Ringkasan Khotbah

12 December 2021
The Gospel Mystery of Sanctification (14)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Roma 1:16

Roma 1:16

Kita terus memikirkan iman di dalam kaitannya dengan Union with Christ. Sekali lagi Union with Christ adalah sumber kesucian kita dan Union with Christ itu bisa terjadi karena dua ikatan ganda ini: Yang dari pihak Allah, maka Allah melekatkan Kristus kepada kita melalui Roh Kudus. Dan yang kedua adalah dari pihak kita, kita menempel kepada Kristus melalui iman yang di mana iman itupun adalah hasil karya dari Roh Kudus. Dari Kristus dan melalui kesatuan dengan Dia mengalirlah seluruh buah kesucian. Keadaan ini, jalan ini, sarana ini adalah satu-satunya sumber seluruh kekudusan manusia di dalam dunia yang berdosa di bumi ini. Sekali lagi bumi ini tidak bisa memunculkan sesuatu yang kudus; agama, pendidikan, filsafat, hasil budaya ciptaan manusia, apapun saja tidak bisa memunculkan dan mengajarkan kekudusan. Satu-satunya jalan kekudusan yang dihadirkan Allah adalah Sang Kudus, Anak Allah itu harus turun ke dunia. Dialah pokok anggur yang sejati itu, yang menempel kepada Dialah yang mengalami transformasi, makin lama makin dikuduskan. Union with Christ terjadi, baru ada kekudusan yang muncul di dalam hidup kita. Dan di pihak yang lain, union with Christ itu ada, jika dan hanya jika Kristus mau rela menjadi manusia. Itulah Natal. Sekali lagi ketika kita memikirkan Natal, saudara dan saya terpikir apa? Satu hal yang penting di sini adalah Natal itu adalah inkarnasi. Inkarnasi di dalam bahasa aslinya adalah berbicara berkenaan dengan memakai tubuh, sehingga inkarnasi adalah Allah yang adalah yang Ilahi itu menjadi manusia yang sejati. Maka dengan inkarnasi itulah maka terjadilah union with Christ. Sekali lagi ketika kita bicara mengenai Natal, kita memikirkan apa? Kita memikirkan pohon Natal, kita memikirkan lagu-lagu yang indah? Natal itu ada, adalah kekudusan dari Allah diberikan kepada dunia. Natal itu ada, memungkinkan kekudusan secara status dan kondisi terjadi pada umat yang dipilih-Nya. Beberapa waktu yang lalu kita sudah berbicara berkenaan dengan karateristik iman, pagi ini saya akan mengulanginya sebentar dengan beberapa aplikasi yang lain sebelum saya akan menutupnya dengan dua karakteristik yang lain.

Yang pertama, beberapa minggu yang lalu kita sudah berbicara, iman selalu bersangkut paut dengan satu objek. Objeknya harus benar dan harus kuat, harus bisa disandari, iman itu merangkul objek tersebut, iman itu menggantungkan diri kepada objek tersebut. Kalau saudara-saudara melihat dalam Alkitab, saudara-saudara akan melihat sebutan-sebutan Kristus yang sebenarnya Alkitab mau mengajarkan kepada kita, memproklamirkan bahwa Kristus adalah Pribadi yang bisa kita sandarkan. Misalnya saja Alkitab mengatakan Kristus itu adalah Sang Kebenaran itu sendiri. Dia batu karang yang kokoh. Dia tetap ada untuk selama-lamanya. Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Semua kalimat itu mau menyatakan tentang kualitas Kristus yang layak untuk diandalkan oleh umat-Nya. Dia sandaran kita yang tidak pernah gagal untuk menopang kita. Kita adalah makhluk yang pasti beriman kepada sesuatu objek. Pertanyaannya adalah kita beriman kepada siapa? Biarlah kita ingat bahwa kita tidak boleh bersandar kepada sesuatu yang fana. Ada banyak orang dan juga dalam gereja, maupun di dunia ini, yang confidence-nya, yang percaya dirinya itu dibangun dari dasar tabungannya, uangnya. Kalau dia tidak punya uang, mindernya luar biasa. Tetapi kalau dia itu punya uang, dia berbahagia. Itu artinya menyandarkan diri kepada tabungannya yang sewaktu-waktu bisa habis. Ini adalah sesuatu yang salah. Di tempat yang lain kita sering sekali beriman kepada seseorang yang berjanji. Bukankah kita mengalami kekecewaan demi kekecewaan dalam hidup karena hal ini? Manusia itu bisa berubah, manusia itu bisa ingkar janji, meskipun dia tulus ketika mengucapkan janji itu, keadaan itu bisa mengubah hatinya. Di tempat yang lain kita sering sekali beriman kepada diri kita sendiri atau beriman kepada iman kita. Kalau ada seseorang ditanya apakah engkau akan pasti bisa bertahan di dalam pencobaan? Orang tersebut mengatakan, “Saya yakin.” Kenapa? “Karena imanku kuat.” Maka ini adalah sesuatu iman kepada imannya. Ini adalah iman kepada kesetiaannya. Ini juga salah. Yang benar adalah berimanlah kepada Allah yang setia memegang aku. Sekali lagi, hal yang pertama adalah iman selalu bersangkut paut dengan objek, dan objeknya itu saudara dan saya harus pastikan, benar, kuat dan bisa disandari.

