Matius 26:6-13, Yohanes 12:3-5, 7
Pagi ini kita akan merenungkan apa arti Natal bagi Kristus. Kita sering sekali memikirkan arti Natal bagi hidup kita, apa yang Yesus sudah lakukan dengan datang ke Betlehem? Tetapi sesungguhnya kita jarang untuk mengerti dan merenungkan apa arti Natal bagi Yesus Kristus. Mengerti apa arti Natal bagi Yesus Kristus, kita akan mengerti standar pelayanan yang ditentukan Allah bagi kita semua. Kita sering sekali mengatakan “Aku melayani Tuhan,” tetapi kita jarang sekali mengerti isi Kitab Suci. Apa standar dan inti dari sebuah pelayanan. Kristus adalah inti iman kita dan langkah Kristus ke dunia ini adalah perjalanan iman kita. Sekali lagi Kristus adalah inti iman dan bagaimana Dia berjalan di tengah-tengah dunia ini? Bagaimana Dia melangkah di tengah-tengah dunia ini? Bagaimana Dia melayani di tengah-tengah dunia ini adalah perjalanan iman kita. Kita diminta untuk mengikut Dia dari dekat, dari hal ini maka kita akan mengerti sesungguhnya hidup melayani Tuhan, apa standar Alkitabiah suatu pelayanan atau suatu gereja.
Ini adalah ayat yang luar biasa indah dan sekali lagi yang mengejutkan hidup kita karena Tuhan memuji wanita itu. Yesus Kristus memuji wanita itu, bukan mengetes. Ketika berbicara berkenaan Allah yang memuji wanita itu. Kalau ada satu evaluasi dalam satu company, saudara-saudara dipanggil, satu tahun ini bagaimana performance kamu. Apakah saudara sadar bahwa kita akan selalu ada assessment dari Tuhan, kita ada sesuatu test, pengujian dari Tuhan apakah Tuhan memuji kita atau tidak? Yang dipuji bukan Petrus, yang dipuji bukan Yohanes, bukan Yakobus tapi wanita ini. Ini adalah suatu pujian yang keluar dari mulut Pencipta langit dan bumi kepada seorang wanita. Dari sini saja saya belajar satu prinsip, tidak berarti ada posisi dalam sebuah gereja memiliki iman yang lebih besar dari pada jemaat. Tidak berarti saudara menjadi Penatua, saudara lebih hebat dari pada iman jemaat yang kita layani. Ada jemaat-jemaat yang kelihatan biasa, tetapi hidupnya berkenan di hadapan Allah. Maria salah satunya, dari kehidupannya apa yang dilakukannya? Alkitab mengatakan akan terus diingat di dalam setiap kali Injil diberitakan. Mengapa? Mengapa setiap kali Injil diberitakan maka kita akan mengingat dia? Karena yang dilakukan oleh dia adalah secara prinsip di dalamnya sama persis yang dilakukan oleh Yesus Kristus.
Mari kita melihat apa yang Yesus lihat dalam wanita ini, apa itu pelayanan? Apa arti sesungguhnya seseorang mengatakan aku melayani Engkau Tuhan? Yang pertama, pelayanan adalah suatu pengabdian yang memberikan korban yang terbaik dengan sukacita. Kalau kita mau melayani Tuhan maka kita harus memberikan yang terbaik. Memberikan korban yang terbaik, dengan sukacita. Pelayanan adalah suatu pengabdian artinya adalah seluruh hati diberikan. Ketika bicara sepenuh hati diberikan, maka itu dinyatakan dengan memberikan korban yang terbaik. Perhatikan korban yang terbaik. Saya akan jelaskan sedikit karena ini adalah kalimat yang semua dari kita, saya yakin mengerti, tetapi kalimat ini tidak pernah kita pikirkan secara dalam. Pelayanan itu suatu pengabdian. Apa arti pengabdian? Sepenuh hati. Pelayanan itu suatu korban, korban yang terbaik. Setiap kali ada kata korban, itu tandanya selalu sakit. Tidak ada orang yang korban, tidak sakit. Maka kalau memberikan sesuatu dan tidak rasa sakit, saudara jangan pikir bahwa itu adalah suatu pelayanan. Itulah sebabnya Yesus mengatakan bahwa perempuan ini memberikan dari kekurangannya, dia memberikan lebih banyak daripada orang kaya yang memberikan dari kelimpahannya. Ketika seseorang memberikan dari kelimpahannya maka dia memberikan yang sampingannya, bukan utamanya, sisa-sisanya. Tetapi perempuan itu tidak, dia memiliki 2 keping perak saja, kemudian dia berikan. Orang akan lihat, “Oh, dia memberikan sedikit,” tetapi Yesus katakan dia memberikan seluruhnya, semuanya.
