Ringkasan Khotbah

7 April 2024
Kebangkitan Kristus dan Kuasa Mematikan Dosa (1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Rom 8:11-14

Rom 8:11-14

Kekristenan bukanlah suatu ide agama. Kekristenan adalah suatu kenyataan kehidupan yang dikerjakan oleh Allah di bumi ini. Dua ribu tahun yang lalu Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal di bumi ini di dalam sejarah. Iman Kristiani adalah iman yang bersandar kepada karya Allah di dalam sejarah. Kristus Yesus lahir, inkarnasi dari anak dara, itu di dalam sejarah. Kristus Yesus mati di atas kayu salib itu real sejarah. Kristus bangkit, Kristus naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah itu adalah kenyataan di dalam hidup ini. Ini bukan khayalan, ini bukan suatu cerita, ini bukan juga suatu harapan. Ini adalah fakta, ini adalah realitas. Bukan saja suatu realitas, tetapi realitas yang memayungi seluruh realitas yang ada, dan ini terjadi ribuan tahun yang lalu. 

Tetapi suatu hari, seperti yang minggu lalu saya sudah katakan, satu pertanyaan dari dosen saya menghujam hati saya, “Jikalau Yesus Kristus sungguh-sungguh bangkit, dan engkau mempercayai, tunjukkan di mana letak kemenangan Kristus di hidupmu. Jikalau Kristus Yesus itu bangkit dan engkau mempercayai, tunjukkan pengaruhnya di dalam hidupmu.” Apakah ada perbedaan antara Yesus Kristus itu mati saja atau bangkit dari antara kubur? Yang dia pertanyakan adalah: ‘Apakah kebenaran di dalam sejarah itu berelasi dengan kehidupanku here and now?’ Pagi ini kita akan sekali lagi memikirkan apa yang Alkitab katakan, bagaimana cara kerja Allah, metode Allah, “the way” yang Dia pakai untuk mengubah hidupku here and now ini dengan kenyataan yang dahsyat ribuan tahun yang lalu. 

Roma 8 yang tadi kita baca menyatakan hubungan yang luar biasa erat antara kebangkitan Kristus Yesus dengan pengudusanku; kejadian ribuan tahun yang lalu dengan hidupku here and now. Kegagalan mengerti ini membuat kita hanya beragama. Kegagalan mengalami ini akan membuat saudara-saudara boleh mengatakan doktrin apapun saja tetapi hidup itu tidak pernah berubah. Dosa tetap berkuasa atas hidup kita dan kita dimatikan oleh dosa, dan semakin kita menyatakan Kekristenan, orang semakin menjauh dari kita karena mereka tidak melihat ada perbedaan antara diri kita dengan diri mereka. Kekristenan yang sejati lebih daripada sekedar doktrin. Kekristenan yang sejati lebih dari sekedar perkataan. Alkitab mengatakan: Kerajaan Allah itu datang dengan kuasa, dan kuasa itu adalah kuasa kebangkitan yang Tuhan sudah berikan kepada kita

Minggu yang lalu kita sudah bicara panjang lebar berkenaan dengan: “Apakah itu sesungguhnya orang Kristen?” Seorang Kristen adalah seseorang yang sudah dilepaskan, dipindahkan dari realm daging menuju kepada realmHoly Spirit. Ini tidak bisa kembali, dan ini adalah sesuatu kenyataan di dalam kerohanian, maka ini adalah sesuatu dasar dari segala sesuatu kehidupan rohani kita dan itu dikerjakan oleh Roh Kudus. Alkitab menyatakan, Roh yang membangkitkan Kristus itu ada di dalam hatimu, di dalam tubuhmu – Dia akan menghidupkan engkau. Karena kenyataan yang Tuhan sudah kerjakan ini, maka Tuhan memberikan satu perintah kepada kita. Tugas atau perintah itu adalah hidup di dalam kekudusan. Dulu kita tidak memiliki kekuatan ini, tetapi di dalam Kristus Yesus oleh Roh Kudus kita memiliki kekuatan ini. Kita memiliki kemungkinan hidup suci ini. 

