Galatia 4:22-31; Kejadian 24:1-8
Hari ini kita akan berbicara mengenai Ishak, anak tunggal dari Abraham dan Sarah. Meskipun Abaraham memiliki anak-anak yang lain, yang bukan dari Sarah, tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan hanya ada satu anak perjanjian, yang lahir dari Sarah, yaitu Ishak. Ishak adalah salah satu dari tiga bapa patriakal kita. Setiap orang Israel ketika berdoa akan berdoa, Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub. Pada waktu Sarah mati, Ishak berumur 36 tahun. Ishak menikah umur 40 tahun, dan memiliki dua anak kembar ketika berumur 60 tahun. Kalau membandingkan kehidupan Ishak dengan Abraham dan Yakub, maka saudara akan menemukan kehidupan yang sama sekali lain. Kehidupan Ishak tidak ada yang terlalu menarik, seakan-akan tidak inspirational. Dia seorang pendiam, pendamai, dan sangat suka menghindari konflik. Bahkan dia pernah mengatakan bahwa Ribka istrinya itu bukan istrinya, supaya tidak dikejar oleh Abimelekh. Tidak seperti Abraham atau Yakub yang hero, Ishak seakan-akan adalah orang yang biasa saja. Saudara tidak akan mendapatkan kisah yang hero, yang menggetarkan hati di dalam kehidupan Ishak. Tetapi seperti inilah cara kerja Allah. Allah mau mengasihani kepada siapa Dia mau mengasihani, Allah membenci kepada siapa Dia mau benci. Tidak perduli orang itu seperti apa. Kalau dia adalah orang yang dikasihi oleh Allah, dia akan diangkat oleh Allah. Tidak ada jasa utama apa pun saja dalam hidup Ishak, yang temperamennya flat dan pendiam. Melalui kehidupan Ishak, maka saudara-saudara akan melihat bagaimana Allah bermurah hati memilih hamba-Nya yang tidak layak. Meskipun begitu, saya akan berbicara mengenai dua hal yang menarik dari Ishak.
Yang pertama, saudara akan bisa melihat keindahan ketaatan Ishak. Mungkin hal yang positif di dalam hidup Ishak yang pertama adalah dia memeditasikan Firman pada sore hari. Dan yang kedua adalah dia taat mutlak kepada papanya yang mencarikan jodoh bagi dia. Kejadian 24 menuliskan begitu detail mengenai pencaharian jodoh untuk Ishak. Pada waktu itu, memang sebagian besar orang menikah adalah dicarikan jodohnya, tetapi kalau Alkitab memberikan detail seperti ini, berarti ada sesuatu. Kejadian 24 dikatakan, Abraham telah lanjut umurnya, kemudian dia menyuruh bujangnya yang paling senior untuk pergi ke tanah Ur-Kasdim, kembali ke sana, untuk mencarikan jodoh buat Ishak. Abraham mengatakan berkali-kali kepada hambanya, “Jangan mengambil orang dari Kanaan ini, untuk anakku. Engkau harus pergi ke tempatku dulu, ambil seorang anak gadis, bawa dia ke sini, untuk dinikahkan dengan Ishak.” Lalu bujangnya mengatakan, ”Tuan Abraham, kalau nanti gadis itu mau menikah dengan anak tuan, tetapi dia tidak mau untuk pergi kembali bersama aku kepadamu, dan dia meminta Ishak untuk pergi ke sana, bagaimana?” Abraham langsung mengatakan, “Awas! Engkau tidak boleh melakukan ini! Kalau dia tidak mau datang ke tempatku, lepaskan dia, biarkan dia.” Saudara-saudara lihat, ini begitu detail, hamba ini, kemungkinan adalah Eliezer, bagaimana pergumulannya, dan sangat hati-hati. Setiap langkah dia berdoa supaya tidak salah dan dia meminta Allah mengungkapkan secara jelas. “Tuhan berbicaralah, Tuhan nyatakanlah, jikalau aku nanti menemukan seseorang perempuan, dan kemudian aku meminta air dari padanya, dan tanpa aku minta kemudian dia mengatakan, engkau punya hewan peliharaan, bolehkah aku memberikan minum kepada hewan peliharaanmu? Oh Tuhan, jikalau seperti itu, orang inilah yang akan menjadi istrinya Ishak.” Dia berdoa dengan gentar, di ayat 14, salah satu yang menggetarkan hati kita, bagaimana Eliezer sangat hati-hati mencari jodoh bagi Ishak. Ini adalah sesuatu yang penting, sesuatu kunci, kenapa Abraham sangat ketat dalam hal ini, kenapa Eliezer begitu sangat gentar dalam hal ini. Perhatikan satu prinsip ini, Allah sudah berjanji kepada Abraham, dan melalui keturunannya seluruh bangsa akan mendapatkan berkat. Abraham berhati-hati, agar iman kepada Yahweh tidak keluar dari keluarganya, sehingga berkat dari Yahweh tetap ada pada keluarganya dan seluruh rencana Allah digenapi.
