Ringkasan Khotbah

14 April 2024
Kebangkitan Kristus dan Kuasa Mematikan Dosa (2)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Luk 24:13-35

Luk 24:13-35

Peristiwa yang ditulis Lukas ini adalah peristiwa yang signifikan indah dan menakutkan. Signifikan karena Lukas adalah seorang dokter, dia adalah seorang scientist. Dia menulis kisah ini bukan saja untuk membuat kita beriman, tetapi dia mau melihat fakta sesungguhnya yang menjadi dasar imannya. Saudara-saudara, iman yang sejati harus berdasar pada fakta kehidupan yang real. Iman bukan berdasarkan pada harapan yang kosong atau imajinasi yang liar. Ketika di dalam iman ada harapan, tetapi harapan itu harus real adanya. Ini adalah sesuatu yang penting. Ini adalah sesuatu yang signifikan. Ketika Lukas menuliskan hal ini, dia menggabungkan antara peristiwa kebangkitan Yesus dengan saksi. Dia mau menyodorkan kepada kita, ini adalah sesuatu fakta. Ini adalah sesuatu yang real terjadi. Ketika engkau dan saya mempercayai Yesus, engkau bukan mempercayai sesuatu peristiwa yang kosong. Engkau tidak berharap kepada sesuatu yang ‘mudah-mudahan,’ tetapi ini adalah sesuatu pengharapan berjangkar kepada sejarah yang mutlak, benar-benar terjadi. 

Di dalam iman, kita mempercayai sesuatu. Di dalam iman, kita bersandar kepada sesuatu. Tetapi apakah kita mempercayai sesuatu itu real atau tidak? Apakah kita bersandar kepada sesuatu yang layak kita sandari atau tidak? Maka di dalam kekristenan, iman kita bersandar kepada sesuatu realitas fakta sejarah. Yesus sungguh-sungguh bangkit! Yesus sungguh-sungguh bangkit dan ada saksinya. Dan khususnya di dalam agama Yahudi, maka kitab Ulangan, Tuhan sudah menyatakan melalui Musa kepada orang Israel, “Engkau jangan percaya kepada kesaksian yang hanya satu orang.” Oh, ini mungkin tidak terlalu populer buat kita, tidak terlalu penting bagi kita. Tapi kalau saudara dan saya masuk ke dalam persidangan; ini adalah sesuatu yang mutlak, absolut, mutlak perlu. Tidak bisa kebenaran itu dibangun atas satu saksi, maka saudara melihat di dalam Alkitab kita, Lukas khususnya, maka dia menekankan mengenai kesaksian-kesaksian orang yang berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Sekali lagi, iman yang sejati tidak bisa bersandar kepada pengharapan yang palsu. Tidak bisa bersandar kepada sesuatu yang bukan kenyataan. Harus sungguh-sungguh real

Ada sungguh-sungguh satu cerita, dan cerita ini cerita yang sangat menggelikan sebenarnya: Ada satu gedung, dan gedung itu adalah gedung yang indah dikunjungi banyak turis, di London, dan kemudian gedung itu kebakaran. Pada saat itu tidak ada fire extinguisher yang ada di atas gedung tersebut, maka gedung tersebut kemudian setengahnya roboh. Gedung itu kemudian dibangun kembali, sekarang dengan seluruh sistem pemadam kebakaran; ada sprinkle-sprinkle di atas itu dan di bawah yang siap untuk menyemprotkan air seandainya ada kebakaran. Gedung itu dibuka kembali untuk turis dan kemudian tour guides mengatakan kepada turis-turis tentang keindahan gedung itu dan bagaimana sistem keamanan terhadap kebakaran itu sekarang ada. Gedung itu beroperasi 1 tahun, 2 tahun, sampai 10 tahun, dengan terus menerus mereka menyatakan keindahan gedung dan bagaimana sistem anti kebakaran itu ada. Lalu pemilik gedung melakukan pengecekan terhadap seluruh sistem kebakaran, ternyata gedung itu setelah dibangun, tidak ada saluran air ke tempatnya nozzles setiap sprinkle itu, 10 tahun. Itu adalah iman bukan berdasar kepada fakta. 