Saya mau membawa saudara-saudara pada kebenaran minggu yang lalu, yang sangat penting; saya akan mengingatkan saudara-saudara berkenaan dengan diri kita (ourbeing) yang baru di dalam Yesus Kristus. Sepanjang kita tidak mengerti ini maka kita akan kering dalam melakukan tugas-tugas kekristenan. Sepanjang kita tidak mengerti prinsip ini, maka kita salah mengerti hati Tuhan dan motivasi-Nya. Sepanjang kita tidak mengerti hal ini, setiap tugas-tugas kekristenan termasuk memenuhi hukum adalah suatu siksaan bagi jiwa kita. Semakin saya menyadari ketika seseorang mengatakan “saya kering”, “saya terseret-seret”, “saya merasa menjadi orang Kristen itu adalah melakukan perintah-perintah yang mematikan dan tugas-tugas yang begitu banyak”, saya menyadari sekali (karena itu juga terjadi juga dalam hidup saya), saya tidak mengerti apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam hidup saya. Dan saya mengerti jalan keluarnya adalah bukan mengurangi pekerjaan itu, tetapi saya perlu masuk lebih dalam menuju kepada mata air kehidupan itu, untuk menikmati, untuk rest. Apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup saya seluruhnya kasih karunia, seluruhnya adalah cinta. Sekali lagi saya akan mengingatkan saudara akan prinsip ini: di dalam Alkitab, kalau ada suatu perintah/tugas, saudara lihat lagi di atasnya ada sesuatu yang Tuhan sudah kerjakan di dalam hidup kita. Itulah yang disebut secara teknis bahwa setiap imperatif (setiap tugas atau perintah) pasti ada sesuatu kalimat indikatif (sesuatu kalimat yang ada di atasnya terlebih dahulu). Ada sesuatu yang di atas yang Tuhan sudah kerjakan terlebih dahulu, sebelum Dia memberikan kepada kita tugas. Karena tugas ini tidak mungkin bisa dikerjakan sebelum atasnya itu terjadi. Dan tugas ini (imperatif ini) adalah sesuatu respon alamiah kalau indikatifnya itu sudah terjadi. 

Minggu yang lalu kita sudah bicara mengenai salah satu contohnya di dalam Kolose 3:1-2,5 dikatakan, “Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi…” – Matikan dosa. Perhatikan bahwa ayat dua dan ayat lima adalah tugas (sesuatu imperatif). Biasanya mata kita hanya akan melihat ayat ke-2 dan 5, tetapi sebenarnya rahasia rohani ada pada ayat ke-1. Kalau saudara-saudara memfokuskan pada ayat ke-2 dan 5, saudara akan lelah, saudara akan berpikir bahwa Allah itu menuntut. Saudara akan berpikir bahwa “Oh, aku tahu aku harus mematikan dosa, aku harus hidup suci, tetapi ini adalah sesuatu yang melelahkan dan berat.” Tetapi kalau saudara-saudara mengingat ayat yang ke-1, “Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus…” itu artinya Kristus sudah menjadi hidup kita, kebangkitan Kristus sudah ada pada diri kita, maka ada Roh Kudus di dalam diri kita, maka ada cinta kasih yang sudah menghampiri kita, ada anugerah yang Tuhan berikan kepada kita, maka respon yang alami (bukan dibuat-buat) adalah aku ingin hidup suci, aku rindu hidup suci. 

