Abraham(1)

25 August 2019
Abraham(1)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Ibrani 11:8; Kejadian 12:1-9

Ibrani 11:8; Kejadian 12:1-9

Selain Yesus Kristus sangat mungkin Abraham adalah figur yang terpenting di dalam Alkitab. Yesus Kristus adalah Allah oknum kedua Tritunggal yang hadir di dunia. Yesus Kristus-lah yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub. Di dalam Alkitab selain figur Yesus Kristus, ada satu manusia yang pertamanya begitu sederhana tetapi Tuhan memakai dia menjadi Bapa kaum beriman. Kisah Abraham dan seluruh anak-anaknya mendominasi bagian dari Kitab Kejadian dan kitab-kitab setelah itu dan juga Perjanjian Baru. Kalau saudara melihat Musa, Musa adalah orang yang hebat sekali. Di tangannya, Tuhan menurunkan 10 hukum yang menjadi standar kesucian Tuhan yang dimengerti oleh orang-orang di dunia sampai dengan saat ini. Apapun saja bangsanya, siapapun orangnya, isi hatinya akan selalu mencerminkan dari sepuluh hukum itu. Bahkan orang-orang atheis yang tidak mempercayai Allah, ketika mereka membuat hukum di negaranya mereka mau tidak mau harus mengakui bahwa tertulis sepuluh hukum Allah di dalam hatinya.

Musa adalah orang yang besar. Tetapi ketika dia berdoa, dia harus mengakui Abraham, “Oh, Allah Yehova yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub.” Yosua adalah panglima perang. Dia adalah seorang muda yang sangat energik, penuh dengan kepandaian dan strategi perang. Membawa orang-orang Israel yang sebagian besar anak-anak kecil dan ibu-ibu keluar dari padang gurun dan masuk ke dalam Tanah Kanaan. Yosua adalah orang gagah perkasa, tetapi ketika dia berdoa dia harus mengucapkan kata Abraham, “Oh, Yehova Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub.” Daud adalah orang Raja yang berkemenangan, dia membangun segala kemegahan Israel dan seluruh raja-raja di bawah dia. Tetapi ketika Daud berdoa dia harus mengucapkan, “Oh, Yehova Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub.” Elia adalah nabi yang besar, dan Elia mengundang api turun dari langit. Pada masanya seluruh Israel berada dari korupsi yang besar dan penyesatan ada di mana-mana. Dia satu orang melawan 400 nabi baal. Dan kemudian dia berdoa pada Allah di surga. Ketika dia berdoa maka Elia harus menyebut, “Yehova Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub.” Daniel adalah nabi besar yang diurapi oleh Tuhan. Dia adalah seorang negarawan, dia mengerti bahasa internasional dan hubungan internasional. Di dalam Alkitab maka dia menuliskan minimal dalam dua bahasa, baik itu di dalam bahasa Yahudi dan bahasa Aram, yang internasional pada waktu itu. Dan semua orang melihat iman dari Daniel, dia adalah orang besar sekali, dan ketika dia berdoa dia mengatakan, “Oh, Yehova Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub.” Semua orang-orang yang saya katakan tadi adalah raksasa-raksasa rohani. Dan mereka sendiri bukan saja raksasa secara rohani, mereka juga raksasa di dalam sejarah. Tetapi setiap kali mereka berdoa, mereka menyebut nama Abraham, mereka mengakui bahwa Abraham adalah bapa iman bagi mereka. Mereka menyatakan bahwa iman pada mereka bukan iman dari mereka sendiri. Ini adalah iman yang Allah ciptakan pertama-tama kepada Abraham. Alkitab menyatakan Abraham adalah bapa yang memberkati seluruh bangsa baik secara fisik dan secara rohani. Melalui Ismael maka bangsa Arab yang besar itu sampai sekarang ada. Melalui dari Ishak maka Israel yang begitu sangat disayangi Tuhan itu ada. Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa dia adalah bapa dari orang-orang beriman, kita semua, gereja Tuhan.

Hari ini kita akan melihat kehidupan dari Abraham. Dan secara sederhana karena ini adalah kehidupan yang sangat kompleks dan begitu banyak hal teologia yang penting di dalamnya. Maka secara sederhana kita akan melihat apa yang dimaksud sebagai orang yang beriman. Abraham adalah bapa kaum beriman. Orang-orang yang percaya kepada Allah. Apa yang dimaksud sebagai iman di dalam diri Abraham?