Di dalam aplikasinya, jaga iman keluarga kita, jangan biarkan satu pun dari anak-anak kita keluar dariiman keluarga kita. Jangan serahkan satu pun dari kita kepada dunia. Ini adalah prinsip yang begitu jelas, dan seluruh orang muda di tempat ini, jikalau engkau sudah memiliki iman yang sejati, jangan biarkan iman itu keluar dari hidupmu, jangan biarkan pekerjaan Allah itu gagal di dalam hidupmu karena pernikahanmu salah. Ada keluarga dari nenek buyutnya orang Kristen sungguh-sungguh, terus menerus Kristen, tetapi pada satu titik ayah dan ibu ini kemudian tidak berhati-hati dan tidak ketat, kemudian mengijinkan anaknya untuk berbuat apa pun saja, anakku sudah besar, sudah bisa memilih sendiri, kemudian diberikan kebebasan kepada anaknya. Anak itu tidak takut Tuhan, kemudian bersahabat dan menikah dengan orang yang tidak takut Tuhan, maka garis keturunan iman itu kemudian pecah di sana. Ini sering sekali terjadi, kita harus ketat di dalam urusan menikah. Kita harus ketat terhadap anak-anak kita. Tetapi juga orang-orang muda di sini, engkau harus rela untuk dididik. Lihatlah Ishak. Dia tidak memberontak kepada papanya, dia tahu bahwa papanya dipimpin oleh Allah, bahwa berkat dari Allah, tangan Allah ada di atas kepala Abraham. Meskipun Ishak tidak heroic, tidak inspirational, pendiam, seakan-akan secara nature mudah taat, tetapi Ishak tahu bahwa jalan ini adalah jalan yang paling membuat dia diberkati. Ini adalah suatu kepekaan Abraham dan ketaatan dari Ishak. Abraham mau menjamin pekerjaan Allah itu yang dimulai dari dia akan diteruskan ke bawah.
Saudara bisa bayangkan kalau Abraham tidak ketat, kalau Ishak tidak taat, maka seluruh pekerjaan Tuhan itu seakan-akan bisa diporak-porandakan oleh mereka. Tetapi mereka tahu, mereka adalah orang yang diberikan janji, maka mereka memegang janji itu. Mereka adalah bangsa pilihan, maka mereka bertanggung jawab menjadi orang yang dipilih. Imam itu tidak boleh keluar dari keluarga mereka. Sebagai refleksi, berapa banyak orang yang keluarganya penuh dengan air mata yang seharusnya tidak terjadi, karena anak-anak mereka keluar dari iman. Anak-anak muda, berapa banyak dari antara kalian yang hatinya sakit karena engkau salah memilih orang? Hal-hal seperti ini mungkin tidak pasti, tidak popular pada jaman ini. Saya tidak bermaksud saudara-saudara untuk menjodohkan anak saudara. Tetapi yang paling penting adalah iman itu terus dijaga. Kalau sampai salah menikah, maka pekerjaan Tuhan tidak akan di-accomplish di dalam orang tersebut. Abraham, bapa orang beriman saja begitu sangat berhati-hati, dan Ishak, seorang anak muda yang memiliki gairah, dia tetap mau taat.
