22 December 2024
Truth & Love Podcast Ep#22 – Puritanisme Abad 16-17: Masih Relevan untuk Masa Kini? (Kelimpahan Anugerah)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · PODCAST By: GRII Kebon Jeruk

PODCAST By: GRII Kebon Jeruk

Puritan adalah satu gerakan yang dimulai oleh sekelompok orang di Inggris yang merindukan adanya suatu reformasi secara menyeluruh untuk memurnikan gereja, dimana pada masa itu gereja masih dipengaruhi oleh kebiasaan atau tradisi-tradisi gereja katolik. Dari kelompok Puritan ini kita bisa belajar bagaimana teologi reformed yang sudah kita terima masuk sampai ke dalam wilayah aplikasi praktika sehari-hari di dalam segala hal. Dalam kelimpahan anugerah kali ini, Pdt. Agus Marjanto & Pdt. Antonius Steven Un akan membagikan relevansi puritanisme yang pada Abad 16-17 sangat kuat untuk dapat dihidupi di dalam masa kini.

Truth & Love Podcast adalah podcast persembahan GRII Kebon Jeruk yang akan membahas berbagai macam hal dalam hidup, kami berharap Podcast ini dapat memberkati saudara sekalian.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

15 December 2024
Natal dan Masalah Penderitaan Manusia
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Luk 2:8-12

Luk 2:8-12

Natal adalah bicara mengenai Pribadi ke-2 turun ke dunia menjadi manusia. Saudara-saudara, pada akhir abad yang ke-11 seorang bapa gereja bernama Anselm dari Canterbury, England. Dia menuliskan satu buku yang menjadi dasar fondasi yang kokoh sekali di dalam doktrin Kristen khususnya dalam Christology dan Soteorology. Dan buku ini berjudul di dalam bahasa Latinnya adalah “Cur Deus Homo” artinya adalah ‘Mengapa Allah menjadi Manusia?’ Archbishop Anselm, dia memikirkan dengan tuntas mengapa sesungguhnya Allah mau menjadi manusia. Apakah selain dari Allah menjadi manusia ada jalan lain keselamatan? Apakah Allah bisa memberikan keselamatan kepada saudara dan saya dengan mengatakan, “Saya mengampuni engkau dan engkau terbebas dari dosamu”? Jawabannya adalah tidak bisa. Apakah malaikat bisa diutus dan menyelamatkan kita? jawabannya adalah tidak bisa. 

Saudara-saudara, Allah menjadi manusia adalah sesuatu keperluan mutlak, absolute necessity untuk memuaskan tuntutan keadilan Allah dan memberikan jalan keselamatan bagi manusia. Setelah Adam gagal, gagal sebagai wakil manusia di hadapan Allah, maka harus ada satu wakil pribadi dari manusia yang lain yang harus menerima tuntutan keadilan Allah atas kegagalan Adam. Dan setelah Adam gagal melaksanakan seluruh mandat Allah, harus ada pengganti Adam yang lain, satu representative dari perwakilan seluruh umat manusia untuk menjalankan apa yang gagal dijalankan oleh Adam. Inilah yang menjadi ketaatan Kristus. Ketika kita melihat Kristus taat, Dia taat di dalam dua aspek ini menjadi satu. Yang pertama Dia taat untuk menanggung seluruh murka Allah yang timpa seharusnya kepada Adam dan keturunannya dan juga keturunan Adam seluruhnya, maka Kristus harus taat di dalam hal ini. Dia dengan pasif menerima seluruh tuntutan murka Allah, keadilan Allah yang seharusnya ditimpa secara total kepada Adam dan keturunannya. Tetapi bukan itu saja, ketaatan Kristus bukan saja pasif, tetapi ketaatan Kristus juga adalah ketaatan yang aktif. Kristus aktif menjalankan seluruh apa yang menjadi kehendak Allah yang tadinya gagal dijalankan dan digenapi oleh Adam. Itulah sebabnya di atas kayu salib Yesus Kristus mengatakan, “Sudah genap.” Kenapa genap? Karena Dia adalah satu Pribadi yang menerima seluruh hukuman itu dan juga satu Pribadi yang menjalankan seluruh tuntutan itu. Adam sebagai manusia itu gagal, maka harus ada manusia sejati yang lain yang harus menggantikan posisi Adam. Itulah sebabnya Kristus Yesus harus lahir sebagai seorang bayi, berdarah daging seperti engkau dan saya. 

Saudara-saudara, perhatikan baik-baik di bawah ini. Natal adalah bicara mengenai pentingnya manusia. Bicara mengenai Natal adalah bicara mengenai the Theology of men. Manusia, perannya itu tidak mungkin bisa digantikan oleh binatang, tidak mungkin bisa digantikan oleh malaikat, tidak mungkin bisa digantikan oleh penghulu-penghulu Archangel, malaikat. Manusia memiliki satu posisi yang penting sekali yang tidak mungkin tergantikan, yang harus dikerjakan oleh manusia itu di tengah-tengah dunia sebagai wakil Allah, sebagai penentu perkembangan Kerajaan Allah. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik, Adam sebagai manusia gagal, maka penyelamatan harus lahir dari seorang manusia. Ini adalah suatu prinsip yang luar biasa penting tentang Natal. Ketika kita bicara tentang Natal, sekali lagi, biasanya kita bicara berkenaan dengan bintang, pohon Natal, Betlehem. Saudara lupa satu hal yang penting sekali, Natal adalah bicara berkenaan menjadi manusia itu seperti apa. Saudara-saudara, Yesus Kristus, pribadi ke-2 Tritunggal itu menjadi manusia, Alkitab tadi dikatakan Dia adalah Juruselamat. Dia adalah Kristus, artinya adalah diurapi. Dia adalah Tuhan itu sendiri, Pencipta langit dan bumi. Tetapi Dia lahir di palungan, dikelilingi oleh binatang, tempat yang kotor, tempat yang hina, dikelilingi oleh gembala pada waktu Dia lahir. 

Saudara-saudara pada pagi hari ini saya mau untuk saudara-saudara memikirkan dua hal ini. Yang pertama adalah lihatlah Yesus Kristus yang ada di palungan itu. Saudara perhatikan, pusatkan mata kita di kandang itu. Kristus di palungan, Kristus di palungan, manusia yang sejati, Allah yang sejati, di palungan. Kristus Yesus adalah inti iman kita tetapi Dia bukan saja inti iman kita, Dia menjadi contoh bagaimana seharusnya manusia itu hidup. Kristus Yesus mengajarkan nilai seorang manusia itu ditentukan dari apa. Saudara-saudara, saya mau tanya kepada saudara-saudara, engkau dirimu itu ditentukan oleh apa? Siapa atau apa yang mendefinisikan hidupmu? Saudara-saudara, para filsuf, terus menerus, ribuan tahun sampai sekarang, terus menerus, satu masalah yang dipikirkan adalah bicara mengenai ‘sebenarnya manusia itu siapa, aku ini siapa’. Saudara-saudara, kalau saudara mempelajari bidang filsafat, saudara-saudara dari sejak abad pertama sampai sekarang, kalau ada filsuf-filsuf yang terbaru sekalipun, selalu pembahasannya bukan galaksi, pembahasannya adalah sesungguhnya manusia itu siapa. Kita bicara tentang hal ini tidak ada habis-habisnya karena hal ini adalah pertanyaan yang berusaha untuk dijawab berabad-abad sampai sekarang. 

Tetapi saudara-saudara melihat kembali apa yang terjadi di Betlehem. Dan saya tidak bicara panjang lebar tentang hal ini, saya akan langsung masuk ke dalam poinnya. Sesungguhnya manusia itu diukur dari apa? Manusia bukan diukur dari apa yang dia pikir, manusia bukan diukur dari apa yang dia makan, manusia juga bukan diukur dari apa yang dia punya. Saudara perhatikan baik-baik, saudara-saudara dan saya diukur tentang dari satu tongkat ini, ini adalah satu standard dari Allah bagi seluruh umat manusia. Bukan apa yang kau miliki, bukan siapa yang saudara kenal di bumi ini, bukan uang berapa banyak yang engkau dapatkan, bukan posisi apa yang engkau dapatkan di dunia ini. Engkau dan saya hanya diukur oleh Allah dari satu kacamata ini; bagaimana respon kita kepada Dia, bagaimana reaksi kita kepada Allah. Yesus Kristus adalah manusia yang sejati dan Dia datang di palungan, di tempat yang hina, di tempat yang sangat kotor, di tempat yang hina, tetapi Dia mulia. Dia tidak punya apa-apa, tetapi tidak punya apa-apa itu, tidak mendefinisikan Dia. Dia tidak punya orang-orang yang berelasi yang mendukung Dia, tetapi orang-orang yang tidak punya koneksi apapun itu, tidak mendefinisikan Dia. Allah berkenan atas hidup-Nya karena seluruh kehendak Allah jadi di dalam hidup-Nya. Sebagai manusia yang sejati Dia menyatakan seluruh kebenaran apa yang Allah itu kehendaki digenapi di dalam diri-Nya, Dia tidak sama dengan Adam yang gagal. Dia melakukan seluruh kehendak Allah, dan di situ adalah nilai-Nya. Dia bereaksi dengan tepat kepada Allah di dalam ketaatan. 

Saudara-saudara, kalau kita, begitu uang kita kurang saja, hati kita gelisahnya luar biasa dan kalau saudara coba untuk banyangkan, saudara lepaskan itu, apakah kita masih bisa berani berdiri kokoh? Saudara di dalam anugerah Tuhan, maka kami hamba-hamba Tuhan harus bisa belajar untuk mengoreki, mengevaluasi apa yang terjadi sesungguhnya di dalam hati kami. maka orang-orang Puritan mengajarkan kepada kami bagaimana menginstropeksi diri. Itulah sebabnya orang Puritan itu matanya jeli dan dia disebut sebagai dokter dari pada jiwa. Dia mengerti seseorang ini berlaku seperti ini karena jiwanya seperti apa. Dia mengatakan ini karena di dalam hatinya seperti apa, itu bukan ilmu psikologi, tetapi itu ilmu biblical karena dari Alkitab kita akan diajar untuk mengenal Allah dan mengenal diri. 

Saya menemukan begitu banyak orang dengan kalimat-kalimat yang luar biasa sombong karena dia itu berpijak di dalam kekayaannya. Ada orang yang berani mengatakan satu kalimat, saya pikir engkau mengatakan kalimat ini kenapa? Kenapa engkau berani mengatakannya? Ujung-ujung, pikir-pikir, apakah dia rohani? Jawabannya adalah tidak. Apakah dia begitu dekat sama Tuhan jawabannya tidak, apakah berdasarkan ketaatan? Tidak. Apakah dia punya pengalaman pelayanan yang begitu lama di dalam gereja dan dia berkeluh kesah dan dia memeras keringat, dia berkorban habis-habisan karena mencintai gereja? Tidak. Kenapa dia berani mengatakan kalimat itu? Saya ketemu satu hal, karena punya uang. Coba uang itu tidak ada, tak mungkin dia berani menghina orang lain. Kita harus bertobat, kenapa uang kita menentukan identitas kita? Kenapa pencapaian kita menentukan pribadi kita? Engkau menentukan esteem kekuatan jiwa kita berdasarkan sesuatu hal yang musnah. 

Palungan mengajarkan kepada kita apa artinya seorang manusia? Apa seharusnya tolak ukur hidup kita? Jangan karena kekayaan, jangan karena kesejahteraan, jangan karena segala sesuatu di dunia kita pegang sehingga kita berani melangkah. Kalau sungguh-sungguh kita itu mengenal Kristus Yesus yang membuat kita berani menatap masa depan adalah karena kita mau belajar taat kepada Dia, karena kita mau bergantung sepenuhnya kepada Dia. Martin Luther mengatakan kalau saya setiap pagi tidak berdoa lama 3 jam kepada Tuhan, saya keluar dari rumah saya, saya pasti gemetar. Banyak dari antara kita, orang yang tidak mau berdoa, kita pikir doa itu cuma aktifitas sampingan dari gereja, luar biasa sombong. Saya mau tanya saudara kenapa berani keluar rumah? Karena sehat? Karena kuat? Karena kekayaan? Semua itu saudara dan saya sandarkan pada sesuatu yang bisa rubuh. Yesus Kristus di hari Natal datang di dunia ini, di tempat palungan. Palungan tidak menentukan nilai hidup-Nya, Betlehem adalah kota yang kecil, kalau tidak dipuja-puji oleh orang Kristen masa kini, Betlehem itu nothing. Nazaret itu kota yang tidak ada apa-apanya, bahkan murid Yesus itu sendiri mengatakan,”Apakah ada yang baik yang keluar dari Nazaret?” Saudara, semua itu tidak mendefinisikan Kristus itu siapa. Natal, pada hari ini kita memperingatinya, biarlah kita boleh mencontoh bagaimana Kristus Yesus itu hadir. Dia tidak terpengaruh dengan seluruh kepemilikan-Nya di bumi tetapi Dia itu mulia karena Dia itu taat pada kehendak Allah. 

Saudara saya akan bicara mengenai hal yang ke-2 dan pagi ini saya akan memfokuskan lebih banyak dalam hal ini. Yang pertama tadi saya membawa saudara untuk melihat Kristus Yesus yang ada di palungan. Tetapi yang kedua saudara-saudara saya mau membawa saudara-saudara untuk melihat palungan itu yang berisi Kristus di dalamnya. Saudara coba pikirkan kehidupan Kristus Yesus itu ada dua tempat yang luar biasa begitu jelas bersinar, yang pertama adalah palungan, yang kedua adalah salib. Saudara coba pikirkan, mana ada pendiri agama yang memiliki hal-hal ini dalam hidupnya. Saudara-saudara sekali lagi, dua tempat yang pertama adalah palungan dan yang kedua adalah salib dan dua tempat itu menyatakan kemiskinan, menyatakan kehinaan, bicara mengenai tempat yang terrendah, bicara berkenaan dengan penderitaan kesakitan dan ini bukan bicara mengenai simbol saudara, ini bicara mengenai realita. Saudara-saudara di Betlehem maka Yesus itu turun dari surga ke dalam dunia, dari diri-nya yang tidak terbatas menjadi terbatas dan Dia rela masuk ke dalam penderitaan dan kehinaan hidup manusia. Saudara perhatikan baik-baik kalimat di bawah ini; Yesus Kristus bukanlah manusia yang lahir di dalam penderitaan dan berjuang untuk lepas dari penderitaan. Tetapi Yesus Kristus adalah Allah yang suci yang mulia yang hadir, yang masuk secara aktif di tempat yang paling hina dan menderita. Sekali lagi saudara-saudara, bahwa Yesus bukan lahir di tempat yang hina dan Dia berusaha seumur hidup melepaskan kehinaan-Nya, di tempat yang menderita dan seumur hidup bagaimana untuk Aku lepas dari penderitaan, tetapi Yesus Kristus datang dari surga Dia adalah Allah yang suci yang mulia itu, secara aktif turun ke tempat yang hina dan menderita. 

Saudara-saudara, Betlehem adalah tempat yang sangat-sangat rendah dan palungan itu begitu sangat hina dan kalau saudara-saudara mendengar yang tadi kita bacakan maka saudara melihat bahwa di sekeliling Yesus Kristus itu adalah para gembala. Dan kita tau siapa itu gembala, dan tatanan pekerjaan di Israel itu adalah tatanan yang paling rendah. Dan orang menjadi gembala itu adalah orang yang sudah tidak keterima kerja ke manapun saja, dan sebagian dari gembala itu adalah ex-narapidana. Jadi orang-orang yang berada di penjara kemudian lepas dan mencari kerja di manapun saja dia tidak bisa dipercaya. Dan kalau saudara melihat salib, salib adalah tempat orang yang dihina. Orang yang kalah, orang yang sebagian besar melakukan kejahatan. Ya, kadang mereka ada yang dituduh meskipun tidak melakukan itu, tetapi sebagian besar itu adalah benar-benar penjahat dan di dua tempat itulah Yesus Kristus datang. Dia datang mengunjungi orang-orang yang hina, yang gagal. Dia datang ke tempat orang-orang pecundang. Kalau saudara-saudara melihat palungan, saudara membayangkan itu, dan saudara-saudara membayangkan salib, saudara akan menemukan seluruhnya adalah gabungan orang-orang kalah dan menderita. Tetapi Allah, di dalam Kristus Yesus, aktif masuk di dalam tempat hina dan penderitaan ini. Saudara-saudara perhatikan baik-baik kalimat di bawah ini Dia hadir di palungan dan salib menyatakan Allah di surga itu begitu dekat dengan kita orang-orang yang kalah, hina dan orang-orang yang jahat. Dia rela turun dan masuk ke dalam tempat yang gelap dan menderita ini untuk menyertai kita di dalam penderitaan karena Dia adalah God with us. Dan bukan itu saja, Dia akan mengubah penderitaan dan kehinaan kita menjadi kemuliaan. 

Saudara-saudara, inilah kehebatan Kristus yang tidak dimiliki oleh seluruh pendiri agama. Seluruh pendiri agama sebaik apapun berusaha untuk menghindarkan kehinaan, penderitaan, kesepian, malu yang besar, kekalahan tetapi Kristus datang untuk semuanya itu, menyertai kita dalam seluruh aspek hidup tersebut, dan kemudian mengubah setiap bagian yang menderita tersebut menjadi kemuliaan. Dan di mana kemuliaan-Nya? Kemuliaan-Nya adalah di Betlehem dan juga di salib, meskipun dua tempat itu adalah tempat yang menderita dan malu yang besar, adalah tempat di mana kehendak Allah akhirnya digenapi. Hanya di dalam Kristus ada jawaban atas penderitaan, ada jawaban atas kekalahan, ada jawaban atas kehinaan yang kita miliki. Kita, kalau hidup kita kalah, kita pecundang atau kita melakukan suatu kesalahan dan kemudian kita hina atau menjadi penjahat dan kemudian kita mengatakan, “Habis hidupku ini adalah titik akhir, habis.” Saya katakan kepada saudara-saudara, Alkitab mengajarkan kepada kita ya, habis kalau saudara tidak melibatkan Kristus di dalamnya, tetapi itu tidak akan habis kalau saudara dan saya melibatkan Kristus di dalamnya. Karena Dia akan menyertai kita dan akan mengubah seluruh kehinaan dan penderitaan itu menjadi sesuatu yang mulia karena Allah akan menggenapi rencana-Nya. Dia menyertai kita di dalam penderitaan kita dan mengubah penderitaan dan kehinaan itu menjadi kemuliaan. 

Kisah ini sungguh-sungguh terjadi. Suatu hari Ellie Wiesel mengisahkan ini di dalam essay-nya, pengalaman yang benar-benar terjadi, dialaminya ketika dia menjadi seorang tawanan di Auschwitz,Nazi. Suatu hari, dia melihat seorang tawanan itu diseret dan dieksekusi dan seluruh orang yang lainnya harus menonton tawanan yang dieksekusi ini. Dan ketika tawanan itu digantung di tiang gantungan, maka dia merontak, menendang ke sana ke sini, dia begitu sangat kesakitan dan sekarat. Itu adalah pengalaman yang sangat mengerikan ditonton oleh ratusan orang dan tiba-tiba di belakang Ellie Wiesel itu ada seorang Yahudi yang dengan suara yang lirih dan putus asa dia mengatakan, “Di mana Allah? Di mana Allah?” Bahasa yang lirih ini adalah suatu teriakan persis seperti seorang anak kecil yang kehilangan mamanya lalu kemudian dia berjalan berlari sendiri di tengah kerumunan orang banyak dan kemudian terjatuh dan kemudian dia menangis dan berteriak, “Mama, Mama.” Ketika orang tersebut digantung dan ditonton oleh orang banyak di tengah seluruh rintihan dan pergumulannya dan sebentar lagi mati, orang di belakang Ellie Wiesel itu mengatakan di mana Allah dan ketika Ellie Wiesel itu kemudian mendengar suara yang lirih itu, tiba-tiba ada satu suara kecil dari hati nuraninya dan suara itu berbicara “Di situ, di tiang gantungan itu Allah berada Dia berada bersama dengan orang itu.” Di situ, di Bethlehem, di salib, di tengah-tengah seluruh hinaan, perendahan yang luar biasa, kesakitan penderitaan Allah tepat ada di tengah-tengahnya. 

Hanya di dalam kekristenan ada jawaban terhadap seluruh penderitaan umat manusia. Hanya di dalam kekristenan hanya di dalam Kristus Yesus maka saudara dan saya akan menemukan jawaban di tengah-tengah seluruh keputusasaan. Karena Allah kit,a Allah yang turun ke tempat yang paling memalukan dan paling menderita. Hidup ini adalah hidup yang menderita karena dosa sudah masuk kecuali Yesus Kristus itu datang maka kita masuk ke dalam jurang penderitaan yang tidak ada batasnya. Penderitaan akan merenggut seluruh makna hidup kita tidak ada makna di dalam penderitaan, tidak ada makna di dalam kegagalan, tidak ada makna dalam kehinaan, tidak ada makna dalam kemiskinan kecuali Kristus datang di dalamnya. Apakah ada makna dalam penderitaan? Bethlehem memberikan makna itu, salib memberikan makna itu dan di dalam Kristus apapun bentuk hinanya kita, apapun bentuk kalahnya saudara dan saya, apapun itu bentuk penderitaan yang kita alami, Kristus akan memberikan kepada kita tujuan hidup yang lebih tinggi yaitu; kehendak Allah akan digenapi. Itulah salib dan itulah Bethlehem. 

Saya akan menutup khotbah ini dengan suatu cerita dan cerita ini merupakan satu analogi dalam hidup kita, bicara mengenai manusia yang memiliki mimpi mimpi dan pengharapan seluruh dari saudara memiliki mimpi-mimpi dan pengharapan. Tapi sering sekali bahwa mimpi dan pengharapan itu kemudian hancur berkeping-keping. Penderitaan masuk dalam hidup kita namun biarlah kita tahu bahwa Allah tetap memegang penderitaan itu dan di dalam Kristus, Dia merangkainya lebih mulia daripada mimpi kita yang sebelumnya. Tujuan-tujuan-Nya tergenapi dan tujuan-tujuan-Nya lebih mulia daripada apa yang sebelumnya kita pikirkan. 

Ada 3 pohon besar ada di dalam sebuah hutan dan mereka saling berbicara satu dengan yang lain dan mereka mendiskusikan mengenai satu hal ini kamu punya cita-cita apa? Lalu kemudian pohon yang pertama mengatakan, “Aku menginginkan suatu hari suatu hari aku bisa dibentuk menjadi satu tempat di mana seluruh permata dan berlian yang indah itu ada aku ingin menjadi kotak permata kotak berlian itu.” Lalu kemudian apa cita-citamu hai pohon yang ke-2? Dan kemudian dia mengatakan, “Engkau tahu aku besar, aku kuat. Aku ingin dibentuk menjadi satu kapal yang gagah yang megah dan dimana nanti begitu banyak orang dan raja-raja dan ratu-ratu di dunia menaiki kapalku dan aku bisa melindungi mereka sepanjang mereka dalam perjalanan.” Dan kemudian apa keinginanmu hai pohon yang ke-3? Lalu kemudian pohon yang ke-3 adalah pohon yang gagah, yang tinggi, paling gagah dari antara seluruh pohon yang ada di hutan itu dan dia adalah pohon yang sangat-sangat besar kuat sekali. Apa cita-citamu? Lalu kemudian pohon ke-3 mengatakan, “Aku ingin untuk tetap di sini, aku tidak ingin dipotong untuk menjadi apapun saja supaya aku terlihat gagah diantara seluruh pohon yang lain”. 

Beberapa bulan kemudian berlalu dan ada orang yang kemudian menebang daripada pohon yang pertama dan dibawa ke tempat tukang kayu. Wah pohon yang pertama senang, “Ah, aku akan dibuat sebuah kotak permata.” Ternyata tidak, ternyata pohon yang pertama dibuat tempat makan daripada sapi. Lalu kemudian pohon yang pertama sedih, kenapa aku tidak indah kalau aku adalah kotak permata aku akan luar biasa indah bukan, ini tempat makan sapi, tempat makan domba bukannya permata yang diletakan, jerami yang diletakan di atasnya. Pohon yang ke-2, dia pikir dia akan ditebang lalu kemudian menjadi satu dari kapal yang besar. Ternyata tidak, dipotong sana-sini jadi kapal kecil, jadi kapal nelayan setiap pagi dipakai untuk memancing saja. Dan pohon yang ke-3 tiba-tiba ada orang yang datang dan memotong dia seluruh mimpinya hancur dan kemudian dia dipotong-potong dan kemudian dimasukkan di dalam gudang selama beberapa bulan. Setelah beberapa bulan kemudian itu berlalu. Ketiga pohon itu sudah melupakan mimpinya pengharapannya tidak tercapai mereka adalah pohon-pohon yang gagal memenuhi keinginannya. 

Tiba-tiba malam hari itu pohon yang pertama yang tempat makan binatang itu mendengar ada laki-laki dan perempuan mengetok pintu penginapan itu, “Bapak, ada tempat penginapan buat isteriku sebentar lagi akan melahirkan?” Dan orang itu kemudian mengatakan, “Tidak ada tempat, tidak ada kasur lagi disini, kalau ada, tempat makan binatang itu.” Dan pohon yang pertama itu kemudian memperhatikan suami isteri, laki-laki dan perempuan itu kemudian masuk ke dalamnya, mengambil seluruh jerami di tempat dia yang kotor itu membersihkan sedemikian rupa dan mengambil jerami yang bersih dan kemudian perempuan itu melahirkan tepat di depan pohon pertama itu dan kemudian meletakan bayinya di tempat pohon yang pertama itulah palungan tempat Yesus diletakkan. 

Beberapa puluh tahun kemudian, pohon yang ke-2 yang jadi kapal kecil itu dia sudah melupakan seluruh mimpinya, “Aku gagal, aku gagal dalam hidup, aku cuma orang yang kecil yang hina yang tidak akan diperhatikan oleh siapapun.” Sampai suatu hari ada beberapa belas orang datang diatas kapal tersebut dan satu orang mengatakan bertolaklah ke tempat yang jauh. Dan kemudian murid-muridnya mengikuti Dia. Dan kemudian orang itu tertidur dan tiba-tiba danau itu menjadi gelap dan seluruh halilintar itu menyambar dan seluruh air itu menjadi goncang, ombak demi ombak itu datang kapal yang kecil ini yang bercita-cita untuk melindungi raja dan ratu itu tidak berdaya, “Bahkan aku tidak bisa melindungi nelayan yang hanya beberapa belas ini di atasku, aku gagal dan sebentar lagi aku akan tenggelam dan pecah”. Sampai kemudian tiba-tiba satu orang itu tadi yang disebut sebagai guru itu bangun. Dan kapal ini memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh orang itu orang itu melihat seluruh ombak dan seluruh dari langit yang gelap itu, dan kemudian mengatakan satu kalimat “Diam!” dan tiba-tiba seluruh tempat itu menjadi tenang. Kapal itu hancur hidupnya dan cita-citanya tidak lagi bisa memikirkan seorang raja atau ratu yang akan dilindunginya, sampai hari itu, dia tahu Raja di atas segala raja naik di dalam hidupnya. 

Kayu yang ke-3 sudah melupakan hidupnya bahkan tiba-tiba ada tentara romawi masuk ke dalam gudang itu dan mengambil kayu itu. Dan meletakkannya di punggung seorang tahanan dan kemudian tahanan itu melangkah maju satu langkah demi satu langkah menuju kepada bukit itu. Dan kemudian kayu itu mendengar bagaimana orang itu sangat-sangat berkeluh kesah karena paku itu ditancapkan dan setelah itu dia diangkat tinggi. Oh, kayu itu menginginkan dirinya menjadi satu kayu besar dan semua orang memandang kemuliaan-Nya. Dan seluruh harapannya hancur tetapi dia tidak tahu bahwa sekarang seluruh umat manusia memandang dia untuk mendapatkan keselamatan salib Yesus Kristus. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik seluruh pengharapannya hancur seluruh penderitaan itu datang seluruh daripada hinaan, cercaan itu ada mereka seluruhnya pecundang tetapi di dalam Kristus maka seluruhnya di balik menjadi kemuliaan. Itu Bethlehem. 

Apakah ada jawaban dari penderitaan di tengah-tengah manusia? Apakah ada jalan keluar ketika saudara dan saya sudah gagal dalam hidup? Kalau saudara sudah merasa tidak berguna, mungkin saudara sudah senior, saudara pikir engkau sudah digeletakkan, tidak ada lagi gunanya harganya hidupmu, atau engkau pernah melakukan kesalahan yang besar seperti penjahat itu, atau dosa yang luar biasa dalam itu. Atau bahkan engkau dengan seluruh keterbatasan tubuhmu, wajahmu dan segala kepandaianmu yang engkau sendiri setiap kali dealing dengan orang itu meremehkan dan menghina engkau. Apakah ada jawaban keluar dari seluruh masalah ini? Apakah agama membereskannya? Tidak. Kecuali Yesus Kristus, engkau letakkan di dalam titik tengah penderitaan kita. Kecuali airmata kita di bawa di tangan-Nya Yesus Kristus. Dan engkau akan melihat bagaimana kekuatannya membalik seluruh hidup kita menjadi kemuliaan karena kehendak Allah terjadi di dalam hidup kita. Terimalah Anak itu terimalah Dia di palunganmu. Di dalam hatimu yang gelap, di dalam hidupmu yang sulit dan penuh penderitaan dan lihatlah bagaimana Dia bekerja dengan kemulian-Nya. Selamat Natal. Mari kita berdoa.