(1) Abraham beriman kepada Allah artinya Abraham mendapat anugerah Allah. Abraham mendapatkan Firman dari Allah. Abraham mendapatkan perhatian, kunjungan, intervensi Allah di dalam hidupnya. Saudara-saudara perhatikan kalimat ini. Kalimat yang tadi saya sebutkan adalah kalimat yang sangat-sangat sederhana. Tetapi ini akan membedakan semuanya. Apa yang saudara pikirkan pertama kali berkenaan dengan Abraham? Oh, dia kuat ya imannya, saya lemah. Oh, dia memiliki komitmen yang hebat, saya tidak. Kalau saudara melihat seorang berhasil di dalam imannya, setia sampai mati dan bahkan hidupnya berbuah begitu banyak untuk Allah, Kerajaan Allah. Hal apa yang pertama kali muncul dari pikiran kita? Orang itu punya komitmen yang kuat sama Tuhan. Orang itu berjuang hebat untuk Tuhan. Semua itu benar karena ada elemen itu. Tetapi titik beratnya salah. Perhatikan, ketika kita berbicara Abraham adalah orang yang beriman maka hal pertama yang penting kita ingat adalah Abraham mendapatkan anugerah dari Allah. Allah mengunjungi Abraham. Allah berinisiatif. Allahlah yang proaktif berintervensi dalam hidupnya Abraham. Allahlah yang berinisiatif membukakan diri-Nya dan rencana-Nya kepada Abraham. Allahlah yang berinisiatif mencari dan mengasihani Abraham. Allahlah yang berinisiatif untuk memperhatikan Abraham. Kalau saudara-saudara melihat Kejadian 11-12 saudara akan melihat Abraham itu orang biasa, dikatakan tidak ada satupun indikasi bahwa dia itu mencari Allah. Dia sama seperti bapanya menyembah ilah-ilah lain yang dia tidak kenal. Saudara-saudara, salah satu tipuan dari setan adalah aku tidak dikasihani Tuhan karena aku bukan orang baik, dia dikasihani Tuhan karena dia orang baik. Alkitab menyatakan bahwa Allah tiba-tiba bicara pada Abraham. Tidak ada satu elemen apapun di dalam diri Abraham yang membuat Allah bergerak, berbicara kepada dia. Ketika saudara dan saya berbicara berkenaan dengan iman, saudara-saudara tidak pernah boleh lupa hal pertama titik berat iman adalah anugerah.

Kalau saudara-saudara melihat dari teologia Paulus, di dalam Kitab Roma misalnya. Maka satu kalimat yang menjadi semboyan reformasi. Saudara-saudara tahu bahwa reformasi itu sebenarnya boleh dikatakan satu penemuan kembali dari teologia Paulus yaitu justification by grace through faith alone (dibenarkan oleh anugerah yang diterima melalui iman semata). Mari kita lihat sekarang misalnya Roma 3:9-11. Saya bertanya kepada saudara-saudara, saudara percaya kalimat Paulus? Saudara akan mengatakan ya. Saya lihat ada orang jahat, tetapi Abraham tidak, tetapi Daud tidak, tetapi Nuh tidak. Mereka adalah orang yang benar pada dirinya sendiri. Apakah saudara mau mengatakan mereka mencari Allah sebelum Allah mencari mereka? Ketika saudara dan saya berpikir mengenai orang-orang sucinya Allah, kita berpikir mereka adalah orang yang secara natur alamiah mereka jauh lebih baik daripada kita, orang yang spiritual sejak lahir. Alkitab dengan jelas menyatakan tidak. Apakah kita mempercayai Roma 3 ini? Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Ayat Alkitab ini benar pada kita, dan ayat Alkitab ini benar pada orang-orang yang Tuhan pilih sepanjang masa. Abraham bukan orang benar. Abraham tidak berakal budi. Abraham tidak mencari Allah. Saudara-saudara, lihatlah bagaimana Paulus meneruskan argumentasi ini. Lihatlah Roma 4:1. Saudara-saudara bisa melihat logika Paulus. Dia mau menyatakan bahwa engkau lihat Abraham, tidak ada apapun saja di dalam dirinya yang mengundang Allah itu berintervensi dalam hidupnya. Abraham itu bapa orang beriman tetapi ketika saudara dan saya berpikir berkenaan dengan Abraham orang yang beriman atau orang-orang yang hebat, orang-orang puritan, orang-orang reformed, selalu dalam pikiran kita bicara dengan kekuatan manusia untuk memegang sesuatu. Selalu dalam pikiran kita pikiran yang sifatnya, center-nya itu man, oh dia berkomitmen, dia orang yang sungguh hati. Tetapi tidak berpikir oh dia adalah orang yang mendapatkan anugerah besar dari Tuhan. Pada pagi hari ini saya mau mengatakan kepada saudara sekali lagi, ketika saudara berpikir berkenaan dengan Abraham, bapa orang beriman, dia memiliki iman. Hal yang pertama, yang menjadi titik berat dari iman adalah anugerah.

