25 February 2024
Menjadi Murid (5)
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · 1 Tim 1:18-20, 1 Tim 6:12, 2 Tim 4:7, 2 Tim 2:1-13

1 Tim 1:18-20, 1 Tim 6:12, 2 Tim 4:7, 2 Tim 2:1-13

Kita sudah beberapa minggu melihat apa yang menjadi isi hati Tuhan melalui Firman ini. Sekali lagi, orang Kristen adalah orang yang sering sekali menanyakan, “Apa sih kehendak Tuhan dalam hidupku?” Kalau kita mau jujur bahwa kehendak Allah untuk kita adalah menjadi murid dan kita memuridkan. Ini adalah suatu bentukan Tuhan di dalam gereja-Nya yang sejati. Sekali lagi, Tuhan tidak bermaksud untuk mati dan bangkit, lalu menjadikan saudara dan saya hanya pengunjung gereja. Dia mau untuk membentuk kita menjadi murid, maka ini adalah kehendak-Nya di dalam hidup kita.

Beberapa minggu yang lalu kita sudah bicara berkenaan dengan 3 gambaran yang Paulus katakan tentang Timotius seperti apa menjadi seorang murid. Gambaran pertama adalah tentang prajurit. Di dalam prajurit ini menegaskan Paulus meminta Timotius memiliki kesehatian di dalam penderitaan. Ikutlah menderita bersama dengan Aku. Yang ke-2 adalah gambaran olahragawan. Seorang yang mengikuti peraturan untuk mendapatkan reward. Tidak ada orang yang bisa disebut sebagai pemenang kalau tidak mengikuti aturan. Gambaran yang ke-3 adalah petani. Menegaskan kerja keras dan pada akhirnya baru mendapat upah. Ini adalah bicara mengenai upah yang Tuhan berikan pada akhir zaman (eschatology) bagi semua orang-orang yang bekerja keras pada saat ini. Tiga gambaran ini dinyatakan Paulus dalam tulisannya.

Murid yang seperti apa yang dibentuk dengan gambaran seperti ini? Kira-kira kalau sudah dimuridkan oleh Paulus orang itu nanti karakternya seperti apa? Value-nya seperti apa? Lifestyle-nya seperti apa? Disposisi yang dimilikinya itu apa? Disposisi adalah kualitas inherent dari seseorang di dalam karakter dan pikirannya. Kristen seperti apa yang dibentuk dengan pemuridan seperti ini? Mari kita pikirkan baik-baik dan jujur.

Beberapa minggu ini dan beberapa minggu ke depan, maka kami mengumpulkan pemimpin-pemimpin KTB untuk membahas satu buku yang berjudul Gospel Centered Discipleship. Di dalam satu bab yang menyatakan hal ini. Sebenarnya seluruh hidup kita adalah hidup yang digerakkan untuk mengejar image yang ada, yang kita inginkan, ada di dalam pikiran kita. Image, berarti ada suatu gambaran. Kemudian dari gambaran itu kemudian kita ingin menjadi seperti itu, dari anak kecil sampai orang dewasa. Saya masih ingat ketika dulu saya masih kecil saya diajak orangtua saya nonton film Spiderman. Setelah pulang, saya ingin jadi manusia laba-laba. Saya ingin sekali suatu hari digigit laba-laba dan saya bisa pergi ke beberapa pencakar langit untuk bisa merayap di sana. Itu menjadi image saya. Sungguh! Berbulan-bulan saya ingin menjadi seperti dia. Banyak anak-anak remaja melihat idolanya, apakah dia seorang penyanyi atau seorang olahragawan, dan dia ingin menjadi seperti dia. Kalau dia adalah atlet, maka dia berlatih dan berusaha untuk menjadi seperti dia. Kita mengejar image yang kita inginkan. Bahkan saudara yang sudah dewasa, saudara sadar atau tidak sadar, saudara menginginkan hidup, atau menginginkan hidup seperti orang itu. Jika ada seseorang yang kita inginkan menjadi image kita, kita lihat hal-hal yang dimilikinya memiliki nilai yang tinggi dan kita ingin menjadi orang tersebu, tetapi masalahnya adalah kita sudah berdosa. Kita tidak lagi mengetahui pengetahuan yang benar mengenai suatu nilai, bahkan kita tidak bisa mengerti image seperti apa yang sungguh-sungguh bernilai, sehingga mengejar image yang kita inginkan membuat hidup kita itu menjadi tersesat. Itu  sebabnya Allah memberikan Alkitab bagi kita sehingga kita memiliki pandangan tentang image yang sesungguhnya kita harus kejar, atau tepatnya image yang Tuhan sedang bentuk kembali dalam hidup kita, dan itu adalah the image of Christ. Kita diubah untuk menjadi serupa Kristus. Pikiran Kristus menjadi pikiran kita. Perasaan Kristus menjadi perasaan kita. Tindakan Kristus menjadi tindakan kita. Apa yang ada di dalam hati Kristus menjadi hati kita, dan itu tidak bisa dari sekolah. Tuhan membentuk image of Christ itu dengan Firman-Nya dan dengan Roh Kudus. Anugerah Roh Kudus di dalam proses pengudusan supaya kita serupa dengan Kristus melalui Firman-Nya, tetapi untuk hal itu, maka Allahlah yang memulai inisialnya dan setelah itu ada kontinuitas, pengubahan itu sampai kita mati. Alkitab mengatakan di dalam kontinuitas itu, pengubahan-pengubahan sampai menyerupai Kristus sampai kita mati, ada satu kata yang penting di sini yaitu berjuang. Berjuang! Tetapi celakanya kata ini sudah hilang di dalam gereja. Saya akan jelaskan dengan cara yang lain.

Ada 2 proses di dalam hidup kita ketika kita menjadi satu dengan Kristus, yang bisa kita bedakan tetapi tidak bisa kita pisahkan. Justification and sanctification. Di dalam justification (pembenaran), kita dibawa untuk melihat kemuliaan Kristus. Ada satu waktu di dalam hidup kita, tiba-tiba kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa. Kita adalah orang yang layak untuk dihukum oleh Allah selama-lamanya dalam kekekalan. Kita meratap dengan dosa kita, tetapi pada saat yang sama, Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita memunculkan pandangan akan kemuliaan Kristus dan pengampunan-Nya. Pandangan pertama ini membuka mata kita akan keindahan Kristus yang tiada habisnya, dan kita menemukan di dalam Dia, keindahan dan kemuliaan sejati itu bersatu. Tetapi, proses ini tidak berhenti sampai di situ. Alkitab mengatakan proses itu kemudian diikuti dengan proses sanctification. Sanctification (pengudusan) di mana kemudian, kita dibentuk. Kita dikoreksi dengan memandang kemuliaan-Nya untuk menjadi gambaran kemuliaan-Nya di bumi ini. Pertama-tama, kita disadarkan akan kemuliaan-Nya dan bukan selesai di situ, dengan kemuliaan-Nya yang kita nikmati dan kita pandang itu, Dia membentuk kita untuk menjadi gambaran kemuliaan-Nya di bumi ini. Oleh Roh Kudus, kita diubah sesuai Firman untuk serupa Kristus. Ini tidak terjadi dengan sendirinya. Ini dimulai dari Allah. Ini oleh Allah. Untuk kemuliaan Allah. Tetapi, Alkitab dengan jelas mengatakan Allah membawa kita dalam proses ini, Dia minta untuk kita berusaha keras. Kerja keras. Berjuang. Terus-menerus menyesuaikan diri untuk bisa sesuai, sinkron dengan Firman, dan itu artinya ketaatan. Kristus sendiri mengatakan, “Jikalau engkau mau mengikuti Aku, jikalau engkau mau menjadi murid-Ku, engkau harus sangkal diri, pikul salib dan ikut Aku.”

Maka pertanyaannya adalah, kembali lagi. Image seperti apa yang ada di dalam pikiran kita, dalam pikiran saudara ketika saudara berbicara mengenai kekristenan? Ketika kita bicara menjadi orang Kristen, menjadi pengikut Kristus. Ingat bahwa image tersebut membuat kita menginginkan jadi seperti itu. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa untuk menjadi murid, kita harus berjuang, harus bulat hati, harus sungguh-sungguh. Kita harus kerja keras. Itu adalah image yang diberikan Alkitab kepada kita. Itulah sebabnya Paulus mengatakan, “Jadilah seperti seorang prajurit! Jadilah seperti atlet! Jadilah seperti petani!” Itulah image yang Alkitab berikan kepada kita. Itulah image orang Kristen. Image orang yang ditebus. Tetapi saya tanya image seperti apa ketika kita berbicara menjadi orang Kristen? Kalau saya mau jujur dan saya pasti jujur. Itu ada di dalam diri saya sendiri dan dengan juga semua orang yang saya temui. “Image kita sebagai orang Kristen harusnya adalah seperti liburan. Kita kan orang bebas loh. Sudah ditebus oleh Yesus Kristus. Tidak perlu berjuang. Hidup itu dinikmati saja. Tenang saja. Santai saja.” Celakanya adalah kita berpikir orang Kristen itu santai saja, nikmat saja, ternyata di dalam dosa dan juga di dalam idols. Hidup itu enteng kok, Pak, kalau sudah ditebus sama Yesus.

Sebenarnya ada sungguh-sungguh kenikmatan, tetapi kita musti membedahnya dengan terlebih dalam, terlebih dahulu. Image kekristenan masa kini sudah lain dari Alkitab dan ini yang paling menakutkan di dalam tubuh Kristus. Saudara bicara mengenai apa pun saja, mengenai terminology (mengenai istilah-istilah Alkitab) sama, tetapi dalamnya itu berbeda semua. Itulah sebabnya, saya tidak bingung kenapa LGBT itu di-endorse oleh gereja Barat. LGBT, feminism, liberalism itu seluruhnya dari gereja. Itu bukan dari mesjid. Itu dari Kristen! Propagandanya itu Kristen dan mereka selalu mengatakan, “Allah itu kasih, bukan? Kita diterima oleh Allah apa adanya.” Image sesungguhnya, seluruhnya sudah diganti dengan pikiran kita yang berdosa. Apa yang terjadi? Bukan kita dirubah seturut dengan Injil, tetapi Injil pengertiannya dirubah sesuai dengan kita. Bukannya kita ditransformasi oleh Injil dengan prinsip-prinsip dan standarnya. Tetapi dengan kelicikan kita, kita memakai istilah-istilah Alkitab untuk menutup dosa kita! Kita manusia celaka! Kita sungguh-sungguh sudah salah, tetap kita bicara Allah itu kasih adanya. Itu tidak ada dalam Alkitab. Saya tanya kepada saudara, ada tidak orang yang sudah berdosa kemudian bilang “Allah itu kasih, Allah itu kasih.” Kemudian ada satu nabi yang bilang, “Iya, betul Allah itu kasih.” Tidak ada.  Hal yang pertama, Nabi selalu bilang, “Bertobat!” Begitu dia itu bertobat, baru di titik itu dia menemukan apa artinya Allah mengasihi dia. Jadi Allah kasih atau tidak? Jelas pasti kasih, tapi pengertian ‘kasih’ beda dengan orang itu.

Seorang hamba Tuhan berkata demikian. Banyak orang berpikir bahwa tindakan penghakiman Tuhan yang paling menakutkan adalah gempa bumi, kebakaran, wabah penyakit dan kelaparan. Itu semua benar karena di dalam Perjanjian Lama, ketika Allah marah menghadirkan hal-hal itu, bahkan Perjanjian Baru juga. Tetapi hamba Tuhan ini mengatakan, “Belum tentu, karena di dalam Alkitab, tindakan penghakiman Tuhan yang paling menakutkan adalah ketika Dia menyerahkan manusia ke dalam pikirannya sendiri yang sudah rusak.” Jadi pikirannya yang rusak, cara pandangnya, image-nya, cara definisinya, dibiarkan oleh Tuhan dan itu menakutkan sekali. Seumur hidup dia berpikir inilah Kekristenan, padahal sebenarnya dia tidak pernah mendapatkan sesuatu transformasi dari Tuhan mengenai apa Kristen sesungguhnya. Dia mendefinisikan apa itu Kekristenan. Dan, setiap istilah-istilah Alkitab semuanya dengan definisi dirinya sendiri. Itu menakutkan sekali.

Perhatikan yang ditulis oleh J.C. Ryle, Bishop Anglican abad 19 akhir. Berhati-hatilah dalam menciptakan Tuhan anda sendiri. Tuhan yang penuh belas kasihan, namun tidak adil. Tuhan yang penuh kasih, namun tidak suci. Tuhan yang bagaikan surga bagi setiap orang, namun bukan neraka bagi siapa pun. Tuhan yang membiarkan keadaan kebaikan dan keburukan berdampingan dalam waktu, namun tidak membedakan kebaikan dan keburukan tersebut di dalam kekekalan. Tuhan seperti itu adalah berhala anda sendiri. Sama berhalanya dengan ular atau buaya manapun di kuil Mesir. Tangan khayalan dan sentimentalitas anda sendiri sudah membuat Tuhan seperti itu. Dia bukan Tuhan dalam Alkitab dan selain Tuhan dalam Alkitab, tidak ada Tuhan sama sekali!