Ada satu bagian di dalam perikop ini yang indah, dituliskan maka Ishak berjalan-jalan pada sore hari sambil memeditasi tentang Firman Tuhan. Kata yang sama digunakan dalam Mazmur 1. Orang yang takut akan Tuhan memeditasikan Firman Tuhan itu siang dan malam. Dalam Kejadian 24, kapan Ishak sedang memeditasikan Firman Tuhan? Ketika Eliezer dan papanya yaitu Abraham sedang kebingungan mencarikan jodoh bagi dia. Dan Tuhan memimpin Eliezer untuk mendapatkan jodoh bagi Ishak. Saudara-saudara, biarkan “Allah yang sibuk menghadirkan pasangan hidup saudara ketika saudara memeditasikan Firman.” Ketika saudara memeditasikan Firman, biarkan Tuhan yang akan menghantarkan Ribka saudara. Dalam Alkitab, kasus pertama yang terjadi, ketika Adam tidur, Allah memberikan Hawa. Jaman sekarang lain sekali. Mata saudara kemana-mana, kemudian saudara menebar pesona kemana-mana, tetapi saudara tetap tidak dapat, dan kemudian dapat pun salah. Lebih baik saudara-saudara tidur seperti Adam tetapi jangan kebanyakan tidur, pasti tidak ada yang suka, tetapi saudara-saudara memeditasikan Firman Tuhan siang dan malam, Allah akan menghadirkan pasangan saudara. Tenang saja di dalam Tuhan.
Yang kedua, yang mau saya soroti dalam hidup Ishak adalah namanya. Nama Ishak adalah tertawa. Dalam Perjanjian Lama, nama itu menggambarkan keseluruhan. Nama Ishak itu bukan diberikan oleh Abraham, tetapi diberikan oleh Allah kepada Abraham dan Sarah. Engkau akan melahirkan dan namakan dia Ishak dan nama Ishak adalah tertawa. Ishak akan menjadi tanda yang universal bagi seluruh dunia. Saya akan berbicara beberapa point ini, kenapa Allah memberikan nama Ishak itu adalah tertawa, karena Ishak akan menjadi tanda di dalam seluruh hidupnya, maka semua orang akan tertawa termasuk Allah.
Hal pertama, ini akan menjadi tanda bagi Abraham. Kejadian 17:17, “Abraham, tahun depan, engkau akan mendapatkan anak.” “Hahaha. Saya?,” Abraham menunjuk batang hidungnya. “Tahun depan saya 100 tahun. Dan istri saya, melahirkan? Tahun ini usianya 89, engkau lupa ya Tuhan, tahun depan 90 tahun.” Tetapi tertawa Abraham ini adalah tertawa yang overwhelmed tentang ketertakjuban Abraham. Tertawa di dalam kekaguman. Tidak percaya, tetapi bukan memberontak. Dia kaget. Ini adalah sesuatu tertawa karena berkat yang terlalu besar akan dia dapatkan. Meskipun di tengah-tengah perjalanan itu nanti Abraham kurang percaya kepada Allah. Tetapi kemudian dia menetapkan hatinya percaya lagi. Allah mengatakan engkau akan mendapatkan anak dan anak itu namanya Ishak. Pertama-tamanya itu sudah berapa belas tahun yang lalu Tuhan bicara seperti itu. Abraham tidak tahu kenapa namanya Ishak. Tuhan men-delay belasan tahun dan kemudian setelah itu, satu tahun sebelum Sarah hamil, Tuhan datang lagi. Tahun depan istrimu hamil. Allah yang berjanji, mengingatkan janji-Nya kepada Abraham. Dan Abraham tertawa. Kagum. Setengah percaya tetapi dia mau belajar percaya.
Hal kedua, ini adalah juga tanda bagi Sarah. Kejadian 18:11-12,15. Tuhan kita adalah Tuhan yang melampaui daripada sejarah. Dia mengerti apa yang akan terjadi di depan. Maka Dia menyatakan kepada Abraham, “Aku akan memberikan engkau anak, dan ketika anak itu lahir namakan dia Ishak. Dia tertawa.” Belasan tahun Abraham dan Sarah berusaha untuk mempercayai janji itu, tetapi janji itu tidak pernah terjadi. Dan mereka berada di dalam ambang kesulitan iman. Kehidupan manusia seperti itu, kadang iman itu naik, kadang iman itu turun. Ini adalah sesuatu yang wajar, bukan? Kemudian, Allah tiba-tiba berbicara lagi kepada Abraham dan Sarah, tahun depan, Abraham terkejut, tahun depan? Keterkejutan ada 50% antara percaya dengan tidak percaya, tetapi di saat seperti itu dia menetapkan hati untuk mempercayai sehingga tertawanya adalah tertawa yang kagum kepada Allah. Tetapi tertawa dari Sarah adalah dia menetapkan hati untuk tidak mempercayai.Tertawa Sarah adalah tertawa yang mengejek Allah. Itulah sebabnya Allah menegur dia. Allah mengatakan, “Mengapa engkau tertawa?” “Aku tidak tertawa,” Sara takut. Tetapi Tuhan mengatakan, “Tidak, engkau tertawa.” Sarah menertawakan janji Tuhan. Sarah menertawakan kalimat Tuhan. Berapa banyak dari antara kita yang menertawakan kalimat Tuhan? Bahkan kalimat Tuhan yang bisa kita mengerti pun kita sering menertawakan, menghina dengan tidak mempercayainya. Bahkan salah satu Firman mengenai penghakiman, bukan janji, penghakiman yang jelas pun kita menertawakannya, berpikir itu tidak akan terjadi. Sarah tidak mempercayai janji Allah karena melihat dirinya sudah sangat tua. Dia tidak mempercayai bahwa Allah sanggup untuk menepati janji-Nya.
