaklah berguna, semua kematian adalah kekalahan kita. Semua kematian membuat seluruh hidup kita sia-sia. Salomo di dalam kitab Pengkhotbah dengan jelas menyatakannya secara panjang lebar. Satu kata yang diulang berkali-kali adalah bicara mengenai sia-sia padahal ia adalah orang yang paling kaya, dia adalah orang yang paling berhasil. Tetapi dari mulutnya dia berkali-kali mengeluarkan apa yang menjadi isi hatinya, sia-sia. Di dalam kalimat-kalimat pertamanya dia mengatakan, mataharinya sama, tanahnya sama, air yang kita minum sama sejak zaman Adam dan Hawa. Angin, udara yang kita hirup dan kemudian kita keluarkan lagi itu sama dan berputar terus. Tapi satu generasi datang dan satu generasi hilang demikian seterusnya. Generasi yang sesudahnya tidak mengenal generasi yang sebelumnya, kematian itu membuat semuanya sia-sia. Sebagai seorang pendeta, saya sering sekali dealing dengan kuburan. Rumah duka, kuburan, dan itu kalau terjadi tidak ada yang ada appointment sebelumnya. Kalau orang mau menikah, “Pak, minta diberkati ya.” Lalu kemudian saya tanya, “Kapan mau menikahnya?” “8 bulan lagi, 1 tahun lagi”, sudah di-set tanggalnya. Tapi kalau orang meninggal tidak ada yang janjian. Tiba-tiba ditelpon saja, “Ini papa saya meninggal” kemudian kami harus datang secepatnya. Saya pergi ke rumah duka yang sama, puluhan orang sudah pergi, sudah mati di sana. Ada upacara kematian di sana. Manusia begitu hina karena kematian. Rumah duka itu berdiri kokoh puluhan tahun dan orang-orang yang mati di sana satu per satu, rumahnya tetap berdiri. Kursi yang Saudara duduki bisa beberapa puluh tahun. Mungkin kita sudah tidak ada lagi. Gedung ini bisa puluhan mungkin ratusan tahun dan kita datang di sini, ada generasi kemudian yang tidak mengenal kita. Kalau engkau membeli rumah, saya tanya kepadamu apakah engkau mengenal pemilik sebelumnya atau pemilik-pemilik sebelumnya? Saya berani jamin, rumah yang kita tempati sekarang beberapa puluh tahun kemudian akan ada orang yang tidak mengenal kita pernah tinggal di sini. Kematian memalukan kita, kematian membuat kita sia-sia. Apapun yang kita kerjakan, apapun keberhasilannya, sia-sia. Tetapi ada satu kematian yang membuat kesia-siaan kematian itu dihancurkan, yaitu kematian Kristus Yesus yang diremukkan oleh Bapa di surga. Kematian Kristus adalah satu-satunya kematian yang diperlukan dunia ini. Karena dengan kematian Kristus maka kematian-Nya akan memiliki kuasa kebangkitan yang membangkitkan kita dari kematian. Diremukkannya Kristus, dimatikannya Kristus, pada saat yang sama, itu adalah kepastian kemenangan kemuliaan dan kebangkitan-Nya. Dan itulah berkat yang Tuhan berikan kepada engkau dan saya, jikalau engkau ada di dalam Kristus Yesus yang mati dan yang bangkit. Kalau Dia diremukkan, Ia akan melihat, keturunan-Nya. Kalau Dia diremukkan, maka umur-Nya akan lanjut.

Sekarang yang ketiga, kalau Dia diremukkan, maka kehendak Tuhan akan terlaksana oleh-Nya. Di dalam bahasa aslinya ada sesuatu yang indah, yaitu kesukaan pada diri-Nya Allah, atau perkenanan Allah akan berlimpah-limpah terjadi di dalam tangan-Nya, di dalam pekerjaan yang Kristus lakukan ini. Kehendak Tuhan akan terlaksana oleh-Nya.The pleasure of the LORD shall prosper in His hand. Apa itu? Kalimat ini sebenarnya memiliki multi dimensi dan saya hanya akan membahas mengenai tiga hal yang penting saja:

Yang pertama adalah adanya perkenanan Allah, jadi Kristus yang rela diremukkan, atau Kristus yang diremukkan, kondisi ini sendiri adalah kondisi yang disukakan Allah, Allah berkenan. Satu-satunya kematian yang dikehendaki Allah, dikehendaki Bapa adalah kematian Yesus Kristus. Kematian kita bukanlah kematian yang merupakan kehendak Allah. Kadang kita tidak mengerti sesungguhnya apa yang terjadi dan apa yang ada di dalam isi hati Tuhan. Kita berpikir orang mati ya sudah, biasa semua orang mati. Orang mati sebenarnya adalah sesuatu yang aneh di hadapan mata Allah. Sampai-sampai kita melihat orang yang sudah tua mati kita tidak ada rasa sedih tapi kalau orang muda mati kita ada rasa sedih, padahal dua-dua itu sebenarnya adalah tragedi dalam kehidupan. Kematian kita bukanlah kematian yang dikehendaki oleh Allah. Allah menghendaki kita berada di dalam hidup tetapi dosa telah masuk. Upah dosa adalah kematian, kematian manusia adalah karena dosa, bukan karena kehendak Allah. Tetapi satu-satunya kematian, yang merupakan kehendak Allah yang kekal, adalah kematian Yesus Kristus. Kematian Kristus bukan karena Dia berdosa, kematian Kristus terjadi karena kehendak Allah mengirim Dia ke dalam dunia untuk ditimpakan dosa kita semua. Ini adalah satu-satunya kematian yang dihendaki Allah itulah sebabnya Alkitab mengatakan kalau Dia berkehendak untuk meremukkan Dia dengan kesakitan. Dan ketika itu terjadi, Allah berkenan. Kehendak Tuhan terlaksana oleh-Nya.

Dimensi yang kedua adalah salib Kristus akan menghasilkan kemuliaan bagi Bapa. Kematian-Nya adalah bentuk ketaatan-Nya yang terpuncak, akan membawa kemuliaan kepada Allah. Di dalam Yohanes 12:28, ketika Yesus memikirkan salib dari jauh, Dia berkata, “Jiwa-Ku terharu apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang”. Lalu Yesus berseru, “Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Inilah isi hati Yesus Kristus, untuk memuliakan Bapa di surga. Perhatikan satu prinsip kebenaran penting ini dan jangan pernah dilupakan di dalam hidup kita. Satu-satunya jalan untuk mempermuliakan Bapa di surga adalah jalan ketaatan sampai mati di atas kayu salib. Kita tidak dapat mempermuliakan Allah kecuali melalui jalan ketaatan, jalan salib yang Tuhan berikan kepada kita. Bagi kita semua orang-orang yang dilahirbarukan, pasti di dalam hati kita, kita menginginkan satu kehidupan untuk mempermuliakan Allah. Di mana-mana kita ingin untuk dipakai oleh Allah, ingin untuk mempermuliakan Allah. Kalau saya tanya kepada Saudara-saudara, anak Saudara, hidupnya itu untuk apa? Saudara-saudara pasti akan berkata, untuk dipakai oleh Allah, untuk mempermuliakan Allah. Tetapi apakah kita sadar bahwa arti di dalam Alkitab ketika bicara hidup untuk mempermuliakan Allah? Itu artinya adalah bicara mengenai salib? Kita sering sekali menginginkan anak kita dipakai mempermuliakan Allah, tetapi begitu kita melihat anak kita pikul salib, kita langsung meminta salib itu dicopot dari bahunya. Alkitab dengan jelas menyatakan, hanya salib di mana seluruh kehendak Allah terjadi. Dan itu mempermuliakan nama Tuhan. Suatu hari ketika selesai dari perjamuan akhir, Yesus menuju ke taman Getsemani, dan di tengah-tengah itu sangat mungkin di depan atau dekat tembok luar Yerusalem maka Yesus berdiri, berhenti dan kemudian Dia menengadah ke langit, kemudian Dia berdoa. Yohanes 17 itu menuliskan isi doa. Saudara perhatikan, Yesus berdoa itu sering sekali, tetapi, doa Yesus itu isinya apa, secara panjang lebar hanya Yohanes 17 yang menuliskannya. Saya sangat hancur hati saya ketika saya membaca orang Puritan, dia menuliskan Roh Kudus tidak membiarkan kalimat Yesus itu tidak diketahui oleh gereja-Nya sepanjang abad. Yesus doa sering, tapi jarang sekali ada tulisan, tapi di sini dituliskan panjang lebar itu. Roh Kudus tidak membiarkan satu kalimatpun hilang dari kita. Kemudian Yesus menengadah ke langit dan berkata “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau”. The hour has come, waktunya telah tiba, tidak ada yang tahu mengenai hal ini. Murid-murid-Nya tidak tahu, karena ini adalah sesuatu pembicaraan antara Bapa dengan Anak di dalam kekekalan. Ini adalah covenant of redemption. Murid-murid-Nya tidak tahu, bahwa di dalam kekekalan, Bapa dan Anak dan Roh Kudus sudah sama-sama berjanji untuk membereskan dosa umat manusia. Untuk mendatangkan kembali kemuliaan kepada Bapa. Untuk anak-anak murka, sekarang menjadi anak-anak kesayangan. Maka kehendak Allah itu terjadi kepada kita di bumi ini. Yesus Kristus di depan tembok Yerusalem itu menengadah ke langit dan berkata, Bapa ini saatnya. Saat apa Yesus? Saat Bapa mempermuliakan Anak, Anak mempermuliakan Bapa. Kapan? Ayo Engkau mau dipermuliakan, ayo pergi ke tempat singgasana. Tidak, ternyata itu semua adalah bicara mengenai salib. Tidak ada kemuliaan bagi Allah di surga (kecuali) melalui obedience, ketaatan, yaitu memikul salib yang Tuhan berikan kepada kita. Sekali lagi gereja sepanjang masa di dalam kedaulatan Tuhan, simbolnya adalah salib dan kita berkumpul di sini itu, menghadap daripada salib. Maka ini adalah komunitas yang dibentuk oleh Allah, dipimpin oleh Yesus Kristus, komunitas di dalam ketaatan. Jangan pernah Saudara-saudara pergi ke gereja lalu kemudian hidup sesuka-sukanya. Setiap Minggu, Saudara dan saya memandang salib, kita dibentuk dalam sebuah komunitas untuk bergerak di dalam ketaatan bagi kemuliaan Allah. Ya, itu sulit, iya itu menyayat hati, tetapi Roh Kudus akan memberikan sukacita di dalam hidup kita. Dan bagi anak-anak Tuhan yang sejati Engkau dan saya akan menemukan satu kenyataan hidup ini, tidak ada kepenuhan. Tidak ada kesukacitaan, kecuali Saudara dan saya melakukan kehendak Allah dalam hidup, itu adalah destiny kita.

Hal yang ketiga, di sini dikatakan bahwa perkenanan Allah akan berlimpah-limpah terjadi di dalam tangan-Nya, di dalam pekerjaan yang Kristus lakukan. Poin yang ketiga adalah pekerjaan Kristus menjamin Kerajaan Allah berkembang di seluruh muka bumi kembali. Ini adalah penjelasan dari perspektif sejarah. Di atas kayu salib, Yesus Kristus mengatakan “Tetelestai,” sudah selesai, sudah genap. Apa artinya? Maka Charles Spurgeon mengatakan jikalau seluruh pengkhotbah sepanjang jaman mengkhotbahkan apa itu tetelestai, tidak akan pernah bisa menjelaskan secara lengkap apa yang sudah digenapi oleh Yesus Kristus. Karena Kristus sudah menggenapkan segala sesuatunya. Kristus Yesus sudah menggenapkan menjadi Nabi di atas segala nabi. Menggenapkan menjadi Raja sehingga disebut Raja di atas segala raja. Menggenapkan apa itu Imam sehingga Dia disebut Imam di atas segala imam. Menggenapkan setiap titik, setiap nokta, setiap iota Alkitab, Firman. Dia menggenapkan seluruh tuntutan Perjanjian Lama. Seluruh nubuatan nabi-nabi di Perjanjian Lama digenapi oleh Dia. Seluruh tuntutan kebenaran Allah digenapi oleh Dia. Dan banyak lagi dan tidak mungkin terkatakan oleh seluruh mulut pengkhotbah seluruh dunia yang pernah hidup. Dan di dalam poin yang ketiga, saya hanya akan bicara satu hal yang sederhana saja, yaitu Dia menggenapi kerajaan Allah itu terjamin berkembang ke seluruh muka bumi kembali. Ini adalah isi hati Allah dari sejak pertama. Kerajaan Allah yang berkembang di bumi. Sehingga Dia menciptakan Adam dan Hawa, diciptakan menurut peta dan teladan-Nya, dan dikatakan bahwa dari Eden ini beranak cucu bertambah banyak penuhi bumi dan taklukkan itu. Dia adalah image of God, dan Eden adalah satu gambaran kehendak Allah yang jadi 100% di muka bumi. Keadaan dan kondisi 100% kehendak Allah jadi di muka bumi disebut sebagai Kingdom of God. Dari Eden maka Tuhan menginginkan manusia menyebar ke seluruh bumi, ke setiap titik muka bumi ini melakukan kehendak Allah, Kerajaan Allah datang. Tetapi dosa masuk, Adam gagal, kerajaan Allah terhambat menyebar ke seluruh muka bumi itulah sebabnya Adam yang kedua dibangkitkan yaitu Yesus Kristus. Adam di taman Eden memberontak kepada Allah, Yesus di taman Getsemani ini mutlak taat kepada Allah sampai ke atas kayu salib. Dan satu-satunya pribadi, yang percaya mutlak kepada Allah, yang melakukan seluruh kehendak Allah, yang mengatakan tetelestai, yang menjadi jaminan kehendak Allah digenapi semuanya, menjadi jaminan Kerajaan Allah hadir, itu adalah manusia Yesus Kristus. Daripada-Nya, maka seluruh kehendak Allah sekarang jadi di muka bumi, Kerajaan Allah perlahan demi perlahan akan menyebar sampai seluruh muka bumi. Itulah sebabnya Yesaya 53:10 di sini mengatakan kalau Dia rela untuk diremukkan, maka kehendak Tuhan akan terlaksana oleh-Nya. Allah akan bersukacita, Allah berkenan, dan semua pekerjaan Allah akan berlimpah-limpah terjadi karena tangan Kristus yang diremukkan. Yesus Kristus bukan saja menjamin kita mendapatkan bagian di dalam kerajaan-Nya di surga, Kerajaan Allah di surga. Tetapi Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib adalah menjamin seluruh kehendak Allah jadi di muka bumi. Dan Dia membangkitkan Saudara dan saya, melahirbarukan Saudara dan saya, membuat kita mendekat kepada Dia untuk mengenal Dia. Sehingga kita bisa bersama-sama dengan satu jemaat mengatakan, Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Karena pekerjaan tangan-Nya, maka Allah disukakan, karena seluruh pekerjaan Allah jadi di muka bumi, kehendak Tuhan akan terlaksana oleh-Nya. Mari kita membuka ayat ini kembali dan mari kita membacanya.


Yesaya 53:1-7
 
 

Yohanes 19:1-6
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

21 March 2021
Man of Sorrows (3)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yesaya 53:1-7

Yesaya 53:1-7

Yesaya pasal 7 menubuatkan tentang Juruselamat yang akan datang. Siapa Juruselamat yang akan datang? Yang dijanjikan oleh Allah. Yang akan membuat seluruh bukit-bukit bergoyang. Yang membuat seluruh tangan bertepuk. Yang membuat sesuatu kegirangan di tengah-tengah umat manusia. Yang menaklukkan raja demi raja. Yang akan menjadi Raja di atas segala raja langit dan bumi. Maka seluruh orang Yahudi menunggu Mesias itu. Tetapi ketika Mesias datang, semuanya terperangah. Mereka seluruhnya terkejut, tidak menduga. Mereka tidak bisa mempercayai orang ini adalah Mesias. Yesaya di pasal 53 mengajarkan kita untuk tidak melihat manusia dari lapisan luarnya. Alkitab mengatakan bahwa memang Dia seperti taruk yang tumbuh di hadapan Tuhan dari tanah yang kering. Ia tidak tampan dan tidak ada semarak yang membuat kita mendekat kepada Dia. Ia dihina dan dihindari orang. Orang yang penuh dengan kesengsaraan. Mengapa ada orang yang penuh dengan kesengsaraan? Dikatakan orang ini akan menaklukkan seluruh raja-raja dunia. Kita sering sekali menganggap remeh tentang musuh kita. Kita tidak tahu sebenarnya siapa yang kita hadapi. Allah mengetahui siapa yang seharusnya, yang sesungguhnya, kita hadapi. Bukan jenderal, panglima atau raja-raja. Siapa sesungguhnya musuh Israel? Bukan Babel, bukan Asyur, bukan Mesir. Tetapi Allah sendiri. Allah yang suci menjadi musuh umat Tuhan. Allah murka kepada manusia yang berdosa kepada Dia. Masalah manusia terutama adalah Allah. Masalah saudara dan saya bukan keuangan, kematian, bukan disalahmengertikan oleh orang-orang, apalagi uang. Itu bukan masalah sama sekali. Masalah saudara dan saya adalah Allah yang tidak berkenan dalam hidup kita. Lawan kita bukan jendral, bukan orang kuat. Jikalau orang kuat melawan kita, kita gemetar. Kalau ada orang memakai senjata melawan kita, kita gemetar.

Allah mau menyatakan bahwa bukan mereka, tetapi Aku yang melawan engkau. Ada sesuatu di dalam dirimu yang sungguh-sungguh mendukakan Allah. Apa itu? Itu adalah dosa. Masalah kita bukan segala sesuatu di lapisan fenomena. Dalam masa di dalam Yesaya adalah Babel. Tetapi bukan itu. Itu adalah dosa. Dosa yang ada di dalam isi hati kita yang membangkitkan murka Allah. Maka Juruselamat kita adalah Juruselamat yang menyelamatkan kita dari kuasa dan upah dosa. Jikalau Babel hilang dari Israel, masalah mereka tetap akan sama karena dosa tetap sama. Banyak sekali suami istri cekcok karena masalah kurang uang. Kalau saudara konseling kepada kami, sebagai hamba Tuhan, kami selalu akan menyadarkan masalahnya bukan kurang uang. Masalahnya itu, siapa allahnya di dalam hati saudara? Kalau saudara berpikir masalahnya kurang uang, lalu jika saudara mendapatkan uang, apakah konflik akan mengecil? Tetapi sebenarnya isi hati kita tetap sama. Tinggal tunggu waktunya, dengan bentuk yang lain, dosa ini muncul di permukaan. Konflik itu akan terjadi, bahkan lebih besar. Banyak orang Kristen tidak mengerti prinsip ini. Biarlah kita, saudara dan saya, belajar prinsip ini. Kalau ada suatu perbantahan yang sengit di dalam keluarga, dan saudara pikir, “Oh, sudah beres, tidak perlu konseling, tidak perlu apa-apa, sudah beres kok keluarga saya.” Belum beres, sampai dosa itu dimatikan, Sampai kita mengaku dosa itu dan minta tolong kepada Tuhan di dalam area itu. Kita selalu berpikir secara fenomena. Israel berpikir, ya masalahnya Asyur, masalahnya Mesir, masalahnya Babel. Tuhan mengatakan, “Tidak! Ada yang lebih dalam. Aku memberikan Juruselamat bukan untuk mengatasi mereka. Suatu hari maka engkau, umat-Ku, akan ditinggikan melampaui mereka. Ya, tetapi masalah utamanya bukan mereka. Masalahnya adalah dosa. Dosa membuat Allah murka. Allah akan memurkai dan menghancurkan engkau, bukan Babel. Aku akan menghancurkan engkau. Maka Juruselamat ini harus ada di antara engkau dan Aku. Menjadi mediator, orang yang ada di tengah-tengah, yang Aku akan remukkan karena dosamu.”

Seluruhnya akan tertutup oleh Israel dan oleh kita kalau Yesaya tidak membukakannya kepada kita. Siapa yang percaya berita yang kami dengar? Mereka menunggu-nunggu Juruselamat, tetapi Juruselamat yang datang adalah Juruselamat yang ada di atas kayu salib. Ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak masuk dalam akal. Kita juga tidak mungkin akan mengerti salib Kristus kalau Yesaya tidak menyatakannya kepada kita apa artinya. Karena orang yang ada di atas kayu salib itu ratusan. Apa bedanya orang ini dengan orang-orang yang lain? Yesaya 53 memberikan kepada kita dimensi-dimensi salib ini. Kalau Roh Kudus tidak membukakan dimensi-dimensi salib ini kepada kita, maka kita persis seperti orang Yahudi ini mengatakan, “Oh, Dia itu dikutuk oleh Allah.” Tetapi kalau Roh Kudus membukakannya, sama seperti Yesaya dia akan mengatakan, “Sesungguhnya Dia tertikam karena aku.” Kemarin ketika di dalam Persekutuan Doa, maka saya berkhotbah berkenaan dengan dimensi-dimensi salib. Perhatikan baik-baik, salah satu tanda orang-orang yang sejati yang menerima keselamatan dari Tuhannya adalah semakin tahun dia berjalan, dia semakin remuk oleh dimensi-dimensi salib yang dibukakan kepadanya. Seorang yang sungguh-sungguh anak Tuhan, Roh Kudus akan membawa kita kepada pengertian Firman dari tahun ke tahun yang bertumbuh. Kemudian kita dibukakan dimensi-dimensi salib yang sebelumnya, bahkan yang kita tidak pernah duga ketika dibukakan itu meremukkan hati kita. Karena iman bertumbuh, iman bergerak progresif. Tetapi ada iman yang mati. Mati, cuma begitu saja. Dia tahu Yesus Kristus mati di kayu salib, selesai.