Matius 26:6-13, Yohanes 12:3-5, 7
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

8 December 2024
Arti Natal Bagi Kristus
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Matius 26:6-13, Yohanes 12:3-5, 7

Matius 26:6-13, Yohanes 12:3-5, 7

Pagi ini kita akan merenungkan apa arti Natal bagi Kristus. Kita sering sekali memikirkan arti Natal bagi hidup kita, apa yang Yesus sudah lakukan dengan datang ke Betlehem? Tetapi sesungguhnya kita jarang untuk mengerti dan merenungkan apa arti Natal bagi Yesus Kristus. Mengerti apa arti Natal bagi Yesus Kristus, kita akan mengerti standar pelayanan yang ditentukan Allah bagi kita semua. Kita sering sekali mengatakan “Aku melayani Tuhan,” tetapi kita jarang sekali mengerti isi Kitab Suci. Apa standar dan inti dari sebuah pelayanan. Kristus adalah inti iman kita dan langkah Kristus ke dunia ini adalah perjalanan iman kita. Sekali lagi Kristus adalah inti iman dan bagaimana Dia berjalan di tengah-tengah dunia ini? Bagaimana Dia melangkah di tengah-tengah dunia ini? Bagaimana Dia melayani di tengah-tengah dunia ini adalah perjalanan iman kita. Kita diminta untuk mengikut Dia dari dekat, dari hal ini maka kita akan mengerti sesungguhnya hidup melayani Tuhan, apa standar Alkitabiah suatu pelayanan atau suatu gereja. 

Ini adalah ayat yang luar biasa indah dan sekali lagi yang mengejutkan hidup kita karena Tuhan memuji wanita itu. Yesus Kristus memuji wanita itu, bukan mengetes. Ketika berbicara berkenaan Allah yang memuji wanita itu. Kalau ada satu evaluasi dalam satu company, saudara-saudara dipanggil, satu tahun ini bagaimana performance kamu. Apakah saudara sadar bahwa kita akan selalu ada assessment dari Tuhan, kita ada sesuatu test, pengujian dari Tuhan apakah Tuhan memuji kita atau tidak? Yang dipuji bukan Petrus, yang dipuji bukan Yohanes, bukan Yakobus tapi wanita ini. Ini adalah suatu pujian yang keluar dari mulut Pencipta langit dan bumi kepada seorang wanita. Dari sini saja saya belajar satu prinsip, tidak berarti ada posisi dalam sebuah gereja memiliki iman yang lebih besar dari pada jemaat. Tidak berarti saudara menjadi Penatua, saudara lebih hebat dari pada iman jemaat yang kita layani. Ada jemaat-jemaat yang kelihatan biasa, tetapi hidupnya berkenan di hadapan Allah. Maria salah satunya, dari kehidupannya apa yang dilakukannya? Alkitab mengatakan akan terus diingat di dalam setiap kali Injil diberitakan. Mengapa? Mengapa setiap kali Injil diberitakan maka kita akan mengingat dia? Karena yang dilakukan oleh dia adalah secara prinsip di dalamnya sama persis yang dilakukan oleh Yesus Kristus. 

Mari kita melihat apa yang Yesus lihat dalam wanita ini, apa itu pelayanan? Apa arti sesungguhnya seseorang mengatakan aku melayani Engkau Tuhan? Yang pertama, pelayanan adalah suatu pengabdian yang memberikan korban yang terbaik dengan sukacita. Kalau kita mau melayani Tuhan maka kita harus memberikan yang terbaik. Memberikan korban yang terbaik, dengan sukacita. Pelayanan adalah suatu pengabdian artinya adalah seluruh hati diberikan. Ketika bicara sepenuh hati diberikan, maka itu dinyatakan dengan memberikan korban yang terbaik. Perhatikan korban yang terbaik. Saya akan jelaskan sedikit karena ini adalah kalimat yang semua dari kita, saya yakin mengerti, tetapi kalimat ini tidak pernah kita pikirkan secara dalam. Pelayanan itu suatu pengabdian. Apa arti pengabdian? Sepenuh hati. Pelayanan itu suatu korban, korban yang terbaik. Setiap kali ada kata korban, itu tandanya selalu sakit. Tidak ada orang yang korban, tidak sakit. Maka kalau memberikan sesuatu dan tidak rasa sakit, saudara jangan pikir bahwa itu adalah suatu pelayanan. Itulah sebabnya Yesus mengatakan bahwa perempuan ini memberikan dari kekurangannya, dia memberikan lebih banyak daripada orang kaya yang memberikan dari kelimpahannya. Ketika seseorang memberikan dari kelimpahannya maka dia memberikan yang sampingannya, bukan utamanya, sisa-sisanya. Tetapi perempuan itu tidak, dia memiliki 2 keping perak saja, kemudian dia berikan. Orang akan lihat, “Oh, dia memberikan sedikit,” tetapi Yesus katakan dia memberikan seluruhnya, semuanya.

Saya memberikan contoh di dalam case ini adalah uang, karena uang paling mudah untuk kita mengerti, tetapi sesungguhnya pelayanan itu adalah di dalam segala hal. Tetapi karena uang sangat mudah kita mengerti, maka Yesus Kristus sering juga memberikan ilustrasi kepada pendengarnya tentang uang. Sekarang saya akan memberikan ilustrasi ini. Sungguh-sungguh terjadi, saya sudah pernah mengatakan beberapa hari yang lalu. Suatu hari ketika saya ada di dalam gereja di Karawaci, dan setelah kita memberikan persembahan, pemimpin dari persembahan itu memberikan doa. Doanya berbunyi kurang lebih adalah demikian, “Tuhan, kami mengucap syukur karena kami boleh memberikan sebagian dari harta kami kepada-Mu, lihatlah hati kami meskipun kami tidak memberikan banyak, meskipun kami memberikan sedikit tetapi hati kami tulus,” Setelah dia mengatakan “Amin.” Kemudian saya katakan kepada dia, berhenti dulu di situ. Engkau tadi katakan, engkau memberikan sedikit meskipun tulus, saya tanya kepadamu, kenapa engkau tidak berikan banyak? 

Mari kita melihat satu bagian Alkitab dan saudara akan melihat apa arti dari korban. Sekali lagi saya tidak membawa ini untuk membuat saudara-saudara bicara berkenaan dengan uang. Hari ini kita tidak berkhotbah tentang uang. Hari ini kita akan berkhotbah tentang Kristus dan pengorbanan-Nya di hari Natal. Melalui wanita ini, saudara-saudara bisa memandang apa yang Yesus lakukan dan apa yang dilakukan oleh wanita ini. Mari kita melihat bagian lain Markus 12:41-44, ‘Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”’ Jadi lebih banyak mana? Lebih banyak orang kaya atau lebih banyak perempuan itu? Mana yang lebih sakit? Mana arti korban? Di mana arti korban? Orang yang kaya itu memberikan lebih banyak di depan semua orang, semua orang memuji dia, “Oh, dia adalah orang yang memberikan persembahan untuk gedung gereja begitu banyak,” tetapi sebenarnya buat dia itu sama sekali tidak ada urusan dengan korban. Sangat sedikit sekali, karena dia begitu kaya raya, celakanya begitu banyak pendeta yang melihat dan takluk. Tetapi Yesus tidak, mata-Nya jeli. Perhatikan, Yesus tidak saja melihat hati, Dia mengajak murid-muridnya lihat kantong persembahan. Perhatikan baik-baik bagaimana jemaat memberikan persembahan. 

Kalau hamba Tuhannya Yesus Kristus, maka saudara-saudara akan keluar dari gereja. Mana ada kantong persembahan diedarkan lalu saya ikuti kantong tersebut, saya lihat satu persatu, saudara isi berapa. Saudara-saudara tidak akan lagi mau jadi jemaat di tempat ini. Yesus memperhatikan, engkau kasih berapa, yang lain berapa. Yesus tahu siapa yang kasih semuanya. Kalau saudara-saudara mengatakan aku lakukan yang terbaik, maka saya mau tanya definisi terbaik itu apa? Oh, orang Kristen sering sekali kena tipuan setan dalam hal-hal seperti ini. Di dalam Alkitab kata terbaik itu artinya terbanyak yang engkau bisa, dan di dalam kasus Maria, maka yang terbanyak yang dia bisa adalah minyak narwastu yang 300 dinar itu. Ketika Yesus datang ke Betania masuk ke rumah Maria dan Dia mengajar dipenuhi dengan anugerah Roh Kudus dan hati Maria dipenuhi dengan sukacita, maka Maria kemudian masuk ke kamarnya. Saudara bisa bayangkan kamar dari 3 orang, Lazarus, Maria dan Martha, rumah yang sangat kecil, kamar-kamar yang sangat minim dan Maria, masuk ke dalam kamarnya dan melihat-lihat apa yang paling berharga yang dia miliki, matanya langsung melihat satu botol minyak narwastu yang dia miliki dan harga dari minyak yang sangat bernilai itu adalah 300 dinar. Kerja buruh biasa satu hari satu dinar, maka kalau 300 dinar itu berapa lama? Berapa lama saudara-saudara kalau 300 dinar? Bukan 300 hari, memangnya tidak makan? Tidak perlu transportasi? Saudara bisa bayangkan saudara saja pada zaman sekarang bisa save money saja, the best mungkin saya perkirakan hanya 20%. Itu pun sudah bagus dari gaji bulanan kita. Banyak orang yang tidak bisa nabung bahkan, maka saudara-saudara dia menabung dan menabung berapa tahun? Mungkin 3 atau 4 tahun kerja, yang jelas itu adalah tabungan dari seluruh hidupnya dan pekerjaannya di masa lampau. Menurut komentari, maka perempuan di Palestina kalau dia menabung untuk minyak narwastu adalah untuk hari pernikahannya di masa depan, maka apa yang dilakukan oleh Maria? Saudara-saudara perhatikan, dia menyerahkan masa lalu dan masa depannya untuk di persembahkan kepada Yesus Kristus. Ini adalah sesuatu pengabdian, ini adalah suatu pelayanan, dia tidak punya reserve lagi untuk ke depan, dia tidak memiliki sesuatu lagi di depan, dia sudah mempersembahkan semuanya di kaki Yesus hari ini. Inilah hati seorang hamba Tuhan, dia bukan hamba Tuhan full-time, tetapi dia memiliki hati hamba Tuhan. Di tempat yang lain begitu banyak hamba Tuhan tidak memiliki hati hamba Tuhan full-time. Seorang hamba Tuhan haruslah menyerahkan seluruh hidup, masa lalunya, saat ini dan tidak memiliki apa pun saja untuk menjadi reserve di masa depan, kecuali kehendak Allah jadi. 

Celakalah orang-orang yang mau menjadi hamba Tuhan untuk mendapatkan kekayaan di depan, celakalah orang itu! Celakalah orang-orang yang mau menjadi hamba Tuhan karena tidak terkenal dan ingin dikenal di masa depan. Celakalah orang itu! Seorang hamba Tuhan harus melepaskan seluruh hak pribadinya dan tidak lagi memiliki satu tujuan untuk diri sendiri kecuali kehendak Allah. Kalau Tuhan mau mengangkat dia, puji Tuhan, kalau dia tidak terkenal, puji Tuhan, biar kehendak Allah yang jadi. Apakah nanti Tuhan mengembalikan 300 dinar lebih kepada Maria kita tidak tahu, tetapi yang jelas hati Maria penuh masa lalu dan masa depan diberikan kepada Yesus Kristus, itulah pelayanan! Sekali lagi, berikan yang terbaik, terbanyak yang kita bisa, jangan berikan yang sisa, jangan berikan yang pinggiran, jangan berikan yang sudah kita tidak mau. 

Banyak orang memberikan kepada orang lain barang yang dia sudah tidak perlu. Dulu di sekitar komplek rumah pada waktu saya kecil, banyak orang Chinese tidak beres hidupnya. Kalau sudah menanak nasi 2-3 hari, sudah ditanak berkali-kali baru dikasih ke pembantu, ini adalah orang-orang yang tidak berperikemanusiaan. Orang Kristen tidak pernah boleh melakukan itu kepada satu manusia pun. Ketika saudara sudah tidak mau, kasih ke orang lain, kalau saudara-saudara sudah tidak suka dengan barang ini, saudara kasih kepada orang lain. Dengan kalimat saya ini, saudara bilang saya sekarang sudah tidak bisa kasih apa-apa, karena Pak Agus katakan seperti itu, maka saya tidak kasih apa-apa lagi. Terlalu picik! Ketika orang kaya itu memberikan, kelihatannya banyak, semua orang puji Tuhan, Yesus tahu engkau memberikan itu hanya pinggiran sisa saja. Orang-orang kaya, engkau akan dihakimi Tuhan dengan hal-hal seperti ini dan orang tersebut memberikan kelihatannya besar padahal hanya sisanya saja. Celakanya hamba Tuhan senang, ini orang yang cinta Tuhan. Tidak! Sama sekali tidak. Kalau pendeta Stephen Tong mengatakan “Engkau memberikan cuma sedikit saja dari seluruh yang engkau punya,” lain dengan Maria, lain dengan janda tadi. Dia kasih, sudah tidak tahu masa depan bagaimana. Tetapi ketika dia memberi dan bahkan mungkin bagi janda itu, tidak lagi bisa makan. Bagi Maria tidak tahu lagi, kalau seandainya menikah, dia bisa pakai apa dari parfumnya, dia sudah lepas masa depannya untuk Tuhan. Saya tanya, apakah dia melakukannya dengan sangat-sangat tidak suka, tidak rela, apakah seperti itu? Tidak! Saya katakan tadi poin yang pertama, ketika bicara berkenaan dengan pelayanan yang sejati adalah pengabdian yang memberikan korban yang terbaik dengan sukacita. Kenapa ada sukacita? Karena rela. Kenapa ada sukacita? Karena mengerti Siapa yang dilayani, mengenal Siapa yang dilayani. Kenapa sukacita? Karena pelayanannya keluar dari cinta. Inilah pelayanan yang sejati, tidak ada satu pribadi pun yang lebih sulit hidupnya, lebih besar korbannya dari pada Allah Anak yang turun ke dunia pada hari Natal. 

Pada hari Natal, Dia memberikan dirinya dan sepanjang 33½ tahun setelah itu sampai Dia di atas kayu salib, seluruhnya sulit, korban. Tetapi apakah saudara pernah melihat catatan Alkitab kalau Yesus tidak rela? Yesus bersungut-sungut? Tidak ada! Seluruh yang Yesus lakukan adalah dengan sukacita, Yesus mengatakan, “Aku bersukacita kepada-Mu Bapa di sorga, Engkau memberikan tubuh kepada-Ku sehingga Aku bisa menaati Engkau.” Semuanya adalah karena kasih-Nya kepada Bapa-Nya dan dari Bapa sendiri, memberikan korban terbaik bagi kita, satu pribadi yang paling dikasihi-Nya yaitu Allah pribadi kedua Tritunggal, Yesus Kristus. Karena Dia mencintai engkau dan saya. Di dalam cinta tidak ada sungut-sungut meskipun kita memberikan korban yang terbesar. Alkitab menyatakan, ‘Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga memberikan, mengutus Anak-Nya yang Tunggal Tuhan Yesus Kristus, kepada dunia sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.’ Kenapa Allah memberikan Anak-Nya yang Tunggal? Karena cinta! Seberapa cinta-Nya? Saudara bisa melihat yang diberikan bukan berkat, yang diberikan adalah Anak-Nya sendiri. Dia bisa memberkati kita dengan kalimat, Dia bisa memberkati kita dengan seluruh karya-Nya, Dia Maha Kuasa. Tetapi untuk membereskan dosa, untuk membalikkan hatimu kepada Dia, Dia memberikan yang terbaik. Sakit tetapi dengan cinta. Itu terjadi pada hari Natal, Yesus datang ke dunia, di kandang Betlehem. Pelayanan adalah suatu tindakan korban yang terbaik, yang lahir dari pengabdian sepenuh hati. Saudara bisa melihat apa yang dilakukan oleh Maria adalah bayang-bayang apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Saudara bisa melihat kulminasi, titik puncaknya adalah pada Yesus Kristus. 

Hal yang kedua, pelayanan adalah suatu pengabdian yang memberikan korban yang terbaik dengan sukacita, yang ditujukan kepada Allah yang mulia ‘saja’. Perhatikan kata “only” ditujukan kepada Allah yang mulia saja. Maria memberikan minyak yang mahal itu, dituangkan dari atas kepala Yesus Kristus dan minyak itu mengalir sampai ke kaki-Nya. Kemudian dia mengusap minyak itu di kaki Yesus Kristus dengan rambutnya. Hal ini tidak pernah ada di seluruh orang Yahudi. Budak Yahudi, gentile, budak kafir pun tidak pernah melakukan ini. Pada zaman Yesus dan Paulus, rambut kepala wanita adalah tanda kemuliaan, itulah sebabnya di dalam Kitab Suci Paulus mengatakan kepada perempuan untuk jangan memotong rambutmu, karena memotong rambut pada zaman itu dianggap engkau mempermalukan dirimu sendiri, engkau membuang mahkota, engkau membuang kemuliaanmu. Rambut kepala wanita adalah tanda kemuliaannya. Sekarang saudara-saudara bisa membayangkan di tengah-tengah culture yang seperti itu, Maria mengusap kaki Yesus Kristus dengan rambutnya. Semua yang terbaik yang dia miliki sekarang diberikan, yang terbanyak yang dia mampu berikan dan kemuliaannya pun diberikan di bawah kaki Yesus Kristus. Perhatikan baik-baik! Hal yang terbaik yang kita punya, yang termulia yang kita miliki, ketika kita berikan kepada Yesus Kristus, Dia terlalu mulia. Apakah saudara mengerti letak yang paling tepat di tengah-tengah persembahan kita yang terbaik itu di mana? Di kaki Allah kita! Bukan di tangan Dia bahkan, tetapi di kaki Dia. Di dalam hal ini, hati saya tersentuh. Kenapa orang-orang yang mahir rohani di dalam Alkitab, semua titik referensinya adalah kaki Yesus? Yohanes Pembaptis pernah mengatakan, “Dia yang datang setelah aku, lebih besar dari aku. Maka membuka tali kasutnya pun aku tidak layak.” Titik referensinya, kaki Yesus. Saudara jangan punya pikiran, “Tuhan, engkau lihat inilah yang terbaik yang aku punya, aku berikan kepada-Mu.” Lalu Tuhan menyambut dengan tangan-Nya, berterima kasih. Tuhan tidak pernah menghina persembahan kita. Tetapi saudara dan saya harus tahu letaknya di mana. Cuma di bawah kaki-Nya saja, untuk diinjak. Itu yang diajarkan kepada gereja oleh Yohanes Pembaptis dan oleh Maria. 

Wanita ini mengurapi Yesus sebagai raja dan dia tahu yang terbaik dari dirinya hanya layak untuk diinjak oleh Yesus Kristus. Inilah arti pelayanan. Siapa sesungguhnya Yesus yang kita layani? Seberapa besar Dia dalam hidup kita? Sering kali ketika kita pertama-tama melayani, kita akan memberikan yang terbaik. Sukacita ada. Mau rapat malam, ya boleh. Saya nanti akan buru-buru dari kantor dan sebisa mungkin ke gereja. Tetapi setelah 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, pelayanan yang sama, konteks yang sama, mulai tidak rela. Mulai rasa, “Aduh, ini sudah kebanyakan ngasihnya. Sudah tidak bisa lagi seperti ini. Kalau mau saya melayani, engkau harus tahu, saya punya waktu juga terbatas.” Orang seperti itu tidak mungkin bisa melayani di tempat ini! Silahkan engkau melayani di tempat lain! Itu sungguh-sungguh dari hati saya. Tidak mungkin! Kalau saudara sudah hitung-hitungan waktu, silahkan bicara kepada bosmu. Tetapi tidak mungkin kita melayani seperti itu, dengan sifat seperti itu, di dalam gereja untuk Tuhan. 

Apa itu persembahan? Berikan yang terbaik. Aku sudah berikan, Tuhan. Engkau terima, bukan? Hanya untuk kaki-Nya. Kalau saudara adalah keluarganya Maria, kalau saya pada waktu itu adalah kakaknya Maria, atau saya mungkin papanya Maria, saya lihat seperti itu, saya akan tarik anak saya, “Kamu pikir dong. Pelayanan kok seperti ini? Kamu berikan yang terbaik. Ini saja sudah susah. Kenapa mesti dikasih di tempat yang tidak berharga?”

Kunci dari pelayanan untuk bisa continue itu satu. Saudara dan saya bisa melihat seberapa besar Allah kita di dalam Kristus Yesus, cuma itu. Hati ini begitu licik. Ketika Maria memberikan minyak narwastu, lalu ada sesuatu yang sangat tidak terduga terjadi. Sudah diberikan dan sudah dituangkan minyak dari atas sampai bawah, pakai rambut untuk menyekanya. Semuanya sudah beres? Tepat bukan? Sekarang semua murid-murid-Nya, mulai dari Yudas, lalu kemudian Yohanes, kemudian Yakobus, kemudian Petrus, kemudian Natanael, semuanya mencerca dia. Dia bilang, “Untuk apa pemborosan ini? Untuk apa semua itu?” Saya tanya, kalau kita yang menjadi Maria, kira-kira kita akan lakukan apa? Nangis? Lalu kita keluar dari ruangan, dan seumur hidup pahit. Kepahitan. Itu kan yang saudara dan saya pelihara. Terus, kepahitan, Pak. Kepahitan, Pak. Itu kurang ajar sekali. Itu adalah pemimpin gereja. Mereka bukan saja pemimpin gereja. Mereka adalah sokoguru jemaat. Mereka adalah rasul! Mereka bicara kepada Maria, pakai prinsip teologia lagi. Kenapa kau boros begini? Kan banyak sekali orang miskin, harusnya bisa dipakai uangnya. Wah, kalau saya jadi Maria, saya pahit saudara-saudara, kecuali Roh Kudus menyembuhkan, kecuali Roh Kudus meluruskan hati itu kembali. Sampai di sini, saudara bisa melihat kemahiran hati Maria. Dia sungguh-sungguh murni hatinya bagi Tuhan saja. 

Saya sudah katakan, poin yang ke-2 adalah seluruh korban dengan sukacita diberikan kepada Allah saja. Tidak ada bagian sedikit pun untuk diri. Saudara-saudara bisa melihat orang seperti ini tandanya adalah tidak tersinggung. Dia tidak tersinggung. Saudara, saya kasih satu kalimat ini. Kalimat ini adalah kalimat kebenaran. Kalau kalimat kebenaran itu bukan berarti kalimatnya akan menguasai saudara, lalu saya lepas dari kalimat itu, tidak. Ketika bicara kebenaran, kebenaran ini ada di atas. Saudara dan saya mau takluk atau tidak? Terserah. Tetapi itu sudah pasti kebenaran. Setiap kali kita tersinggung, berarti pasti ada diriku di dalamnya. Semakin saudara mempertahankan, maka ketersinggungan saudara dan saya bisa puluhan tahun tidak selesai-selesai. Tapi, perhatikan baik-baik, Tuhan tidak akan pernah mundur satu langkah pun untuk hal itu. Saudara mau tersinggung, keluar dari pelayanan. Saudara jangan pernah pikir, Tuhan akan kembali untuk membaiki kau masuk dalam pelayanan, tidak! Karena kalau seperti itu, kita lebih tinggi daripada Allah. Satu-satunya jalan adalah repentance. Merendahkan diri kita. Baru saudara akan tahu, Tuhan lembut memperlakukan kita. Ini berlaku bagi saya. Ini berlaku bagi kita. Ini berlaku bagi seluruh jemaat Tuhan. Hati kita sangat licik. Kita memberikan yang terbaik seakan-akan, tetapi sesungguhnya bukan untuk Allah saja. Apa yang terjadi kepada Maria? Diizinkan oleh Allah, untuk Maria mengetahui apa sesungguhnya yang paling menjadi dasar dari seluruh motivasi pelayanannya. Banyak dari kita sebenarnya ketika melayani ujung paling dasarnya adalah diri. Ya, kita mau melayani Tuhan, tetapi sebenarnya yang paling dasar adalah diri. 

Buat saya, salah satu ‘nabi sekular’, maksudnya bukan nabi dalam Alkitab, yaitu Maslow. Maslow menyatakan setiap dari kita punya kebutuhan dan kebutuhan itu selalu naik. Kebutuhan yang tingkat paling dasar adalah fisik. Kalau orang tersebut kebutuhan fisiknya didapatkan, maka akan menjadi kebutuhan safety. Kemudian naik lagi, maka kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki. Naik lagi, maka kebutuhan akan esteem. Lalu naik lebih lagi adalah kebutuhan tentang self-actualisation. Misalnya saja, mulai dari bawah. Fisik. Kita perlu rumah, kita perlu rekreasi, kita perlu makan. Tetapi, begitu uang kita bertambah sedikit, kita akan memikirkan mengenai insurance, kita memikirkan mengenai health. Tidak ada orang-orang yang miskin memikirkan, “Aduh, makan ini kalorinya berapa yah? Lemaknya berapa yah?” Tidak ada, saudara-saudara. Saudara-saudara tidak mungkin bisa pergi ke tempat tukang becak dan berkata, “Bapak sudah punya life insurance?” Dia tidak memikirkan itu. Tetapi kalau pendapatannya sudah naik, bukan cuma memikirkan mengenai fisik, maka akan memikirkan tentang safety. Naik lagi, saudara akan memikirkan berkenaan dengan family, dengan friendship. Punya kelompok yang sama kesukaannya. Naik lagi, saudara akan memikirkan esteem. Saudara memperhatikan bagaimana achievement anak saudara. Bagaimana anak saudara bisa achieve suatu bidang yang mungkin teman-temannya tidak punya dan saudara menyalurkannya ke sana? Mungkin saudara-saudara pikir dia bagus matematikanya. Oh, ini bagus cello-nya. Sama orang miskin, jangan bicara berkenaan dengan cello saudara-saudara, bisa pergi ke sekolah saja sudah bagus. Mereka tidak akan pernah terpikir. Tetapi kalau saudara-saudara sampai paling atas. Saudara memiliki kebutuhan besar sekali, yaitu saya harus ada aktualisasinya di gereja ini. Saya harus ada penghargaannya dari komunitas saya. Sampai titik tertentu, itu adalah sesuatu hal yang wajar. Tetapi celakanya, ini adalah jalan kita berusaha untuk melakukan self aktualisasi dengan korban. Sehingga saudara-saudara bisa melihat orang-orang yang sudah punya posisi, yang kaya, mereka akan bergabung untuk mendirikan, misalnya saja, satu Yayasan untuk transplantasi kidney, misalnya. Gabung dengan Harley Davidson Club untuk semuanya bisa melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Itu puluhan ribu dolar diberikan dan tidak pernah kembali satu dolar pun untuk mereka. Tetapi hati mereka penuh, dengan membantu orang lain. Hati mereka penuh dengan suatu sukacita karena berguna. Mereka berkontribusi. Maka saudara bisa perhatikan, korban ini sesungguhnya bukan korban untuk Allah saja, tetapi untuk mengisi aktualisasi diriku. 

Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 13, Paulus menyatakan sekalipun engkau membagi-bagi apa yang ada padamu, sekalipun engkau membiarkan dirimu dibakar untuk persembahan, tetapi jikalau engkau tidak memiliki kasih agape, nothing di hadapan Allah. Itu cuma aktualisasi diri. Sampai di sini. Sampai titik ini. Berapa banyak dari kita di GRII Sydney ini tersisih? Kita harus bertobat! Kalau sungguh-sungguh kita mau dipakai oleh Tuhan. Jangan menipu Allah. Sesungguhnya kita melayani diri kita sendiri. Yesus Kristus datang. Sejak hari pertama saja sudah ditolak. Berkali-kali dalam Alkitab, saudara lihat hidup dan penolakan itu menjadi sejajar dalam kehidupan Kristus. Tetapi, Dia tidak pernah tersinggung. Dia tidak pernah mengeluh. Dia terus menerus dikatakan seperti domba yang sungguh-sungguh suci, Dia tidak pernah membuka suaranya. Oh, saya sampai di situ ingat Maria, saya ingat akan Domba yang tidak membuka suara. Hati saya remuk. Saya jauh sekali, jauh sekali Tuhan dari hal ini. Tanda kemahiran rohani adalah diam. Tidak marah-marah. Tidak complain. Aku sudah lakukan yang terbaik. Aku tidak dihargai. Aku pahit. Tidak. Aku tidak dihargai, tetapi mataku hanya kepada Yesus saja. Ini seperti apa ya Maria? Tapi saya tidak memuji Maria karena dia manusia seperti kita. Semua ini untuk melihat Sang Bayi Natal itu, apa yang dilakukan dunia kepada Dia. Maria sedih. Ya, tetapi tidak mundur. Dia maju. Ketekunannya, maju dan dia diam adalah tanda kemahiran rohani. Semua itu karena Dia mengasihi Kristus saja. Pelayanan itu apa? Pelayanan adalah suatu pengabdian dari hati dengan korban yang terbaik dengan sukacita dan diberikan kepada Allah saja. 