Saya memberikan contoh di dalam case ini adalah uang, karena uang paling mudah untuk kita mengerti, tetapi sesungguhnya pelayanan itu adalah di dalam segala hal. Tetapi karena uang sangat mudah kita mengerti, maka Yesus Kristus sering juga memberikan ilustrasi kepada pendengarnya tentang uang. Sekarang saya akan memberikan ilustrasi ini. Sungguh-sungguh terjadi, saya sudah pernah mengatakan beberapa hari yang lalu. Suatu hari ketika saya ada di dalam gereja di Karawaci, dan setelah kita memberikan persembahan, pemimpin dari persembahan itu memberikan doa. Doanya berbunyi kurang lebih adalah demikian, “Tuhan, kami mengucap syukur karena kami boleh memberikan sebagian dari harta kami kepada-Mu, lihatlah hati kami meskipun kami tidak memberikan banyak, meskipun kami memberikan sedikit tetapi hati kami tulus,” Setelah dia mengatakan “Amin.” Kemudian saya katakan kepada dia, berhenti dulu di situ. Engkau tadi katakan, engkau memberikan sedikit meskipun tulus, saya tanya kepadamu, kenapa engkau tidak berikan banyak?
Mari kita melihat satu bagian Alkitab dan saudara akan melihat apa arti dari korban. Sekali lagi saya tidak membawa ini untuk membuat saudara-saudara bicara berkenaan dengan uang. Hari ini kita tidak berkhotbah tentang uang. Hari ini kita akan berkhotbah tentang Kristus dan pengorbanan-Nya di hari Natal. Melalui wanita ini, saudara-saudara bisa memandang apa yang Yesus lakukan dan apa yang dilakukan oleh wanita ini. Mari kita melihat bagian lain Markus 12:41-44, ‘Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”’ Jadi lebih banyak mana? Lebih banyak orang kaya atau lebih banyak perempuan itu? Mana yang lebih sakit? Mana arti korban? Di mana arti korban? Orang yang kaya itu memberikan lebih banyak di depan semua orang, semua orang memuji dia, “Oh, dia adalah orang yang memberikan persembahan untuk gedung gereja begitu banyak,” tetapi sebenarnya buat dia itu sama sekali tidak ada urusan dengan korban. Sangat sedikit sekali, karena dia begitu kaya raya, celakanya begitu banyak pendeta yang melihat dan takluk. Tetapi Yesus tidak, mata-Nya jeli. Perhatikan, Yesus tidak saja melihat hati, Dia mengajak murid-muridnya lihat kantong persembahan. Perhatikan baik-baik bagaimana jemaat memberikan persembahan.
Kalau hamba Tuhannya Yesus Kristus, maka saudara-saudara akan keluar dari gereja. Mana ada kantong persembahan diedarkan lalu saya ikuti kantong tersebut, saya lihat satu persatu, saudara isi berapa. Saudara-saudara tidak akan lagi mau jadi jemaat di tempat ini. Yesus memperhatikan, engkau kasih berapa, yang lain berapa. Yesus tahu siapa yang kasih semuanya. Kalau saudara-saudara mengatakan aku lakukan yang terbaik, maka saya mau tanya definisi terbaik itu apa? Oh, orang Kristen sering sekali kena tipuan setan dalam hal-hal seperti ini. Di dalam Alkitab kata terbaik itu artinya terbanyak yang engkau bisa, dan di dalam kasus Maria, maka yang terbanyak yang dia bisa adalah minyak narwastu yang 300 dinar itu. Ketika Yesus datang ke Betania masuk ke rumah Maria dan Dia mengajar dipenuhi dengan anugerah Roh Kudus dan hati Maria dipenuhi dengan sukacita, maka Maria kemudian masuk ke kamarnya. Saudara bisa bayangkan kamar dari 3 orang, Lazarus, Maria dan Martha, rumah yang sangat kecil, kamar-kamar yang sangat minim dan Maria, masuk ke dalam kamarnya dan melihat-lihat apa yang paling berharga yang dia miliki, matanya langsung melihat satu botol minyak narwastu yang dia miliki dan harga dari minyak yang sangat bernilai itu adalah 300 dinar. Kerja buruh biasa satu hari satu dinar, maka kalau 300 dinar itu berapa lama? Berapa lama saudara-saudara kalau 300 dinar? Bukan 300 hari, memangnya tidak makan? Tidak perlu transportasi? Saudara bisa bayangkan saudara saja pada zaman sekarang bisa save money saja, the best mungkin saya perkirakan hanya 20%. Itu pun sudah bagus dari gaji bulanan kita. Banyak orang yang tidak bisa nabung bahkan, maka saudara-saudara dia menabung dan menabung berapa tahun? Mungkin 3 atau 4 tahun kerja, yang jelas itu adalah tabungan dari seluruh hidupnya dan pekerjaannya di masa lampau. Menurut komentari, maka perempuan di Palestina kalau dia menabung untuk minyak narwastu adalah untuk hari pernikahannya di masa depan, maka apa yang dilakukan oleh Maria? Saudara-saudara perhatikan, dia menyerahkan masa lalu dan masa depannya untuk di persembahkan kepada Yesus Kristus. Ini adalah sesuatu pengabdian, ini adalah suatu pelayanan, dia tidak punya reserve lagi untuk ke depan, dia tidak memiliki sesuatu lagi di depan, dia sudah mempersembahkan semuanya di kaki Yesus hari ini. Inilah hati seorang hamba Tuhan, dia bukan hamba Tuhan full-time, tetapi dia memiliki hati hamba Tuhan. Di tempat yang lain begitu banyak hamba Tuhan tidak memiliki hati hamba Tuhan full-time. Seorang hamba Tuhan haruslah menyerahkan seluruh hidup, masa lalunya, saat ini dan tidak memiliki apa pun saja untuk menjadi reserve di masa depan, kecuali kehendak Allah jadi.