Tetapi kekristenan tidak. Kekristenan itu berjangkar kepada kematian Yesus yang real dan kebangkitannya yang real. Injil Lukas ini signifikan di dalam tulisan ini, menyatakan bahwa iman kita itu bukan iman yang sia-sia. Tetapi ini bukan saja signifikan; tulisan ini begitu indah dan keindahannya ada terjadi sepanjang jalan Emaus, dari Yerusalem ke Emaus; 12 km ini. Saudara-saudara, Alkitab mengatakan di dalam ayat 13, ‘ada hari itu juga dua orang dari murid-muridnya, Yesus pergi ke sebuah kampung yang letaknya 11 atau 12 km dari Yerusalem.’ ‘Pada hari itu juga,’ itu hari apa? Itu adalah tepat hari kebangkitan Yesus. Pagi-pagi benar, maka Yesus bangkit. Di saat pagi hari di mana Yesus bangkit, maka Dia itu mengunjungi beberapa orang ini. Pertama, dia mengunjungi Maria Magdalena. Ke-2, Dia mengunjungi beberapa wanita yang pergi ke kubur itu. Dan juga pada saat ini, di sini, maka Dia mengunjungi 2 orang ini: Kleopas dan satu rekannya. Saudara-saudara, Yesus bangkit pada waktu itu adalah suatu kebangkitan yang tersembunyi. Oh, apakah yang sebenarnya dipikirkan oleh Tuhan kita, saya sungguh-sungguh tidak tahu. Setiap kali saya membaca apa yang dilakukan-Nya pada waktu kebangkitan-Nya, saya menyadari bahwa Dia itu terlalu rendah hati. Kenapa Yesus bangkit pagi-pagi dan tidak memberitahukannya kepada banyak orang? Sedangkan ketika Dia tersalib, Dia membiarkan diri-Nya dipermalukan di depan ribuan orang. Kenapa Kristus tidak menunjukkan kekuatan kebangkitan-Nya di depan orang-orang? Kenapa Dia bertindak diam-diam, secara tersembunyi, tidak banyak bicara dan hanya mengunjungi beberapa orang saja? Kerendahan hati-Nya itu indah tetapi juga menakutkan. Kerendahan hati-Nya itu menyisihkan semua orang-orang yang tidak didatangi-Nya. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik; kalau Dia mau mengunjungi seseorang, orang itu pasti bertobat. Pasti bertobat! Kalau dia mau datang kepada Pilatus, Pilatus pasti bertobat. Dia mau mendatangi Kayafas, Hanas, orang yang paling keras sekalipun, kalau Dia mau datang di depannya, pasti mereka bertobat. Tetapi tidak, Dia tidak mau mengunjungi mereka. Dan kalau Dia mempertontonkan kebangkitan-Nya di depan ribuan orang, ribuan orang juga akan pasti bertobat. Tetapi Dia menyembunyikan diri-Nya, Dia begitu rendah hati. Itulah sebabnya saya mengatakan kepada saudara-saudara; kerendahan hati-Nya begitu indah tetapi sangat menakutkan. 

Sepanjang 40 hari di bumi sebelum kenaikan-Nya. Alkitab mengatakan; Dia hanya menjumpai lebih dari 500 orang saja. Dia tidak memberikan kesempatan kepada Pilatus, Hanas, Kayafas, orang-orang Israel yang mengejek-Nya untuk bertobat. Saudara-saudara mari kita kembali memikirkan, apa artinya anugerah? Apa artinya itu Yesus mencintai? Sekali lagi, kita sering salah mengerti kata ‘anugerah’ itu dan ‘cinta’ itu. Kita berpikir bahwa Allah yang mengasihi dan Allah yang beranugerah itu, Dia menyamaratakan seluruh manusia; sama sekali tidak. Dia memilih orang-orang yang ingin dibuat-Nya bertobat, dan pemilihan-Nya itu adalah dengan kerendahan hati. Oh, ini sesuatu yang luar biasa penting dan luar biasa menakutkan, tetapi Dia menunjukkan kasih sayangnya kepada dua orang murid-Nya di jalan Emaus. Dua orang murid-Nya ini tidak tergabung di dalam sebelas murid-Nya. Juga mungkin tidak tergabung di dalam tujuh puluh orang yang pernah Dia kirim. Pada saat itu kedua murid-Nya ini meninggalkan Yerusalem dengan sedih dan dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang berkecamuk berkenaan dengan apa yang terjadi sesungguhnya dengan Yesus. Pengharapan mereka sudah pudar, seperti sebuah kapal yang karam. Dan mungkin saja mereka terpecah dari murid-murid yang lain. Kita tahu bukan saudara-saudara, kalau di dalam sebuah persekutuan, tujuannya itu sudah gagal, biasanya maka mereka saling menyalahkan satu dengan yang lain. Mereka biasanya sudah tawar satu dengan yang lain. Mereka disatukan dengan pengharapan, dan pengharapan itu adalah Yesus, adalah sang Mesias tetapi sekarang Mesias itu sudah dibunuh. Saya yakin, satu dengan yang lain, saling beradu, dan mereka saling menyalahkan. Adalah mudah untuk mencari kesalahan ketika semua berjalan tidak baik. Sangat mungkin dua orang ini meninggalkan Yerusalem untuk satu keperluan, tetapi mereka juga tidak ada lagi attachment dengan murid-murid yang lain. 