Dan yang ke-3 adalah yang sinkron dengan rencana Allah di muka bumi. Dengan takut dan gentar, saya mengatakan hal ini. Karena ini bisa terjadi bagi kita semua termasuk saya, termasuk gereja ini. Perhatikan baik-baik. Alkitab dengan jelas, menyatakan tidak semua pelayanan berkenan kepada Tuhan. Tidak semua pelayanan diterima oleh Tuhan. Bahkan pelayanan yang keluar dari hati yang terbaik tidak serta merta sinkron dengan rencana Allah di muka bumi. Maka untuk itulah kita perlu berhati-hati. Kita harus dengan takut dan gentar mencari kehendak Allah. Apa yang Dia inginkan untuk kita bergerak? Untuk apa yang kita kerjakan? Untuk sungguh-sungguh sinkron dengan pekerjaan-Nya di muka bumi ini? Sinkron dengan arah dan kecepatan Dia melangkah di muka bumi ini. 

Sekali lagi, tidak semua pelayanan adalah sinkron dengan kehendak Allah. Maka poin yang ke-3 ini luar biasa penting. Saya berikan contoh, dan ini menjadi suatu hal yang berat setiap minggunya bagi kami. Apa yang menjadi kesulitan berkhotbah? Saya berkhotbah setiap minggu di sini. Apa yang menjadi kesulitan ketika berkhotbah? Apakah tema? Apakah malu di hadapan ratusan atau ribuan orang? Saya sudah berkhotbah ribuan kali. Saya sudah bertemu dengan berbagai macam orang. Tetapi yang paling sulit di dalam berkhotbah bukan masalah tema. Bagi orang-orang yang sudah sering kali berkhotbah, orang tersebut tanpa persiapan seandainya, lalu datang ke gereja, datang ke mimbar, kemudian dia tanya kepada jemaatnya. Misalnya Bambang. Bambang, kamu mau saya berkhotbah apa? Lalu Bambang bicara mengenai apa, misalnya. Mau bicara keluarga. Mau bicara keuangan. Bambang mau bicara apa pun saja, saya langsung tahu ayatnya apa. Saya tahu harus bagaimana saya berkhotbah. Sudah ribuan kali, tapi kalau begitu, apa yang ditakutkan? Seorang pengkhotbah setiap minggu yang ditakutkan adalah, “Tuhan, engkau mau saya berkhotbah apa hari ini, here and now?” Tuhan, dari seluruh ayat Alkitab ini, apa yang menjadi kehendak-Mu untuk saya dengar dan jemaat itu dengar? Itu ratapan hati yang terus menerus. Itu yang membuat setengah mati, hampir mati. Itulah sebabnya yang tidak bisa membuat jiwa kita enteng setiap minggunya. Sebenarnya khotbah yang paling mudah, yang paling gampang buat saya adalah kalau dari sinode itu kasih jadwal. Minggu ini khotbah apa, ayat Alkitabnya apa, dan saya tidak bersalah sama sekali, bukan? Tetapi di GRII, tidak. Pak Tong membiarkan kita bergumul sendiri di hadapan Tuhan dan cari sendiri Firman, peka sendiri dengan Firman. 

Dalam pelayanan, salah satu hal yang tersulit adalah bagaimana kita meratap untuk bisa sinkron pada kehendak Tuhan di muka bumi ini. Ketika kita berjalan di dalam kehendak-Nya, sinkron kepada Dia. Saya katakan satu hal, tidak banyak orang mengerti akan begitu banyak pertanyaan dan cercaan, segala kecurigaan muncul. Banyak orang kemudian tidak lagi mau ikut, tetapi Yesus Kristus memiliki caranya sendiri. Orang tidak mau ikut, dibiarkan saja, silahkan saja. Perempuan ini mengurapi Yesus sebagai raja, tetapi di dalam anugerah Tuhan Yesus, maka Yesus mengatakan, “Biarkan dia mengurapi Aku dengan minyak yang mahal untuk hari penguburan-Ku.” Hari penguburan. Kematian Yesus Kristus. Yesus Kristus sendiri katakan, “Dia hadir untuk hal ini.” Untuk mati menebus umat manusia. Salib adalah center dari isi hati Tuhan. Dia lahir pada hari Natal untuk mati di atas kayu salib dan, itu adalah mata Tuhan. Itu adalah rencana Allah di muka bumi yang harus dijalankan. Tidak ada satu orang pun yang tahu rencana itu dan bisa mengertinya. Bahkan, murid-murid-Nya pun, satu hari sebelum terjadi, mereka tertidur. Mereka sama sekali tidak pernah memikirkan mengenai kematian Yesus di atas kayu salib. Seluruh pelayanan mereka lakukan, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mempersiapkan salib. Tetapi wanita ini dikatakan, dia mengurapi Yesus tepat untuk mempersiapkan titik kematian Kristus Yesus. Oh, alangkah indahnya peristiwa ini. Yesus memuji perempuan ini karena dia melakukan sesuatu tepat di tengah-tengah isi hati Allah. 

Kalau saudara dan saya mau melayani, dan kalau gereja ini Tuhan kasih terus pelayanan-pelayanan ke depan, poin ini harus sungguh-sungguh digumuli. Kita tidak bisa asal mengerjakan ini. Mau misi. Kita kerjakan misi. Ini pembangunan gereja. Mesti bangun gereja. Bicara berkenaan dengan mengabarkan Injil di jalan. Mengabarkan Injil. Bukan semudah itu. Ada waktunya Allah. Ada caranya Allah. Ada the way Tuhan memimpin seperti apa. Suatu hari Allah bicara kepada Abraham, “Besok di gunung Moria, persembahkan anakmu yang tunggal.” Perhatikan baik-baik kalimat Allah itu. Tuhan yang menentukan waktu persembahan. Tuhan yang menentukan tempat persembahan. Tuhan menentukan jenis persembahan. Semuanya tepat! 

Apakah saudara pikir pelayanan itu sesuatu yang sederhana, sepele dan gampang? Tidak! Pelayanan yang sejati. Gereja yang sejati mau tahu isi hati Tuhan secara tepat dan itu perlu anugerah besar. Sekarang saya akan selesaikan. Yesus mengatakan, “Di mana saja ketika Injil ini diberitakan, wanita ini akan dibicarakan.” Injil bicara mengenai pemberian Allah yang terbaik dan bukan sisa. Karena cinta-Nya, Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi saudara dan saya. Injil bicara berkenaan dengan Allah yang memberikan yang paling Dia kasihi kepada saudara dan saya yang dikasihi-Nya. Injil adalah bicara berkenaan dengan Yesus Kristus yang taat datang ke dunia untuk menyukakan hati Allah saja. Seluruh langkah-Nya adalah menggenapi rencana Allah hingga sampai di atas kayu salib, Dia mengatakan, “It is finished, sudah genap.” Yang terbaik. Dengan sukacita. Bagi Allah saja. Sesuai dengan kehendak Allah. Seluruhnya gabung. Itulah Natal. Sehingga setiap kali kita bicara berkenaan dengan pelayanan, bicara mengenai Injil, saudara akan melihat sifat-sifat wanita ini seluruhnya akan muncul. Hari-hari ini adalah hari-hari menjelang akhir tahun. Ini adalah hari-hari di mana kita melakukan suatu evaluasi dan biarlah kita boleh mengevaluasi seturut dengan Firman Tuhan. Selamat Natal. Tuhan memberkati. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

1 December 2024
A Disappointing Hope
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yoh 1:11

Yoh 1:11

Tema pada siang hari ini adalah Natal, Suatu Pengharapan Yang Mengecewakan. Saudara-saudara, bukankah seharusnya Alkitab menyatakan di dalam Yesus Kristus terdapat seluruh janji Allah dan janji Allah itu tidak pernah mengecewakan kita? Dan kita sendiri mengharapkan segala sesuatu ke depan, masa depan kita di dalam Kristus Yesus? Tetapi kenapa hari ini kita memikirkan mengenai pengharapan yang mengecewakan, pengharapan yang tidak pernah terjadi? Sesungguhnya saudara-saudara, berbicara mengenai Natal adalah berbicara berkenaan dengan kehadiran Mesias dan kehadiran Mesias adalah satu titik yang diharapkan orang Israel ribuan tahun sebelumnya. Di balik pengharapan Israel itu, mereka mengharapkan Yesus Kristus yang hadir. Mesias adalah harapan yang ditunggu oleh seluruh bangsa Israel. Ini bukan sekedar pengharapan, tetapi pengharapan yang memiliki harga hidup dan mati bagi mereka. Ini bukan sekedar pengharapan, tetapi pengharapan yang terus-menerus itu diturunkan dari generasi ke generasi. 

Kita adalah orang-orang yang sebenarnya tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi di dalam latar belakang Israel. Dan di dalam hidup kita, kita tidak pernah punya pengharapan yang diturunkan kepada anak cucu kita, sehingga urgency kehadiran Kristus dan ayat-ayat Alkitab bagi kita semuanya tawar. Tetapi bagi orang-orang Israel, mereka sebentar lagi mati dan kemudian Mesias belum datang. Dia bicara kepada anaknya, “Tunggu anakku, suatu hari Mesias akan datang, suatu hari Mesias akan menolong kita, suatu hari Mesias akan membebaskan kita dari penjajahan ini. Dia akan mengangkat kita menuju kemuliaan. Sekarang kita dihina dan miskin. Jangan engkau kehilangan hati anakku, ingat Mesias akan datang.” Dan kemudian bapak itu mati dan anak itu kemudian tumbuh kembang di dalam pengharapan Mesias. Tetapi mereka adalah orang Yahudi yang terus-menerus dihina, terus-menerus dimiskinkan, terus-menerus berada dalam konflik. Sampai sekarang bahkan, saudara bisa melihat semua bangsa menggempur mereka. Mereka mati satu per satu tanpa ketenangan dalam hidup. Mereka bertumbuh kembang dalam pengharapan kapan Mesias datang, kapan Mesias datang. Anak tersebut sampai tua, Mesias belum datang. Dan dia bicara lagi kepada anaknya dengan prinsip yang sama seperti bapaknya. Dan orang ini mati. Dan kemudian anak itu tumbuh kembang dalam pengharapan Mesias. Saudara bisa bayangkan ratusan ribuan tahun, itu tidak pernah kita alami. Maka sesungguhnya Natal itu adalah hari jawaban Allah terhadap penungguan ini, penantian ini. 

Tetapi sesuatu yang unik terjadi di sini. Israel menunggu Mesias, Israel mengharapkan dengan sepenuh hati Mesias kapan datang. Di tempat yang lain, Allah memberikan Mesias. Tetapi kita tahu semua cerita Alkitab, kenapa tidak menjadi satu antara kehendak Allah akan Mesias dan harapan Israel akan Mesias? Kenapa tidak bisa bertemu 2 hal ini? Yohanes 1:11 menyatakan Kristus datang kepada milik kepunyaan-Nya tetapi milik kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Kita tahu semua bahwa Yesus Kristus, sejak Dia baru mau dilahirkan, sudah ditolak di seluruh Betlehem. Dan setelah 33½ tahun kehidupan-Nya, Dia harus dimatikan di kayu salib. Seluruh perjalan hidup-Nya adalah penolakan Israel kepada Mesias ini. Kenapa tindakan Allah yang mengirimkan Mesias ini tidak bisa match dengan pengharapan Mesias dari orang-orang Israel? Ya, karena orang Kristen mengatakan, kita mengatakan, prinsip Alkitab mengatakan, karena ada dosa yang menggelapkan mata mereka. Dosa yang membuat Israel tidak bisa melihat dengan tepat sesungguhnya siapa Kristus. Yesus pernah berseru demikian, “Israel, Israel, seandainya engkau tahu apa yang bisa mendatangkan damai sejahtera atasmu, akan tetapi sekarang hal ini tersembunyi di depan matamu.” Ya, karena dosa. Tetapi apa sesungguhnya bentuk dosa itu? 

Saudara-saudara, sebelum kita masuk di dalam beberapa hal saya mau memberikan kepada saudara-saudara satu prinsip ini. Apa yang kita beritakan pagi ini bukan untuk merendahkan Israel. Saudara, biarlah kita ingat dosa yang ada pada mereka yang menolak Mesias adalah dosa yang juga ada pada kita pada pagi hari ini. Bahkan dosa bagi Israel yang tidak mau bertobat itu ada pada orang Kristen saat ini yang mengaku menerima Kristus sekalipun. Allah sudah memperingatkan kita melalui Paulus ketika dia bicara kepada orang-orang jemaat Kristen di Roma. Di dalam Roma 11:20-21 dikatakan, “Israel dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Jangan kamu sombong, tetapi takutlah! Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu, hai gereja Tuhan.” Biarlah kita mengingat apa yang terjadi pada Israel, dosa Israel ketika mereka berespon kepada Yesus Kristus dapat terjadi dalam hidupmu dan hidupku. Kita tidak lebih baik daripada mereka, bahkan yang mengaku kita adalah orang kristen. 

Pada pagi hari ini, kita akan melihat apa yang membuat pengharapan Mesias mereka itu dikecewakan. Mereka mengharapkan Mesias dan Allah mengirimkan Mesias, tetapi mereka tidak menerima karena mereka memiliki pandangan tentang Mesias yang lain dengan apa yang Allah berikan. Pikiran mereka tentang Mesias adalah beda dengan kenyataan dari apa yang Yesus nyatakan dan apa yang Yesus lakukan di tengah-tengah dunia. Salah satu masalah di dalam kekristenan adalah ketika seseorang itu mengaku aku menerima Yesus Kristus, aku percaya kepada Yesus Kristus. Pertanyaan ke-2 adalah Yesus yang mana yang kau percaya? Apakah Yesus yang ada dalam Alkitab? Saudara-saudara perhatikan baik-baik, kalau saudara dan saya tidak membiasakan diri untuk mendengar Firman Tuhan, tidak dengar-dengaran akan Alkitab, akan Firman Tuhan setiap hari, maka sangat mungkin kita memiliki kepercayaan akan Mesias yang lain yang bukan dari Alkitab. John Calvin menyatakan kecenderungan hati manusia itu adalah membuat ilah. Hati kita adalah pabriknya ilah. Dan ketika kita mempercayai Mesias yang lain yang tanpa kita sadari ternyata bukan di dalam Alkitab, maka semua pengharapan-pengharapan itu menjadi mengecewakan, pudar, karena memang Tuhan tidak pernah bekerja dan berjanji dengan seperti itu. Mari kita sekarang masuk di dalam beberapa poin ini, mengapa Israel kecewa di dalam harapan Mesias mereka ketika mereka melihat Yesus.

Yang pertama, karena Israel mengharapkan Mesias yang membereskan masalah-masalah physical ketika mereka ada di bumi ini, tetapi Allah mengirimkan Mesias yang membereskan kita dari masalah-masalah rohani yang paling dalam yang terjadi pada saat ini, yang mempengaruhi hidup kita saat ini sampai kepada kekekalan. Israel mengharapkan Mesias yang seperti apa? Kalau aku mendapatkan Mesias, maka aku yang miskin jadi kaya, aku yang sakit jadi sembuh, aku yang hidup biasa saja akan hidup penuh dengan mujizat. Kalau aku mendapatkan Mesias, maka aku yang dijajah ini akan dibebaskan dengan kemampuan Dia berperang. Kalau Mesias datang di tengah-tengah kami, maka keluarga kami yang hina ini akan dimuliakan, bangsa kami yang dijajah ini akan dimerdekakan. 

Saudara perhatikan baik-baik, bagi Israel, seseorang dikatakan Mesias itu harus bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dunia ini dan kelepasan dari penderitaan di dunia ini. Mesias yang sejati bagi mereka adalah Mesias yang harus bisa membereskan kesusahan dunia ini. Tetapi Allah tidak bermaksud demikian. Allah mengirimkan Mesias bukan untuk membereskan penderitaan sementara dunia ini melainkan menghancurkan akar penderitaan di dunia ini, yaitu dosamu dan dosaku. Masalah utama itu bukan Romawi. Masalah utama itu bukan kesalahan orang lain kepada kita. Masalah utama itu adalah dosamu dan dosaku. Masalah utama adalah keterpisahan kita dengan Allah. Dosa lebih jahat dari semua penderitaan. Dosa lebih jahat dari semua kejahatan. Karena dosa menjadi ibu penderitaan dan kejahatan. Dosa begitu jahat sampai-sampai dosalah yang membuat malaikat menjadi setan. Dan sepanjang dosa itu masih bercokol di dalam hati saudara dan saya, maka cepat atau lambat hidup kita pasti akan menderita. Saya akan berikan contoh dalam poin ini. 

Sebelum saya masuk di dalam penjelasan kembali kepada poin yang pertama ini, saudara-saudara, sekali lagi, ketika dosa itu masih bercokol di dalam hati kita, kita masih memegang dosa itu, Allah itu konfrontasi dengan kita dan kemudian kita tetap mau memegang dosa itu dan tidak mau melepaskannya, maka saudara akan tahu cepat atau lambat hidup kita akan menderita. Banyak dari kita yang kehilangan hal-hal yang baik yang bahkan Tuhan berikan sebagai berkat di dunia ini karena kita memegang dosa kita dan tidak mau melepaskannya. Saya ambil contoh, banyak orang yang memegang dosa seksual dan tidak mau melepaskannya padahal jalan Tuhan itu memberikan kesucian dan hasilnya, maka orang-orang tersebut kehilangan keluarga yang baik, kehilangan nama yang baik di tengah-tengah dunia ini, dan saudara-saudara, nanti ada orang yang mencibir mereka dan kemudian mereka tersinggung dengan orang itu, padahal masalahnya ada di dalam dosa kita. 

Contoh yang lain saudara-saudara, dan sebagai gembala dan orang yang ada di sinode saya mengerti hal ini terjadi pada kita berkali-kali dan juga terjadi di banyak-banyak gereja. Banyak orang yang memegang dosa kesombongan dan membenarkan diri sendiri terus daripada mau menaklukkan dan merendahkan diri di bawah otoritas dan hasilnya yaitu kehilangan satu gereja yang baik dan benar dalam hidup mereka. Puluhan tahun mereka cari lagi tidak pernah mendapatkannya. Kenapa? Karena mereka memegang mukanya, dirinya, kesombongannya. Begitu sudah tersinggung semua kebenaran itu hilang. Ketika mereka perlahan demi perlahan sudah tidak lagi bisa menjumpai Firman, dan kejahatan demi kejahatan masuk, dan satu persatu dari dosa-dosa yang lain itu masuk karena Firman yang sejati tidak ditegakkan di dalam hati mereka. Jika dosa menguasai di dalam hati kita maka cepat atau lambat hidup kita akan menderita. Banyak dari kita kehilangan hal-hal yang baik yang terbaik di dalam dunia ini karena kita memegang dosa tersebut dan kita tidak mau melepaskannya. 

Mengapa Israel kecewa terhadap Mesias? Karena bagi mereka, bagi orang Israel, hal-hal rohani itu tidak penting, dosa itu tidak peduli, tetapi yang paling penting apakah Engkau bisa menjawab kebutuhan-kebutuhanku. Kalau Engkau adalah Mesias yang sejati, Engkau mampu mengubah hidupku menjadi menang, menjadi makmur, menjadi mulia, menjadi kaya. Kalau Engkau Mesias yang sejati, Engkau bisa menang memimpin aku menghancurkan Romawi. Orang itulah masalah dalam hidupku. Tetapi Allah tidak melihatnya demikian. Masalah utama bukan orang lain, bukan penjajah itu, masalah utama juga bukan kemiskinan, masalah utama adalah bercokolnya dosa dalam hati kita semua. Masalah utama adalah terputusnya relasi dengan Allah dan Firman-Nya. Itulah sebabnya Alkitab mengajarkan kepada kita, ketika seseorang itu bertobat artinya orang itu ditebus Allah di dalam dosanya, maka dia dijadikan mulia. Meskipun dia masih dalam penjajahan, meskipun dia masih dalam kesakitan, meskipun terminal ill dan akhirnya dia mati, meskipun dia harus tetap menanggung hukuman seperti seorang penjahat di sebelahnya Yesus itu, meskipun dunia melihatnya tetap penjahat, tetapi Allah, sorga dan anak-anak Tuhan melihatnya sebagai orang kudus Allah. Kemuliaan seseorang tidak ditentukan seberapa musuh menghina dia, meskipun mungkin Israel masih dihina, dijajah, tetapi Allah akan membela mereka. Di dalam Kristus, Allah tidak berjanji untuk meniadakan penderitaan kita, tetapi Dia berjanji akan menyertai kita, Imanuel! Bahkan ketika kita berada di dalam kegelapan dan penderitaan. Sepanjang mata kita melihat Yesus Kristus adalah pemenuhan kebutuhan physical saat ini, saudara missed the target!

Hal yang ke-2, kenapa Israel kecewa dalam harapan Mesias mereka? Karena Israel mengharapkan Mesias untuk bangsa mereka sendiri, Juruselamat bagi diri sendiri, tetapi Allah mengutus Mesias adalah bagi semua orang, Juruselamat semua bangsa. Lukas yang tadi kita baca mengatakan kesukaan besar bagi seluruh bangsa. Saudara-saudara, ini adalah dosa kesombongan. Kesombongan menyatakan diri sendirilah yang terpenting. Diri menjadi pusat, yang paling utama. Dosa peninggian diri sendiri. Saudara akan menemukan di dalam Alkitab, secara umum dan bahkan secara khusus pada waktu hari Natal, maka Allah menyatakan sangat-sangat muak dengan orang-orang yang seperti ini, orang-orang yang sombong. Saudara bisa melihat itu di kitab Amsal, saudara bisa melihat itu di kitab Mazmur, saudara bisa melihat di Perjanjian Lama bagaimana raja-raja yang sombong itu kemudian diturunkan oleh Allah dan sebelum Yesus dilahirkan ada nyanyian pujian Maria (Magnificat). Saya sudah pernah mengkotbahkan mengeskposisi bagian itu. Dan apa yang dikatakan dalam pujian Maria itu? Allah merendahkan orang-orang yang congkak dan kemudian meninggikan orang-orang yang rendah hati. Allah sangat-sangat muak dengan orang-orang sombong. Israel menginginkan Juruselamat adalah untuk dirinya sendiri, untuk bangsanya sendiri, dengan maksud untuk menghancurkan, mengalahkan bangsa lain. Mereka berpikir bahwa mereka adalah bangsa pilihan yang mendapatkan hak istimewa, mata Allah hanya kepada mereka saja. 

Saudara-saudara, ya benar mereka adalah bangsa pilihan, dari seluruh bangsa mereka dipilih oleh Allah, bukan Tirus, bukan Sidon, bukan Mesir, bukan Median Persia tetapi Israel yang dipilih oleh Allah, tetapi dipilih untuk apa? Dipilih untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Dipilih untuk menyalurkan berkat Mesias bagi seluruh bangsa yang lain. Tetapi di sini doctrine of election disalahgunakan. Israel dengan memikirkan bahwa aku adalah bangsa pilihan, dia meninggikan dirinya, mereka membuat menara gading bagi dirinya, mereka membanggakan diri menjadi umat pilihan dan menikmati diri, “Aku umat pilihan, di tengah-tengah seluruh bangsa lihat diriku umat pilihan.” Tetapi mereka tidak mengabarkan kemuliaan Mesias di antara bangsa-bangsa lain. Tetapi hati Allah: ‘Mesias bagi bangsa-bangsa, keselamatan bagi bangsa bangsa.’ 

Di dalam Lukas 11, ada satu peristiwa di mana banyak orang mengerumuni Yesus dan mereka semua meminta Yesus membuktikan bahwa diri-Nya Mesias, mereka meminta tanda/the sign of Mesias kepada Yesus Kristus. Dan saudara masih ingat apa yang dikatakan Yesus kepada semua orang banyak itu? Yesus mengatakan, “Zaman ini, generasi ini, engkau ini jahat. Engkau meminta tanda Mesias? Aku katakan kepadamu, Allah tidak akan memberikan kepadamu tanda Mesias kecuali tanda Yunus.” Apa itu tanda Yunus? Niniwe. Lawannya Israel bertobat. Bangsa-bangsa lain bertobat. Hati Allah ada pada bangsa lain. Hati Allah ingin memberkati seluruh bangsa, seluruh manusia. Sekarang gereja perhatikan, hai umat Allah, hai kaum pilihan Allah perhatikan. Kenapa berkat itu hanya sampai di tangan kita saja? Kenapa kita seperti orang Israel, tidak mau bergerak agar kemuliaan Allah dikenal di bangsa-bangsa? Kenapa kita menahan berita itu? Bukankah kita adalah bangsa pilihan, umat pilihan Allah sendiri, imam-imam kerajaan untuk memberitakan perbuatan-Nya yang ajaib? Itu adalah kesalahan Israel. Orang-orang Israel menolak Yesus Kristus karena bagi mereka Kristus kalau datang adalah untuk diri mereka, memberkati diri mereka. Kristus, Engkau adalah milikku. Aku dapat perlakuan spesial dari Engkau. 

Saudara-saudara, ini adalah hal yang kecil, tetapi beberapa waktu yang lalu mengganggu saya, karena buat saya, saya kemudian mempertanyakan iman seperti apa yang dimiliki oleh gereja, oleh kita semua. Kejadiannya adalah pada waktu covid dan kita semua simpang-siur kan saudara-saudara? Kita semua takut akan serbuan/sapuan covid itu, banyak orang-orang yang mati bahkan. Dan kemudian saya menemukan ada satu kitab, satu bagian Alkitab yang muncul berulang kali di gereja-gereja, juga di Facebook, di mana-mana, di Instagram dan bagian Alkitab itu adalah Mazmur 91, dan dikatakan: ‘Meski seribu orang rebah di sisimu, sepuluh ribu rebah di kananmu, malapetaka itu tidak akan menimpa engkau.’ Dan dengan ayat-ayat itu kita menghibur umat Tuhan, menghibur diri kita sendiri. Jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain dengan cara seperti itu. Kita tidak akan diperlakukan spesial oleh Allah. Mesias yang diutus oleh Allah itu untuk seluruh bangsa, bukan cuma kita. Kita tidak lebih baik daripada mereka. Di dalam hal itu kita tidak lebih spesial daripada mereka. Kita spesial karena kita ditebus untuk dimiliki oleh Allah untuk kita boleh berjalan dalam kesucian dan memberitakan Dia di antara seluruh bangsa, itu spesialnya. Kita bukan spesial karena orang lain itu, bangsa-bangsa lain yang tidak kenal Tuhan itu akan kena covid, kita akan tahan terhadap covid, bukan itu. Kita tahu begitu banyak saudara-saudara seiman kita yang kena, mati dengan covid. Lalu bagaimana kalau kita berada dalam tengah bahaya? Ya, ketika kita berada dalam bahaya, kita berseru minta kepada Tuhan pertolongan-Nya. Dalam banyak peristiwa, di dalam kesetiaan-Nya, Allah itu menolong umat-Nya. Tetapi pertolongan-Nya adalah berdasarkan kemurahan hati-Nya. Dan orang-orang yang menyadari bahwa dirinya tidak layak ditolong, dialah yang akan tahu apa artinya kebaikan-kebaikan Tuhan yang akan diberikan. Mesias itu akan menolong kita karena belas kasihan-Nya, bukan karena kita orang pilihan dan orang itu adalah bukan orang pilihan. Kita sering menggunakan Mesias untuk diri kita, untuk kepentingan kita, bukan kita hidup bagi Dia tetapi Dia ada untuk kita. Dan itulah sebabnya orang-orang Israel akan menolak Yesus Kristus karena Dia sama sekali tidak bisa mengikuti apa yang orang-orang Israel mau. Pikiran-Nya adalah menggenapi kehendak Allah Bapa untuk seluruh manusia yang ditebus-Nya. 

