Doa Bapa Kami (7)

21 October 2018
Doa Bapa Kami (7)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Matius 6:9

Matius 6:9

Minggu yang lalu saya sudah berbicara berkenaan dengan patron doa Bapa kami. J.I. Packer menyatakan doa itu dikabulkan jika dan hanya jika memiliki prinsip patron doa Bapa kami. Itu tidak berarti bahwa doa Bapa kami kita sebut-sebut seperti mantra. Itu tidak berarti bahwa setiap kali kita berdoa harus persis satu kalimat demi satu kalimat seperti doa Bapa kami. Tetapi apa yang dimaksudkan oleh J.I. Packer? Yaitu ketika kita berdoa, doa Bapa kami, seluruh hidup kita, seluruh keinginan kita, seluruh hati kita mengikuti patron dari empat patron doa Bapa kami. Maka kita akan melihat bagaimana penyediaan Allah itu diberikan kepada kita. Empat hal itu adalah: Bapa kami yang di sorga; hidup yang selalu berfokus kepada pribadi Allah. Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu; hidup yang selalu meninggikan nama-Nya, mencari kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya jadi. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan; hidup yang selalu bergantung kepada seluruh anugerah Allah di dalam kebutuhan kita. Seluruh kebutuhan kita, masa lalu, masa kini dan masa depan sungguh-sungguh bergantung kepada Allah. Dan karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaansampai selama-lamanya; hidup untuk mengembalikan seluruh kemuliaan kepada Allah Tritunggal.

Tanamkan di dalam hati. Hidup berfokus kepada Bapa. Hidup berkeinginan agar seluruh kehendak Allah itu jadi. Hidup yang bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam setiap kebutuhan. Dan yang keempat adalah hidup untuk mengembalikan seluruh kemuliaan hanya untuk Allah Tritunggal. Jikalau saudara-saudara menetapkan empat hal ini di dalam hati kita, di dalam hidup kita, di dalam keluarga kita, di dalam seluruh planning hidup kita, maka kita akan melihat bagaimana Allah itu hidup di tengah-tengah kita. Ini bukan sekedar kalimat-kalimat kosong. Kalimat Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh kenyataan. Yesus tidak mungkin memberikan satu doa yang tidak didengar oleh Bapa di sorga. Yesus tidak mungkin mengajarkan kalimat-kalimat yang tidak terjadi di dunia. Bahkan sebelumnya Yesus mengatakan ada doa-doa yang tidak akan dijawab oleh Allah. Maka setelah itu Yesus mengatakan demikianlah engkau harus berdoa.

Hari ini saya akan meneruskan pembahasan ini. Mari kita melihat Matius 6:9. Hari ini saya akan berbicara berkenaan dengan satu kalimat ini saja. Dan saya akan mengeksposisinya. Yesus mengatakan apabila kamu berdoa, berdoalah demikian. Bapa kami yang di sorga. Apa artinya Bapa kami yang di sorga? Hari ini saya akan berbicara mengenai tiga hal penting di dalam kalimat ini.

Hal yang pertama, ini adalah panggilan pribadi Yesus, Allah oknum kedua kepada pribadi Bapa-Nya sendiri, Allah oknum pertama, yang diberikan kepada kita. Ini adalah suatu rahasia, yang sebelumnya tidak diketahui oleh manusia. Allah oknum pertama, kedua dan ketiga itu hadir di dalam kekekalan. Tidak ada malaikat sebelumnya, tidak ada tua-tua sebelumnya, tidak ada manusia sebelumnya. Tidak ada satu makhluk sebelumnya. Mereka memiliki satu persekutuan yang sangat erat di dalam satu hakekat. Alkitab menyatakan bahwa yang mengenal Allah oknum pertama adalah Allah oknum kedua, bukan malaikat, bukan manusia. Bagaimana mungkin manusia bisa mengetahui? Apakah pendiri agama bisa mengajarkan siapa Allah yang sejati? Apakah seorang doktor bisa mengajarkan siapa Allah yang sejati? Seluruh manusia hanya berbicara mengenai satu being yang tertinggi yang ultimate dan mereka mengatakan Allah. Tetapi Alkitab menyatakan tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Dialah yang hadir di dunia. Dialah yang menyatakan pribadi Allah. Tanpa kehadiran Yesus Kristus, tanpa mulut Kristus mengajarkan kepada murid-murid-Nya, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa taat kepada Allah Bapa.