Saudara saya ambil satu contoh yang lain. Mari kita melihat Keluaran 20, maka saudara akan menemukan 10 perintah Allah. Saudara pasti mengingat 10 perintah Allah, apa yang ada di dalam hati kita? Isinya kata ‘jangan…jangan…jangan…’ – ini melelahkan. Jadi orang Kristen melelahkan, banyak tuntutan. “Apakah Bapak kurang tahu hidup ini? Di rumah saya juga mendengar banyak kata ‘jangan’. Bapak coba dengarkan saja itu, Papaku bicara apa? Lebih lagi Mamaku. Jangan.. jangan…jangan… Sampai gereja yang saya dengar kata ‘jangan’ lagi? Capai Pak.” Ini sungguh-sungguh terjadi, saya pernah sharing tentang ini mungkin tiga kali. Pada waktu saya mahasiswa tehnik kimia, maka saya sesekali pergi ke bioskop. Pada waktu itu bioskop sedang menayangkan film Ten Commandments. Kemudian saya ajak teman saya, “Eh pergi ke bioskop, yuk.” Lalu kemudian teman saya tanya, “Nonton film apa?” Saya menjawab, “Sepuluh Perintah Allah.” Kemudian teman saya menjawab, “Ah tidak mau, tiga saja sudah pusing, apalagi sepuluh.” Perintah-perintah ini sangat memusingkan, akan berat bagi kita. Seluruh tugas dalam Kekristenan itu adalah sesuatu yang berat bagi kita. Kenapa? Karena mata kita hanya melihat perintah. Padahal Alkitab menempatkan perintah itu, di atasnya ada sesuatu indikatif. Saudara perhatikan 10 perintah Allah itu di dalam satu kelengkapannya. Mari kita melihat Keluaran 20:2-3, “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Perhatikan intinya, bobotnya ada pada ayat yang kedua. Sebelum Allah memberikan kepada kita perintah, sebelum tugas itu keluar, Dia mengatakan kepada orang Israel, “Israel dengarkan! Akulah TUHAN (God of Covenant), Akulah Allah yang menebus engkau, Aku yang berjanji kepadamu, tidak ada satu bangsa yang Aku berjanji kepadamu. Kepadamu, kepadamu saja, hai Israel! Aku sudah melakukan suatu perbuatan besar bagimu. Aku mengeluarkan engkau dari tangisanmu. Aku menebus engkau dari kematian karena Mesir. Hai Israel, Aku mengasihimu! Jangan ada padamu allah lain.” Apakah saudara sekarang membacanya dengan pandangan yang lain? 

Setan membawa kita untuk melihat seluruh tugas…tugas…tugas. Alkitab membawa kita melihat kepada anugerah…anugerah…anugerah. Anugerah di depan dan kemudian kekudusan di belakang. Setan juga bisa membawa saudara melihat anugerah…cinta…anugerah…cinta, tapi kemudian itu menjadi license untuk berbuat dosa. Kalau saudara melihat secara keseluruhan, saudara bisa melihat bagaimana motivasi Tuhan, isi hati Tuhan, apa yang sudah Tuhan kerjakan, saudara melihat keseluruhan, saudara melihat cinta Tuhan. 

Saya pernah berkhotbah ini dan saya mau mengingatkan bahwa ini adalah teknik setan sejak dari kitab Kejadian. Apa yang Tuhan katakan dan kemudian apa yang setan katakan? Tuhan mengatakan, “Segala dari tumbuhan dan dari hasil pohon di tanah ini seluruhnya boleh engkau makan kecuali pohon yang ini.” Kita selalu akan bertanya kenapa tidak boleh makan yang ini? Saudara lupa bahwa ini adalah Firman untuk suatu kelimpahan. Seluruhnya boleh, kecuali yang ini. Saya ambil contoh: yang boleh adalah seluruh dari mimbar ini, dan yang tidak boleh adalah botol ini. Kalau melihat dari jauh, saudara akan melihat perbandingannya, botol ini sangat kecil dibandingkan seluruh mimbar ini, tetapi setan membuat botol ini yang berada di depan mata kita sehingga seluruh mimbar ini tertutup. Ini adalah cara setan untuk mengelabui kita dengan Firman. 