Image seperti apa tentang Kekristenan yang kita miliki hai semua orang-orang Kristen yang mendengarkan berita pada hari ini? Image seperti apa yang engkau miliki? Kita semua selalu tidak suka dengan hukum. Kita berpikir kalau seseorang hamba Tuhan berbicara mengenai hukum adalah bicara berkenaan dengan legalism. Itu adalah suatu tipuan setan. Perhatikan baik-baik, kita dilepaskan dari hukum, tetapi kita tidak dilepaskan dari mengikut Kristus yang tersalib. Pakai istilah dari Paulus, engkau berlarilah, engkau seperti olahragawan, tetapi ingat ada aturan. Kita bukan taat dan dengan ketaatan itu kita merasa berjasa lalu dengan jasa itu, kita minta anugerah dari Tuhan. Bukan! Tetapi kita taat, kita berjuang, karena kita sudah mendapatkan anugerah itu. Banyak orang Kristen yang sudah membuang perjuangan. Banyak orang Kristen yang sudah membuang kesungguhan dengan berpikir aku sudah ditebus oleh Yesus, aku tidak perlu lagi untuk berbuat sungguh-sungguh. Hidupku seharusnya bisa enteng. Anugerah yang kita dapatkan, bukanlah meniadakan kerja keras. Tetapi anugerah yang kita dapatkan, meniadakan jasa. Ini kalimat luar biasa penting. Kalau kita sudah dapat anugerah keselamatan di dalam Kristus. Penerimaan di dalam Kristus. Saudara berpikir kalau sudah dapat itu, aku tidak perlu kerja keras. Aku tidak perlu berjuang. Siapa bilang? Itu adalah Kekristenan, image kita sendiri. Yang benar adalah kalau kita sudah mendapatkan keselamatan, mendapatkan anugerah di dalam Kristus, kita bukan kerja keras untuk mendapatkan jasa. Tuhan, aku sudah kerja keras, maka Engkau beri kasih karunia kepadaku. Bukan seperti itu! Seballiknya, kalau kita sudah mendapatkan anugerah dalam Kristus, Alkitab mengatakan, “Aku akan kerja lebih keras karena aku sudah mendapatkan anugerah.” Aku kerja lebih keras. Kenapa Paulus? Adalah karena engkau mau supaya pergi ke surga. Tidak, karena aku sudah diterima, maka aku kerja lebih keras. Itulah sebabnya, tanda di dalam Kekristenan, seorang murid adalah bicara mengenai menyangkal diri, memikul salib, mengikut Kristus. Kerja keras. Ikut aturan. Sehati di dalam penderitaan.

Elisabeth Elliot, istri dari Jim Elliot. Sekarang banyak perempuan-perempuan yang sangat saleh di dunia ini adalah murid dari Elisabeth Elliot. Dia mengatakan demikian, menjadi pengikut Yesus yang tersalib berarti cepat atau lambat mengalami pertemuan pribadi dengan salib. Dan salib selalu membawa kerugian. Simbol agung Kekristenan berarti pengorbanan dan tidak seorang pun yang menyebut dirinya seorang Kristen dapat menghindari fakta yang begitu jelas ini. Steven Lawson mengatakan, “Kehidupan Kristen bukanlah suatu playground, melainkan medan peperangan rohani. Semakin dekat kita mengikut Yesus, semakin maju kita mendekati garis peperangan itu. J.C. Ryle sekali lagi mengatakan demikian. “Menjadi seorang Kristen sejati memerlukan biaya yang besar, harga yang banyak. Sesuai dengan standar Alkitab, ada musuh yang harus diatasi, peperangan yang harus dilakukan, pengorbanan yang harus dikerjakan, Mesir yang harus ditinggalkan, adang gurun yang harus dilalui, salib yang harus dipikul, perlombaan yang harus dijalankan. Pertobatan bukanlah menempatkan seseorang di kursi malas dan membawanya dengan mudah ke surga. Ini adalah awal dari sebuah konflik besar yang membutuhkan banyak harga yang harus dibayar untuk meraih kemenangan.” Apa image kita tentang Kekristenan?

Kalau saudara masuk ke gereja, saudara ingin gereja seperti apa? Kalau mau menjadi orang Kristen, mau menjadi orang Kristen yang seperti apa? Jangan mau dibebani oleh aturan-aturan manusia, tetapi kalau itu adalah prinsip Alkitab, kita harus merelakan diri untuk menerimanya. Paulus mengatakan, “Sehatilah engkau di dalam penderitaanku, dalam kesulitan ini, Timotius.” Berjuanglah dengan aturan yang ada dengan hukum yang ada. Kerja keraslah Timotius. Bukan itu saja bahwa kalimat-kalimat terakhir Paulus ini sudah diucapkan berulang-ulang beberapa tahun sebelumnya kepada Timotius. Tadi kita melihat dalam 1 Timotius 6:12. “Berjuanglah dalam pertandingan iman yang baik.” Pegang, atau dalam bahasa Indonesia, “Engkau pegang dengan erat.”, bukan sentuh, tapi pegang dengan erat. Kenapa musti erat? Karena kalau tidak erat, pasti akan ada yang ambil daripadamu. Ini bukan bicara mengenai keselamatan yang akan hilang, tetapi sebaliknya orang yang mendapatkan keselamatan pasti dosa, dunia, setan akan berusaha untuk meraih. Ada musuh yang mengincar kita. Ada orang-orang yang menghina kita. Ada orang-orang yang mencari-cari kesalahan kita. Ada orang-orang yang berusaha merendahkan kita, membuat kita mundur dan membuat kita malu menjadi orang Kristen.

Di dalam 1 Timotius 1:18-19 tadi dikatakan, “Timotius, berjuanglah dalam perjuangan yang baik.” Menjaga iman dengan hati nurani yang baik. Kita pikir menjaga, ya sudah menjaga.  Seorang prajurit yang menjaga wilayahnya untuk diserang musuh artinya seluruh hidupnya dipertaruhkan. Tetapi ini bukan saja perintah Paulus kepada Timotius, Paulus sendiri melakukannya. Beberapa waktu sebelum dia dipenggal. Dia menuliskan kepada Timotius, sebenarnya dia menginginkan Timotius datang, tetapi sejarah menyatakan sangat mungkin ketika Timotius datang Paulus sudah mati. Paulus sadar mungkin dia tidak bisa lagi melihat Timotius. Dia menulis, “Aku sudah mengakhiri perjuangan, pertandingan ini dengan baik. Aku sudah memelihara, menjaga iman.” Sekali lagi, seluruhnya bicara mengenai kerja keras. Seluruhnya bicara kesungguhan hati. Seluruhnya bicara berjuang.

Beberapa tahun yang lalu saya mulai menyadari satu hal. Satu kata yang terus-menerus Pak Tong ucapkan sama kami. Tetapi yang saya tidak miliki dan saya juga tidak pernah kepikir itu ada, yaitu satu kata itu, yaitu ‘niat perjuangan’. Saya pikir itu tidak ada di dalam Alkitab. Saya sudah lama sekali jadi orang Katolik. Saya katakan hal ini, maksudanya bukan Katolik terus kemudian sesat. Tidak, saudara-saudara, tetapi yang saya mau katakan adalah bahwa saya adalah orang yang dari kecil dididik di dalam kekristenan, dididik di dalam mengerti Alkitab, dan saya lama sekali di gereja Karismatik dan saya kenal dengan beberapa hamba-hamba Tuhan. Pada waktu saya masih mahasiswa, saya undang orang ini, orang itu untuk berkhotbah di kampus. Tidak pernah ada satu kata ini ‘niat perjuangan’. Atau, sebaliknya mungkin ada, tapi tidak pernah masuk di dalam telinga atau hati saya karena saya tertutup. Niat perjuangan itu apa? Kenapa musti kerja keras? Bukankah Yesus sudah mati bagiku? Bukankah harga sudah dibayar? Bukankah kekristenan bicara damai sejahtera, sukacita? Kenapa musti ada niat perjuangan? Pertamanya saya tidak percaya. Dan saya tidak katakan saudara harus percaya kepada saya dalam hal ini, tetapi, tolong pulang dan selidiki lagi Alkitab. Saudara akan menemukan kata itu begitu muncul berkali-kali. Orang yang sudah mendapatkan kasih karunia adalah orang yang berjuang untuk Kerajaan Allah. Tidak ada orang dapatkan dari kasih karunia lalu kemudian dia enteng. Orang yang mendapatkan kasih karunia adalah orang yang menghargai Allah itu suci. Dia tidak mudah mengatakan, “Oh, Allah itu cinta.” Ya, Allah itu cinta, tetapi lain dengan apa yang ada dalam pikiran kita orang berdosa.

Perhatikan apa yang ada dalam Alkitab untuk mematikan dosa. Itu adalah perintah dalam Alkitab. Mematikan dosa itu aktif. Itu bukan pasif. Itu perjuangan. Tidak ada dosa dalam diri kita yang bisa mati tanpa perjuangan. Untuk melawan dunia dan tidak tertarik dengan dunia seperti Demas saudara dan saya perlu berjuang, perlu menyangkal diri untuk Kerajaan Allah berkembang. Kerajaan Allah berkembang dalam 2 hal ini. Yang pertama adalah berkembang dalam diriku, pemerintahan Allah di dalam setiap aspek hidupku. Maka kita perlu berjuang, karena kita perlu menyangkal diri. Dan untuk Kerajaan Allah berkembang di luar, untuk mengabarkan injil seperti Paulus atau murid-murid yang lain dalam Alkitab, itu perjuangan yang sulit. Itulah sebabnya dalam Matius 28 dikatakan, “Jadikan seluruh bangsa murid-Ku.” Apakah itu perintah Yesus? Ya, tetapi apakah kita ingat apa yang dikatakan sebelumnya?  “Segala kuasa ada pada-Ku.”  Kalau itu sesuatu yang gampang, kita tidak perlu kuasa. “Dan ketahuilah Aku menyertai engkau senantiasa sampai akhir zaman.” Kalau untuk Kerajaan Allah berkembang itu gampang, tidak perlu kuasa dari surga. Kerajaan Allah berkembang tidak mungkin dengan kita itu santai. Tidak mungkin. Bagaimana dengan melawan pencobaan seperti Yesus melawan setan? Perlu berjuang. Perlu membuat hati didedikasikan bagi Allah setiap kali. Tidak usah seperti itu. Hal yang paling sederhana kita perlu seperti Yesus Kristus bukan? Alkitab mengatakan pagi-pagi benar, Yesus Kristus mencari wajah Allah dengan doa. Pemazmur mengatakan aku seperti rusa yang merindukan sungai. Pemazmur mengatakan aku mengharapkan rembang pagi. Aku mengharapkan Engkau, ya Tuhan. Untuk mempertahankan kita bisa saat teduh dengan teratur setiap hari, itu pun sangkal diri. Seluruh Kekristenan, seluruh pembacaan ini adalah kerja keras, berjuang. Kerja keras, berjuang melawan dosa. Kita bekerja keras, melawan dunia. Kita kerja keras mengabarkan Injil. Kita kerja keras.Tadi kita baru membaca 5 gadis bijaksana 5 gadis bodoh. Apakah saudara mengerti perbedaannya? Cuma satu, yang membedakan itu adalah yang satu ada karakter berjaga-jaganya, satu lagi tidak punya karakter berjaga-jaga. Itu perumpamaan tentang apa? Tentang Kerajaan Allah. Kita selalu akan pikir yang satu pelitanya mati, satu tidak. Itu iya, itu kenyataannya, itu secara fenomena, di belakangnya itu adalah satu berjaga-jaga dan satu tidak. Berjaga-jaga itu tidak gampang, saudara. Itu kerja keras.

Ini sungguh-sungguh terjadi. Jadi dulu itu, kami kuliah terkadang di Sunter, terkadang di Warung Buncit; kuliah bersama Pak Tong. Jadi saudara-saudara, itu 2 kelompok mahasiswa nanti malam hari Pak Tong misalnya ada di Malaysia, kemudian hubungi petugas seminari lalu memberi tahu besok kuliahnya di Sunter, maka kita semua pergi ke Sunter. Cuma kadang-kadang Pak Tong tidak bisa dihubungi atau dia lupa menghubungi. Jadi suatu hari itu, ketika minggu ini Sunter, minggu depannya Warung Buncit, itu jalannya jauh sekali. Jadi minggu ini Sunter, minggu depannya Warung Buncit, kemudian minggu depannya lagi Sunter. Rumah saya ada di Serpong, jadi kalau saya itu kuliah jam 8 pagi maka saya harus berangkat jam 5 pagi, paling lambat jam 5:20 pagi. Kami sudah menduga bahwa pasti saat ini pergi ke Warung Buncit dan mobil kami sudah ke sana. Dan sudah hampir di Warung Buncit, kami dapat telepon bahwa hari itu di Sunter. Kuliah itu susah sebenarnya. Tetapi, yang mau saya katakan adalah, setiap kali, sebelum Pak Tong mengajar, dia akan memanggil satu orang ke depan dan men-summary apa yang minggu lalu diajarkan. Jadi semua anak-anak itu pasti prepare, meskipun sebenarnya ada yang maju kemudian tidak prepare kemudian Pak Tong marah. Percayalah kepada saya, saya adalah orang yang selalu akan prepare. Hanya satu kali aja saya tidak prepare, sungguh saya cape, jadi saya tidak prepare dan saya kuliah sama dia itu 2 semester, tidak pernah dipanggil ke depan satu kali pun, kecuali hari itu. “Agus, maju!” Loh, Pak, saya tidak prepare. “Maaf, Pak Tong, saya belum baca.” “Apa kerjamu?” Padahal saya capenya luar biasa, ya sudah saya dengarkan. Saya musti minta maaf dan semuanya, cuma di dalam pikiran saya itu kata Alkitab muncul. “Berjaga-jagalah karena setan itu berkeliling seperti singa yang mengaum-aum.” Saya tidak katakan Pak Tong setan, bukan. Berjaga-jaga. Berjaga-jaga itu capek. Kalau ada musuh, kita berjaga-jaga masih lumayan. Kalau tidak ada musuh berjaga-jaga, capek saudara-saudara. Begitu tidak berjaga-jaga, tidak tahunya musuhnya datang. Itu kerja keras saudara. Yesus bahkan mengatakan kamu tidak tahu Anak Manusia kapan datang loh. Kamu harus berjaga-jaga.