Perhatikan apa yang terjadi dalam Yesaya 53. Ada orang yang melihat salib Yesus Kristus, dan dia berkata, “Ya, memang ini orang yang dikutuk oleh Tuhan, orang ini tidak ada gunanya, orang ini orang yang hina, aku memandangnya pun tidak mau.” Perhatikan sekali lagi yang diperhatikan orang ini. Orang ini menganalisa apapun saja hanya sampai kepada fenomena. Padahal Yesaya mengatakan, “Sesungguhnya bukan Dia yang dikutuk Allah, kita yang dikutuk!” Berarti ada sesuatu dimensi yang dibuka. Karena itu belum dibuka, dia akan memikirkan orang ini yang salah. Lapisan yang lain adalah orang yang melihat Yesus tersalib seperti perempuan-perempuan, kemudian menangis. Menangis karena Yesus dilukai. Menangis karena Yesus disalah mengerti. Menangis karena pengadilan tidak adil. Mereka tahu ini orang baik. Dia bukan penjahat, tetapi harus diseret, dipaku di atas kayu salib. Mereka menangis. Ada simpati. Tetapi Yesus Kristus mengatakan kepada perempuan-perempuan ini, “Jangan kamu menangis karena Aku. Tidak perlu menangis karena Aku. Kalau kamu mau menangis, menangislah untuk dirimu dan anak-anakmu.” Saudara-saudara, orang-orang seperti ini, ketika mendengar khotbah seperti ini, kemudian menangis, “Aduh, kasihan ya Yesusnya.” Lapisan kedua ini sama sekali tidak masuk ke dalam nomena/hakekatnya. Lapisan lain misalnya, ada orang mendengarkan pengajaran Alkitab tentang salib. Lalu saudara-saudara tahu, “Oh, aku masuk surga karena Yesus Kristus sudah dipaku di atas kayu salib. Sampai di situ. Bertahun-tahun sampai di situ. Tidak pernah ada satu kalimat Alkitab yang menghancurkan hatinya. Orang seperti itu pasti binasa! Ini adalah orang-orang yang beragama Kristen. Kalau saudara-saudara memiliki iman yang sejati, ingin mengenal siapa Juruselamat. Kenapa Engkau mau datang untuk dipaku di atas kayu salib? Apa sesungguhnya yang terjadi pada-Mu? Apa yang ada pada-Mu sehingga Engkau mau menanggungnya? Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran-Mu dan Bapa di surga? Orang-orang ini adalah orang-orang yang didorong dengan satu kerinduan yang besar oleh Roh Kudus untuk mengenal hakekat Allah Tritunggal. Mereka ingin mengenal sampai sedalamnya akan salib dan Yesus Kristus. Ketika melihat ayat-ayat ini, apakah membangkitkan kerinduan saudara untuk mendengar dan mengetahui dan mengenal Dia lebih dalam? Ayat ini dilihat oleh sida-sida dari Etiopia. Ketika dia membaca ayat ini, di dalam ayat yang ke-7 ini, maka dia stuck, dia terkejut, hatinya hancur ingin tahu. Allah kemudian mengirim Filipus ke tempat dia. Kemudian Filipus mengatakan, “Apakah engkau mengerti apa yang tertulis di sini?” Sida-sida itu dengan lembut hati menyatakan, “Bagaimana aku bisa tahu kalau tidak ada yang membimbing aku?” Ketika saya membaca Kisah Para Rasul berkenaan dengan sida-sida ini, hati saya hancur. Siapakah dari kita yang ketika kita membaca Alkitab ini pernah mengatakan kepada Tuhan, “Bagaimana aku bisa tahu kalau Engkau tidak membukakan padaku? Bagaimana aku bisa tahu, Tuhan kalau tidak ada yang menjelaskannya kepadaku?” Iman yang sejati akan mengejar pengenalan akan Allah. Iman yang sejati akan berlinang air mata untuk meminta pengenalan dimensi-dimensi salib. Iman yang mati adalah iman yang mengatakan, “Yesus telah mati di atas kayu salib, sudah aku pergi ke surga.” Beres, jiwanya enteng. Tidak ada perubahan apapun saja. Tetapi iman yang sejati, akan ingin tahu apa artinya. Yesaya sangat-sangat jitu. Perhatikan satu kalimat penting ini, perhatikan dan jangan pernah lupakan dalam seumur hidup anda. Perhatikan! Titik paling pusat seluruh pekerjaan penebusan Allah terletak pada Juruselamat yang diam. Sekali lagi. Di tempat paling pusat dari pekerjaan penebusan Allah bagi seluruh jaman, seluruh umat manusia terletak pada Juruselamat yang diam. Yesaya sudah menuliskan penderitaan yang ditanggung oleh Yesus Kristus. Kristus adalah manusia yang penuh dengan penderitaan, demikian katanya. Ini adalah Kristus yang tidak diperhitungkan, Kristus yang dihina, yang unbelieveble. Yang kedua, Yesaya menyatakan apa yang membuat sesungguhnya Kristus menderita? Kejahatan kita, pemberontakan kita, dosa kita.

Sekarang hal ketiga, Yesaya dengan tepat sekali. Kita tanya apa yang membuat Kristus tetap kuat di dalam seluruh tanggungan salib ini? Apa karakter yang dimiliki Yesus Kristus sehingga Dia bisa melewati seluruh kesulitan ini? Maka Yesaya dengan jitu sekali menyatakan: Dia diam. Dia diam. Dia tidak membuka mulut-Nya. Yesaya menyatakan ini dua kali. Yesaya 53 di ayat ini dan Yesaya 42:2. Sekali lagi pusat seluruh pekerjaan penebusan Allah, terletak pada Juruselamat yang diam. Kalimat ini bukan dari saya. Kalimat ini dari seorang hamba Tuhan, yang bukunya kecil yang saya cari ternyata dia bukan hamba Tuhan yang terkenal. Tetapi ketika saya mendapatkannya, saya langsung ambil stabilo dan kemudian saya tercengang sekali dengan kalimat ini. Kemudian saya berpikir, seluruh dari pekerjaan Allah yang ada di dalam Alkitab dan seluruh masalah manusia yang ada dalam dunia ini. Bahkan dari kitab Kejadian, kemudian ada kejatuhan dan ada recreation yang disimbolkan dalam Nuh. Allah berkali-kali mengajarkan bagaimana pekerjaan keselamatan-Nya itu dengan berbagai macam aspek. Dosa sudah membuat seluruh degradasi dalam dunia ini, dari kesedihan, kesakitan, kematian, dan apa pun saja permusuhan di antara kita, dan juga kita dengan alam dan kita dengan Allah dan apapun saja. Pikiran saya terus masuk ke dalam orang Israel yang melawan Mesir, yang merupakan bayang-bayang Kristus yang akan datang. Kemudian satu persatu nabi demi nabi menyatakan itu, dan seluruh kehidupan Kristus Yesus. Dan 18 jam terakhir Yesus Kristus di pengadilan, bagaimana bertemu dengan Pilatus, Herodes dan orang-orang yang menyiksa Dia. Kemudian Yesus dipaku di atas kayu salib, bangkit dan naik ke surga. Dan Roh Kudus yang dicurahkan dan gereja yang akan dibangunkan dan dimuliakan sampai pada akhir jaman. Di titik pusat seluruh pekerjaan penebusan ini terletak Juruselamat yang diam. Menakjubkan! Menakjubkan! Dia adalah Allah oknum kedua dari Tritunggal. Dan Dia mengatakan: Jadilah terang, dan terang itu harus jadi. Ketika dia bertemu dengan seseorang yang sakit kusta, dan memohon-mohon dan orang yang buta matanya, memohon-mohon. Dia tanya, “Engkau mau apa?” Kata orang itu, “Aku mau untuk sembuh.” Kalimat-Nya mengatakan, “Sembuh.” Sungguh-sungguh sembuh. Ketika sahabat-Nya Lazarus sudah di dalam kubur, Dia suruh beberapa orang untuk menggulingkan batu kubur. Semua orang protes kepada Dia, “Guru, ini sudah lebih dari empat hari, baunya kemana-mana.” “Buka, buka kuburannya” Kemudian Dia mengatakan, “Lazarus, bangkit!” Dan kuasa kematian pun harus taat pada mulutnya. Ketika Dia tertidur di dalam kapal itu, murid-murid-Nya kemudian berteriak-teriak, “Guru, Engkau tidak peduli karena ada ombak yang besarnya luar biasa.” Langit tiba-tiba gelap dan halilintar menggelegar di mana-mana dan seluruh ombak lautan itu seperti neraka. Sudah tidak ada kemungkinan dari pada murid-murid bisa selamat. “Guru, bangun! Guru! Kau tidak peduli kami binasa?” Dia bangun dari tidur-Nya berjalan dengan bergoyang-goyangnya kapal itu. Dia pegang kapal itu dan Dia menegadah. Kemudian Dia mengangkat tangan-Nya dan mengatakan, “Tenang!” Seluruh lautan itu tenang. Betapa mulianya perkataan-Nya. Betapa tidak ada satu pun yang menentang-Nya. Saudara bisa melihat kuasa seseorang dari perkataan yang keluar. Kalau orang yang tidak ada kuasa, dia bicara apa pun saja tidak terjadi apa-apa. Kalau saudara-saudara mau mengatakan saya mau untuk seluruh rakyat Indonesia perhatikan, besok bensin akan naik dari Rp. 10.000 menjadi Rp. 11.000, maka saudara pakai pengeras suara pun, besok tetap Rp. 10.000. Tetapi kalau presiden, dia pakai microphone yang kecil dengan satu kalimat, “Besok jadi Rp.11.000,” maka dari Sabang sampai Merauke seluruhnya Rp. 11.000. Kuasa seseorang dikeluarkan dari mulutnya. Kalau saudara melihat kuasa Kristus, saudara bisa melihat kemuliaan Kristus yang tiada tandingnya. Kristus melakukan hal-hal dan mengatakan hal-hal yang hanya bisa dilakukan dan dikatakan oleh Allah saja. Dan setiap perkataan-Nya, bahkan Dia mengatakan: Langit bumi akan berlalu tetapi Firman-Ku akan tinggal tetap. Oh betapa mulianya perkataan-Nya. Alkitab mengatakan: Ketika Dia berkata maka seperti gelombang deru lautan. Yohanes di Pulau Patmos ketika melihat Dia, mata-Nya seperti nyala api. Seluruh tubuh-Nya putih seperti kain yang digelantang. Ketika Ia bersuara seperti lautan yang menderu-deru. Tidak ada satu manusia pun yang bisa tahan mendengar suara-Nya. Dia adalah Allah yang mulia. Tetapi di sini dikatakan seperti domba di pembantaian, Dia tidak membuka mulutnya.

Alkitab mengatakan beberapa kali Allah diam. Kalau melihat Allah yang diam, saudara bisa melihat ada perbedaan yang besar. Kalau tidak sungguh-sungguh, orang itu adalah orang yang sungguh-sungguh dipilih untuk mendekat kepada Dia, maka saudara akan melihat Allah yang diam kepada musuh-Nya. Sesungguhnya hanya sedikit anak-anak Tuhan yang dibuat untuk memiliki iman untuk tetap mempercayai Allah yang diam. Allah diam itu menakutkan. Dan bagi anak-anak-Nya, itu persis seperti ada dalam neraka. Tetapi ternyata ketika Allah diam kepada anak-anak-Nya, maka Alkitab menyatakan Dia memiliki sesuatu yang khusus kepada dia dan cinta yang besar untuk menguatkan imannya. Kepada anak-anak-Nya, kapan Allah itu diam? Pertama, kepada Ayub. Yang kedua, saudara akan dapatkan itu kepada perempuan Siro-Finisia. Ayub di tengah penderitaannya terus tanya kepada Tuhan, “Kenapa aku menderita?” Tuhan tidak memberi jawaban untuk sementara waktu. Itu menyakitkan. Itu menakutkan. Seseorang yang mempercayakan dirinya kepada Allah, tetapi pada saat yang sama pada suatu saat Allah itu diam. Kalau saudara-saudara mengerti, itu adalah satu kehidupan yang seakan-akan Allah menutup muka-Nya kepada anak-anak-Nya. Seakan-akan matahari tidak bersinar sama sekali ke bawah. Yang kedua di dalam Alkitab adalah perempuan Siro-Finisia, “Yesus Kristus, Anak Daud, kasihanilah aku. Kasihanilah aku.” Alkitab mengatakan Yesus tidak menjawab, tetapi perempuan Siro-Finisia maju terus dan dia mengetok-mengetok. Alkitab mengatakan, “Cari Aku, cari kuasa-Ku.” Alkitab mengatakan, cari terus, cari terus, ketok terus, maka percayalah anak-anak-Ku maka pintu akan dibukakan kepadamu. Bagi anak-anak Tuhan, Allah itu diam hanya untuk sementara waktu. Dan itu untuk melatih iman kita. Meskipun itu sulit. Tetapi di tempat yang lain, sungguh-sungguh bertolak belakang ketika Alkitab mengatakan, khususnya dalam Yesaya ayat 7 dikatakan Allah itu diam, Dia diam kepada semua musuh-Nya.

Kalau seseorang kurang ajar kepada Yesus Kristus, pada titik tertentu Dia diam. Pada saat Dia diam, itu artinya Dia lepaskan seseorang itu. Dibiarkan orang itu dan dibiarkan seakan-akan menang. Saudara-saudara, Yesus diam kepada siapa? Yang pertama, kepada Herodes pada waktu itu. Pada waktu itu Herodes ingin sekali bertemu dengan Yesus. Dan ketika Yesus ada di depan dia untuk diadili, dia senang sekali. Herodes yang sudah lama ingin melihat, Yesus mengajukan begitu banyak pertanyaan kepada Yesus tetapi Yesus satu kali pun tidak memberikan jawab kepada dia. Yesus diam kepada siapa? Dia diam di depan Kayafas, Imam Besar dan kepada semua orang saksi-saksi palsu, imam-imam kepala dan tua-tua yang ada mengadili Dia. Imam Besar mengatakan mendengar seluruh tuduhan palsu, yang sebenarnya dia sendiri yang membuat. Dia tanya kepada Yesus Kristus: “Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” Tetapi Yesus tetap diam, dikatakan Matius 26.

Kepada siapa lagi Yesus diam? Kepada Pilatus. Di tengah-tengah pengadilannya, Pilatus itu memberikan pertanyaan kepada Yesus, “Tidakkah Engkau mau membela diri? Engkau lihat betapa banyaknya orang yang bersaksi menuduh Engkau?” Tetapi Alkitab mengatakan dalam Matius 27:14, Yesus tidak menjawab satu kata pun, sehingga wali negeri itu sangat heran. Setiap kali seseorang ingin mengangkat diri di hadapan Yesus Kristus, Yesus akan diam. Sungguh-sungguh ini adalah satu prinsip yang beberapa minggu lalu kita pelajari. Siapa yang merendahkan diri akan diangkat, siapa yang meninggikan diri akan direndahkan. Dia mulia di dalam kediaman-Nya. Dia mengontrol diri-Nya. Dia mengontrol emosi-Nya. Dia menguasai keadaan seperti itu. Dia tidak ikut masuk di dalam permainan orang-orang yang memancing Dia. Satu pribadi yang penuh dengan luka dan penuh dengan saksi-saksi palsu itu, sekarang Ia berdiri dengan tenang, anggun, diam. Karena Dia menyadari bahwa hidup-Nya bukan untuk berespon kepada manusia ini. Dia menyadari bahwa seluruh ini harus Dia jalani untuk ketaatan tuntas kepada Bapa-Nya. Dengan diam maka Dia mengungkapkan keagungan di depan musuh-Nya. Dengan diam Dia mengungkapkan ketaatan penuh kepada Bapa-Nya. Ini adalah diam yang mulia. Kristus, Raja Gereja kita bukan saja kalimat-Nya mulia, tetapi ketika Dia diam, kemuliaan-Nya itu memancar.

Kapan lagi Dia diam? Ketika mereka mengadili, menyiksa-Nya, mengolok-olok-Nya, dan di dalam Alkitab mengatakan Dia tiga kali diolok-olok di dalam setiap jabatan-Nya.Yang pertama, adalah Matius 27:28-29 adalah olok-olok orang-orang pada waktu kepada Yesus yang dianggap sebagai raja. Saya akan bacakan ayat 27-31. Sangat mungkin pakaian luar Yesus seluruhnya dicopot. Dan tentara Romawi itu mengambil jubah prajurit Romawi yang sudah tidak terpakai dan mengenakannya kepada Yesus Kristus. Orang-orang melihat sekeliling mereka ada duri-duri yang muncul secara liar di tempat itu. Lalu diambilnya dan cepat untuk menganyamnya, duri yang panjangnya itu sampai seukuran kepala orang. Begitu kokoh dan tajam dimasukkan ke dalam kepala Yesus. Kemudian ada satu buluh, buluh itu seperti satu tongkat tapi yang di atasnya ada daun. Kemudian diambil dan dipukulkan ke kepala-Nya, lalu diberikan kepada Dia. Seluruhnya adalah olok-olokkan. Raja yang sejati itu mahkotanya emas dan raja yang sejati memakai tongkat emas atau tongkat gading. Dengan mahkota emas, dengan tongkat gading atau tongkat emas itu Ahasyweros menunjukkan tongkatnya kepada Ratu Ester, baru Ratu Ester boleh berbicara kepada dia. Ini semuanya adalah olok-olok dari prajurit itu kepada Yesus Kristus. Ketika bicara, “Salam, hai raja orang Yahudi!” Itu adalah kalimat menyambut raja yang menang perang. Tetapi ini sekarang raja yang menderita, bagi mereka raja gadungan, raja bohong-bohongan. Apakah Yesus berbicara? Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya.

Hal yang kedua, adalah jabatan Nabi. Matius 26:67-68. Bahasa Inggrisnya, Prophesy to us, bernubuatlah, prediksilah. Ketika ditutup matanya. “Ayo coba kasih tahu siapa, namanya siapa yang memukul kamu? Kamu nabi kan?” Yang tadi, kamu raja kan? Ketika dihina seperti ini, Dia tidak membuka mulutnya.

Bagian ketiga adalah jabatan Imam. Matius 27:42. Kalimat ‘Ia selamatkan orang, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat diselamatkan’ adalah sesuatu kalimat untuk bicara jabatan imam. Seorang Imam adalah seorang yang membawa darah domba untuk masuk ke tempat ruang maha kudus dan memercikkannya di sana. Dari sana baru ada keselamatan, baru ada pengampunan dosa. Dan itu sesungguhnya yang Yesus lakukan. Tetapi para imam ini mengatakan, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Dia selamatkan.” Pada waktu Yesus dipaku di kayu salib, Dia dianiaya, dihina, diolok-olok, dirajam, sungguh-sungguh dimaki-maki dalam setiap pribadi-Nya dan semua jabatan-Nya. Tetapi Juruselamat kita adalah Juruselamat yang diam. Diam agar seluruh kehendak Allah jadi dalam hidup-Nya. Dengan sukarela, dengan sukacita menggenapi seluruh kehendak Allah. Sehingga tepatlah yang dikatakan oleh Yesaya di sini: Dia dianiaya tetapi Dia membiarkan diri-Nya ditindas. Dia membiarkan diri-Nya ditindas. Dia memiliki kuasa. Dia sungguh-sungguh memiliki kuasa. Ketika Dia ditangkap oleh Yudas dan para serdadu bait Allah dan Petrus itu memakukan dan memutuskan telinga kanan imam besar Malkhus. Yesus Kristus mengatakan kepada Petrus, “Sarungkan pedangmu. Apakah engkau menyangka Aku tidak mampu untuk meminta bala tentara surga, 12 pasukan malaikat untuk membantu Aku di sini?” Apa yang terjadi jikalau Tuhan Yesus di kayu salib mengatakan satu kalimat ini, “Serbu!” Maka seluruh malaikat akan hadir dan menghancurkan seluruh orang Romawi di sana. Tetapi kalimat itu tidak ada. Kalimat pertama adalah: Bapa, ampunilah apa yang mereka perbuat karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

Dia membiarkan diri-Nya ditindas. Kalimat yang bisa membuat seluruh langit dan bumi, meredakan lautan, membangkitkan orang mati. Dan yang akan menentukan kita berada di mana di dalam kekekalan, yang bisa membuat seluruh malaikat bergerak. Sekarang Juruselamat itu untuk keselamatanmu dan aku. Untuk cinta Allah sampai kepada kita, Dia diam. Diam. Bukankah Dia satu-satunya Pribadi yang harus dipuji selama-lamanya? Bukankah Dia Pribadi yang indah dan mulia yang seluruh hidup kita harus takluk kepada Dia? Mintalah selalu takut kepada Dia. Kalau ada bagian-bagian Firman yang tidak kita ketahui, mintalah untuk Dia menjelaskannya kepada kita. Kiranya hidup kita hanya untuk kemuliaan-Nya saja.