Sama dengan hal ini. Tuhan itu mengeluarkan Israel, Tuhan itu menghancurkan Mesir sampai kepada Firaun. Bahkan ketika orang Israel itu dikejar oleh Mesir, Tuhan itu menutup mereka dengan tiang awan dan tiang api sampai mereka keluar semua dari laut itu, tidak ada satupun yang tersisa. Mesir bukan tandingan Israel. Israel itu sangat-sangat kecil. Mesir itu sangat-sangat hebat dan Mesir itu menghancurkan Israel, melumat Israel dengan kekuatan-Nya, maka Tuhan itu melindungi Israel. Hari itu dikatakan di dalam Alkitab, (ketika saya membacanya berapa tahun yang lalu air mata saya terus mengalir), “Hari itu adalah hari berjaga-jaganya Aku. Aku tidak akan diam, Aku tidak akan tertidur, Aku berjaga-jaga untuk umat-Ku” Apakah itu jikalau bukan cinta? Apakah itu kalau bukan kasih karunia? Apakah itu kalau bukan motivasi mencintai? Berkali-kali nabi-nabi mengatakan, “Oh lihat seluruh bangsa Israel, apakah ada bangsa yang Aku perlakukan seperti itu?” Dan kemudian Dia katakan, “Jangan ada padamu allah lain, jangan mencuri, jangan berzinah, jangan bersaksi dusta.” Kita selalu pikir yang ini (botol) dan bukan sesuatu yang besar. Itulah sebabnya kekudusan menjadi sesuatu yang sulit bagi kita. Kita tidak mengalami, kita tidak mengingat akan apa yang Dia sudah kerjakan dalam hidup kita. Sama seperti Roma 8 dengan prinsip yang sama “Kristus Yesus sudah bangkit, Roh yang membangkitkan Dia dan Roh itu sekarang ada padamu, maka matikan dosa!” Sekali lagi kalau saudara-saudara melihat agama yang lain, mereka hanya bilang “Matikan dosa, ya. Lakukan ini, ya. Lakukan itu.” Alkitab tidak pernah begitu. Alkitab setiap kali ada perintah sebelumnya ada apa yang Tuhan sudah kerjakan.

Sekarang saya akan masuk ke dalam Roma 8:13 dan saya akan menjelaskan ayat ini saja untuk saudara mengerti: ada satu rahasia vitalitas rohani karena kebangkitan Kristus sudah dikerjakan. Sekali lagi, yang ada di dalam pikiran Paulus adalah, “Engkau sudah dibangkitkan bersama dengan Kristus. Kristus sudah bangkit 2000 tahun yang lalu dan sekarang Roh yang membangkitkan Dia ada pada dirimu dan sekarang Roh itu akan menghidupkan dirimu. Roh Kudus ada di dalam hatimu, sekarang matikan dosa!” Dan saya akan menyoroti lima bagian kecil ini. “Jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.”

Perhatikan, kata yang pertama adalah ‘jika’.Paulus memakai kata ‘jika’ ini untuk menunjukkan hubungan conditional antara mematikan dosa dengan hidup (ada hubungan yang terkondisi, bukan tanpa kondisi). Ada kondisi antara mematikan dosa dan hidup. Nanti saya akan jelaskan apa yang dimaksudkan dengan kata ‘hidup’ di sini. Ini bukan bicara mengenai hidup kekal, tetapi adalah hidup masa kini. Sekarang saya akan masuk terlebih dahulu berkenaan dengan ‘jika’. Kata ini adalah persis seperti analogi ini: Jika engkau minum obatnya, maka engkau akan sembuh. Ada suatu kondisi. Kamu mau sembuh? Maka, minum obatnya. Bukan saja suatu kondisi, ini suatu janji. Kalau engkau minum, maka engkau akan sembuh. Dan, di sini ada janji: Jika engkau mematikan dosa, kehidupan rohanimu di dunia ini here and now akan hidup. 