Menjadi orang Kristen itu kerja keras, dan bukan itu saja seluruh kata-kata yang ada dalam Alkitab itu bahkan anugerah Tuhan selalu konteksnya itu berjuang. Contohnya, ada dua hal kalau berbicara berkenaan dipenuhi Roh Kudus. Saya tidak tahu berapa orang yang menginginkan dipenuhi oleh Roh Kudus. Petrus dipenuhi oleh Roh Kudus, Stefanus dipenuhi oleh Roh Kudus, Paulus dipenuhi oleh Roh Kudus. Dipenuhi Roh Kudus itu bukan seperti dipimpin oleh Roh Kudus. Dipenuhi Roh Kudus di dalam teologinya yaitu sesekali dipenuhi, lalu tidak lagi. Sehingga Alkitab mengatakan Petrus dipenuhi Roh Kudus kemudian dia berkhotbah kepada 3000 orang dan selesai itu Petrus tidak lagi ada tulisan dipenuhi Roh Kudus, bahkan dia sempat munafik. Kemudian setelah itu dia bertobat dan dia dipenuhi Roh Kudus untuk melalukan tugas yang lain. Apa yang mau saya katakan? Saya teringat akan satu kalimat ini. Saya membaca buku, dia mengatakan demikian, “Anda tidak bisa expect dipenuhi Roh Kudus ketika anda sedang nonton TV atau main games.” Untuk apa? Untuk apa dipenuhi Roh Kudus ketika kita santai. Stefanus mau berkhotbah dan dia akan mati dirajam, dipenuhi Roh Kudus. Petrus berkhotbah di depan begitu banyak orang untuk pertobatan, dipenuhi oleh Roh Kudus. Dipenuhi Roh Kudus, dipimpin oleh Roh Kudus, diurapi oleh Roh Kudus semuanya saudara lihat orang sedang berjuang.

Bahkan kalau bicara mengenai buah Roh. Saya dulu itu jadi orang Kristen saya terus pikir buah Roh. Saya punya kok, saya punya. Terutama sukacita dan damai sejahtera. Nah saya mendapatkan itu kalau Sabtu pagi. Saya dulu bekerja, jadi kalau orang kerja susah-susah, lalu hari Jumat itu saya senang sekali karena “Thanks God its Friday”. Tapi sekarang kebalik, sekarang menjadi hamba Tuhan, “Oh, no, it’s Friday”. Satu hari di mana saya paling menikmati, dan saya pikir itu adalah saya dapatkan buah Roh itu (damai sejahtera) adalah Sabtu pagi, kurang lebih jam 7 – 7.30 pagi. Apa yang saya lakukan? Saya ambil Kompas. Saya duduk di kursi yang nyaman. Ada teh hangat dan bakpao, ada snack, menikmati pemandangan yang cerah. Matahari mulai masuk dan burung tetangga itu bernyanyi. Wah, itu damai sejahtera. Saya baru tahu kata ‘damai sejahtera’, ‘sukacita’ di dalam Alkitab kalau itu sungguh-sungguh buah Roh, adalah kepada anak-anak Tuhan yang berada dalam penderitaan, kesulitan, dikejar-kejar oleh musuh gereja, difitnah seakan-akan tidak ada masa depan, tetapi Tuhan nyata menyertai mereka dan mereka bersukacita di dalam Tuhan untuk penyertaan, itu damai sejahtera. Apakah kita menyadari bahkan setiap kalimat buah Roh pun di saat anak Tuhan kerja keras. Tetapi itu sekarang hilang semuanya. Kekristenan model seperti apa yang kita miliki? Apakah artinya kita tidak bisa menikmati hidup? Kalau aku mesti berjuang terus, mesti kerja keras terus apakah itu tidak bisa menikmati hidup? Jawabannya adalah malah kita bisa menikmati hidup karena di dalam Alkitab, hidup Kristen itu manis karena kita bisa melihat dan mengalami Kristus di dalam seluruh kerja keras itu. Kemanisan begitu tinggi ketika kita menaati Tuhan. Di dalam menaati mungkin kita sulit, tetapi kita tahu Tuhan menolong kita. Itu luar biasa manis adanya. Nikmatilah hidup di dalam Tuhan.

Apakah tidak ada rest? Apakah orang yang kerja keras berjuang kehilangan damai sejahtera? Sebaliknya ada rest di dalam Tuhan. Saudara perlu melihat kembali Alkitab dan melihat orang-orang yang dipakai Tuhan dan berjalan bersama dengan Tuhan. Tidak semuanya mereka adalah hamba Tuhan full time, ini bukan bicara full time atau bukan full time. Banyak hamba Tuhan yang full time pun tidak memiliki hal ini. Saya tidak sedang berbicara mengenai jabatan. Saya bicara berkenaan dengan satu disposisi hati yang dibentuk oleh Allah. Sebagaimana menjadi Kristen yang sesungguhnya dan kita akan memiliki rest yang besar sekali dan buah Roh itu menyertai kita. Apakah itu artinya saya harus menerima seluruh pelayanan dalam gereja? Jawabannya adalah tidak. Yang saya bicara adalah bentukan Roh Kudus melalui Firman-Nya dalam hidup kita, bukan kegiatan. Saudara bisa sibuk dalam gereja dan kehilangan Tuhan. Tetapi poin utama di sini adalah ketika seseorang mendapatkan kasih karunia dari Tuhan, pada saat yang sama Tuhan akan memberikan begitu banyak hal untuk dia tanggung. Karena ini bicara mengenai rencana-Nya di tengah-tengah dunia untuk pelebaran Kerajaan-Nya di dalam hidup kita dan di luar hidup kita pemuridan untuk pemerintah Kristus, Kerajaan Kristus hadir.

Navy SEAL adalah pasukan tempur khusus dari Amerika. Orang-orang yang ada dalam Navy SEAL dilatih bisa hidup di tengah-tengah alam liar. Bahkan mereka bisa naik gunung sampai tingkat di mana kadar oksigen begitu tipis. Mereka dilatih untuk bisa menyelam di dalam waktu yang cukup lama. Mereka bisa hidup di banyak keadaan alam dan juga mampu untuk bertarung secara tangan kosong. Mereka bangun begitu pagi dan tidur sangat sedikit sekali. Ini adalah orang-orang yang dilatih untuk menjadi tentara khusus Amerika, Navy SEAL. Suatu hari seorang bernama Bob, dia adalah orang yang dilatih dalam Navy SEAL. Dia mau menikah dan dia datang kepada Jendralnya, “Jendral, saya mau minta izin karena saya mau menikah.” Kemudian Jendral itu mengatakan, “Ya, boleh 3 hari.” Bob kaget, nikah itu butuh berapa bulan, juga honeymoon-nya. Nikah kok disuruh meninggalkan barak 3 hari kembali lagi. “Jendral, Jendral, maaf, mungkin anda kurang mengerti. Aku mau menikah.” Kemudian Jendral itu mengatakan, “No, no, son. Engkau tidak tahu, this is Navy SEAL.”

Apakah saudara tahu ini Kristen? Apakah kita tahu ini adalah Kristen? Gambaran seperti apa yang kita miliki kalau kita itu Kristen? Sebelum mati, Paulus mengatakan, “Timotius, bersama-sama aku, kita berjuang dalam penderitaan. Timotius, kerja keras sampai akhir. Timotius, perhatikan prinsip-prinsipnya. Tapi Timotius ingat, ada anugerah. Ada anugerah! Tapi, jangan cairkan semua itu. Kalau engkau jatuh, ada anugerah. Tapi prinsip itu jangan dilepas! Ada pengampunan. Ada kekuatan dan lihat Kristus sudah mati dan bangkit bagi kita. Itulah Kekristenan. Itulah pemuridan. Itulah gereja. Oh, kiranya kasihan Tuhan menyertai kita semua. Kiranya Tuhan sendiri membukakan apa sesungguhnya yang menjadi isi hati-Nya. Ini adalah Kekristenan. Mari kita berdoa.


2 Timotius 2:1-7
 
 

Yoh 18:1-2, Mar 14:32-42
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

10 December 2023
Knowing God (2) – External Signs
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Filipi 3:10-14

Filipi 3:10-14

Pagi ini kita akan melanjutkan tema yang penting ini yaitu Knowing God – Mengenal Allah. Tema ini saya masukkan sebelum tahun ini berakhir untuk mengingatkan kita semua akan jangkar dari seluruh perjalanan hidup kita. Saya mau menegaskan ini dan biarlah ini boleh menjadi suatu kalimat yang saudara masukkan di dalam hati. Jikalau kita ada di dalam Kristus Yesus, segala sesuatu yang kita lakukan dan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, semuanya berpusat kepada satu hal, yaitu mengenal Allah. Gereja ini bergerak, gereja ini berproses, gereja ini berjalan secara rohani diukur dari satu hal ini. Apakah makin mengenal Allah atau tidak? Ini adalah sesuatu yang penting yang Tuhan nyatakan di dalam Alkitab. Berkali-kali dalam hidup saya, kalau saudara-saudara mendengarkan apa yang terus menerus saya khotbahkan dari mimbar sejak pertama kali saya berkhotbah sampai saat ini, saudara akan menemukan satu tema yang menjadi benang merah dari seluruh message saya. Saya sendiri diajar oleh Tuhan dan saya sangat-sangat terkejut akan kebenaran firman Tuhan ini. Saya masuk dalam seminari, saya terus memeriksa diri saya, apakah yang saya inginkan dengan seminari? Apakah saya ingin berkhotbah? Tidak. Apakah saya ingin menjadi hamba Tuhan? Tidak. Saya tahu orang yang menjadi hamba Tuhan adalah orang yang sangat-sangat berharga karena Tuhan memberikan tangan kanan-Nya kepada dia. Saya tahu orang yang diurapi Tuhan berkhotbah sangat berharga dalam Kerajaan Allah, karena Kerajaan Allah intinya adalah Kristus yang difirmankan dan dikhotbahkan. Tetapi saya tahu saya tidak punya hak menjadi hamba Tuhan. Saya tidak memiliki hak untuk berkhotbah. Kalau begitu, kenapa saya berani pergi ke seminari dan meninggalkan seluruh pekerjaan saya yang baik? Saya terus bergumul berhari-hari, bertahun-tahun untuk hal ini. Bahkan sampai pagi hari saya masuk ujian di seminari, sebelum saya masuk ke dalam seminari, sebelum diterima, harus ada ujian. Pagi itu kurang lebih jam 6 pagi saya sudah sampai di seminari. Kalau saya lewat sedikit waktu saja dari rumah, saya pasti akan terlambat sampai seminari itu karena sangat jauh dan sangat macet di Jakarta. Saya sering sekali keluar jam 04:45-04:50 pagi keluar untuk pelayanan di Jakarta. Pagi itu pertama kali saya masuk seminari. Seminari dibuka jam 8, jam 6 pagi saya sudah sampai. Pagi itu saya ingat sekali hujan dan saya tunggu di mobil. Belum ada satu murid pun yang datang ke seminari. Pintu belum dibuka dan jalanan masih sepi. Saya parkir di depan seminari dan saya memandang pintu yang tertutup itu. Pertanyaan itu muncul lagi, kenapa mau melepaskan seluruhnya dan masuk seminari? Apakah untuk menjadi terkenal atau menjadi orang yang mendapatkan uang dari berkhotbah? Apakah untuk mendapatkan ketenaran dalam sebuah gereja? Bagaimana kalau engkau menjadi hamba Tuhan yang tidak tenar? Bagaimana kalau orang tidak menghargai engkau? Kenapa engkau meninggalkan semuanya dan mau masuk seminari? Pertanyaan ini terus ada sepanjang hidup saya. Bahkan pagi ini pun pertanyaan itu terus saya pikirkan. Di sana saya memandang seminari itu, dengan air mata saya katakan kepada Tuhan, Engkau tahu isi hatiku. Aku tidak ingin yang lain, aku ingin mengenal Engkau. Berikan aku pengenalan akan Engkau, aku cuma ingin mengenal Engkau. Terus menerus itu ada di dalam hati saya. Dan yang Tuhan ukir. Itulah yang di dalam hati, yang terus saudara akan temukan dalam setiap hamba Tuhan.

Kalau kita melayani saat ini, kalau guru-guru sekolah minggu mengajar, kalau guru-guru remaja mengajar, kalau senior berkumpul, kalau PA wanita melakukan persekutuan, saya mau tanya untuk apa? Seluruh pelayan biarlah saudara mengingat hal ini untuk apa? Kalau saya pagi ini berkhotbah, untuk apa Agus? Hanya satu untuk makin mengenal Engkau, aku makin mengenal Engkau dan seluruh jemaat makin mengenal Engkau, itu saja, dan semakin kita melayani apakah kita semakin mengenal Allah atau tidak? Jikalau tidak ada pengenalan Allah yang bertumbuh, maka seluruh aktivitas gereja kita kosong dan tidak berkenan di hadapan Allah. Pengenalan akan Allah itu dasar, energi, motivasi, kekuatan seseorang untuk melayani. Jikalau seseorang memikirkan hatinya sendiri untuk tidak dilukai, begitu dia dilukai, dia tidak mungkin mau melayani. Jikalau seseorang melayani, motivasinya uang, begitu sudah tidak dapat uang atau berkurang sedikit pendapatan uangnya pasti akan rasa rugi dan tidak mau melayani. Alkitab dengan jelas menyatakan apa yang membuat seseorang tetap bisa melayani. Apa yang membuat seseorang tetap bisa kuat melangkah di tengah-tengah kesulitan yang ada di dalam pelayanan. Jawabannya adalah mengenal Allah. Orang yang mengenal Allah akan tetap kuat dan bertindak. Musa adalah salah satu orang yang paling banyak disalah mengerti. Seluruh anak-anak muda di tempat ini, kalau engkau sungguh-sungguh mau mendedikasikan hatimu bagi Tuhan. Perhatikan hal yang pertama. Salib yang pertama adalah engkau akan kesulitan dalam keuangan, tetapi saudara akan melihat Tuhan mencukupkan hal itu. Dan yang ke-2 adalah salib. Yang ke-2 ini, ini dua salib yang paling sering tetapi sebenarnya dalam Alkitab adalah pelajaran yang paling rendah yaitu disalah mengerti terus. Semakin kita mengeluarkan kalimat untuk dimengerti, kita makin disalah mengerti. Maka kekuatan seorang hamba Tuhan cuma diam. Bicara hanya kepada Tuhan ketika sendirian dan minta pertolongan Tuhan untuk terus bisa maju meskipun disalah mengerti dan kadang sampai kepada fitnah. Kita tidak perlu untuk dimengerti oleh manusia. Tetapi kita dikenal oleh Allah, itu adalah kepuasan jiwa kita.