Saudara-saudara, ketika mereka berjalan dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang sedang terjadi; yang mereka tidak bisa menggabungkan; seperti puzzle yang terpisah. Saudara-saudara, tanpa sepengetahuan mereka, Yesus mendekati mereka dan berjalan bersama mereka. Ketika saya membaca tulisan ini, hati saya tersentuh. Yesus tanpa sepengetahuan mereka, Yesus mendekati mereka dan berjalan bersama dengan mereka dan masuk di dalam conversation mereka. Oh, lihatlah kelembutan hati Yesus yang mencari domba-domba-Nya, satu persatu yang hilang ketika iman mereka itu pudar. Saudara-saudara, tapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka. Saudara-saudara, ini adalah sesuatu yang begitu nyata di dalam perikop ini. Saudara-saudara perhatikan baik-baik; apa yang Yesus itu kerjakan? Apa artinya anugerah? Apa artinya cinta? Saudara-saudara perhatikan ayat 16. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, dan kemudian Yesus itu masuk dan Dia mengerjakan anugerah-Nya satu demi satu (nanti kita lihat). Mari kita melihat ayat yang ke-31. Hasil akhir ada pada ayat yang ke-31. Saudara perhatikan; tadinya mata mereka tidak bisa melihat, dan kemudian Yesus masuk, dan Yesus berinteraksi. Yesus menyatakan cinta dan juga belas kasihan-Nya. Yesus memberikan apa yang disebut sebagai anugerah. Dan kemudian saudara bisa melihat ayat 31, apa hasil akhirnya? yaitu mata mereka terbuka. 

Saudara-saudara, ini adalah sesuatu hal yang luar biasa penting. Sekali lagi, ketika saudara dan saya bicara berkenaan dengan kasih karunia, anugerah, cinta Allah, saya mau tanya apa yang ada di dalam pikiran kita? Uang, kelancaran, kemakmuran, kesehatan? Tapi Alkitab kita menyatakan, salah satu bentuk anugerah yang besar adalah kalau mata hati kita itu bisa lihat. Mata hati kita bisa lihat. Untuk bisa terjadi seperti itu, maka diperlukan pekerjaan Allah Tritunggal. Masalah dua murid ini bukan masalah intelektual saudara. Masalahnya itu adalah masalah rohani. Mereka membaca Alkitab Perjanjian Lama, tetapi mereka kehilangan titik berat, centre of the gospel itu apa. Dan (nanti saudara-saudara melihat di dalam ayat yang ke-25) maka Yesus mengatakan, “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!” Saudara lihat bagaimana cinta Yesus itu sekarang dinyatakan di dalam ekspresi luar. Saudara-saudara, dengan apa? Bukan dengan pujian. Dengan apa? Dengan hardikan, dengan teguran. Saudara-saudara, ada satu prinsip di sini: Orang yang dikasihi oleh Tuhan akan ditegur oleh Tuhan, tetapi orang-orang fasik akan dibiarkan oleh Tuhan. Saudara-saudara apakah kita tidak takut dengan hal-hal prinsip ini? Kalau saudara melihat ada satu orang yang jahat, dan dibiarkan untuk bicara apapun saja sampai hari kematiannya dan membunyikan seluruh kebohongannya kepada publik dan Tuhan membiarkannya, tidak ada hajaran apapun saja; saudara-saudara, orang itu persis seperti Hanas, Kayafas, Pilatus dan semua orang-orang Israel yang memakukan Yesus. Orang-orang ini adalah orang-orang yang dibiarkan Tuhan dan sama sekali tidak dipukul oleh Tuhan. Tetapi dua murid Yesus ini dihardik oleh Tuhan, dikatakan: “Kamu itu bodoh, engkau lambat percaya.” 