Hal yang kedua adalah kata ‘kamu’. “Jika oleh Roh ‘kamu’ mematikan…” Ini memberitahukan kepada kita siapa yang bertanggung jawab melakukan kewajiban ini – yaitu diri kita (orang-orang yang sudah ada di dalam Kristus, orang-orang yang sudah ada di dalam realm Roh Kudus). Perintah ini tidak ditujukan bagi orang-orang di luar Kristus, karena bagi mereka hal itu tidak mungkin dilakukan. Kalimat ini adalah ditulis oleh Paulus untuk orang-orang di dalam Kristus, bukan di luar Kristus. Karena orang-orang di luar Kristus tidak memiliki Roh Kudus yang berkuasa untuk mematikan dosa.

Hal yang ketiga, kata ‘oleh Roh’.Ini menyatakansarana utama atau kuasa utama dalam melakukan kewajiban mematikan dosa yaitu Roh Kudus yang berdiam di dalam kita; yang memberikan kehidupan, yang menjadikan kita anak-anak Allah, yang menolong kita dalam kelemahan kita. Seluruh kalimat-kalimat yang saya bicarakan tersebar di dalam Roma 8. Paulus mau mengatakan demikian: “Seluruh sarana lain untuk mematikan dosa adalah kesia-siaan. Kita tidak bisa mematikan dosa dengan kekuatan kita sendiri. Hanya Dia yang membangkitkan Kristus dari dalam kubur, Dialah yang memampukan kita untuk mematikan dosa kita.” Jangan mengecilkan arti dosa. Jangan membiarkan dosa itu keluar dari diri kita. Itu adalah sesuatu kekuatan. “Matikan dosa atau dia akan mematikan kita” demikian kata John Owen. Perhatikan sesuatu yang penting ini: Kuasa itu adalah dari Roh Kudus. Roh yang ada dalam diri kita. Roh yang sama yang sudah membangkitkan Kristus dari kematian. Dosa tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan kita (Itu bukan lawan kita). Dosa itu hanya bisa dikalahkan oleh kuasa yang dimiliki oleh Roh. Tetapi, siapa yang mematikan dosa? Kita yang melakukannya, bukan Roh Kudus. 

Saudara mungkin berpikir, “Oh, ayat ini lebih indah kalau Roh Kudus yang mematikan dosa, jangan saya.” Saya bisa jelaskan begitu banyak dengan hal-hal teologi, tetapi ini yang saya mau katakan: cara kerja Allah tidak pernah memaksa kita. Dia tidak akan pernah membuat kita itu seperti robot. Dia menginginkan keinginan hati kita. Problem utama dari mematikan dosa itu bukan Roh Kudus. Problem utama dari mematikan dosa adalah our will – keinginan kita itu apa? Kita sama-sama orang yang bergumul dengan dosa. Kita sering mengatakan, “Aku tidak mampu. Aku terlalu lemah, ” dan berkali-kali saya juga mengatakan alasan yang sama. Sebenarnya kalau kita mau jujur adalah bukan kita tidak mampu, Alkitab mengatakan, “Kamu mampu! Ada Roh Kudus!” Masalah utama adalah kamu tidak mau! Kita yang tidak mau! Itulah sebabnya setiap kali melakukan dosa itu, Tuhan tahu hati kita. Kita menyakiti hati Dia sekali lagi. Kristus sudah mati. Roh sudah ada di dalam diri kita dan Tuhan itu membenci dosa, tetapi kita tidak mau mematikannya, kita menginginkannya, kita memeliharanya, kita suka dengannya. Masalah utama ada di sana, bukan di dalam kuasa. Orang Puritan mengatakan demikian: Roh memakai sarana apa untuk memberikan kita kekuatan untuk mematikan dosa? Roh memakai sarana-sarana anugerah terutama adalah Firman. Itulah sebabnya, kalau saudara-saudara berdosa, jangan malah keluar dari gereja. Kalau saudara berdosa, jangan malah menjauhi Alkitab. Saudara sadar dosa saudara, mari datang karena kita memerlukan Firman untuk dipakai oleh Roh Kudus, untuk menguatkan kita mematikan dosa tersebut. 