Ketika Allah berjanji, maka janji itu akan digenapi karena Allah memiliki tiga sifat dasar ini. Yang pertama, Dia itu kekal. Yang kedua, Dia itu setia, tidak berubah. Dan yang ketiga, Dia itu berkuasa. Jikalau seseorang berjanji kepada kita, apakah orang itu sanggup menepati janjinya itu tergantung dari tiga hal ini:
Allah atau seseorang berjanji, tetapi kemudian orang itu mati, maka tidak mungkin menepati janjinya bukan? Tetapi Allah di dalam Alkitab yang berjanji adalah Allah yang kekal.
Jikalau seseorang itu berjanji, tetapi kemudian dia berubah hati maka janjinya tidak akan dipenuhi.
- Memiliki kuasa.
Begitu dia berjanji dia memiliki kuasa untuk menepati janjinya. Kalau dia tidak berkuasa, janjinya tidak mungkin digenapi bukan?
Kekal adalah bicara mengenai waktu. Ketika Allah yang kekal itu, maka ketika Dia berjanji sering kita mengatakan persis seperti Abraham dan Sara, too late, sudah terlambat Tuhan. Aku sudah tua dan dalam urusan yang tua ini Engkau mau memakai aku? Aku sudah terlalu tua, Tuhan. Saya teringat akan tokoh-tokoh Alkitab. Abraham itu mulai dipakai oleh Tuhan umur 75. Dipanggil oleh Tuhan, tetapi kemudian mulai dipakai untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa umur 100 tahun. Musa mulai dipakai oleh Tuhan umur 80 tahun. Dia mati umur 120 tahun. Abraham mati umur 175 tahun. Yakub bergumul dengan Allah ketika berumur sekitar 70 atau 80 tahun. Di saat itu dia dipakai oleh Tuhan luar biasa. Saudara bisa bayangkan sekarang umur 80 tahun bergumul dengan Allah. Dia mati sekitar umur 140 tahun. Setengah dari waktunya sudah lewat baru dipakai sama Tuhan. Terlalu terlambat Tuhan. Engkau mau pakai aku untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa? Puluhan tahun yang lalu aku percaya kepada-Mu, tetapi sekarang sudah terlambat Tuhan. Musa mengatakan sudah terlambat Tuhan. Yakub mengatakan sudah terlambat Tuhan. Sudah habis, saya sudah saatnya pensiun. Hidupku memang tidak berguna apa-apa. Tetapi tidak, di saat-saat seperti itu Allah mulai membangkitkan mereka satu per satu. Allah yang kekal yang tidak bisa mati, memiliki rencana kepada manusia.
Kedua adalah kesetiaan. Kesetiaan Allah yang memegang janji. Tuhan, Engkau berjanji Engkau memberikan kepadaku anak. Aku jelas kok Tuhan. Tetapi yang pertama, too late, sudah kelamaan Tuhan, sudah terlambat. Tetapi kedua, yang lebih parah adalah aku tidak setia Tuhan. Aku sudah bersetubuh dengan Hagar. Aku sudah melahirkan anak, Ismael. Aku tidak setia. Tetapi Alkitab mengatakan meskipun manusia itu tidak setia, janji Allah tidak bisa dibatalkan. Allah kita adalah Allah yang tidak berubah. Di dalam Alkitab ada satu tulisan: meskipun kita tidak setia, Allah itu setia karena Dia tidak bisa mengingkari diri-Nya sendiri.