Saudara-saudara, ada satu bagian Alkitab di dalam Mazmur, saya akan membawa saudara-saudara untuk mengerti satu ayat ini, ayat yang penting untuk kerohanian kita; Mazmur 50:16-17. Saudara lihat pentingnya hardikan, dan bagaimana respon seseorang terhadap hardikan itu menentukan kerohaniannya sesungguhnya. Saudara-saudara, ayat 16-17 bersama-sama: ‘Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran dan mengesampingkan Firman-Ku.”’ Saudara-saudara, orang fasik bukanlah orang yang tidak tahu Alkitab. Orang fasik bukanlah orang yang tidak bisa mengajar. Tetapi di sini dikatakan: orang fasik adalah orang yang menyebut-nyebut Firman Tuhan, tetapi tidak pernah menerima untuk setiap kali hardikan itu datang kepada dirinya. Saudara perhatikan bahwa dua murid ini tidak mengetahui siapa sesungguhnya Yesus. Yesus adalah orang asing bagi dia. Seorang asing yang tiba-tiba masuk berintervensi dengan kalimat-kalimat mereka, dan kemudian menghardik mereka. Saudara, saya menyadari satu hal; mereka memiliki kerendahan hati. Sedikit saja mereka sombong mereka akan bilang, “Kamu itu siapa? Siapa kamu? Kita kenal saja tidak pernah, kok kamu bilang aku bodoh.” Tetapi orang benar akan menerima seluruh penghakiman itu. Orang benar akan menerima seluruh hardikan itu. Kita sering sekali mengatakan: Jangan menghakimi, tetapi saudara melihat di dalam Alkitab, orang-orang benar selalu respon terhadap penghakiman itu; selalu menerima. Saudara-saudara, lihatlah apa yang ada di dalam Daud, lihatlah apa yang ada di dalam Musa, lihatlah kepada orang-orang seperti 2 murid ini. Saudara akan melihat bahwa mereka menerima seluruh penghakiman itu, saat ini, dan sifat yang menerima itulah, malah sifat itu yang menyatakan mereka adalah orang benar. 

Yesus mendekati mereka, dan mengikut percakapan mereka, dan Yesus tanya, “Apa yang kamu bicarakan?” Lalu mereka berhenti dan mukanya muram. Saya yakin karena dua hal ini: Pertama, karena mereka sedih, kedua, karena mereka juga sedih dengan pertanyaan Yesus. Kleopas kemudian bertanya, “Kamu ini satu-satunya orang asing yang tidak tahu apa yang terjadi ya?” Kalau saudara melihat di dalam bahasa Yunaninya, maka kata ini memakai nada bicara yang menyindir, setengah menghina, “Kamu tidak tahu?” Karena apa yang terjadi pada Yesus Kristus di salib itu adalah pada hari Paskah. Seluruh orang Yahudi dari berbagai macam daerah datang. Tapi sekali lagi bahwa; Tuhan kita itu adalah Tuhan yang rendah hati dan Dia memiliki selera humor. Bukannya Dia menjawab, Dia malah tanya, “Oh, hal apa ya?” Lalu mereka menjawab, “Tentang Yesus seorang Nazaret, Dia nabi yang sangat berkuasa, Dia melayani di depan Allah dan manusia (Itu artinya mereka menghormat daripada Yesus Kristus), namun para pemimpin agama kami mengkhianati Dia, menyerahkan Dia untuk dihukum mati. Mereka menyalibkan Dia, padahal kami mengharapkan Dia menjadi pembebas bangsa kami.” 