Hal yang keempat adalah ‘mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu’, dengan kata yang lain ‘mematikan dosa’. Apa yang dimaksud dengan kata ‘mematikan’? Mari pikirkan, kalau saudara-saudara membunuh seekor binatang. Apa artinya? Artinya adalah merenggut kekuatan atau kuasanya dan menghabisi hidup binatang itu, sehingga dia tidak lagi bisa bertindak dan melakukan apa yang dia inginkan. Sekali lagi, sehingga dia tidak bisa bertindak dan melakukan apa yang dia inginkan. Masalah utama dari dosa yang tidak dimatikan adalah suatu hari ini akan keluar dan kita tidak mungkin bisa cegah dan melakukan sesuka-suka yang dia kerjakan. Ketika saya membaca dari apa yang terjadi di hari-hari terakhir Yesus Kristus dan kemudian saya melihat apa yang terjadi dan dilakukan oleh Yudas, maka ada satu kalimat atau satu komentator yang mengatakan demikian: ‘Jikalau kita sudah membuka celah dosa itu dan kemudian dosa itu tidak kita matikan, maka ada satu waktu di mana segala sesuatu tidak bisa kembali lagi. Ada satu waktu di mana dosa itu akan menjelma dan tidak mungkin bisa kembali lagi, kecuali bunuh diri.’ Mau diapa-apain, tidak bisa kembali. Saya sebenarnya tidak mau pakai ilustrasi ini karena sebenarnya ini ilustrasi yang kasar tapi minta maaf, saya perlu pakai ini supaya saudara mengerti apa yang kita hadapi dan ini ilustrasi dari dosen saya. Saudara, karena ini ilustrasi dari dosen saya dan saya tidak ketemu satu ilustrasi yang lebih tepat lagi. Dia mengatakan, kalau kamu nonton terus video porno, saudara pasti suatu hari engkau akan berzinah. Karena dosa itu seperti ini, sampai titik tertentu, saudara itu seperti orang kebelet kencing, minta maaf yah. Mau tidak mau, mesti keluar! Tidak bisa, saudara tahan-tahan! Tidak bisa! Sampai titik tertentu, pasti keluar! Wah, saya dapat itu ilustrasi sudah puluhan tahun, saya bilang, “Wah, ini betul.” Saudara, tidak mungkin bisa. Kita tidak punya kekuatan itu. Maka ketika kecil, bunuh! Dan, ingat perintah ini sekali lagi. Tuhan sudah mati bagi kita dan Roh ada di dalam diri kita. Kita tidak melakukannya sendiri. 

Hal yang kelima, terakhir, ‘kamu akan hidup’.Jika kita mematikan dosa, maka kita akan hidup. Apa yang dimaksudkan di sini? Apakah ini hidup kekal, atau kehidupan rohani saat ini? Arti hidup di sini adalah kehidupan rohani saat ini. Sesungguhnya kalau kita mau jujur, banyak dari antara kita anak-anak Tuhan yang sejati tetapi kehilangan vitalitas rohani, kehilangan sukacita, kehilangan damai sejahtera. Kita tidak merasakan Allah dekat, atau kita tidak merasakan ada satu pengalaman bersama dengan Allah. Itu terjadi karena kita membiarkan dosa-dosa itu ada, dan kita kehilangan kesaksian kita. Kita tidak lagi bisa bersaksi. Kita tidak lagi memiliki kekuatan. Kita kemudian berpikir setiap kali kita mau pergi, mau melakukan hal yang baik, “Ah itu munafik.” Dan, di situ kemudian setan akan mencengkram pikiran kita dan ketika melihat orang lain yang aktif melayani, kita berpikir bahwa mereka sama seperti kita (padahal tidak), bahwa mereka juga ada sesuatu dosa yang disembunyikan, mereka munafik. Padahal belum tentu, mungkin orang itu mematikan dosa. Kita yang tidak mematikan dosa dan kemudian kita menghakimi dia. Kita sudah berdosa, tidak mematikan dosa. Dosa semakin merajarela dan kemudian kita menghina orang lain. Kita menuduh orang lain. Kita menghakimi orang lain. Itulah sebabnya, makin lama, orang ini makin jauh dari Tuhan dan saudara akan menyadari seluruh dari Alkitab ini akan menuduh dan mengejar kita. 