Prinsip ini ada dalam Kejadian 6, dan sekarang kita akan berbicara tentang Nuh. Saudara-saudara kalau berpikir Nuh, “Oh, ini orang benar. Yang lain tidak bergaul dengan Allah, dia bergaul dengan Allah.” Mari kita lihat sekarang di atasnya, Kejadian 6:5-8. Saudara perhatikan ayat 8 mendahului dari ayat 9. Bukan karena Nuh itu benar lalu kemudian mendapat kasih karunia di mata Tuhan. Tetapi karena seseorang itu mendapatkan kasih karunia di mata Tuhan maka orang tersebut bisa berlaku sebagai orang benar. Jadi ketika saudara-saudara melihat seorang manusia berhasil dalam imannya saudara jangan pernah memuji komitmennya yang kuat. Tetapi pujilah Allah yang memberikan kasih karunia kepada dia. Kasih karunia adalah elemen mutlak yang harus ada untuk seseorang memiliki iman yang sejati. Di tempat yang lain Alkitab mengatakan iman muncul dari pendengaran akan Firman. Firman adalah sarana Allah mengungkapkan diri-Nya, mengungkapkan anugerah-Nya, mengungkapkan isi hati-Nya. Tanpa itu maka tidak ada seorangpun yang beriman. Biarlah kita mengingat setiap kali kita menyatakan, “Oh, orang itu adalah orang beriman.” Itu artinya adalah anugerah Allah itu sampai kepada dia, Firman Allah itu dinyatakan kepada dia. Alkitab menyatakan dengan jelas kita adalah orang-orang yang diberi anugerah di dalam Yesus Kristus. Sehingga akhirnya dari hidup orang tersebut adalah Soli Deo Gloria, bukan dari kehebatanku, komitmenku. Sehingga seluruh Alkitab itu kalau direntang mendapatkan benang merahnya tidak akan memuji Abraham, Ishak, dan Yakub, tetapi memuji Allah karena perbuatan-Nya yang mencintai mereka.