Yesaya 53:4-6
 
 

Yesaya 53:10
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

14 March 2021
Man of Sorrows (2)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yesaya 53:4-6

Yesaya 53:4-6

Kita terus memikirkan Yesaya 53 ini. Tidak ada orang yang bisa mengasihi Tuhan kecuali orang tersebut dibukakan visi akan Golgota, dan tidak ada orang yang bisa melewati seluruh tantangan, penderitaan, kesulitan, pencobaan di dalam dunia ini kecuali dia mengasihi Tuhan. Mengapa kita masih menyukai beberapa dari dosa-dosa? Mengapa kita masih mencintai dosa yang bahkan membawa kita kepada penderitaan? Kita tahu itu salah tetapi kita bahkan tidak bisa untuk melawannya adalah karena kita kurang mencintai Tuhan. Tetapi mencintai Tuhan tidak bisa kita ada-adakan. Mencintai Tuhan itu adalah seluruh pemberian dari Tuhan kalau Tuhan itu membukakan visi salib. Maka kita terus-menerus minta belas kasihan Tuhan untuk Dia rela membukakan kepada kita apa yang terjadi dua ribu tahun yang lalu pada waktu Yesus dipaku di atas kayu salib. Apa yang sesungguhnya terjadi? Mengapa ini terjadi? Apa relasinya dengan hidup kita saat ini? Yesaya 53 adalah berita keselamatan karena pengiriman Mesias oleh Allah kepada Yahudi dan kepada seluruh bangsa. Ini adalah jalan keselamatan yang Tuhan berikan kepada umat manusia. Di seluruh kolong langit ini tidak ada keselamatan kecuali di dalam diri Yesus Kristus. Tetapi jalan keselamatan ini adalah jalan yang mencengangkan kita semua. Bahkan Yesaya mengatakan, “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar?” Mesias yang diberikan itu, yang akan menghancurkan musuh adalah Mesias yang menderita.

Minggu yang lalu kita sudah menyatakan penderitaan-Nya dalam ayat pertama sampai ke tiga. Alkitab dengan jelas menyatakan satu kalimat yang menggabungkan segala hal ini kepada Kristus Yesus yang menjadi judul daripada tema empat minggu kotbah seri ini yaitu Kristus Yesus disebut sebagai Man of Sorrow. Manusia yang penuh kesengsaraan. Itu artinya karakteristik yang membedakan Dia dengan kita, Dia dengan seluruh umat manusia, adalah kesengsaraan-Nya. Tiap orang memiliki karakteristik-karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan orang lain. Ada orang yang selalu diingat orang, mudah tertawa, sedih pun tertawa. Ada orang yang diingat sebagai orang yang suka kesal, tidak ada apa-apa kesal sendiri atau kalau saudara-saudara teringat orang itu suaranya bagus atau orang ini gagah, ganteng tetapi Mesias Raja gereja kita diingat dengan satu kalimat ini: Man of Sorrows. Seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan artinya sangat familiar dan constant untuk mendapatkan dan hidup dengan kesakitan. Saudara, bukankah ini sesuatu yang unbelievable? Sesuatu yang sulit dipercaya untuk jalan keselamatan yang dari Tuhan melalui satu orang Mesias yang disebut sebagai Man of Sorrows. Bukankah ini juga adalah sulit dipercaya karena ini adalah pemimpin Kristiani? Ini adalah Raja gereja saudara dan saya. Bahkan kalau saudara-saudara lihat agama-agama di seluruh dunia, siapa yang pemimpinnya boleh mengidentikkan dengan hal yang mematikan seperti ini? Kekristenan itu sungguh-sungguh di luar pemahaman penjangkauan kita dengan simbol gereja adalah salib. Kematian dan penderitaan yang paling sulit sepanjang segala abad ada pada salib. Kalau saudara-saudara diminta untuk membuat satu perusahaan, Saudara pakai PT. apa? PT. Maju Jaya, PT. Lancar Terus. Apa pun saja yang isinya positif bukan? Tidak ada PT. Yang Sebentar Lagi Mati, tidak ada bukan saudara-saudara? Tempat makan misalnya saudara-saudara, Burger King, McDonald misalnya, seluruhnya itu adalah sesuatu hal yang ceria sehingga anak Saudara sampai ke situ. Saudara tidak akan datang ke tempat makan dan kemudian ada sesuatu yang horror, bukan? Simbolnya itu kuburan atau simbolnya itu adalah kursi listrik ada orang mati di situ. Tetapi ini adalah simbol kita. Ini adalah gereja. Satu-satunya simbol kematian di antara seluruh agama, di antara seluruh institusi, tetapi melalui ini satu persatu jiwa manusia ditaklukkan oleh Tuhan. Unbelievable!

Ayat ke-3 mengatakan: “Dia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia.” Kata yang dipakai di sini artinya adalah Mesias itu menyebabkan orang lain menyembunyikan wajahnya dengan kebencian, atau Mesias itu jikalau seseorang memandang Dia, orang tersebut akan memalingkan wajahnya dan menutupnya dengan kejijikan. Matthew Henry menyatakan: “Ada banyak keindahan sejati di dalam diri Mesias, keindahan kekudusan dan keindahan kebaikan-Nya yang cukup untuk menjadikan Dia dambaan segala bangsa. Tetapi sebagian besar dari orang-orang yang hidup dan bergaul dengan Dia tidak melihat keindahan ini sama sekali, karena keindahan itu hanya bisa dilihat jikalau kita mendapatkan anugerah dari Tuhan. Orang-orang yang duniawi tidak akan terdorong untuk melihat dan mengenal Yesus Kristus. Dan bukan itu saja, Ia bukan saja hanya tidak diingini tetapi juga dihina, dihindari, ditinggalkan, dibenci, dianggap cela oleh manusia. Orang merasa terhina jikalau dekat dengan Dia. Orang akan malu jikalau mengenal Dia. Bahkan Petrus mengatakan, “Aku tidak kenal, aku sumpah tidak kenal dengan Dia.” Dia adalah orang yang tidak memiliki harga apa pun. Dia dianggap sebagai orang yang hina, orang yang rendah. Alkitab mengatakan Dia adalah batu yang ditolak oleh tukang-tukang bangunan. Alkitab mengatakan bahwa seluruh orang Yahudi tidak mau Dia menjadi pemimpin. Kita jijik terhadap Dia dan berperilaku tidak peduli kepada Dia, sehingga dengan seperti itu manusia mudah melakukan penghinaan-penghinaan kepada-Nya, bahkan manusia lebih mudah memilih orang jahat daripada Dia.

Ketika merenungkan ayat ini, saya teringat satu bagian dari Firman Tuhan ketika Yesus diadili oleh Pilatus. Setelah Pilatus tidak menemukan kesalahan apa pun saja, maka kemudian dia mempertontonkankan Yesus di hadapan seluruh orang Yahudi dan Pilatus mau membebaskan Yesus. Tetapi semua orang Yahudi pada waktu itu memilih Barnabas. Barnabas itu siapa? Dia bukan sekedar perampok. Sesungguhnya Barnabas itu adalah pemberontak bangsa Romawi. Dia adalah orang Yahudi yang memberontak terhadap Romawi. Beberapa commentary mengatakan dia seperti teroris dan anehnya seluruh orang Yahudi lebih memilih Barnabas daripada Yesus Kristus. Itu artinya, di mata semua orang Barnabas teroris itu lebih baik, lebih memiliki benefit, lebih memiliki kegunaan dimiliki oleh mereka dibandingkan Yesus Kristus. Sekali lagi Barnabas adalah musuh orang Romawi. Dan saudara-saudara, pemberontakan yang terjadi kepada Romawi bisa membuat Romawi memiliki hak untuk menghancurlemburkan bangsa tertentu. Jadi saudara-saudara bisa pikirkan, kalau Barnabas kemudian berhasil menghasut orang-orang Yahudi untuk melawan orang-orang Romawi, maka orang Romawi akan mengumpulkan tentaranya dan kemudian akan menghancurkan bangsa Israel. Maka dengan memilih Barnabas, itu artinya seluruh bangsa Yahudi mengakui lebih baik kami ditiadakan, ditumpas, dibinasakan daripada memiliki manusia Kristus seperti ini di tengah-tengah kami. Itulah sebabnya Alkitab mencatat teriakan mereka seperti ini: Dan seluruh rakyat itu menjawab, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan di atas kami dan di atas anak-anak kami.” Luar biasa! Kebencian mereka, malu mereka dekat kepada Yesus. Itu bukan salah paham saudara, itu bukan cuma lapisan kulit luar, itu adalah sumsum mereka.

Kembali lagi ke Yesaya 53:4-6, maka saudara akan menemukan apa yang menjadi alasan Yesus Kristus dipaku di atas kayu salib. Sekali lagi saudara-saudara, ini adalah sesuatu yang penting, karena orang dipaku di atas kayu salib itu ratusan, ribuan sepanjang tahun, dari tahun ke tahun. Setiap penjahat akan dipaku di atas kayu salib. Jadi salib Yesus Kristus hanyalah satu di antara ratusan atau ribuan. Bersyukur kepada Tuhan di surga, Dia memberikan Firman ini kepada kita sehingga kita bisa membedakan antara salib Kristus dengan salib-salib yang lain. Bersyukur kepada Tuhan di surga, sehingga kita bisa mengerti apa yang sesungguhnya terjadi di balik salib ini. Apa yang sesungguhnya yang terjadi di balik salib ini adalah di dalam ayat 4-6 mengatakan: yang pertama, adalah Kristus menanggung penyakit kita. Yang kedua, Kristus menanggung kesengsaraan kita. Ketiga, adalah Kristus tertikam karena pemberontakan kita. Keempat, adalah Kristus diremukkan karena kejahatan kita. Dan yang kelima, Allah menimpakan kepada Kristus seluruh dosa kita.

Saudara-saudara, dua hal di depan adalah bicara berkenaan dengan gambaran dosa dan seluruh efeknya yaitu Kristus menanggung penyakit kita dan Kristus menanggung kesengsaraan kita. Dan tiga yang di bawah adalah bicara berkenaan dengan sesuatu perlawanan, sesuatu perbantahan, sesuatu pertarungan, permusuhan yang sengit antara Allah dan manusia. Manusia itu murka kepada Allah dan Allah itu murka kepada manusia. Saudara-saudara, Kristus berdiri di tengah-tengahnya. Kenapa Kristus itu dimatikan oleh manusia? Karena manusia itu marah kepada Allah yang suci. Dan kenapa Kristus itu dimatikan oleh Allah? Karena Allah menimpakan hukuman kepada manusia yang memurkai Dia, sekarang dengan murka kepada Kristus. Ini adalah mediator, orang yang berdiri di tengah-tengah. Sebelum saya akan membahas yang pertama dan kedua, sekali saya mau menekankan bahwa Allah itu murka kepada manusia karena dosa. Banyak gereja yang sudah tidak mengkhotbahkan mengenai poin ini. Tetapi saudara-saudara, meskipun sudah berkali-kali kita mendengarkan ini dari Teologia Reformed, tetapi satu hal yang mau saya tekankan pada pagi hari ini, sesungguhnya yang terjadi adalah bukan Allah saja yang murka kepada kita, kita juga tidak suka kepada Dia. Manusia itu marah sekali sama Tuhan. Manusia tidak menyukai Dia. Kalau saudara-saudara melihat delapan belas jam terakhir, kalau Tuhan kehendaki, maka kita akan melakukan satu seminar ini, maka saya menggunakan satu kalimat Jonathan Edward, saya balik, Allah di bawah tangan orang yang berdosa.

Saudara-saudara, ini adalah sesuatu yang benar, manusia itu murka kepada Dia. Jadi saudara-saudara jangan pikir Tuhan murka, Tuhan murka. Kita juga tidak suka sama Tuhan. Kita sebenarnya tidak mengasihi Tuhan. Kita tidak mempercayai Dia. Kita tidak mau diatur sama Dia. Beberapa orang datang ke sini adalah karena mereka memang mengasihi Dia, tetapi sebagian orang datang ke sini adalah karena tahu ini adalah hari minggu harus pergi ke gereja, kalau orang Islam hari jumat harus ke mesjid. Sebagian daripada saudara datang ke gereja sebenarnya juga agak sedikit kesel karena kenapa dua jam ini saya harus pergi ke gereja? Kalau dua jam ini saya tidak pergi ke gereja saya bisa kerjakan yang lain. Tapi masalahnya kalau saya tidak pergi ke gereja dan kerjakan yang lain, setelah itu saya tidak enak hatinya jadi akhirnya saya pergi ke gereja aja. Tuhan mengatakan, “Engkau beribadah kepada-Ku tetapi hatimu tidak di sini.” Saudara-saudara, doktrin dan mimbar Reformed selalu akan berbicara mengenai Allah yang suci dan murka kepada manusia yang berdosa, tetapi sebaliknya juga terjadi benar bahwa kita tidak menyukai Dia. Dan kalau saudara-saudara sudah mendengarkan khotbah-khotbah yang keras seperti ini, saudara-saudara pulang kemudian mengatakan, “Ini sudah dua jam, untuk apa aku dengar khotbah yang keras seperti ini? Kasih aku entertainment!” Kita tidak menyukai ibadah kepada Dia. Tanya kepada remaja, kalau saudara tidak ajak mereka ke sini, apakah mereka mau datang? Ya, mereka baik di tengah-tengah kita, tapi tidak ada tarikan. Hampir, saya tidak katakan tidak ada, hampir tidak ada anak yang berkata, “Mama pergi ke gereja, saat ini kita harus berbakti kepada Dia.” Yang ada, “Bangun! bangun! Ini sudah pagi, mesti pergi ke gereja. Kamu mau jadi anak seperti apa nanti?” Saudara-saudara, kita tidak suka sebenarnya.

Jadi kalau saudara-saudara melihat cerita Alkitab ini, saudara jangan pikir itu di tempat Pontius Pilatus dan orang Yahudi yang brengsek itu. Kalau kita ada di sana, saya jamin saya dan saudara akan berlaku sama. Saya memilih Barnabas daripada Yesus. Tidak suka karena kesucian Allah, saya tidak suka akan standard Allah, saya tidak suka karena kalimat-Nya. Kita marah kepada Allah, dan Allah itu menimpakan murka-Nya kepada kita di dalam Yesus Kristus. Di dalam ayat yang ke-6b, ada satu kalimat yang saya akan lukiskan saudara-saudara, “Tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. TUHAN menimpakan kepada Kristus kejahatan kita sekalian.” Di dalam bahasa aslinya boleh dikatakan seperti ini, “TUHAN membiarkan semua dosa kita menyerang, menyerbu-Nya, menyerbu-Nya.” Ketika saya melihat komentari poin ini, saya langsung teringat akan satu picture saudara-saudara. Satu orang yang dikejar kurang lebih sekitar 30-40 orang dengan parang dan orang ini ketakutan dan sudah sempat kena parang tersebut, berdarah-darah dan dikejar terus, kemudian dia jatuh, dia digebuki dengan parang, habis semuanya, mengerikan. TUHAN membiarkan Kristus diserang seperti ini. Tetapi bukan seperti gambar itu yang dia lari, Tuhan dengan rendah hati menanggung seluruh serangan ini.

Sekali lagi, Kristus menanggung penyakit kita, Kristus menanggung kesengsaraan kita. Bahasa yang dipakai seakan-akan berbicara berkenaan dengan dosa dan efeknya kepada jasmani dan jiwa. Dosa menghancurkan, melumatkan jasmani dan jiwa dari Kristus. Saudara-saudara, kita mesti minta kepada Tuhan penglihatan, kesadaran, sensitifitas dari bobot dosa kita. Sekali lagi bobot dosa. Dosa itu mempengaruhi seluruhnya dan harus mengerti apa itu sesungguhnya dosa, apa sesungguhnya kejahatan dosa, apa sesungguhnya akibat dosa? Kristus menanggung penyakit kita dan menanggung kesengsaraan kita, itu adalah bicara mengenai dosa dan seluruh efeknya di dalam diri manusia. Saya akan memberikan ilustrasi kepada saudara-saudara untuk mengerti kira-kira, harap Tuhan pimpin untuk mengerti dampak dosa itu di dalam kehidupan kita. Beberapa waktu yang lalu kami mengenal seorang jemaat yang sangat saleh dan takut akan Tuhan terkena kanker. Dia punya suami dan anak-anak, dan ketika kami di sini mendengarkan dia sakit kanker, maka kami sedih. Kami mendengar lagi bahwa kanker ini ternyata tidak bisa disembuhkan dan menjalar sangat cepat dan akhirnya memang dia meninggal. Karena dia aktivis gereja maka kami dekat dengan dia dan setiap minggu berbicara, tertawa dan makan bersama-sama. Tetapi karena kami di sini dan kemudian suatu saat kami bisa pulang dan ketika kami melihat dia, melihat kulit membungkus tulang saja, sangat kurus, matanya sudah cekung dan kanker itu membuat hitam di kakinya. Itu adalah blood clot, penggumpalan darah dan dokter sudah meminta untuk diamputasi, tetapi ternyata blood clot itu, penggumpalan darah itu, menyebar terus sampai hampir ke perut, belum sampai ke perut saudara-saudara, ke paha. Jadi dia sudah tidak bisa berdiri, melihat dia di tempat tidur, sangat kurus tidak berdaya, dan dengan warna hitam itu dari kakinya perlahan-lahan naik ke atas. Ketika isteri saya melihat dia, dia berteriak kepada saya, dosa, kejamnya dosa, jahatnya dosa. Saya kaget sekali dengan teriakan isteri saya. Teringat akan peristiwa ini ketika saya membaca ini, apakah saudara-saudara menyadari ada kutuk yang sedang berjalan di dalam tubuh kita, di dunia kita? Ada kutuk, berjalan perlahan dengan kuasanya dan menghancurkan diri kita dan orang-orang yang kita kasihi satu persatu dan saudara tidak bisa untuk menahannya. Dari sejak pertama Adam memakan buah itu sebelumnya TUHAN sudah mengatakan, “Engkau makan, pasti engkau mati.” Dan ketika dia makan, maka seluruh kutuk itu datang ke seluruh bumi dan penghuninya. Apakah saudara mengerti bahwa seluruh gambaran dunia ini adalah gambaran kota yang dikutuk? Ada kutuk di tengah-tengah kita, ada sesuatu kutuk yang menjalar di dalam hidup kita.

Kalau saudara-saudara melihat film, saudara akan mudah sekali mendapatkan poin ini. Misalnya ada satu kota dengan seluruh penduduknya yang tersenyum dan menikmati melakukan aktivitas apa pun saja pada musim gugur, musim semi dan musim panas. Lalu datang seorang penyihir mengutuk kota itu, dan kemudian mulai dari satu bunga menjadi hitam dan kemudian menjalar ke seluruh rerumputan yang hijau sampai seluruh daripada negeri itu tertutup dengan hitam dan seluruhnya menjadi beku termasuk manusia, termasuk binatang, satu persatu tidak lagi bisa bergerak, seluruhnya menjadi patung dan batu yang mati. Seluruh awan tertutup dengan kegelapan, tidak ada lagi matahari, tidak ada lagi bunga, tidak ada lagi rumput yang hijau atau bunga yang merah. Seluruhnya dibawah kutuk. Kadang kita lebih mengerti film daripada sesungguhnya. Meskipun film itu ada gambaran kebenarannya tetapi sesungguhnya itu tidak menggambarkan keseluruhan dosa itu apa.

Kalau saudara bicara berkenaan dengan sin dan seluruh efeknya, maka Alkitab menyatakan bahwa Kristus menanggung penyakit kita, Kristus menanggung kesengsaraan kita, itu bicara mengenai jasmani dan jiwa. Dan kalau saudara-saudara mau mengerti apa yang terjadi sesungguhnya dengan dosa itu, saudara lihat salib, saudara lihat Kristus yang tersalib, maka kita akan bisa mengerti dosa itu bobotnya seperti apa. Kalau secara jasmani tadi blood clot yang ada di tempat orang yang kami kasihi dan kemudian dia naik perlahan-lahan sampai mematikan orang tersebut, kalau jasmani saja terjadi seperti itu, apalagi rohani, saudara-saudara? Kalau jasmani saja seperti itu, apalagi yang bisa menggambarkan untuk jiwa? Ada hal yang jauh lebih parah terjadi pada jiwa kita, dan jikalau jiwa kita terjadi seperti itu, apa yang terjadi sesungguhnya antara Allah dengan kita, kita dengan Allah? Paulus menyatakan, “Celaka aku, siapa yang dapat melepaskan aku dari tubuh berdosa ini?” Yesaya menyatakan, “Celaka aku, aku binasa.” Semua orang ini adalah orang yang mengerti bobot dosa. Satu hal yang kita harus doa kepada Tuhan, kalau saudara mendengarkan khotbah ini, satu hal saudara dan saya harus doa kepada Tuhan, “Ajar aku mengerti bobot dosaku.” Kita selalu berpikir kalau Yesus mati di atas kayu salib, itu adalah urusan Pontius Pilatus. Kita selalu berpikir yang membuat Dia mati itu adalah orang Farisi dan Ahli Taurat. Tapi bahkan Yesaya pun mengatakan, “Bagi kita Dia tidak masuk hitungan, bagi kita Dia itu dihina, bagi kita, Dia itu kita tidak perhitungkan, Dia menanggung penyakit kita.” Kenapa Yesaya bicara seperti itu? Yesaya sudah mati sebelum Yesus dipaku di atas kayu salib. Di sinilah perbedaan orang diselamatkan atau tidak. Orang yang tidak diselamatkan akan melihat berita salib itu adalah sebagai orang ketiga, oh itu urusan ahli Taurat, orang Farisi, tetapi bagi orang yang diselamatkan, ketika Roh Kudus itu bekerja, dia menyadari satu hal, aku, aku, kalau aku hidup, aku pasti sama seperti mereka.

Di sini juga dikatakan, Dia tertikam karena pemberontakan kita. Kata pemberontakan ini artinya adalah bicara mengenai pengkhianatan, pengkhianatan kosmik, ini seperti suami yang menyeleweng tidur dengan perempuan lain, itu adalah gambaran sedikit mengenai isi hati Allah yang kita khianati. Ketika Allah menyatakan kepada kita melalui Firman-Nya berkenaan dengan dosa-dosa umat-Nya, gambaran yang paling dalam yang selalu dinyatakan oleh Allah adalah gambaran ikatan pernikahan yang dikhianati. Dan sebagai penutup daripada khotbah pada pagi hari ini, saya membawa saudara untuk melihat Yehezkiel 23, kita akan melihat hanya sebagian kecil saja, dan kalau saudara-saudara pulang ke rumah, saya harap saudara membaca Yehezkiel 23, dan kemudian saudara-saudara bisa mengerti apa arti kata pemberontakan atau penghianatan itu. Sekali lagi ini adalah Firman yang disampaikan oleh Allah kepada Israel Utara dan Selatan melalui Yehezkiel. Tetapi bukan saja untuk mereka, adalah untuk kita juga, untuk menggambarkan ketika kita berdosa sebenarnya ada pemberontakan, pengkhianatan kepada Allah dan Allah melihat itu apa dalam hidup kita sehingga saudara dan saya bisa mengerti keseriusan dosa. Saya minta Hika membaca keseluruhan dalam bahasa Inggris dari ayat 1-11 saja.