Ketiga adalah berkuasa. Oh terlalu sulit, Tuhan. Aku sudah tua, sudah mati seks-ku. Aku sudah tidak lagi haid. Suamiku sudah tidak ada lagi birahi. Semua itu dikatakan di dalam Alkitab. Tetapi Allah itu kekuasaan-Nya melampaui seluruh kehidupan kita. Tiga hal ini, di dalam kekekalan, di dalam kesetiaan, di dalam kekuasaan-Nya, maka seorang Abraham dan Sarah yang sangat tidak mungkin melahirkan anak, Ishak itu lahir.
Hal ketiga, Ishak akan menjadi suatu tanda, tanda itu adalah tertawa. Di dalam bahasa aslinya dikatakan Ishak di dalam hidupnya pada waktu masih kecil itu dimain-mainkan, di-bully oleh Ismael. Di dalam bahasa Indonesia dikatakan Ismael itu sedang bermain-main dengan Ishak. Mari kita lihat Kejadian 21:9. Di dalam bahasa Inggris translate yang lain adalah menertawakan. Ismael umurnya beda kurang lebih 10-12 tahun dengan Ishak. Jadi dari kalimat ini saudara bisa melihat bahwa Ismael sedang mempermainkan Ishak sambil tertawa. Maka di dalam kitab Galatia yang tadi kita baca, maka dikatakan bahwa anak Hagar itu menganiaya Ishak. Dan itu adalah tanda, simbol dunia itu mempermainkan anak-anak Tuhan. Allah mengatakan namai dia Ishak, itu akan menjadi tanda. Tanda apa Tuhan? Tanda bahwa di dalam dunia ini ada dua keturunan. Keturunan yang pertama adalah keturunan taurat Sinai, Hagar, yaitu Ismael. Keturunan kedua adalah keturunan dari ibu surgawi yaitu Yerusalem dan itu adalah Sarah dan keturunannya adalah Ishak. Dan keturunan dunia ini akan menganiaya anak-anak Tuhan. Ishak sendiri ditertawakan oleh Ismael.
Hal keempat, ini adalah tanda bagi semua orang yang dipilih Allah: Ishak, tertawa. Tertawa adalah tanda semua orang di dalam Kristus. Tertawa adalah tanda akhir sejarah hidup orang-orang di dalam Kristus. Setelah Sarah tertawa karena ketidak-percayaan, tertawa karena menghina pekerjaan Tuhan, tetapi meskipun begitu pekerjaan Tuhan tetap terjadi dalam hidupnya. Dan kemudian sungguh-sungguh Ishak itu dihadirkan melalui rahimnya. Saudara sekarang bisa melihat bahwa Sara kemudian tertawa bersukacita. Perhatikan Kejadian 21:6, tadinya adalah tertawa karena menghina tetapi sekarang tertawa bersukacita. Saya akan jelaskan ini sedikit, di dalam Yunani kuno maka saudara akan menemukan ada dua plot yang merupakan plot utama di dalam sebuah drama. Genre dua yang terkenal itu pertama adalah tragedi, kedua adalah komedi. Dan kalau saudara-saudara melihat bagaimana orang-orang seperti Aristotle dan juga orang-orang yang sangat hebat di dalam seni, mereka memiliki definisi-definisi mengenai tragedi dan komedi. Secara singkat, tragedi itu secara sederhana dapat dikatakan, peristiwa yang menyedihkan di mana cerita berakhir dengan kekalahan maupun kesedihan tokoh utamanya. Sedangkan komedi itu adalah sebaliknya, merupakan peristiwa yang lucu, yang gembira, di mana tokoh utamanya itu akhirnya mendapatkan kegembiraan dan kemenangan. Saudara-saudara perhatikan baik-baik. Apa yang terjadi di dalam hidup Abraham dan Sarah merupakan satu contoh kecil dari seluruh kehidupan umat manusia. Dan secara khusus itu menjadi contoh bagi kita, anak-anak Tuhan di dalam Kristus. Seluruh hidup manusia masuk ke dalam tragedi. Seluruh hidup manusia akhirnya adalah tragedi. Dosa menghasilkan tragedi. Lihatlah Adam dan Hawa, mulai dari satu kegembiraan dan kemudian mengakhiri hidupnya dengan air mata. Saudara-saudara, itu adalah tragedi. Kecuali Allah berintervensi masuk di dalamnya, kecuali Allah bekerja di dalam dirinya memberikan Ishak anak perjanjian itu, maka manusia mengubah dari tragedi menjadi komedi. Saudara bisa perhatikan, jikalau Ishak tidak lahir maka saudara bisa melihat bahwa Abraham sampai tua, dia menjadi orang yang sangat lonely. Seluruh janji Allah tidak terjadi apa pun saja. Dan Sarah seumur hidup akan malu, tidak memiliki anak. Itu tragedi. Tetapi ketika Allah menghadirkan Ishak dan di dalam systematic theology, Ishak adalah satu simbol dari Yesus Kristus. Dan ini adalah anak perjanjian. Maka tragedi itu menjadi komedi. Akhir hidup Abraham dan Sarah adalah tertawa. Hanya di dalam Yesus Kristus maka air matamu akan menjadi tertawa jikalau engkau mau taat kepada Dia. Ini adalah simbol di dalam seluruh perjalanan anak-anak Tuhan. Akhir hidup orang-orang yang dipilih oleh Allah, yang dikasihi oleh Allah adalah tertawa.