Dan sekarang terakhir, hal yang ke-3. Kenapa Israel kecewa dengan pengharapan mereka akan Mesias? Karena Israel mengharapkan Mesias yang berpihak kepada mereka dan mengikuti agenda mereka. Saudara-saudara, bukan saja Mesias hanya untuk bangsa sendiri dan bukan bangsa lain tetapi adalah Mesias yang berpihak kepada mereka. Pro sama mereka, mengikuti agenda mereka. Apa artinya dengan kalimat itu? Titik referensinya bukan Kristus, titik referensinya adalah diriku. Aku punya masalah dan Engkau sekarang membereskan masalahku. Aku punya agenda dan Engkau ikuti agendaku. Aku punya musuh dan Engkau sekarang berpihaklah kepadaku. Israel mengharapkan Mesias yang berpihak kepada mereka dan mengikuti agenda mereka. Tetapi Allah mengirimkan Mesias yang memimpin Israel. Mesias yang ada di depan dan seluruh Israel harus di belakang Dia. Bukan Mesias yang mengikuti agenda Israel tetapi Mesias yang menyatakan kebenaran dan kekudusan di tengah-tengah kaum Israel. Mesias yang bertindak, yang mengajar, yang berbicara, untuk menguduskan orang-orang yang ada di depan-Nya. Alkitab dengan jelas menyatakan kekudusan adalah pribadi Allah, ini adalah sifat Allah yang paling inti. Alkitab mengatakan Allah mengutus Yesus Kristus karena tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah tetapi Anak Tunggal Bapa, Dialah yang menyatakan kepada Israel. Kristus Yesus datang untuk menyatakan siapa Allah itu sesungguhnya. Dan kekudusan dan kebenaran dinyatakan, merupakan kemuliaan Allah yang tersembunyi itu. Dan ketika Kristus mengajarkan kemuliaan Allah di dalam kekudusan dan kebenaran, itulah anugerah. 

Orang Kristen sekarang kalau bicara mengenai ‘anugerah’ itu apa? Ketika Allah di dalam Kristus Yesus, di dalam Firman-Nya, di dalam gereja mengajar kita jalan yang sempit, jalan yang suci, jalan kebenaran. Ketika Dia mengajar, itu anugerah. Beberapa waktu yang lalu ketika kita mempersiapkan misi, ada pertanyaan dan kemudian ada satu hal yang saya teringat seseorang bicara kepada saya ‘anugerah’ itu apa? Ada seseorang yang mengatakan, dan ini adalah benar, anugerah itu adalah sesuatu yang tidak pernah bisa diberikan oleh manusia. Kata anugerah itu hanya miliknya Allah. Yesus Kristus yang datang itu adalah penuh dengan kebenaran dan anugerah/full of grace and truth. Kebenaran dan anugerah. Dan grace itu apa? Makanan? Saudara bisa mendapatkan itu dari orang lain. Uang? Saudara bisa mendapatkan itu dari orang lain. Apa pun saja. Tetapi ketika seseorang itu mengajar jalan kesucian, jalan kebenaran, saudara tidak akan dapatkan itu dari company mana pun. Saudara tidak dapatkan itu dari semua orang yang pernah lahir bahkan agama-agama sekali pun. Dan itu diberikan oleh Yesus Kristus kepada Israel. Jalan kebenaran dari Allah, jalan kesucian dari Allah. Setiap kali Dia berbicara, apa pun saja yang dikatakan-Nya, saudara lihat dalam Injil, itu adalah kebenaran yang menyucikan. Dia kebenaran yang menyucikan, diberikan kepada murid-murid-Nya, kepada orang-orang Israel, apakah orang Israel menerima atau tidak, itu urusan lain. 

Maka saudara akan menemukan ketika kebenaran dan kesucian itu dealing dengan orang Israel yang berdosa, kita manusia yang berdosa, maka teguran demi teguran, hardikan demi hardikan itu terjadi. Kalimat yang keras itu terus-menerus diucapkan-Nya. Kalimat-kalimat Yesus begitu banyak sekali yang keras, menegur mereka, melukai hati mereka bahkan begitu dalam sampai-sampai mereka tidak bisa lagi menerima kalimat-kalimat-Nya. Suatu hari Yesus mengatakan kepada semua orang Israel yang mengagumi Bait Suci, Dia mengatakan, “Rombak Bait Suci ini dan dalam 3 hari Aku akan membangunnya kembali.” Oh, itu adalah kalimat yang keras. Kalimat yang menegur mereka, menghina mereka sebagai satu nation dan satu agama. Di tempat yang lain Dia mengatakan, di depan semua orang, “Jikalau hidup keagamaanmu tidak lebih baik daripada hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi, engkau tidak bisa masuk dalam Kerajaan Surga.” Apa artinya? Artinya bahwa orang Farisi dan ahli Taurat tidak masuk Kerajaan Surga dan mereka juga tidak. Suatu hari Yesus mengatakan di depan orang-orang Yahudi, “Kamu bukan anak Abraham. Bapamu itu Iblis.” Suatu hari Yesus mengatakan, “Jangan engkau kira Aku datang untuk memberikan damai. Aku datang untuk memberikan pedang. Aku datang untuk memberikan api kepada dunia ini.” Yesus suatu hari mengatakan, “Hai engkau semua, engkau itu adalah seperti orang yang diundang ke perjamuan kawin tetapi engkau menolaknya, maka Bapa-Ku di Surga akan mengundang tempat-tempat yang lain, orang-orang yang lain.” Suatu hari di tengah-tengah kota itu, Yesus mengatakan, “Celaka engkau Khorazim! Celaka engkau Betsaida! Penghakiman terhadap Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada penghakiman padamu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau pikir engkau akan dimuliakan? Tidak. Engkau akan diturunkan.” Dia bicara berkali-kali, “Hai kamu keturunan ular beludak! Kamu itu kuburan; luarnya putih tetapi dalamnya itu tulang-belulang.” Perkataan-perkataan Yesus itu begitu keras karena Dia menyatakan kebenaran dan kesucian di tengah-tengah dosa manusia. Kalimat-Nya lebih banyak menyalahkan orang Yahudi daripada membelanya di depan Romawi. Belum lagi berkali-kali Yesus menolak mengisi agenda mereka. 

Suatu hari, begitu banyak orang Yahudi datang pagi-pagi mencari Yesus minta dilayani. Dan Petrus kemudian mengatakan, “Hai Yesus, itu banyak sekali orang yang datang untuk Engkau layani.” Dan saudara apakah masih ingat Yesus bicara apa kepada Petrus? “Tidak, sekarang kita akan pergi melayani di tempat yang lain.” Dan berkali-kali di dalam Alkitab, banyak orang Yahudi mau mengangkat Dia, mau menjadikan Dia raja, Dia kemudian langsung menghilang, pergi dari tempat itu, Dia tidak mau masuk dalam agendanya orang Yahudi. Suatu hari ketika Dia berjalan dan begitu banyak orang mengikut Dia, Dia berbicara di depan mereka semua, mata bertatap dengan mata, “Kamu ikut aku bukan karena Engkau melihat tanda Mesias. Kamu ikut aku karena supaya engkau kenyang.” Kalimat-Nya begitu keras sampai banyak orang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. 

Saya bawa saudara-saudara untuk melihat satu ayat Alkitab ini. Semuanya baca. Yohanes 6:66. Mari kita membaca bersama-sama. Siapa yang mengundurkan diri? Murid-murid-Nya. Tidak ikut Dia lagi. Apakah kita tidak gentar dengan ayat-ayat ini? Mungkin kita tidak mengenal Kristus yang sesungguhnya sehingga kita tidak mungkin mengundurkan diri. Kita mengikuti Kristus dengan pandangan kita, Kristus hasil proyeksi jiwa kita. Apakah saudara dan saya menyadari bahwa Kristus yang sejati bahkan ditinggalkan oleh semua murid-murid-Nya di atas kayu salib? Oh pengharapan itu mengecewakan. Seluruh orang-orang Israel sakit hati mereka tidak terbendung lagi. Kecewa. Bukan seperti ini Mesias yang aku harapkan. Harusnya Dia membela aku. Aku ini bangsa pilihan. Seharusnya Dia berpihak kepada kami. Seharusnya Mesias itu penuh kebaikan. Kaya, pemimpin militer, bukan lahir di kandang, bukan anak tukang kayu biasa. Seharusnya Mesias itu membereskan masalahku, tidak mempermalukan aku. Kamu Yesus, Kamu tidak melakukan semuanya ini bagiku, Kamu malah membuat kami lebih malu. Engkau malah mengatakan bahwa pohon kalau tidak berbuah akan ditebang. Saya mau tanya, siapa yang Engkau maksud? Kami kan? Perkataan-Mu selalu keras, tidak ada belas kasihan bagi kami. Kami kecewa, harapan kami tidak terkabul, Kristus. Engkau harus tahu masalah kami tetap ada, Engkau lihat Romawi begitu tambah kuat, ekonomi kami makin sulit, hidup kami makin sulit, konflik makin bertambah. Dan sekarang hidup kami musti dibebani dengan kehadiran-Mu, satu orang dengan seluruh perkataan-Mu yang kami tidak suka. Pengajaran-Mu bukan menghibur, memberatkan. Kami tidak menyukai Mesias seperti ini. Sama sekali tidak berpihak kepada kami. Engkau tidak berguna bagi hidup kami. Itulah saudara-saudara, seluruh pengharapan itu kecewa. Harusnya Engkau lembut padaku, baik kepadaku, mengerti kalau aku berada dalam dosa, terima aku apa adanya. Engkau kan kasih, katanya. Jikalau semua yang saya katakan tadi semua ada pada Kristus, saya tanya, kenapa Kristus harus dipaku di atas kayu salib? 

Dan saya akan akhiri dengan satu tulisan Dietrich Bonhoeffer yang menyatakan bagaimana cara kerja Allah di dalam Kristus itu: ‘Allah menempuh jalan yang menakjubkan di tengah-tengah manusia tetapi Dia tidak menuruti pandangan dan pendapat manusia. Allah tidak menempuh jalan yang ingin ditentukan oleh manusia bagi-Nya. Sebaliknya, jalan Allah melampaui segala pemahaman, bebas dan menentukan pilihan-Nya sendiri di luar segala bukti. Di mana akal budi marah, di mana sifat kita memberontak, di mana kesalehan pura-pura kita dengan cemas menjauhkan kita dari-Nya, di situlah Tuhan senang berada. Di sana Dia mengacaukan akal sehat kita. Di sana Dia memperburuk sifat kita, membuat makin nyata hitamnya kesalehan kita, di situlah Dia ingin berada. Dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi jalan-Nya ini. Dan tidak ada satu pun yang dapat mengenalnya dan mengerti jalan ini. Hanya orang yang rendah hati, yang mempercayai-Nya dan bersukacita akan karya dan perbuatan-Nya.’ Sekali lagi, hanya orang yang rendah hati yang bisa mempercayai-Nya dan bersukacita akan perbuatan-Nya. 

Yesus pernah mengatakan demikian, “Aku bersyukur kepada-Mu Bapa karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.” Siapa yang mau menerima Mesias dan takluk kepada Dia, Mesias yang membereskan dosa kita? Mesias yang untuk kita dan untuk bangsa-bangsa. Mesias yang memimpin kita dan semua dari kita takluk kepada Dia tanpa ada satu area pun yang tidak kita berikan. Siapa yang mau untuk Dia datang kepada kita dan kita mengenal Dia? Kiranya Firman ini tidak terjadi dalam hidup kita: ‘Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.’ Mari kita berdoa. 


Wahyu 5:9-14; Wahyu 7:9-17
 
 

Matius 26:6-13, Yohanes 12:3-5, 7
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

24 November 2024
Misi adalah Isi Hati Allah (4)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Wahyu 5:9-14; Wahyu 7:9-17

Wahyu 5:9-14; Wahyu 7:9-17

Kitab Wahyu menutup seluruh kitab suci kita. Kitab Wahyu menyatakan ending terpuncak dari seluruh buku kitab suci. Di dalam kitab Wahyu ada beberapa prinsip-prinsip yang penting. Hari ini saya tidak mengeksposisi seluruh kitab ini. Tetapi, saya akan memberikan prinsip-prinsip penting yang ada dalam seluruh Kitab Wahyu, khususnya pasal 5 dan pasal 7. Ketika engkau dan saya membaca kitab Wahyu, saudara akan mendapatkan begitu besar pengertian-pengertian pokok yang besar yang ada. Tetapi 3 hal ini adalah hal yang sangat-sangat penting dari seluruh yang penting itu. Apa yang penting di dalam seluruh kitab Wahyu? 

Yang pertama adalah kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah dinyatakan dengan berdirinya kokoh takhta Allah dan takhta Anak Domba. Kitab Wahyu menyatakan apa yang menjadi akhir puncak segala sesuatu dan apakah yang menjadi ending dan puncak dari segala sesuatu yaitu bergabungnya surga dan bumi. Melihat kemuliaan Allah dan kemuliaan Anak Domba yang tersembelih itu. Bayangkan apa yang menjadi event yang terbesar, yang menjadi klimaksdari segala sesuatu yang ada, yang tadinya bahkan tersembunyi, yang tadinya bahkan samar-samar, yang tadinya bahkan kita tidak pernah ketahui. Kitab Wahyu menyatakan satu event it yang menjadi klimaksdan segala makhluk nanti akan melihatnya, yaitu surga dan bumi bergabung melihat kemuliaan Allah dan kemuliaan Anak Domba Allah. Dan saat ini apa yang terjadi? Saat ini kemuliaan Allah adalah nyata di surga, tetapi kemuliaan Allah itu tidak nyata di bumi ini. Manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan tidak lagi melihat kemuliaan Allah. Alkitab dengan jelas menyatakan manusia sudah kehilangan kemuliaan Allah, tetapi sebaliknya, Alkitab juga menyatakan ada satu waktu dan waktu itu akan pasti terjadi, sekarang perlahan-lahan menuju kepada waktu itu, yaitu kemuliaan Allah akan menyapu seluruh pulau—pulau di muka bumi ini. Oh, siapa hati yang menginginkan hal itu? Siapa hati yang mengharapkan hal itu? Itu adalah isi hati Tuhan yang dibukakan kepada kita gereja. Kemuliaan Allah akan menyapu seluruh muka bumi ini dan pada waktunya nanti, surga dan bumi akan bergabung melihatnya. 

Habakuk 2:14 menyatakan: ‘Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.’ Bukankah kemuliaan Allah, satu tema pokok yang diajarkan kepada kita, hai jemaat Tuhan? Berkali-kali Yesus mengajarkannya kepada kita, berkali-kali Alkitab menyatakannya kepada kita, bahkan kita diminta untuk mendoakannya, “Bapa kami yang di surga. Dikuduskanlah, dipermuliakanlah namamu.” Ketika saudara dan saya berlaku, bertindak, bahkan dalam hal yang kecil. Ketika engkau makan dan minum, biarlah engkau melakukannya untuk kemuliaan Allah. Westminster Shorter Catechism mengatakan, “What is the chief end of man? To glorify Him and enjoy Him forever.”

Mazmur 72:19 menyatakan, ‘Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin.’ Biarlah kita menyadari sejak Yesus datang yang pertama, Allah memiliki sesuatu tindakan, dan tindakan ini adalah sesuatu yang tersembunyi. Dia bekerja dengan pekerjaan yang tidak bisa dilihat oleh manusia-manusia duniawi, tetapi, semua orang, anak-anak Allah, yang sungguh-sungguh mau mengerti denyut jantung Tuhan akan melihatnya. Dia akan menyapu perlahan demi perlahan seluruh muka bumi untuk setiap suku, bangsa, kaum, bahasa, melihat kemuliaan-Nya. Bangsa-bangsa melihat kemuliaan Allah dan berbagian di dalam kemuliaan-Nya adalah tujuan dari seluruh ciptaan. Apakah mata hatimu melihat? Apakah kita melihat Firman-Nya? Dan, mari kita lihat lebih jelas lagi apa yang ada di dalam kitab Wahyu? Ketika kita bicara kemuliaan Allah yang dilihat oleh bangsa-bangsa seperti apa kemuliaan Allah yang dilihat oleh bangsa-bangsa dalam kitab Wahyu? Perhatikan prinsip ini. Wahyu pasal 5 yang kita baca menyatakan, ‘Kristus adalah domba yang tersembelih itu dan domba yang sudah disembelih itu, maka Dia layak untuk didudukkan di kanan takhta Allah Bapa.’ Kemuliaan Allah dinyatakan dan terjadi bersama dengan kemuliaan Kristus. Kemuliaan Kristus dikatakan di dalam Alkitab, dengan kata ‘takhta Anak Domba’. Ini adalah sesuatu yang unik. Saya sudah pernah berkhotbah, tetapi tidak terlalu mendalam dan saya akan mencoba untuk masuk dalam hal ini. Setelah Wahyu pasal ke-5, saudara tidak akan mendapatkan ‘takhta Allah’ dalam bentuk singular. Saudara akan mendapatkan ‘takhta Allah’ dan ‘tahkta Anak Domba’. Sebelum Wahyu pasal 5, saudara akan mendapatkan ‘tahkta Allah’, tetapi setelah Wahyu pasal 5, setelah Yesus menebus umat-Nya, maka Dia mendapatkan kemuliaan sejajar dengan Allah Bapa. 

Ini adalah suatu keunikan dalam kitab Wahyu. Mari kita lihat Wahyu pasal ke-4. Wahyu 4:3, ‘Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkupi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.’ Saudara perhatikan, ‘Dan Dia yang duduk di takhta itu.’ Tidak ada Anak Domba. Ayat yang ke-9. ‘Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya.’ Saudara perhatikan ayat yang ke-9. Wahyu 4:9, ‘ucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas takhta itu.’ ‘Dia.’ Cuma satu. Tetapi perhatikan setelah Wahyu pasal 5, Wahyu 5:13, ‘Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba.”’ Perhatikan, sekarang ada 2. Tadinya, ‘takhta Dia’, sekarang ‘takhta Dia’ dan ‘takhta Anak Domba’. “… Adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” 

Perhatikan Wahyu pasal 7:10, ‘Dan dengan suara nyaring mereka berseru: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!”’ Begitu ada Allah, Anak Domba. Allah, Anak Domba. Wahyu 21:22, ‘Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu.’ Saudara perhatikan, ‘Allah,’ ‘Anak Domba,’ ‘Allah,’ ‘Anak Domba’. Sekarang perhatikan pasal 22:1. ‘Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takta Anak Domba itu.” Perhatikan, ayat yang ke-3. ‘Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya.’ Maka saudara bisa melihat apa yang disebut sebagai kemuliaan Allah. Itu bukan bicara mengenai Allah dalam arti orang agama umum. Ini bicara berkenaan dengan Tritunggal dan khususnya bicara mengenai Allah Bapa dan Allah Anak. Tapi bukan itu saja, secara khusus bicara mengenai Allah Anak yang tersembelih. Ini adalah takhta Allah dan takhta Anak Domba yang sudah tersembelih itu. 

Saya sudah mengatakan berkali-kali John Piper dengan tepat menyatakan hal ini. “Misi bukan akhir. Misi adalah sarana agar kemuliaan Allah tersebar di seluruh pulau-pulau dan negeri yang jauh.” Dan saya akan tambahkan. Misi bukan akhir. Misi adalah sarana agar kemuliaan Allah tersebar di seluruh pulau-pulau dan negeri yang jauh melalui berita salib Kristus. Kemuliaan Allah terjadi, paralel dengan salib Kristus yang ditinggikan. Tidak ada orang yang bisa memuliakan Allah dengan bibir dan hidupnya secara sukarela dan penuh dengan ketulusan, tanpa dia terlebih dahulu mengenal penebusan. Sekali lagi, tidak ada seorang pun yang dapat memuliakan Allah dengan bibirnya, dengan hidupnya, dengan sukarela, dengan sukacita, dengan ketulusan, tanpa dia terlebih dahulu mengenal penebusan Kristus.

Maka kalau melihat ada orang-orang yang jumlahnya begitu banyak dari berbagai suku, bangsa dan bahasa. Apakah saudara melihat bahwa itu akan terjadi dengan begitu saja? Tanpa ada seseorang yang mengabarkan Injil kepada mereka? Apakah saudara dan saya berpikir bahwa itu akan terjadi pada akhir zaman di nubuatan itu, tanpa ada seorang atau orang Kristen atau satu gereja bergerak untuk mengabarkan Injil untuk bermisi ke pulau-pulau yang jauh? Apakah ada kemuliaan Allah yang muncul di akhir zaman itu tanpa ada pemberitaan Injil dan orang yang mau rela untuk memberitakan Injil ke pulau-pulau yang jauh? Tidak ada jalan yang lain, kemuliaan Allah dinyatakan melalui Injil Kristus yang tersebar! Kecuali Injil Kristus tersebar di seluruh negeri, maka tidak ada wakil dari setiap suku-suku itu untuk melihat dan bergabung dalam kemuliaan Allah. Maka gereja yang bermisi adalah sesuatu hal yang mutlak diperlukan. Ini adalah kehendak Allah dari sejak pertama dan sampai nubuatan ini tergenapi. Ketika kita melihat kitab Wahyu, apa yang kita lihat? Kemuliaan Allah. Takhta Allah dan takhta Anak Domba. 

Hal yang ke-2. Ketika kita melihat buku Revelation, kita akan melihat kemenangan gereja. Ketika bicara mengenai kemenangan, pasti ada suatu peperangan. Minggu yang lalu, saya sudah mengatakan dengan panjang lebar relasi antara misi dan aniaya. Tuhan sendiri menyatakannya kepada kita, kalau saudara melihat Kisah Para Rasul maka saudara akan melihat gereja yang dianiaya. Wahyu 7:14 menyatakan, ‘Siapa yang bernyanyi ini yang memuji takhta Allah dan takhta Anak Domba, yang berbagian di dalam kemuliaan mereka?’ Wahyu 7:14 mengatakan mereka itu adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar. Sekali lagi, ini adalah tanda gereja yang sejati, dipakai oleh Allah untuk menyatakan Injil Kristus ke seluruh dunia, dan ketika itu terjadi, maka dunia akan berusaha menghentikannya dan menganiaya kita. Tidak perlu setan menganiaya gereja yang tertidur. Tidak perlu setan menganiaya orang Kristen yang malas. Tidak perlu setan menganiaya orang Kristen yang tidak mau tahu akan isi hati Allah. Karena itu yang dia inginkan. Kemalasan. Tidur. Tidak peduli dengan apa yang menjadi kehendak Allah maka itu yang dikehendaki oleh setan. Setan tidak perlu untuk menggocoh kita. Tidak perlu untuk menggoda kita untuk hal itu. Itu yang dikehendakinya maka dia akan diam-diam. Tetapi, ketika seseorang mulai belajar untuk berdoa, seseorang belajar untuk pergi memberitakan Injil. Seseorang pergi belajar untuk bermisi, gereja mulai bergerak untuk misi, satu per satu masalah akan muncul, dan itulah yang terjadi.

Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya yang akan diutus untuk misi. Kita tahu semua, seluruh muridnya nanti akan tersebar dan mereka tidak akan kembali lagi. Mereka akan bertemu kembali di takhta Anak Domba itu. Sebelum mereka diutus, Yesus sudah mengatakan, “Kamu akan mengalami aniaya, dunia akan menganiaya kamu.” Saya mau membicarakan berkali-kali dari mimbar ini tentang kehidupan Kristiani (Christian life) dan itu bicara berkenaan dengan spirituality. Karena saya menyadari sekali banyak orang Kristen, bahkan banyak orang Reformed pun, bergereja di Reformed pun, banyak dari kita yang sangat lambat mengaplikasikan Firman Allah. Kita belajar teologi, kita belajar filosofi. Kita belajar bahkan banyak sekali berkenaan dengan apa yang benar dan apa yang salah (epistemology). Tetapi, ternyata banyak sekali dari kita ketika mengambil keputusan dalam kehidupan praktis sehari-hari, kita menjadi ateis. Kristen ateis praktis. Kita harus tahu bahwa kebenaran bukan untuk diperdebatkan. Bahkan ketika kita menang dalam perdebatan, itu nothing di dalam Kerajaan Allah. Itu tidak berarti kalau ada orang mendebat, saudara kemudian tidak melayaninya. Tetapi bukan itu ending dan bukan itu sebenarnya yang menjadi tujuan dari kebenaran. Tujuan dari seluruh Firman, teologia dan semua pengetahuan yang kita dapat di dalam Reformed Church adalah ketaatan. Ketaatan, bukan sekedar analisa. Yesus mengatakan, “Yang mengasihi Aku, yang mentaati Firman-Ku.” Maka, kita mesti belajar bagaimana belajar berjalan bersama dengan Allah. Itu adalah inti dari spiritualitas. Spiritualitas adalah berjalan bersama dengan Roh Kudus. Tetapi di tempat yang lain, ketika saya berbicara mengenai spiritualitas, saya tidak bermaksud hanya urusan saat teduh, doa pribadi saudara dan saya saja. Itu semuanya personal. Apa yang terjadi dengan hal itu? Maka kita sering sekali masuk di dalam virtual obedience, obedience yang tidak nyata. 

Beberapa minggu yang lalu kita pergi ke pameran mengenai Mesir bersama dengan beberapa pemuda. Saya tadinya tidak tahu kalau itu virtual reality. Saya tertarik karena saya mau lihat pameran tentang Mesir. Sampai di sana, saya sangat terkejut, saya mendapati ruangan kosong, kemudian setiap orang memakai alat VR itu. Bayar untuk itu, saya langsung merasa rugi. Lalu ada beberapa hal yang mesti diikuti, kemudian kita jalan. Kita tidak bisa lihat apa-apa, kecuali yang ada di alat. Tetapi sebelumnya orang yang ada di sana mengatakan, “Kalau ada apa-apa kamu tidak usah sampai bagaimana. Misalnya kalau ada burung lewat, kamu tidak usah sampai bagaimana, karena itu semua cuma gambar. Kalau nanti kamu turun, tidak usah sampai bungkuk-bungkuk begitu. Atau, kamu mau melangkah ke sungai lalu kemudian kamu hati-hati melangkah.” Dan orang itu mengatakan, “Ingat ini semua cuma gambar dan semuanya flat.” Dia mengatakan, “Kalau engkau melakukan itu, percayalah kami yang senang, karena melihat ada orang lucu.” Itu saya masukkan dalam pikiran, maka di depan saya ada piramida besar, saya tembus. Ada sungai, saya jalani saja. Saya tidak peduli ada tiang besar. “Waduh-waduh, ada tiang besar!” Anak saya pegang saya, kemudian dia mengatakan, “Ini Papa ke kanan!” “Tidak”, saya katakan tembus saja. Itu virtual obedience. Percayalah, yang paling senang itu adalah setan, karena dia bisa melihat itu dan mendapatkan entertainment buat dirinya. Saudara doa sendiri, saat teduh sendiri, merasakan sendiri kerinduan dan kehangatan buat Tuhan, tapi tidak pernah mengabarkan Injil, tidak pernah taat, dan saudara katakan itu adalah spiritualitas. Itu virtual obedience. Bukan seperti itu. Berapa banyak sekarang orang yang tidak mau pergi ke gereja, padahal di dalam gereja Allah seluruh aplikasi Firman itu terjadi. Saudara persis pergi ke kampus, dan kita belajar banyak; tetapi tidak pernah bekerja. Kita harus taat! Di dalam realitas sesungguhnya kita harus bergerak, sungguh-sungguh bergerak. Dalam realitas yang sesungguhnya, kita harus mengabarkan Injil! Roh Kudus melalui Firman-Nya membentuk kekudusan dalam hidup kita, bukan untuk dipajang di tengah-tengah etalase sebuah toko. Tidak! Kita adalah orang-orang yang dipilih. Kita dijadikan menjadi imam-imam kerajaan. Kita dipanggil sebagai bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah. Selesai? Tidak! Kita adalah bangsa yang kudus umat kepunyaan Allah yang bergerak, memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia yang telah terjadi dalam hidup kita. Mari kita melihat 1 Petrus 2:9. Mari kita membaca bersama-sama, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Apakah Firman ini masih kurang jelas? Kita diminta untuk bergerak. Kekristenan kita harus benar-benar masuk secara real obedience

Poin yang ke-2 adalah dalam kitab Wahyu, saudara dan saya akan melihat kemenangan gereja dan kemenangan gereja adalah kemenangan kepada gereja yang memberitakan injil, gereja yang bermisi. Alkitab mengatakan, ‘Mereka adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar.’ Bukan keluar dari kenyamanan besar. Mereka adalah orang-orang yang dimusuhi dunia. Sepanjang kita tidak bergerak, kita tidak mungkin dimusuhi oleh dunia. Sepanjang kita tidak keluar memberitakan Injil, tidak mungkin ada dunia yang akan melawan kita. Tetapi ketika gereja meletakkan langkahnya pertama untuk bermisi, maka dunia akan mengangkat benderanya untuk berperang dengan kita dan itu yang terjadi di dalam Kisah Para Rasul, itu terjadi dalam gereja-gereja sepanjang masa yang sejati. Terhadap gereja seperti itu, maka kitab Wahyu diberitakan. Kitab Wahyu adalah penghiburan bagi gereja-gereja seperti itu. Kitab Wahyu menyatakan: ‘Hai umatku yang dianiaya apa yang kamu lihat dan kamu alami tidak seperti itu sesungguhnya, karena Aku memperhatikan engkau, Aku menopang engkau, dan Aku memimpin engkau untuk menghancurkan musuh-musuhmu.’ Kita bisa melihat dalam seluruh kitab Wahyu begitu banyak penderitaan-penderitaan yang Tuhan berikan kepada dunia yang menganiaya Anak Domba dan gereja-Nya. Ini adalah buku yang begitu sangat akan membantu men-support gereja yang berperang, menyatakan Allah berperang bagi kita. Gereja akan menang pada akhirnya. Kitab Wahyu adalah kitab penghiburan bagi gereja misioner. 