Sebelum masuk kedua banyak orang tanya, “Mama papa saya belum terima Tuhan Yesus, teman saya belum terima Tuhan, apa yang harus saya lakukan?” Saudara ingat bahwa iman kalau mau melihat iman muncul di dalam diri mereka mau tidak mau Allah harus memberikan anugerah kepada mereka. Maka hal pertama yang kita bisa lakukan adalah kita berdoa minta anugerah itu. Saudara mau khotbah, saudara mau menghadirkan Stephen Tong, saudara mau menghadirkan siapa aja, tidak akan bertobat. Kalau Tuhan tidak membukakan dirinya, bagaimana mungkin orang itu bisa beriman? Saudara-saudara mesti minta anugerah Tuhan, bukan bergantung kepada kefasihan pendeta, atau dari traktat-traktat yang hebat sekalipun, tetapi bergantung sepenuhnya kepada kasih karunia Allah. Hal yang kedua adalah berikan Firman kepada mereka, karena kasih karunia Allah diberikan di dunia ini sarananya adalah Firman. Entah melalui rekaman, entah melalui video, entah melalui traktat, entah melalui apa saja, Firman yang sejati harus sampai kepada mereka. Dengan berbagai macam cara saudara berikan Firman itu dan uniknya maka Firman itu akan masuk dan mengubah hidup mereka. Saya masih ingat ketika mama mertua saya, mama dari Ibu Sari, ketika belum terima Tuhan Yesus tetapi dibawa oleh Ibu Sari untuk pergi ke gereja. Dia belum terima Tuhan Yesus lalu kemudian dikenalkan dengan Pak Tong. Dan kemudian saya masih ingat saya mendengar kalimat dari Pak Tong adalah, “Ibu, engkau dengar terus Firman di tempat ini.” Saudara-saudara ini adalah suatu prinsip daripada Alkitab. Pak Tong pada waktu itu tidak mendesak orang untuk menerima Yesus Kristus. Tetapi di dalam anugerah Tuhan, itu artinya adalah bahwa kalau engkau dengar terus maka mau tidak mau Firman itu sampai ke dalam hatimu dan suatu hari akan berbuah. Kalau saudara-saudara pergi membawa teman saudara beriman kepada Kristus, saudara bawa ke gereja yang memberitakan Firman. Maka teman itu cepat atau lambat akan mendengar. Firman itu akan masuk dan bekerja di dalamnya. Tentu Roh Kudus yang bekerja melalui Firman. Tanpa Firman, tanpa anugerah, tanpa intervensi Allah, tidak mungkin ada iman.

(2) Abraham disebut orang yang beriman, bapa orang beriman, dia menjadi contoh bagaimana hidup meninggalkan kehidupan lama. Orang yang beriman, maka orang itu akan dibawa kepada kehidupan yang baru. Anugerah Allah itu datang kepada Abraham. Panggilan Allah datang kepada Abraham. Abraham tidak memiliki rencana apapun saja untuk dealing dengan Allah. Dia tidak mencari Allah. Hatinya adalah hati orang yang berdosa. Abraham ada di tanah Ur-Kasdim. Dan kemudian Tuhan memanggil secara mendadak kepada Abraham. Tuhan berbicara kepada Abraham. Tuhan berurusan dengan Abraham tanpa Abraham memiliki rencana sebelumnya. Dan anugerah Allah kemudian direspon oleh Abraham. Dan respon dari anugerah Allah itu meliputi pemisahan diri dari masa lalu. Meskipun Abraham tidak mencari Allah, meskipun tidak ada yang baik dari diri Abraham, tetapi itu tidak berarti ketika Allah berinisiatif membuat relasi dengan Abraham, Abraham tidak bertindak apa pun. Ketika anugerah itu tiba, Abraham bertindak. Dan anugerah Allah yang tiba itu adalah anugerah Allah yang ingin berelasi dengan Abraham. Sekali lagi saudara-saudara perhatikan, iman dimulai darianugerah Allah, inisiatif Allah, yang isi hati-Nya ingin berelasi dengan manusia yang berdosa ini. Allah berkata kepada Abraham dan Abraham kemudian bertindak. Allah berfiman, “Pergilah dari negerimu, dari sanak saudaramu, dari rumah bapamu. Beriman adalah berjalan bersama dengan Tuhan, beriman adalah panggilan berjalan bersama dengan Tuhan. Dan ini menuntut sesuatu pemisahan, dan pemisahan ini akhirnya membuat suatu eksklusifitas antara Allah dengan kita. Kita sepenuhnya dimiliki oleh Allah.

Saya akan jelaskan ini dengan apa yang Tuhan katakan dalam Kejadian 12 tadi. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Ku-tunjukkan kepadamu.” Pergi dari Ur-Kasdim. Ini adalah bukan masalah sederhana. Ur-Kasdim adalah tempat yang sangat mewah pada waktu itu. Salah satu tempat termewah di seluruh belahan dunia yang ada. Tanahnya sangat subur. Tempatnya sangat indah. Dan tempat itu sendiri dialiri oleh Sungai Tigris dan Sungai Efrat yang terkenal itu. Dan Ur-Kasdim adalah tempat pusat perdagangan dan ekonomi yang sangat makmur. Data menyebutkan hasil pertaniannya berlimpah sekali. Apel, anggur, delima, jagung ada di sana, berlimpah-limpah dihasilkan dari tanah ini. Orang-orang yang kaya raya ada di sana. Mereka memiliki rumah-rumah yang sangat-sangat besar. Kalau hari ini Ur-Kasdim itu ada, saudara-saudara akan pergi ke sana dan tidak mau kembali. Ketika Allah menyatakan kepada Abraham, “Engkau keluar dari Ur-Kasdim.” Maka itu artinya kepastian hidup dan masa depan dari tanah ini akan dicabut. Dan ke mana? Tuhan mengatakan, “Ke tempat yang akan Ku-tunjukkan kepadamu.” Jadi kalau saudara-saudara tanya kepada Abraham, “Kemana kau pergi?” Maka Abraham mengatakan, “Saya tidak tahu.” Isterinya bertanya, “Kemana, suamiku?” “Aku juga tidak tahu.”