Celakalah orang-orang yang mau menjadi hamba Tuhan untuk mendapatkan kekayaan di depan, celakalah orang itu! Celakalah orang-orang yang mau menjadi hamba Tuhan karena tidak terkenal dan ingin dikenal di masa depan. Celakalah orang itu! Seorang hamba Tuhan harus melepaskan seluruh hak pribadinya dan tidak lagi memiliki satu tujuan untuk diri sendiri kecuali kehendak Allah. Kalau Tuhan mau mengangkat dia, puji Tuhan, kalau dia tidak terkenal, puji Tuhan, biar kehendak Allah yang jadi. Apakah nanti Tuhan mengembalikan 300 dinar lebih kepada Maria kita tidak tahu, tetapi yang jelas hati Maria penuh masa lalu dan masa depan diberikan kepada Yesus Kristus, itulah pelayanan! Sekali lagi, berikan yang terbaik, terbanyak yang kita bisa, jangan berikan yang sisa, jangan berikan yang pinggiran, jangan berikan yang sudah kita tidak mau.
Banyak orang memberikan kepada orang lain barang yang dia sudah tidak perlu. Dulu di sekitar komplek rumah pada waktu saya kecil, banyak orang Chinese tidak beres hidupnya. Kalau sudah menanak nasi 2-3 hari, sudah ditanak berkali-kali baru dikasih ke pembantu, ini adalah orang-orang yang tidak berperikemanusiaan. Orang Kristen tidak pernah boleh melakukan itu kepada satu manusia pun. Ketika saudara sudah tidak mau, kasih ke orang lain, kalau saudara-saudara sudah tidak suka dengan barang ini, saudara kasih kepada orang lain. Dengan kalimat saya ini, saudara bilang saya sekarang sudah tidak bisa kasih apa-apa, karena Pak Agus katakan seperti itu, maka saya tidak kasih apa-apa lagi. Terlalu picik! Ketika orang kaya itu memberikan, kelihatannya banyak, semua orang puji Tuhan, Yesus tahu engkau memberikan itu hanya pinggiran sisa saja. Orang-orang kaya, engkau akan dihakimi Tuhan dengan hal-hal seperti ini dan orang tersebut memberikan kelihatannya besar padahal hanya sisanya saja. Celakanya hamba Tuhan senang, ini orang yang cinta Tuhan. Tidak! Sama sekali tidak. Kalau pendeta Stephen Tong mengatakan “Engkau memberikan cuma sedikit saja dari seluruh yang engkau punya,” lain dengan Maria, lain dengan janda tadi. Dia kasih, sudah tidak tahu masa depan bagaimana. Tetapi ketika dia memberi dan bahkan mungkin bagi janda itu, tidak lagi bisa makan. Bagi Maria tidak tahu lagi, kalau seandainya menikah, dia bisa pakai apa dari parfumnya, dia sudah lepas masa depannya untuk Tuhan. Saya tanya, apakah dia melakukannya dengan sangat-sangat tidak suka, tidak rela, apakah seperti itu? Tidak! Saya katakan tadi poin yang pertama, ketika bicara berkenaan dengan pelayanan yang sejati adalah pengabdian yang memberikan korban yang terbaik dengan sukacita. Kenapa ada sukacita? Karena rela. Kenapa ada sukacita? Karena mengerti Siapa yang dilayani, mengenal Siapa yang dilayani. Kenapa sukacita? Karena pelayanannya keluar dari cinta. Inilah pelayanan yang sejati, tidak ada satu pribadi pun yang lebih sulit hidupnya, lebih besar korbannya dari pada Allah Anak yang turun ke dunia pada hari Natal.