Hal yang kedua, iman kepada Kristus adalah karya Roh Kudus dan Roh Kudus menciptakan iman itu melalui Firman. Dalam satu kalimat ini maka ada hubungan erat antara iman dengan Firman. Dan yang kedua adalah ada relasi yang kuat antara Roh Kudus dengan firman. Ayat-ayat di Alkitab menyaksikan dua hal tentang ikatan yang kuat ini. Misalnya saja di dalam Rom. 10:17 dikatakan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus.” Yoh. 14:26 mengatakan, “…Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Yoh. 16:13 menyatakan, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” Poin ini mau menyatakan sekali lagi, iman kalau itu iman yang sejati ada dalam diri kita, itu adalah karya Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus itu, ketika Dia bekerja, Dia menciptakan iman di dalam diri kita menggunakan sarana firman.

Kita sering sekali berpikir salah, kita berpikir Roh Kudus akan mencipta iman, tidak perlu sarana, karena Dia adalah Mahakuasa. Tetapi sekali lagi di dalam seri kotbah ini, saya sangat menekankan mengenai sarana, instrument. Kalau kita tidak mengerti prinsip ini, kita tidak mengerti cara kerja detailnya Allah kepada kita. Kalau seseorang tidak mengerti cara kerja atau tidak mengerti detail cara kerja Allah kepada kita, maka kita akan sulit menikmati Allah. Itu sama dengan saudara memiliki satu layar televisi, tetapi pixel-nya itu tidak banyak. Saudara bisa mengira-ngira, oh ini adalah gambar seseorang ibu yang sedang memasak di dapur. Tetapi wajah ibu tersebut, apa yang dimasaknya dan struktur daripada dapurnya seluruhnya itu sebenarnya itu buram. Maka kalau saudara memiliki TV yang pixelnya itu banyak, maka makin tajam dan saudara dan saya makin bisa jelas melihat dan menikmati gambar itu. Demikian juga kita perlu melihat daripada Alkitab lebih detail lagi. Salah satu pelajaran di dalam sekolah teologia yang membawa kita seperti itu adalah biblical theology. Ketika kita bicara dan dealing dengan orang biblical theology saya sering sekali enjoy pembicaraannya lebih daripada orang-orang systematic theology, karena mereka akan bicara atau membahas mengenai buku-buku, mereka akan berbicara mengenai sesuatu yang lebih detail. Di sini, di tengah-tengah kita ada penginjil Andrew yang sudah selesai dari Moore College dan beberapa bulan lagi, dia akan ditempatkan untuk pelayanan di GRII dan dia belajar di dalam (kalau saya tidak salah) Injil Yohanes, dan itu adalah biblical theology.