Sekarang saya tanya, seperti apa yang saya pernah alami. Saudara kalau baca kitab Wahyu mendapatkan ketenangan atau malah takut? Dulu saya baca kitab Wahyu, saya baca, saya tutup, saya takut, kok mengerikan begini. Waduh, saya langsung kepikir kok seperti ini ya hidup. Saya katakan satu hal ini, kalau saudara berada di dalam, kalau saudara dan saya sebagai orang Kristen yang tidak melayani dan orang Kristen yang nyaman, orang Kristen yang tidak bergerak, orang kristen dengan virtual obedience, maka saudara membaca kitab Wahyu pasti akan takut karena saudara akan lihat, wah ada aniaya ya nanti ya. Saudara akan melihat musuh-musuh gereja, waduh semuanya menakutkan ya. Sebaliknya kalau saudara adalah orang-orang Kristen, kita adalah orang-orang Kristen yang misioner, yang mengabarkan Injil dan mendapatkan pertentangan dan salah mengerti dari dunia, dan bahkan mengalami aniaya dan seperti orang-orang Kristen di Nigeria atau di Cina yang di bawah tanah itu, yang begitu sangat dicari-cari dan mau dimasukkan ke dalam penjara dan bahkan dibunuh. Maka saudara, ketika melihat kitab Wahyu, itu penghiburan besar bagi mereka, Karena mereka tahu ini bukan akhirnya, meskipun orang yang aku kasihi itu sudah mati Ini bukan akhirnya. meskipun gedung gerejaku sudah dimusnahkan. Ini bukan akhirnya, meskipun aku berada dalam hina, suatu hari aku akan berdiri di depan takhta Anak Domba itu, aku akan menang. Lihatlah, keadaan kita sekarang nyaman atau kita sedang mengabarkan Injil, saudara akan melihat respon yang berbeda ketika melihat kitab Wahyu.

Hal yang ke-3 adalah berkumpulnya suku-suku bangsa dari berbagai macam suku dan bahasa di depan takhta Allah dan takhta Anak Domba. Saudara bisa melihat di situ ketika Anak Domba ada berkumpul orang yang banyak jumlahnya dari suku, bangsa dan bahasa. Apakah kita menyadari bahwa ini adalah penggenapan dari janji Allah kepada Abraham. Kita sudah bicara berkenaan dengan misi yang Tuhan nyatakan kepada Abraham, Mazmur dan kitab Injil dan kitab Kisah Para Rasul. Kemudian saudara bisa melihat seluruhnya menuju kepada satu muara yang besar, yaitu kitab Wahyu. Pada kitab Wahyu maka semua usaha misi dari Abraham sampai Israel yang percaya kepada Kristus dan sampai kepada gereja semuanya tergenapi. Di atas pasal 7 yang tadi kita baca, maka di situ dikatakan 144.000 jumlah orangnya. 144.000 adalah 12 dari Perjanjian Lama, 12 dari Perjanjian Baru dan 1000 adalah angka yang menyimbolkan besar jumlahnya, multitude. Ini adalah bicara mengenai jumlah yang begitu banyak yang tidak bisa dihitung seperti Tuhan menjanjikan kepada Abraham bahwa keturunanmu banyaknya seperti bintang itu di langit dan pasir di laut. Janji Allah yang kuno itu sekarang tergenapi di masa depan. Kata ‘bangsa-bangsa’ ini muncul berkali-kali di kitab Wahyu. Apakah saudara tidak melihat kemuliaan-Nya? Apakah saudara tidak menginginkan hari itu terjadi? Apakah kita tidak menginginkan kita berada di depan takhta itu, tidak sendirian, bersama dengan orang-orang yang kita kasihi dan juga bersama dengan semua orang yang kita layani, bersama dengan orang-orang dari berbagai macam bangsa, suku, bahasa. Dan ada satu waktu di mana kita semua berkumpul di depan takhta-Nya dan menyanyi dengan nyanyian yang sama, memuji kebesaran Allah dan Anak Domba itu sampai selama-lamanya, menikmati kemuliaan-Nya, berbagian di dalam kemuliaan-Nya.

Saya akan akhiri dengan Wahyu 22:7, ‘Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini.’ Ada satu kesalahan fatal ketika kita membaca kitab Wahyu. Kita berpikir bahwa kitab Wahyu bicara mengenai satu nubuatan yang sifatnya informasi, peristiwa yang akan terjadi di masa depan saja. Tidak, tidak pernah demikian. Seorang komentator kitab Wahyu mengatakan, “Kitab Wahyu bukanlah sebuah mayat yang pasif, yang menunggu para mahasiswa kedokteran yang ingin tahu untuk membedahnya dalam pencaharian mereka akan suatu informasi. Kitab Wahyu sebenarnya adalah pedang bermata dua yang hidup, yang keluar dari mulut Anak Manusia yang berkemenangan dan yang menembus pikiran dan maksud hati kita. Kitab Wahyu dan seluruh Alkitab adalah palu yang menghancurkan, benih yang bertumbuh, curah hujan yang tidak pernah kembali kepada pemberi-Nya, tanpa menyelesaikan misi yang Dia kirim. Kitab Wahyu memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di dalam kita.” 

Ada sesuatu kesalahan ketika kita melihat kitab Wahyu. Biasanya kalau kita melihat kitab-kitab yang lain, kita melihat, lalu kita mengatakan, “Oh, Tuhan menginginkan ini. Oh, aku mesti taat dengan hal ini.” Maka aku mesti taat, aku mesti lakukan ini, mesti lakukan itu. Tetapi ketika sudah bicara mengenai kitab Wahyu, kita berpikir bahwa ini adalah sesuatu nubuatan di masa depan yang kemudian saya hanya akan lihat dan menganalisanya, dan tidak ada sesuatu ketaatan yang perlu untuk saya lakukan, karena ini nubuatan, ini sudah ditetapkan oleh Allah. Tetapi kita melupakan. Ada satu ayat yang seperti ini: ‘Sesungguhnya Aku datang segera, berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuatan kitab ini.’ Perhatikan baik-baik prinsip ini. Kita dipanggil Allah untuk menggenapkan apa yang sudah Tuhan perlihatkan kepada kita di kitab Wahyu ini. Ya, itu nubuatan. Ya, itu pasti terjadi, tetapi kenapa nubuatan itu diberikan kepada kita untuk kita mengertinya pada saat ini, hai gereja? Untuk kita membaca dan bertindak agar nubuatan itu sungguh-sungguh terjadi. Seandainya kita tidak mau untuk bertindak, nubuatan itu akan terjadi melalui gereja yang lain, melalui umat Kristen yang lain. Pasti akan terjadi. Kita diminta untuk menaati agar nubuatan itu terjadi. Kemungkinan yang lain yaitu kita hidup melawan apa yang diperlihatkan Allah kepada kita. Oh, ada bangsa-bangsa berkumpul. Ada kemuliaan Allah terjadi. Ada misi yang harus dikerjakan. Saya tidak mau! Aku mau duduk! Aku bahkan melawan. Aku akan mempertanyakan. Aku tidak mau peduli. Saudara hanya punya 2 kehidupan, menaati apa yang nubuatan ini akan terjadi atau saudara mau berusaha untuk menahan nubuatan itu tidak akan terjadi. Orang-orang Puritan mengatakan, “Kita harus hidup dengan memikirkan apa yang Kristus itu ada di sebelah kanan Bapa di surga.” Itu adalah vivification. Di dalam sanctification maka ada 2 hal. Pertama, mortification of sin danyang ke-2, vivification. Ketika saudara mau dibukakan kitab Wahyu, ini adalah sesuatu vivification. Kita melihat apa yang terjadi di surga, dan apa tujuannya? Sekali lagi, untuk kita bertindak sinkron dengan nubuatan yang akan terjadi ini. 

Gereja tidak pernah lebih setia kepada eskatologi alkitabiah daripada ketika gereja itu bekerja untuk misi. Eskatologi itu bukan terjadi nanti. Itu sekarang sedang terjadi menuju kepada puncaknya. Itu bukan terpisah dari hidup kita, tetapi kita berada di dalam pergerakan ini dan saat ini kita hidup di era di mana yang sangat-sangat khusus ketika Allah mengumpulkan umat pilihan-Nya dari antara bangsa-bangsa, begitu sangat banyak. Yesus mengatakan, “Sungguh, sungguh, Aku akan datang segera!” Kiranya Tuhan membentuk hati yang bermisi di dalam hati kita semua. Kiranya api-Nya diberikan kepada kita. Mari kita berdoa.


Kisah Para Rasul 8:1b-4
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

17 November 2024
Misi adalah Isi Hati Allah (3)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Kisah Para Rasul 8:1b-4

Kisah Para Rasul 8:1b-4

Kita sudah masuk di dalam satu topik ini, yaitu misi dan aniaya. Di dalam beberapa hari ini, hati saya terus ada suatu ketakutan. Ada hati yang sungguh-sungguh takut menghadapi kenyataan. Ada satu pertanyaan yang besar yang terus ada dalam pikiran saya. Dan saya menangis di hadapan Tuhan, “Oh Tuhan, ketika saya harus mengotbahkan hal ini, siapa yang mau mendengar? Siapa yang mau tahu apa yang menjadi isi hati-Mu? Oh Tuhan, betapa kami sangat-sangat jauh dari apa yang dikatakan dalam Alkitab. Kami mendefinisikan kekristenan menurut kenyamanan kami sendiri. Kami sudah menjadikan consumerism dengan kekristenan, hedonism dengan kekristenan, materialism dengan kekristenan, kenyamanan hidup dengan kekristenan. Ketika bicara mengenai kekristenan, kami bicara berkenaan dengan satu menara gading. Tempat kami sendiri nyaman dan tidak terganggu apapun saja oleh dunia. Tempat di mana kami menikmati prinsip-prinsip dunia dengan nama Kristen. Oh, siapa yang percaya dengan berita yang kami nyatakan? Misi? Oh, kami ingin untuk duduk di sini, kami tidak peduli dengan apapun saja, dengan orang lain, apalagi dengan bangsa-bangsa. Kami ingin menjadi orang Kristen supaya kami jadi baik. Untuk anak-anak kami dididik dengan baik. Untuk kami hidupnya baik-baik dan keluarga tidak cerai. Tidak ada dosa-dosa yang besar masuk dalam keluarga kami. Aku ingin jadi Kristen seperti itu. Tetapi, jangan bicara mengenai misi, jangan bicara berkenaan dengan bangsa-bangsa apalagi yang jauh. Aku tidak tahu apa itu kemuliaan-Mu di tengah-tengah bangsa-bangsa Tuhan, dan aku tidak peduli.” 

Saya terus pikir apakah Firman seperti ini adalah sesuatu yang bisa diterima orang Kristen zaman ini? Apalagi aniaya; “Oh, itu alien, sesuatu yang asing.” Tapi apakah saudara pernah membaca Alkitab, apa yang terjadi sama mereka sungguh-sungguh jauh dengan hidup kita. Saya tidak mengatakan bahwa saudara haraplah aniaya dan haraplah ada penderitaan datang. Cuma orang gila yang bisa melakukan hal itu. Firman Tuhan bukan untuk mendorong kita mengharapkan aniaya atau berbangga dengan aniaya. Tetapi di tempat yang lain, Firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa kita begitu jauh mengikut Kristus. Kita harus berdoa untuk diri kita sendiri benar-benar menjadi pengikut Kristus, gereja ini menjadi gereja yang sungguh-sungguh berkenan kepada Kristus. Apa gunanya kita memiliki gereja, jikalau itu hanya kumpulan sosial saja? Tidak ada gunanya sama sekali. Gereja ada adalah untuk menggenapi rencana Allah. Satu rencana Allah yang besar adalah supaya seluruh bangsa melihat kemuliaan-Nya. Seluruh bangsa, setiap suku bahasa dan suku bangsa memiliki wakil di depan takhta Anak Domba. Siapa yang peduli dengan hal ini? Siapa yang mau meletakkan hatinya pada hal ini? Bukankah ini adalah isi hati Tuhan? Misi adalah isi hati Tuhan. Kita harus berdoa minta kalau Tuhan rela membentuk gereja kita dan setiap hati kita memiliki gereja dan hati yang misioner. 

Kisah Para Rasul 8 adalah satu perikop yang sangat-sangat penting. Saya sudah mengatakan Kisah Para Rasul 8:1-4 ini adalah penggenapan Kisah Para Rasul 1:8. Yesus mengatakan, “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Di dalam pasal 1-7, seluruh dari mereka tetap di Yerusalem. Tetapi begitu pasal 8 setelah Stefanus itu dibunuh, maka Tuhan menyerakkan mereka pergi ke tempat-tempat yang jauh. Kemarin kita sudah bicara mengenai 3 hal yang penting di dalam ayat ini. Yang pertama adalah kata ‘tersebar’, yang ke-2 adalah kata ‘mereka’, dan yang ke-3 adalah bicara berkenaan dengan kata ‘aniaya’. 

Sekali lagi, kata yang pertama adalah ‘tersebar’, itu bukan bicara mengenai sesuatu tindakan Allah secara random. Kata ‘tersebar’ di dalam bahasa aslinya adalah bicara mengenai diaspora. Diaspora adalah satu kata yang dipakai untuk menggambarkan bagaimana seorang petani mengambil benih dan menyebarkan ke tanah secara sengaja sehingga benih itu masuk ke tanah, tertanam, dan kemudian bertumbuh. Ini adalah cara kerja Allah, yang sengaja, bukan random untuk menanam jemaat-Nya; satu ke sana, satu ke sana, satu ke sana, dan tertanam supaya Injil itu boleh bertumbuh. 

Kata yang ke-2 adalah kata ‘mereka’. Siapakah yang Tuhan sebar untuk memberitakan Injil? Siapakah misionaris, gelombang misionaris pertama yang begitu luas setelah keluar dari Yerusalem? Apakah Petrus, apakah Yohanes, apakah murid-murid Yesus yang terkenal itu? Sama sekali bukan. Kata yang dipakai di sini cuma satu, ‘mereka’. ‘Mereka’ tidak ada nama, tidak ada posisi di organisasi, tidak popular, siapa namanya? Pokoknya banyak. Siapa namanya? Siapa yang terkenal? Tidak ada. ‘Mereka’, ini adalah gerakan jemaat. Ini bukan gerakan hamba-hamba Tuhan. Tuhan mau memakai saudara. Tuhan bukan saja memakai hamba-hamba Tuhan, Tuhan mau memakai saudara. Gelombang misionaris terbesar pertama kali adalah gerakan jemaat. 

Kata yang ke-3 adalah ‘aniaya.’ “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat,” dan saya sudah bicara berkenaan dengan beberapa poin, berkenaan dengan apa relasi penganiayaan dan misi. Kenapa orang bermisi mengalami aniaya? Minggu yang lalu kita sudah bicara mengenai 3 poin ini. 

Poin pertama, penganiayaan tidak terelakkan di dalam misi, karena kehadiran kerajaan kegelapan melawan misionaris-misionaris. Kehadiran kerajaan kegelapan melawan gereja Tuhan. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindarkan kalau kita adalah gereja yang sejati. Karena ini sudah dinubuatkan oleh Yesus Kristus sendiri; “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Di mana ada gereja yang sejati bertumbuh, maka akan penuh dengan aniaya dan suatu penghinaan dari dunia. 

Minggu yang lalu, saya sudah bicara mengenai poin yang ke-2, aspek yang ke-2. Mengapa aniaya harus ada? Karena aniaya adalah salah satu strategi unggul Roh Kudus untuk meluaskan Injil. Penganiayaan adalah suatu katalisator misi dan penginjilan. Penganiayaan membuat jemaat bergerak. Penganiayaan membuat iman jemaat ditumbuhkan. Dan penganiayaan membuat Injil tersebar. Penganiayaan adalah usaha untuk menghancurkan gereja dari musuh, tetapi penganiayaan adalah strategi Roh Kudus untuk menghancurkan musuh. 

Kita sudah bicara berkenaan dengan poin yang ke-3 minggu yang lalu juga. Dan minggu yang lalu, poin yang ke-3 adalah bicara berkenaan dengan mengapa aniaya adalah sesuatu yang menyertai misi? Karena penganiayaan itu sendiri adalah identik dengan status kita sebagai saksi. Yesus mengatakan, “Kamu akan menjadi saksi-Ku dari Yerusalem, Yudea sampai ke ujung bumi.” Saudara pikir kata ini apa? Kita pikir, jadi ‘saksi’ itu apa artinya? “Ya, Tuhan, saya jadi saksi.” Kata yang dipakai adalah kata ‘martir.’ Kata yang dipakai adalah kata seorang yang akan dimatikan untuk mempertahankan imannya. Ini adalah panggilan kita, ini adalah identitas kita. Kadang-kadang saya tidak mengerti apa yang dikhotbahkan pada masa kini, “Kau adalah anak Raja, engkau mendapatkan privilege, hak khusus. Kalau orang lain sakit, engkau sembuh. Kalau orang lain miskin, engkau akan kaya. Engkau adalah anak Raja.” Saya katakan saudara-saudara, tidak ada satu kalimatpun di Alkitab, saudara dan saya adalah anak Raja, tidak pernah ada. Saudara boleh lihat, tidak ada satu kalimatpun ‘Engkau adalah anak Raja.’ ‘Engkau adalah saksi-Ku, engkau martir,’ itu ada. 

Sekarang saya akan masuk di dalam poin yang ke-4 dan hari ini saya harap bisa menyelesaikan poin yang ke-4 dan ke-5 ini. Saya sudah mengatakan ada 5 aspek kenapa misi itu gabung dengan penganiayaan.

Poin yang ke-4 adalah penganiayaan tidak terelakkan karena penganiayaan adalah sarana anugerah Allah bekerja secara penuh dalam sebuah gereja. Sekali lagi penganiayaan sebagai sarana Allah bekerja secara penuh di dalam diri seseorang atau dalam satu congregation, gereja. Perhatikan kalimat di bawah ini; Allah bekerja di dalam satu gereja adalah satu hal, tetapi Allah bekerja secara penuh di dalam sebuah gereja itu adalah hal yang lain. Sekali lagi; Allah bekerja di dalam sebuah gereja adalah satu hal, tetapi Allah bekerja secara penuh menyatakan kemuliaan dan penyertaan-Nya itu hal yang lain. Sama dengan hidup kita, saudara menerima Kristus Yesus, saudara melayani Tuhan, saudara dimiliki oleh Tuhan itu adalah satu hal. Tetapi memiliki pengalaman-pengalaman disertai jelas oleh Tuhan itu hal yang lain. Ini adalah suatu prinsip Alkitab yang sering kita lupakan. Tuhan menyatakan prinsip-Nya. Di dalam 2 Korintus 12 disebutkan: “Sebab justru di dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna hai Paulus. Di dalam kelemahanlah maka kuasa-Ku sempurna.” Saudara-saudara lihat kuasa Allah bukankah itu sempurna? Bukankah kuasa Allah tidak perlu ditambah dengan kelemahan kita? Dan bukankah kuasa Allah bisa dimanifestasikan tanpa seseorang menderita? Tetapi kalimat ini menyatakan ada satu kondisi yang Tuhan akan bentuk sebelumnya kepada hamba-hamba Tuhan dan gereja-Nya untuk menyatakan kepenuhan kuasa-Nya ketika orang tersebut hidup; yaitu melalui aniaya, melalui penderitaan. Jangan menghina orang yang sakit. Jangan berpikir bahwa orang yang memiliki kesusahan adalah orang yang kasihan. Memang benar di dalam Alkitab, ada orang yang berdosa dan Tuhan menghajarnya sehingga sakit. Tetapi di tempat yang lain, bagi anak-anak Tuhan yang sejati, sering sekali penderitaan dan aniaya itu malah sebagai satu sarana Tuhan menyatakan kelimpahan kasih karunia-Nya. Dan saudara perhatikan kalimat di bawah ini; ada satu dimensi hidup yang saudara dan saya tidak bisa masuki kecuali saudara dan saya berada di dalam kesulitan yang besar, di dimensi itu, Allah menyertai begitu jelas. Ini ada pada seluruh rasul dan seluruh nabi. Ini begitu nyata di dalam bapa-bapa gereja. Ketika Tuhan memasukkan dimensi persekutuan dengan Dia dan pengenalan akan Dia, penyertaan-Nya begitu jelas, maka saudara lihat keadaan orang itu biasanya berada di dalam kesulitan, penderitaan, penganiayaan. 

Sebelum perikop ini, perikop apa? Adalah disiksa dan mati martirnya Stefanus. Ketika saudara melihat Stefanus mati martir, semua orang di dunia, semua mata telanjang melihat dia; “Waduh kasihan.” Oh, kita akan mengatakan; “Aduh aku gak berani lihat dia, ini terlalu keji, ini adalah sesuatu yang kasihan sekali, Stefanus harus dirajam seperti itu.” Ratusan orang mengirimkan batu kepada dia. Tidak ada satu orangpun yang bertobat pada waktu itu. “Oh, lihat bagaimana orang ini kasihan sekali. Ini orang yang berada di dalam kegelapan yang paling besar. Malu yang paling besar, dipermalukan di depan ribuan orang.” Tetapi gereja Tuhan, apakah kita lupa? Apa yang dinyatakan oleh Allah kepada anak-anak Tuhan? Dua hal ini. Pada waktu Stefanus sebelum dia mati martir, Alkitab mengatakan dia dipenuhi oleh Roh Kudus. Dan yang ke-2; dia melihat Yesus Kristus berdiri di samping takhta Allah. Perhatikan! Kepenuhan Allah, kemuliaan-Nya dinyatakan kepada dia, yaitu kepenuhan Roh Kudus, kemuliaan Kristus. Apakah kita lupa dengan peristiwa itu? Kapan kemuliaan Tuhan dinyatakan begitu bebas, begitu penuh di dalam gereja-Nya? Yaitu pada waktu Stefanus menyatakan Injil dan pada waktu dia harus mati martir. Penganiayaan gereja Tuhan yang sejati membuat gereja mengalami kepenuhan-Nya. Penuh dikuasai oleh Roh Kudus, penuh melihat kemuliaan Kristus. Kita mau menjadi gereja yang seperti apa? Kita mau berdoa untuk menjadi gereja seperti apa? Terima Yesus, duduk, puas, pergi ke Surga, selesai? Sejak hari pertama, minggu pertama saya berkhotbah di mimbar ini. Saya bicara mengenai satu hal, “Jikalau engkau diberikan kesempatan, minta satu permintaan kepada Tuhan dan pasti Dia kabulkan, engkau akan meminta apa?” Jikalau engkau diberi kesempatan minta satu permintaan dan pasti Tuhan kabulkan, engkau akan minta apa? 11 tahun yang lalu, saya berkhotbah, khotbah pertama ini. Dan ada 20-30 orang di sini hadir pada waktu itu, engkau pasti masih mengingat khotbah itu. Kalau diberikan satu kesempatan meminta dan pasti diberi oleh Tuhan, gereja, kita mau minta apa? Minta satu hal; Show me Thy Glory. Nyatakan kepenuhan kemuliaan-Mu kepadaku. Itu adalah isi hati Allah. Tidak minta gedung, tidak minta apa pun saja. Tidak minta uang, tidak minta relasi, tidak minta dimengerti oleh orang, tidak minta berkat-berkat, semuanya. Show me Thy Glory. Engkau, Engkau, aku minta Engkau. Dan itu yang diberikan Kristus kepada Stefanus. Punya gereja adalah satu hal, punya gereja yang benar, hal yang lain, punya gereja yang benar dan dipakai Tuhan, hal yang lain lagi, punya gereja yang benar yang dipakai oleh Tuhan secara penuh, itu urusan lain lagi. Jadi orang Kristen itu satu hal, menjadi orang Kristen yang benar, itu hal yang lain, menjadi orang Kristen yang dipakai sama Tuhan, itu hal yang lain, tetapi menjadi orang Kristen yang dihabiskan untuk kemuliaan Allah dan Tuhan nyatakan kemuliaan-Nya itu hal lain. 

Apa yang menjadi ambisimu? Apa yang menjadi tujuan gereja ini ada? Saudara jangan pikir gereja ini ada untuk membuat saudara hari Minggu ke sini dan menikmati satu teologia Reformed, pokoknya tidak salah. Sama sekali tidak. Saudara jangan pikir membawa anak-anak ke sini, “Oh, ini gereja baik, pengajaran Sekolah Minggunya baik, aku ingin anak-anakku baik.” Bukan itu saja. Sejak pertama saya datang ke sini sampai hari ini, setiap pertemuan, setiap doa, saudara bisa mendengar apa yang menjadi cetusan hati saya. Saya terbuka dan saya sama sekali tidak tertutup apa pun. Saya mengatakan adalah bukan untuk membuat seseorang baik. Dunia bisa, education bisa, orang bermoral tinggi bisa, tetapi saya mau minta sesuatu yang kita tidak bisa lakukan sendiri; yaitu membuat anak-anak kita dan juga pemuda pemudi dan keluarga di sini menjadi orang yang diurapi dan dipakai oleh Tuhan. Itu kita tidak bisa. Saya tidak puas dengan anak-anak muda yang aktif di gereja dan melayani tapi sungguh-sungguh saya menuntut, saya menginginkan mereka diurapi satu persatu. Beberapa kali ketika saya berdoa sendiri, dengan air mata saya membayangkan satu persatu dari wajah saudara, dan saya berdoa kalau Tuhan mau mendengarkan doa saya untuk Tuhan memakai setiap orang, satu per satu di dalam bayangan tersebut. Menjadi orang Kristen itu satu hal. Dipakai oleh Tuhan hal yang lain. Dihabiskan oleh Tuhan itu hal yang lain. Kita mau jadi orang Kristen apa? Suam-suam kuku? Seperti jemaat di Laudikia? Tuhan mengatakan, “Karena engkau tidak panas dan tidak dingin, Aku akan memuntahkan engkau!” Kita tidak bisa lagi main-main. Kita tidak bisa lagi bermain dalam agama. Letakkan hatimu sepenuhnya kepada Tuhan dan biarkan Dia bebas memimpin kita ke mana Dia kehendaki, itu jiwa misi.

Sekarang terakhir, poin yang ke-5. Kenapa aniaya tidak bisa dilepaskan dari Injil atau tidak bisa dilepaskan dari misi? Sebab penganiayaan karena Injil adalah buah alami, buah yang wajar dari union with Christ. Saudara lihat Filipi 1:29 Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia. Union with Christ, menjadi satu dengan Kristus. Ini adalah pelajaran yang luar biasa dalam dan luas. Saya sudah bicara berkenaan dengan satu kelas STRIS secara khusus mengenai Union with Christ dan sudah berminggu-minggu bicara mengenai hal itu. Kalau Tuhan pimpin maka kita akan masuk lagi suatu hari untuk masuk dalam tema ini, ini adalah tema yang luar biasa luas dan dalam, dan union with Christ itu menjadi inti dari seluruh jaring laba-laba ke seluruh ayat-ayat Alkitab kita. Saudara perhatikan tema Kingdom of God adalah benang merah dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, tetapi union with Christ adalah centre seluruh jaring laba-laba ke seluruh ayat-ayat Alkitab kita. Saya sudah pernah bicara mengenai 2 tema Biblical Theology ini. Saya tidak membahasnya secara utuh lagi dalam poin ini, tetapi ini adalah sesuatu yang begitu jelas di dalam Alkitab. Kita diselamatkan karena apa? Kita bukan diselamatkan karena Yesus Kristus. Lho, ini pengajaran sesat. Kita tidak bisa diselamatkan karena Yesus Kristus? Memang tidak. Kita diselamatkan karena kita di dalam Kristus

Calvin menyatakan sejauh kita tidak di dalam Kristus, seluruh karya Kristus tidak ada gunanya di dalam hidup kita. Kristus-lah yang memang pokok keselamatan. Tetapi ranting itu tidak mungkin berbuah kecuali ranting itu melekat pada Pokok. Jadi kita diselamatkan karena di dalam Kristus. Ketika kita diselamatkan di dalam Kristus, siapa yang membawa? Yaitu Roh Kudus, Roh Kudus yang menempelkan Kristus di dalam hidup kita. Itu disebut sebagai anugerah, dan anugerah itu adalah karya Allah Tritunggal. Anugerah yang membuat kita, orang percaya, yang diselamatkan. Tetapi Filipi 1:29 menyatakan, anugerah itu tenyata bukan cuma anugerah untuk kita percaya tetapi juga anugerah untuk menderita. Union with Christ membuat kita diselamatkan sekaligus membuat kita menderita di dunia ini. Dengan kata lain Paulus menyatakan, “Aku ingin untuk bersekutu mengambil bagian dalam penderitaan-Nya dan menjadi serupa dengan Dia di dalam kematian-Nya.” di dalam kasus Stefanus, Stefanus masuk ke dalam apa yang Paulus nyatakan; menjadi satu, bersekutu di dalam penderitaan-Nya dan menjadi serupa dalam kematian-Nya.” Di dalam kasusnya Stefanus dan kasusnya gereja mula-mula, Yesus tidak saja menyatakan diri-Nya kepada Stefanus, tetapi Stefanus di dalam proses penganiayaannya ini menjadi serupa dengan Yesus. Ajaran Alkitab tentang doktrin penganiayaan merupakan hasil alamiah dari doktrin union with Christ. Biarlah kita boleh ingat Kristus yang menyelamatkan kita adalah Kristus yang menderita. Jika kita ingin bersungguh-sungguh bersatu dengan Dia, maka kita harus rela menerima penderitaan yang Kristus berikan kepada kita. Tetapi bukan itu saja, ketika kita berbagian dalam penderitaan-Nya, ternyata Kristus juga berbagian dengan penderitaan kita. 