Dia tertikam karena pemberontakan kita, dengan satu pisau yang tajam kita memasukkannya ke dalam isi hati-Nya terdalam. Saudara bicara mengenai dosa, bukan bicara mengenai melanggar hukum Allah saja, tetapi menikamkan sesuatu yang tajam ke dalam isi hati-Nya. Ini adalah tikaman karena pemberontakan kita. Kita sering katakan, ya pemberontakan, ya memberontak, saya melawan Tuhan, saya memberontak Tuhan, apa artinya? Sampai saudara melihat Yehezkiel 23. Kita hampir tidak bisa percaya kalimat-kalimat yang vulgar seperti ini, itu dikatakan oleh Tuhan di dalam Firman-Nya, bahkan ada orang-orang di internet bertanya, “Apakah anak saya perlu untuk membaca ayat-ayat seperti ini, begitu vulgar?” Tetapi Tuhan memberikan secara detail ketika kita berdosa kepada Dia, itu sakit hati-Nya Allah, persis seperti pasangan saudara berzinah dengan orang lain. Tuhan mau mengatakan seakan-akan, bayangkan itu. Bayangkan itu! Apakah hatimu tidak sakit? Bayangkan setiap detail yang dilakukan oleh tangan-Nya, yang dilakukan oleh seluruh tubuh-Nya, kepada orang yang engkau miliki. Kau akan mengerti, Kristus tertikam oleh pemberontakan kita. Kiranya kita makin lama makin dimengertikan dan mengenal bobot dosa. Dan itulah yang ada di balik seluruh salib ini.


Yesaya 52:13 - 53:3
 
 

Yesaya 53:1-7
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

7 March 2021
Man of Sorrows (1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yesaya 52:13 - 53:3

Yesaya 52:13 – 53:3

Dalam beberapa minggu ini kita akan terus melihat dan memikirkan dan menggali dan mengeksposisi apa yang Tuhan nyatakan di dalam Yesaya 53. Tidak ada orang yang bisa mengasihi Kristus kecuali Kristus membukakan Diri-Nya, Dia dipaku di atas kayu salib. Di dalam kehidupan Kristus saudara bisa melihat bagaimana Kristus itu dipaku, bagaimana Kristus itu menderita, bagaimana Kristus itu sengsara dan ada bagian-bagian Alkitab bagaimana Kristus itu dimuliakan. Tetapi di sini terlihat jitunya Yesaya di dalam Yesaya 53. Di dalam satu perikop saja dia menggabungkan antara kerendahan dan kemuliaan dari Kristus. Tidak ada perikop seperti ini di seluruh Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama saudara akan menemukan bagaimana Kristus yang akan hadir ratusan tahun sesudahnya itu menderita dan juga dimuliakan tetapi tidak ada satu bagian pun menggabungkan keduanya. Kalimat-kalimat Yesaya itu bukan saja menggambarkan apa yang terjadi 800 tahun kemudian. Tetapi juga menggambarkan sesungguhnya membaca salib itu seperti apa. Motif salib itu sesungguhnya apa? Implikasi salib Kristus itu sesungguhnya apa? Bukankah ada ratusan atau mungkin ribuan orang yang disalib dari tahun ke tahun oleh Romawi? Lalu apa bedanya salib yang ditanggung oleh Yesus Kristus? Apa artinya? Mengapa harus berbeda? Kecuali saudara melihat Perjanjian Lama, saudara baru bisa mengartikan apa yang sesungguhnya terjadi pada Yesus Kristus. Apa yang menjadi dorongan Yesus Kristus di atas kayu salib? Yesaya menyatakan Dia tertikam karena pemberontakan kita. Dia diremukkan karena kejahatan kita. Ketika saudara melihat salib Yesus Kristus, bukankah sama dengan seluruh salib yang ada? Tetapi Yesaya memberikan satu penglihatan hasil dari kematian Yesus di atas kayu salib berbeda dengan seluruh salib yang pernah ada. Yesaya menyatakan ketika Dia mati di atas kayu salib maka Dia akan menghasilkan keturunannya, umurnya akan berlanjut dan kehendak Tuhan akan terlaksana oleh karenanya. Saudara akan menemukan sekarang ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terhubung secara lengkap. Dalam Perjanjian Lama terkandung Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama memprediksi apa yang terjadi dalam Perjanjian Baru. Dan Perjanjian Baru menggenapi apa yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Dan ini adalah sesuatu harta benda yang berharga yang diberikan Allah kepada kita untuk keselamatan kita.

Yesus Kristus sendiri mengatakan anak-anak Kerajaan ini yang paling kecil, lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Sebelumnya Dia mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah nabi yang lebih besar daripada seluruh nabi. Mengapa Yohanes Pembaptis lebih besar daripada Abraham? Mengapa Yohanes Pembaptis lebih besar daripada Elia dan Elisa? Bahkan Daud sekalipun? Karena seluruhnya, Abraham, Elia, Elisa, Daud itu mereka itu menubuatkan Kristus yang akan dating, mereka tidak pernah menyentuh dan melihat Kristus sendiri. Tetapi Yohanes Pembaptis lain, dia hidup sezaman dengan Yesus Kristus. Dia menunjuk Yesus Kristus: Lihatlah Anak Domba Allah! Dia lebih besar daripada seluruh nabi karena dia bertatapan muka sendiri dengan Yesus Kristus. Tetapi Yohanes Pembaptis mati sebelum Yesus itu melaksanakan seluruh misi-Nya. Siapa yang sekarang bisa melihat secara keseluruhan dari pekerjaan Kristus dari awal sampai akhir? Kita, gereja Tuhan! Yesus Kristus mengatakan kita yang paling kecil dari Kerajaan Surga lebih besar daripada Yohanes Pembaptis karena kita mengetahui seluruh secara lengkap pekerjaan Kristus dari awal sampai saat ini. Biarlah kita tidak menyia-nyiakan berkat Tuhan yang besar di dalam firman ini. Biarlah kita tidak menghina firman dengan menggeletakkannya saja. Janganlah membuat anugerah Tuhan itu sia-sia di dalam hidup kita. Dan jangan pernah puas hanya seminggu sekali saudara mendengarkan khotbah bahkan khotbah yang terbaik sekalipun. Biarlah firman ini ada dalam hidup kita setiap hari.

Kalau saudara-saudara membaca Yesaya 51 dan 52, itu menggambarkan apa? Yesaya memberikan nubuatan akan ada restorasi dan pembebasan dari Allah melalui tangan-Nya yang kuat kepada Israel. Israel sudah bertahun-tahun, puluhan tahun, ratusan tahun berada dalam murka Allah. Mereka adalah orang-orang yang memberontak kepada Allah. Dan Allah mengirimkan pasukan dari berbagai macam bangsa untuk menghancurkan mereka. Tetapi berbeda dengan seluruh bangsa yang dihancurkan Tuhan sama sekali, maka Israel disebut sebagai bangsa pilihan karena selalu ada remnant yang ditinggalkan oleh Allah untuk tidak dibinasakan. Ada waktunya Tuhan menghukum, tetapi Alkitab mengatakan kasih setia-Nya sampai selama-lamanya. Maka hari inilah hari pembebasan itu. Hari inilah hari restorasi itu. Allah menunjukkan tangan-Nya yang kuat di depan seluruh bangsa untuk membela Israel. Zion disembunyikan dalam naungan tangan Allah yang kuat. Allah akan mengirimkan Mesias dan seluruh Israel akan bertepuk tangan bersorak-sorai. Dan ini adalah merupakan pekerjaan yang massive yang besar sekali dan akan memberkati sampai ke ujung bumi dan dari keturunan sampai ke keturunan. Dan bukan saja manusia maka seluruh daripada tatanan alam akan bersorak-sorai. Gambaran dalam Yesaya 51 mengatakan Allah mengharubirukan laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, langit kembali dibentangkan dan dasar bumi kembali diletakkan. Ini adalah menggambarkan tentang creation, tepatnya adalah re-creation ada sesuatu yang diciptakan di muka bumi ini dengan kedatangan Mesias. Tetapi saudara-saudara, ketika saudara melihat pasal 53 maka saudara akan menemukan ada sesuatu yang aneh unbelievable. Ternyata Mesias yang hadir itu yang akan menghancurkan kesombongan daripada bangsa-bangsa itu, yang dipakai oleh Allah untuk merestorasi itu adalah seseorang dengan pribadi, karakter, pekerjaan yang sama sekali kita tidak bisa percayai bahwa Dia adalah Juruselamat. Kalau saudara membaca Yesaya 51 dan 52 saudara akan menemukan sorak-sorai, pekerjaan Allah yang besar. Tetapi begitu saudara membaca Yesaya 53 itu dimulai dengan siapa yang percaya dengan berita yang kami dengar? Siapa yang percaya kepada berita yang kami dengar? Keselamatan yang dari Tuhan yang dinyatakan oleh Kristus dan penampilan-Nya dan tindakan-Nya itu adalah sungguh-sungguh tidak bisa kita percayai. Ada satu buku yang bagus dari Philip Yancey. Dia menuliskan beberapa buku yang bagus. Ada satu buku judulnya adalah Menemukan Allah di Tempat yang Tidak Terduga. Saudara-saudara, biasanya saudara menemukan Allah yaitu di gereja bukan? Tetapi dia menuliskan bagaimana dia menemukan Allah, bergaul dengan Allah ketika dia pergi ke gym. Ketika dia dalam perjalanan menuju ke kutub. Saudara saya tidak katakan setiap kali saudara pergi ke gym saudara akan menemukan Allah, tapi buku ini mengatakan menemukan Allah di tempat yang tidak pernah dia duga.

Saudara-saudara, Yesaya menyatakan keselamatan yang tidak terduga. Cara kerja Allah yang menyelamatkan yang sungguh-sungguh tidak mungkin masuk dalam pikiran kita. Ketika Allah mengirimkan Mesias Yesus Kristus, Yesaya menyatakan bahwa para orang Yahudi itu mencela dia. Mencela bentuk penampilan-Nya. Mencela karena Dia adalah sangat jelas kesedihan-Nya. Dan semua orang Yahudi itu berperasangka buruk kepada Dia. Di dalam ayat yang pertama ini Yesaya menyatakan siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar? Saudara-saudara maka ini adalah bicara bagaimana orang-orang Israel nantinya dan bangsa-bangsa menghina Injil Yesus Kristus. Apa yang dituliskan oleh Yesaya ini nanti digenapi oleh Yesus dan juga oleh para rasul dan seluruh gereja sampai masa kini. Mari kita sekarang melihat Yohanes 12:37 dan saudara-saudara akan menemukan bagaimana Yesus itu ditolak pelayanan-Nya. Perhatikan ayat 37. Yesus memberitakan Diri-Nya dan juga kematian-Nya dan tidak ada satu orang pun yang mempercayai-Nya. Mari kita melihat Roma 10:14–18, bagaimana Paulus itu mengatakan pelayanannya seperti apa. Dia memberitakan Injil, dan orang itu mendengar. Bukankah iman itu timbul dari pendengaran akan firman? Bukankah mereka mendengar? Tetapi mereka tidak mendapatkan keselamatan. Mereka menghina Injil Yesus Kristus. Mereka tidak percaya kepada keselamatan di dalam Kristus Yesus. Paulus kemudian menyatakan bukankah berita ini dinyatakan secara terbuka dan bukan tersembunyi? Bukankah berita ini diproklamasikan secara keras, bukan berbisik-bisik? Suara mereka sampai ke seluruh dunia, perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Bukankah berita ini menjangkau seluruh muka bumi, bukan tempat tertentu saja? Dan sekarang dari sekian banyak yang mendengar berita Injil maka hanya sedikit, hanya sedikit saja yang mempercayainya. Apa yang sudah dikatakan oleh Yesaya terjadi pada Yesus, terjadi pada Paulus dan terjadi pada zaman gereja sampai kepada saat ini. Hanya sedikit saja yang mempercayai berita ini. Dan bahkan di antara semua orang yang mengaku percaya berita ini sesungguhnya mereka tidak percaya. Matthew Henry menyatakan demikian: Sampai hari ini dari sekian banyak yang mengaku mempercayai berita ini hanya sedikit yang dengan lembut menerimanya dan tunduk pada kekuatannya. Yang mengaku menerima berita ini hanya sedikit saja yang lembut menerimanya dan tunduk, taat kepadanya. Seorang hamba Tuhan yang diurapi mengatakan demikian: Injil Kristus jikalau diberitakan dengan sesungguhnya tidak pernah menjadi berita yang populer. Jikalau kita melihat kekristenan yang bertumbuh, jikalau saudara-saudara melihat oh di sini ada kebangunan rohani, di situ ada kebangunan rohani, di sini gereja mulai sesat dan semuanya biarlah kita jangan cepat menjadi senang. Sama seperti Israel yang melihat Kristus dan melihatnya itu adalah muka-Nya dan wajah-Nya dan tidak melihat ada sesuatu yang hebat pada Yesus Kristus. Kita sering sekali melihat fenomena dan kita salah menyimpulkannya. Saudara dan saya jangan disukakan dengan fenomena dan kemudian menyimpulkannya. Lihatlah nomena dan nomena, hakekat itu adalah firman Tuhan.

Apakah Kristus Yesus mendapatkan banyak pengikut? Jawabannya adalah tidak. Apakah Paulus itu berhasil dalam pelayanannya secara kuantitas? Maka jawabannya adalah tidak. Maka saudara-saudara, seluruh hamba Tuhan mau tidak mau akan terikat dari kalimat Tuhan melalui nabi Yesaya: Siapakah yang percaya dengan berita yang kami dengar? Kalau saudara-saudara melihat gereja-gereja itu bertumbuh, maka saudara harus ingat Alkitab dengan jelas mengatakan sampai kepada akhir zaman lalang dan gandum akan berkumpul bersama-sama dan tidak akan dipisahkan oleh Tuhan sampai kepada akhir zaman. Tidak mungkin bisa dihindarkan bahkan saat ini pun ada lalang dan ada gandum di tengah-tengah kita. Siapa lalang dan siapa yang gandum itu tidak bisa kita tahu sampai kepada akhir zaman. Tetapi ini yang Matthew Henry katakan: Orang banyak yang mengaku mempercayai berita Injil tetapi sesungguhnya hanya sedikit yang lembut menerimanya dan tunduk kepada kekuatan Kristus. Orang-orang Puritan adalah orang-orang yang jitu melihat segala sesuatu. Mereka memiliki seluruh jemaat Kristen di seluruh nation mereka, England pada waktu itu adalah negara Kristen. Mereka pergi ke pasar ketemu sama orang Kristen. Pergi ke toko ketemu sama orang Kristen. Di gereja orang Kristen, seluruhnya orang Kristen. Itulah sebabnya mereka memiliki pisau bedah yang sangat tajam untuk mengerti sesungguhnya orang Kristen yang sejati mana, yang tidak mana. Sekali lagi Alkitab dengan jelas menyatakan orang yang sejati di dalam Yesus Kristus adalah orang yang mau seluruh hidupnya belajar untuk taat. Saudara-saudara maka Yesaya menyatakan siapa yang percaya akan berita yang kami dengar? Sekarang begitu banyak Injil yang palsu. Menggunakan Alkitab yang sama. Mengotbahkan ayat yang sama. Menggunakan istilah yang sama. Tetapi isinya itu berbeda. Arah spiritualitasnya itu berbeda. Pada intinya adalah untuk self. Pada intinya adalah self-centered. Menggunakan Alkitab dan Allah untuk kepentingan diri sendiri. Dia boleh menggunakan apapun saja dalam Alkitab dan ketika saudara dan saya mendengarkannya, seakan-akan tidak ada sesuatu yang salah. Tetapi saudara-saudara yang peka untuk melihat arahnya seluruh khotbah itu intinya adalah diri. Beritanya tentang salib tetapi hidup menyangkali salib. Beritanya tentang Yesus yang menderita tetapi hidup itu mengikut dunia. Beritanya adalah kehendak Allah tetapi nilai-nilai, elemen-elemen yang tertinggi daripada hidupnya yang disukai adalah hal-hal duniawi. Dan berapa banyak gereja yang simbol di luarnya salib tetapi tidak lagi memperdengarkan Kristus yang tersalib.

Beberapa tahun yang lalu maka saya berkhotbah di depan beberapa ratus orang dan sebelum saya berkhotbah maka ada seorang song leader yang memimpin puji-pujian. Dan kemudian saya berkhotbah tentang salib. Dan setelah saya selesai berkhotbah tentang salib saya turun dan kemudian song leader itu naik ke depan dan dia mengatakan demikian: “Kita sungguh-sungguh bersyukur untuk khotbah yang baik tetapi hari ini dan selanjutnya kita tidak perlu lagi untuk memikirkan salib karena Yesus Kristus sudah bangkit. Saya langsung tahu, anak binasa! Berani sekali. Semua orang yang menyangkali salib, yang hanya mau untuk mendapatkan hasilnya saja, dia bukan orang Kristen. Yang menyangkali Pribadi dan karya Kristus tetapi yang ingin mendapatkan result dari Pribadi-Nya yaitu Surga, itu orang yang bukan kenal Kristus Yesus. Sebagian besar dari Alkitab bicara mengenai penderitaan-penderitaan, salib Yesus Kristus; kenapa kita tidak perlu lagi untuk memikirkan itu? Saya tanya kepada saudara-saudara, Allah yang berdaulat dalam sejarah sudah memberikan kepada kita simbol gereja itu salib bukan kuburan yang terbuka. Itu artinya apa? Itu artinya bahwa seluruh komunitas ini adalah komunitas yang meninggikan salib. Seluruh komunitas ini menyadari bahwa kehidupan rohani kita itu keluar dari salib Kristus. Seluruh komunitas ini menyadari bahwa sebelum kemuliaan diberikan Allah kepada kita, kita harus mengikuti jalan Kristus yaitu pikul salib, sangkal diri, ikut Aku; demikian kata Alkitab. Satu kalimat itu dari Yesus Kristus membuat orang-orang yang mengikut Dia mundur. Tetapi Kristus tidak memerlukan para penggembira. Kristus tidak memerlukan orang-orang yang bertepuk-tangan untuk Dia. Kristus memberikan syaratnya itu di depan. Sangkal dirimu, pikul salib, ikut Aku. Salib adalah center dari seluruh komunitas gereja. Dan itu yang menjadi inti dari Alkitab. Siapa yang percaya kepada berita yang kami dengar? Engkau Allah yang memberikan keselamatan, pembebasan, restorasi kepada Israel. Dan seluruh bangsa itu akan bertepuk-tangan tetapi Yesaya mengeluh Engkau memberikannya itu melalui jalan dari Kristus yang dihina, yang adalah Man of Sorrow. Yesaya menyatakan siapa yang percaya akan berita yang kami dengar? Kalimat ini sendiri menyatakan Yesaya mendengarkan berita ini. Bukan Yesaya yang menciptakan berita ini. Dan ia mau menyatakan semua orang yang percaya yang pernah mendengarkan berita ini perlu untuk memberitakan.

Saudara perhatikan kalimat ini, siapa yang percaya akan berita, bukan yang kami perdengarkan tetapi yang kami pernah dengar. Seharusnya kalau saudara dan saya adalah orang-orang yang pernah mendengar berita ini, adalah saudara dan saya adalah orang yang dipanggil untuk memperdengarkan berita ini ke jalanan. Beritakan berita ini kepada teman-teman kantormu, teman-teman kuliahmu, kepada orang-orang yang menjadi satu dengan kosmu dan bahkan keluargamu. Berita Injil yang sejati bukan untuk kita nikmati saja atau kita sembunyikan atau kita celebrate (rayakan), tetapi untuk diberitakan. Biarlah Tuhan mendidik kita untuk mengalami apa yang dikatakan oleh Yesaya ini. Apakah seumur hidup saudara pernah mengerang, meratap di hadapan Tuhan dan pernah mengucapkan kalimat seperti ini: Tuhan, siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar? Mungkin sebagian besar dari kita tidak pernah untuk meratap dengan kalimat ini karena kita tidak pernah memberitakan Injil yang sejati. Tetapi kalimat ini ada di sini mau menyatakan bahwa seseorang jikalau dia memberitakan Injil yang sejati, maka di dalam orang tersebut akan mengalami aniaya dan penolakan. Seperti Yesaya dan hamba-hamba Tuhan yang sejati ini akan mengatakan: Siapa yang percaya akan berita yang kami dengar? Dan Yesaya kemudian mengatakan: Tuhan, kepada siapa tangan-Mu itu dinyatakan? Yesaya kemudian berdoa syafaat. Karena dia tahu, seseorang itu tidak mungkin menerima Injil yang sejati, jikalau bukan tangan Tuhan itu di atas kepalanya. Untuk menanamkan Injil di dalam hati pendosa seperti kita. Untuk menanamkan ajaran Kristus yang berhasil untuk membuka hati kita terdalam. Untuk supaya kuasa-Nya itu menerangi hati nurani kita. Maka diperlukan kekuatan eksternal di luar kita untuk melakukan dan Alkitab menyatakan itu adalah tangan Allah yang berkuasa. Kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Tangan Allah yang kuat yang perkasa itu adalah salah satu khotbah yang menjadi sorotan dari orang-orang Puritan.