Saudara-saudara, kalimat ini sebenarnya adalah kalimat yang sangat strong, sangat kuat. Kita bukan orang yang memiliki pengharapan. Ya kalau ditanya, setiap orang pasti punya pengharapan. Saudara, coba sebutkan satu pengharapan saudara di dalam hidup yang berpuluh-puluh tahun ini, dan seberapa kuat pengharapan itu. Ada orang: “Kamu harapannya apa?” “Supaya anakku berhasil, anakku jadi orang kaya (atau apa saudara-saudara)” “Apa pengharapanmu?” Ada orang di kampung, “Supaya saya bisa pergi ke tempatnya Amerika.” Saudara-saudara, maka orang tersebut pasti punya pengharapan. Tetapi orang Israel, saudara-saudara; mereka adalah orang yang mati hidup dengan satu pengharapan yaitu: ‘Mesias datanglah!’ Kalau saudara-saudara melihat sekarang Israel ini terlibat perang, ndak ada habis-habisnya. Tadi pagi kita mendengarkan news, bahwa Iran sekarang meluncurkan rudalnya ke tempatnya Israel. Saudara-saudara, ini akan menjadi perang yang besar sekali mungkin. Israel dari dulu sampai sekarang isinya perang terus. Tetapi mereka menyadari, mereka tidak akan bisa menang tuntas, sampai Mesias itu datang. Maka mereka terus mengharapkan Mesias kapan datang karena di dalam Perjanjian Lama, Mesias itu kalau datang akan menghancurkan musuh-musuh Israel di kaki-Nya. Pada zaman murid-murid ini hidup, sekali lagi mereka berada di dalam penjajahan Romawi. Saudara-saudara, ini adalah sesuatu hal yang luar biasa menyakitkan terus-menerus, bertahun-tahun, puluhan tahun, ratusan tahun di dalam orang Israel dan mereka mengharapkan kedatangan Mesias dan mereka kira itu adalah Yesus Kristus. Kita sendiri mengatakan Yesus Kristus, Kristus artinya “yang diurapi”, saudara-saudara, itu artinya adalah seorang yang akan membebaskan umatnya, tetapi mereka mengharapkan Yesus menjadi Kristus, tetapi ternyata Yesus itu mati maka kalimat ini adalah bukan dikatakan dengan enteng, kalimat ini adalah kalimat yang dikatakan dengan hancur hati. Mereka menceritakan kepada Yesus berkenaan dengan Yesus yang mati, tetapi kemudian perempuan-perempuan itu yang datang ke kubur membuat mereka bingung karena mayat Yesus tidak ada lagi di situ. Yesus sudah mati, tetapi kubur-Nya kosong; dan ini menjadi suatu teka-teki, ini menjadi puzzle yang tidak bisa mereka hubungkan satu dengan yang lain. Oh, kalau saudara-saudara baik-baik mengerti apa yang terjadi, dan bagaimana keadaan ini hanya di dalam beberapa jam saja, dan apa yang menjadi latar belakang mereka, saudara akan melihat bahwa orang-orang ini adalah orang-orang yang sungguh sulit untuk berdiri dengan kokoh, mereka sangat-sangat kebingungan untuk apa yang terjadi. Tetapi yang jelas, kebangkitan tidak ada dalam pikiran mereka. 

Saudara-saudara, saya akan memberikan note di sini. Ada orang-orang di luar kekristenan yang mengatakan bahwa kebangkitan Yesus sebenarnya tidak pernah terjadi. Mereka mengatakan bahwa kebangkitan Yesus adalah cerita karangan dari murid-murid abad pertama. Saya mau katakan pada saudara-saudara, Alkitab mencatat, bahkan murid-murid pertama-Nya pun saja tidak percaya kebangkitan Yesus. Sekali lagi, murid-murid pertama-Nya saja tidak ada yang percaya bahwa Yesus itu bangkit. Sekarang bayangkan bagaimana puluhan murid pertama, belasan murid pertama yang tidak mempercayai kebangkitan itu bersekongkol membuat suatu teori bahwa gurunya Yesus itu bangkit dan mempertahankan teori itu sampai mati satu per satu dibunuh. Dan kedua murid ini sama dengan murid yang lain, sampai kapan pun mereka tidak bisa menghubungkan penderitaan dan kemuliaan Kristus. Melalui kalimat-kalimatnya, saudara akan menemukan bahwa mereka tidak bisa melihat penolakan, penghinaan dan kematian Yesus sebagai bagian integral dari karya keselamatan Allah yang mulia. Teologia penderitaan dan teologia kemuliaan itu dua kutub yang terpisah, dan tidak mungkin bergabung. Kalau menderita, maka tidak mungkin mulia. Kalau seseorang mulia, maka tidak mungkin menderita. Tetapi kematian dan kebangkitan Yesus mengajarkan bahwa kemuliaan itu ada setelah penderitaan. Penderitaan akan mendahului kemuliaan. Kematian dan kebangkitan Yesus mengajarkan kehidupan yang sejati itu dimulai ketika seseorang itu mati. Ini seluruhnya tersembunyi bagi mereka. Dan mungkin kalimat ini tidak tersembunyi bagi saudara dan saya pada Perjanjian Baru dan zaman gereja ini, tetapi jikalau kita tidak sadar setelah kita mendengarkan kalimat ini, kita tetap tertutup mata rohani kita.

Dan sekarang, lihatlah bagaimana mereka dituntun oleh Yesus. Ada sesuatu yang indah di sini. Yesus mendatangi dan mengikuti mereka, masuk di dalam pembicaraan mereka. Pertama-tama, Yesus adalah tamu, tetapi tanpa mereka sadari, Yesus kemudian yang memimpin pembicaraan itu. Yesus kemudian menjadi tuan rumah bahkan, ketika nanti mereka mengundang Yesus, Yesuslah yang mengambil roti dan memecah-mecahkannya. Oh, lihatlah apa yang dilakukan oleh Yesus. Sekali lagi, dari mata yang tertutup dan kemudian mata yang terbuka. Pertama-tama, yang dilakukan Yesus adalah: Yesus membawa mereka mengingat kembali Firman yang telah mereka baca. Saudara-saudara, ayat 27 mengatakan, ‘Yesus menjelaskan kepada mereka, apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.’ Kitab Musa adalah 5 Kitab Taurat, Kitab Nabi adalah bicara berkenaan dengan keseluruhan Perjanjian Lama, selain Taurat. Ini adalah bicara mengenai seluruh Perjanjian Lama. Kadang-kadang penulis kitab Perjanjian Baru mengatakan Perjanjian Lama itu adalah Tanakh. Tanakh itu adalah 3, adalah bicara mengenai Taurat, Kitab Nabi, dan juga Mazmur (orang Islam mengatakan Zabur).