Ada satu ayat Alkitab yang sangat-sangat menggugah kita ketika kita menyadari gereja itu apa. Suatu hari gereja Tuhan dianiaya. Saudara bisa melihat itu di dalam Kisah Para Rasul 9 dan ketika itu ada seorang pemimpin orang jahat yang namanya Saulus, dia menggunakan kuda dan kekuatan militer, kekuatan manusia dan juga koneksi yang ada, kemudian dia mengejar orang-orang yang biasa itu, ordinary men milik Kristus. Alkitab mengatakan satu per satu, orang-orang tersebut, yang adalah gereja-gereja di Yerusalem, dihancurkan, dibunuh, diseret keluar. Karena union with Christ mereka semua berbagian dengan penderitaan, mereka berbagian dalam penderitaan Kristus. Tetapi tiba-tiba ada satu kebenaran ini yang dimunculkan oleh Kristus, Dia tiba-tiba sebagai satu terang yang tidak bisa dihampiri datang kepada Saulus. Sinar-Nya melebihi sinar matahari, dan Saulus terpelanting ke belakang dan kemudian dia mendengar satu kalimat ini, “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus melihat kanan kiri, tidak ada orang. Siapa Engkau? Akulah Yesus yang engkau aniaya. Pasti di dalam hati Saulus, “Saya tidak pernah ketemu Kristus, saya tidak pernah menyakiti Dia, saya tidak pernah menganiaya Dia, tidak pernah menyeret Dia keluar, saya tidak berbagian ketika Dia disalib. Kapan aku pernah menganiaya Yesus?” Tetapi Roh Kudus bekerja di dalam hatinya, dia menyadari bahwa menganiaya gereja Tuhan adalah menganiaya Kristus Yesus. Perhatikan satu peristiwa ini, Paulus mengerti satu doktrin; Kristus adalah kepala gereja dan kita adalah tubuh Kristus. Doktrin ini tidak dimiliki oleh Petrus, saudara tidak akan dapatkan kalimat itu di Petrus, tidak akan dapatkan kalimat itu di Yohanes, itu ada dalam kalimat teologia Paulus saja. Mengapa engkau menganiaya Aku? Kita di dalam union with Christ bukan saja berbagian di dalam penderitaan Kristus yang diberikan kepada gereja-Nya, tetapi Kristus juga berbagian di dalam penderitaan kita. Itu adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindarkan ketika bicara berkenaan kita berada di dalam Kristus. Dan saya akan mengakhiri seluruh khotbah ini. 

Pada waktu saya di Lausanne yang lalu, maka ada satu kalimat yang penting yang kita perlu untuk pikirkan. Dr Patrick Fung, mantan jendral director OMF, dia mengatakan hal ini, “Penganiayaan tidak pernah membunuh gereja, tetapi kompromi Injil akan membunuh gereja.” Perhatikan! Penganiayaan tidak akan pernah membunuh kita tetapi kompromi Injil akan membunuh iman kita. Kompromi Injil, gereja yang kompromi terhadap cara-cara dunia akan mendinginkan iman kita dan ini akan membunuh kita. Saya tegaskan sekali lagi, kita tentu tidak mencari penderitaan atau penganiayaan. Tetapi kita harus berusaha sungguh-sungguh di kota Sydney yang besar dan nyaman ini untuk tidak kompromi dalam Injil. Di dalam gereja, kita harus berusaha sedemikian rupa untuk minta anugerah Allah di dalam doa dengan sungguh-sungguh. Kita tidak boleh kendor, kita tidak boleh lesu, kita tidak boleh malas, kita tidak boleh tidak berdoa, kita tidak boleh tidak berjuang, kita tidak boleh tidak sungguh-sungguh, kita tidak boleh tidak bulat hati, kita tidak boleh duduk saja dan kita harus bekerja selama hari masih siang. Kita harus mengabarkan Injil dan harus minta anugerah Tuhan untuk membentuk hati yang misioner, untuk membentuk gereja ini gereja yang misioner. Kalau saya bicara mengenai gereja yang tidak kompromi dengan Injil saya yakin kita sepakat. Tetapi saya tanya kepada kita masing-masing, setiap orang, setiap keluarga apakah kita kompromi atau tidak terhadap dunia ini? Apakah kita merendahkan standar Injil di dalam hidup kita dan keluarga kita? Apakah saudara dan saya undur, lamban, menjadi malas dalam hal-hal yang rohani? Apakah prinsip-prinsip hidup kita ketika sendirian dan ketika berada di dalam keluarga kita sendiri, bukan di gereja, kita menjadi seperti orang dunia? Kalau itu terjadi, kita akan mati. Kita mengkompromikan Injil. Saudara mungkin akan setuju, gereja tidak boleh mengkompromikan Injil, tetapi hidup kita mengkompromikan Injil. Kita harus terus berjuang, kita harus terus minta Tuhan menjagai kita, kita harus berusaha dan minta urapan Tuhan untuk lepas daripada dosa dan membuat kemuliaan Kristus itu segala-galanya dalam hidup kita. Kita harus buang setengah hati kita lagi. Dan kita harus mengabdi sepenuhnya dengan seluruh isi hati dan keluarga kita di hadapan Tuhan. Rela dipakai oleh Dia dalam bentuk apapun dan kemanapun. Kita tidak boleh malas dan tidak boleh hidup di dalam kematian kenyamanan. Saya tidak pernah menampilkan video di dalam sebuah khotbah, tetapi video yang cukup lama ini, saya akan tampilkan kepada saudara-saudara, ini adalah video yang cukup lama, karena mungkin sekitar 2010. Tetapi isinya kalau saudara bisa mengerti, saudara bisa membedakan mana gereja yang sungguh-sungguh diurapi sama Tuhan dan mana yang tidak. Mari kita melihat terlebih dahulu sebelum kita mengakhiri khotbah hari ini. Mari kita bangkit berdiri, mari kita lihat Kisah Para Rasul 8:1b-4 dan lihatlah gereja yang mula-mula.Mari kita berdoa.

 
 

Wahyu 5:9-14; Wahyu 7:9-17
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

10 November 2024
Misi adalah Isi Hati Allah (2)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Kis 1:8, Kis 8:1b-4

Kis 1:8, Kis 8:1b-4

Kisah Para Rasul 8:1 yang kita baca tadi adalah satu ayat satu perikop yang luar biasa penting karena ini adalah suatu perikop yang menggenapi Kisah Para Rasul 1:8. Saudara-saudara, sesuatu yang indah bukan Kisah Para Rasul 8:1 dan itu adalah penggenapan Kisah Para Rasul 1:8, ini adalah perikop yang luar biasa penting karena dari sinilah pertama kali jemaat di Yerusalem itu disebar, dan jemaat dari Yerusalem akan disebar melalui ayat ini sampai kepada Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi dan saudara-saudara di dalam ayat ini saya mengeksposisi dengan beberapa bagian. Untuk mempermudah, maka kita bicara mengenai tiga kata. Dan tiga kata dua saya sudah bicara kemarin beberapa waktu yang lalu dan hari ini saya akan bicara mengenai satu kata yang lain. 

Kata pertama yang kita sudah bicara adalah bicara berkenaan dengan disebar. Di dalam bahasa Yunani aslinya itu adalah bicara mengenai sesuatu yang diaspero. Diaspero adalah tindakan seorang petani yang kelihatannya random tetapi sebenarnya memiliki tujuan yang pasti. Benih itu sengaja dilemparkan untuk ditanam supaya bisa bertumbuh. Jadi saudara-saudara, orang-orang pada waktu itu merasa diri dianiaya. Orang yang dianiaya dia akan lari dia berpikir bahwa ini adalah suatu tindakan yang random ini adalah sesuatu yang tidak direncanakan tidak ada suatu dari regulasi gereja atau suatu strategi gereja untuk lari. Ini adalah lari karena berespon kepada sesuatu yang jahat. Tetapi Alkitab mengatakan, Allah menyatakan kepada semua orang yang dianiaya itu tidak ini bukan tindakan random-Ku kepadamu, ini adalah kehendak-Ku untuk memindahkan engkau dan untuk menanam engkau supaya engkau itu bertumbuh dan berbuah. Supaya Injil itu diberitakan di tempat yang engkau sendiri sebelumnya tidak pernah pikirkan. Ini adalah sesuatu prinsip cara kerja Allah kepada gereja-Nya. Ini adalah prinsip cara kerja Allah bagi saudara dan saya. Setiap dari antara kita harus memiliki satu spirit untuk rela disebar. Dan Tuhan akan menyebar kita melalui kehendak-Nya pada waktu-Nya asal itu sungguh-sungguh adalah kehendak Tuhan dan bukan kelicikan hati kita. Saya sudah berkali-kali mengatakan kepada saudara-saudara, kita harus berdoa untuk memiliki hati seorang misionaris. Kita harus memiliki hati yang bermisi. Seorang Kristen bukan seorang yang menikmati hidup di sini tetapi seorang Kristen adalah seorang yang ditebus untuk suatu tujuan. Dan tujuan Allah akan bersangkut paut dengan tempat dan dan waktu. Dialah yang menjadi kepala gereja. Sama seperti saudara masuk dalam sebuah Perusahaan, saudara tahu ada bos, saudara tahu ada pemiliknya dan kemudian dia akan menentukan saudara di tempat yang memang dia kehendaki. Saudara bisa taat kepada bos saudara tetapi kenapa kita tidak taat kepada Allah. Kita adalah teman sekerja Allah, demikian kata Alkitab. Kita adalah seorang pelayan yang melayani Tuhan. Yesus sendiri mengatakan di mana Aku berada di situ pelayan-Ku berada. Dan Yesus masuk ke mana Yesus pergi, maka saudara bisa melihat seluruhnya tempat-tempat yang sangat-sangat tidak mengenakkan. Dari surga turun ke dunia masuk ke dalam semua kehidupan manusia yang penuh dosa. Siapa manusia yang mau, siapa dari saudara dan saya yang mau untuk dekat dengan penipu. Kalau saudara dan saya adalah orang yang rapi, orang yang bersih, mana mau kita satu kamar dengan orang yang jorok. Kita akan susah sekali hidupnya tetapi Yesus mau melakukan itu itu adalah hati seorang misi seorang misionaris. Saudara-saudara, Yesus adalah satu misionaris tertinggi dari antara seluruh gereja-Nya. Kita harus memiliki hati seperti Kristus. Di dalam Alkitab dikatakan, jemaat itu tersebar, sekali lagi ini adalah tindakan aktif Allah memakai orang di atas kita untuk memindahkan kita untuk menanam kita untuk mempertumbuhkan iman kita dan supaya Injil itu berkuasa atas kita dan juga menyebar ke seluruh muka bumi. Ini adalah kata yang pertama tersebar.

Sekarang kata yang ke-2 adalah “mereka” Apa maksudnya? Ini adalah satu gerakan misionaris besar pertama kali. Siapa yang Tuhan utus? Siapa yang Tuhan gerakkan? Petrus? Tidak. Yohanes? Tidak. Yakobus? Tidak. Dikatakan di sini “mereka semua kecuali rasul-rasul tersebar, mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Siapa Namanya? Tidak ada. Apakah mereka populer? Tidak. Apakah mereka punya jabatan di gereja? Tidak. Apakah mereka dilihat sebagai orang penting kalau tidak ada orang ini gereja runtuh ya? Tidak. Apakah mereka pengurus gereja? Jawabannya tidak. Siapa mereka? Mereka. Aneh ya tidak ada namanya satu pun. Tapi ini adalah jemaat yang bergerak. Sekali lagi saya mengatakan pada saudara-saudara pergerakan kaum awam layman itu menentukan daripada kerajaan Allah. Saudara dan saya semua kita harus bergerak. Sekali lagi saya katakan pada saudara-saudara saudara memiliki posisi yang penting di dalam usaha misi. Itu bukan usaha saya untuk membuat saudara masuk ke dalam usaha misi tidak ini adalah ketentuan dari surga untuk kita semua. Gereja yang makin lama makin mati adalah berpikir bahwa aku punya uang, aku kasih kepadamu pendeta, penginjil yang sekolah teologia. Aku kasih kepadamu, engkau yang memberitakan injil. Tidak pernah seperti itu. Siapa yang pergi? Seluruh kita. Siapa yang menjadi misionaris? Seluruhnya dari kita. Adalah kebahayaan yang besar jikalau gereja hanya memberikan uang tetapi tidak bergerak. 

Suatu hari ada seorang pastor mengatakan kepada saya ketika dia tahu bahwa GRII Sydney itu ada misi. Saya tidak tahu, tetapi mereka bukan orang GRII, mereka dari gereja lain dan kelihatannya pastor tersebut juga melihat livestream kita dan kemudian, ini adalah orang yang baik dan orang yang rohani, lalu kemudian dia mengatakan, “Oh, Pak Agus ada misi ya di sana?” “Ya, kami sedang belajar.” “Apakah di tempat bapak juga ada usaha misi?” Lalu kemudian dia katakan “Iya Pak, ada.” Tetapi saya tahu hal ini, saya akan tanya yang kedua, “Apakah jemaat pergi?” Dia mengatakan ada misi di Kalimantan. Saya tanya, “Jemaat pergi?” “Oh tidak Pak, kami cuma support uang ke sana.” Lalu kemudian saya katakana, “Jangan lakukan itu.” Uang penting, itu harus, tetapi jangan lakukan itu kemudian selesai, karena itu akan mematikan seluruh jemaat. Dia pikir dia bermisi padahal dia hanya cuma kasih uang. Saudara-saudara, tidak pernah seperti itu di dalam gereja. Siapa yang menjadi misionaris? Saudara dan saya. Siapa yang bergerak? Saudara dan saya. Siapa yang mengabarkan Injil? Saudara dan saya. Itu baru gereja itu kuat. Itu baru gereja akan mendapatkan urapan karena ini adalah suatu hal yang di-design awal oleh Tuhan. Kata pertama tersebar kata ke-2 adalah mereka. 

Pagi ini kita akan bicara mengenai kata ke-3 ini dan di dalam kata ketiga ini maka kita akan melihat 5 aspek. Saya tidak tahu selesai kapan mungkin harus minggu depan tapi kata ke-3 ini adalah kata penting di dalam 4 ayat ini. Yang pertama tersebar, yang ke-2 adalah mereka, dan kata ke-3 adalah aniaya. Saudara-saudara aniaya. Alkitab mengatakan penganiayaan dan misi itu menjadi sesuatu teman dekat. Sekali lagi misi dan penganiayaan itu menjadi teman dekat. Saya akan bicara saudara-saudara dalam ini dalam poin ini dalam teologia penganiayaan maka saudara-saudara 5 aspek ini saudara bisa dapatkan dalam seluruh alkitab. Kenapa harus ada aniaya? Kenapa gereja yang sejati harus ada aniaya? Saudara lihatlah seluruh gereja yang sejati di seluruh dunia. Kalau dia adalah gereja yang sejati pasti ada tanda luka dari Kristus, luka dari salib di dalam tubuh mereka. Saudara-saudara, saya tidak membuat saudara memiliki satu spirit yang naif ‘Oh kalau gitu datanglah aniaya’. Tidak, oh tidak itu tidak benar. Kita tidak berbangga untuk penganiayaan kita tidak mencari aniaya kita tidak berdoa untuk aniaya tetapi di tempat yang lain kita harus rela dan siap untuk hal itu. Sebaliknya juga kita harus me-examination kita harus menguji diri kita, menguji gereja kita, karena gereja yang sejati salah satu tanda kesejatiannya adalah aniaya. Sangat mungkin gereja yang tidak dianiaya adalah gereja yang palsu. 

Alkitab menyatakan berkenaan dengan aniaya dan misi di dalam 5 aspek ini. 

Pertama adalah penganiayaan itu tidak akan terelakkan karena kehadiran kerajaan kegelapan melawan gereja yang sejati. Jadi kenapa gereja yang sejati pasti ada aniaya? Karena kerajaan kegelapan dan seluruh pengikutnya tahu dia bisa mengerti siapa yang sejati dan siapa yang tidak. Kalau yang sejati pasti dianiaya, kalau tidak sejati dibuat enak dibiarkan sekutu. Saudara-saudara, Yesus sendiri sudah bicara mengenai satu destiny gereja yang sejati begitu Dia mendirikan gereja-Nya. Sekali lagi saudara-saudara, hanya ada 2 institusi yang didirikan dari mulut Allah. Yang pertama adalah keluarga dan di dalam kitab Kejadian di dalam konteks creation. Dan yang ke-2 institusi ke-2 adalah gereja di dalam kitab Injil dan di dalam konteks penebusan. Begitu keluarga didirikan, langsung setan kemudian berusaha untuk menghancurkan. Begitu gereja itu didirikan, Yesus langsung memberikan suatu nubuatan Dia mengatakan demikian, “Di atas pengakuan ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” The gate of Hades tidak akan menguasainya. Ini aneh sekali saudara-saudara. “Di atas pengakuan ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku” Cukuplah itu aja titik selesai, tidak, itu tidak titik loh saudara itu koma. Dan kemudian Dia mengatakan, “Dan kuasa kegelapan the gates of Hell tidak akan menguasainya” Apa ini? Gereja dihadirkan di depan musuh. Gereja dibuat untuk menggempur musuh. Yesus sudah menyatakan dari sejak pertama, begitu Aku buat gereja-Ku langsung perang. Saudara, kalau saudara pikir, saudara pergi ke gereja, saudara pikir apa? Persekutuan ya ada aspeknya. Ibadah? Ya ada aspeknya. Tetapi kalimat pertama Yesus begitu gereja terbentuk, itu perang, itu berhadapan dengan kuasa kegelapan, dan bukan itu saja, Dia tidak mengatakan ‘maka akan mendirikan jemaat-Ku dan tentara Romawi tidak akan bisa menguasainya eh pasukan-pasukan bait suci yang jahat itu tidak akan bisa mengalahkannya.’ Dia tidak ngomong begitu, Dia bicara adalah, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan the gates of Hell tidak akan menguasainya.” Bicara mengenai the gates of hell adalah kekuatan yang luar biasa dari seluruh pasukan kerajaan kegelapan. Seluruh kekuatan. Kalau saudara-saudara melihat sebuah benteng atau saudara-saudara melihat kota yang berkubu, maka kota-kota zaman kuno itu selalu ada pintu gerbang. Dan pintu gerbang itu, begitu dibuka, seluruh kekuatan pasukan itu keluar. 

Sekali lagi saya sudah pernah khotbah ini, saya tidak tahu apa yang ada dalam Petrus, Yohanes, Yakobus. Mereka cuma berpikir Tuhan aku ingin jadi orang baik, aku ingin pergi ke gereja-Mu itu karena anakku itu nakal, tolong dididik di Sekolah Minggu. Aku ingin karakter berubah, aku tuh tahu aku orang jahat, aku ingin karakter berubah. Ya, semua itu akan ada akan ada proses pengudusan, tapi di tempat yang lain juga ada sesuatu tugas untuk peperangan. Kenapa harus ada peperangan? Karena ada kuasa kegelapan. Kenapa gereja itu kalau dia bergerak maka akan ada penganiayaan? Karena penganiayaan itu adalah senjata musuh untuk membungkam kita. Sesungguhnya jikalau kita menaati Kristus. Sesungguhnya jika kita mengikut Yesus dari dekat maka kita tidak akan pernah menjadi populer, dunia akan hostile kepada kita. Dunia dan juga orang-orang Kristen yang berpikir dunia juga akan hostile kepada anak-anak Allah yang sejati. Kalau dunia tidak hostile kepada kita, karena kita mengikut Yesus dari jauh. 

Baru-baru saja di Lausanne yang ke-4 ini saya saya mendengar dari seorang hamba Tuhan GRII yang pergi ke sana juga dan kemudian dia sharing. Jadi, setiap kali kami duduk, itu bukan seperti ini, tetapi di dalam table of 6. Ada lima ribu orang, jadi saya bertemu dengan orang-orang yang dari Mesir, dari Latvia, dari Amerika, semuanya. Lalu kemudian itu ada satu table yang kebanyakan itu adalah orang Eropa dan Amerika, dan juga ada orang dari Asia dan satu orang dan kemudian mereka bicara ketika bicara mengenai persekusi dan kemudian orang Eropa dan Amerika itu mengatakan, “Kalau bicara mengenai persekusi, kami sadar kok itu sebenarnya ada di Asia di Afrika kami mendoakan itu. Tetapi di Amerika, di Eropa, itu tidak banyak terjadi. Kami simpati, kami mendoakan, kami mendukung gereja-gereja yang teraniaya tapi di tempat kami sendiri itu tidak.” Dan kemudian orang dari Asia itu mengatakan, “Benar? Tapi saya mau tanya gerejamu berani bicara terbuka tentang LGBT atau tidak?” Begitu mereka bicara di Eropa dan di Amerika langsung pasti dianiaya. Kenapa tidak ada aniaya? Karena tidak berani bicara kebenaran. Kenapa tidak ada kesalahmengertian? Karena hidupnya itu selalu berliku-liku menyenangkan hati orang lain. Kita harus mendidik diri kita takut kepada Tuhan lebih daripada takut kepada manusia. Jikalau itu kita tetapkan, cepat lambat pasti kita disalahmengerti, cepat atau lambat kita pasti dianiaya. Kalau gereja itu takut bicara mengenai dosa dan gereja itu hidup di dalam hedonism, hidup di dalam teologia sukses siapa yang akan memperkusi kita? Itu adalah teologianya setan masuk dalam gereja. Dan saudara tidak perlu dianiaya orang, mereka mengatakan, “Jangan dianiaya dong, ini sekutu kita.” Tapi kalau kita mengejar kebenaran kita bicara mengenai kebenaran kepada dunia dan kita melakukannya di dalam diri kita sendiri dan tidak munafik, maka kita pasti dianiaya. 

Alkitab dengan jelas mengatakan, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Pasti ada perang, tidak mungkin tidak. Jadi kalau saudara dan saya tidak perang maka saudara musti dan saya musti mengevaluasi diri, kita sekarang lagi ada liburan di pantai apa ini sekarang?Saya tidak katakan perang dengan sesama, banyak orang perangnya salah, bukan perang sama dunia, bukan perang sama prinsip dunia, perang sama sesama like, dislike. Kita di dalam gereja harus saling mengasihi, harus saling mengalah. Kalau saudara lihat ada sesama yang salah, atau berdosa, saudara doa. Kalau itu tergantung dari kita kedamaian itu, maka kita aktiflah untuk berbicara, minta maaf atau buat suatu perdamaian. Di dalam gereja kita harus menerapkan prinsip dari kasih, tetapi ketika bicara mengenai dunia yang berdosa, yang mengangkat dirinya, dan mau untuk disahkan untuk hukum-hukum di dalam dosa maka kita harus mengatakan tidak. Kita tidak mengatakan mereka harus ditembak, tidak. Tetapi kita mesti mengatakan tidak, tetapi ketika kita mengatakan tidak mungkin kita yang ditembak, kita yang akan dianiaya, sama seperti Kristus Yesus dianiaya, demikianlah gereja akan dianiaya. 

Aspek ke-2 kenapa misi selalu dikaitkan dengan penganiayaan? Kenapa gereja yang sejati itu adalah gereja yang dianiaya? Aspek yang ke-2 adalah karena aniaya adalah strategi dari Roh Kudus meluaskan injil-Nya. Penganiayaan adalah katalisator dari misi. Salah satu dari strategi Roh Kudus untuk mempercepat misi di dunia adalah mengijinkan penganiayaan terjadi kepada Gereja-Nya. Penganiayaan membuat jemaat bergerak, penganiayaan membuat iman ditumbuhkan, penganiayaan membuat Injil itu tersebar. Bahkan kalau saudara-saudara melihat di dalam Kolose 1:24 saudara bisa melihat apa yang Tuhan nyatakan kepada Paulus berkenaan dengan aniaya ini. Saudara perhatikan Kolose 1:24 ada satu kalimat yang unik dari Paulus, saya sudah pernah mengkhotbahkan, saya akan khotbahkan sekali lagi. “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” Jadi penderitaan Paulus itu menggenapkan dalam daging apa yang kurang pada penderitaan Kristus. Lho, ini apa yang kurang pada penderitaan Kristus? Apakah penderitaan Kristus di atas kayu salib itu tidak bisa secara tuntas menyelamatkan kita? Apakah kurang kuasa-Nya? Apakah kurang korban-Nya sehingga Paulus itu harus menderita? Tidak. Saudara-saudara Kristus dengan seluruh karya-Nya, dengan seluruh penderitaan-Nya, Dia sudah mencukupkan dari tuntutan Bapa di Surga. Tidak ada satu elemen pun di luar diri Kristus yang perlu ditambah untuk membuat kita itu diselamatkan. Karya-Nya itu tuntas dan cukup untuk menyelamatkan kita, tidak perlu ada tambahan lain, tidak perlu ada penderitaan Paulus. Tetapi apa yang kurang? Kenapa Paulus mengatakan itu? Saudara perhatikan baik-baik, penderitaan Paulus akan membuat dari kematian dan penderitaan Kristus itu tersebar ke seluruh muka bumi. Apanya yang kurang jadi? Kurang dikenal. Untuk Injil itu diberitakan dan seluruh tempat bisa mengenal Kristus yang mati maka saudara lihat selalu ada hamba-hamba Tuhan dan jemaat yang menderita di sana. Paulus rela menderita agar melalui penderitaan Paulus, Kristus dapat lebih dikenal di dunia ini. Sekali lagi ini adalah strategi, cara kerja Allah untuk memperluas pengetahuan di seluruh dunia akan Kristus yang mati. melalui penganiayaan jemaat bergerak, iman ditumbuhkan, Injil itu tersebar penganiayaan bukannya memadamkan iman. Tetapi malah membuat api Injil berkobar di dalam jemaaat. Kalau saudara membaca seluruh dari Kisah Para Rasul secara teliti saudara akan mendapatkan prinsip itu. Ada dianiaya di sini, saudara pikir jemaat akan mati? Tidak, dia akan bertumbuh, dia akan bergerak, dia akan kuat, doanya akan sungguh-sungguh. Di dalam misalnya saja Kisah Para Rasul 4:29 maka di situ jemaat diancam tetapi Alkitab mengatakan jemaat semua itu malah berdoa dengan tekun dan kepenuhan Roh Kudus itu terjadi. Penganiayaan adalah usaha musuh untuk menghancurkan gereja, tetapi penganiayaan adalah strategi Roh Kudus untuk meluaskan Iinjil dan merebut daerah musuh. 

Sekali lagi saudara-saudara, penganiayaan adalah usaha musuh untuk mengancurkan gereja itu adalah poin pertama, tetapi di dalam poin yang ke-2 ini penganiayaan adalah strategi Roh Kudus untuk meluaskan injil dan merebut teritory atau daerah musuh. Saudara, kalau tidak melihat Firman, saudara akan sulit mengerti dalil ini. Tetapi prinsip ini ada di dalam Firman dan saudara bisa melihat di seluruh dunia di mana gereja dianiaya di situ maka kekristenan bertumbuh. Ini adalah dalilnya, ini adalah rumus dasarnya. Di mana ada aniaya, gereja itu bertumbuh secara rohani dan jumlah juga akan bertumbuh. 

Saudara-saudara, ini beberapa hari yang lalu kita tahu bahwa Donal Trump menang dari Kamala. Saudara-saudara saya mau katakan hal ini, sebelum pemilihan, kalau saudara ketemu sama 2 kandidat seperti ini, mana yang kita harus pilih? Saya tidak bicara ini sebelumnya karena itu akan nanti membuat saudara akan bertentangan satu dengan yang lain, dan kita tidak masuk ke dalam politik praktis, tetapi kita memberikan prinsip. Kalau saudara melihat 2 kandidat, kalau satu orang benar, satu orang berdosa, gampang saudara. Saudara-saudara tapi kalau satu orang berdosa, satu orang gila, itu setengah mati saudara-saudara, mana yang harus kita pilih? Saudara harus pilih lesser evil, kalau dua-duanya adalah orang berdosa, saudara harus pilih lesser evil, tidak peduli dia Demokrat atau Republik. Kita tidak setia sama partai, tapi kita setia sama kebenaran, maka di dalam case ini, enapa kita tanda kutip pilih Donald Trump padahal secara kehidupan mungkin Kamala Harris mungkinlebih baik, adalah karena secara policy kenegaraan, Donald Trump itu lebih baik sedikit daripada Kamala Harris. Kenapa? Karena dia tetap memegang satu prinsip dasar dari kontinuitas culture. Saudara perhatikan baik-baik ini kalimat penting. Culture akan terus bisa bertumbuh jikalau kesucian seksual tetap dipegang, ini prinsip. Sekali lagi culture akan terus berkembang, akan terus bertumbuh dengan baik meskipun saudara ada korupsi, ya kita benci dengan hal itu. Tetapi kalau kesucian seksual tetap dipegang maka saudara akan lihat tetap ada anugerah umum bagi daerah itu. Tetapi kalau seksual purity sudah tidak ada, saudara akan lihat itu akan hancur semuanya. Itu prinsipnya, yang dipegang itu bukan hak asasi manusia tetapi yang dipegang itu adalah kesucian Allah. Kalau saudara ketemu sama 2, yang satunya seperti itu, satunya pegang hak asasi manusia, yang paling penting hak asasi manusia, bahas asasi manusia itu bukan yang paling penting untuk membuat culture maju ke depan. Karena human rights, kalimat itu benar tetapi dalamnya sendiri adalah aku mau berlaku sesuka-sukaku. Jadi di dalam hal ini maka Donald Trump lebih baik sedikit daripada Kamala. Saudara-saudara saya tidak katakan dia hebat, suci dalam segala sesuatu, tidak, tapi di dalam policy yang paling dasar itu tetap dipegang. 