Kalau saudara-saudara melihat Perjanjian Lama, maka saudara akan menemukan orang Israel keluar dari perbudakan Mesir dan akan masuk ke dalam tanah Kanaan. Dan itu akan merupakan bayang-bayang dari Perjanjian Baru, di mana Kristus melepaskan umat-Nya dari perbudakan dosa dan masuk ke dalam hidup yang kekal. Ketika saudara-saudara melihat peristiwa dari Keluaran itu, maka saudara-saudara melihat apa yang menjadi titik berat dari seluruh cerita itu. Mengapa orang Israel itu bisa diselamatkan? Saudara akan menemukan ada ratusan ribu atau kadang penafsir mengatakan sampai jutaan orang Israel besar sampai kecil itu keluar dari kejaran dan di belakangnya dikejar oleh tentara Firaun yang gagah perkasa itu. Saudara akan menemukan Laut Merah itu kemudian terbelah dan kemudian orang-orang Israel itu selamat, dan kemudian akan menutup seluruh jendral orang-orang Mesir. Ketika saudara melihat seluruh peristiwa yang mengagumkan itu, peristiwa keselamatan itu, sekarang titik beratnya apa? Apa yang membuat orang Israel bisa diselamatkan? Maka saudara akan menemukan satu ayat ini. Tangan kanan Tuhan. Tangan kanan Tuhan yang membuat keselamatan. Mari kita membuka Keluaran 15:4-6, “Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau. Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu. Tangan kanan-Mu TUHAN, mulia karena kekuasaan-Mu, tangan kanan-Mu TUHAN, menghancurkan musuh.” Saudara, lihat gambaran tangan Tuhan itu. Ini ada di atas diri seseorang maka itu adalah keselamatan bagi dia. Kepada siapa yang bisa mendengar, percaya kepada berita yang kami dengar? Dan kepada siapa tangan Tuhan itu dinyatakan? Jika tangan Tuhan tidak ada di atas kepala kita, kita tetap akan keras dengan dosa kita. Jika tangan Tuhan tidak di atas kepala kita, maka kita akan menghina Injil dan menyangkali kekuatan-Nya. Jika tangan Tuhan tidak ada di atas kepala seseorang, orang tersebut sampai mati tidak akan percaya Injil Yesus Kristus dan anugerah yang besar ini akan disia-siakan, dianggap tidak penting sama sekali dan tidak bisa dipercayai. Kecuali tangan Tuhan di atas kepala kita. Maka berkat diulurkan-Nya kepada kita. Roh-Nya akan kita terima. Sehingga kita dapat melihat Kristus, yang hina itu adalah mulia adanya. Sekali lagi, jemaat. Mendengarkan berita-berita seperti ini, biarlah kita tidak menganggapnya enteng. Apa respon kita? Kalau engkau dan saya melihat ada satu dosa, jangan pernah berpikir kalau kita bisa menghancurkan dosa itu. Kecuali Tuhan itu berkenan meletakkan tanggan-Nya di atas kepala kita. Maka bukankah kita harus meratap, meminta kepada Dia perkenaan-Nya? Bukankah pemazmur mengatakan seperti hamba perempuan itu melihat nyonyanya dan hamba-hamba laki-laki itu melihat tuannya? Lihatlah ya Tuhan, mataku memandang Engkau sampai Engkau mengasihani aku. Pandanglah Tuhan dan carilah Tuhan sampai Dia mengulurkan tangan-Nya di atas kepala kita. Baru sejak saat itu ada kemenangan. Baru dari saat itu, saudara akan lihat hidup kita itu berubah. Baru sejak saat itu saudara dan saya melihat kebenaran-kebenaran Alkitab itu terjadi di dalam hidup kita. Kepada siapa tangan Tuhan itu dinyatakan? Yesaya tidak memiliki jawabannya. Hamba Tuhan sepanjang sejarah tidak memiliki jawabannya. Itu diberikan seturut dengan kerelaan-Nya. Seturut dengan kedaulatan-Nya. Dan bukankah itu membuat kita gemetar?

Sekarang masuk ke dalam intinya. Mengapa Israel itu menolak Mesias? Yesaya 53:2-3 menyatakan, “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun, dia tidak masuk hitungan.” Sekarang kita akan masuk di dalam inti: Mengapa orang Israel itu menolak? Karena mereka menghina pribadi Kristus Yesus, karena kerendahan penampilan Kristus Yesus. Orang-orang itu sulit menerima keadaan eksternal Kristus Yesus. Wajah-Nya. Jalan yang dipakai-Nya. Karakter-karakter yang dimiliki-Nya. Sama sekali tidak sesuai dengan ide orang Yahudi tentang Mesias. Alkitab di sini dikatakan sebagai taruk, ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Bukankah Kristus itu haruslah keturunan dari Daud? Jikalau Dia keturunan Daud, bukankah Dia dari kaum bangsawan? Bukankah seharusnya Dia masuk ke dalam bangsa Israel dengan kemegahan-Nya? Bukankah seperti Raja Daud, Dia harusnya memiliki perawakan yang gagah, kedudukkan yang mulia, wajah yang tampan. Tetapi Yesus lahir dari keluarga yang kecil, yang remeh, yang malang, yang rendah, seorang anak tukang kayu. Mungkin tukang kayu yang membuat kapal. Intinya, Dia lahir sebagai anak dari buruh kasar. Kita tahu semua bahwa Yesus Kristus itu lahir di Betlehem dan besar di Nazaret. Dan Nazaret sendiri memiliki akar kata yang sama dengan taruk. Kota Nazaret adalah kota di utara, kota di Galilea dan ini adalah satu kota dengan tanah yang kering seperti gurun tidak ada yang hijau, tidak ada apa-apanya. Tidak ada yang hebat dari Nazaret itu. Kota dengan reputasi yang kecil dan dianggap tidak ada hal yang baik yang tidak bisa keluar darinya. Pada jaman itu, Nazaret sangat dikecam dan memiliki reputasi yang buruk. Suatu hari, ada salah satu murid Yesus yang dikatakan sangat murni, tidak ada kepalsuan di dalamnya, namanya adalah Natanael. Dan Filipus itu berkata kepada Natanael itu: Ayo, ikut! Mari aku akan tunjukkan Yesus Kristus yang dari Nazaret itu. Dan apa yang dikatakan oleh Natanael? Yohanes 1:49 mengatakan. Natanael mengatakan, mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Bisa tampilkan? Kata Natanael kepadanya, kepada Filipus: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Lukas 4:29. Yesus mengabarkan Injil di Nazaret dan kemudian ditolak. Lalu kemudian saudara lihat apa yang dilakukan oleh orang-orang di Nazaret. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus keluar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Yesus sendiri pernah mau dibunuh oleh orang-orang Nazaret. Dan Yesus kemudian mengatakan satu kalimat yang sangat terkenal: ‘Nabi tidak dihormati di tempatnya sendiri.’ Bukan itu saja. Kisah Para Rasul 24:5, ketika Paulus disidang dan para musuhnya menyudutkan dia karena dia dianggap adalah orang yang membuat kegaduhan seluruh dunia, karena orang ini adalah orang yang mempercayai sekte dari Nazaret. Saudara perhatikan baik-baik. ‘Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani.’ Kita tidak terlalu jelas, dalam bahasa Indonesia. Tetapi saudara perhatikan dalam bahasa Inggris. For we have found this man a plaque, one who stirs up riots among all the Jews throughout the world and is a ringleader of the sect of the Nazarene. Sekte dari Nazaret. Dan, saudara sekarang mengabarkan Injil. Kalau ada yang tanya, kamu agama apa? Saudara nanti jawabnya, kami dari sekte Nazaret. Tidak ada orang percaya.

Saudara-saudara, bukan itu saja. Bagaimana dengan penampilan-Nya? Bagaimana dengan wajah Yesus Kristus? Orang-orang mengharapkan ada sesuatu yang bisa meyakinkan dari penampilan atau wajah-Nya. Saudara-saudara, diharapkan Yesus akan memiliki keelokan yang tidak biasa di wajah-Nya. Mata-Nya harus tajam dan memikat. Pribadi-Nya penuh dengan kharisma dan menarik hati. Dan itu akan meningkatkan seluruh harapan orang yang mengikuti-Nya. Tetapi Alkitab mengatakan Ia tidak tampan, dan semarak-Nya pun tidak ada, sehingga kita memandang Dia dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkan-Nya. Tidak ada sesuatu yang secara wajah, penampilan membuat orang itu mendekat. Wajah-Nya dan tubuh-Nya itu biasa saja. Tidak ada bayang-bayang dewa yang berinkarnasi. Saudara-saudara, kalau saudara-saudara melihat Alkitab, maupun sejarah gereja, pemimpin-pemimpin Alkitab maupun sejarah gereja, banyak sekali yang tampan wajahnya dan memiliki kekuatan kharisma. Misalnya Daud, Alkitab dengan jelas mengatakan wajahnya indah dan disukai dipandang orang. Bandingkan dengan Musa, ketika dia lahir, Alkitab mengatakan sangat elok rupanya. Bandingkan dengan Saul yang gagah, yang satu kepala lebih tinggi daripada orang-orang muda jamannya. Saudara-saudara, semua orang-orang ini adalah pemimpin-pemimpin. Saudara lihat Yusuf. Yusuf adalah orang yang sangat elok wajahnya. Dia dikejar-kejar sama perempuan. Banyak dari kita, usaha apapun saja maka ketika kita mengejar, dia yang pergi. Saudara-saudara, suatu hari Pendeta Stephen Tong mengatakan: banyak orang itu, pemipin-pemipin Kristen itu memiliki kharisma-kharisma dan memiliki wajah yang tampan. Sampai ada satu orang itu, hamba Tuhan itu bicara kepada saya. Dia mengatakan, saya rasa belum tentu begitu karena Calvin itu jelek mukanya. Saudara-saudara, intinya adalah bahwa banyak orang-orang dengan kharisma natural itu menarik banyak orang. Tetapi Allah di surga memberikan tubuh kepada Yesus Kristus, untuk tidak ada satu orang pun mendekat kepada Dia, bisa memiliki kemampuan mendekat kepada Dia, karena hal-hal natural. Itulah sebabnya juga ketika Injil diberitakan, Alkitab mengatakan: Aku datang kepadamu bukan dengan kata-kata yang bijak, kalimat-kalimat yang memikat, tetapi dengan kejelasan, kejujuran, dengan kuasa Roh Allah. Itulah yang akan menaklukkan setiap hati yang mendengar Injil. Saya tidak mengatakan bahwa hamba-hamba Tuhan itu tidak boleh seorang yang fasih berbicara atau kalimat-kalimatnya memikat. Kalau saudara-saudara membaca Yesaya itu, para scholar mengatakan ini adalah the mount Everest of Hebrew literature. Kalau saudara-saudara melihat kitab Ibrani misalnya, penulisnya itu sangat brilliant, kalimat-kalimat awalnya itu adalah 4 atau 5 kalimat yang tidak ada bandingannya dengan seluruh tulisan yang ada di bumi ini. Tetapi sepanjang dari sejarah keselamatan Allah, apakah Allah memilih orang yang fasih dan memakai kata-kata hikmat yang bijak yang sangat memikat atau tidak? Setiap orang yang memberitakan Injil tidak bisa bersandar sedikit pun akan kemampuan natural mereka. Kemampuan natural itu tidak mungkin akan menciptakan iman. Hanya Roh Kudus sajalah yang memakai kalimat-kalimat itu, apakah kalimat itu memikat atau tidak. Roh Kudus sajalah yang akan memakai kalimat itu untuk menghasilkan iman.

Saya sudah berbicara berkenaan dengan taruk. Saya sudah berbicara berkenaan dengan wajah. Dan di dalam ayat ini juga, hal yang ketiga adalah ekspektasi berkenaan dengan kehidupan Yesus Kristus. Kenapa orang Yahudi itu secara alamiah itu menolak Kristus Yesus? Karena Yesus Kristus itu tidak bisa diharapkan dari kehidupan yang dijalani-Nya. Bukankah seharusnya seorang Mesias itu menjalani kehidupan yang menyenangkan, kehidupan yang baik seperti layaknya manusia apalagi pemimpin? Tetapi Alkitab mengatakan Dia adalah orang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan. Bukan hanya akhir hidupnya saja yang tragis tetapi seluruh kehidupan-Nya kejam dan sangat menyedihkan. Seorang hamba Tuhan pada jaman Puritan mengatakan, seluruh kehidupan Kristus Yesus adalah rajutan pergumulan, kesedihan, kepedihan dan rasa sakit yang menyengat. Alkitab sendiri mengatakan Dia dijadikan dosa karena kita, meski Dia tidak berdosa. Apa artinya? Dia menjalani kehidupan manusia dengan upah dosa dan itu artinya memakan kesedihan sepanjang hari. Hidupnya penuh pergumulan, tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Hidup yang selalu ditentang dan diancam dan menanggung perlawanan orang berdosa di dalam diri-Nya. Hati-Nya sangat lembut. Alkitab jarang mengatakan, Dia tertawa, tetapi beberapa kali Dia digambarkan meratap. Dan Dia bergumul terus di dalam hidup-Nya tanpa henti. Sehingga Dia berusia sedikit di atas 30 tahun, Dia dianggap hampir sama dengan seseorang berumur 50 tahun. Suatu hari Yesus Kristus berselisih dengan ahli Taurat dan orang-orang Farisi dan Dia mengatakan, “Before Abraham was born, I am!” Dalam Yohanes 8, anda akan menemukannya. Kemudian mereka mengatakan, Kamu ini orang yang terlalu berani berkata-kata, umur-Mu saja belum ada 50 tahun. Matthew Henry mengatakan: kesedihan adalah teman akrab-Nya karena di dalam diri-Nya Dia mengenakan keluhan-keluhan orang lain. Dia bersimpati dengan orang-orang banyak, dan tidak pernah menjauhkan diri-Nya dari pergumulan orang-orang banyak. Dia adalah Man of Sorrows. Bahkan di dalam transfigurasi-Nya, Dia berbicara tentang kematian-Nya sendiri. Dan di dalam perarakan-Nya sebagai Raja menuju kepada Yerusalem, Dia menangisi, meratap untuk Yerusalem. Dan Matthew Henry mengakhiri daripada poin ini, dia mengatakan: Marilah kita memandang Dia dan berduka akan dosa kita. Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Sebagai taruk dia tumbuh di hadapan Tuhan dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan. Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun, dia tidak masuk hitungan. Marilah kita memandang Dia dan berduka karena dosa kita.

 

Yesaya 53:4-6
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

29 September 2019
Ishak
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Galatia 4:22-31; Kejadian 24:1-8

Galatia 4:22-31; Kejadian 24:1-8

Hari ini kita akan berbicara mengenai Ishak, anak tunggal dari Abraham dan Sarah. Meskipun Abaraham memiliki anak-anak yang lain, yang bukan dari Sarah, tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan hanya ada satu anak perjanjian, yang lahir dari Sarah, yaitu Ishak. Ishak adalah salah satu dari tiga bapa patriakal kita. Setiap orang Israel ketika berdoa akan berdoa, Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub. Pada waktu Sarah mati, Ishak berumur 36 tahun. Ishak menikah umur 40 tahun, dan memiliki dua anak kembar ketika berumur 60 tahun. Kalau membandingkan kehidupan Ishak dengan Abraham dan Yakub, maka saudara akan menemukan kehidupan yang sama sekali lain. Kehidupan Ishak tidak ada yang terlalu menarik, seakan-akan tidak inspirational. Dia seorang pendiam, pendamai, dan sangat suka menghindari konflik. Bahkan dia pernah mengatakan bahwa Ribka istrinya itu bukan istrinya, supaya tidak dikejar oleh Abimelekh. Tidak seperti Abraham atau Yakub yang hero, Ishak seakan-akan adalah orang yang biasa saja. Saudara tidak akan mendapatkan kisah yang hero, yang menggetarkan hati di dalam kehidupan Ishak. Tetapi seperti inilah cara kerja Allah. Allah mau mengasihani kepada siapa Dia mau mengasihani, Allah membenci kepada siapa Dia mau benci. Tidak perduli orang itu seperti apa. Kalau dia adalah orang yang dikasihi oleh Allah, dia akan diangkat oleh Allah. Tidak ada jasa utama apa pun saja dalam hidup Ishak, yang temperamennya flat dan pendiam. Melalui kehidupan Ishak, maka saudara-saudara akan melihat bagaimana Allah bermurah hati memilih hamba-Nya yang tidak layak. Meskipun begitu, saya akan berbicara mengenai dua hal yang menarik dari Ishak.

Yang pertama, saudara akan bisa melihat keindahan ketaatan Ishak. Mungkin hal yang positif di dalam hidup Ishak yang pertama adalah dia memeditasikan Firman pada sore hari. Dan yang kedua adalah dia taat mutlak kepada papanya yang mencarikan jodoh bagi dia. Kejadian 24 menuliskan begitu detail mengenai pencaharian jodoh untuk Ishak. Pada waktu itu, memang sebagian besar orang menikah adalah dicarikan jodohnya, tetapi kalau Alkitab memberikan detail seperti ini, berarti ada sesuatu. Kejadian 24 dikatakan, Abraham telah lanjut umurnya, kemudian dia menyuruh bujangnya yang paling senior untuk pergi ke tanah Ur-Kasdim, kembali ke sana, untuk mencarikan jodoh buat Ishak. Abraham mengatakan berkali-kali kepada hambanya, “Jangan mengambil orang dari Kanaan ini, untuk anakku. Engkau harus pergi ke tempatku dulu, ambil seorang anak gadis, bawa dia ke sini, untuk dinikahkan dengan Ishak.” Lalu bujangnya mengatakan, ”Tuan Abraham, kalau nanti gadis itu mau menikah dengan anak tuan, tetapi dia tidak mau untuk pergi kembali bersama aku kepadamu, dan dia meminta Ishak untuk pergi ke sana, bagaimana?” Abraham langsung mengatakan, “Awas! Engkau tidak boleh melakukan ini! Kalau dia tidak mau datang ke tempatku, lepaskan dia, biarkan dia.” Saudara-saudara lihat, ini begitu detail, hamba ini, kemungkinan adalah Eliezer, bagaimana pergumulannya, dan sangat hati-hati. Setiap langkah dia berdoa supaya tidak salah dan dia meminta Allah mengungkapkan secara jelas. “Tuhan berbicaralah, Tuhan nyatakanlah, jikalau aku nanti menemukan seseorang perempuan, dan kemudian aku meminta air dari padanya, dan tanpa aku minta kemudian dia mengatakan, engkau punya hewan peliharaan, bolehkah aku memberikan minum kepada hewan peliharaanmu? Oh Tuhan, jikalau seperti itu, orang inilah yang akan menjadi istrinya Ishak.” Dia berdoa dengan gentar, di ayat 14, salah satu yang menggetarkan hati kita, bagaimana Eliezer sangat hati-hati mencari jodoh bagi Ishak. Ini adalah sesuatu yang penting, sesuatu kunci, kenapa Abraham sangat ketat dalam hal ini, kenapa Eliezer begitu sangat gentar dalam hal ini. Perhatikan satu prinsip ini, Allah sudah berjanji kepada Abraham, dan melalui keturunannya seluruh bangsa akan mendapatkan berkat. Abraham berhati-hati, agar iman kepada Yahweh tidak keluar dari keluarganya, sehingga berkat dari Yahweh tetap ada pada keluarganya dan seluruh rencana Allah digenapi.

Di dalam aplikasinya, jaga iman keluarga kita, jangan biarkan satu pun dari anak-anak kita keluar dariiman keluarga kita. Jangan serahkan satu pun dari kita kepada dunia. Ini adalah prinsip yang begitu jelas, dan seluruh orang muda di tempat ini, jikalau engkau sudah memiliki iman yang sejati, jangan biarkan iman itu keluar dari hidupmu, jangan biarkan pekerjaan Allah itu gagal di dalam hidupmu karena pernikahanmu salah. Ada keluarga dari nenek buyutnya orang Kristen sungguh-sungguh, terus menerus Kristen, tetapi pada satu titik ayah dan ibu ini kemudian tidak berhati-hati dan tidak ketat, kemudian mengijinkan anaknya untuk berbuat apa pun saja, anakku sudah besar, sudah bisa memilih sendiri, kemudian diberikan kebebasan kepada anaknya. Anak itu tidak takut Tuhan, kemudian bersahabat dan menikah dengan orang yang tidak takut Tuhan, maka garis keturunan iman itu kemudian pecah di sana. Ini sering sekali terjadi, kita harus ketat di dalam urusan menikah. Kita harus ketat terhadap anak-anak kita. Tetapi juga orang-orang muda di sini, engkau harus rela untuk dididik. Lihatlah Ishak. Dia tidak memberontak kepada papanya, dia tahu bahwa papanya dipimpin oleh Allah, bahwa berkat dari Allah, tangan Allah ada di atas kepala Abraham. Meskipun Ishak tidak heroic, tidak inspirational, pendiam, seakan-akan secara nature mudah taat, tetapi Ishak tahu bahwa jalan ini adalah jalan yang paling membuat dia diberkati. Ini adalah suatu kepekaan Abraham dan ketaatan dari Ishak. Abraham mau menjamin pekerjaan Allah itu yang dimulai dari dia akan diteruskan ke bawah.