Pengenalan akan Allah menjadi kekuatan kita untuk terus maju melayani. J.I. Packer menyatakan jikalau pengenalan akan Allah menjadi center hidup kita, maka segala sesuatu akan jatuh pada tempat yang semestinya. Bahkan pengenalan akan Allah lebih penting daripada pelayanan. Masa-masa tertentu di dalam diri seseorang kadang diambil seluruh pelayanannya, tetapi yang penting adalah pengenalan akan Allah tetap diajarkan Allah kepada dia, maka orang tersebut akan tetap memiliki arti di dalam hidupnya bagi kerajaan Allah. Perhatikan satu kalimat yang penting ini, arti hidup kita di dalam Kerajaan Allah bukan posisi kita di dalam gereja. Ayub tidak memiliki posisi apapun di dalam gereja, tidak memiliki pelayanan apapun di dalam gereja dan bahkan pelayanan sosialnya, karena dia begitu baik. Diambil oleh Tuhan berada di dalam kesesakan yang luar biasa. Apakah orang ini tidak berguna? Apakah orang ini tidak ada guna apa-apa dalam hidupnya? Tetap berguna. Kenapa berguna? Bukan karena nilai seseorang. Dia adalah mahkluk hidup, dia adalah manusia maka berguna, tidak. Tetapi dia berguna karena di dalam kesesakannya, Allah tetap mengajarkan pengenalan akan Dia. Dia mengatakan setelah seluruh pergumulannya. Ternyata seluruh pergumulan Ayub Tuhan memberikan satu prinsip. Seluruh pergumulan itu dengan satu tujuan “Engkau, Ayub, supaya engkau mengenal Aku lebih lagi.” Maka Ayub dalam akhir pergumulan itu mengatakan “Dulu aku tahu tentang Engkau dari orang-orang lain, tapi sekarang mataku melihat Engkau sendiri.”

Di akhir tahun ini kita perlu memeriksa diri apakah saudara dan saya makin bertumbuh mengenal Allah atau tidak. Self-examine, memeriksa diri adalah suatu keperluan yang mutlak di akhir tahun ini dan sekarang saya tanya seandainya saudara dan saya mengingat Natal pada tahun ini. Kristus datang dari surga untuk apa? Untuk memperkenalkan, menyatakan yang tadinya tertutup, Allah kepada manusia. Yesus tidak bermaksud mendirikan sebuah agama yang baru. Yesus tidak bermaksud mengajarkan bagaimana beretika yang baik kepada manusia. Yesus datang tidak bermaksud untuk menyembuhkan orang. Yesus datang untuk menyatakan siapa sesungguhnya Allah yang tidak dikenal kita, manusia berdosa. Yang mengenal Dia itulah yang mendapatkan keselamatan. Yohanes 17:3 menyatakan hidup yang kekal adalah mengenal Engkau dan mengenal siapa yang Engkau utus. Mengenal Allah adalah suatu dealing, interaksi pribadi kita berdasarkan Firman. Perhatikan hal di bawah ini, jikalau saudara dan saya adalah orang Kristen yang sejati, tetapi tidak ada pertumbuhan pengenalan Allah, maka hidup kita akan kering. Kita akan capai. Kita tidak akan ada gairah. Saya akan jelaskan sekali lagi dengan sedikit kesaksian.

Gereja ini dibentuk oleh Tuhan untuk mengerjakan banyak hal. Maksud saya adalah setiap gereja itu unik. Jadi setiap gereja ada bentukan Tuhan sendiri di dalamnya kalau gereja itu sejati. Pasti tidak sempurna, pasti ada salah di sana-sini, pasti ada kekurangan di sana-sini, tetapi saudara bisa melihat ada panggilan khususnya dan ada pelajaran-pelajaran rohani yang khusus yang diberikan oleh Allah melalui pemimpin setiap gereja, kecuali gereja itu adalah gereja yang tidak sejati, gereja yang hanya ada dalam sebuah performance kemudian melepaskan setiap jemaatnya dan tidak ada tarikan sedikit pun tentang spiritualitas. Tetapi, gereja yang sejati pasti ada suatu tarikan dalam spiritualitas, sama seperti sebuah sekolah, begitu anak-anak itu selesai, pasti ada pekerjaan rumahnya, ada projek-projek yang harus dia kerjakan, bukan cuma datang lalu bersenang-senang dan pulang. Ketika saya masuk ke dalam gereja ini, bukan saja ketika menjadi hamba Tuhan, sebelumnya bahkan, masih menjadi jemaat, apalagi sudah menjadi hamba Tuhan, saya merasakan ada satu rasa yang mungkin juga sebagian dari saudara-saudara rasakan saat ini, tetapi yang jelas, perasaan ini kelihatannya ada di banyak hamba Tuhan karena saya sharing dengan hamba-hamba Tuhan pada waktu itu. Perasaan apa itu? Perasaan terseret-seret. Ini belum selesai, ada lagi. Belum beres, ada lagi. Banyak sekali tanggung jawab. Apalagi kalau saudara-saudara menjadi hamba Tuhan di GRII. Di sini tidak ada spesialisasi. Hanya mengajar, hanya berkhotbah, hanya mengabarkan Injil, hanya menggembalakan. Gereja ini di dalam bentukan Tuhan, melalui Pdt. Stephen Tong, membentuk kami mengatakan, setiap orang yang mengabarkan Injil, harus menggembalakan, harus mengajar. Saya bisa bicara panjang lebar dan mengatakan ini adalah penemuan yang “luar biasa dan benar.” Saya bisa bicara panjang lebar dan ada argumen di sini, yang akhirnya setelah saya jalani, ini adalah benar. Banyak sekali hamba-hamba Tuhan termasuk saya, tadinya salah mengerti karena di dalam Alkitab ada 5 jabatan. Yang pertama adalah rasul, yang kedua adalah Nabi, dan dua jabatan ini sudah tidak ada lagi. Kemudian tinggal tiga jabatan. Tiga jabatan itu adalah penginjil, pengajar dan gembala. Dari pertama saya belajar di seminari, kita berpikir kita pasti punya salah satu dari tiga jabatan ini dan mengerjakan hanya satu dari tiga ini. Tetapi Pdt. Stephen Tong mengatakan, “Tidak! Engkau harus kerjakan tiga-tiganya.” “Hah? Tiga-tiganya? Satu saja setengah mati apalagi tiga-tiganya.” Awalnya kita semua menggerutu. “Masa bisa begini?” Tetapi ini adalah sesuatu yang kemudian mulai cerah. Sekarang pertanyaannya, Paulus mengerjakan satu atau tiga-tiganya? Bagaimana dengan Yohanes? Bagaimana dengan Petrus? Bagaimana dengan semua hamba Tuhan yang lain? Oh, saya baru sadar, orang yang terus menggembalakan, kekuatan pengajarannya akan berkurang. Dan orang yang terus mengajar, kadang pengajarannya sampai ke awan-awan dan tidak bisa masuk ke dalam hati jemaat, karena ada disconnect dari apa yang diajarkan dan realita hidup. Orang yang tidak mau mengabarkan Injil, pasti dia bisa benar di dalam doktrin tetapi tidak memiliki api yang berkobar. Tetapi pengertian ini muncul setelah belasan tahun tidak mengerti. Kembali lagi, yang saya mau katakan adalah saya terseret-seret. Respon normal kita sebagai manusia adalah kurang lebih dua ini. Yang pertama adalah liburan makin banyak. Saya kasih disclaimer dulu, saya tidak sedang membuat anda guilty feeling mau liburan bulan Desember ini. Bukan itu maksud saya. Ini saya sedang cerita, kalau terseret-seret biasanya ngapain. Pertama adalah liburan, kedua mengurangi pelayanan. Bahkan saya tahu sendiri ada gereja yang begitu banyak pelayanannya dan karena semuanya rasa terseret-seret, kemudian gembala utamanya mengatakan kita tidak akan ada rapat dan apapun saja sepanjang 2 bulan untuk semuanya bisa reda sedikit. Tetapi perhatikan baik-baik, masalahnya bukan di sana. Ketika saudara pulang dari liburan atau bahkan saudara mengurangi pelayanan, setelah berjalan beberapa waktu, saudara akan tetap rasa terseret-seret, akan tetap rasa capai dan tidak akan ada sukacita. Poinnya bukan liburan, bukan juga kurangi pelayanan.

Lihat seluruh rasul, lihat seluruh nabi atau lihat jemaat mula-mula yang begitu berat tanggung jawabnya. Mereka semua melayani, bahkan di tengah aniaya besar. Bagaimana mereka memiliki api yang tidak bisa padam? Bagaimana mereka memiliki energi yang tidak pernah kendur? Poinnya bukan mengurangi pelayanan, poinnya adalah kita berjalan di dalam track yang salah. Track yang salah adalah saya tidak berjalan semakin mengenal Allah. Saya tidak melayani bersama dengan Allah. Saya tidak melayani dengan memandang wajah Allah dan mencari kekuatan kuasa-Nya. Saya mau mengingatkan mengenai Musa, kalau saudara-saudara mengingatnya, ini adalah khotbah pertama ketika saya ada di Sydney. Musa, tanggung jawabnya besar sekali dan Musa pada waktu itu di titik yang paling melelahkan. Bahkan titik di mana dia boleh dikatakan gagal. Dia dengan pedang yang Tuhan suruh membunuh 3000 pengikutnya sendiri. Siapa pemimpin yang membunuh jemaatnya sendiri? Tetapi ini adalah kehendak Allah. Problem hidup Musa besar dan kalau kita menjadi dia, kita akan berhenti di titik itu. Kita akan merasa kalah, kita akan merasa guilty feeling, kita akan merasa malu, kita merasa gagal. Sungguh-sungguh, kita akan berhenti di titik itu. Tetapi Musa, di tengah-tengah berhenti dan memang dia mau berhenti di titik itu. Dia kemudian dengan suara lirihnya menyatakan satu permintaan. Permintaan itu adalah, “Show me Thy glory.” Nyatakan kepadaku kemuliaan-Mu. Itu adalah kalimat lain daripada aku ingin mengenal Engkau. Paulus tidak menyatakan “Show me Thy glory.” Paulus menyatakan, “Aku ingin mengenal Engkau.” Perhatikan ada dua hal yang membuat orang Kristen sejati kalah. Kalau saudara dan saya sejati, yang membuat kita kalah atau kelelahan. Yang pertama adalah ada dosa yang kita sembunyikan. Yang kedua adalah kita tidak bertumbuh mengenal Allah.

Pengenalan akan Allah harus real. Tidak bisa orang ke-3 dari orang lain. Pengenalan akan Allah adalah pergaulan yang semakin lama semakin intim dengan pribadi Allah, harus I and Thou relationship. Aku dengan Allah saja. Sama seperti saudara, bagaimana bisa mengenal sebuah apel selain saudara menggigit apel itu sendiri? Mengunyah dan memasukkan di dalam perut kita sendiri bukan ke perut orang lain, bukan mulut orang. Ini adalah pertaruhan pribadi kita sendiri dengan Allah. Pertumbuhan pengenalan akan Allah adalah anugerah tetapi Alkitab juga mengatakan ini perlu diminta. Perlu dikejar dengan tekun, dengan segenap hati terus menerus. Perhatikan baik-baik satu kalimat yang tadi saya katakan, pengenalan akan Allah itu anugerah tetapi perlu diminta. Perlu dikejar dengan tekun, segenap hati, terus menerus. Allah tidak dengan mudah menyatakan pengenalan itu kepada kita, bukan karena Dia pelit tetapi ini adalah sesuatu yang berharga. Kepada jemaat yang dikasihi-Nya, Dia mau mengajarkan nilai pengenalan akan Dia. Sesuatu yang mudah dikejar dan didapatkan, maka itu tidak ada harganya, tetapi pengenalan akan Allah adalah sesuatu yang paling berharga. Itulah sebabnya Tuhan tidak dengan mudah memberikannya kepada kita. Itulah sebabnya dalam jemaat Filipi, Paulus menyatakan, “Aku mengejarnya.” “Mengejar?” “Oh, engkau kejar?” “Iya, aku kejar, aku kejar sungguh-sungguh, aku berlari sungguh-sungguh.” “Oh, Paulus, pasti dong kamu mendapatkannya?” “Tidak, tidak, aku tidak pernah menganggap mendapatkannya, tetapi ini yang aku lakukan; aku melupakan yang di belakangku, aku tidak peduli, aku sudah mengenal Dia lebih atau tidak, tetapi aku mau mengenal Dia lebih lagi.” Pengenalan akan Allah haruslah kita kejar. Ini adalah suatu jangkar dalam hidup kita. Sebagai gembala di tempat ini; ini adalah Firman Tuhan. Firman ini menjadi pelita bagi hidup kita. Tujuan gereja ini bukan mengumpulkan saudara dan saya. Tujuan gereja ini bukan misi. Tujuan gereja ini juga bukan untuk Sunday School. Tujuan gereja ini bukan untuk menjadi terang dan garam bagi dunia. Tujuan gereja ini bukan saudara dan saya makin mengerti teologi Reformed. Mari kita kembali lagi kepada jangkarnya, kepada center-nya, untuk apa seluruh itu ada? Tujuan gereja ini, kalau Tuhan berkenan adalah kiranya Dia menyatakan pengenalan-Nya kepada kita. Karena orang yang bertumbuh mengenal Dia adalah orang yang mengerti panggilan-Nya, mengerti isi hati-Nya, mengerti ke mana Dia melangkah. Ini adalah center segala sesuatu. Kalaupun saudara adalah guru Sekolah Minggu, saudara berkhotbah. Kalaupun saudara adalah seorang misionaris, saudara dikirim ke satu tempat dan kemudian berkhotbah di tempat itu bahkan orang-orang yang di Biak saat ini dan yang melayani di sana, tujuannya bukan membuat asrama, tujuannya bukan membuat, mengajar anak-anak dari tidak bisa membaca, menjadi bisa membaca, tapi tujuan seluruh pelayanan kita adalah membuat (kalau Tuhan kehendaki, adalah sesuatu yang besar) adalah agar kiranya pengenalan Allah hadir kepada semua orang yang kita layani. Ini adalah panggilan kita. Sekarang saya akan masuk, sebelum saya mengakhiri semuanya.