Kembali lagi, ketika kita bicara berkenaan dengan, “Oh, kita itu masuk ke sorga, Kristus Yesus itu menebus kita.” Ya itu benar, tetapi jalan, sarana, instrument apa, langkah-langkah apa yang Tuhan itu kerjakan, kita tidak tahu dan tidak peduli, hasilnya kita mendapatkan sorga tanpa bisa menikmati Allah. Kita selalu berpikir salah, Roh Kudus itu maha kuasa, Dia bisa menciptakan iman dengan kemahakuasaan, jawabannya tidak. Dia menciptakan iman melalui Firman. Secara aplikasi, itulah sebabnya pemberitaan Firman yang sejati di dalam gereja itu penting sekali. Itulah sebabnya pelayanan gerejawi di dalam apapun saja bentuknya itu adalah ministry of the Word. William Gurnall seorang Puritan mengatakan, “Firman adalah pedangnya Roh Kudus.” Itu ada di dalam kitab Efesus, sehingga ketika saudara-saudara mau untuk menaklukkan dosa, saudara tidak mungkin bisa menaklukkan dosa sendiri. Saudara mau melihat seseorang yang saudara kasihi itu bertobat, saudara tidak bisa membuat orang itu bertobat dengan sendirinya. Orang tersebut untuk bisa bertobat, untuk bisa membunuh dosa, maka kita memerlukan Firman dan kita berdoa minta belas kasihan Roh Kudus untuk memakai Firman itu memukul dosa kita. Dan juga meminta Roh Kudus untuk bekerja kepada seseorang melalui Firman yang didengarnya untuk pertobatan. Hal ini sederhana tetapi sering sekali kita lupakan, banyak orang itu tanya, “Pak saya ingin papa mama saya sudah puluhan tahun dia itu tidak bertobat, padahal saya sudah berdoa berbulan-bulan, mungkin bertahun-tahun.” Dan saudara-saudara saya tanya selain daripada berdoa apa yang kita atau apa yang engkau kerjakan. Banyak orang melupakan ada satu aspek yang penting untuk seseorang itu bisa berubah, yaitu Firman. Tentu itu adalah bukan Firman yang sembarangan tetapi adalah Firman yang sejati. Jadi usahakan untuk orang tersebut bisa mendapatkan Firman. Entah saudara berikan dia radio yang berisi Firman, entah saudara berikan bacaan yang berisi Firman, entah saudara-saudara datang kepada dia. Bukan saja berdoa, tetapi membaca Firman. Ini adalah sesuatu yang penting karena Firman itu dipakai oleh Roh Kudus sebagai pedang untuk menghancurkan kebebalan seseorang. Itulah sebabnya juga saudara-saudara bisa mengajak orang pergi ke gereja untuk dia bisa mendengarkan Firman, mungkin berpuluh-puluh bulan, bertahun-tahun.

Saya masih ingat sekali ibu mertua saya, dia bukan orang Kristen, seluruh keluarganya sebenarnya juga bukan orang Kristen, dan orang nomor dua dalam kekristenan dalam seluruh keluarga besar itu adalah isteri saya. Dan kemudian dia mau membawa mamanya itu untuk bisa mendengarkan Firman, dan berusaha sedemikian rupa tetapi sulit, tetapi suatu hari itu dia tahu bahwa mamanya itu suka makan McDonald. Kemudian dia mengatakan kepada mamanya, “Ma, kita makan McDonald yuk, tetapi pergi ke gereja Pak Tong dulu ya, jam 7 pagi.” Dan dia mau, dia pergi untuk makan McDonald tetapi dengar Firman. Setelah beberapa bulan, kemudian saya masih ingat itu di Granada sempat berpapasan dengan Pak Tong, kemudian isteri saya mengatakan, “Pak Tong, ini mama saya.” Kemudian Pak Tong bersalaman, lalu isteri saya mengatakan “Dia belum bertobat, dia masih Budha.” Pak Tong tidak langsung mengatakan: you harus bertobat ya, you masuk neraka ya, tidak. Dia cuma mengatakan demikian, “Dengar Firman terus ya.” Dan orangtua ini dengan sungkan, “Iya.” Dan setiap minggu pergi ke Granada. Kemudian Tuhan menciptakan iman dan imannya bertumbuh, dia kemudian menjadi Kristen dan dia baca Firman terus setiap hari. Suatu hari, dia terkena cancer, dan sudah pergi ke dokter dan sudah dioperasi dan makin menjadi-jadi. Beberapa keluarganya yang dari agama yang lain menyarankan untuk minum ini, pergi ke sini, pergi ke sana. Ada keluarga yang jauh, yang adalah orang Kristen karismatik dan meminta untuk memberikan dia minyak urapan. Mertua saya orang yang sangat sederhana dan tidak banyak berbicara, tetapi setiap kali saya datang ke rumahnya, saya melihat dengan buku yang terbuka dan renungan harian yang sederhana itu ada di depannya dan dia membaca setiap hari. Ketika orang dari agama yang lain itu menyarankan dia, dia mengatakan, “Tidak, aku sudah memiliki Yesus Kristus.” Dan ketika ada orang dari family yang jauh memberikan minyak urapan, dia mengatakan, “Tidak, saya mempercayakan hidup saya kepada Tuhan yang berdaulat, Tuhan Yesus Kristus.” Dari mana kekuatan itu? Dari mana transformasi itu? Saya tidak pernah melihat ada Malaikat datang. Tidak ada mujizat apapun saja. Tetapi sesuatu yang indah terukir di dalam sebuah keluarga yang sederhana dan tidak dikenal. Dari mana? Dari Firman. Dan dipakai oleh Roh Kudus. Jangan under-estimate dengan apa yang ada di depan saudara. Roh Kudus akan menciptakan iman yang sejati di dalam hidup kita melalui Firman.