Saudara bisa bayangkan kalau Abraham tidak ketat, kalau Ishak tidak taat, maka seluruh pekerjaan Tuhan itu seakan-akan bisa diporak-porandakan oleh mereka. Tetapi mereka tahu, mereka adalah orang yang diberikan janji, maka mereka memegang janji itu. Mereka adalah bangsa pilihan, maka mereka bertanggung jawab menjadi orang yang dipilih. Imam itu tidak boleh keluar dari keluarga mereka. Sebagai refleksi, berapa banyak orang yang keluarganya penuh dengan air mata yang seharusnya tidak terjadi, karena anak-anak mereka keluar dari iman. Anak-anak muda, berapa banyak dari antara kalian yang hatinya sakit karena engkau salah memilih orang? Hal-hal seperti ini mungkin tidak pasti, tidak popular pada jaman ini. Saya tidak bermaksud saudara-saudara untuk menjodohkan anak saudara. Tetapi yang paling penting adalah iman itu terus dijaga. Kalau sampai salah menikah, maka pekerjaan Tuhan tidak akan di-accomplish di dalam orang tersebut. Abraham, bapa orang beriman saja begitu sangat berhati-hati, dan Ishak, seorang anak muda yang memiliki gairah, dia tetap mau taat.

Ada satu bagian di dalam perikop ini yang indah, dituliskan maka Ishak berjalan-jalan pada sore hari sambil memeditasi tentang Firman Tuhan. Kata yang sama digunakan dalam Mazmur 1. Orang yang takut akan Tuhan memeditasikan Firman Tuhan itu siang dan malam. Dalam Kejadian 24, kapan Ishak sedang memeditasikan Firman Tuhan? Ketika Eliezer dan papanya yaitu Abraham sedang kebingungan mencarikan jodoh bagi dia. Dan Tuhan memimpin Eliezer untuk mendapatkan jodoh bagi Ishak. Saudara-saudara, biarkan “Allah yang sibuk menghadirkan pasangan hidup saudara ketika saudara memeditasikan Firman.” Ketika saudara memeditasikan Firman, biarkan Tuhan yang akan menghantarkan Ribka saudara. Dalam Alkitab, kasus pertama yang terjadi, ketika Adam tidur, Allah memberikan Hawa. Jaman sekarang lain sekali. Mata saudara kemana-mana, kemudian saudara menebar pesona kemana-mana, tetapi saudara tetap tidak dapat, dan kemudian dapat pun salah. Lebih baik saudara-saudara tidur seperti Adam tetapi jangan kebanyakan tidur, pasti tidak ada yang suka, tetapi saudara-saudara memeditasikan Firman Tuhan siang dan malam, Allah akan menghadirkan pasangan saudara. Tenang saja di dalam Tuhan.

Yang kedua, yang mau saya soroti dalam hidup Ishak adalah namanya. Nama Ishak adalah tertawa. Dalam Perjanjian Lama, nama itu menggambarkan keseluruhan. Nama Ishak itu bukan diberikan oleh Abraham, tetapi diberikan oleh Allah kepada Abraham dan Sarah. Engkau akan melahirkan dan namakan dia Ishak dan nama Ishak adalah tertawa. Ishak akan menjadi tanda yang universal bagi seluruh dunia. Saya akan berbicara beberapa point ini, kenapa Allah memberikan nama Ishak itu adalah tertawa, karena Ishak akan menjadi tanda di dalam seluruh hidupnya, maka semua orang akan tertawa termasuk Allah.

Hal pertama, ini akan menjadi tanda bagi Abraham. Kejadian 17:17, “Abraham, tahun depan, engkau akan mendapatkan anak.” “Hahaha. Saya?,” Abraham menunjuk batang hidungnya. “Tahun depan saya 100 tahun. Dan istri saya, melahirkan? Tahun ini usianya 89, engkau lupa ya Tuhan, tahun depan 90 tahun.” Tetapi tertawa Abraham ini adalah tertawa yang overwhelmed tentang ketertakjuban Abraham. Tertawa di dalam kekaguman. Tidak percaya, tetapi bukan memberontak. Dia kaget. Ini adalah sesuatu tertawa karena berkat yang terlalu besar akan dia dapatkan. Meskipun di tengah-tengah perjalanan itu nanti Abraham kurang percaya kepada Allah. Tetapi kemudian dia menetapkan hatinya percaya lagi. Allah mengatakan engkau akan mendapatkan anak dan anak itu namanya Ishak. Pertama-tamanya itu sudah berapa belas tahun yang lalu Tuhan bicara seperti itu. Abraham tidak tahu kenapa namanya Ishak. Tuhan men-delay belasan tahun dan kemudian setelah itu, satu tahun sebelum Sarah hamil, Tuhan datang lagi. Tahun depan istrimu hamil. Allah yang berjanji, mengingatkan janji-Nya kepada Abraham. Dan Abraham tertawa. Kagum. Setengah percaya tetapi dia mau belajar percaya.

Hal kedua, ini adalah juga tanda bagi Sarah. Kejadian 18:11-12,15. Tuhan kita adalah Tuhan yang melampaui daripada sejarah. Dia mengerti apa yang akan terjadi di depan. Maka Dia menyatakan kepada Abraham, “Aku akan memberikan engkau anak, dan ketika anak itu lahir namakan dia Ishak. Dia tertawa.” Belasan tahun Abraham dan Sarah berusaha untuk mempercayai janji itu, tetapi janji itu tidak pernah terjadi. Dan mereka berada di dalam ambang kesulitan iman. Kehidupan manusia seperti itu, kadang iman itu naik, kadang iman itu turun. Ini adalah sesuatu yang wajar, bukan? Kemudian, Allah tiba-tiba berbicara lagi kepada Abraham dan Sarah, tahun depan, Abraham terkejut, tahun depan? Keterkejutan ada 50% antara percaya dengan tidak percaya, tetapi di saat seperti itu dia menetapkan hati untuk mempercayai sehingga tertawanya adalah tertawa yang kagum kepada Allah. Tetapi tertawa dari Sarah adalah dia menetapkan hati untuk tidak mempercayai.Tertawa Sarah adalah tertawa yang mengejek Allah. Itulah sebabnya Allah menegur dia. Allah mengatakan, “Mengapa engkau tertawa?” “Aku tidak tertawa,” Sara takut. Tetapi Tuhan mengatakan, “Tidak, engkau tertawa.” Sarah menertawakan janji Tuhan. Sarah menertawakan kalimat Tuhan. Berapa banyak dari antara kita yang menertawakan kalimat Tuhan? Bahkan kalimat Tuhan yang bisa kita mengerti pun kita sering menertawakan, menghina dengan tidak mempercayainya. Bahkan salah satu Firman mengenai penghakiman, bukan janji, penghakiman yang jelas pun kita menertawakannya, berpikir itu tidak akan terjadi. Sarah tidak mempercayai janji Allah karena melihat dirinya sudah sangat tua. Dia tidak mempercayai bahwa Allah sanggup untuk menepati janji-Nya.

Ketika Allah berjanji, maka janji itu akan digenapi karena Allah memiliki tiga sifat dasar ini. Yang pertama, Dia itu kekal. Yang kedua, Dia itu setia, tidak berubah. Dan yang ketiga, Dia itu berkuasa. Jikalau seseorang berjanji kepada kita, apakah orang itu sanggup menepati janjinya itu tergantung dari tiga hal ini:

Allah atau seseorang berjanji, tetapi kemudian orang itu mati, maka tidak mungkin menepati janjinya bukan? Tetapi Allah di dalam Alkitab yang berjanji adalah Allah yang kekal.

Jikalau seseorang itu berjanji, tetapi kemudian dia berubah hati maka janjinya tidak akan dipenuhi.

  • Memiliki kuasa.

Begitu dia berjanji dia memiliki kuasa untuk menepati janjinya. Kalau dia tidak berkuasa, janjinya tidak mungkin digenapi bukan?

Kekal adalah bicara mengenai waktu. Ketika Allah yang kekal itu, maka ketika Dia berjanji sering kita mengatakan persis seperti Abraham dan Sara, too late, sudah terlambat Tuhan. Aku sudah tua dan dalam urusan yang tua ini Engkau mau memakai aku? Aku sudah terlalu tua, Tuhan. Saya teringat akan tokoh-tokoh Alkitab. Abraham itu mulai dipakai oleh Tuhan umur 75. Dipanggil oleh Tuhan, tetapi kemudian mulai dipakai untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa umur 100 tahun. Musa mulai dipakai oleh Tuhan umur 80 tahun. Dia mati umur 120 tahun. Abraham mati umur 175 tahun. Yakub bergumul dengan Allah ketika berumur sekitar 70 atau 80 tahun. Di saat itu dia dipakai oleh Tuhan luar biasa. Saudara bisa bayangkan sekarang umur 80 tahun bergumul dengan Allah. Dia mati sekitar umur 140 tahun. Setengah dari waktunya sudah lewat baru dipakai sama Tuhan. Terlalu terlambat Tuhan. Engkau mau pakai aku untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa? Puluhan tahun yang lalu aku percaya kepada-Mu, tetapi sekarang sudah terlambat Tuhan. Musa mengatakan sudah terlambat Tuhan. Yakub mengatakan sudah terlambat Tuhan. Sudah habis, saya sudah saatnya pensiun. Hidupku memang tidak berguna apa-apa. Tetapi tidak, di saat-saat seperti itu Allah mulai membangkitkan mereka satu per satu. Allah yang kekal yang tidak bisa mati, memiliki rencana kepada manusia.

Kedua adalah kesetiaan. Kesetiaan Allah yang memegang janji. Tuhan, Engkau berjanji Engkau memberikan kepadaku anak. Aku jelas kok Tuhan. Tetapi yang pertama, too late, sudah kelamaan Tuhan, sudah terlambat. Tetapi kedua, yang lebih parah adalah aku tidak setia Tuhan. Aku sudah bersetubuh dengan Hagar. Aku sudah melahirkan anak, Ismael. Aku tidak setia. Tetapi Alkitab mengatakan meskipun manusia itu tidak setia, janji Allah tidak bisa dibatalkan. Allah kita adalah Allah yang tidak berubah. Di dalam Alkitab ada satu tulisan: meskipun kita tidak setia, Allah itu setia karena Dia tidak bisa mengingkari diri-Nya sendiri.

Ketiga adalah berkuasa. Oh terlalu sulit, Tuhan. Aku sudah tua, sudah mati seks-ku. Aku sudah tidak lagi haid. Suamiku sudah tidak ada lagi birahi. Semua itu dikatakan di dalam Alkitab. Tetapi Allah itu kekuasaan-Nya melampaui seluruh kehidupan kita. Tiga hal ini, di dalam kekekalan, di dalam kesetiaan, di dalam kekuasaan-Nya, maka seorang Abraham dan Sarah yang sangat tidak mungkin melahirkan anak, Ishak itu lahir.

Hal ketiga, Ishak akan menjadi suatu tanda, tanda itu adalah tertawa. Di dalam bahasa aslinya dikatakan Ishak di dalam hidupnya pada waktu masih kecil itu dimain-mainkan, di-bully oleh Ismael. Di dalam bahasa Indonesia dikatakan Ismael itu sedang bermain-main dengan Ishak. Mari kita lihat Kejadian 21:9. Di dalam bahasa Inggris translate yang lain adalah menertawakan. Ismael umurnya beda kurang lebih 10-12 tahun dengan Ishak. Jadi dari kalimat ini saudara bisa melihat bahwa Ismael sedang mempermainkan Ishak sambil tertawa. Maka di dalam kitab Galatia yang tadi kita baca, maka dikatakan bahwa anak Hagar itu menganiaya Ishak. Dan itu adalah tanda, simbol dunia itu mempermainkan anak-anak Tuhan. Allah mengatakan namai dia Ishak, itu akan menjadi tanda. Tanda apa Tuhan? Tanda bahwa di dalam dunia ini ada dua keturunan. Keturunan yang pertama adalah keturunan taurat Sinai, Hagar, yaitu Ismael. Keturunan kedua adalah keturunan dari ibu surgawi yaitu Yerusalem dan itu adalah Sarah dan keturunannya adalah Ishak. Dan keturunan dunia ini akan menganiaya anak-anak Tuhan. Ishak sendiri ditertawakan oleh Ismael.

Hal keempat, ini adalah tanda bagi semua orang yang dipilih Allah: Ishak, tertawa. Tertawa adalah tanda semua orang di dalam Kristus. Tertawa adalah tanda akhir sejarah hidup orang-orang di dalam Kristus. Setelah Sarah tertawa karena ketidak-percayaan, tertawa karena menghina pekerjaan Tuhan, tetapi meskipun begitu pekerjaan Tuhan tetap terjadi dalam hidupnya. Dan kemudian sungguh-sungguh Ishak itu dihadirkan melalui rahimnya. Saudara sekarang bisa melihat bahwa Sara kemudian tertawa bersukacita. Perhatikan Kejadian 21:6, tadinya adalah tertawa karena menghina tetapi sekarang tertawa bersukacita. Saya akan jelaskan ini sedikit, di dalam Yunani kuno maka saudara akan menemukan ada dua plot yang merupakan plot utama di dalam sebuah drama. Genre dua yang terkenal itu pertama adalah tragedi, kedua adalah komedi. Dan kalau saudara-saudara melihat bagaimana orang-orang seperti Aristotle dan juga orang-orang yang sangat hebat di dalam seni, mereka memiliki definisi-definisi mengenai tragedi dan komedi. Secara singkat, tragedi itu secara sederhana dapat dikatakan, peristiwa yang menyedihkan di mana cerita berakhir dengan kekalahan maupun kesedihan tokoh utamanya. Sedangkan komedi itu adalah sebaliknya, merupakan peristiwa yang lucu, yang gembira, di mana tokoh utamanya itu akhirnya mendapatkan kegembiraan dan kemenangan. Saudara-saudara perhatikan baik-baik. Apa yang terjadi di dalam hidup Abraham dan Sarah merupakan satu contoh kecil dari seluruh kehidupan umat manusia. Dan secara khusus itu menjadi contoh bagi kita, anak-anak Tuhan di dalam Kristus. Seluruh hidup manusia masuk ke dalam tragedi. Seluruh hidup manusia akhirnya adalah tragedi. Dosa menghasilkan tragedi. Lihatlah Adam dan Hawa, mulai dari satu kegembiraan dan kemudian mengakhiri hidupnya dengan air mata. Saudara-saudara, itu adalah tragedi. Kecuali Allah berintervensi masuk di dalamnya, kecuali Allah bekerja di dalam dirinya memberikan Ishak anak perjanjian itu, maka manusia mengubah dari tragedi menjadi komedi. Saudara bisa perhatikan, jikalau Ishak tidak lahir maka saudara bisa melihat bahwa Abraham sampai tua, dia menjadi orang yang sangat lonely. Seluruh janji Allah tidak terjadi apa pun saja. Dan Sarah seumur hidup akan malu, tidak memiliki anak. Itu tragedi. Tetapi ketika Allah menghadirkan Ishak dan di dalam systematic theology, Ishak adalah satu simbol dari Yesus Kristus. Dan ini adalah anak perjanjian. Maka tragedi itu menjadi komedi. Akhir hidup Abraham dan Sarah adalah tertawa. Hanya di dalam Yesus Kristus maka air matamu akan menjadi tertawa jikalau engkau mau taat kepada Dia. Ini adalah simbol di dalam seluruh perjalanan anak-anak Tuhan. Akhir hidup orang-orang yang dipilih oleh Allah, yang dikasihi oleh Allah adalah tertawa.

Terakhir, hal kelima, Allah tertawa. Dengan takut akan Tuhan, saya berbicara hal ini. Sangat sulit bagi kita untuk memikirkan bahwa Allah itu tertawa. Ketika kita berpikir berkenaan dengan Allah, maka Dia ada di atas sana begitu serius dan duduk di dalam kemuliaan-Nya. Saudara, itu adalah benar. Tetapi yang lain, Alkitab itu menggambarkan ada serpihan-serpihan bagaimana Allah itu tertawa. Sebenarnya di dalam Alkitab, Allah tertawa secara jelas itu dikatakan; Allah tertawa kepada musuh-musuh-Nya karena hari kebinasaan mereka sudah dekat. Itu adalah satu tertawa dengan gagah dan mentertawakan seluruh manusia yang melawan Dia. Tetapi bagi Abraham yang adalah sahabatnya Allah, pekerjaan Allah yang berhasil di dalam kehidupan Abraham, maka Yesus Kristus melihatnya dan Yesus Kristus dikatakan tertawa. Tertawa sangat memiliki relasi yang erat dengan joy and delight. Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab, Mazmur 16 dikatakan bahwa di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. Di tangan kanan ada delight forever. Maka saudara-saudara bisa bayangkan satu surga yang begitu mulia, di dalamnya ada sukacita dan kesukaan – delight yang berlimpah dan terus menurus. Maka di situ ada tertawa yang suci.

Dan saya akan akhiri, dalam Lukas 10:21-22. Saudara-saudara perhatikan baik-baik. Jarang sekali dalam Alkitab itu ada kata Tuhan bergembira. Dan orang yang bergembira adalah orang yang tertawa, yang tersenyum, sangat bergembira. Yesus di sini boleh saudara-saudara katakan, menyatakan tertawa yang suci. Dan kenapa Dia tertawa yang suci? Alkitab mengatakan karena Dia melihat bagaimana orang-orang yang rendah hati diangkat oleh Tuhan dan orang-orang yang tinggi hati direndahkan oleh Allah. Saudara-saudara, Abraham adalah bapak orang yang beriman. Dan apa arti kata Abraham adalah bapak orang yang beriman? Dia secara rohani bergantung sepenuhnya kepada Allah. Dia menyadari dirinya itu nothing. Dirinya itu adalah rendah. Dia memiliki hati yang lembut, yang lowly, yang menyatakan bahwa dirinya itu tidak layak dan Allah adalah tempat perlindungan dan tempat bergantungnya. Allah melihat dia, Allah mengangkat dia. Dan ketika Yesus Kristus melihat peristiwa ini, Dia melihat pekerjaan Allah yang berhasil dalam kehidupan anak-anak Tuhan termasuk Abraham, mengangkat orang yang hina ke atas, dan akhir hidupnya itu tertawa, dan Allah oknum kedua Tritunggal itu bergembira. Dia tertawa karena melihat hidup kita itu adalah hidup yang diberkati Allah dengan anugerah yang besar. Ishak akan menjadi tanda tertawa. Sarah tertawa. Abraham tertawa. Ismail menertawakan. Dan Allah sendiri, Yesus Kristus sendiri tertawa di dalam kesucian. Kiranya Tuhan boleh memimpin hidup kita merenungkan Firman-Nya. Mari kita berdoa.


Kejadian 22:1-3
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

29 September 2019
Abraham(5)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Kejadian 22:1-3

Kejadian 22:1-3

Alkitab mengatakan Abraham adalah bapak orang beriman, berarti Tuhan sendiri menyatakan kepada kita bahwa iman yang sejati itu didefinisikan memiliki iman yang sama dengan Abraham. Apakah imanku sejati? Setiap orang Kristen harus berani mengevaluasi diri. Calvin sendiri menyatakan self-evaluation, self-examination adalah tanda anak-anak Tuhan yang sejati. Sebaliknya, orang-orang yang beriman palsu tidak akan berani untuk menguji, mengevaluasi dirinya sendiri. Ini adalah pertanyaan bagi kita semua. Apakah imanku iman sejati? Apakah aku menyembah Allah yang sejati? Prinsip Alkitab sekali lagi menyatakan Abraham adalah bapak orang beriman. Abraham sejati menyembah Allah dan Abraham menyembah Allah yang sejati. Itu artinya, jikalau di dalam diri seseorang, kita memiliki iman yang sama dengan iman Abraham maka iman itu saja yang sejati. Iman yang sejati adalah iman yang real, deep dan acceptable by God. Kenapa kata yang saya ulang-ulang di dalam beberapa kalimat tadi adalah “sejati”? Karena banyak yang palsu. Karena pekerjaan setan itu memalsukan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Firman Tuhan itu seperti kaca untuk kita bisa bercermin. Tetapi kiranya setelah kita bercermin kita bukan melupakan apa yang kita lihat dan kita melihat diri kita sesungguhnya dan minta Tuhan memberikan anugerah yang besar dalam hidup kita yaitu mengubah hidup kita. Apa elemen-elemen iman sejati yang dimiliki Abraham? Kita sudah membicarakan empat elemen dan hari ini masuk poin kelima. Saya mau mengulang sedikit berkenaan dengan elemen itu.

Pertama, elemen yang sejati adalah mulai dari anugerah Allah. Sumber pertama iman tidak mungkin dari manusia. Untuk seseorang memiliki iman yang sejati maka Allah yang sejati haruslah terlebih dahulu menyatakan diri-Nya. Alkitab dengan jelas menyatakan Allah membukakan diri-Nya terlebih dahulu kepada Abraham.

Kedua, iman yang sejati adalah hidup yang berjalan bersama Allah. Apakah ada pergaulan-pergaulan intim bersama dengan Allah? Makin lama kita makin di-‘sendiri’-kan untuk hati kita dilepaskan dari apapun saja dan akhirnya hanya memiliki Allah, pribadi Allah satu-satunya di dalam center hidup kita. “Abraham keluar engkau dari negerimu dari sanak saudaramu, dari rumah bapakmu, ke negeri yang akan Aku tunjukkan kepadamu.” “Kemana Tuhan?” Tuhan diam, Tuhan tidak berbicara kepada Abraham. Maka bagian Alkitab itu menyatakan bahwa Abraham tidak memiliki apapun saja yang bisa dia pegang, Abraham tidak jelas tentang apapun saja kecuali satu, dan satu itu adalah Tuhan yang menyertai. Abraham bahkan tidak jelas mau pergi ke mana, tetapi dia jelas bahwa Tuhan memanggil, Tuhan menyertai dia. Apalagi yang dia miliki? Tidak ada, kecuali pimpinan Tuhan, pribadi Allah beserta dia didepan.