Perhatikan apa yang ditulis oleh John Owen. Kekuatan, kuasa, dan sukacita rohani kita saat ini tergantung dalam hal mematikan dosa. Tetapi pertanyaannya adalah “Pak Agus, saya sudah tahu ini sekarang. Saya mau tanya, kalau saya tidak mau mematikan dosa, apa yang terjadi? Saya tidak dapat sukacita di sini tapi saya akan pergi ke surga, kan?” Saya akan jawab. Uniknya, Alkitab mengatakan, orang-orang yang ada Roh Kudus di dalamnya hidupnya berubah. Dia akan memiliki satu kesadaran bahwa hidup bukan bagi dirinya sendiri, tetapi bagi Tuhan. Ini tidak bisa dibuat-buat. Ini adalah sesuatu yang alami. Sekali lagi, kalau Roh Kudus ada di dalam diri kita, uniknya, orang yang seperti ini rindu untuk hidup yang hanya satu kali adalah hidup yang menyenangkan Tuhan. Ketika dia akhirnya jatuh ke dalam dosa, dia akan berlinang air mata karena dia tahu dia sudah begitu menyakiti hati Tuhan. Uniknya orang yang seperti ini tidak bisa tenang dalam hidupnya ketika hubungan dengan Tuhan itu terganggu. Maka saudara-saudara, biarlah kita menguji diri kita. Jikalau kita tidak memiliki kerinduan-kerinduan ini, apakah Roh Kudus ada di dalam hidup kita? Ini adalah sesuatu yang normal, sesuatu yang alami. Apa yang dikerjakan Allah di dalam hidup kita adalah – Dia memberikan Kristus. Dia memberikan providensia. Seluruh anugerah-anugerah itu untuk kita boleh hidup kudus. Kudus bukan moralitas. Moralitas adalah sesuatu yang self-centred. Tetapi kekudusan adalah hasil dari Injil Kasih Karunia Allah. 

Saya akan akhiri dengan satu prinsip kehidupan lagi. Satu hal yang membuat kekudusan (holiness) itu menakutkan adalah karena kita selalu berpikir kita tidak bisa meraihnya atau selalu gagal melakukannya dan kita kemudian putus asa. Saya tidak katakan bahwa kita akan bisa 100% kudus. Tidak mungkin. Itu hanya akan terjadi pada waktu Kristus itu memberikan consummation (kesempurnaan bagi kita). Tetapi Roh itu diberikan kepada kita supaya kita bertumbuh di dalam kesucian dan menikmati kesucian. Tetapi sekali lagi, banyak dari kita termasuk saya, berkali-kali kita putus asa karena kita gagal lagi dan gagal lagi. 