Hal yang ketiga, beberapa minggu yang lalu saya sudah bicara, iman itu adalah anugerah Allah yang bersifat mengosongkan diri kita. Semakin seseorang dilatih imannya, semakin orang tersebut dibuat kuat imannya, semakin imannya dipertumbuhkan maka orang tersebut dibuat makin bergantung kepada Allah. Orang tersebut dibuat tidak bisa lagi bergantung kepada apapun di dunia ini termasuk kepada dirinya sendiri. Saya tidak menjelaskan panjang lebar lagi, tetapi saya akan langsung masuk ke dalam aplikasi, itulah sebabnya salah satu tanda seseorang bertumbuh di dalam iman, di dalam hatinya, adalah memiliki spirit untuk berdoa. Berdoa itu bukan salah satu aktivitas kekristenan, doa adalah ungkapan yang paling tepat di mana seseorang itu bergantung kepada Dia. Tidak berarti bahwa dia orang tersebut akan memiliki sikap doa 24 jam terus menerus selalu tidak melakukan apapun saja yang lain, tidak. Tetapi di dalam maksudnya adalah memiliki spirit yang berdoa terus menerus di dalam segala keadaan dia selalu berdoa. Apapun sikap tubuhnya maka sikap hatinya selalu bergantung kepada Dia. Apakah dia sedang mengajari anaknya di rumah, apakah dia sedang mencuci piring, apakah dia sedang berhadapan dengan seseorang, apakah dia sedang ada di kantor, apakah dia sedang drive, seluruh spiritnya adalah: aku membutuhkan Engkau. Salah satu lagu yang indah adalah: ”Ya Tuhan setiap jam aku memerlukan Engkau.” Iman itu disebut semakin kuat adalah kalau diri kita itu semakin dikosongkan. Maka saudara mari kita evaluasi diri kita, kalau kita berdoa makin sedikit, itu artinya iman kita itu sebenarnya sangat lemah. Ini ketika saya bicara seperti ini adalah bicara mengenai jam doa kita di kamar kita. Di dalam private kita. Semakin kita itu merasa diri kuat, saudara dan saya pasti tidak merasa memerlukan Allah. Biarlah kita boleh minta kepada Tuhan, berikan aku pertolongan-Mu untuk aku bisa bertumbuh di dalam iman. Dan ketika doa kita dijawab, kita akan lihat bahwa kita akan dipaksa untuk bergantung kepada Dia dan tidak lagi bergantung kepada apapun saja di dunia.

Hal yang keempat adalah sifat pasif dan aktif. Ketika seseorang itu belum memiliki iman, maka orang tersebut pasif dan Roh Kudus akan menciptakan iman di dalam dirinya. Tetapi iman yang diciptakan oleh Roh Kudus, iman yang sejati itu akan bergerak, bertumbuh makin dalam, iman itu akan membuat kita lebih aktif daripada sebelumnya. Salah satu kalimat yang paling jelas adalah dalam Filipi 3:12. Kalau saudara-saudara mau membaca ayat keseluruhan dari ayat 10-14. Tetapi saudara-saudara perhatikan ayat ini, ayat ini adalah ayat yang membingungkan, saudara perhatikan: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” Ini adalah kejar-kejaran, siapa yang dikejar, siapa yang mengejar? Tetapi prinsip daripada ayat ini, kalau saudara-saudara melihat keseluruhannya adalah bicara berkenaan dengan seseorang akan ditangkap terlebih dahulu oleh Kristus dan orang yang ditangkap oleh Kristus artinya memiliki iman yang sejati, maka imannya akan bergerak membuat dia merindukan Kristus lebih. Orang yang beriman yang sejati akan membuat hidupnya bergerak, akan membuat hidupnya bergairah. Orang tersebut bisa menjadi tua, tubuhnya akan semakin sulit bergerak tetapi Alkitab mengatakan imannya makin kuat. Orang tersebut bisa kecewa. Orang tersebut bisa dicerca sekelilingnya membuat dia itu mundur tetapi pada akhirnya dia akan maju. Dunia ini bisa seakan-akan menguasainya tetapi iman yang sejati akan mengangkatnya kembali dan tidak membiarkannya jatuh tergeletak. Imannya akan bekerja mengatasi seluruh keadaan lahiriahnya.