Pada hari Natal, Dia memberikan dirinya dan sepanjang 33½ tahun setelah itu sampai Dia di atas kayu salib, seluruhnya sulit, korban. Tetapi apakah saudara pernah melihat catatan Alkitab kalau Yesus tidak rela? Yesus bersungut-sungut? Tidak ada! Seluruh yang Yesus lakukan adalah dengan sukacita, Yesus mengatakan, “Aku bersukacita kepada-Mu Bapa di sorga, Engkau memberikan tubuh kepada-Ku sehingga Aku bisa menaati Engkau.” Semuanya adalah karena kasih-Nya kepada Bapa-Nya dan dari Bapa sendiri, memberikan korban terbaik bagi kita, satu pribadi yang paling dikasihi-Nya yaitu Allah pribadi kedua Tritunggal, Yesus Kristus. Karena Dia mencintai engkau dan saya. Di dalam cinta tidak ada sungut-sungut meskipun kita memberikan korban yang terbesar. Alkitab menyatakan, ‘Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga memberikan, mengutus Anak-Nya yang Tunggal Tuhan Yesus Kristus, kepada dunia sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.’ Kenapa Allah memberikan Anak-Nya yang Tunggal? Karena cinta! Seberapa cinta-Nya? Saudara bisa melihat yang diberikan bukan berkat, yang diberikan adalah Anak-Nya sendiri. Dia bisa memberkati kita dengan kalimat, Dia bisa memberkati kita dengan seluruh karya-Nya, Dia Maha Kuasa. Tetapi untuk membereskan dosa, untuk membalikkan hatimu kepada Dia, Dia memberikan yang terbaik. Sakit tetapi dengan cinta. Itu terjadi pada hari Natal, Yesus datang ke dunia, di kandang Betlehem. Pelayanan adalah suatu tindakan korban yang terbaik, yang lahir dari pengabdian sepenuh hati. Saudara bisa melihat apa yang dilakukan oleh Maria adalah bayang-bayang apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Saudara bisa melihat kulminasi, titik puncaknya adalah pada Yesus Kristus.
Hal yang kedua, pelayanan adalah suatu pengabdian yang memberikan korban yang terbaik dengan sukacita, yang ditujukan kepada Allah yang mulia ‘saja’. Perhatikan kata “only” ditujukan kepada Allah yang mulia saja. Maria memberikan minyak yang mahal itu, dituangkan dari atas kepala Yesus Kristus dan minyak itu mengalir sampai ke kaki-Nya. Kemudian dia mengusap minyak itu di kaki Yesus Kristus dengan rambutnya. Hal ini tidak pernah ada di seluruh orang Yahudi. Budak Yahudi, gentile, budak kafir pun tidak pernah melakukan ini. Pada zaman Yesus dan Paulus, rambut kepala wanita adalah tanda kemuliaan, itulah sebabnya di dalam Kitab Suci Paulus mengatakan kepada perempuan untuk jangan memotong rambutmu, karena memotong rambut pada zaman itu dianggap engkau mempermalukan dirimu sendiri, engkau membuang mahkota, engkau membuang kemuliaanmu. Rambut kepala wanita adalah tanda kemuliaannya. Sekarang saudara-saudara bisa membayangkan di tengah-tengah culture yang seperti itu, Maria mengusap kaki Yesus Kristus dengan rambutnya. Semua yang terbaik yang dia miliki sekarang diberikan, yang terbanyak yang dia mampu berikan dan kemuliaannya pun diberikan di bawah kaki Yesus Kristus. Perhatikan baik-baik! Hal yang terbaik yang kita punya, yang termulia yang kita miliki, ketika kita berikan kepada Yesus Kristus, Dia terlalu mulia. Apakah saudara mengerti letak yang paling tepat di tengah-tengah persembahan kita yang terbaik itu di mana? Di kaki Allah kita! Bukan di tangan Dia bahkan, tetapi di kaki Dia. Di dalam hal ini, hati saya tersentuh. Kenapa orang-orang yang mahir rohani di dalam Alkitab, semua titik referensinya adalah kaki Yesus? Yohanes Pembaptis pernah mengatakan, “Dia yang datang setelah aku, lebih besar dari aku. Maka membuka tali kasutnya pun aku tidak layak.” Titik referensinya, kaki Yesus. Saudara jangan punya pikiran, “Tuhan, engkau lihat inilah yang terbaik yang aku punya, aku berikan kepada-Mu.” Lalu Tuhan menyambut dengan tangan-Nya, berterima kasih. Tuhan tidak pernah menghina persembahan kita. Tetapi saudara dan saya harus tahu letaknya di mana. Cuma di bawah kaki-Nya saja, untuk diinjak. Itu yang diajarkan kepada gereja oleh Yohanes Pembaptis dan oleh Maria.