Saudara-saudara bisa bayangkan tidak ada kepastian masa depan. Tetapi itu bukan perintah semuanya. Ada perintah yang kedua. Pergi dari sanak saudaramu. Ini adalah sesuatu yang sulit karena tercabut dari akar hidup kita dari budaya tempat kita berada. Saya berikan sesuatu ilustrasi. Ketika saudara-saudara mencabut satu tumbuhan yang kecil dicabut semua seakar-akarnya. Saudara pindahkan ke tempat yang lain itu sangat berisiko. Saudara harus menemukan tanah dengan sifat yang sama. Jikalau itu berbeda, tumbuhan itu akan segera mati. Bahkan beradaptasi di negeri yang lebih nyaman dari Indonesia pun sulit bukan? Dan nanti kenyataannya kalau sudah tua nanti saya matinya ingin di Indonesia. Sebaliknya kalau anak saudara itu lahir di sini, dan saudara adalah migran di sini, pasti nanti di dalam beberapa puluh tahun setelah anak saudara mulai dewasa, ada pertentangan di dalam rumah tangga saudara karena saudara ingin kembali ke Indonesia tetapi anak saudara tidak familiar dengan Indonesia. Semua itu mau menyatakan adalah di mana dia ditempatkan, akarnya ada di sana. Begitu dicabut, sulit sekali baik bagi saudara maupun bagi anak saudara. Kita tidak mungkin lepas dari kebiasaan budaya tempat kita berada. Apalagi budaya Ur-Kasdim, ini adalah salah satu budaya yang tertinggi di dunia pada waktu itu. Itu sepertinya misalnya pergi dari Australia kemudian menjadi orang di pedalaman Papua atau Afrika, bukankah itu adalah sesuatu yang sangat sulit sekali? Ini menyangkut daripada penerimaan, security. Dan Tuhan mengatakan pergi dari sini. Tetapi bukan itu saja, perintah yang ketiga adalah engkau pergi dari rumah bapamu. Ini artinya adalah meninggalkan relasi-relasi terdekat masa lalu. Adalah tidak terlalu sulit, meskipun sulit, tetapi masih lumayan seandainya Abraham disuruh pergi bersama dengan keluarga besarnya, masih akan ada support, perlindungan, ada penerimaan. Tetapi ini tidak. Dia harus pergi meninggalkan bapa, ibu, saudaranya laki-laki, perempuan, pamannya, sepupunya, keponakannya. Intinya satu, yaitu meninggalkan semua yang dikasihi. Saudara perhatikan tiga hal ini: Pergi dari tanahmu, pergi dari sanak saudaramu, pergi dari rumah bapamu. Saudara-saudara, lihatlah yang disebut sebagai iman. Iman itu bukan sesuatu yang statis. Iman itu adalah sesuatu progress berjalan bersama dengan Allah. Dan perjalanan iman adalah perjalanan yang makin lama dibuat makin sendiri bersama dengan Allah saja. Ini adalah kalimat yang penting saudara-saudara. Ini adalah prinsip daripada Alkitab. Ketika kita bicara berkenaan dengan beriman, itu adalah perjalanan yang makin dibuat sendiri berjalan bersama dengan Allah saja. Ini bukan saudara dan saya dibuat anti sosial. Anti sosial adalah, “Oh, saya tidak cocok dengan karakter orang itu.” Tetapi ini adalah bicara berkenaan dengan berjalan bersama dengan Allah, menaati Allah. Dan Allah itu akan membawa kita makin lama makin dibuat sendiri.