Ketiga, elemen iman yang sejati objeknya harus tepat (precise). Iman yang sejati adalah pengenalan akan Allah yang sejati. Ketika berbicara berkenaan dengan Allah yang sejati bukan sekedar nama-Nya tetapi sungguh-sungguh pribadi-Nya dan sifat-Nya. Orang Yahudi adalah orang yang menyembah Allah. Tetapi Yesus Kristus katakan: Tidak, engkau menyembah setan. Saulus melayani Allah, tetapi Yesus Kristus sendiri hadir dan mengatakan: engkau menganiayai Aku. Maka ini bukan sekedar sebutan, “Oh, Allah, aku beriman kepada Allah.” Kemudian imanku sejati. Tetapi apakah sungguh-sungguh saudara memiliki satu pengenalan akan Allah yang ada di dalam Alkitab? Apakah kita sungguh-sungguh mengenal pribadi, sifat, bergaul intim dengan Dia setiap hari? Apakah kita bergaul dengan Yesus Kristus yang hidup yang dikatakan di dalam Alkitab? Jikalau hanya mengambil nama Yesus Kristus dalam pikiran kita dan sama sekali saudara tidak memperdulikan Alkitab, saudara bergaul dengan dan menyembah siapa? Saudara menyembah Yesus Kristus yang merupakan produk pikiran kita.

John Calvin menyatakan hati manusia adalah pabrik ilah (idol). Jadi kalau kita biarkan hati kita dan tidak menjagainya di dalam Firman, sehebat apapun dan selama apapun kita berada dalam sebuah gereja, kita akan menciptakan ilah sendiri kemudian kita menamakan dia: Yesus Kristus. Yesus Kristus ciptaan kita itu ternyata berbeda dengan apa yang ada di dalam Alkitab. Dan itulah yang terjadi di dalam gereja-gereja. Kita harus membaca Alkitab dan membaca buku-buku yang baik yang menghantar kepada satu pribadi yang tepat, yang Alkitab itu nyatakan. Tadi pagi ketika saat teduh, Tuhan menyatakan dalam Firman-Nya, zaman dulu ada nabi-nabi palsu, tetapi zaman sekarang itu adalah guru-guru palsu. Mereka itu membuat gambaran Kristus Yesus yang lain yang tidak ada di dalam Alkitab. Bahkan Yesus Kristus sendiri mengatakan pada zaman terakhir akan banyak orang mengatakan kepada Yesus Kristus, “Aku bernubuat atas nama-Mu, aku mengusir setan demi nama-Mu, aku melakukan mujizat demi nama-Mu.” Tetapi Yesus mengatakan: “Sesungguhnya, Aku katakan kepadamu, Aku tidak mengenal engkau, hai, engkau pembuat kejahatan!” Orang ini mengatakan Yesus itu Tuhan dan bermain dan beraktivitas di dalam Kekristenan. Tetapi jelas imannya bukan seperti iman Abraham. Dia menciptakan idol diberikan nama Yesus Kristus karena dia adalah orang Kristen. Apakah saudara berani menguji diri tentang hal ini?

Keempat, iman Abraham adalah iman yang bertumbuh melihat signifikansi kemuliaan dan keindahan Yesus Kristus. Kalau sudah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, dan tidak melihat signifikansi Yesus Kristus maka saya mempertanyakan dengan tanda tanya besar apakah imanmu itu adalah iman yang sejati? Apakah kita bisa melihat berkenaan dengan pribadi Kristus yang mulia yang tidak ada bandingnya? Abraham hidupnya itu melihat kemuliaan Kristus, signifikansi dan keindahan Kristus. Lihatlah kehidupan Abraham sebagai bapak orang beriman. Banyak yang diajarkan Allah kepadanya. Tetapi center-nya adalah korban domba pengganti Ishak. Ambillah korban domba itu dari cerita ini, maka Ishak tidak ada lagi. Janji Allah menjadikan dia bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi semua bangsa menjadi tidak ada. Dan kehidupan Abraham tanpa ada domba akan menjadi kehidupan yang penuh dengan tragedi pada akhirnya. Tetapi domba itu, yang merupakan bayang-bayang Yesus Kristus, yang menyelamatkan hidup Abraham dan keturunannya. Di dalam domba itu, di dalam diri Yesus Kristus maka semua sifat Allah itu direkonsiliasikan dalam satu tempat, satu waktu. Keadilan dan kemurahan. Murka dan kasih. Dan di dalam Yesus Kristus, sejarah hidup Abraham itu lanjut terus. Dan kehendak Allah di bumi melalui Abraham dan keturunannya terlaksana. Apakah kita berani menguji diri dengan point ini? Kehidupan iman itu bukan kehidupan yang mudah dan bukan kehidupan yang bergerak naik terus dengan garis lurus. Kehidupan iman itu pasti ada naik turun, ada saat-saat bersemangat dan ada saat tidak bersemangat. Ada saat-saat iman kita kuat, ada saat-saat iman kita lemah. Tetapi uniknya anak-anak Allah yang sejati di tengah-tengah apapun saja, ada sesuatu kepastian dia akan melihat ketergantungan mutlaknya kepada Yesus Kristus tidak mungkin tergantikan. Kita makin lama makin melihat signifikansi Kristus di dalam kehidupan kita, keluarga kita. Kita makin lama makin melihat kemuliaan Yesus Kristus jauh melampaui pribadi manusia yang terhebat sekalipun dan melihat isi hati Kristus dengan seluruh keindahannya hadir di dalam hidup kita, bagaimanapun saja di dalam seluruh kehidupan iman yang naik turun itu.

Kelima, iman yang menghasilkan hidup yang rela untuk taat kepada Allah.Ketaatan – obedience adalah hati yang mengutamakan Allah lebih daripada apapun saja. Dalam Alkitab ataupun dalam sistematik Teologi, maka aspek di dalam iman pasti ada knowledge. Maka saya mengatakan iman itu memiliki sesuatu ketepatan. Iman juga ada unsur pergaulan. Ada suatu trust yang terbangun. Tetapi ketika berbicara tentang point ini maka karya Tuhan di dalam iman yang sejati itu adalah mengubah hati. Di situ afeksi itu muncul. Perasaan itu ada dan mendorong kita untuk rela taat kepada Allah. Iman yang sejati adalah pengubahan hati. Sekali lagi hati. Alkitab mengatakan, iman sejati, iman Abraham bukan mengenai boleh atau tidak boleh atau aturan-aturan, legalism seperti orang farisi. Yang kalau kita menabrak aturan itu maka kita menjadi takut. Iman yang sejati berbicara berkenaan dengan hati yang percaya dan mengasihi Allah. Ketika saya mempersiapkan khotbah ini sampai pada point ini saya menyadari saya tidak mampu, tidak layak. Di dalam takut akan Tuhan maka saya melanjutkan khotbah ini. Karena itu siapa yang dapat mengatakan aku mengasihi-Mu Tuhan, kita tidak boleh cepat-cepat mengatakan hal itu. Kita mengasihi apapun saja tetapi mungkin kita tidak mengasihi pribadi-Nya. Tetapi Alkitab jelas mengatakan iman yang sejati berkenaan dengan hati yang mengasihi Allah dan dari hati yang mengasihi Allah itu muncullah ketaatan. Dan itu semua dikerjakan oleh Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Biarlah kita mengingat bahwa iman yang sejati itu adalah anugerah dari Allah Bapa yang membawa mata hati kita melihat kemuliaan Kristus. Dia memberikan Roh Kudus di dalam hidup kita untuk menguduskan, makin disendirikan, untuk dimiliki, untuk dikasihi dan mengasihi Allah semata.

Abraham diminta Allah untuk mempersembahkan Ishak. Ini adalah sesuatu yang sangat-sangat sulit di dalam hidup Abraham. Saya sudah berbicara berkenaan prinsip Abraham mempersembahkan Ishak dari sisi dia yang telah mengenal Allah. Dari sisi yang lain, saudara bisa melihat kerelaannya untuk taat. Rela mengutamakan Allah daripada cintanya kepada Ishak. Ketika Allah memberikan perintah-Nya kepada manusia begitu jelas – apa itu jenis korbannya, kapan harus dikorbankan, dan di mana korban itu harus dibawa. Ini adalah prinsip Alkitab dalam hidup kita. Dalam Alkitab, Tuhan menyatakan ketaatan itu lebih penting daripada korban. Apa yang menjadi masalah dari orang-orang Israel dan dari Saul? Yaitu dia mengorbankan sesuatu, tetapi Nabi Samuel datang kepadanya, ”Apakah engkau pikir Allah itu memerlukan korbanmu? Ketaatan itu lebih penting daripada korban. Engkau tidak melakukan apa yang Allah katakan kepadamu.” Banyak orang Kristen menipu diri seperti ini. Tuhan menghendaki engkau taat dalam hal ini tetapi kita mengorbankan hal-hal yang lain. Kita menipu secara rohani terhadap Allah. Korban yang kita lakukan sebenarnya untuk menghindarkan diri kita dari ketaatan. Terlalu banyak hal yang bisa kita pelajari dari kehidupan Abraham. Dia rela taat dan mengutamakan Allah daripada cintanya kepada Ishak. Dia tidak membiarkan Ishak menjadi ilahnya. Dia menjadi contoh bagi kita semua tentang apa itu ibadah, penyembahan dan ketaatan. Hatinya bulat, utuh tidak ada ilah yang lain. Allah bukan saja di-center hatinya, Allah di seluruh hatinya. Dan kita sangat terpesona dengan Kejadian 22 ini. Tetapi saya mau tarik ke dalam prinsip apa yang Alkitab katakan. Biarlah kita ingat ketaatan bukanlah product alami natur manusia yang berdosa tetapi product Roh Kudus yang mengubah hati seseorang mengasihi Bapa lebih daripada apapun saja. Iman yang sejati merupakan anugerah dari Bapa kepada kita. Mengandung 2 hal ini. Pertama adalah anugerah pengampunan. Tetapi kedua adalah kuasa pengubahan hati. Hati itu diubah oleh Allah, dari tidak peduli akan Allah, menjadi hidup yang dikonsekrasikan bagi Allah saja. Dari hati yang melawan, dari musuh Allah, menjadi hati yang mengasihi dan menaati Allah. Dan itu dikerjakan oleh Roh-Nya dalam diri kita sehingga kita boleh memanggil Dia, “Ya Bapa, Ya Abba”. Roh Kudus akan bekerja pada diri seseorang yang dipilih Allah yang memiliki iman yang sejati, mengubah hatinya makin lama makin mengenal pribadi Allah, makin melihat kemulian-Nya dan melihat keindahan-Nya dan membuat sesuatu product di hati manusia yang tadinya berdosa menjadi satu hati yang rela taat bagi-Nya.

Saya sangat terkejut ketika membaca satu perikop dalam Kitab Yohanes. Ketika Yesus Kristus berbicara berkenaan dengan perintah dan taat, sebenarnya pada saat yang sama Dia berbicara mengenai cinta. Dia tidak pernah memisahkan antara ketaatan dengan cinta, perintah dengan cinta. Lebih utama daripada itu, Dia mengutarakan itu di dalam konteks pemberian Roh Kudus. Mari kita melihat Yoh 14:15, Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. (21): Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Kudan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya. (23-24): Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti Firman-Ku; dan Firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. (31): Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku (Itu berarti Yesus taat). Bangunlah, marilah kita pergi dari sini. Dalam ayat-ayat ini tidak pernah ada bicara berkenaan dengan ketaatan yang dilepaskan dari kasih. Yesus mengatakan orang-orang yang palsu yang berkata aku mengasihi Engkau, Tuhan, tetapi dia itu tidak melakukan perintah Allah, orang seperti itu bukan mengasihi Allah. Orang yang mengasihi Allah adalah orang yang melakukan perintah Allah. Tetapi kalimat ini juga benar bahwa kita tidak mungkin menaati Allah jikalau kita tidak mengasihi Dia. Saudara lakukan apapun saja, tidak mungkin kita menaati Allah jikalau kita tidak ada kasih kepada Dia. Tidak pernah ada Alkitab bicara tentang ketaatan di luar hati kita, diluar cinta kita kepada Tuhan. Itu anak-anak kegelapan, taat karena takut, karena dipaksa. Taat seperti Firaun yang terpaksa taat untuk melepas Israel karena kutuk itu didatangkan.

Di tempat yang lain Yesus pernah mengatakan, jikalau hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi, kamu tidak dapat masuk surga. Kata yang dipakai untuk “kebenaran-mu…” berbicara mengenai Righteous. Ini bicara mengenai hidup di luar yang taat. Farisi bukankah taat sekali? Kalau membandingkan, bagaimana mungkin kita bisa menandingi ketaatan Farisi? Tetapi kalau saudara mengerti apa itu iman yang sejati, maka itu adalah iman yang dealing dengan hati yang diubah. Hati yang perlahan-lahan bertumbuh mengasihi Allah dan dari situ ketaatan terjadi. Ini berbeda sekali dengan ketaatan orang-orang Farisi dan Firaun yang melepaskan Israel karena takut. Itu adalah ketaatan seperti budak, bukan taat kepada Allah tetapi adalah takut. Bukan takut kepada Allah tetapi takut diserang. Ini berkenaan dengan serville fear – takut dilukai. Takut yang terjadi karena punishment Allah kepada kita, kalau kita tidak melakukan perintah-Nya atau kalau kita melakukan kesalahan. Jikalau dalam diri kita tidak ada kasih kepada Allah, kita akan melakukan ketaatan basisnya adalah Farisi, kita takut dilukai oleh Allah. Seorang Puritan mengatakan takut seperti ini adalah takut seperti budak kepada tuannya yang membenci dia dan budak ini memandang tuannya adalah tuan yang kejam. Maka ketika budak ini taat, taatnya adalah karena dipaksa oleh tuannya dan tuannya memberikan batasan-batasan kepada dia. Ketaatan seperti ini sifatnya self-centred, self-love. Bentuk luarnya orang seperti ini akan taat melayani, taat melakukan hukum, tidak melakukan dosa adalah karena mereka takut diserang, dilukai, dihajar, dan supaya menghindarkan diri dari luka-luka seperti itu mereka mengerjakan bagiannya, pelayanannya, ketaatannya. Ini adalah suatu usaha untuk mencari approval supaya tidak diserang. Iman yang seperti itu adalah iman yang palsu. Ketika Allah bekerja di dalam diri kita, diri seseorang, akan menghasilkan iman yang sejati dan hatinya akan diubah oleh Allah. Sekali lagi iman adalah masalah hati, masalah cinta, masalah ketaatan yang lahir dari cinta. Iman adalah masalah kesucian yang lahir karena hatinya sepenuhnya dimiliki oleh cinta Kristus dan mengasihi Kristus. Biarlah kita boleh menguji hati kita apakah hal ini terjadi dalam hidupmu? Apakah ada Roh Kudus yang mendorong kita untuk menaati Allah? Roh Kudus membentuk hati seseorang itu untuk makin mengenal Kristus, makin melihat keindahan-Nya, makin mengasihi Dia, dan dari sana muncul ketaatan. Dan bentukan itu merupakan gabungan antara kegentaran, sukacita, kagum, kesukaan dan semua itu muncul karena Roh Kudus menyadarkan kita, Allah yang mengasihi kita.

Saya suka sekali dengan definisi John Calvin mengenai Fear of the Lord, mengenai kesalehan. John Calvin mengatakan kesalehan sejati adalah hati yang memiliki perasaan yang tulus mengasihi Bapa yang sama besarnya dengan takut dan hormatnya sebagai Tuhan merangkul kebenaran-Nya dan takut menyakiti hati-Nya lebih daripada takut kepada kematian. Luar biasa sekali tepat dalam sasaran. Kesalehan, apa itu? Dalam poin ini Calvin menekankan iman adalah berkenaan dengan afeksi terdalam hati kita. Ya betul iman adalah aspek dari knowledge, trust dan pengenalan, tetapi masuk lebih dalam, iman adalah bicara mengenai afeksi di dalam hati mengubah seluruh keinginan-keinginan kita sebelumnya. Mengubah hidup, mengubah hati, makin lama makin dimiliki oleh Allah, makin lama makin dikasihi, makin menyadari, mengasihi Allah. Makin lama hatinya yang memusuhi Allah sekarang hatinya didedikasikan bagi Allah. J.I. Packer berdoa seperti ini: Tuhan bukanlah urusanku apakah aku hidup atau mati tetapi mengasihi dan melayani-Mu itulah bagianku dan kasih karunia-Mu pastilah memberikan hal ini jikalau hidupku panjang aku akan senang supaya aku bisa menaati-Mu dalam waktu yang lama. Tetapi jikalau hidupku pendek mengapa aku harus susah? Karena aku akan terbang tinggi ke hari yang tidak pernah berakhir. Jim Elliott adalah satu dari lima orang yang menjadi misionari di suku Auca dan dia mati muda di sana. Dia berdoa seperti ini: “Allah, aku berdoa kepada-Mu nyalakan lilin yang mati di dalam hidupku sehingga aku dapat bernyala untuk-Mu. Habiskan hidupku karena ini adalah milik-Mu, aku tidak mencari panjang umur tetapi hidup yang utuh seperti-Mu Tuhan Yesus.” Lihatlah orang-orang ini, nabi-nabi, rasul-rasul dan bapak-bapak gereja pendahulu-pendahulu kita yang sejati. Saudara akan menemukan satu kesamaan hatinya sepenuhnya dimiliki oleh Kristus seluruh hidupnya. Hatinya dimiliki didedikasikan bagi Kristus tidak ada iman yang setengah. Saudara beriman yang sejati atau tidak? Ini adalah iman yang sejati: pemberian dari Allah melalui Yesus Kristus membentuk hati yang mengasihi Allah untuk taat kepada Dia. Seseorang yang memiliki iman yang sejati pasti memiliki Roh Kudus di dalam hatinya dan Roh Kudus itulah yang menjadi satu pribadi pendorong kesucian.

Saya akhiri dengan satu cerita yang sungguh terjadi. Ada seorang yang ingin sekali menjadi pemain rugby. Hatinya, cita-citanya, tujuan hidupnya, pengorbanannya semuanya adalah untuk menjadi pemain rugby nomor satu di negerinya. Dia beli baju, bola dan perlengkapan-perlengkapan rugby, menghias kamarnya dengan poster dan bendera klub-klub rugby. Dia melakukan apapun saja, latihan-latihan. Tetapi masalahnya satu, dia tidak bisa menjadi pemain profesional karena tubuhnya pendek. Jadi sepanjang hidupnya, dia hanya menjadi supporter saja. Ada satu pelatih rugby melihat dia yang sangat ingin untuk menjadi pemain rugby profesional maka memperbolehkan dia untuk masuk ke dalam tim nya menjadi pemain rugby profesional tetapi sebagai pemain cadangan saja. Setiap kali timnya main, dia akan berteriak-teriak dan mengibar-ngibarkan bendera dari bangku cadangan itu. Passion dan energy-nya itu sangat besar untuk memenangkan pertandingan itu. Suatu hari ketika bertanding tim itu mulai ketinggalan angka dan makin lama makin besar, maka timnya makin tidak bersemangat dan semua pemain itu menjadi lesu. Kekalahan sudah ada di depan mata. Tetapi pemain yang kecil ini, passion-nya yang besar itu terus meloncat-loncat dan mengatakan kepada semua tim, “Engkau maju, engkau pasti bisa mengalahkan. Maju!” Dan pelatih itu melihat orang ini yang tidak habis-habisnya menyemangati tim yang sudah kelihatan kalah itu mengatakan, “Aku berharap Tuhan memberikan spirit yang ada padamu ke dalam tubuh seluruh pemainku.” Dan apa yang terjadi pada kita orang Kristen? Tuhan memberikan kepada kita Spirit of God, Spirit of Christ di dalam tubuh kita. Apakah engkau mendengarkan-Nya? Ketika kita jatuh, berada di dalam kegelapan, di dalam dosa, kita hampir menyerah. Dia mengatakan, “Bangkit, engkau bisa, bangkit, Aku beserta dengan engkau, engkau tidak akan kalah engkau sudah ditebus oleh Kristus Yesus. Engkau bisa mematikan dosa, engkau bisa hidup bagi Tuhan di dalam kesucian.” Di dalam ketaatan, apakah kita mendengarkan suara-Nya? Roh Kudus diberikan di dalam isi hati kita. Dia tidak akan membiarkan kita untuk kalah dan menjadi loser, pecundang. Setiap kali kita kalah, kita diminta untuk bangkit, untuk berdiri teguh berjalan lagi hidup menyenangkan hati Allah, tidak terhitung berapa kali tidak perduli, berapa kali kita jatuh Dia akan membangkitkan untuk kita taat.

Cara perkenanan iman yang sejati adalah bicara dengan ketaatan. Ketaatan adalah berkenaan dengan hati yang diubah, hati yang mengasihi Allah. Dan hati yang mengasihi Allah tidak akan pernah mungkin dari diri kita sendiri dan itu adalah pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Sehingga di dalam pemberian Roh Kudus, Tuhan Yesus mengatakan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Kita tidak mungkin bisa menuruti perintah Allah jikalau kita tidak mengasihi Dia dan kita tidak mungkin mengasihi Dia tanpa Roh Kudus bekerja di dalam hidup kita dan itulah yang kita terima dari Bapa di surga. Itulah yang terjadi kepada Abraham ketika dia mempersembahkan anaknya yang tunggal. Di dalam hatinya dia menghormati Allah, takut menyakiti hati Allah melebihi daripada takut akan kematian. Dia adalah orang yang mengasihi Allah dan itu adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam iman yang sejati. Saya sudah menyelesaikan lima seri ini saya akan simpulkan: iman yang sejati adalah anugerah dari Allah Bapa, iman yang sejati berjalan bersama dengan Allah Tritunggal, iman yang sejati mengenal pribadi Allah, iman yang sejati melihat kemuliaan Kristus, iman yang sejati berbuah ketaatan karena pekerjaan Roh Kudus di dalam hati kita. Terpujilah Allah Tritunggal yang bekerja di dalam hidup yang hina seperti ini sehingga membuat kita bisa berdiri teguh di tengah dunia yang kotor ini di dalam kesucian-Nya.