Ini bukan saja bicara mengenai the Fatherhood of God, ini bicara mengenai nama Allah oknum pertama, nama-Nya adalah Bapa. Ini adalah sebutan yang intim dari Yesus Kristus kepada Allah di sorga. Selain Yesus Kristus, tidak ada satu makhlukpun yang mengenal Dia. Maka di dalam gereja-Nya, Yesus Kristus menyatakan nama itu kepada kita. Oh, ini adalah sesuatu misteri yang dibukakan kepada kita. Ini adalah the greatest revelation. Allah yang tersembunyi, yang tidak bisa dikenal, yang tidak bisa kita lihat dengan mata, yang tidak mungkin kita berbicara dengan-Nya, tidak mungkin kita bisa mengenal-Nya; tetapi Alkitab menyatakan Yesus Kristus datang ke dunia menyatakan kepada kita, Allah itu nama-Nya, Bapa.

Sesuatu yang tertutup sekarang dibukakan. Mari kita melihat ayat-ayat penting. Yohanes 1:14. Saudara-saudara di dalam Yohanes 1:14, dalam bahasa aslinya adalah the only begotten Son. The only begotten Son itu artinya apa? Bahwa Yesus adalah satu-satunya Anak, tidak ada yang lain dan Yesus memiliki hubungan yang khusus dengan Allah. Yesus memiliki sifat, hakekat, natur yang sama dengan Allah. Perhatikan ayat yang ke-18. Tidak ada yang kenal sebelumnya, tidak ada yang melihat sebelumnya, tidak ada manusia yang bisa menduga sebelumnya. Maka jika saudara dan saya bisa mengenal Allah, nama-Nya adalah Bapa, itu adalah wahyu dari Yesus Kristus kepada kita, gereja-Nya. Ini adalah sesuatu yang sangat esensial di dalam kehidupan manusia. Hanya manusia yang mengerti nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus adalah yang diselamatkan. Ini berbicara berkenaan dengan Allah Tritunggal. Yesus menyatakan bahwa inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yohanes 17:3). Tetapi perhatikan Yohanes 17:1, maka saudara-saudara akan tahu bahwa Allah itu adalah Bapa.

Mari kita melihat Yohanes 17:1-3. Apa arti hidup kekal? Hidup kekal adalah mengenal Allah itu Bapa, Allah oknum pertama dari Tritunggal. Di dalam Alkitab kita akan mendapatkan satu prinsip ini. Allah itu ingin didekati, dikenal, dan disembah sebagai Allah Tritunggal. Di luar Allah Tritunggal tidak ada keselamatan. Ketika Yesus datang ke dunia, maka dia menyatakan pribadi Allah. Tidak ada satu manusiapun yang mengetahui sebelumnya, maka di dunia Dia menyatakan Allah. Siapa itu Allah? Allah itu Bapa, sehingga di dalam Alkitab dikatakan hidup kekal itu mengenal Allah yang adalah Bapa dan mengenal Yesus Kristus. Saudara-saudara, mari kita melihat signifikansi pengenalan ini. Matius 11:27. Dalam ayat ini Bapa dan Anak memiliki satu ikatan yang khusus. Tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Tidak ada satu pendiri agama, tidak ada satu nabi, tidak ada satu rasul, tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Jikalau saudara dan saya bisa mempercayai bahwa Allah itu Tritunggal, Allah yang tidak dilihat oleh mata, Nama-Nya adalah Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Jika sungguh-sungguh terjadi di dalam hati kita, sungguh-sungguh ada di dalam kepercayaan kita, bukan dari orang-tua kita, bukan karena biasa pergi ke gereja, tetapi percaya di dalam hati karena Roh Kudus mengirimkan kalimat Yesus itu kepada kita, maka itulah keselamatan. Itulah keajaiban. Itu adalah the greatest revelation. Ini adalah panggilan kedekatan antara Allah oknum kedua kepada Allah oknum pertama sendiri. Suatu hari Paulus pergi ke Athena, dan kemudian dia melihat ada patung dewa-dewa, dan dia melihat allah-allah di sini dan di sana. Kemudian ada satu mezbah, pada mezbah itu tertulis, kepada Allah yang tidak di kenal. Tetapi di sini Yesus Kristus menyatakan itu Bapa! Revelation dari Allah oknum kedua, tentang Allah oknum pertama kepada kita. Dalam sebuah keluarga, kadang-kadang ada sebutan-sebutan kedekatan, sebutan-sebutan sayang. Sebutan-sebutan sayang itu adalah sesuatu yang sangat secret, sangat personal. Hanya suami yang berbicara kepada istri, dan istri berbicara kepada suami tentang sebutan itu. Dalam kasus ini, saudara adalah tetangga orang itu, atau mungkin orang lain yang begitu jauh dari keluarga ini, tetapi dinyatakan apa yang menjadi sebutan kesayangan dari suami istri tersebut. Ketika itu terjadi, saudara mendapatkan rahasia yang paling dalam di antara suami istri itu. Jikalau itu terjadi, artinya saudara dimasukkan di dalam satu keintiman, atau suatu relasi yang dekat dengan keluarga itu. Tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Tetapi pada hari itu, murid-murid-Nya mengatakan Tuhan, ajarlah kami berdoa. Apabila kamu berdoa, berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga. Apa Tuhan Yesus? Bapa kami yang di sorga? Setiap kali Yesus menyendiri, Dia berlutut. Pagi-pagi atau malam-malam sendirian. Tidak ada orang yang mendengar, tidak ada orang yang tahu, dan Dia berdoa dengan intim, Dia menengadah ke langit, Dia mengucapkan satu kalimat, satu nama yang di seluruh muka bumi ini hanya Dia yang tahu. Bapa. Kemudian Dia mengutarakan seluruh isi hati-Nya. Nama yang tersembunyi itu, nama yang paling Dia kasihi, nama yang paling rahasia, sekarang diberikan kepada engkau dan saya. Diberikan kepada kita. Bapa kami yang di sorga.