Tetapi sekarang yang saya mau bicara ke depan bukan yang ini, adalah sekarang banyak dari antara kita, wah langsung pikir nanti kekristenan maju nih, ini gereja-gereja mulai akan bertumbuh, kebangunan rohani akan terjadi lagi di Amerika, mungkinkah? Belum tentu. Di dalam banyak sejarah kalau pemerintahannya benar, stabil, maka gerejanya itu tambah rusak karena nyaman hidupnya dan kemudian orang Kristennya itu tidak bertumbuh dan juga secara jumlah tidak bertumbuh banyak, aneh ini, ini paradoks. Saya tidak katakan kalau gitu pilih yang evil aja biar semua kekristenan bertumbuh, saya juga tidak katakan itu, tapi inilah hidup. Tetapi saudara mau tahu kekristenan itu tidak decline di mana? Kekristenan itu dipakai dan diurapi Tuhan kapan? Tetap adalah pada waktu penganiayaan. Saudara-saudara meskipun Donald Trump itu terpilih, saya yakin tidak mungkin tidak ada suatu kebangunan rohani seperti yang terjadi di Cina, 10 juta menjadi 100 juta dalam beberapa waktu saja dan siapa yang melakukan? Mao Zedong, komunis. Mana ada yang bisa saingin dia? Saudara terus jangan pilih orang komunis saudara, supaya saudara bertumbuh itu namanya cari masalah. Saya bicara ini adalah sesuatu prinsip di dalam Alkitab yang saudara dan saya bisa begitu jelas aneh sekali. Kadang Allah mengijinkan aniaya bukan untuk membuang kita, kadang Allah memberikan penderitaan bukan artinya Dia tidak cinta kita, tapi Dia malah menarik kita lebih dekat dengan Dia. 

Sebelas tahun yang lalu ketika saya datang ke sini, dan setiap tahun saya pulang ke Jakarta untuk sidang sinode, lalu kemudian di situ 2 kali saya pernah bicara dan juga bicara kepada banyak orang yang saya temui. “Bagaimana Pak pelayanan di Sydney?” Saya katakan, “Baik, tapi Sydney itu kota jahat.” Saya bicara ini di depan ratusan orang di sinode. Kenapa jahat? Tidak ada penganiayaan, iya karena semuanya itu tidur, semunya itu tidak mengerti inti kekristenan itu apa. Saya katakan ini bukan saya hero, tapi saya pergi ke sini dari Jakarta, saya kaget sekali dengan seluruh yang ada di tempatnya orang-orang kristen di Sydney. Prinsip dari gereja pun tidak tahu. Seluruhnya hanya masuk di dalam urusan pokoknya saling menghargai, saling fellowship, yang penting adalah tidak ada kepahitan cuma itu saja saudara-saudara. Sedikit tersinggung keluar, tidak kuat dengan kalimat-kalimat yang tajam. Saudara-saudara khotbah seperti ini satu jam, saya tidak sedang membuat saudara susah hidupnya, tidak saudara-saudara. Tetapi ini adalah yang kami kerjakan di Jakarta, di Karawaci, saudara lihat saja, di Bandung di mana pun saja. Saudara-saudara, semua makin lama itu makin decline kemampuan jemaat untuk mendengar Firman, itu hampir tidak ada lagi. Jangan bicara berkenaan dengan doktrin-doktrin yang penting. 

Saudara-saudara, suatu hari pernah terjadi, saya memimpin kelas katekisasi dan kemudian saya melihat ada seorang yang memperkenalkan diri bahwa dia adalah orang yang dulu itu pernah memimpin KTB. Dia kemudian pindah ke gereja ini, dan kemudian setelah itu masuk dalam katekisasi. Hari itu saya bicara berkenaan dengan Allah Tritunggal, lalu kemudian ada beberapa pertanyaan, dan kemudian orang tersebut bertanya, orang tersebut bertanya karena dia terkejut dan kemudian pertanyaannya membuat saya terkejut. Dan pertanyaannya apa? Pak, doktrin Allah Tritunggal ini memang doktrin baru ditemukan ya Pak? Hah? Ini puluhan tahun kamu jadi Kristen apa ini? Semuanya baik, tetapi iman yang sejati itu dipertanyakan. Tidak usah bicara mengenai kekuatan berjuang, kemauan untuk berjuang. Kalau saya tidak salah, kita punya bercandaan di antara pengurus, ini adalah gigi satu, gigi 2 Pak ini sekarang, gigi 3 ya Pak ya? Saudara-saudara, semua orang hanya melihat gereja itu cuma sampingan. Saya tidak katakan orang ini adalah orang yang jahat, tidak. Semua orang baik dan tulus tetapi kekristenan itu decline. Kenapa? Karena kita ada di tengah kota yang jahat. Tidak ada peperangan, tidak ada kesusahan, tidak ada pergumulan. Nah saudara-saudara kalau di Jakarta itu akan hidup sedikit, karena saudara malas sedikit, FPI keluar di jalanan saudara-saudara. FPI itu Front Pembela Islam, itu jalan saudara-saudara nanti di sini ditutup, saudara-saudara mulai takut, mulai berdoa. saudara-saudara sekali lagi saya tidak katakan carilah penganiayaan, tidak. Tetapi yang saya mau katakan, saudara dan saya selalu hati-hati dengan segala sesuatu yang statusnya kuo. Karena Allah itu memberikan pertumbuhan itu ada tanahnya. Dan tanah itu adalah tanah dari kesulitan, aniaya, penderitaan. Dan jikalau itu terjadi itulah inti dari tema ini. Adalah jangan saudara dan saya itu lose heart, jangan down karena sesungguhnya Tuhan sedang membangkitkan kita. 

Aspek yang ke-3 terakhir, minggu depan kita akan teruskan kenapa gereja yang sejati itu adalah sama dengan adanya aniaya? Gereja yang sejati penganiayaan tidak terelakkan, itu sungguh-sungguh terjadi karena penganiayaan itu adalah sama dengan saksi. Saudara-saudara di dalam Kisah Para Rasul 1:8 dikatakan, Yesus sendiri mengatakan, “Kamu adalah saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi.” Saudara-saudara, apakah saudara sadar kata ‘saksi’ di dalam bahasa Yunaninya itu adalah ‘martyiras’ dan itu identik satu kata yang kita kenal yaitu martir. Yaitu orang yang mati mempertahankan imannya. Jadi secara sederhana, kata saksi itu adalah identik dengan aniaya dengan kesulitan, dengan penderitaan bahkan sampai kematian. “Kamu adalah saksi-Ku” saudara pikir ya, ya saksi-saksi. Yesus mengatakan ‘kamu adalah martir’ itu artinya adalah Aku mengutus engkau seperti domba di tengah serigala. Engkau harus sadar, engkau harus expect ada kesulitan, penderitaan, aniaya. Dan saudara-saudara bisa lihat tidaklah unik di dalam sejarah kekristenan bahwa selalu ada harga yang dibayar jikalau kita mau menjangkau manusia lain dengan injil Kristus. Saudara-saudara, sekali lagi kita sudah belajar berkenaan dengan kata diaspora, tersebar. Dan itu adalah tindakan yang jelas, tindakan yang sadar dari Allah yang menanam untuk mempertumbuhkan dan juga kita sudah belajar berkenaan kata saksi dan itu adalah martir. Sehingga sesungguhnya kita dipanggil untuk hal ini. Kita dipanggil untuk menjadi saksi, artinya kita dipanggil untuk menyerahkan hidup kita, tidak mempertahankan hidup kita, untuk kita boleh mempertahankan iman dan kemuliaan Kristus tersebar di seluruh bumi. Kata pertama adalah tersebar, kata ke-2 adalah mereka, kata ke-3 adalah aniaya. Kalau Tuhan pimpin kita akan teruskan minggu depan. Mari kita berdoa. 


Kis 1:8, Kis 8:1b-4, Kis 11:19-21
 
 

Kisah Para Rasul 8:1b-4
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

3 November 2024
Misi adalah Isi Hati Allah (1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Kis 1:8, Kis 8:1b-4, Kis 11:19-21

Kis 1:8, Kis 8:1b-4, Kis 11:19-21

Beberapa minggu ini kita masuk dalam satu topik yang penting yaitu misi. Misi adalah kehendak Allah. Misi bukan suatu opsional, pilihan dari sebuah gereja. Misi juga bukan program gereja. Sama seperti doa itu bukan program gereja, doa adalah denyut jantung gereja dan misi adalah seperti nadi di dalam darah, nadi darah kita di dalam seluruh tubuh kita. Misi adalah nadi yang mengalirkan seluruh darah ke seluruh tubuh sebuah gereja. Saudara-saudara, sebagai gembala GRII Sydney, di dalam anugerah dan takut akan Tuhan, sekali lagi saya mendorong kita untuk mendoakan kiranya kita semua, saya dan saudara memiliki hati yang bermisi. Berdoalah untuk minta hati bermisi di dalam hidup kita kepada orang-orang yang kita kasihi di seluruh gereja ini. Dan berdoa untuk Tuhan memberikan kita tempat misi, dan kalau Tuhan kehendaki kita boleh mengadopsi satu suku UUPG(unreached unengaged people group).

Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab ada karakter-karakter, sifat-sifat, hal-hal penting yang Tuhan berikan di sini, kita harus tahu bahwa itu harus kita minta, kita harus doakan karena itu tidak mungkin muncul dari diri hati kita sendiri, itu juga tidak mungkin diberikan dari dunia, itu hanya diberikan kalau Roh Kudus bekerja di dalam hati kita dari setiap kita. Meminta hati bermisi. Kita akan tahu kalau Tuhan memberikan hati bermisi dalam hati kita, itu artinya kita akan mendapatkan pengertian dan dorongan dan kerinduan untuk melakukan misi itu dengan sukacita dan bukan dengan legalism. Misi itu akan keluar dari sukacita, karena kita melihat visi yang besar di dalam kekekalan itu. Itu tidak lagi menjadi suatu beban negatif atau suatu yang sangat sulit yang di dalam Alkitab kita mesti menanggung seumur hidup. Tetapi sekali lagi untuk memiliki hati yang seperti itu kita perlu mendoakannya karena itu hanya pekerjaan Roh Kudus. Secara daging kita tidak mungkin akan memiliki hati seperti itu. Secara tujuan hidup sebagai seorang manusia, secara alamiah kita tidak mungkin mau direpotkan dengan hal-hal seperti ini. Tanpa Roh Kudus bekerja di tengah-tengah kita, gereja kita tidak mungkin akan menjadi gereja yang misioner. Tidak mungkin kita mendapatkan sukacita, tidak mungkin kita mendapatkan visi, tidak mungkin kita mendapatkan suatu pengertian yang begitu dalam tentang pentingnya isi hati Allah ini. Hanya kalau Roh Kudus bekerja itu bisa mengubah, bisa menanam suatu prinsip Firman Tuhan.

Sama dengan kualitas dari hati yang dituliskan dalam Alkitab yang lain. Misalnya saja, Yesus di dalam khotbah di bukit mengatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.” Saya mau tanya pada saudara-saudara, bagaimana kita bisa memproduksi hati yang miskin ini? Dunia juga tidak mungkin bisa memberikan kepada kita hati yang miskin, orang-orang sekitar kita juga tidak mungkin bisa mengajari kita memiliki hati yang miskin, apalagi kalau kita mendengar Alkitab mengatakan biarlah kita boleh punya remuk hati, dukacita rohani. Saya tanya pada saudara-saudara, “Apakah engkau dan saya memiliki hal ini?” Oh kita biasanya tidak memiliki hal-hal itu, hati kita keras, hati kita tidak remuk, kita merasa diri benar, kita merasa diri sombong, kita tidak memiliki hati yang miskin di hadapan Allah. Tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan orang yang miskin di hadapan Allah, dia empunya Kerajaan Surga. Itu artinya kalau kita tidak memiliki itu, kita bukan anggota Kerajaan Surga. Sebaliknya kalau kita adalah anggota Kerajaan Surga yang sejati, pasti ada bentukan Roh Kudus untuk membuat hati kita remuk, membuat hati kita miskin di hadapan Allah. Dunia akan membuat kita rasa benar, rasa cukup, sehingga kita tidak memiliki kerendahan hati dan dan kita tidak pernah merasa urgen, didesak untuk minta belas kasihan Tuhan.

Ketika kita melihat ada Firman Tuhan seperti ini dan kita sendiri tidak memilikinya, apa yang harus kita lakukan? Kita berdoa kepada Tuhan. Tuhan berikan aku hati yang miskin di hadapan-Mu, karuniakan itu padaku, kalau aku tidak mendapatkan, aku itu binasa, jadikan aku miskin di hadapan-Mu. Semua kalimat Yesus yang adalah kebenaran itu, Matthew Henry mengatakan, “Minta kepada Tuhan, doa adalah mengembalikan kalimat-kalimat Tuhan kepada Tuhan.” Dan Johanes Calvin menyatakan, “Tidak ada satu pun hal yang baik yang kita ada yang tidak dari Tuhan.” Maka sama dengan hal itu, kita semua tidak suka untuk bermisi. Daging kita tidak mengharapkan itu ada. Tetapi Alkitab dengan jelas menyatakan itu isi hati Tuhan. Bagaimana sekarang membereskan dua hal ini? Minta anugerah Roh Kudus, doa kepada Tuhan untuk membentuk hati misi dalam hidup kita. Karena kalau tidak, kita tidak akan peduli dengan isi hati Tuhan, atau kita melakukannya dengan prinsip legalism. Tuhan tidak menginginkan itu, Tuhan menginginkan kita mentaati Dia dengan sukacita. Oh kiranya Roh Kudus bekerja di tengah-tengah kita. Doa, doa, minta kepada Tuhan dengan ngotot, dengan sungguh-sungguh akan apa yang menjadi isi hati Tuhan di tempat ini. Alkitab dengan jelas menyatakan Allah Tritunggal adalah Allah yang menyatakan diri di dalam Alkitab adalah Allah yang hidup dan Allah yang bermisi.

Di dalam beberapa Minggu ini kita sudah mempelajari beberapa bagian Alkitab berkenaan dengan misi. Pertama, kita sudah melihat Kejadian 12 di mana dalam sejarah umat manusia pertama kali begitu jelas Allah menyatakan kehendak misi-Nya kepada Abraham. Abraham dipilih untuk diberkati, dan diberkati untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Maka ini adalah suatu kesinambungan yang akan saudara lihat terus-menerus ada di sepanjang Israel dan juga kepada gereja. Minggu yang kedua kita sudah bicara berkenaan dengan Mazmur 67. Mazmur 67 didoakan oleh orang Israel umat Allah bangsa pilihan Allah dalam Perjanjian Lama, dan apa isi doanya? Doa yang persis sama dengan apa yang menjadi janji Allah kepada Abraham. Bukan saja Abraham tetapi Abraham, Ishak, dan Yakub. Diberkati untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Panggilan misi dari Allah datang kepada Abraham, Abraham kemudian taat dan melihat ke depan, dan saudara dan saya bisa melihat Israel itu dipilih dan diberkati untuk menjadi berkat. Dan sebagian Israel yang dipilih itu mereka taat dan mereka melihat ke depan, menjadikan sebagian manusia di bumi ini dipilih untuk diberkati dan menjadi berkat dan itulah gereja masa Perjanjian Baru. Dan gereja Perjanjian Baru, gereja awal di dalam Perjanjian Baru taat, berdoa, dan bermisi melihat ke depan, maka umat Tuhan masa kini, saudara dan saya dapat diberkati untuk menjadi berkat. Kita adalah jawaban dari gereja awal Perjanjian Baru. Gereja awal Perjanjian Baru adalah jawaban doa dari orang-orang Israel dalam Perjanjian Lama dan orang-orang Israel dalam Perjanjian Lama adalah jawaban doa dari ketaatan dan doa dari Abraham.

Saudara bisa melihat kontinuitas janji ini dan juga ketaatan ini sepanjang sejarah umat pilihan. Dan kontinuitas ini akan terus ada dari kita sampai seluruh suku, seluruh bangsa, seluruh kaum, seluruh muka bumi akan mendapat berkat. Kemuliaan Allah akan meliputi seluruh muka bumi, demikian kata Alkitab. Dan setiap suku bangsa dan bahasa akan memiliki wakilnya di depan Anak Domba pada hari penghakiman itu. Oh biarlah seluruh gereja masa kini sadar bahwa kita dipanggil untuk berbagian di dalam misi ini. Kita diberkati untuk memberkati bangsa-bangsa. Dan sekali lagi perhatikan satu kalimat di bawah ini, misi sesungguhnya bukanlah sesuatu yang Tuhan undang untuk kita lakukan, misi adalah sesuatu yang mana kita diselamatkan memang untuk itu. Misi adalah bukan suatu pekerjaan tambahan dalam hidup kita, bukan pekerjaan sampingan, tetapi kalau saudara dan saya mengatakan aku diselamatkan oleh Yesus Kristus karena anugerah-Nya, kalau saudara dan saya mengatakan ada Roh Kudus di dalam diri kita, untuk apa seluruhnya itu? Adalah untuk kemuliaan Allah di antara bangsa-bangsa terjadi melalui hidup kita.

Dan minggu yang lalu, di Hari Perjuangan, kita melihat kitab Injil Yohanes 20, Yesus mengatakan, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku demikian pula sekarang Aku mengutus engkau dan terimalah Roh Kudus.” Minggu yang lalu saya sudah berbicara begitu jelas berkenaan dengan misi bukan suatu program yang dibuat oleh gereja, misi itu diinisiasi oleh Allah Bapa, dijalankan oleh Allah Anak yang berinkarnasi dan keberhasilannya akan diteruskan dan digenapi oleh Roh Kudus sampai pada akhir zaman. Misi diinisiasi oleh Allah Tritunggal di dalam kekekalan, dikerjakan oleh Allah Tritunggal di dalam sejarah, dan kemudian digenapi oleh Allah Tritunggal sampai kepada akhir zaman. Inilah pekerjaan Allah Tritunggal di tengah-tengah dunia. Allah sedang bekerja di muka bumi ini, dan biarlah kita boleh mengerti, kita mengerti jejak-Nya dan kemudian kita mengikuti-Nya dari belakang. Kita tidak dikumpulkan untuk program yang kita buat sendiri lalu kemudian kita menempelkan kekristenan di dalamnya, tidak, kita dikumpulkan untuk mengikuti Kristus. Yang disebut sebagai Kristen adalah pengikut Kristus.

Kalau kita bicara kita mengikut Yesus, maka saya mau tanya, “Mengikuti ke mana Tuhan?” Tuhan sedang bekerja di tengah-tengah dunia ini, Firman-Nya itu begitu jelas, Dia memiliki satu tujuan untuk bangsa-bangsa diberkati. Dia bicara kepada Abraham, waktu itu Abraham tidak punya ide apa pun saja, bahkan dia bukan orang Kristen, dia duduk, dia mungkin nonton TV kalau ada TV pada waktu itu, tentu tidak ada. Dia lakukan apa seperti orang dunia. Tetapi begitu panggilan itu ada, begitu isi hati itu ada, maka dia kemudian meninggalkan semuanya dan mengikut Tuhan ke mana Tuhan kehendaki. Sekali lagi biarlah kita bisa melihat apa yang sedang Tuhan kerjakan. Biarlah hidup saudara dan saya yang hanya satu kali ini sinkron dengan Dia. Oh kiranya Tuhan beranugerah kepada gereja kita sehingga Tuhan rela memasukkan gereja kita ke dalam pelayanan-Nya di muka bumi ini.

Setelah tiga bagian Alkitab yang kita baca di dalam beberapa minggu ini, sekarang kita masuk di dalam Kisah Para Rasul 1:8. Kalau saudara masih mengingat 4 minggu yang lalu maka saya memberikan keseluruhan garis besar dari Kisah Para Rasul. Dan sekarang kita akan masuk lebih detail di dalam beberapa ayatnya. Kisah Para Rasul 1:8 adalah satu ayat kunci untuk menafsir seluruh Kisah Para Rasul karena dari pasal yang pertama sampai pasal yang ke-28 dari Kisah Para Rasul sebenarnya menjelaskan secara elaborasi berkenaan dengan Kisah 1:8 ini. Kisah pasal 1 sampai pasal 28 itu adalah penggenapan dari Kisah 1:8. Menjelaskan apa? Menggenapi apa? Menggenapi bahwa engkau akan menjadi saksi-Ku dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi. Dan pada pagi hari ini saya membawa saudara untuk melihat, meneliti Kisah Para Rasul 8:1 itu bicara apa. Maka Saudara akan melihat ini adalah ayat yang luar biasa penting. Kenapa? Kenapa ini penting? Karena ayat ini mencatat gerakan misionaris pertama kali dari komunitas gereja dari Yerusalem.

Pertama-tama murid-murid dan orang-orang yang mengikuti Yesus itu berkumpul di Yerusalem. Gereja pertama dibentuk di Yerusalem. Dan di dalam Kisah Para Rasul 8 ini dikatakan mereka mulai tersebar, mereka mulai bermisi ke Yudea dan Samaria karena penganiayaan. Saudara-saudara, ayat 1b mengatakan: “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.” Saudara perhatikan baik-baik, Kisah Para Rasul 8:1 adalah jawaban, adalah penggenapan atas Kisah Para Rasul 1:8. Bagus yah, saudara-saudara. Kisah 1:8 itu adalah janji Tuhan, itu adalah perintah Allah, itu adalah nubuatan Kristus. Dan kemudian Kisah 8:1 penggenapannya. Dari Yerusalem, mereka tersebar karena penganiayaan. Tetapi, bukan sekadar tersebar. Lukas yang menuliskan Kisah Para Rasul mencatat mereka tersebar ke mana? Yudea dan Samaria. Dan nanti saudara-saudara akan melihat Kisah Para Rasul 11:9 yang tadi kita baca, jemaat yang sama ini, yang tersebar ini, yang tersebar pada waktu Stefanus dibunuh, akan pertama kali bertemu dengan bangsa-bangsa lain di luar Palestina ketika mereka memberitakan Injil. Jadi saudara-saudara, ini adalah orang-orang yang tersebar. Dan kemudian ke Yudea, Samaria, lalu kemudian ke bangsa-bangsa lain. William Barclay seorang scholar Perjanjian Baru menyatakan, “Ini adalah salah satu event terbesar di dalam sejarah gereja.” Dan, sekarang mari kita mengeksposisi ayat-ayat ini.

Saudara-saudara, mari yang pertama, lihatlah ayat 1b dan ayat yang ke-4. Ayat 1b mengatakan, “Ada aniaya yang hebat terjadi dan mereka semua kecuali rasul-rasul tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria.” Ayat yang ke-4 mengatakan mereka yang tersebar itu menjelajahi seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Saya mau saudara-saudara melihat dengan lebih teliti berkenaan dengan kata ‘tersebar’. Di dalam bahasa Yunani, maka bahasa Yunani menggunakan beberapa kata untuk menjelaskan mengenai ‘tersebar’. Kata ‘tersebar’ itu bisa berarti orang itu pindah dari satu poin ini ke poin yang lain. Tetapi kata yang dipakai di sini tidak demikian. Lukas secara khusus menuliskan kata ‘tersebar’ itu dengan menggunakan diaspeiro. Diaspeiro itu artinya apa? Diaspeiro adalah kata yang dipakai ketika seorang petani menyebarkan benih di ladang. Jadi saudara-saudara, ini bukan sekadar tersebar secara random, tetapi ini adalah suatu usaha sengaja menyebarkan benih tersebut untuk benih tersebut bisa ditanam di satu tempat dan kemudian bertumbuh. Sekali lagi, diaspeiro artinya adalah usaha untuk menyebarkan dengan sengaja benih tersebut sehingga tertanam di satu tempat, di satu titik dan kemudian bertumbuh. Jadi saudara-saudara, melalui penganiayaan yang terjadi, Allah menyebarkan umat-Nya keluar dari Yerusalem menuju ke Yudea, Samaria dan nantinya bertemu dengan gentile.

Saudara-saudara, kalau kita adalah jemaat pada waktu itu, ini adalah suatu pekerjaan evil. Orang yang berusaha untuk menganiaya kita, tetapi melalui Firman ini Tuhan mau menyatakan, Dialah yang sengaja menyebarkan umat-Nya. Dia yang sengaja untuk membuat umat-Nya menuju titik-titik daerah-daerah yang Dia sendiri kehendaki, menanamnya untuk Injil itu bertumbuh. Oh mungkin kalau kita, pada waktu itu kita akan berpikir, “Oh, aku dianiaya, aku takut, aku lari, aku kebingungan.” Tetapi apa respon gereja? Menyalahkan diri? Menyalahkan orang lain? Menyalahkan pemimpin gereja, Petrus, Yohanes dan murid-murid yang lain? Menyesali diri? Mengasihani diri? Tidak. Lukas mencatat mereka yang tersebar itu, saya yakin sekali, mereka pasti takut, mereka semua dengan air mata. Tetapi Lukas mencatat di tengah-tengah ketakutan dan air mata itu, mereka menjelajahi seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Mereka menjelajahi seluruh negeri sambil memberitakan Injil! Everett Harrison menuliskan, orang-orang yang tersebar ini, ini lebih sebagai misionaris daripada pengungsi. Saudara tentu lihat banyak refugee di Australia ini. Dan apa yang saudara-saudara lihat itu terjadi, mereka adalah orang-orang gereja awal. Tetapi Lukas menuliskan respon mereka. Pasti mereka sedih, pasti mereka takut, pasti mereka kebingungan, tapi Roh Kudus itu bekerja sedemikian rupa. Mereka memikirkan satu, bagaimana Injil itu dinyatakan, bagaimana Kerajaan Allah itu makin diperluas.

Saudara-saudara, satu prinsip yang penting di sini. Apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, di mana pun kita diletakkan, saudara dan saya adalah seorang misionaris. Di mana pun saja, dan suatu hari saudara-saudara mungkin diletakkan di tempat yang lain, kita adalah misionaris. Kita dipanggil untuk memberitakan Injil, menyatakan Kerajaan Allah di mana kita berada. Mungkin suatu hari ada di tempat kita yang harus pindah karena sakit. Atau mungkin kita harus pindah karena dipecat. Atau mungkin kita pindah karena kita bersekolah di tempat yang lain. Atau mungkin ada pekerjaan yang baru sehingga kita harus pindah ke tempat yang lain atau pindah negara bahkan. Sama dengan saudara ada yang dari China, Malaysia, Indonesia, saudara pindah ke sini. Saya mendengar ada orang yang karena kerusuhan Mei ’98 akhirnya mereka datang ke sini. Atau mungkin saudara melamar pekerjaan dan mendapatkan di Sydney ini. Atau sebagian bahkan mahasiswa di tempat ini, saudara bisa bersekolah di tempat ini, karena education, saudara pindah negara. Saudara, biarlah saudara menyadari bahwa kita sedang ‘disebar’ oleh Allah. Dan Allah menyebar kita bukan tanpa tujuan. Ini bukan tindakan random Allah kepada saudara dan saya. Allah sengaja menyebarkan kita untuk membuat kita ditanam dan kemudian bertumbuh. Dan kita harus berespon dengan tepat, memberitakan Injil di mana pun saja Tuhan menyebar kita. Dan ini adalah prinsip Alkitab. Saudara dan saya, jikalau kita adalah sungguh-sungguh pengikut Kristus, saudara dan saya diselamatkan untuk bermisi.