Di akhir khotbah ini, saya akan membawa saudara-saudara untuk melihat satu cerita. Mungkin sebagian dari saudara pernah melatih anak saudara pada waktu kecil bermain sepeda. Saya masih ingat ketika anak saya main sepeda pertama kali. Dia pertama-tama bermain sepeda roda empat (ada dua roda yang besar dan dua roda yang kecil). Dia bisa ke mana-mana dengan sepeda roda empat itu. Tetapi kemudian saya mengatakan kepadanya untuk dua roda kecilnya dibuka, jadi sepedanya hanya akan ada dua roda. Ketika dia itu mulai menyadari hanya ada dua roda, maka itu tergantung dari keseimbangannya, dan dia mulai merasa takut. Dia takut jatuh. Pertama-tama akan sulit karena dia takut jatuh, maka dia tidak mau kemana-mana. Dia coba naikkan satu kaki, kemudian dia naikkan satu kaki lagi, lalu goyang, kemudian cepat-cepat dia kembali ke posisi awalnya. Dia takut jatuh. Saya sudah katakan pada dia, “Kamu tidak akan jatuh sampai tergeletak. Kalau kamu jatuh, sebelum kamu jatuh, Papa pasti akan angkat kamu.” Tetapi kalau dia tidak percaya dengan apa yang saya katakan, dia tidak akan kemana-mana. Kalau dia memperhatikan dirinya terus, ketika dua kaki itu diangkat kemudian goyang, dia akan kembali lagi posisinya. Dia tidak akan menjalankan sepeda itu. Dia tidak akan mengayuh sepeda itu. Tetapi berkali-kali, saya mengatakan kepada dia, “Tidak apa…Tidak apa. Ayo maju, Timmy.” Kalau dia melihat ke belakang terus, juga tidak mungkin dia bisa maju. Dia harus memusatkan diri ke depan dan mempercayai kalimat saya di belakang. Kemudian dia mengayuh dan sebelum terjatuh saya pegang día. Dan setiap kali seperti itu. Setiap kali dia terjatuh, sebelum tergeletak, saya pegang dia dan posisikan dia ke posisi yang semula. Demikian seterusnya dengan kesabaran saya, sampai dia berhasil mengayuh sepedanya. Dan perhatikan baik-baik: hati saya tidak berubah, jikalau dia (anak saya) jatuh dari sepeda. Hati saya akan tetap sama. Saya akan kembalikan dia. Berapa banyak dari kita yang sudah begitu kecewa dengan diri kita sendiri? Kita sudah putus asa dengan kekudusan kita. “Oh, tidak bisa, Tuhan. Aku tidak bisa. Aku bukan orang itu…” Tapi, lihatlah janji Allah di belakang. Tetapkan mata di depan dan belajar mengayuh lagi. Terus seperti itu. Kalau-pun jatuh, hati Bapa kita tidak akan berubah. 

Ada seorang bapak yang melatih anaknya bersepeda. Seseorang kemudian memperhatikan selama beberapa hari dan bertanya kepada bapak itu, “Bapak, saya mau tanya, untuk apa engkau melatih anakmu bersepeda? Apakah untuk nantinya bisa membantu bapak membeli barang? Atau supaya nanti saat sudah remaja, dia bisa bekerja membagikan newspapers dan mendapatkan sedikit uang?” Dan bapak itu mengatakan, “Ya, mungkin… Tetapi ada satu hal yang saya paling inginkan. Saya menginginkan dia bisa bersama-sama bersepeda bersama saya, istri saya dan juga dengan kakak-kakaknya menyelusuri pantai dan kita bisa menikmati angin dan matahari yang menerpa tubuh kita. Saya ingin dia bersama-sama saya bersepeda.” Apa gunanya Tuhan melatih kita untuk hidup suci? Perhatikan satu kalimat ini: Tanpa kekudusan, tidak ada orang yang bisa melihat Allah. Saudara dan saya pasti ditolong oleh Tuhan. Allah itu begitu aktif untuk menjagai hidup kita. Tetapi siapa yang bisa melihat pergerakannya? Siapa orang yang bisa melihat Dia bekerja di tengah-tengah kita? Adalah satu – orang yang suci hatinya. Matikan dosa karena Kristus sudah bangkit. Mari kita berdoa. 

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more