Jikalau pertumbuhan pengenalan Allah terjadi, akan berdampak seperti apa di dalam hidup kita? Hati seperti apa yang terbentuk jikalau seseorang makin mengenal Allah? Perhatikan satu kalimat yang penting di bawah ini. Seseorang yang makin mengenal Allah maka dia makin fear of the Lord. Takut akan Allah. Saya tidak suka dengan bahasa Indonesia ini; takut akan Allah. Tetapi Alkitab mengatakan berkali-kali fear of the Lord, dan itu ada dalam Perjanjian Lama. Saya pernah bicara ini, mungkin satu dua kali di tempat ini. Saya akan tegaskan hal ini sekali lagi untuk mengingatkan kita semua. Kata fear of the Lord pada zaman Reformasi, maka dijabarkan oleh Calvin dengan kata piety, pietas atau godliness. Di dalam bahasa Indonesianya yaitu kesalehan. Apa itu piety atau kesalehan atau fear of the Lord? Saya minta saudara-saudara mengingat apa yang ada di power point ini. Saya sudah pernah bicara ini dan saya menegaskan ini sekali lagi. Saya akan membacakan dalam bahasa Indonesia: Kesalehan sejati terdiri dari perasaan tulus yang mencintai Tuhan sebagai Bapa, yang diikuti dengan perasaaan yang sama besarnya dengan yang pertama yaitu rasa takut dan hormat kepada-Nya sebagai Tuhan, menerima kebenaran-Nya dan takut menyakiti hati-Nya, lebih daripada takut akan kematian. Saudara-saudara akan menyadari kalau kita bertumbuh mengenal Allah, maka aspek-aspek ini ada di dalam hati kita. Pasti tidak mungkin sempurna atau maksimal; tetapi semakin lama, akan semakin tumbuh fear of the Lord. Semakin lama, semakin saleh. Saudara perhatikan 2 hal yang penting di sini, yaitu mencintai Tuhan sebagai Bapa serta takut dan hormat kepada-Nya sebagai Tuhan. Menerima kebenaran-Nya dan takut menyakiti Dia lebih daripada takut akan kematian. Kalau ini ada di dalam hati kita, ini ada di dalam hati anak-anak kita dan bertumbuh, maka saudara tahu kita tidak perlu mengkuatirkan apapun saja. Kita kadang telepon anak kita, “Kamu lagi di mana?” Mungkin ada sebagian orangtua telepon cuma mau tanya informasi, ada sebagian yang worries; ‘Nanti dia lakukan ini bagaimana? Dia lakukan itu bagaimana?’ Tetapi bentuklah di dalam hati anak-anak kita, hati yang seperti ini. Tentu saudara setuju dengan hal ini. Tetapi pertanyaannya adalah; hati seperti ini, bukan bentukan pendidikan, ini adalah bentukan pengenalan akan Allah. Dan untuk menegaskan pentingnya kesalehan ini. Calvin di dalam commentary 1 Timotius 4 menyatakan (saya akan translate ke dalam bahasa Indonesia secara keseluruhan): “Anda melakukan hal yang paling bernilai, jika dengan segenap semangat dan kemampuan, anda mengabdikan diri pada kesalehan saja. Kesalehan adalah awal, pertengahan dan akhir kehidupan Kristen di mana ini lengkap, tidak ada yang kurang. Ketika kita sudah mencapainya, Tuhan tidak menuntut lagi apapun dari kita.” Calvin mengulangi apa yang ada dalam Filipi yang kita baca tadi (meskipun dia menuliskannya untuk commentary 1 Timotius) dia mendorong jemaatnya untuk sungguh-sungguh dan dengan seluruh kemampuan mendedikasikan untuk pelayanan? Tidak, tetapi untuk mengejar kesalehan ini. Kesalehan adalah awal, pertengahan dan akhir dari kehidupan kekristenan. Ketika ini ada, ketika ini sempurna, tidak ada sesuatu yang kurang. Tentu kita tidak mungkin sempurna, tetapi melihat arah yang Calvin katakan; ketika ini ada, Tuhan tidak menginginkan, tidak menuntut atau tidak meminta apapun lagi. Hal yang lain, Calvin juga mengatakan: “Tuhan telah menetapkan bagi kita suatu jalan yang melaluinya, Dia dipermuliakan oleh kita, yaitu kesalehan yang terdiri dari ketaatan kepada Firman-Nya.” Tuhan menetapkan jalan bagi kita untuk mempermuliakan Dia. Jalannya adalah jalan fear of the Lord. Fear of the Lord tidak mungkin terbentuk dengan sendiri, ada suatu prinsip di dalamnya dan prinsipnya adalah pengejaran akan Allah, pengenalan akan Allah.

Sekarang saya akan akhiri dengan tanda eksternal orang yang bertumbuh mengenal Allah. Minggu lalu kita sudah bicara tanda internal atau sign atau tanda-tanda seseorang di dalam dirinya makin mengenal Allah. Sekarang adalah tanda orang yang bertumbuh mengenal Allah secara eksternal. Saya akan bicara dengan cepat 4 hal ini. Saudara bisa melihat ini dari buku J.I Packer; Mengenal Allah. Ini adalah buku yang saya terus menerus bicara kepada seluruh pemimpin KTB untuk mendidik semua anak-anak KTB mulai dari buku ini. Dampak eksternal orang yang bertumbuh mengenal Allah.

Yang pertama; orang yang bertumbuh mengenal Allah memiliki energi yang besar bagi Allah. Ini adalah energi rohani. Ini adalah energi yang kita perlukan untuk hidup dan juga untuk melayani di dalam kehendak Allah. Saya tidak akan bicara panjang lebar mengenai hal ini, tetapi jikalau pengenalan Allah redup, maka kita tidak akan kuat dan tidak akan bertindak. Semakin banyak kita punya pelayanan, jika pengenalan akan Allah redup, maka kita akan makin capai, melambat dan kita akan makin terseret, maka kita harus mengejar pengenalan akan Allah. Di dalam poin ini, maka J.I packer menyatakan mesti mencari wajah Allah di dalam doa. Doa dan pertumbuhan pengenalan akan Allah itu sesuatu yang paralel.

Hal yang ke-2, orang yang semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, memiliki pemikiran-pemikiran besar tentang Allah, memikirkan hal-hal yang besar bagi Allah. Ini adalah sesuatu yang sering sekali orang Kristen carnal, orang Kristen yang kedagingan tidak mengerti. Orang berpikir kalau sudah bicara berkenaan dengan suatu pekerjaan Allah yang besar, maka ini adalah suatu ambisi. Jawabannya benar, tetapi ambisi apa? Kita harus memiliki ambisi yang kudus. Perhatikan orang yang semakin mengenal Allah; diajar sedemikian rupa, semakin lama semakin memiliki horizon yang semakin luas. Bukan untuk dirinya terkenal, bukan membuat menara gading seperti Babel, tetapi makin ingin setiap tempat, setiap bidang, setiap negeri, setiap bangsa, setiap bahasa; nama Allah dikenal. Pada akhir abad ke-18, William Carey, seorang bapak misionari modern (pada waktu itu tentu dia tidak dikenal sebagai bapak misionari modern), William Carey menyampaikan khotbah yang pada akhirnya menjadi khotbah yang sangat berpengaruh dan khotbah ini sangat menantang. Temanya sendiri dilekatkan pada hidup William Carey, dan temanya adalah: “Mengharapkan hal-hal yang besar dari Tuhan dan mengupayakan hal-hal yang besar bagi Tuhan.” Ini kalimat yang penting. Kalau saudara membaca sejarah gereja, kalimat ini terus diulang-ulang. Orang yang berjalan bersama Allah, orang yang mengenal Allah; akan memiliki kekuatan kuasa, api Roh Kudus, dia mengharapkan hal-hal yang besar dari Allah dan mengupayakan hal-hal yang besar bagi Allah. Expect great things from God and attempt great things for God. Aneh ya? Kalau melihat, mendengar khotbah minggu lalu. Seorang yang mengenal Allah di dalam diri-Nya dibentuk simplicity of heart. Simplicity; sederhana. Dengan segala sesuatu yang Tuhan berikan, dia bersyukur. Dia tidak bersungut-sungut menginginkan a, b, c, d untuk dirinya; tetapi untuk Allah. Dia menginginkan suatu jangkauan yang besar, sesuatu jangkauan yang luas, menginginkan hidupnya dihabiskan untuk Allah, untuk nama Tuhan dikenal dan ditakuti di antara seluruh bangsa. Perhatikan 2 hal ini menjadi satu keindahan di dalam diri kita. Orang yang mengenal Allah memiliki simplicity di dalam hatinya, tetapi memiliki ambisi di dalam pikirannya untuk Allah. Kalau orang dunia, orang Kristen yang tidak bertumbuh, punya ambisi yang besar untuk diri dan memiliki pikiran-pikiran yang kecil untuk Allah. “Begini?” “Oh, gak mau.” “Begitu?” “Gak mau.” Tetapi kalau untuk diri; “Harus dapat ini,” “Harus dapat itu,” Semuanya terbalik. William Carey menantang gereja pada zamannya untuk tidak berpuas diri dan harus melakukan misi ke luar negeri.

Hal yang ke-3; orang yang mengenal Allah menunjukkan keberanian yang besar bagi Allah. Ketika J.I Packer mengajarkan hal ini, dia melihat seluruh daripada; Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Orang yang semakin mengenal Allah akan melihat salib dan kerugian bukan masalah tetapi privilege.

Dan terakhir, hal yang ke-4 dan kita akan akhiri khotbah ini, orang yang makin mengenal Allah akan memiliki kepuasan yang besar di dalam Allah. Apa contentment kita? Apa kepuasan kita? Apakah saudara dan saya orang yang puas? Coba kita berpikir, kita menguji diri. Apakah kita meributkan hal-hal yang kecil? Apakah kita meributkan hal-hal yang dunia? Apakah kita iri kepada orang lain? Apakah kita terus menerus seperti orang Israel yang menggerutu sepanjang perjalanan? Kalau itu ada, berarti kita bukan orang yang puas, dan bukan puas di dalam Tuhan. Kalau kita adalah orang yang puas di dalam Tuhan, kita akan ada ketenangan, kedamaian, kestabilan di dalam hati. Karena kita tahu meskipun kita bisa marah, meskipun kita pertamanya bisa goncang, tetapi kemudian kita akan tenang lagi, kita tahu bahwa yang terpenting adalah relasi dengan Allah, pertumbuhan pengenalan akan Allah tetap ada. Pengenalan akan Allah, memandang Allah yang besar dan berelasi dengan kita adalah kunci agar kita tidak ribut di dalam hal-hal yang kecil. Untuk kita puas di dalam Tuhan dan tidak iri terhadap hal-hal apapun saja yang dimiliki oleh orang lain, tidak rebutan dengan orang lain. Saya akan akhiri ini dengan satu ilustrasi yang beberapa kali sudah pernah saya katakan, tetapi saya perlu mengatakan ini untuk mengingatkan sekali lagi.

Ada telur burung rajawali yang pecah di tengah-tengah telur anak-anak ayam. Dia tidak tahu bahwa dia adalah anak burung rajawali. Dia setiap hari berebutan butiran-butiran beras itu di bawah. Kalau sudah gelap dan ada thunderstorm, lalu takut sama seperti semua anak-anak ayam. Sampai suatu saat, tiba-tiba ada satu burung rajawali yang besar melayang di udara. Dia mengepakkan sayapnya. Anak burung rajawali yang tidak tahu dia adalah rajawali, dia lihat: “Wuih, itu bagus ya.” Dia tanya sama yang dikira mamanya: “Itu siapa?” “Itu rajawali.” “Oh, bisa terbang ya? Kita bisa terbang atau tidak?” “Tidak, tidak bisa. Kita cuma bisa terbang satu meter, lalu turun lagi, dan you jangan pikir macam-macam, jangan mimpi macam-macam. Engkau paling tinggi, paling terhormat adalah Kentucky Fried Chicken, tidak lebih daripada itu.” Kemudian dia pikir hidupnya seperti itu, kalau ada sedikit nasi dikasih pengunjung, langsung diambil, cepat-cepatan, rebutan sama anak-anak ayam. “Oh, ndak mau kalah. Ini punyaku, hidupku tergantung dari ini.” Sampai suatu hari ada awan gelap mulai menutup dan semua anak ayam bersama dengan induknya takut dan masuk ke sarangnya. Tetapi burung rajawali kemudian terbang, dan semua anak-anak ayam ini melihat: “Apa yang akan dilakukan sama burung rajawali itu? Apakah dia akan takut bersembunyi seperti kami?” Oh, mereka semua menunggu waktu itu. “Pasti akan seperti kami, pasti akan seperti kami,” tetapi tidak; burung rajawali itu mengepakkan sayapnya dan seluruh tempat itu makin lama makin gelap. Sebentar lagi guntur akan terdengar dan angin sangat-sangat besar. Apa yang akan dilakukan oleh rajawali itu? Dia mengepakkan sayapnya sekuatnya, bukan ke atas; dia ke bawah, sampai di titik yang terbawah kemudian dia naik, dan sampai di titik tertentu dia kemudian kembangkan seluruh sayapnya. Lalu dia menembus langit itu, menembus awan yang gelap, sampai bertemu lagi dengan matahari. Dia kemudian memekik pekikan kemenangan, semua anak ayam lihat itu. Sama seperti kita melihat Sadrakh, Mesakh, Abednego, lihat Musa: “Aku bukan, aku bukan, itu orang besar.” Saya katakan satu hal, itu adalah orang biasa seperti saudara dengan saya, bedanya adalah mereka mengenal Allah, kita tidak. Sepanjang anak burung rajawali tidak kenal siapa bapaknya, dia terus rebutan yang tidak berguna dalam hidup ini. Tidak peduli dia anaknya siapa, tapi dia rebutan sesuatu yang tidak berguna dalam hidup ini. Kalau seseorang menyerang saudara, kalau seseorang salah paham sama saudara, jelaskan satu kali dan orang itu tidak mau tahu; tidak usah sakit hati, lepaskan, karena itu bukan sesuatu yang penting untuk kita pertahankan. Uang kita tidak penting untuk dipertahankan! Nama kita tidak perlu untuk dipertahankan! Apapun saja tidak perlu dipertahankan! Satu hal yang perlu; Apakah Allah tetap melihat kita atau tidak? Itu segala-galanya! Cari wajah Allah, cari kekuatan-Nya, bukan cari hal-hal yang kecil di dunia. Kiranya kasih Tuhan menyertai hidup kita. Kiranya Tuhan tetap mengarahkan pandangan-Nya kepada jemaat yang kecil ini, GRII Sydney. Mari kita berdoa.