Saudara-saudara, lihatlah bagaimana Yesus itu menghargai Firman. Dia mau membuka hati orang tersebut dengan Firman. Lihatlah bagaimana iman itu dibangun berdasarkan Firman. Saudara-saudara, iman Kristiani sekali lagi adalah iman yang berdasarkan fakta sejarah yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Apa yang terjadi saat ini, kematian dan kebangkitan Mesias, Yesus mau menunjukkan apa yang terjadi saat ini, sudah dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Kematian dan kebangkitan itu real di dalam sejarah, tetapi kematian dan kebangkitan itu juga real di dalam Firman. Seorang penulis mengatakan demikian, “Kuburan itu terbuka dan kosong, sesungguhnya Alkitab itu dibuka dan tergenapi.” Sekali lagi saudara-saudara, ketika melihat kuburan itu terbuka dan kosong, Yesus menunjukkan hal itu, tetapi Yesus menunjukkan kepada dua murid-Nya, Firman itu. Ketika mereka membuka Firman, Firman itu tergenapi. Saudara-saudara, apa yang Yesus kerjakan untuk mata yang tertutup itu sekarang terbuka. Pertama adalah membawanya untuk mengerti Firman. Tetapi yang ke-2 saudara-saudara, lebih dari pada itu, maka pengetahuan Alkitab saja tidak mencukupi, perlu anugerah Allah untuk mencelikkan hati kedua murid itu. Inilah yang disebut oleh Calvin atau orang-orang Puritan yang disebut sebagai double light. Ketika Allah berurusan dengan seseorang untuk menyelamatkan, Allah akan memberikan sinar-Nya, pengertian-Nya, mencerahkan isi Alkitab, tetapi juga Allah mencerahkan hati kita. Ini disebut sebagai double light. Ini pekerjaan spiritual. Kalau saudara-saudara mengerti prinsip ini, lihatlah bagaimana kita itu benar-benar tergantung kepada kemurahan hati Yesus Kristus untuk kita mengerti suatu kebenaran. Kebenaran saja tidak cukup untuk mengubah hidup kita. Sepanjang hidup-Nya, Yesus mengatakan kebenaran, karena Dia adalah Sang Kebenaran itu. Ketika Dia menyatakan kebenaran, ketika kita membaca kebenaran, tetapi Dia tidak berkasih karunia membuka mata hati kita, maka yang terjadi adalah kita seperti Pilatus. Suatu hari dalam Yohanes 18:37-38, saudara-saudara, bukankah Yesus itu menyatakan kebenaran? Didengar langsung oleh telinga Pilatus, bukan melalui nabi, bukan melalui pendeta, bukan melalui rasul, bukan melalui malaikat, Dia menyatakan kebenaran dan kebenaran itu adalah real, itu adalah suatu yang objective. Apakah Pilatus itu bertobat? Tidak. Apa yang salah? Bukankah dia powerful sekali? Kenapa dia tidak bisa bertobat? Karena Dia tidak memberikan pencerahan di dalam hati Pilatus; tidak ada double light, hanya ada satu light, yaitu kebenaran itu. 

Saudara perhatikan baik-baik, inilah yang disebut sebagai, ‘Firman itu tidak pernah kembali dengan sia-sia.” Saudara-saudara, Firman sudah diberitakan, pertama, Firman itu akan menghasilkan penghakiman, yang kedua, Firman tersebut akan menghasilkan keselamatan, itu tidak pernah kembali dengan sia-sia. Jadi ketika saudara dan saya mendengarkan sesuatu kebenaran, ada 2 kemungkinan; yang pertama adalah menjadi penghakiman bagi kita, atau yang kedua, Tuhan memberikan juga sinar di dalam hati kita, sehingga kita mengerti kebenaran, kita bertobat. Tetapi dari apa pun saja, ketika Firman diberitakan, dia tidak mungkin akan kembali dengan sia-sia. Itulah sebabnya kita terus perlu meminta kepada Tuhan, “Tuhan, berikan kepada aku sinar-Mu, Tuhan selamatkan aku, aku tahu Firman ini benar, aku tahu Firman ini kokoh, bumi dan langit akan berlalu, Firman ini akan tinggal tetap, aku mempercayainya Tuhan. Aku bisa berkhotbah, aku bisa mengajar, aku bisa berdebat teologia, tetapi itu tidak akan mengubah aku, kecuali Engkau memberikan anugerah itu kepadaku; terang yang kedua, double light.”