Hal yang kedua, ketika Yesus mengatakan apabila kamu berdoa, berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga. Ini adalah pewahyuan tentang Allah yang jauh sekaligus dekat. Allah yang jauh dan dekat. Ini berbicara berkenaan dengan the Fatherhood of God. Kebapaan Allah. Seperti apakah Allah? Seperti apakah Allah yang kita kenal sebagai manusia yang berdosa? Seluruh agama, seluruh pikiran kita sekalipun, ketika berbicara berkenaan dengan Allah, adalah Allah yang jauh, Allah yang perkasa, Allah yang ada di sana, Allah yang tidak mungkin kita hampiri. Oh, kalau saudara-saudara melihat doa orang Islam, dan kalau saudara perhatikan apa yang ada di Mekkah, maka saudara akan gemetar karena memang seharusnya manusia yang berhadapan dengan Allah adalah seperti itu. Jutaan orang ada di tengah-tengah lapangan di Mekkah. Seorang pemimpin agama menyerukan Allahu Akbar dan seluruh lutut bertelut. Jutaan orang bertelut. Kalau melihat dari TV, saudara merasa biasa, tetapi coba saudara bayangkan jika saudara berada di sana. Saudara ada di tengah-tengah jutaan orang yang berkumpul itu, kemudian ada satu pengeras suara menyatakan Allahu Akbar. Maka saudara akan lihat kanan-kiri, depan-belakang saudara, seluruhnya berlutut. Saya yakin lutut kita tak mungkin berdiri di situ. Seluruhnya akan gemetar, kita mau tak mau akan berlutut. Jutaan orang berlutut. Allah, siapakah Allah itu? Allah yang besar. Allah yang agung. Allah yang harus ditakuti. Allah yang harus disembah. Ada satu gambaran yang pernah diceritakan kepada saya. Kita tahu, semua orang Hindu melihat kebesaran Allah ada di dalam gunung. Ada satu hal yang sangat membuat hati remuk. Ada satu gambaran seorang Hindu, ketika gunung berapi itu meletus dan seluruh tanah bergetar dan kemudian lahar yang panas dimuntahkan, orang Hindu ini, dalam konsep allahnya, menyadari bahwa Allah itu besar dan mungkin sekali Allah itu marah, maka dia itu bukan lari ke belakang, dia lari ke gunung itu, berlutut dan kemudian lahar datang dan menyapu dia. Allah itu besar. Tapi suatu hari Yesus mengatakan engkau mau berdoa kepada Allah yang besar? Engkau mau berdoa kepada Allah yang agung? Aku ajarkan kepada kamu berdoalah demikian: “Bapa kami yang di sorga.” Dia Allah, bagaimana mungkin saya bisa mengatakan Bapa? Dia Allah, Dia besar, Dia ditakuti oleh semua orang. Orang Islam takut kepada Dia. Orang Hindu takut kepada Dia. Tetapi Engkau mengatakan kepada kami, Allah itu Bapa? Yesus Kristus membawa Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat. Allah yang jauh, yang besar, yang mulia, Allah itu kemudian menjadi dekat, menjadi mengasihi, menyayangi kita. Allah yang transcendent, jauh, sekarang menjadi Allah yang dekat yang immanent. Maka, di dalam kekristenan, ketika menyembah Allah yang sejati di dalam Yesus Kristus maka selalu ada paradoks perasaan ini, yaitu takut dan gentar, serta kasih dan sayang. Selalu menjadi satu di dalam paradoks yang Yesus ajarkan kepada kita. Engkau dan saya tidak lagi melihat Allah menjadi satu Pribadi yang jauh dan menakutkan, Yesus membawa-Nya dekat kepada kita. Yesus membawa-Nya menjadi sahabat kita. Yesus membawa-Nya menjadi Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Roh Kudus mengajari kita ketika kita menghadap Allah yang besar itu, Allah yang jauh itu. Roh Kudus mengajar kita ketika kita berdoa, kita menyebut Dia, memanggil Dia, di manapun saja, kapanpun saja kita menyebut Allah yang besar itu ya Abba ya Bapa. Luar biasa. This is Christianity.