 

Yohanes 3:16, Matius 2:1-18
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more

9 December 2016
Exposition of Matthew (10) Cries To Repent
· Exposition of Matthew (10) Cries To Repent Matthew 3: 1-10

Exposition of Matthew (10) Cries To Repent

Matthew 3: 1-10

John the Baptist was a prophet who has a task like the prophets of the Old Testament but was taken by God to live in the New Testament. He is preparing the way for the coming of the Lord Jesus. It was he who ran over the whole valley and hill be made flat to the presence of the Son of God who became the Son of Man in God’s time (the day of the Lord). For 400 years, God’s silence to Israel because of all the prophets killed, the Word of God expressed underestimated. If God speaks to us, we must not forget and underestimate. We are so worthless, and He died to make us worthy. Many preachers distort this case that human beings have worth then Christ died for us. No! He died and made us valuable. All must be God-centered and not self-centered. He is God. We think God is so patient, generous, He can not be angry. A.W. Pink says, “God is punishing, angry God, God’s wrath”, the sentence is far more than the phrase “God is love is”. Let us be truly does not make God angry with us. Let us be truly understand and learn the history that God is able to wrath, and when He is angry, his anger is not unbearable. There are people who continue to think that the Israelites were the chosen people. At the time Israel entered into the land of Canaan, God is pleased with them, God defend them to kill all enemies. Really! But this is not the reason God loves Israel.

Actually, the Lord will uphold the holiness in the promised land, it is a land that is devoted to God. God would uphold that He is a holy God. At that time the whole world, especially the area near the ancient East are the ones who are so unclean. Their sex, do gamble, do tidah wrong even sex with animals. What God is He brings a small community, led by Himself to go in and eradicate all evil because of His holiness must be upheld. But when He straightened His purity, several hundred years later, Israelis themselves are not sacred, trespassed, have a life and worship that made no difference to the world. What happened? That Israel should be eliminated. We always remember Israel kill nations but we do not remember Israel wiped out even today. It would declare the holiness of God must be upheld. When God tricked by his own people, he would be much more upset than mocked by the other nations.

Let us see Amos 9: 1-6. This verse is stated by the Lord through the mouth of Amos to the people of his own choice that the people of Israel. If God has been angry with his chosen people, He is so angry outstanding, surpassing his anger on the nations that do not know God. People who do not know God, they sinned and aroused the anger of God. But people who know God and confess “Jesus God”, “I had the choice,” he rebel against God, his mistake two or three times because he had sinned and already know who the real God but mock God. What God has revealed to the nation of Israel, never He told Nebuchadnezzar, he never talked like this to Assyria, to talk like this to the people who redeemed him. You are now like this, you escape to ataspun, I will pull you down. You get in the water in the oceans most, I’ll pull you out, I will kill you there. Even if you are captured by the enemy, I can not accept. I will still pursue you because I want your blood gushing. Why would God like this?

Then the most terrible is in verses 5 and 6, namely the last sentence “God is his name”, what does it mean? This is the Doxology, this is a song of victory, this is a song of praise to the Triune God. At the end of the service, we got up and sang the Doxology is the glory of the Triune God, hymns of the Doxology, a glorification means that all this service began with the Triune God, is terminated by the Triune God, preaching the Word of God the Trinity and everything for the glory of the Triune God. The meaning of these verses is, “I’m mad, I kill you, your blood gushing and I am glorified”. God is able to silence, God can hurt, jealousy and grief, we do not play against him! He is the living God, not the projection of religious talk about God but it’s not true. Let us may know the true God, let us understand the true Christ’s true that’s who.

So John the Baptist shouted in the wilderness instead of in the church. He shouted from one place to