Tetapi perhatikan, ada hal yang penting yang Lukas catat di sini antara yang pertama dan yang kedua. Yang pertama, sekali lagi adalah bicara berkenaan dengan Yesus menyatakan Firman, itu adalah terang yang pertama. Yang kedua adalah kemudian Yesus itu mencelikkan mereka, ketika dengan satu simbol, Dia itu memecahkan roti. Sebelum Tuhan memberkati mereka dengan berkat yang besar, yaitu mencelikkan mata mereka, sekali lagi Tuhan sudah bicara mengenai Alkitab, Tuhan sudah menjelaskan semuanya mengenai Alkitab. Saudara-saudara, ada sesuatu yang Lukas itu perhatikan dalam diri mereka. Yesus kemudian jalan sama mereka, dan Yesus mau seakan-akan meninggalkan mereka terus berjalan. Namun Alkitab mengatakan kedua orang ini mendesak-Nya, mereka minta, “Engkau tetap tinggal di sini,” mereka tidak katakan “Yesus” karena mereka tidak tahu nama-Nya: “Tinggallah bersama dengan kami, ini sudah mau menjelang malam, matahari sudah mulai terbenam.” Saudara-saudara, perhatikan ada satu hal yang penting di sini, Yesus tidak pernah memaksakan diri-Nya dan karunia-Nya mengganggu kita. Dia menginginkan jiwa kita bangkit untuk menginginkan Dia. Saudara-saudara, kedua murid ini mengatakan, “Tinggallah bersama dengan kami,” Implikasinya adalah jikalau mereka tidak menyediakan waktu untuk-Nya, maka Yesus akan terus pergi, Yesus tidak mengganggu mereka, mereka kedua murid ini harus mendesak-Nya, “Silakan masuk, silakan masuk, ini sudah larut malam, jangan lanjutkan perjalanan-Mu, kami ingin menghabiskan sisa waktu kami bersama-Mu.” Di dalam Wahyu 3:20, Yesus pernah mengatakan demikian, “Lihatlah Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk, jika ada yang mendengarkan suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk.” Saudara-saudara, perhatikan baik-baik, ‘Kita harus memaksa Dia untuk masuk di dalam hidup kita.’ 

Seorang pengkhotbah mengatakan demikian, “Saya sarankan anda meluangkan waktu setiap hari, 15-30 menit, hanya untuk mengatakan, “Tuhan saya menyisihkan waktu ini, aku memaksa-Mu Tuhan untuk datang dan menghabiskan waktu bersamaku. Tuhan aku menyisihkan waktu ini untuk Engkau. Aku sungguh-sungguh ingin untuk Engkau datang dan menghabiskan waktuku bersama-Mu.” Jikalau tidak, maka Dia akan melanjutkan perjalanan-Nya tanpa mengganggu kita karena Dia tidak pernah memaksa kita.” Saudara-saudara perhatikan, saya mau tanya kepada saudara-saudara, bagaimana dengan waktu teduh kita? Apakah kita mengharapkan Dia datang? Atau saudara dan saya malah menganggap waktu teduh itu adalah sesuatu yang mengganggu kita? “Kau jangan ganggu aku Tuhan, Engkau tahu aku banyak sekali assignment harus dikerjakan, Engkau tahu aku banyak rapat ini, rapat itu, Engkau jangan mengganggu waktuku Tuhan.” Saudara-saudara perhatikan, ini berbeda dengan apa yang ada dalam jiwa daripada murid-murid-Nya. “Tuhan silakan masuk, jangan pergi lagi, silakan masuk, aku memaksa-Mu untuk masuk menyediakan waktu-Mu bagiku.” J.C. Ryle,Anglican Bishop itu mengatakan bahwa, “Kristus tidak selalu memaksakan karunia-karunia-Nya pada kita tanpa kita cari dan minta. Dia suka mengeluarkan hasrat kita dan mendorong kita untuk menggunakan kasih sayang rohani kita dan menunggu doa-doa kita.” BishopJ.C. Ryle mengatakan, “Dengan kata lain Tuhan suka dicari dan diinginkan dan Dia mengeluarkan dan membentuk hal seperti ini dalam jiwa murid-murid-Nya. Mungkin itu sebabnya Dia tidak datang kepada kita dengan begitu cepat dan mudah pada saat kita berdoa dan membaca Alkitab. Dia menarik hasrat ini keluar dari dalam diri kita, hasrat yang sejati dan mendalam terhadap Dia.” 