Kalau saudara-saudara melihat Ibrani 11, saudara akan mengerti apa yang kita tadi baru bicara. Ibrani 11 adalah contoh dari orang-orang yang bergerak karena iman dan banyak dari penafsir mengatakan, “Ini adalah pahlawan-pahlawan (heroes) iman.” Dikatakan, “Karena iman, Nuh taat mempersiapkan bahtera yang Tuhan perintahkan.” Dari suara Tuhan pertama kali kepada Nuh, dan sungguh-sungguh terjadinya air banjir yang besar itu seluruh dunia, itu lebih dari 100 tahun. Di saat seperti itu apakah kita berpikir tidak ada orang yang mencerca dia? Apakah tidak ada orang yang mengejek dia? Bahkan mungkin sekali keluarganya sendiri tidak mendukung. Mana ada sih manusia biasa itu tidak pernah lelah, tidak pernah jatuh, tidak pernah discourage? Kalau saudara-saudara membaca Ibrani 11, biarlah kita itu membaca dengan realita kehidupan bukan dengan kacamata avenger. Avenger itu dipukul, besinya yang bengkok. Superman itu dipukul, yang mukul itu yang sakit. Tidak ada di dalam Ibrani 11 itu. Tidak ada orang-orang di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru seperti itu. Kalau dicerca yah sakit hati. Kalau dihina yah sedih. Apakah setiap hari Nuh itu bekerja keras untuk membangun bahtera itu dalam ketaatannya kepada Tuhan? Yah kemungkinan besar tidak. Sangat mungkin, dia mungkin pernah satu bulan, dua bulan itu kesel, jengkel sama Tuhan, complain sama Tuhan. Sangat mungkin. Tetapi iman yang sejati akan menggerakkan dia keluar dari complain itu. Apakah Yesaya, Yeremia itu tidak pernah complain? Apakah Ayub tidak pernah complain? Kalau saudara-saudara membaca Yeremia, dia mengutuki hari lahirnya beberapa kali. Mereka bukan superman. Mereka seakan-akan dikalahkan oleh dunia. Mereka harus tergeletak di bawah. Tetapi iman, kalau itu dibentuk oleh Roh Kudus, iman yang sejati, orang kudus itu akan bertekun sampai akhir. Dia akan bangkit kembali. Dia akan bekerja mengabdi lagi. Di dalam Ibrani 11 dikatakan, “Karena iman, Musa menolak disebut sebagai anak Firaun. Dia suka menderita sengsara bersama dengan umat Allah.” Berarti pasti ada pertentangan. Pasti ada hinaan. Pasti ada kekecewaan. Dia bukan seorang yang dibuat hatinya dari batu. Malah sebaliknya, dia orang yang sangat lembut hati. Pasti pernah menangis. Pasti pernah mau mundur. Pasti pernah ragu, “Mungkin lebih baik aku meinggalkan jalan Tuhan dan bersama dengan kekayaan dunia ini.” Tetapi iman yang sejati akan membangkitkan dia kembali. Iman yang sejati akan menggerakkan anak-anak Tuhan yang dipilih. Abraham dibuat keluar dari Ur-Kasdim. Dan kitab Ibrani bahkan mengatakan orang-orang yang memiliki iman yang sejati seperti Gideon, Samson, Yefta, Daud, Samuel. Bagaimana dengan Simson? Ini adalah seseorang yang saudara tahu sendiri; campuran antara kemenangan dan kekalahan besar. Dia kalah di dalam seks, dia menang di dalam perlawanan terhadap Filistin. Tetapi di akhir-akhir hidupnya dia kalah total. Dia terjebak, dia masuk, dia jatuh ke tanah hampir tidak bisa bangkit. Matanya dibutakan, ditangkap oleh musuh-musuhnya, dibuat lelucon, dijadikan badut. Di tengah-tengah seperti itu dia sudah sama sekali tidak ada harapan. Kalau saudara bicara mengenai lubang sumur, itu adalah lubang sumur yang paling bawah. Dan di tengah-tengah seperti itu, tiba-tiba iman yang diciptakan Allah itu bergerak. Dia meminta sesuatu yang bahkan dia sendiri sebelumnya tidak pernah minta: “Berikan aku sekarang kekuatan untuk menghancurkan seluruh lawan-Mu, ya Tuhan.” Dengan mata yang buta, dengan hidup yang dipermalukan, dengan dunia dan dosa yang sudah menindih dia; iman ciptaan Roh Kudus itu tidak akan pernah menyerah. Dia terus menerus mau kait dengan Allah meskipun begitu berdosa. Dan di akhir hidupnya dia menghancurkan musuh-musuh Allah lebih daripada sebelumnya. Iman yang sejati ga pernah akan dikalahkan.