1 Samuel 2:11-35
 
 

Galatia 4:22-31; Kejadian 24:1-8
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

22 September 2019
Eli
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · 1 Samuel 2:11-35

1 Samuel 2:11-35

Ini adalah kisah yang sangat menyeramkan. Ini adalah kisah yang sangat menakutkan kalau itu terjadi dalam satu manusia. Membaca kisah-kisah seperti ini maka biarlah kita boleh punya hati yang gemetar dan jikalau kita tidak punya minta kepada Roh Kudus memberikan kepada kita hati yang gemetar. Seseorang ditinggalkan oleh Allah, satu keluarga ditinggalkan oleh Allah. Oh apakah disertai oleh Allah itu menjadi nilai tertinggi di dalam hidupmu? Alkitab menyatakan Tuhan berkata kepada Israel, hai Israel apakah yang menjadi kelebihanmu? Apakah engkau itu adalah bangsa yang kuat bangsa yang besar? Jawabannya adalah tidak. Engkau adalah bangsa yang sangat kecil dan bangsa yang sangat lemah. Tetapi apa yang menjadi kebanggaanmu? Apa yang membuat engkau itu besar? Apa yang membuat Israel besar? Bukan kekayaan, bukan kesuksesan. Banyak orang mencari kekayaan, banyak orang mencari kesuksesan, saudara memiliki ilah di dalam hidup ini. Apa yang membuat Israel besar? Hanya satu, Allah YHWH ada di tengah-tengah mereka. Allah YHWH memimpin hidup mereka, Allah yang hidup itu memimpin Israel yang kecil. Israel tidak lebih hebat dari Amalek, Israel tidak lebih hebat dari Moab, Israel tidak lebih hebat daripada Babel apalagi. Tetapi yang kecil ini menjadi begitu berharga karena mata Allah ada pada mereka, mereka diperhatikan oleh Allah, mereka dipimpin oleh Allah. Allah sendiri mengatakan, Aku sendiri menjadi Allahmu dan engkau menjadi umat-Ku, itu adalah kalimat yang panjang. Di dalam Perjanjian Baru, itu menjadi sesuatu kalimat yang sangat pendek, yaitu Immanuel, Allah beserta kita. Maka ini adalah sesuatu kebanggaan, ini adalah nilai tertinggi di dalam hidup manusia.

Tetapi pada cerita ini, saudara-saudara menemukan suatu ironi yang besar kisah seseorang yang tadinya disertai, kemudian sekarang ditinggalkan oleh Allah, yang tadinya dipakai, kemudian sekarang dilepaskan oleh Allah. Ada satu kalimat dari Pak Tong yang sangat menakutkan sekali. Dia mengatakan orang yang paling malang adalah orang yang meninggalkan segala sesuatu bagi Allah kemudian suatu hari Allah meninggalkan dia. Tuhan sudah menyertai Eli dan seluruh keluarganya, Tuhan mengurapi 40 tahun untuk Eli melayani di Israel dan di dalam kitab ini pasal 1-4 adalah hari-hari terakhir Tuhan meninggalkan dia. Adalah sangat jarang Tuhan meninggalkan seseorang tetapi kalau itu sudah terjadi tidak ada remedy. Maka kita biarlah boleh minta sama Tuhan untuk itu tidak terjadi dan bahkan kita tidak mendekat kepada hari-hari itu.

Kenapa Eli ditinggalkan oleh Allah? Karena Eli berdosa dan tidak bertobat dari dosanya. Saudara, perhatikan dari kalimat yang sederhana ini, mengapa seseorang ditinggalkan oleh Allah? Adalah bukan karena berdosa. Semua orang di dalam Alkitab berdosa, setelah Adam dan Hawa jatuh di dalam dosa kita memiliki tendensi berdosa. Noah berdosa, Henokh berdosa, Daud berdosa, semua nabi-nabi dan rasul-rasul berdosa, apakah mereka semuanya ditinggalkan oleh Tuhan? Jawabannya adalah tidak. Tetapi kenapa orang ini ditinggalkan oleh Tuhan? Bukan karena cuma dosanya tetapi dia tidak bertobat dari dosanya. Saudara-saudara jangan mengatakan, “Oh, aku memang berdosa, orang lain juga berdosa.” Suatu hari ada orang muda bersama pacarnya datang kepada saya. Mereka belum menikah tetapi mereka cekcok yang besar karena yang perempuan menganggap yang laki-laki itu tidak setia. Lalu kemudian saya melakukan konseling dengan yang laki-laki dan ternyata dia sudah pernah tidur dengan beberapa perempuan yang lain. Lalu kemudian ketika saya bertanya tentang itu kemudian dia berkata kepada saya dengan muka tidak suka, “Pak Agus jangan munafiklah, jangan pura-pura tidak tahulah. Pak Agus kan tahu semua anak-anak muda di sini sudah banyak yang tidur dengan perempuan yang lain.” Dan kemudian saya mengatakan kepadanya supaya tidak melakukan generalisasi. Saya tahu ada orang-orang muda yang menjaga kemurniannya. Dan di tempat yang lain, memang benar ada orang-orang yang jatuh tetapi orang-orang itu bertobat. Apa yang membuat seseorang itu ditinggalkan oleh Allah? Bukan karena dosanya tetapi ketidakmauan untuk bertobat.

Dan sekarang pertanyannya adalah apa dosa Eli? Dalam hal apa yang membuat Eli itu tidak bertobat? Dosa Eli adalah membiarkan anak-anaknya tetap berdosa. Anak-anak Eli melakukan dosa-dosa yang besar, padahal mereka adalah imam. Mereka adalah orang-orang yang memimpin rohani seluruh bangsa Israel, tetapi mereka tidak bertobat di dalam dosa-dosanya. Di dalam dua hal ini mereka bersalah, mereka sangat loba terhadap makanan-makanan dan itu adalah sama dengan loba terhadap uang. Dan juga mereka itu membiarkan nafsu itu menguasai mereka dan mereka tidur dengan perempuan-perempuan yang menjaga Bait Suci. Dan apakah Eli itu memperingatkan anak-anaknya? Jawabannya adalah iya. Ketika Eli melihat anak-anaknya maka dia mengatakan, “Jangan begitu, engkau jangan lakukan itu, engkau itu berdosa sama Tuhan. Engkau tidak boleh lakukan itu, itu mempermalukan Tuhan dan juga pekerjaan-Nya dan juga keluarga kita.” Bukankah sudah beres? Bukankah tanggung jawab dari papanya Hofni dan Pinehas itu sudah selesai? Tidak, Tuhan menyatakan engkau membiarkan anak-anakmu. Loh? Tuhan, Eli sudah bicara kok, kenapa Engkau masih marah kepada Eli? Perhatikan baik-baik, bicara secara memberikan nasihat tidak cukup di dalam hal ini. Tuhan menghendaki ada disiplin yang keras dari Eli kepada anak-anaknya. Susah atau tidak? Susah. Saudara kalau menghukum orang lain mudah, kalau saudara menghukum anak sendiri mulai pikir, memang umur sekian tidak apa-apa kok masih wajar. Saya tidak katakan semua anak yang nakal lalu kemudian saudara hukum yang keras. Tetapi anak ini, orang-orang ini, adalah orang-orang yang tidak menghormati Allah dan mereka itu mengacaukan jemaat. Mereka tidak menghormati Allah dan mereka itu sudah merugikan jemaat. Saudara-saudara, tidak ada takut akan Tuhan sama sekali di dalam diri anak-anak ini. Maka tidak cukup bagi Eli hanya cuma bicara-bicara sama anak-anak ini. Tidak cukup bagi Eli untuk berbicara memberikan warning. Bahkan di dalam Perjanjian Lama di dalam kitab Bilangan, Tuhan menyatakan jikalau ada yang secara sengaja mereka melakukan hal-hal seperti itu, maka Tuhan mau orang ini mati. Saudara perhatikan baik-baik, prinsip di dalam Alkitab adalah kalau Tuhan itu berlaku lembut kepada satu kasus, maka biarlah kita mempelajari dan kita minta kelembutan Tuhan. Jikalau Tuhan itu keras di dalam satu kasus, maka kita itu minta kepada Tuhan berikan aku kekuatan untuk keras. Tetapi banyak dari orang Kristen ketika kita itu disuruh keras kita lembut, ketika kita itu disuruh lembut kita keras. Di Alkitab mengatakan jikalau matamu atau tanganmu itu menyesatkan engkau maka penggallah! Maka itu adalah suatu tindakan keras, radikal. Tetapi kalau ada orang lain yang bersalah kepadamu biarlah engkau boleh mengampuni, biarlah engkau boleh mencintai musuh-musuhmu. Oh, sering sekali kita akan keras sama orang lain tetapi kepada diri dan anak-anak sendiri dan keluarga sendiri kita begitu lembut.

Anak-anak Eli, Hofni dan Pinehas tidak menghormati Allah. Hofni dan Pinehas membuat kemunduran rohani bagi seluruh orang Israel. Kalau saudara melihat kisah dari 1 Samuel dan 2 Samuel, saudara-saudara akan melihat pemimpin-pemimpin yang mundur secara rohani dan itu menakutkan sekali. Di dalam dua buku ini, saudara akan menemukan bagaimana raja-raja, termasuk Saul, Daud itu mundur secara rohani, dan di sini, Eli mundur secara rohani. Dan pemimpin yang mundur secara rohani menghasilkan seluruh bangsa negara itu mundur secara rohani.

Kalau saudara-saudara mempelajari kitab para nabi dan kemudian saudara akan menemukan bahwa para nabi itu berbicara kepada orang Israel tetapi tidak didengar oleh orang Israel dan Allah begitu marah dan kemudian Allah membuang mereka lalu kemudian saudara tanya mengapa mereka itu dibuang? Jawabannya satu, karena mereka tidak berbuah, seluruh Israel dinanti buahnya tidak ada buah. Kalaupun ada buah itu itupun adalah buah yang masam begitu kata firman Tuhan. Tetapi kalau ditanya kenapa mereka tidak berbuah, jawabannya adalah imam dan nabinya berkotbah palsu. Saudara-saudara, sadar atau tidak, Firman yang kita dengar mempengaruhi dari pertumbuhan dari rohani kita atau tidak. Sadar atau tidak, seluruh gereja ini tergantung dari mimbar ini. Maka saudara-saudara doakan setiap hamba Tuhan, doakan setiap mimbar agar hidup kami itu murni, agar hati kami itu lurus dan agar setiap Firman yang disampaikan itu benar-benar adalah Firman Allah dan kiranya Tuhan mengasihani kita semua. Jikalau mimbar itu sudah bergeser, maka umat walaupun mereka tidak sadar perlahan-lahan spiritualnya mundur. Apalagi jikalau hamba-hamba Tuhan-nya itu mempermainkan jabatannya, maka ini menjadi sesuatu kemunduran yang besar sekali. Dan biarlah kita boleh bertobat dan minta tolong sama Tuhan untuk itu tidak terjadi sama kita di dalam hidup kita.

Apakah cukup dari imam Eli untuk memberikan warning kepada anak-anaknya? Bukankah imam Eli bisa berpikir seperti ini? “Oh kita orang-tua kita mesti memberikan reward dan punishment itu seimbang. Oh kita mesti memberikan keadilan dan kasih Allah itu seimbang.” Tetapi itu tidak lagi ada di hadapan Allah. Engkau terlalu lemah. Engkau membiarkan ini semua terjadi. Saudara-saudara, sampai akhir hidupnya, Eli tidak pernah keras kepada anaknya. Sampai akhir hidupnya, Eli tidak pernah menantang anak-anaknya. Saudara-saudara perhatikan prinsip di bawah ini, kita mungkin harus lebih keras terhadap orang-orang yang kita sayangi. Kita memiliki orang-orang yang kita sayangi, tetapi kita mesti hati-hati. Keluarga kita sendiri, itu sangat mungkin kita membela dosa-dosa yang ada di dalamnya. Sehingga kerusakan keluarga kita bahkan kita tidak ketahui. Alkitab dengan jelas menyatakan orang-orang memberikan laporan kepada Eli mengenai tindakan anak-anaknya. Saya pernah melihat satu jurnal dan jurnal itu mengatakan hasil survey orang yang tahu terakhir berkenaan dengan seorang muda itu terkena drugs adalah papa mamanya. Orang yang paling terakhir yang tahu ada masalah di tempat anak kita adalah orangtua. Kita mesti menjagai di dalam takut akan Tuhan bagi keluarga kita. Karena banyak sekali seorang yang kita sayangi, yang begitu dekat dengan kita, yang sebenarnya menghambat pekerjaan Tuhan, membuat dosa itu makin merebak dan membuat kerohanian kita itu turun.

Banyak orang di sekitar kita yang kita cintai yang sebenarnya pada prinsipnya itu malah menentang prinsip-prinsip Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Raja dalam hidup kita. Di dalam Alkitab ada beberapa contoh-contoh yang begitu jelas. Suatu hari Yesus Kristus meminta seseorang untuk datang kepada Dia mengikut Dia. Tetapi kemudian orang itu mengatakan, “Aku mau berpamitan dulu dengan orang tuaku.” Yesus bicara keras sekali kepada dia, “Maka biarlah engkau mau berpamitan engkau harus tahu setiap orang yang siap untuk membajak tetapi memandang ke belakang tidak layak menjadi murid-Ku.” Cinta kita kepada orang-orang di sekeliling kita sering sekali membuat mata kita buta bahwa yang utama adalah Kristus dan kesucian-Nya. Cinta kita kepada orang-orang yang kita sayangi itu seringkali membuat kita tidak bertumbuh secara rohani. Ada satu kalimat yang luar biasa ekstrim yang terjadi dalam Alkitab yang Tuhan Yesus Kristus itu berikan kepada rasul yang paling pertama yang menjadi soko guru jemaat. Dan rasul itu adalah Petrus. Suatu hari Yesus Kristus sedang menuju ke Yerusalem. Ketika Alkitab mengatakan Yesus itu pergi ke Yerusalem itu artinya menuju kepada salib. Dan kemudian Yesus berkata kepada semua rasul-Nya. Anak Manusia akan pergi ke Yerusalem akan menanggung begitu banyak penderitaan dan akan menderita dan mati di sana. Lalu kemudian Petrus, salah satu dari tiga rasul yang paling dekat dengan Yesus Kristus, dan dari seluruh rasul setelah Yesus itu naik ke sorga, Petrus itu adalah yang nomor satu. Ini adalah murid yang sangat diharapkan. Seluruh tanggung jawab ada pada dia, dikasihi oleh Yesus Kristus. Lalu kemudian tiba-tiba Petrus mengatakan, “Jangan, itu tidak mungkin terjadi pada-Mu, Guru.” Yesus memandang kepada dia dengan mata yang sangat tajam dan Dia mengatakan, “Enyahlah engkau, iblis!” Oh ini sesuatu kalimat yang luar biasa tajam, ini adalah kalimat pemisahan. Saudara-saudara, saya tidak tahu kadang dengan dosa-dosa orang-orang yang berzinah orang-orang pemungut cukai Yesus Kristus itu bisa begitu lembut. Yesus tidak pernah lembut dengan dosanya, Yesus lembut dengan pendosa-pendosa itu. Tetapi Petrus itu tidak berzinah. Petrus tidak sedang mencuri. Petrus menyatakan simpatinya kepada Yesus Kristus, Petrus sayang sama Yesus Kristus, Yesus mengasihi Petrus. Apakah Yesus tidak bisa berbicara lebih lembut seperti, “Engkau harus belajar lagi Alkitab. Kita perlu STRIS tiga minggu lagi. Engkau harus tahu apa yang Aku itu maksudkan ketika Aku pergi ke Yerusalem. Aku mengasihi engkau dan menunggu engkau mengerti suatu hari.” Tidak ada kata-kata itu. “Enyahlah engkau setan!” Kita harus siap untuk memberikan sesuatu pemisahan secara rohani kepada orang-orang yang kita kasihi, ini menyakitkan, sangat menyakitkan. Eli tidak berani melakukannya. Eli tidak mau melakukannya. Dan ini menghasilkan seluruh keluarganya tetap terus di dalam dosa.

Ada satu gambaran dari seorang yang dipakai oleh Tuhan yang menggerakkan hidup saya. Dan bagaimana orang ini memberikan contoh dalam hidup kita berkenaan dengan dipakai oleh Tuhan itu seperti apa dan dipisahkan dengan orang-orang yang disayang itu seperti apa. Saudara-saudara perhatikan, kalau engkau dan saya mau dipakai oleh Tuhan maka sering sekali Tuhan akan membentuk kita melepaskan orang-orang yang paling kita sayang. Orang ini adalah John Sung. Suatu hari istri John Sung itu sakit keras, dan sangat mungkin mati. Tetapi pada saat yang sama John Sung malam harinya harus pergi ke kota yang lain karena ada pelayanan. Di dalam buku biografinya maka saudara bisa melihat bagaimana John Sung ada di depan istrinya yang terbaring, di dalam sekaratnya. Dan kemudian dia berdoa berlutut. Dia melihat istrinya. Dia menciumnya. Dan kemudian di dalam buku itu dituliskan maka John Sung kemudian membalikkan badannya dan dia berjalan menjauhinya dan tidak sekalipun melihat kembali ke belakang. Oh luar biasa. Dia berjalan dengan air mata, tetapi untuk taat kepada Tuhan. Dia mencintai istrinya, tetapi di dalam kedaulatan Allah dia mau terpisah secara rohani dengan istrinya. Apa yang sering membuat kita itu gagal di dalam kerohanian? Bukan musuh, melainkan orang yang kita kasihi dan kita harus berani keras pada diri kita.

Dan saudara-saudara, melihat di dalam case Eli ini ada sesuatu yang unik. Allah meninggalkan dia, tetapi Allah menjawab doa-doanya. Saudara-saudara, semakin saya melihat Alkitab maka saya teringat akan satu dosen saya. Dia mengatakan berkali-kali, jangan engkau pikir keberhasilan pelayanan itu berarti Allah itu pasti mengasihi engkau. Sangat mungkin karena Allah mengasihi jemaatmu. Saudara hal yang sama saudara biarlah ini menjadi prinsip hidup kita. Saudara lihat dalam kehidupan Eli. Hana tiba-tiba itu datang dan kemudian dia menangis. Eli pertamanya itu tidak tahu apa yang dilakukan oleh Hana, dia pikir orang ini mabuk. Lalu kemudian dia tanya kenapa engkau mabuk? Oh saya tidak mabuk. Saya menangis saya mengharapkan anak. Dan Eli kemudian memberikan dia berkat. Dan saudara-saudara apa yang terjadi? Sungguh-sungguh Hana tahun depannya itu hamil dan melahirkan. Oh powerful sekali itu tangan. Begitu ditempel langsung melahirkan. Langsung hamil dan melahirkan. Oh ini powerful sekali padahal sudah usaha-usaha bertahun-tahun tidak dapat anak. Lalu kemudian beberapa waktu kemudian Hana dan Elkana datang dan mempersembahkan Samuel, Hana pasti sedih. Tetapi Alkitab mengatakan Eli itu memberkati Hana dan Elkana dan dia mengatakan Tuhan kiranya memberikan keturunan kepadamu pengganti Samuel ini. Dan kemudian setelah itu Hana melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi. Powerful sekali doanya, pada saat yang sama Eli ditinggalkan Tuhan. Menakutkan bukan? Dan bukan itu saja. Ketika Samuel itu tidak bisa membedakan suara Tuhan. “Samuel, Samuel” demikian kata Tuhan. Samuel langsung pergi ke imam Eli, “Bapa bicara sama saya panggil saya?” “Tidak. Kamu pergi tidur.” Lalu kemudian Tuhan bicara, “Samuel, Samuel.” Dia datang lagi dan bapa bicara sama saya? “Tidak.” Tetapi kemudian Eli sadar, mungkin ini Tuhan bicara. Maka kemudian dia mengatakan kalau nanti suara itu datang lagi, katakan kepada Tuhan, “Ya Tuhan di sini aku, berbicaralah.” Oh dia begitu rohani bukan? Saudara perhatikan baik-baik, dia mengajarkan orang lain bagaimana mendengarkan suara Tuhan, pada saat yang sama Tuhan diam kepada Eli. Oh, menakutkan sekali. Saudara-saudara, hamba Tuhan mungkin saja berhasil tetapi Tuhan tinggalkan. Gereja mungkin itu terlihat berhasil tetapi Tuhan tinggalkan. Saudara punya doa mungkin itu kelihatan dijawab oleh Tuhan tetapi mungkin Tuhan itu tinggalkan. Saudara jangan menghibur diri. Mari kita menguji diri kita. Saudara-saudara yang paling penting adalah bukan apakah aku berguna bagi orang lain. Tetapi yang paling penting dari seluruh cerita ini adalah kalau Tuhan meminta pertobatan apakah kita bertobat? Dengan pertobatan maka Alkitab menyatakan engkau menghormati Aku. Tetapi jikalau kita tidak bertobat maka kita menghina Allah. Dan 1 Samuel 2:30 mengatakan, “Siapa yang menghormati Aku, Aku akan hormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.” Oh biarlah kalimat ini boleh menjadi kalimat di dalam hati kita. Biarlah kalimat ini ada pada keluarga kita, biarlah kita mengajarkan kepada diri kita, kepada orang-orang yang kita kasihi dan juga kepada anak-anak kita. Kiranya hidup yang hanya satu kali adalah hidup yang mengormati Tuhan. Hidup yang rela untuk bertobat, dan hidup di dalam kesucian di hadapan Allah.


Kejadian 22:1-14
 
 

Kejadian 22:1-3
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more