Saya akan membawa saudara-saudara melihat seperti apa Allah yang besar itu di dalam Alkitab. Mari kita membaca Yesaya 40:12-26. Kiranya Allah Roh Kudus membawa mata hati kita melihat ayat-ayat seperti ini. Allah itu Allah yang mulia. Allah itu Allah yang besar. Dia menanam orang-orang di dunia, baru bertumbuh sebentar saja, Dia kirimkan angin badai dan mereka tidak ada lagi. Dia mengatakan jika seluruh pohon di dunia ini ditebang menjadi kayu api dan seluruh binatang di dunia ini dikorbankan pun itu tidak pernah akan cukup bagi Dia. Banyak orang Kristen kurang ajar kepada Tuhan, tidak mau memberikan uang di dalam pekerjaan Tuhan, luar biasa kikirnya. Apalagi orang-orang yang mengatakan bahwa aku tidak mau memberikan persembahan. Saya katakan kepada saudara-saudara, gereja tidak memerlukannya. Allah tidak memerlukannya. Dia adalah Allah yang besar. Saudara harus bertobat. Kita tidak mungkin bisa membantu Allah. Banyak orang Kristen sudah mempermainkan Allah. Adalah benar bahwa Yesus Kristus mengajarkan Allah yang jauh itu sekarang dekat. Tetapi Dia adalah Allah yang jauh. Dia bukan hanya Allah yang dekat. Dia adalah Allah yang jauh dan dekat. Kita tidak bisa mempermainkan Dia. Kita sungguh-sungguh harus hormat kepada Dia. Banyak orang Kristen mempermainkan Allah. Banyak orang Islam tidak berani mempermainkan Allah. Banyak orang Kristen bermain-main dengan Allah. Banyak orang-orang Hindu dan orang-orang Ibrani, Yahudi itu takut kepada Dia. Kita harus bertobat. Dia adalah Allah yang besar. Dia tidak pernah menjadi kecil. Dia adalah Allah yang besar. Lihatlah Yesaya ini, maka saudara-saudara akan mengerti siapa Dia. Tuhan, ajarlah kami berdoa. Apabila engkau berdoa, berdoalah demikian: “Bapa kami yang di sorga.” Siapa? Bapa? Itu adalah sebutan yang Aku sendiri katakan kepada Allah oknum pertama. Setiap pagi sebelum engkau bangun, Aku sudah bangun dan menghampiri Dia. Setiap malam setelah engkau tidur, Aku itu masih terjaga dan engkau masih tidur. Aku mengatakannya kepada Dia, panggilan yang Aku kenal di dalam kekekalan. Dia mengenal Aku dan Aku mengenal Dia. Hanya Kami. Bapa. Hal yang kedua berbicara berkenaan dengan Allah yang jauh dan Allah yang dekat. Mengerti hal yang kedua ini, maka kita akan mengerti identitas kita. Alkitab mengatakan kita adalah anak-anak Allah. Alkitab menyatakan kita memanggil Allah itu Bapa. Dan siapa Bapa itu? Dia adalah Allah yang besar itu. Saya pernah mengenal satu keluarga yang papanya adalah seorang narapidana. Ketika hukuman itu dijatuhkan, maka foto papanya itu ada di dalam surat kabar. Anak itu kemudian melihat foto papanya sebagai narapidana ada di dalam surat kabar dan itu menghancurkan hatinya. Kemanapun dia pergi, dia malu, dan jiwanya terguncang, identitasnya itu kemudian runtuh. Tetapi Bapa kita adalah Allah yang besar.