Kemarin, di Natal Persekutuan Wanita ada tanya jawab. Dan biasa, salah satu pertanyaannya itu, kurang lebih selalu akan muncul seperti itu. Mungkin setelah saya ngomong begini, mungkin tidak pernah muncul lagi. Kurang lebih pertanyaannya adalah, “Pak, bagaimana ya, saya ini punya kepahitan dengan seseorang.” Itu selalu, saudara-saudara. Pahit. Mungkin itu bahasa lebih dari Injil. Kepahitan. Saya jawab: “Ya, buang!” Di dalam Alkitab dikatakan, “Buanglah seluruh kepahitan.” Kenapa sudah tahu pahit itu malah dirasa-rasakan, dicicip? “Pak, pahit, Pak.” “Ya, buang!” Berapa banyak orang yang pahit, kecewa sama seseorang, kecewa sama pendetanya, kecewa sama pengurusnya, kecewa sama temannya, kecewa sama apapun saja? Dan kemudian mengundurkan diri dari gereja. Kalau orang ini tidak mau kembali dan tidak bisa kembali di titik di mana dia mengundurkan diri, saudara-saudara tanya tanda tanya besar apakah imannya itu dari Roh Kudus. Tidak peduli dia mau hebatnya seapapun. Latar belakangnya apapun, saya tanda tanya. Iman seperti itu, “iman dari Roh Kudus” kalah sama kepahitan. Bukan aniaya. Kepahitan. Kepahitan itu berarti diri diangkat. Kepahitan itu berarti perasaanku raja. Kepahitan itu berarti self-centre. Tuhan sendiri sudah katakana, “Kamu harus tahu. Kamu itu hutang sama Tuhan itu 10.000 talenta. Ada temanmu hutang 100 dinar, you tidak mau lepaskan”. Saya harap ini kita harus sisihkan, kita harus matikan dosa ini dalam diri kita. Kenapa kalau masalah kepahitan? Karena orang itu salah sama kita? Saya katakan kepada saudara-saudara, mungkin orang itu memiliki kepahitan jauh lebih besar daripada kita pahit sama dia. Kenapa selalu center-nya diri? Di dalam Alkitab, bahkan penganiayaan, hinaan, itu ditujukan kepada seseorang kalau dia memiliki iman. Alkitab mengatakan, “Iman mengalahkan dunia.” Saudara coba bayangkan, tersinggung, kemudian pergi. Aneh sekali. Itukah iman? Mana ada orang hidup di dunia itu tidak ada tersinggung? Mana ada orang hidup di dunia itu tidak ketemu sama orang yang salah? Tetangga kita saja bisa bikin kita tersinggung. Maka saudara-saudara, biarlah kita boleh mengerti, iman yang sejati itu tidak membiarkan kita berhenti/diam. Kalau itu terjadi, benar-benar tidak lagi bergerak, saudara tanda tanya.