Wanita ini mengurapi Yesus sebagai raja dan dia tahu yang terbaik dari dirinya hanya layak untuk diinjak oleh Yesus Kristus. Inilah arti pelayanan. Siapa sesungguhnya Yesus yang kita layani? Seberapa besar Dia dalam hidup kita? Sering kali ketika kita pertama-tama melayani, kita akan memberikan yang terbaik. Sukacita ada. Mau rapat malam, ya boleh. Saya nanti akan buru-buru dari kantor dan sebisa mungkin ke gereja. Tetapi setelah 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, pelayanan yang sama, konteks yang sama, mulai tidak rela. Mulai rasa, “Aduh, ini sudah kebanyakan ngasihnya. Sudah tidak bisa lagi seperti ini. Kalau mau saya melayani, engkau harus tahu, saya punya waktu juga terbatas.” Orang seperti itu tidak mungkin bisa melayani di tempat ini! Silahkan engkau melayani di tempat lain! Itu sungguh-sungguh dari hati saya. Tidak mungkin! Kalau saudara sudah hitung-hitungan waktu, silahkan bicara kepada bosmu. Tetapi tidak mungkin kita melayani seperti itu, dengan sifat seperti itu, di dalam gereja untuk Tuhan.
Apa itu persembahan? Berikan yang terbaik. Aku sudah berikan, Tuhan. Engkau terima, bukan? Hanya untuk kaki-Nya. Kalau saudara adalah keluarganya Maria, kalau saya pada waktu itu adalah kakaknya Maria, atau saya mungkin papanya Maria, saya lihat seperti itu, saya akan tarik anak saya, “Kamu pikir dong. Pelayanan kok seperti ini? Kamu berikan yang terbaik. Ini saja sudah susah. Kenapa mesti dikasih di tempat yang tidak berharga?”
Kunci dari pelayanan untuk bisa continue itu satu. Saudara dan saya bisa melihat seberapa besar Allah kita di dalam Kristus Yesus, cuma itu. Hati ini begitu licik. Ketika Maria memberikan minyak narwastu, lalu ada sesuatu yang sangat tidak terduga terjadi. Sudah diberikan dan sudah dituangkan minyak dari atas sampai bawah, pakai rambut untuk menyekanya. Semuanya sudah beres? Tepat bukan? Sekarang semua murid-murid-Nya, mulai dari Yudas, lalu kemudian Yohanes, kemudian Yakobus, kemudian Petrus, kemudian Natanael, semuanya mencerca dia. Dia bilang, “Untuk apa pemborosan ini? Untuk apa semua itu?” Saya tanya, kalau kita yang menjadi Maria, kira-kira kita akan lakukan apa? Nangis? Lalu kita keluar dari ruangan, dan seumur hidup pahit. Kepahitan. Itu kan yang saudara dan saya pelihara. Terus, kepahitan, Pak. Kepahitan, Pak. Itu kurang ajar sekali. Itu adalah pemimpin gereja. Mereka bukan saja pemimpin gereja. Mereka adalah sokoguru jemaat. Mereka adalah rasul! Mereka bicara kepada Maria, pakai prinsip teologia lagi. Kenapa kau boros begini? Kan banyak sekali orang miskin, harusnya bisa dipakai uangnya. Wah, kalau saya jadi Maria, saya pahit saudara-saudara, kecuali Roh Kudus menyembuhkan, kecuali Roh Kudus meluruskan hati itu kembali. Sampai di sini, saudara bisa melihat kemahiran hati Maria. Dia sungguh-sungguh murni hatinya bagi Tuhan saja.