Firman sudah diberitakan oleh Yesus, tetapi Tuhan tidak membukakan mata hati mereka, tetapi mereka mendesak-Nya, “Jangan pergi Yesus, sama kami di sini.” Dan ketika hasrat dari Kristus bertemu dengan hasrat dari jiwa yang diciptakan ini, dan Kristus kemudian mengambil roti dan kemudian memecahkannya, dan dengan means of grace ini, Dia membukakan mata dari murid-murid ini. Langsung mereka tahu ini Yesus, dan langsung Yesus hilang. Dan kemudian setelah itu apa yang dilakukan oleh mereka? Alkitab mengatakan; mereka berapi-api, berkobar, mereka berapi-api berkobar. Oh saudara-saudara, pertanyaannya kenapa mereka berapi-api dan berkobar? Karena kebangkitan itu bukan saja menjadikan surprise dalam hidup mereka, tetapi kebangkitan itu adalah sesuatu yang mengubah, memutar cara pandang. Saya akan jelaskan sedikit dan kemudian saya akan selesaikan khotbah ini.

Saudara-saudara, sekali lagi yang disebut sebagai kebangkitan Yesus Kristus adalah sebenarnya akhir zaman yang dipercepat. Seluruh hidup kita akan mengalami akhir zaman dan akhir zaman itu seluruh makhluk, seluruh manusia akan dibangkitkan dan akan dihakimi dan di akhir zaman itulah maka kita baru akan tahu apakah seseorang itu benar atau tidak di hadapan Allah. Saudara-saudara, orang-orang Islam boleh mengatakan bahwa Muhammad itu benar, orang-orang Hindu boleh mengatakan nabinya benar, orang-orang Buddha, orang apa pun silakan mengatakan dia benar, tetapi saudara-saudara, entah mereka benar atau tidak, bukan tergantung dari ucapan mereka tetapi tergantung dari akhir zaman itu, Allah menentukan dia benar atau tidak. 

Saudara-saudara perhatikan, di dalam kekristenan, kebangkitan Yesus itu yang harusnya pada akhir zaman, seharusnya kita bisa tahu Yesus benar atau tidak itu adalah pada akhir zaman, maka ini kemudian dipercepat. Dia bangkit, Dia dibangkitkan oleh Allah, Yesus dinyatakan bahwa Dia benar. Itulah sebabnya seluruh murid-murid-Nya sekarang memiliki sesuatu cara pandang yang baru. Itulah sebabnya di dalam Alkitab dikatakan mereka berapi-api untuk melayani Tuhan. Karena ini bukan saja bicara mengenai sesuatu surprise, kalau Dia ini benar, maka sekarang apalagi yang saya khawatirkan untuk melayani Dia. Apakah ruginya saya melayani Dia? Apa yang kurang ketika aku itu sungguh-sungguh berbakti kepada Dia? Celakalah aku, ketika aku melayani Yesus ternyata Yesus adalah bukan orang benar tetapi orang fasik. Tetapi tidak, Yesus itu benar, Dia dibangkitkan oleh Allah. Maka ketika 2 murid ini menyadari bahwa ini Yesus, kalimat-kalimat Yesus sebelumnya sudah membakar hati mereka, sekarang adalah fakta kebangkitan-Nya membakar mereka dengan penuh. Kemudian malam hari itu juga, mereka langsung jalan balik ke Yerusalem. Saudara-saudara, kalau saudara dan saya mengalami kebangkitan Yesus, capai pun tetap jalan. Capai pun tetap berkobar-kobar, seperti nabi Perjanjian Lama mengatakan, “Aku ingin diam tetapi ada api yang ada di tulangku membakar.” Oh ini adalah ‘Emaus’ dari 2 murid itu. Oh, kiranya saudara dan saya menemukan ‘Emaus’ kita. Ini adalah perjalanan yang mengubah 2 murid Yesus, suatu perjalanan dari kebodohan menjadi pengakuan, kebingungan menjadi kejelasan, keputus-asaan menjadi suka cita, dan tawar hati menjadi berapi-api. Oh kiranya Tuhan mengaruniakan belas kasihan-Nya. Kiranya setiap dari antara kita bertemu Dia di dalam jalan Emaus kita. Mari kita berdoa.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more