Terakhir yang ketiga, Tuhan, ajarlah kami berdoa. Apabila engkau berdoa, berdoalah demikian: “Bapa kami yang di sorga.” Saya sudah menyatakan bahwa doa harus memiliki sasaran, fokus seperti seorang yang mengirim surat, ada alamat yang dituju dan fokusnya adalah Bapa di sorga. Ketika kita berdoa Bapa kami yang di sorga, kita harus sadar bahwa kita berdoa kepada Allah yang menciptakan, menguasai dan menopang seluruh bumi ini. Ada perbedaan kualitatif antara Dia dan saya. Ada sesuatu yang tidak terseberangi kecuali di dalam Yesus Kristus. Dia adalah Allah Pencipta itu. Dan Allah Pencipta itu adalah Allah yang memiliki hak untuk memerintah ciptaan-Nya. Ketika kita berdoa Bapa kami yang di sorga, maka doa ini artinya mengakui kedaulatan Allah terhadap kita. Itulah sebabnya Yesus Kristus ketika di taman Getsemani menghampiri Bapa-Nya di sorga sendirian. Dia mengatakan, Bapa. Sebutan yang Dia kenal sejak dalam kekekalan. “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Ketika kita berdoa berkenaan dengan Bapa kami yang di sorga, maka kita ingat Dia adalah Allah yang berdaulat. Dia Bapa yang berdaulat. Di dalam ancient near east culture, maka seorang raja yang berdaulat, rakyatnya datang kepada raja dan menyebut raja itu dengan sebutan my father. Itu artinya my master, my lord. Tuanku, perintahkanlah kepadaku. Ketika berbicara berkenaan Bapa itu adalah Allah oknum pertama. Ketika berbicara mengenai Bapa itu adalah the Fatherhood of God. Dan berbicara mengenai Bapa itu adalah berbicara mengenai kedaulatan, my Master. Maka ketika kita berdoa Bapa kami yang di sorga, di dalam hati kita, kita tetapkan ketaatan. Ini adalah ajaran Yesus kepada gereja. Sungguh sangat mengagumkan. Melampaui seluruh pikiran yang ada pada waktu itu. Membukakan sesuatu yang tertutup pada waktu itu.

Saya akan akhiri dengan menceritakan satu ilustrasi ini. Seorang pengkhotbah bernama John Huffman menceritakan seorang anak kecil yang merangkak melewati semua keajaiban di dalam Wahyu 4. Dia menyeberangi lautan kaca, melewati ke-24 tua-tua, naik ke atas takhta dan sampai di depan altar itu, dia bersuara dengan lirih kepada satu Pribadi yang duduk di atas takhta itu, Father. Dan itu akan mencerminkan semua yang akan kita kerjakan. Di sorga ada lautan kaca, di sorga ada 24 tua-tua, di sorga ada takhta yang menjulang, di sorga ada malaikat-malaikat yang bernyanyi, dan satu per satu orang-orang yang ditebus akan menghadap takhta kasih karunia itu, melewati seluruh yang ada. Melewati lautan kaca, melewati seluruh tua-tua, melewati seluruh malaikat-malaikat yang besar di sana, dan kita akan masuk ke dalam satu takhta yang tinggi menjulang, yang putih dan begitu agung, yang bersinar, kita merangkak satu per satu anak tangganya, dan ketika kita berada di tengah-tengah tempat di atas takhta itu, di mana satu Pribadi itu ada dan kemudian kita berlutut dan kemudian kita mengatakan, Father, Bapa. Karena Kristus sudah mengajarkan kepada kita, membuat Allah yang menakutkan itu menjadi Bapa kita. Oh, ini pewahyuan yang luar biasa. Tidak mungkin bisa dibeli dengan uang. Hanya yang dari atas, yang ada di pangkuan Allah Bapa itu, yang menyatakan nama-Nya kepada kita. Bersukacitalah jemaat. Bersukacitalah. Ini melebihi daripada mendapatkan uang. Ini melebihi daripada mendapatkan seluruh isi dunia. Mendapatkan Allah yang mengasihi kita. Kiranya hati kita makin takut kepada Dia. Mari kita berdoa. 


Mazmur 2
 
 

Mazmur 84:1-12
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more