Saya sudah katakan, poin yang ke-2 adalah seluruh korban dengan sukacita diberikan kepada Allah saja. Tidak ada bagian sedikit pun untuk diri. Saudara-saudara bisa melihat orang seperti ini tandanya adalah tidak tersinggung. Dia tidak tersinggung. Saudara, saya kasih satu kalimat ini. Kalimat ini adalah kalimat kebenaran. Kalau kalimat kebenaran itu bukan berarti kalimatnya akan menguasai saudara, lalu saya lepas dari kalimat itu, tidak. Ketika bicara kebenaran, kebenaran ini ada di atas. Saudara dan saya mau takluk atau tidak? Terserah. Tetapi itu sudah pasti kebenaran. Setiap kali kita tersinggung, berarti pasti ada diriku di dalamnya. Semakin saudara mempertahankan, maka ketersinggungan saudara dan saya bisa puluhan tahun tidak selesai-selesai. Tapi, perhatikan baik-baik, Tuhan tidak akan pernah mundur satu langkah pun untuk hal itu. Saudara mau tersinggung, keluar dari pelayanan. Saudara jangan pernah pikir, Tuhan akan kembali untuk membaiki kau masuk dalam pelayanan, tidak! Karena kalau seperti itu, kita lebih tinggi daripada Allah. Satu-satunya jalan adalah repentance. Merendahkan diri kita. Baru saudara akan tahu, Tuhan lembut memperlakukan kita. Ini berlaku bagi saya. Ini berlaku bagi kita. Ini berlaku bagi seluruh jemaat Tuhan. Hati kita sangat licik. Kita memberikan yang terbaik seakan-akan, tetapi sesungguhnya bukan untuk Allah saja. Apa yang terjadi kepada Maria? Diizinkan oleh Allah, untuk Maria mengetahui apa sesungguhnya yang paling menjadi dasar dari seluruh motivasi pelayanannya. Banyak dari kita sebenarnya ketika melayani ujung paling dasarnya adalah diri. Ya, kita mau melayani Tuhan, tetapi sebenarnya yang paling dasar adalah diri.
Buat saya, salah satu ‘nabi sekular’, maksudnya bukan nabi dalam Alkitab, yaitu Maslow. Maslow menyatakan setiap dari kita punya kebutuhan dan kebutuhan itu selalu naik. Kebutuhan yang tingkat paling dasar adalah fisik. Kalau orang tersebut kebutuhan fisiknya didapatkan, maka akan menjadi kebutuhan safety. Kemudian naik lagi, maka kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki. Naik lagi, maka kebutuhan akan esteem. Lalu naik lebih lagi adalah kebutuhan tentang self-actualisation. Misalnya saja, mulai dari bawah. Fisik. Kita perlu rumah, kita perlu rekreasi, kita perlu makan. Tetapi, begitu uang kita bertambah sedikit, kita akan memikirkan mengenai insurance, kita memikirkan mengenai health. Tidak ada orang-orang yang miskin memikirkan, “Aduh, makan ini kalorinya berapa yah? Lemaknya berapa yah?” Tidak ada, saudara-saudara. Saudara-saudara tidak mungkin bisa pergi ke tempat tukang becak dan berkata, “Bapak sudah punya life insurance?” Dia tidak memikirkan itu. Tetapi kalau pendapatannya sudah naik, bukan cuma memikirkan mengenai fisik, maka akan memikirkan tentang safety. Naik lagi, saudara akan memikirkan berkenaan dengan family, dengan friendship. Punya kelompok yang sama kesukaannya. Naik lagi, saudara akan memikirkan esteem. Saudara memperhatikan bagaimana achievement anak saudara. Bagaimana anak saudara bisa achieve suatu bidang yang mungkin teman-temannya tidak punya dan saudara menyalurkannya ke sana? Mungkin saudara-saudara pikir dia bagus matematikanya. Oh, ini bagus cello-nya. Sama orang miskin, jangan bicara berkenaan dengan cello saudara-saudara, bisa pergi ke sekolah saja sudah bagus. Mereka tidak akan pernah terpikir. Tetapi kalau saudara-saudara sampai paling atas. Saudara memiliki kebutuhan besar sekali, yaitu saya harus ada aktualisasinya di gereja ini. Saya harus ada penghargaannya dari komunitas saya. Sampai titik tertentu, itu adalah sesuatu hal yang wajar. Tetapi celakanya, ini adalah jalan kita berusaha untuk melakukan self aktualisasi dengan korban. Sehingga saudara-saudara bisa melihat orang-orang yang sudah punya posisi, yang kaya, mereka akan bergabung untuk mendirikan, misalnya saja, satu Yayasan untuk transplantasi kidney, misalnya. Gabung dengan Harley Davidson Club untuk semuanya bisa melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Itu puluhan ribu dolar diberikan dan tidak pernah kembali satu dolar pun untuk mereka. Tetapi hati mereka penuh, dengan membantu orang lain. Hati mereka penuh dengan suatu sukacita karena berguna. Mereka berkontribusi. Maka saudara bisa perhatikan, korban ini sesungguhnya bukan korban untuk Allah saja, tetapi untuk mengisi aktualisasi diriku.
Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 13, Paulus menyatakan sekalipun engkau membagi-bagi apa yang ada padamu, sekalipun engkau membiarkan dirimu dibakar untuk persembahan, tetapi jikalau engkau tidak memiliki kasih agape, nothing di hadapan Allah. Itu cuma aktualisasi diri. Sampai di sini. Sampai titik ini. Berapa banyak dari kita di GRII Sydney ini tersisih? Kita harus bertobat! Kalau sungguh-sungguh kita mau dipakai oleh Tuhan. Jangan menipu Allah. Sesungguhnya kita melayani diri kita sendiri. Yesus Kristus datang. Sejak hari pertama saja sudah ditolak. Berkali-kali dalam Alkitab, saudara lihat hidup dan penolakan itu menjadi sejajar dalam kehidupan Kristus. Tetapi, Dia tidak pernah tersinggung. Dia tidak pernah mengeluh. Dia terus menerus dikatakan seperti domba yang sungguh-sungguh suci, Dia tidak pernah membuka suaranya. Oh, saya sampai di situ ingat Maria, saya ingat akan Domba yang tidak membuka suara. Hati saya remuk. Saya jauh sekali, jauh sekali Tuhan dari hal ini. Tanda kemahiran rohani adalah diam. Tidak marah-marah. Tidak complain. Aku sudah lakukan yang terbaik. Aku tidak dihargai. Aku pahit. Tidak. Aku tidak dihargai, tetapi mataku hanya kepada Yesus saja. Ini seperti apa ya Maria? Tapi saya tidak memuji Maria karena dia manusia seperti kita. Semua ini untuk melihat Sang Bayi Natal itu, apa yang dilakukan dunia kepada Dia. Maria sedih. Ya, tetapi tidak mundur. Dia maju. Ketekunannya, maju dan dia diam adalah tanda kemahiran rohani. Semua itu karena Dia mengasihi Kristus saja. Pelayanan itu apa? Pelayanan adalah suatu pengabdian dari hati dengan korban yang terbaik dengan sukacita dan diberikan kepada Allah saja.
Dan yang ke-3 adalah yang sinkron dengan rencana Allah di muka bumi. Dengan takut dan gentar, saya mengatakan hal ini. Karena ini bisa terjadi bagi kita semua termasuk saya, termasuk gereja ini. Perhatikan baik-baik. Alkitab dengan jelas, menyatakan tidak semua pelayanan berkenan kepada Tuhan. Tidak semua pelayanan diterima oleh Tuhan. Bahkan pelayanan yang keluar dari hati yang terbaik tidak serta merta sinkron dengan rencana Allah di muka bumi. Maka untuk itulah kita perlu berhati-hati. Kita harus dengan takut dan gentar mencari kehendak Allah. Apa yang Dia inginkan untuk kita bergerak? Untuk apa yang kita kerjakan? Untuk sungguh-sungguh sinkron dengan pekerjaan-Nya di muka bumi ini? Sinkron dengan arah dan kecepatan Dia melangkah di muka bumi ini.
Sekali lagi, tidak semua pelayanan adalah sinkron dengan kehendak Allah. Maka poin yang ke-3 ini luar biasa penting. Saya berikan contoh, dan ini menjadi suatu hal yang berat setiap minggunya bagi kami. Apa yang menjadi kesulitan berkhotbah? Saya berkhotbah setiap minggu di sini. Apa yang menjadi kesulitan ketika berkhotbah? Apakah tema? Apakah malu di hadapan ratusan atau ribuan orang? Saya sudah berkhotbah ribuan kali. Saya sudah bertemu dengan berbagai macam orang. Tetapi yang paling sulit di dalam berkhotbah bukan masalah tema. Bagi orang-orang yang sudah sering kali berkhotbah, orang tersebut tanpa persiapan seandainya, lalu datang ke gereja, datang ke mimbar, kemudian dia tanya kepada jemaatnya. Misalnya Bambang. Bambang, kamu mau saya berkhotbah apa? Lalu Bambang bicara mengenai apa, misalnya. Mau bicara keluarga. Mau bicara keuangan. Bambang mau bicara apa pun saja, saya langsung tahu ayatnya apa. Saya tahu harus bagaimana saya berkhotbah. Sudah ribuan kali, tapi kalau begitu, apa yang ditakutkan? Seorang pengkhotbah setiap minggu yang ditakutkan adalah, “Tuhan, engkau mau saya berkhotbah apa hari ini, here and now?” Tuhan, dari seluruh ayat Alkitab ini, apa yang menjadi kehendak-Mu untuk saya dengar dan jemaat itu dengar? Itu ratapan hati yang terus menerus. Itu yang membuat setengah mati, hampir mati. Itulah sebabnya yang tidak bisa membuat jiwa kita enteng setiap minggunya. Sebenarnya khotbah yang paling mudah, yang paling gampang buat saya adalah kalau dari sinode itu kasih jadwal. Minggu ini khotbah apa, ayat Alkitabnya apa, dan saya tidak bersalah sama sekali, bukan? Tetapi di GRII, tidak. Pak Tong membiarkan kita bergumul sendiri di hadapan Tuhan dan cari sendiri Firman, peka sendiri dengan Firman.