Hal yang kelima, sekarang kita masuk yang baru. Iman adalah instrumen penerimaan. Iman adalah sarana/instrumen yang mana kita menerima apa yang Allah berikan kepada kita. Walter Marshall mengatakan, “Iman adalah sarana kita menerima Kristus dengan seluruh kepenuhan-Nya di dalam hidup kita.” Seorang teolog menyatakan, “Iman keselamatan adalah penerimaan terhadap penerimaan Allah. Dan iman juga adalah instrumen kita menerima perkataan-perkataan Firman.” Ketika kita membaca bagian Alkitab, apakah kita beriman, itu artinya apakah kita menerimanya dalam hidup kita, mempercayainya atau tidak? Saudara sedang mendengarkan khotbah ini atau saudara sedang bersaat teduh, apapun saja, saudara dealing dengan Firman, sebenarnya saudara sedang memakai instrumen iman itu untuk menerima atau saudara menolak Firman itu.

Naaman adalah seorang jendral dan kemudian dia terkena kusta. Dan seorang nabi mengatakan kepadanya bahwa, “Kalau engkau mau sembuh, maka engkau mandi di sungai Yordan.” Naaman pertama kalinya tidak mau menerima kalimat itu. Itu artinya dia tidak beriman kepada Firman yang disampaikan oleh nabi itu. Petrus diminta berjalan di atas air. Kalimat Yesus itu diterimanya, dengan kata lain, pada kalimat Yesus itu, dia beriman, kemudian miracle terjadi, tetapi begitu dia menolaknya, maka dia tenggelam. Karena Firman itu adalah kekal untuk selama-lamanya. Firman itu adalah kebenaran yang tidak pernah bisa untuk gagal. Sehingga ketika kita tidak beriman, tidak menerima Firman itu, kitalah yang pasti akan gagal. Saya ambil contoh, di dalam Alkitab misalnya dikatakan, “Tidak ada satu orang yang dapat mengabdi kepada dua tuan. Pilih Allah atau Mamon”. Apakah saudara menerima kalimat Tuhan ini? Kalau saudara menerima, itu berarti saudara beriman. Saudara menerimanya dengan instrumen iman. Itu belum terjadi. Itu tidak ada di depan mata. Itu kebenarannya bisa dipertanyakan saat ini. Tetapi saudara menerimanya, saudara akan mengerti bahwa Firman itu pasti akan tergenapi. Suatu saat, orang yang mencintai uang akan menyadari bahwa dia tidak akan mencintai Allah. Suatu saat, dia akan mengalami kalau dia mengasihi Allah, dia tidak akan hitung-hitungan urusan uang. Makin dia mengasihi Allah, makin urusan uang bukan nomor satu. Itu pasti terjadi pada dirinya, entah dia mengasihi uang atau dia mengasihi Allah.

Tadi sudah disebutkan di atas, iman adalah instrumen penerimaan. Melalui iman, kita menerima sukacita dari Allah. Melalui iman, kita menerima kasih dari Allah. Melalui iman, kita mendapatkan kebenaran dari Allah. Melalui iman, kita mendapatkan hidup dan kekudusan dari Kristus. Mari kita melihat, dengan pengertian ini melihat bagian Alkitab ini, misalnya saja Gal. 2:20. Saudara-saudara perhatikan: “…Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Saudara perhatikan, kalimat ini artinya adalah imannya kepada Kristus tentu, iman itu adalah instrumen Allah menyalurkan kasih-Nya kepadaku. Allah di dalam Kristus Yesus menyerahkan diri-Nya untuk aku. Hal yang lain misalnya 1 Yoh. 5:13. Saudara perhatikan, iman kepada Kristus, iman itu sarana untuk kita itu diberi atau sarana Allah memberikan hidup kekal kepada kita. Saudara-saudara, hal yang lain misalnya dalam Rom. 5:2. Saudara-saudara, iman itu adalah instrumen di mana Allah memberikan kasih karunia demi kasih karunia kepada kita. Saudara-saudara, aspek yang kelima daripada iman adalah instrumen penerimaan. Alkitab mengatakan, “Orang benar hidup karena iman.” Saudara-saudara, bisa beberapa arti, tetapi memang kita hidup berdasarkan berkat-berkat dari Allah kepada kita. Kita bisa hidup jika dan hanya jika ada pengampunan dari Surga. Kita hidup jika dan hanya jika Allah memberikan kasih sayang-Nya kepada kita. Kita hidup jika dan hanya jika Tuhan itu memberikan providensiaNya dan menyempurnakan kita sampai selama-lamanya. Sekali lagi inti daripada kita hidup itu adalah karena seluruh berkat yang dari Tuhan diberikan kepada kita. Dan kita menerimanya di dalam instrumen iman. Iman di dalam Kristus.