Ini adalah suatu prinsip kehidupan rohani kalau saudara dan saya berkata bahwa kita beriman kepada Yesus Kristus. Ini adalah yang Tuhan sedang perbuat atau Tuhan sudah perbuat atau Tuhan akan perbuat bagi kita. Membuat kita alone bersama dengan Dia saja. Saudara-saudara, lihatlah bagaimana Yakub itu dibuat alone, lihatlah bagaimana Yusuf itu dibuat sendirian. Lihatlah di dalam Alkitab, saudara akan menemukan siapa pun saja, anak-anak Allah, secara rohani akan dibuat sendirian. Entah konteks hidupnya apa, mungkin dia harus lari karena kesalahan diri sendiri. Tetapi Allah menggunakan itu untuk mendatangkan kebaikan bagi dia. Dia salah lalu harus lari kemudian dia harus alone. Ataukah dia harus difitnah sehingga akhirnya dia sendirian. Ataukah dia tiba-tiba dikunjungi oleh Allah seperti Abraham dan kemudian ditarik keluar dari rumah bapanya. Kalau saudara-saudara bicara mengenai beriman adalah saudara-saudara dan saya berjalan bersama dengan Allah. Iman itu bukan sesuatu yang cuma ditempelkan kepada kita. Oh saya beriman kepada Yesus Kristus. Lalu kemudian saudara-saudara mengatakan, “Buktinya apa?” “Saya aktif pergi ke gereja.” Saya pergi untuk mendengarkan Firman Tuhan setiap minggu. Tidak! Lebih daripada itu. Iman adalah sesuatu yang organik. Iman adalah berjalan bersama dengan Allah. Perjalanan iman adalah perjalanan yang dibuat kita lepas dari apa pun saja dan alone with God agar Tuhan dapat menjalin suatu relasi yang paling intim dengan anak-anak-Nya. Anak-anak-Nya yang dipilih untuk dipredestinasikan, untuk dikasihi Dia sejak dari kekekalan. Ketika saudara menggunakan kata predestinasi, itu adalah ketetapan Allah untuk mengasihi seseorang dari dalam kekekalan. Bukan karena orang ini mencari Allah seperti Abraham. Abraham tidak pernah mencari Allah. Allah mencari Abraham. Allah berfirman kepada Abraham. Predestinasi membuat Allah itu memiliki Abraham. Dan kemudian sekarang Abraham akan dipisahkan perlahan demi perlahan untuk Allah saja. Ketika orang-orang reformed mengatakan dipredestinasikan, adalah untuk dikasihi oleh Dia yang sudah memilih kita sejak dari kekekalan. Ini prinsip yang nyata. Dalam Lukas 9:24, Yesus mengatakan, “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, dia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.” Perhatikan ayat 25, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” Apa artinya? Engkau tidak bisa memegang dunia. Lepaskan dunia! Berjalanlah bersama dengan Aku. Tetapi saudara-saudara bukan itu saja, di dalam Lukas 14:25-26 dikatakan, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Saudara-saudara perhatikan dua bagian ini, satu adalah Lukas 9 dan satu lagi Lukas 14. Saudara lihat progress-nya. Lukas 9 adalah berbicara lepaskan dari dunia. Dan Lukas 14 berbicara lepaskan dirimu dari orang-orang yang kau kasihi.

Saudara-saudara, minggu depan saya akan jelaskan kepada saudara-saudara, ini bukan sesuatu hal yang membuat saudara akan menjadi ketakutan. Tetapi ini adalah panggilan mengasihi Allah, berjalan bersama dengan Dia saja. Dan saudara nanti lihat di dalam progress dari perjalanan Abraham dengan Allah. Dia harus menyerahkan anaknya. Sekali lagi alone. Ini tidak mudah bagi kita. Ini menyakitkan bagi kita. Tetapi ini adalah sesuatu tindakan Tuhan yang mengambil kita untuk menjadi milik-Nya sepenuhnya dan kita memiliki Dia sepenuhnya. Itu adalah proses pengudusan. Abraham pergilah engkau dari tanahmu, dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu. Minggu depan kita akan masuk lebih dalam lagi.

 

Matius 3:11-12; Amos 1
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more