Dalam pelayanan, salah satu hal yang tersulit adalah bagaimana kita meratap untuk bisa sinkron pada kehendak Tuhan di muka bumi ini. Ketika kita berjalan di dalam kehendak-Nya, sinkron kepada Dia. Saya katakan satu hal, tidak banyak orang mengerti akan begitu banyak pertanyaan dan cercaan, segala kecurigaan muncul. Banyak orang kemudian tidak lagi mau ikut, tetapi Yesus Kristus memiliki caranya sendiri. Orang tidak mau ikut, dibiarkan saja, silahkan saja. Perempuan ini mengurapi Yesus sebagai raja, tetapi di dalam anugerah Tuhan Yesus, maka Yesus mengatakan, “Biarkan dia mengurapi Aku dengan minyak yang mahal untuk hari penguburan-Ku.” Hari penguburan. Kematian Yesus Kristus. Yesus Kristus sendiri katakan, “Dia hadir untuk hal ini.” Untuk mati menebus umat manusia. Salib adalah center dari isi hati Tuhan. Dia lahir pada hari Natal untuk mati di atas kayu salib dan, itu adalah mata Tuhan. Itu adalah rencana Allah di muka bumi yang harus dijalankan. Tidak ada satu orang pun yang tahu rencana itu dan bisa mengertinya. Bahkan, murid-murid-Nya pun, satu hari sebelum terjadi, mereka tertidur. Mereka sama sekali tidak pernah memikirkan mengenai kematian Yesus di atas kayu salib. Seluruh pelayanan mereka lakukan, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mempersiapkan salib. Tetapi wanita ini dikatakan, dia mengurapi Yesus tepat untuk mempersiapkan titik kematian Kristus Yesus. Oh, alangkah indahnya peristiwa ini. Yesus memuji perempuan ini karena dia melakukan sesuatu tepat di tengah-tengah isi hati Allah.
Kalau saudara dan saya mau melayani, dan kalau gereja ini Tuhan kasih terus pelayanan-pelayanan ke depan, poin ini harus sungguh-sungguh digumuli. Kita tidak bisa asal mengerjakan ini. Mau misi. Kita kerjakan misi. Ini pembangunan gereja. Mesti bangun gereja. Bicara berkenaan dengan mengabarkan Injil di jalan. Mengabarkan Injil. Bukan semudah itu. Ada waktunya Allah. Ada caranya Allah. Ada the way Tuhan memimpin seperti apa. Suatu hari Allah bicara kepada Abraham, “Besok di gunung Moria, persembahkan anakmu yang tunggal.” Perhatikan baik-baik kalimat Allah itu. Tuhan yang menentukan waktu persembahan. Tuhan yang menentukan tempat persembahan. Tuhan menentukan jenis persembahan. Semuanya tepat!
Apakah saudara pikir pelayanan itu sesuatu yang sederhana, sepele dan gampang? Tidak! Pelayanan yang sejati. Gereja yang sejati mau tahu isi hati Tuhan secara tepat dan itu perlu anugerah besar. Sekarang saya akan selesaikan. Yesus mengatakan, “Di mana saja ketika Injil ini diberitakan, wanita ini akan dibicarakan.” Injil bicara mengenai pemberian Allah yang terbaik dan bukan sisa. Karena cinta-Nya, Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi saudara dan saya. Injil bicara berkenaan dengan Allah yang memberikan yang paling Dia kasihi kepada saudara dan saya yang dikasihi-Nya. Injil adalah bicara berkenaan dengan Yesus Kristus yang taat datang ke dunia untuk menyukakan hati Allah saja. Seluruh langkah-Nya adalah menggenapi rencana Allah hingga sampai di atas kayu salib, Dia mengatakan, “It is finished, sudah genap.” Yang terbaik. Dengan sukacita. Bagi Allah saja. Sesuai dengan kehendak Allah. Seluruhnya gabung. Itulah Natal. Sehingga setiap kali kita bicara berkenaan dengan pelayanan, bicara mengenai Injil, saudara akan melihat sifat-sifat wanita ini seluruhnya akan muncul. Hari-hari ini adalah hari-hari menjelang akhir tahun. Ini adalah hari-hari di mana kita melakukan suatu evaluasi dan biarlah kita boleh mengevaluasi seturut dengan Firman Tuhan. Selamat Natal. Tuhan memberkati. Mari kita berdoa.