Hal yang ke-2. Ini saya dapatkan di Lausanne yang ke-4. Dan saya sangat-sangat terkesima dengan apa yang dinyatakan di situ. Saudara perhatikan, siapa yang menjadi misionaris-misionaris yang tersebar itu? Yang bahkan nantinya akan menjadi misionaris pertama yang ke gentile. Apakah Petrus? Tidak. Apakah Yohanes? Tidak. Apakah Thomas? Tidak. Apakah para rasul yang tersohor itu? Tidak. Lalu siapa? Ditulis di sini cuma ‘mereka’. Mereka. Itu adalah jemaat. Dalam jumlah yang besar kumpulan misionaris yang bergerak tersebut adalah jemaat. Mereka tidak tercatat namanya. Mereka tidak diketahui. Mereka tidak populer. Mereka tidak ada posisi. Mereka bukan leader gereja. Sampai kapan pun saudara dan saya tidak akan tahu orang ini siapa, kecuali di surga baru kita bisa tahu nama mereka. Saudara-saudara perhatikan baik-baik isi hati Tuhan. Gerakan misi adalah gerakan seluruh jemaat. Misi diberikan untuk semua kita tidak terkecuali. Tanggung jawab misi bukan hanya kepada hamba Tuhan full time saja. Tuhan begitu jelas memanggil seluruh jemaat. Saudara adalah hamba-hamba Tuhan itu. Saudara dan saya adalah utusan Allah itu. Kita itu adalah ambassador-Nya Kristus. Biarlah seluruh jemaat mengerti prinsip ini.

Satu hal yang penting dalam gereja masa kini adalah peran dari jemaat awam. Jemaat awam, saudara tidak pernah boleh hanya menjadi penonton. Allah meletakkan saudara di dalam tempat di dalam misi-Nya. Saudara diselamatkan bukan untuk menonton pekerjaan Allah, tetapi berbagian dalam pekerjaan Allah. Di dalam misi, saudara bukan penonton. Saudara juga bukan produser untuk memberi uang saja. Kita semua harus terlibat di dalam misi ini, memberi pikiran, memberi hati kita, memberi tenaga kita, memberikan doa-doa kita, dan kita bersama-sama bergerak untuk menjalankan misi ini karena ini adalah kehendak Allah. Kami hamba-hamba Tuhan full time memperlengkapi jemaat dengan Firman Tuhan. Kami membukakan Alkitab untuk kita semua, saudara dan saya mengetahui apa kehendak, isi hati Tuhan. Kita memperlengkapi jemaat, tetapi kita juga bersama-sama untuk mentaati Firman yang dibuka itu.

Sekali lagi saudara-saudara, di dalam hati hamba-hamba Tuhan yang memikirkan pekerjaan Tuhan, maka ada satu kegelisahan dan satu pertanyaan yang sampai sekarang terus-menerus mereka pikirkan, sampai kurang lebih 2010. Mengapa setelah 2000 tahun, dengan seluruh kekuatan keuangan yang ada yang dimiliki oleh gereja, dengan semua talenta yang ada di tengah-tengah ribuan jemaat yang dimiliki oleh gereja, di antara seluruh berkat-berkat yang Tuhan berikan dan resources-resources yang Tuhan berikan di tengah-tengah jemaat, dengan kemampuan-kemampuan teknologi, dan beberapa puluh tahun ini dengan media sosial yang begitu sangat mendunia, dengan seluruh resources ini, tetap Injil Kristus tidak sampai ke setiap suku bangsa? Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa Coca Cola bisa sampai ke seluruh dunia, tetapi kenapa Injil tidak?

Salah satunya yang paling utama adalah karena selama sejarah gereja, ada satu kesalahan fatal dengan berpikir bahwa hanya hamba Tuhan yang mengabarkan Injil itu. Tidak! Misionaris adalah saudara dan saya. Kita dipanggil untuk bermisi. Semua dari kita. Tuhan memberikan ladang pelayanan bagi saudara dan saya. Siapa yang dibangkitkan menjadi misionaris pertama keluar dari Yerusalem? Oh, saudara mengingat Petrus bukan? Saudara mengingat Yohanes bukan? Saudara mengingat pemimpin-pemimpin gereja seperti Stefanus yang mati martir itu bukan? Saudara mengingat Paulus bukan? Tetapi apakah saudara mengingat ‘mereka’? Orang yang tidak terkenal. Yang tidak popular. Dan, siapa mereka itu? Engkau. Saudara adalah misionaris, bukan cuma saya. Saudara adalah penginjil, bukan cuma saya. Dan itu adalah kehendak Allah bagi kita. Kiranya Tuhan berkasih karunia. Kiranya Dia sungguh-sungguh menanamkan hati misi kepada kita semua. Kiranya kita boleh mengerti pentingnya dan signifikansinya dari panggilan ini agar nama-Nya dipermuliakan sampai ke ujung-ujung bumi. Mari kita berdoa.

 
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

27 October 2024
The Living Missionary God
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Yoh 20:19-23

Yoh 20:19-23

Allah di dalam Alkitab, Allah yang kita sembah, Allah Tritunggal adalah Allah yang hidup dan Allah yang hidup itu adalah Allah yang bermisi. Misi itu bukan program gereja, misi itu adalah tindakan Allah Tritunggal itu sendiri. Gereja yang sejati adalah gereja yang harus bertahan dan memiliki akar akan Firman Tuhan yang benar. Gereja yang sejati mempertahankan Firman dan mengabarkan Firman yang sejati kepada dunia ini. Gereja yang sejati adalah juga gereja yang bergantung sepenuhnya kepada Allah. Gereja yang sejati adalah gereja yang memiliki kehidupan doa yang hidup, berjalan bersama Tuhan, membutuhkan belas kasihan-Nya. Gereja yang sejati memiliki Firman dan kebergantungan kepada Allah. Gereja yang sejati adalah gereja yang bermisi – gereja yang misioner. Kita perlu meminta Tuhan membentuk hati misi kepada kita semua. Apakah saudara laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, tua atau muda, minta kepada Tuhan, “Tuhan berikan aku hati yang bermisi.” Itu bukan berarti kita semua pergi ke satu tempat/ladang atau misi yang jauh, tetapi itu berarti kalau Tuhan menghendaki, kapan pun saja setiap dari kita harus rela pergi ke tempat yang Tuhan kehendaki. Panggilan untuk misi/panggilan amanat agung di dalam Alkitab ada di 5 tempat (itu jelas) dalam Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul. Di dalam Injil Matius maka saudara bisa melihat kalimat Yesus, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…” (Matius 28:18b-19a). Matius menekankan mengenai otoritas Kristus Yesus terhadap misi. Di dalam kitab Markus 16:15-16 ditulis: “…Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah injil kepada segala mahluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Markus menekankan akan penghakiman terakhir terhadap respon kepada misi. Lukas menekankan Pribadi sentral dari proklamasi Injil, di dalam Lukas 24:46-48, “…Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” Dan kemudian Kisah Para Rasul 1:8 menyatakan tentang jangkauan misi: “…kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Dan sekarang mari kita melihat apa yang ditulis oleh Yohanes di sini. Matius menekankan otoritas Tuhan di dalam misi, Markus menekankan mengenai penghakiman terakhir yang menjadi result dari misi. Lukas menekankan mengenai Pribadi sentral yang diberitakan dalam misi. Dan Kisah Para Rasul menyatakan ke mana saja jangkauan misi ini terjadi. Tetapi di dalam Yohanes, di dalam Yohanes 20 yang tadi kita baca, apa yang ditulis oleh Yohanes? Yohanes menyatakan sumber dan penggerak misi awal dan utama sampai misi ini digenapi yaitu Allah Tritunggal. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikian Aku mengutus engkau.” Dan kemudian Dia mengatakan, “Terimalah Roh Kudus…” Mari kita melihat perikop ini, dengan perikop masih tetap dibuka, saya akan bicara mengenai tiga hal:

Hal yang pertama, berita misi adalah berkenaan dengan rekonsiliasi. Lihatlah apa yang dikatakan Yesus ketika Ia pertama kali bertemu dengan murid-murid di tempat yang tertutup itu: “Damai sejahtera bagimu.” Dan ketika Yohanes menuliskan hal ini, ayat selanjutnya kemudian dikatakan: ‘Sesudah berkata demikian Yesus menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka.’ Ini adalah sesuatu yang penting. Yesus menghubungkan antara korban yang dilakukan-Nya dengan damai sejahtera. Yesus tidak bisa mengatakan “Damai sejahtera bagimu” jikalau Dia tidak menjalani jalan salib. Tetapi karena Dia rela disalib, maka kalimat pertama yang diucapkan kepada para murid di tempat ini adalah kalimat rekonsiliasi. Allah dan manusia berdosa itu sudah menjadi musuh. Sampai kapan pun saudara beragama tetap kita menjadi musuh Allah. Allah tidak bisa menerima kita orang yang berdosa. Allah mau mematikan kita. Dia adalah Allah yang murka terhadap dosa saudara dan saya. Tetapi ketika Yesus menebus saudara dan saya dan bukan agama, maka Allah sekarang bicara kepada kita, “Damai sejahtera bagimu.” Kalau Yesus tidak mati maka perkataan Allah adalah, “Perang! Pergi! Pergi dari tempat ini ! Pergi dari taman Eden ini!” Allah akan mengusir dan mematikan kita. Dia begitu murka terhadap kita. Tetapi salib membalik hati Allah. Yesus menebus dosa kita, sehingga Allah yang suci dan manusia yang berdosa itu direkonsiliasikan. Misi Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal adalah misi untuk menghancurkan dosa dan seluruh akibatnya di dunia ini. Dan apa akibat dosa itu sesungguhnya? Keterpecahan, permusuhan, perang. Lihatlah seluruh dunia, perang di sini, perang di sana. Dan beberapa hari ini kalau saudara mengikuti berita, kalau Tuhan tidak memberikan belas kasihan, sedikit kesalahan perhitungan saja bisa langsung perang dunia ketiga. Apakah Islam bisa membereskan? Apakah Budha bisa membereskan? Apakah Hindu bisa membereskan? Tidak. Hanya Yesus Kristus. 

Dia bicara kepada para murid-Nya, “Damai sejahtera bagimu.” Perhatikan 2 Korintus 5:19; “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.” Kita diselamatkan untuk mengabarkan berita keselamatan itu. Kita direkonsiliasi untuk mengabarkan berita rekonsiliasi itu kepada dunia. Para murid adalah orang-orang yang menerima pendamaian dengan Allah dan sekarang merekalah yang dapat menyatakan berita itu kepada dunia. Para misionaris adalah duta-duta rekonsiliasi yang memproklamirkan bagaimana Kristus mendamaikan dunia dengan Bapa. Kalau saudara-saudara membaca buku komentari, ada teolog mempertanyakan satu poin ini, “Kenapa di dalam Injil Matius, Markus dan Lukas selalu ujungnya/akhirnya itu adalah tentang amanat agung tetapi tidak di dalam Injil Yohanes?” Yohanes tidak diakhiri dengan amanat agung. Apakah saudara menyadari bahwa Injil Yohanes itu diakhiri dengan pemulihan pribadi Petrus yang sudah menyangkal Yesus tiga kali? Akhir dari Injil Yohanes adalah peristiwa rekonsiliasi. Jadi sesungguhnya ketika kita memberitakan Injil, ketika misi dijalankan, maka kita menyatakan berita rekonsiliasi. Tetapi perhatikan baik-baik, peristiwa rekonsiliasi ini terjadi secara pribadi tetapi tidak pernah individualistic. Gereja adalah kumpulan umat. Saudara dan saya adalah kumpulan umat yang sudah direkonsiliasikan dengan Allah (jikalau kita mempercayai Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadi). 

Siapakah GRII Sydney? Jika kita adalah umat Allah sejati, kita adalah kumpulan orang-orang yang telah diperdamaikan dengan Allah. Maka sesungguhnya misi adalah buah yang wajar yang keluar dari sumber kehidupan gereja. Misi adalah ekspresi bersama dari komunitas gereja yang sudah direkonsiliasikan dengan Allah. Ada satu slogan yang di dalam beberapa tahun ini muncul. Tadinya mission field sekarang menjadi mission force. Saudara dan saya, ingatlah akan beberapa puluh tahun yang lalu, sebelum saudara dan saya mengenal Yesus Kristus, kita berada di dalam kegelapan, kita berada di dalam ikatan dosa, kita tidak memiliki hidup apapun saja kecuali kesenangan-kesenangan dunia dan kita adalah ladang untuk orang lain bermisi. Kita adalah mission field: orang bicara kepada kita tentang Yesus, orang mendoakan kita untuk mengenal Yesus, orang berkotbah kepada kita tentang Yesus, sampai kemudian kita bertobat dan Roh Kudus mengumpulkan kita satu per satu (meskipun kita tidak kenal sebelumnya) menjadi satu gereja dan kita semua adalah orang yang sudah diperdamaikan oleh Allah dalam Kristus Yesus. Apakah saudara mengerti bahwa kita adalah sesuatu kekuatan misi? Dari mission field sekarang menjadi mission force. Dan itu adalah kehendak Tuhan.

Hal yang kedua (ini adalah inti khotbah pada pagi hari ini), perikop ini mengajarkan bahwa sumber penggerak dan penggenap misi yaitu Allah Tritunggal. Di dalam kitab Injil Yohanes kita membaca sumber dan penggerak misi dari awal dan utama sampai misi ini digenapi yaitu Allah Tritunggal, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, demikian pula Aku mengutus kamu dan terimalah Roh Kudus.” Tiga pribadi dari Allah Tritunggal muncul dalam satu ayat ini. Para teolog menyatakan inilah Missio Dei (mission of God). Misi-Nya Allah Tritunggal di dunia ini. Dan gereja diminta untuk bergerak mengikuti misi dari Allah Tritunggal ini. Kita semua dipanggil untuk berjalan bersama dengan Allah Tritunggal untuk menggenapi misi-Nya melalui kita di dalam dunia ini. Mari kita melihat apa yang menjadi relation dari Allah Tritunggal ini. Ayat ini menyatakan bagaimana Allah Tritunggal itu bekerja bersama, cara kerja utama Allah Tritunggal ketika melayani dunia ini adalah cara kerja misionaris. Berkali-kali kalimatnya adalah; diutus, utus, utus. Lihatlah Allah Bapa sebagai sumber inisiator dan tujuan dari seluruh misi ini. Bapa mengutus Anak, Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus, dan kemudian Bapa dan Anak dan Roh Kudus mengutus gereja-Nya. Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab, saudara akan menemukan begitu banyak kalimat: ‘Bapa mengutus Anak’. Misalnya saja di dalam Roma 8:3 dan Galatia 4:4. Saudara lihatlah kalimat itu terus ‘Allah mengutus Anak-Nya.’ Cara kerja Allah Tritunggal adalah cara kerja misionaris. Bapa sudah menetapkan Anak di dalam kekekalan untuk diutus bagi penebusan, menebus umat-Nya. Roh Kudus sudah ditetapkan di dalam kekekalan, untuk diutus di dunia menyertai umat-Nya, menyelesaikan misi Allah di dunia ini. Inisiator dari misi adalah Allah Bapa, sumber dari segala usaha misi adalah Allah itu sendiri. Seorang teolog Afrika, John Mbiti, mengatakan, “Para misionaris tidak membawa Tuhan ke Afrika, tetapi Tuhanlah yang membawa para misionaris ke Afrika.” Tiap kali saudara memiliki kerinduan untuk bermisi, saya mau katakan satu hal; Bapa di surga jauh lebih rindu daripada kita. Seberapa besar kita memiliki korban untuk misi, biarlah kita boleh ingat Bapa di surga mengorbankan Anak-Nya untuk pergi bermisi. Dialah sumber dan inisiator dari seluruh misi. 

Sekarang lihatlah Allah Anak, Yesus Kristus. Yesus membawa misi Bapa diwujudkan di dalam sejarah dunia ini, Dialah yang menggenapi apa yang dikehendaki Bapa semasa hidup-Nya di dunia ini. Yesus mengatakan, “Aku memiliki makanan yang lain, melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya.” Dia diutus oleh Bapa dari surga turun ke bumi menjadi misionari yang terjauh dan terpuncak untuk menghadirkan misi Bapa di dunia ini – misi Kerajaan Allah. Kalimat Yesus di depan ini adalah sesuatu yang luar biasa dalam sebenarnya. Yesus mengatakan, “Sebagaimana Bapa mengutus Aku, maka Aku mengutus engkau.” Begitu banyak aspeknya, tetapi saya mau bicara tentang satu hal saja, bagaimana Bapa mengutus Yesus? Melalui jalan inkarnasi, rela direndahkan, rela dibuat kosong. Maka kalau saudara-saudara melihat sebenarnya seperti usaha bible translation ke dalam bahasa suku, di dalam bahasa-bahasa suku yang begitu banyak, maka itu adalah perwujudan dari inkarnasi. Allah dengan bahasa-Nya, Dia tidak meminta Musa belajar dahulu bahasa. Kalau Allah dengan bahasa-Nya minta Musa belajar bahasa, kapan Musa bisa bicara kepada Tuhan? Tadi saya surprise dengan anak-anak Biak bisa bahasa Mandarin. Saya cuma kuatir, tiga tahun lagi saya tetap tidak bisa bahasa Mandarin, mereka yang bisa. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa? Ketika Allah bicara kepada Abraham, Dia memakai bahasa Abraham, Dia merendahan diri. Ketika Allah bicara kepada Musa, Dia memakai bahasa Musa. Maka dari situlah translation bahasa-bahasa suku itu terjadi. Bukan suku-suku itu harus mengerti bahasaku, tapi saya berusaha untuk suku-suku itu mengerti aku melalui bahasa mereka. Dan itu artinya, maka kita mesti kerja keras, kita mesti bayar harga. Yesus tidak membawa kita langsung melihat Dia dalam kemuliaan-Nya, Dia yang turun. Banyak dari kita, banyak dari gereja tidak mau masuk ke dalam misi, hanya memberikan uang, itupun seadanya tapi tidak mau terlibat. Karena apa? Karena hal ini; sulit, banyak tantangan, memerlukan banyak waktu. Kalaupun gereja itu concern dalam hal misi, tetapi dari kejauhan. John Stott, pendiri Lausanne itu mengatakan demikian, “Saya secara pribadi percaya bahwa kegagalan kita untuk menaati implikasi dari perintah ini adalah kelemahan terbesar bagi orang Kristen Injili. Kita orang Injili percaya akan pemberitaan proklamasi Injil. Tetapi kita cenderung memberitakan Injil itu dari kejauhan. Kita seperti orang yang meneriakkan nasehat kepada orang yang tenggelam, dari tepi pantai. Kita tidak menyelam untuk menyelamatkan mereka. Kita takut basah dan kita takut akan bahaya-bahaya yang lebih besar. Kita mengatakan kepada orang itu bagaimana cara menyelamatkan, tapi kita tidak pernah masuk ke dalamnya. Ya, kita memiliki berita yang benar, tetapi kita menyuarakannya dari jauh. Inkarnasi menjadi stumbling block kita, tetapi Yesus Kristus tidak memproklamasikan keselamatan itu dari langit. Ia mengunjungi kita dengan penuh kerendahan hati. Dia mewujudkan misi Bapa di dalam sejarah dunia.” 

Dan mari kita sekarang melihat Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus-lah yang memberikan kuasa untuk gereja menggenapi panggilan misi. Perhatikan baik-baik: gereja bukan menggantikan misi Yesus, tetapi meneruskan misi Kristus ke dalam dunia. Dengan demikian, murid-murid Kristus tidak mengambil alih misi Kristus. Misi Kristus terus berlanjut dan terus efektif di dalam kehidupan manusia. Para Rasul ditugaskan untuk meneruskan misi Kristus, dan bukan untuk memulai pekerjaan yang baru. Karena ini adalah misi Kristus, dan gereja diminta untuk meneruskannya, maka itulah perlunya Roh Kudus. Yesus mengatakan, “Roh Kudus, kalau Dia datang, Dia akan mengingatkan segala sesuatu apa yang sudah Aku ajarkan kepadamu.” Kehadiran Roh Kudus dalam sebuah gereja begitu vital, untuk kita melanjutkan kontinuitas misi Kristus di dunia ini. Kita bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus. Kalau Dia bergerak, baru gereja itu bisa bergerak. Kalau Dia memberikan Firman, baru ada Firman yang diberitakan di tengah-tengah dunia. Sekarang saudara bisa melihat, bahwa Roh Kudus memakai gereja untuk menuntaskan misi Kristus sampai kepada zaman yang baru. 

Saya sudah bicara berkenaan dengan Allah Bapa, saya sudah bicara mengenai Allah Anak, dan saya sudah bicara mengenai Allah Roh Kudus. Misi tidak lahir dari gereja, misi tidak lahir dari Kisah Para Rasul, misi tidak lahir dari Israel, misi Allah juga tidak dimulai dari Abraham. Misi lahir di dalam hati-Nya Allah, di dalam kekekalan. Misi bukan aktifitas gereja. Apa yang saudara pentingkan di dalam gereja? Sunday School? Remaja? Oh, banyak orang yang sangat concern dengan Sunday School, dengan remaja. “Remaja ini loh, Pak. Susah banget ngajar mereka. Bisa tidak tolong diajari?” Susah sekali, tetapi itu tidak ada di dalam pengertian kekekalan, saudara tidak akan temukan itu. Tetapi misi itu bukan program gereja. Saya tidak katakan kalau begitu, pelayanan Sunday School seenak-enaknya saja, tidak. Atau remaja sesuka-sukanya saja, tidak. Setiap pelayanan di tempat ini, kita mesti serius dan bertanggung jawab di hadapan Allah. Saya sendiri sudah katakan pada pengurus, sejak pertama kali saya datang: Pertama, Sunday School harus excellent. Kedua, ibadah harus benar-benar membawa jemaat untuk melihat kemuliaan Allah. Kalau orang pergi ke gereja Reformed, ditanya, “Kenapa pergi ke gereja Reformed?” Jawabannya selalu adalah khotbahnya, Firmannya. Tetapi tidak pernah jawabannya adalah praise and worship-nya. Tidak pernah ada jawaban itu pada gereja Reformed, tetapi ada pada gereja Karismatik. Tapi saya mau, sejak dari pertama, jika suatu hari orang datang ke gereja Reformed, ditanya kenapa, jawabannya selain daripada Firman, adalah ibadahnya. “Begitu saya ibadah di dalam gereja Reformed, saya menyadari Allah itu besar.” Sekolah Minggu harus dikerjakan dengan excellent. Remaja harus dikerjakan dengan excellent. Digital ministry harus excellent. Satu persatu. Tetapi itu semua program gereja. Saudara jangan pernah samakan misi dengan itu. Misi adalah DNA-nya gereja. Itu adalah vena dari darah mengalir di dalam sebuah gereja yang sejati. Kalau saudara melihat gereja-gereja abad pertama, saudara pikir mereka hanya mengerti doktrin? Tidak, mereka pergi. Kenapa banyak orang tahu doktrin yang baik, saudara tidak mau pergi? Isinya putar-putar cuma debat di dalam. Itu adalah suatu kesalahan dosa yang besar. Ini adalah kehendak Allah, hati-Nya Allah Tritunggal. Di dalam kekekalan, Bapa mengutus Anak, dan Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Di dalam kekekalan, itu sudah ada di dalam hati Mereka. 

Hal yang pertama, saya sudah bicara mengenai berita misi. Hal yang kedua, saya sudah bicara mengenai sumber penggerak dan penggenap misi Allah Tritunggal. Sekarang yang terakhir, hal yang ketiga adalah misi dan kehidupan kita. Saudara perhatikan, apa yang sedang terjadi oleh murid-murid-Nya? Waktu itu sudah sangat malam. Murid-murid itu berkumpul di satu rumah dan dikunci. Mereka sangat-sangat ketakutan. Mereka takut dianiaya. Mereka takut ditangkap. Mereka takut dan mereka sangat malu. Mereka mengira bahwa Guru mereka sudah mati. Tidak lagi ada pengharapan. Di tempat yang kecil itu, di tempat yang terkunci itu, di saat begitu minoritas itu, di saat ketakutan itu, di saat tersendiri itu, tiba-tiba Yesus datang, dan kemudian Dia mengatakan, “Pergi, sama seperti Bapa mengutus Aku, sekarang Aku mengutus engkau.” Saudara, lihatlah panggilan misi adalah panggilan ke luar dari comfort zone. Panggilan untuk adanya kemungkinan menghadapi bahaya. Panggilan misi adalah panggilan untuk saudara dan saya berani membuka pintu kehidupan kita yang terkunci rapat itu. Garam dan terang dunia itu tidak bisa disembunyikan. Itu harus dibawa keluar ke tempat bangsa-bangsa, bahkan yang jauh. “Aku mengutus kamu sebagaimana Bapa mengutus Aku,” Wah, kalau saya ada di situ, ini cari masalah. Mungkin saya akan mengatakan, “Minta maaf, minta ampun sama Tuhan.” Tapi saya akan mengatakan sesuatu yang biasa, mungkin dalam pikiran kita yang berdosa; “Mendingan tidak usah bangkit, Tuhan. Saya tuh ingin jadi orang Kristen baik, Tuhan, tapi bukan misionaris. Saya ingin menikmati ajaran-Mu, membuka wawasan… meluluhkan hatiku… pembicaraan-Mu itu manis, Tuhan, tapi ini sekarang, Engkau suruh aku keluar? Membuka pintu ini? Kami datang ke sini untuk tutup pintu. Kami datang ke sini diam-diam, Tuhan. Engkau tidak tahu kami ini takut. Engkau mengatakan ‘damai sejahtera’. Memang kalau saya keluar, saya tidak akan ketemu Pontius Pilatus itu? Saya tidak akan ketemu orang-orang Yahudi itu? Apakah mereka semua sudah dimatikan, Tuhan? Oh Tuhan, perintah-Mu itu menggoncangkan hidupku.” 

Iya, masuk di dalam dunia misi adalah berat. Itulah sebabnya banyak sekali orang Kristen hanya memberikan uang dan itu secukupnya saja, untuk orang lain yang pergi. Saudara kerja, kerja, dapatkan uang begitu banyak, sisihkan sedikit kepada usaha misi, untuk mengurangi rasa bersalah. Kemudian aku akan menikmati seluruh uang yang aku dapatkan. Dan kemudian kita mengatakan, “Aku Kristen, aku pengikut Kristus.” Apakah kita tidak membodohi diri kita sendiri? Yesus memandang seluruh murid-Nya itu, tidak ada Tomas, tidak ada Yudas, “Aku mengutus engkau, sebagaimana Bapa mengutus Aku.” Tuhan, hidup itu sudah banyak masalah, sekarang Engkau tambah lagi masalah. Aku pengen jadi orang Kristen baik-baik. Choir saja Tuhan, choir saja. Sudah cukup toh? Dua jam latihan, dua jam ibadah, selesai. Aku kasih persembahan. Saudara-saudara perhatikan baik-baik, saudara dan saya tidak dipanggil oleh Kristus untuk masuk ke dalam dunia misi, tetapi saudara dan saya diselamatkan oleh Kristus untuk hal ini. Kita semua diutus. Tidak ada satu orangpun yang tidak diutus. Misi dari isi hati Allah harus ada dalam isi hati kita. Meski demikian, kalau saudara-saudara membaca keseluruhan ayat-ayat Alkitab, saudara akan mengerti bahwa murid-murid itu pergi tanpa terpaksa karena sesungguhnya misi itu dilakukan oleh mereka dengan sukacita. Mengapa sukacita? Karena mengalami Kristus yang bangkit. Mengalami penyertaan Roh Kudus. Murid-murid pergi kemana-mana dengan kepenuhan sukacita. Dari hatinya mengalir keluar pengenalan akan Kristus yang sangat memberikan sukacita itu – Kristus yang sudah bangkit. Itulah sebabnya kalau saudara mengerti hal yang paling-paling penting di dalam sebuah dunia misi adalah mengenal pribadi Kristus itu sendiri, lebih daripada kemampuan untuk menjawab/kemampuan berapologetika/kemampuan untuk bersaksi. 

Hidup di dalam misi adalah belajar hidup mengenal Allah dan berjalan bersama dengan Allah. Orang yang berjalan bersama dengan Allah tidak pernah akan statis. Seorang yang berjalan bersama dengan Allah pasti akan meninggalkan comfort zone-nya untuk dipakai oleh Allah sehabis-habisnya. Malam itu, mereka bersembunyi, rumah itu menjadi tempat perlindungan mereka. Dan semua orang-orang, teman-teman murid-Nya adalah orang-orang yang mereka saling kasihi, yang mereka bisa untuk mencurahkan hati, dan mereka saling memeluk. Pintu itu tertutup rapat, mereka tersendiri… takut… tapi tiba-tiba Kristus Yesus datang di tengah-tengah mereka, dan mereka mendengar pengutusan ini, “Aku mengutus engkau sebagaimana Bapa mengutus Aku.” Dan mereka satu-persatu keluar. Bukan saja keluar dari tempat itu, bahkan sampai ke tempat yang paling jauh. Tempat perlindungan mereka bukan rumah itu lagi. Tempat perlindungan mereka adalah Kristus. Dan Allah tidak malu untuk disebut sebagai Allah mereka, karena Allah itu berjanji: “Aku akan menyertai engkau sampai pada kesudahan zaman.” He is my Shelter. Apakah saudara sekarang mengerti? Bukalah isi hati Allah, apa yang ada di dalamnya? Misi. Kiranya kasihan Tuhan boleh memimpin kita, gereja ini, untuk bermisi. Mari kita berdoa.

 

Kis 1:8, Kis 8:1b-4, Kis 11:19-21
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more