Terakhir, hal yang keenam. Saya sudah bicara berkenaan dengan pertumbuhan pengudusan itu terjadi karena union with Christ. Dan bagaimana kita, dari perspektif kita menempel kepada Kristus adalah melalui iman. Tetapi di lain pihak, ini juga terjadi, karena proses pengudusan itu, membuat iman kita makin lebih bertumbuh kuat. Sekali lagi, kita menempel kepada Kristus sehingga dari tempelan itu maka kita bisa kudus adanya. Tetapi ketika Alkitab mengatakan kita itu kudus, diproses/ dibentuk menjadi kudus itu artinya hal yang sama, iman kita dibuat, dikuatkan makin bertumbuh. Derajat pertumbuhan iman kita dilatih melalui pergaulan dan kepercayaan kepada firman dan kondisi ini menentukan derajat communion with Christ. Iman yang bertumbuh. Sekali lagi, iman yang bertumbuh tidak bisa tidak, harus ada union with Christ selain daripada pengudusan. Dan union with Christ itu membuat iman yang bertumbuh dan Kristus menumbuhkan iman kita melalui seluruh karya-Nya, melalui providensia-Nya. Sekali lagi bahwa iman itu adalah sesuatu yang bukan statis tetapi bertumbuh. Di dalam Alkitab dikatakan kita itu bergerak dari iman menuju kepada iman. Jadi iman itu bukan kalau saudara-saudara mengatakan: “Engkau memiliki iman di dalam Kristus?” “Ya.” Saya juga. Saudara juga. Si A juga. Si B juga. Ya, betul kita memiliki iman di dalam Kristus tetapi iman memiliki derajat pertumbuhan iman masing-masing. Dan derajat pertumbuhan iman itu masing-masing itu adalah di dalam bentukan Allah kepada kita melaui Firman dan providensia. Poin keenam ini saya akan berikan kejelasan di dalam satu bagian Alkitab yang menyatakan hal ini.

Di dalam Lukas 18 ada seorang janda yang terus mengetuk pintu hakim yang tidak takut akan Allah. Pertama, hakim itu tidak mau bangun untuk meladeni janda tersebut. Tetapi karena perempuan ini terus menerus mengetuk pintu rumahnya maka hakim ini yang merasa terganggu. Dia pikir nanti janda ini akan menyerang dia. Maka kemudian dia membukakan pintu dan melayani janda ini. Dan memberikan apa yang janda ini mau. Yesus menggunakan ilustrasi ini untuk menyatakan, untuk mengajarkan ketekunan. Bagaimana Allah akan menjawab orang-orang yang berseru kepada-Nya siang dan malam. Yesus mau memberikan jaminan: Kalau engkau berseru, pasti Aku mendengar. Kalau engkau berdoa, pasti Aku akan menjawab. Jangan ragukan itu. Bahkan orang yang jahat pun itu tahu untuk menjawab orang yang minta kepada dia. Tetapi kalimat terakhir Yesus itu mengagetkan, Dia mengatakan, “Tetapi ketika Anak Manusia itu datang, apakah Ia mendapati iman di bumi ini?” Maka kalimat Yesus ini mau menyatakan bahwa yang dilihat oleh Yesus kepada kita adalah iman. Dia menginginkan pertumbuhan iman kita. Kita selalu memiliki konsentrasi tentang pendidikan anak. Kita memiliki konsentrasi mengenai saya beli rumah di mana. Kita selalu memiliki konsentrasi mengenai kesehatan kita, atau karir kita. Yesus tidak mengatakan itu. Itu seluruhnya adalah konteks kehidupan. Bagi Dia yang menjadi konsentrasi mata-Nya, yang dilihat-Nya adalah apakah kita memiliki iman seperti yang diharapkan-Nya. Apakah iman kita bertumbuh makin kuat kepada Dia? Dan Dia akan membuat apapun saja dalam kehidupan kita seturut dengan kedaulatan dan kebaikan-Nya untuk membuat iman kita itu bertumbuh. Dan itu yang dicari dan dilihat-Nya. Proses pengudusan itulah yang membuat iman kita bertumbuh makin kuat pada saat yang sama, iman itu yang membuat kita menempel kepada Kristus yang membuat proses pengudusan.

GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more