Yohanes 14:15-27 Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang mendengarkan suara dari Gembala kita. Yesus Kristus mengatakan: Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku. Dan di dalam ayat ini dikatakan bahwa barangsiapa mengasihi Aku, dia akan mentaati Firman-Ku. Ini adalah sesuatu yang jelas terlihat, hitam di atas putih berkenaan dengan definisi orang Kristen. Ketika kita mengatakan: Aku mengasihi Kristus, Aku mencintai Dia, Aku merindukan Dia. Semua kalimat itu adalah kosong belaka, kecuali jikakalau di belakang kalimat itu ada satu obedience, ada satu hati yang rela taat di hadapan Allah. Seluruh gereja, pemimpinnya adalah Kristus. Kristus adalah kepala gereja. Dan Kristus mengajarkan satu kalimat yang merupakan inti semua gereja yang sejati adalah Thy will be done, kehendak-Mu jadi. Ini adalah kalimat yang sama, yang diucapkan oleh semua murid, oleh semua bapa gereja dan jikalau kita adalah orang-orang Kristen yang sejati di dalam Kristus. Kecuali kita adalah orang-orang palsu, yang mengaku diri pergi ke gereja, melayani, mendengarkan ibadah hari minggu tetapi tidak pernah taat di dalam hidup kita. Kristus itu kepala gereja dan kepada Dialah kita taat, melalui Dia, kita taat kepada Allah Bapa di Surga. Dan Roh Kudus, Allah oknum ketiga dikirimkan oleh Allah untuk mendampingi orang Kristen, Untuk apa? Ada orang mengatakan: Roh Kudus ada, untuk aku berkarunia Roh. Roh Kudus ada, untuk aku berbahasa roh. Yohanes pasal 14, 15, dan 16. Tiga pasal adalah bicara berkenaan dengan doktrin Roh Kudus. Ini adalah bicara mengenai person of Holy Spirit. Tiga pasal ini dengan jelas mengatakan: Aku akan memberikan kepadamu Penghibur, Aku akan memberikan kepadamu Penolong, Aku memberikan kepadamu Roh yang lain yang akan mendampingi kamu dan itu adalah Roh Kudus. Jadi untuk apa Roh Kudus itu? Jawabannya adalah supaya mengingatkan engkau akan Firman-Ku dan supaya engkau mentaati Firman-Ku. Roh Kudus itu ada, untuk membawa kita mengingat siapa Raja kita, mengingat apa yang dikatakan oleh Dia, dan membawa kita memiliki kuasa untuk boleh taat kepada Firman Tuhan. Hari ini saya akan berbicara mengenai sikap yang genuine, sikap yang sejati di dalam ketaatan. Bagaimana saya harus taat? Dengan sikap seperti apa saya harus taat? Engkau Allah, aku tahu kehendak-Mu adalah aku taat. Maka sekarang aku mau taat. Tetapi Alkitab menyatakan; ada ketaatan yang pura-pura, ada ketaatan yang setengah hati, ada ketaatan yang tidak disukai oleh Tuhan. Ketaatan seperti apa yang Tuhan itu inginkan? Tuhan menginginkan kita taat tanpa menunda. Lihat Lukas 9:59-60. Kalimat Yesus dalam ayat ini begitu tajam dan seringkali mencengangkan. Yesus mengatakan “Biarkan orang mati menguburkan orang mati tetapi engkau ikutlah Aku”. Ini bukan perumpamaan, ini adalah sesuatu kenyataan. Mengapa seakan-akan Tuhan begitu kejam dan tidak berperasaan? Kalau orang mau menikah, tanggal pernikahannya masih dapat dirubah tetapi orang meninggal tidak dapat memilih atau mengubah tanggalnya. Dan orang yang meninggal itu bukan tetangganya, tetapi papanya. Alkitab bahkan mengatakan: “Hormatilah Papamu, Ibumu”. Orang ini mendengarkan suara Kristus dan mengikut Kristus, tetapi dia mau menguburkan papanya yang meninggal terlebih dahulu. Jawab Yesus, “Biarkan orang mati menguburkan orang mati”. Kalimat ini seakan-akan tidak masuk akal. Tetapi perhatikan baik-baik. Yesus itu menginginkan ketika kita mengerti apa yang sudah Dia lakukan di atas kayu salib, ketika mengerti siapa Raja yang memerintah dan siapa Allah yang sejati maka Dia adalah yang paling prioritas dari seluruh hidup kita, bukan papamu, bukan kematian, bahkan bukan istri dan anakmu. Ketika Allah memerintah biarlah kita mengerti bahwa ini adalah perintah dari oknum pertama dari seluruh dunia ini yang harus dihormati. Ini tidak berarti bahwa kalau ada kesulitan atau apapun saja, mungkin ada kematian lalu kemudian saudara-saudara harus bereskan di gereja dulu. Yesus itu mau hati. Suatu hari Elia bertemu dengan Elisa. Elia mengatakan kepada Elisa untuk ikut dia melayani Tuhan, tetapi Elisa bilang bahwa dia ingin pamit kepada orangtuanya dahulu. Setelah pamit, baru kemudian Elisa mengikuti Elia. Tidak salah untuk berpamitan tetapi mengapa di dalam Lukas 9:59-60 tidak diperbolehkan? Yesus itu menginginkan melihat hati. Ada orang yang mempunyai macam-macam alasan, rasionalisasi yang seakan-akan baik, berteologis tetapi sebenarnya hatinya memang tidak pernah mau taat. Biarlah kita boleh jujur dan sungguh-sungguh menjawab kepada Tuhan bukan dengan alasan ingin menunda ketaatanmu. Richard Baxter seorang puritan menyatakan: Penundaan itu adalah sesuatu temporary dari penolakan dan itu adalah bentuk dari penyangkalan. Ketika bicara mengenai ketaatan, poin yang pertama adalah Tuhan menginginkan kita taat tanpa menunda. Obedience itu bersifat here and now, di sini sekarang. Jikalau saudara mengerti Firman dan kemudian tidak mentaati-Nya dengan segera, maka ada masalah rohani. Makin saudara menunda ketaatan, makin hati kita sulit untuk taat. Sebenarnya ketaatan yang pertama itu adalah yang paling mudah. Maka ketika Firman itu datang, ketika tugas dari Tuhan itu datang, ketika Tuhan itu dengan jelas menyatakan sesuatu kepadamu, maka langsung hati itu harus siap mengatakan ya Tuhan aku mau, ya Tuhan beri aku kekuatan. Ya Tuhan, hatiku tidak terlalu suka tetapi aku mau taat. Jangan pernah menunda ketaatan. Tuhan menginginkan kita taat dengan tekun dan bersemangat. Taat dengan terus menerus semangat sampai akhir, bukan ketaatan hari ini lalu kemudian besok kita kehilangan api. Bukan kemudian ketaatan sampai besok lalu kemudian kita kelelahan sampai selanjutnya. Lihat Lukas 17:7-10. Yesus mengatakan ini menjadi prinsip dalam hidup kita melayani Dia dan berespon kepada Dia. Yesus mengatakan ada seorang pekerja menggembalakan ternak tuannya, membajak ladangnya dari pagi sampai sore, kecapean sekali dan begitu sampai di rumah kemudian ingin mandi, makan, dan berkumpul dengan istri dan anaknya. Tetapi ketika dia pulang, tuannya ingin makan bersama dengan istri dan anak-anaknya, sehingga dia harus menyiapkan makanan tuannya. Alkitab mengatakan “ikat pinggangmu dan layani aku.” Setelah menyaksikan tuan dan keluarganya makan, dia harus membereskan dan merapikannya, kemudian barulah dia boleh makan. Dan tidak ada satu kata terima kasih sekalipun! Perhatikan baik-baik apa yang Yesus Kristus itu katakan kepada kita. Dia adalah Allah yang menginginkan untuk kita mentaati dan melayani Dia dengan tekun dan bersemangat sampai akhir. Dan Alkitab mengatakan, “Setelah semuanya selesai maka katakanlah kepada tuan itu, kami hamba-hamba yang tidak berguna dan kalau kami melakukan semua itu adalah karena itu memang tugas yang harus diberikan kepada kami dan kami harus jalankan.” Jikalau saudara membaca bagian Alkitab ini maka saudara akan menemukan bahwa seakan-akan Allah yang kita layani itu persis seperti raja-raja kuno yang besar yang harus dihormati. Allah lebih daripada mereka, Yesus Kristus lebih daripada mereka. Jangan kita pernah berpikir kasihan hamba itu dan kejamnya tuan itu. Jikalau saudara mengerti siapa Dia, dan jikalau kita mengerti siapa yang kita layani, kita akan menemukan tidak ada hal yang lebih indah daripada melayani Tuhan yang seperti ini. Mengapa hamba ini mau? Karena tuannya mengasihi dia. Mengapa hamba ini rela? Karena melihat kebesaran tuan itu, kasihnya, dan bagaimana dia memperlakukan hamba-hambanya. Satu hari di tengah-tengah peperangan dengan Filistin, Daud sedang bersembunyi supaya tidak diketahui oleh orang Filistin dan sewaktu-waktu nyawa mereka terancam. Kemudian Daud mengatakan satu kalimat dengan tidak sengaja, dia mengatakan: “Oh alangkah senangnya jikalau aku bisa minum air dari perigi Betlehem”. Satu orang jendralnya mendengar apa yang menjadi isi hati Daud lalu kemudian dengan diam-diam, dia jalan pergi untuk mengambil air satu teguk untuk dipersembahkan kepada Daud. Seperti apa pengabdian orang ini? Jawabanya karena dia menghormati Daud yang besar, karena dia mengasihi Daud. Itupun kemudian Daud tahu tidak boleh minum ini kemudian dituangkan semuanya, dicurahkan tidak diminum satu tetespun. Daud mencintai orang-orang di bawahnya. Tuhan itu mencintai saudara dan saya. Kalau kita tidak mendalami, tidak mengenal Tuhan yang mencintai kita, maka setiap kali pelayanan kita akan sungut-sungut. Setiap kali kita diminta untuk taat, kita akan rasa berat sekali. Tetapi kalau kita makin mengenal Tuhan, makin melihat kebesaran Tuhan dan kebaikan-Nya dan keagungan-Nya dan kemuliaan-Nya maka akan ada sesuatu kerinduan yang taat dengan tekun dan bersemangat sampai akhir. Taat dengan ucapan syukur, obedience with thanksgiving. Melayani dan taat kepada Tuhan tanpa bersungut-sungut. Sungut-sungut itu adalah tanda ketaatan setengah hati, tidak sepenuhnya, dan setengah hati di hadapan Allah sama sekali tidak diperhitungkan. Perhatikan di dalam Alkitab ada orang-orang yang ketaatannya dengan setengah hati dan bersungut-sungut. Kain membawa persembahannya dengan bersungut-sungut dan dengan tidak rela. Israel yang keluar dari tanah Mesir, seakan-akan mereka mengikuti Allah karena Allah itu menjumpai mereka dan memimpin dengan tiang awan dan tiang api. Tetapi di dalamnya mereka terus menerus bersungut-sungut, tidak puas untuk hidup. Ketika Lot memimpin isteri dan anak-anaknya keluar, isteri Lot tidak bersungut-sungut, Alkitab tidak mengatakan complain-nya, tetapi gerakan tubuhnya sudah langsung tahu hatinya hanya setengah jalan mengikut Tuhan. Ketaatannya setengah hati dan terpaksa. Alkitab mengatakan, isteri Lot langsung jadi tiang garam. Allah tidak menghendaki sesuatu ketaatan yang sambil bersungut-sungut. Allah tidak menghendaki satu ketaatan yang setengah hati. Berikan semuanya atau tidak sama sekali. Relakan hati kita untuk diajar dalam hal ini. Ananias dan Safira memberikan persembahan setengahnya tetapi mereka katakan memberikan semuanya. Langsung Petrus yang ada Roh Kudus mengatakan, "hatimu tidak beres, Engkau menyembunyikan sesuatu." Kemudian, mereka mati di saat itu. Allah dengan jelas menyatakan, Dia tidak menghendaki ketaatan yang setengah hati, biarlah kita boleh belajar dan minta Roh Kudus mengajarkan kepada kita ketaatan dengan thanksgiving. Mungkin saudara pernah menyuruh anak saudara mengerjakan sesuatu dan kemudian ketika sebelum dia mengerjakan, napasnya diambil dulu. Apa perasaan saudara? Jengkelnya luar biasa. Engkau mengerjakan bukan dengan ketaatan atau cinta. Engkau mengerjakan bukan dengan understanding tetapi terpaksa. Siapa suami yang tahan isterinya memberikan kepada dia pelayanan, makanan dengan terus bersungut-sungut? Ketika saya mengatakan seperti ini, karena saudara harus tahu, kita adalah mempelai wanita Kristus. Kristus adalah mempelai pria dari gereja-Nya. Banyak orang ke gereja itu terus bersungut-sungut atau sekedar tuntutan hati nurani supaya enak, supaya minggu ini tidak rasa bersalah. Ada thanksgiving? Sama sekali tidak. Di dalam hal-hal seperti ini, saudara harus mengerti itu mendukakan hati Tuhan dan sangat-sangat tidak berkenan di hadapan Tuhan dan semua ini adalah sesuatu kebuntuan rohani. Sekarang saya akan memberitahukan jalan keluarnya terhadap hal ini. Mintalah kepada Tuhan, berdoa kepada Tuhan untuk saudara boleh bertumbuh secara rohani, bertumbuh melihat kemuliaan Kristus dan gereja. Gereja itu mulia sekali dan saya berharap saudara-saudara bisa melihat apa yang saya lihat. Ada orang yang menikah lalu kemudian terus menerus sungut-sungut, melayani keluarganya dengan terus mengeluh. Mengapa? Karena cinta tanpa kedewasaan itu tidak cukup untuk menjalankan pernikahan. Hanya orang-orang yang dewasa/mature, yang bisa menjalani pernikahan itu sampai akhir. Dan apa artinya orang yang mature? Orang yang mature itu adalah orang yang mengerti tanggung jawabnya karena melihat pentingnya tugasnya, melihat pentingnya hal yang dikerjakannya. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan kalau suami meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, keduanya menjadi satu daging. Kalimat meninggalkan ayahnya dan ibunya itu bicara berkenaan dengan independent. Meninggalkan ayahnya dan ibunya itu bicara berkenaan dengan satu kedewasaan. Orang dewasalah yang orang itu mengerti. Anak kecil tidak ngerti. Cinta itu tidak cukup, harus ada kedewasaan. Jika kita tidak melihat kemuliaan Kristus, pasti hidup kita mengikut Tuhan sambil bersungut-sungut. Saudara akan complain apapun saja. Alkitab menyatakan Allah begitu marah terhadap hal ini. Kita pikir Dia itu siapa? Dia begitu mulia, Dia menyatakan rahasia-Nya, menyatakan kehendak-Nya, Dia menyatakan penebusan-Nya kepadamu dan saya. Dia memberikan sepenuh hatinya. Dia dari surga turun ke dunia. Dan kita memberikan hidup kita, jangankan hidup, uang kita yang dari Dia pun kita berikan sambil kita sungut-sungut. Saudara mengatakan bahwa Allah itu mengerti? Alkitab menyatakan, tidak sama sekali. Ketaatan kita harus dengan thanksgiving. Saya mau mengingatkan saudara-saudara berkenaan dengan sepuluh perintah Allah, dan semua Israel harus mentaati sepuluh perintah Allah itu. Tuhan tidak langsung mengatakan, "Perintah pertama, kedua, ketiga, keempat." Tidak. Tuhan mengatakan, "Akulah Allah yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, yang memberikan pembebasan kepadamu." Akulah Allah itu yang menegaskan kepada kita apa yang sudah dibuat-Nya sebelum kita taat kepada Dia. Siapa engkau Allah? Apa hak-Mu Engkau memberikan perintah-perintah ini supaya aku taat dan Engkau menginginkan aku taat sepenuhnya? Aku adalah Allah yang membebaskan engkau. Aku adalah Allah yang menyelamatkan engkau. Aku adalah Allah yang mengasihi engkau dengan sepenuh hati. Jangan sungut-sungut di hadapan Allah. Jangan engkau memberikannya dengan setengah hati. Jikalau hari ini, engkau memiliki sikap seperti itu, bertobatlah dan minta Roh Kudus untuk mengubah hatimu, membawa kita untuk melihat cinta kasih Kristus, dan itu akan menghilangkan sungut-sungut kita. Saudara-saudara, sungut-sungut itu adalah ketidak-relaan. Tidak rela karena tidak melihat sesuatu hal yang penting dan mulia. Ada orang yang tua yang lalu kemudian batuk-batuk terus minta dibelikan obat oleh anak laki-lakinya tetapi dia tidak mau melakukannya dengan alasan sudah jam 9 malam, apotek sudah pada tutup. Tetapi ketika jam 2 pagi, tiba-tiba anaknya ditelepon pacarnya yang juga minta dibelikan obat batuk dan segera dia belikan pacarnya obat dan mengantar obat tersebut. Apa yang membedakan? Yang membedakan adalah satu rela dan satu tidak rela. Apa yang membedakan rela dan tidak rela? Adalah melihat kemuliaan orang yang dilayani, melihat hatinya ada di situ atau tidak. Saya berharap Roh Kudus menumbuhkan rohani kita untuk melihat dan menghargai kemuliaan Kristus yang sudah mati bagi kita. Tuhan menghendaki ketaatan yang genuine. Taatlah dengan satu maksud yaitu The Glory of God. Thomas Watson menyatakan, "Let's we obey the God's will, with the pure eye to His Glory." Biarlah kita boleh mentaati Dia dan kehendak-Nya dengan mata yang murni untuk kemuliaan Dia saja. Alkitab menyatakan begitu banyak perintah Tuhan dan setiap kali perintah terdapat janji. Alkitab menyatakan dan adalah benar bahwa ketika kita taat maka kita akan banyak berkat yang mengikuti kita. Penyediaan Allah, kesetiaan Allah akan dinyatakan kepada kita. Keselamatan yang dari Tuhan akan diberikan kepada orang-orang yang taat kepada Dia. Alkitab dengan jelas menyatakan misalnya seperti,"Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu." Kalimat itu berlaku dan sudah dibuktikan oleh semua orang yang taat kepada dia. Orang-orang yang menjalankan kehendak-Nya, mencari pimpinan-Nya, mau untuk mentaati rencana-Nya. Tidak pernah Allah itu berhutang. Tuhan akan menyediakan kepada kita apa yang kita memang perlukan. Kalau saudara melihat orang-orang yang dipakai Tuhan seperti Adoniram Judson, Charles Wesley, D.L. Moody, saudara akan melihat bagaimana pimpinan, penyertaan dan berkat-berkat Allah diberikan kepada orang-orang yang taat kepada Dia. D.L. Moody di tengah-tengah lautan yang luar biasa bergelombang, dia begitu takut, tetapi karena dia adalah orang yang memberitakan Injil, dan dia mau taat kepada Tuhan, maka kemudian Tuhan meredakan lautan itu. Charles Wesley, John Wesley, orang yang terus berkotbah dengan kuda itu, suatu hari, ada orang yang mau menembak dia. Tetapi pada saat yang sama Tuhan hentikan orang itu. Alkitab itu hidup. Kalau melihat autobiografi dan biografi orang-orang yang dipakai Tuhan, saudara akan melihat setiap janji Allah itu digenapi kepada orang-orang yang taat kepada Dia. Saya akan memberikan satu cerita yang sangat terkenal, perbandingan antara dua orang. Yang pertama adalah ateis Max Jukes dan satu lagi adalah orang yang Tuhan pakai dalam ke-Kristenan, Jonathan Edward. Perhatikan apa yang ada di tengah-tengah dua orang ini dengan keturunannya. Max Jukes tinggal di negara bagian New York, dia adalah seorang ateis. Dia menikah dengan seorang yang ateis juga. Dari pernikahan ini lahir 1029 keturunan. 300 orang mati muda. Dari mereka yang hidup, 100 orang pernah dikirim ke penjara selama rata-rata 13 tahun, 190 orang menjadi pelacur, 100 orang menjadi alkoholik. Keluarga itu merugikan negara bagian sebesar 1.2 juta US dolar. Mereka tidak memberikan kontribusi apapun kepada masyarakat kecuali hal yang jahat. Tetapi perhatikan kehidupan Jonathan Edward. Dia tinggal di negara bagian yang sama, state yang sama, dan pada waktu yang hampir-hampir sama. Ia adalah seorang yang percaya Tuhan, menyerahkan hidupnya bagi Tuhan, menikah dengan orang yang takut akan Tuhan, dari persatuan ini, dilacak 729 keturunan. 300 nya menjadi pengkotbah, 65 profesor perguruan tinggi, 13 presiden universitas, 60 pengarang, 30 dipilih menjadi anggota kongres, dan seorang menjadi wakil presiden Amerika Serikat. Saudara bisa perhatikan baik-baik orang yang takut akan Tuhan dan orang yang tidak takut akan Tuhan. Akan ada perbedaan yang besar, karena kita tidak bisa melihatnya pada waktu dia hidup, tetapi saudara akan melihatnya bagaimana berkat Tuhan itu menyertai karena memang Alkitab menyatakan berkat, penyertaan, dan pimpinan Tuhan kepada orang-orang yang takut dan taat kepada Dia. Tetapi, terlepas dari semua itu, Alkitab menyatakan, Alkitab mendorong kita untuk tidak hanya sekedar mengambil keuntungan yang diberikan kepada kita ketika kita itu mau taat, tetapi, biarlah kita boleh didorong di dalam ketaatan karena untuk satu hal ini, The Glory of The Father. Kemuliaan Allah di surga. Ini yang Alkitab nyatakan dan Tuhan dorong kepada semua nabi dan rasul-Nya. Musa diminta oleh Tuhan untuk masuk ke tanah perjanjian dan Tuhan sendiri menyatakan, Aku akan mengirimkan malaikat-Ku kepadanya dan engkau akan mendapatkan seluruh profit yaitu tanah yang berlimpah susu dan madu. Tetapi seluruh berkat Tuhan itu diberikan kepada dia di dalam ketaatan. Maka Musa itu menginginkan satu hal yaitu Engkau sendiri. Show me Thy Glory. Orang yang taat tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan. Orang yang taat akan diberikan janji-janji oleh Tuhan dan janji-janji ini akan hidup. Tetapi poin keempat ini saudara lakukan bukan untuk mendapatkan profit, lakukanlah ini dengan sukacita karena Dia adalah Allah yang menebus kita, yang mati bagi kita, Allah yang kepadanya jiwa kita itu berasal dan jiwa kita itu menuju. Maka belajarlah di dalam ketaatan untuk nama Tuhan dipermuliakan dan tidak ada contoh yang lain selain Yesus Kristus pada waktu di Getsemani, di saat sebenarnya dia tidak memiliki sesuatu kewajiban untuk menebus manusia, Yesus Kristus itu diperhadapkan dengan cawan murka Allah. Dia tidak takut untuk mati, dia tidak takut untuk menderita, tetapi yang Dia takutkan adalah Allah itu murka kepada Dia. Maka, di saat seperti itu, ada keinginan dari hati-Nya yang terdalam, "Aku mau supaya cawan ini lalu dari pada-Ku." Tetapi Alkitab menyatakan, Yesus berdoa, "Tetapi biarlah Kehendak-Mu saja yang jadi." Ketaatan Yesus bukan karena profit atau karena ada berkat yang akan diberikan kepada Dia. Ketaatan Dia adalah supaya Kehendak Tuhan, Nama Tuhan dipermuliakan. Itu adalah satu-satunya keinginan hidup-Nya. Biarlah kita boleh sekali lagi menginginkan apa yang Alkitab itu ajarkan kepada kita. Pertama taatlah dengan segera. Kedua, taatlah dengan tekun dan semangat sampai akhir. Ketiga, taatlah dengan thanksgiving dan jangan bersungut-sungut. Keempat, taatlah dengan satu tujuan dan satu maksud saja, The Glory of God. Kiranya Tuhan boleh memimpin hidup kita dan membawa hati kita untuk makin hari makin taat kepada Dia.
 