Terakhir, hal kelima, Allah tertawa. Dengan takut akan Tuhan, saya berbicara hal ini. Sangat sulit bagi kita untuk memikirkan bahwa Allah itu tertawa. Ketika kita berpikir berkenaan dengan Allah, maka Dia ada di atas sana begitu serius dan duduk di dalam kemuliaan-Nya. Saudara, itu adalah benar. Tetapi yang lain, Alkitab itu menggambarkan ada serpihan-serpihan bagaimana Allah itu tertawa. Sebenarnya di dalam Alkitab, Allah tertawa secara jelas itu dikatakan; Allah tertawa kepada musuh-musuh-Nya karena hari kebinasaan mereka sudah dekat. Itu adalah satu tertawa dengan gagah dan mentertawakan seluruh manusia yang melawan Dia. Tetapi bagi Abraham yang adalah sahabatnya Allah, pekerjaan Allah yang berhasil di dalam kehidupan Abraham, maka Yesus Kristus melihatnya dan Yesus Kristus dikatakan tertawa. Tertawa sangat memiliki relasi yang erat dengan joy and delight. Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab, Mazmur 16 dikatakan bahwa di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. Di tangan kanan ada delight forever. Maka saudara-saudara bisa bayangkan satu surga yang begitu mulia, di dalamnya ada sukacita dan kesukaan – delight yang berlimpah dan terus menurus. Maka di situ ada tertawa yang suci.
Dan saya akan akhiri, dalam Lukas 10:21-22. Saudara-saudara perhatikan baik-baik. Jarang sekali dalam Alkitab itu ada kata Tuhan bergembira. Dan orang yang bergembira adalah orang yang tertawa, yang tersenyum, sangat bergembira. Yesus di sini boleh saudara-saudara katakan, menyatakan tertawa yang suci. Dan kenapa Dia tertawa yang suci? Alkitab mengatakan karena Dia melihat bagaimana orang-orang yang rendah hati diangkat oleh Tuhan dan orang-orang yang tinggi hati direndahkan oleh Allah. Saudara-saudara, Abraham adalah bapak orang yang beriman. Dan apa arti kata Abraham adalah bapak orang yang beriman? Dia secara rohani bergantung sepenuhnya kepada Allah. Dia menyadari dirinya itu nothing. Dirinya itu adalah rendah. Dia memiliki hati yang lembut, yang lowly, yang menyatakan bahwa dirinya itu tidak layak dan Allah adalah tempat perlindungan dan tempat bergantungnya. Allah melihat dia, Allah mengangkat dia. Dan ketika Yesus Kristus melihat peristiwa ini, Dia melihat pekerjaan Allah yang berhasil dalam kehidupan anak-anak Tuhan termasuk Abraham, mengangkat orang yang hina ke atas, dan akhir hidupnya itu tertawa, dan Allah oknum kedua Tritunggal itu bergembira. Dia tertawa karena melihat hidup kita itu adalah hidup yang diberkati Allah dengan anugerah yang besar. Ishak akan menjadi tanda tertawa. Sarah tertawa. Abraham tertawa. Ismail menertawakan. Dan Allah sendiri, Yesus Kristus sendiri tertawa di dalam kesucian. Kiranya Tuhan boleh memimpin hidup kita merenungkan Firman-Nya. Mari kita berdoa.
GRII Sydney
GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more