 

Matius 26: 36-42, Matius 27:45-47 Mari kita melihat bagian Firman di dalam Matius 26: 36-42 dan Matius 27:45-47. Ini adalah peristiwa terpenting sejak bumi diciptakan. Kematian dan kebangkitan Kristus Yesus melampaui seluruh peristiwa yang paling hebat di dunia ini. Kematian dan kebangkitan Kristus lebih penting daripada kejatuhan Roma, lebih penting daripada peristiwa Jengis Khan menguasai seluruh Asia, lebih penting dari penemuan listrik fotografi dan seluruh alat teknologi, dan bahkan lebih penting dari deklarasi hak asasi manusia yang sampai saat ini berusaha untuk terus menerus dipegang. Peristiwa yang terjadi selama tiga hari pada 2000 tahun yang lalu lebih penting daripada seluruh pengajaran agama dan kebudayaan manusia manapun saja. Seluruh penemuan dan kemajuan manusia selalu diikuti oleh satu kata yang kecil ini tetapi mematikan yaitu dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan teknologi, pendidikan dan bahkan oleh agama. Pendidikan mengajarkan kita bagaimana menjadi lebih pandai. Teknologi memampukan kita untuk hidup lebih baik dan agama membuat kita bermoral lebih tinggi tetapi dari seluruh lingkup hidup manusia, tidak ada yang memberikan penebusan. Dosa hanya bisa diselesaikan dengan penebusan bukan dengan agama. Hari ini kita akan mengingatkan satu kalimat penting dari Kristus. Dan kalau Tuhan pimpin maka di dalam beberapa hari ini kita akan melihat kalimat-kalimat dan peristiwa penting dari Kristus yang menyatakan kemuliaan-Nya di tempat-tempat yang tak terduga. Kristus itu begitu mulia. Bersyukur kalau kita boleh melihat kemuliaan-Nya. Tetapi selama 33,5 tahun kemuliaan-Nya itu seakan-akan tertutup tetapi jika Roh Kudus bekerja di dalam hati kita, maka kita akan melihat kemuliaan-Nya yang tidak tertandingi. Hari ini kita akan memikirkan satu kalimat Kristus di atas kayu salib yaitu "Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku". Ini adalah inti kekristenan. Tanpa itu seluruh kita akan binasa. Ini adalah kalimat yang membuat kita boleh ditebus. Pikirkan bahwa Dia sudah bergantung di atas kayu salib berjam-jam lamanya. Kalimat itu diucapkan di tengah seluruh darah yang mengalir dan keringat yang membanjiri. Seluruh kalimat Kristus adalah kalimat-kalimat yang lirih. Tetapi dari seluruh kalimat-Nya itu ada satu kalimat yang keras, "Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku". Ketika Dia berteriak dan teriakan itu dicatat oleh penulis Injil maka itu adalah teriakan yang harus diperhatikan dan diingat, karena ini adalah jeritan hati-Nya dan tangisan-Nya yang terdalam. Apakah arti teriakan ini? Ketika saudara mengerti teologia, ketika saudara mempelajari satu kalimat demi satu kalimat, maka ini adalah salah satu kalimat yang melampaui pikiran kita, sehingga kita membutuhkan anugerah-Nya untuk dapat mengerti dan mengenal-Nya. Tidak ada teriakan seperti ini dari pendiri agama atau dari semua orang yang menyatakan dirinya suci. Ini adalah teriakan dari Anak Allah yang diutus. Apakah arti teriakan ini? Ini adalah teriakan penderitaan terbesar karena Kristus ditinggalkan oleh Bapa.Saat itu adalah saat ketika Bapa memalingkan muka-Nya dari Kristus, menarik diri-Nya dari Anak. Ini adalah kalimat yang diucapkan karena hati-Nya sangat menderita. Mari kita melihat seluruh penderitaan Kristus dan apa yang terjadi di dalam hidup-Nya. Dia adalah Allah Anak yang mengambil tubuh yang berpetakan teladan budak, yang bisa mati, bisa sakit, satu tubuh yang terbatas. Bukankah itu penderitaan? Jikalau saudara tadinya bebas, kemudian saudara terkena sakit stroke dan kemudian saudara harus terbaring, bukankah saudara akan menangis dan berteriak, "mengapa hidup seperti ini?" Apalagi kalau saudara adalah seorang pemuda, remaja atau eksekutif muda. Ketika saudara terbaring, bukankah saudara juga akan mengeluh dan berteriak kepada Tuhan? Bahkan ketika saudara bertambah tua dan terbatas, bukankah saudara sering sekali menangis ketika mengingat masa muda yang begitu lincah? Dari tidak terbatas menjadi begitu terbatas. Bukankah itu sesuatu penderitaan yang begitu mendalam? Tetapi Kristus tidak berteriak ketika Dia yang tidak terbatas menjadi terbatas. Dia menjalaninya dengan sukacita. Perhatikan penderitaan-Nya yang lain. Dia adalah satu pribadi yang suci hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa. Jikalau saudara adalah seorang yang sangat menjaga kebersihan dan kemudian saudara harus tinggal dengan seseorang yang luar biasa kotor, apakah yang saudara rasakan? Saudara tidak akan menyukai keadaan saudara. Kristus adalah pribadi yang suci dan tidak berdosa yang hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa, namun Dia tiak mengeluh. Di tempat yang lain Dia disalahmengerti, ditentang dan ditolak. Suatu hari dengan cinta kasih-Nya Dia membawa beberapa murid-Nya pergi ke satu tempat untuk bertemu dengan satu orang gila yang dirasuk oleh legion, setan. Setelah itu maka Alkitab mengatakan Dia tidak melayani yang lain, Dia kembali lagi ke tempat-Nya. Itu adalah cinta kasih dari hati Kristus. Mencari walaupun hanya satu orang gila yang dirasuk oleh setan. Dan kemudian setelah Dia menaklukan dan mengusir setan itu, apakah yang terjadi di kampung itu? Apakah mereka berbahagia memuliakan Tuhan? Tidak. Mereka malah mengusir Kristus. Kristus mengusir setan dan semua orang itu mengusir Kristus. Sejak dahulu manusia akan mengusir Kristus demi uang. Kristus selalu ditentang, diusir dan disalah mengerti. Apakah Dia mengeluh dan berteriak? Tidak. Lihatlah penderitaan-Nya yang lain. Dia menderita kesakitan di seluruh tubuh-Nya. Tamparan dan cambukan dari para tentara, mahkota duri yang dipaksakan di atas kepala-Nya. Pernahkah saudara melihat Dia mengeluh? Tidak. Dia menderita di seluruh relasi-Nya. Orang-orang terdekat-Nya membuat hati-Nya remuk. Yudas mengkhianati-Nya hanya demi 30 keping perak yang nilainya sama dengan harga seorang budak. Setiap orang yang tidak dilahirbarukan akan menghina Kristus dengan hinaan yang paling rendah. Petrus menyangkal Dia dan bahkan murid-murid-Nya meninggalkan Dia ketika Dia ditangkap dan dipaku di atas kayu salib. Apakah Tuhan kita mengeluh dan berteriak? Tidak pernah. Hati-Nya hancur melihat ibu-Nya menangis. Seorang manusia yang normal tidak akan tahan melihat orang yang mereka kasihi mengalami penderitaan. Kristus melihat hati ibu-Nya hancur karena menyaksikan penderitaan-Nya di atas kayu salib, direndahkan, dipertontonkan dan dipermalukan di hadapan orang banyak. Tetapi Kristus tidak pernah mengeluh. Dia tidak pernah mengucapkan satu keluhan kepada Bapa-Nya. Dia menderita dari seluruh jabatan-Nya. Dia adalah Raja, namun sebuah ejekan diletakkan di atas salib-Nya yang tertulis: "Inilah raja orang Yahudi." Dia diberi jubah dan mahkota duri, dan sebuah buluh pengganti tongkat kerajaan. Mata-Nya ditutup dan kemudian ditampar, lalu kemudian seluruh prajurit mengatakan: "Hai Engkau, sekarang coba terka siapakah yang menampar Engkau? Bukankah Engkau itu nabi? Engkau bisa bernubuat, Engkau dapat mengetahui masa depan, bukankah Engkau tahu siapa yang menampar-Mu?" Dan sebagai Imam, Dia dipenjara dan digantung di atas kayu salib oleh seluruh imam. Dia menderita dalam seluruh jabatan-Nya, Raja, Imam, Nabi. Tetapi tidak pernah Dia mengatakan, "AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Seluruh penderitaan tersebut dianggap-Nya sebagai penderitaan yang kecil. Berbeda dengan kita. Begitu kita merasa sedikit sakit, kita langsung mengeluh kepada Allah. Ketika kita dihina maka kita langsung berteriak kepada Tuhan, begitu kita mengalami ketidakadilan, kita langsung menuntut keadilan. Begitu kita disalahmengerti kita ingin segera membereskannya. Begitu orang yang kita kasihi sakit, maka kita langsung cemas. Kita akan terus menuntut Tuhan. Bagi Kristus, tidak! Alkitab menyatakan, Dia tidak mengatakan apapun juga. Dia biasa menderita kesakitan, Dia memberikan tubuh-Nya untuk dipukul. Tetapi tiba-tiba di atas kayu salib Kristus berteriak, "AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Perhatikan penyebab teriakan ini. Bukan karena penderitaan, bukan karena kematian, tetapi karena Allah Bapa memalingkan muka-Nya dari Allah Anak. Ini adalah penderitaan yang Dia takuti ketika di Getsemani, Dia tidak takut mati, Dia tidak takut sakit, Dia tidak takut hati-Nya dihancurkan tetapi Dia takut Bapa itu meninggalkan Dia. Dia adalah Anak Tunggal Bapa yang ada di dalam pangkuan Bapa, yang begitu dekat dengan Allah Bapa. Tetapi ada satu waktu di dalam sejarah di mana kedekatan ini hancur. Bapa yang tadinya terus memandang Anak dan Anak yang terus memandang Bapa, sekarang di dalam satu waktu Allah Bapa memalingkan muka-Nya. Mengapa Allah Bapa memalingkan muka-Nya? Karena dosa. Perhatikan baik-baik, dosa kita di tanggung oleh Kristus dan pada saat itulah, Bapa di surga memalingkan muka-Nya. Ditinggalkan oleh Allah adalah penderitaan yang terbesar. Kristus mengajarkan kepada kita satu prinsip yang penting, apapun saja penderitaan manusia, jikalau seluruh penderitaan itu digabung, apapun itu baik fisik, mental, emosional, bahkan ketika ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi, semuanya itu digabungkan dan dibandingkan dengan Allah meninggalkan kita, itu persis seperti perbandingan satu tetes air dengan seluruh samudra yang ada. Inilah yang ditakutkan oleh Kristus. Orang itu seakan-akan berkata menjauhlah Allah karena aku tidak peduli jalan-jalan-Mu. Perhatikan ketika Yesus Kristus didatangi oleh orang-orang yang berkata, "Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu? Bukankah kami mengusir setan demi nama-Mu, bukankah kami melayani Engkau?" Yesus Kristus berkata, "menjauhlah dari pada-Ku hai sekalian pembuat kejahatan, Aku tidak mengenal engkau." Allah yang suci tidak mungkin didekati oleh kita yang berdosa. Penderitaan manusia yang sesungguhnya adalah ketika Tuhan memalingkan muka-Nya dari kita. Pada titik itulah, yaitu ketika Allah meninggalkan seseorang, Dia membiarkan seseorang, Dia tidak menyertai orang itu lagi, maka Alkitab mengatakan, di saat itulah orang itu akan menerima dan mendapatkan seluruh keinginan hatinya. Di titik itu orang itu akan memuaskan seluruh nafsunya tanpa ada yang bisa mengendalikannya. Di dalam Alkitab saya sangat terkesima dengan apa yang Paulus katakan di dalam 2 bagian di surat Roma. Bagian pertama di dalam Roma 2, Paulus menyatakan Allah membiarkan orang itu, Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka. Di dalam Roma 2 dikatakan, "aku tidak lagi mau bersetubuh dengan istriku, aku tidak lagi mau bersetubuh dengan suamiku, aku mau bersetubuh dengan sesama jenisku." Satu kalimat Allah yang begitu sangat menakutkan adalah Allah menyerahkan mereka pada keinginan hati mereka. Bagian yang kedua di dalam Roma 8 adalah sesuatu yang terbalik. Orang ini berada dalam penderitaan, penganiayaan dan pedang. Dia berada dalam pergumulan yang sangat berat tetapi Alkitab mengatakan siapakah yang bisa memisahkan kita dari Kristus? Apakah pedang? Apakah penganiayaan? Apakah itu satu kesakitan? Tidak! Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Perhatikan baik-baik, bukankah mereka adalah orang yang berada dalam satu keterbatasan? Kalau saudara dan saya masih memiliki pergumulan, bersyukurlah dan jangan marah kepada Allah di dalam pergumulanmu karena Allah sedang melindungi kita. Karena Dia menyertai kita di dalam pergumulan kita. Sebaliknya, ketika semuanya begitu lancar dan di saat manusia berpikir Allah tidak ada atau mungkin orang Kristen berpikir bahwa ini adalah berkat Tuhan, pada saat yang sama Alkitab mengatakan Allah membiarkan mereka. Pertanyaan kepada hatimu yang terdalam seluruh jemaat, apakah engkau benar-benar melihat Allah itu adalah yang paling mulia di dalam hidupmu? Apakah sumber kebahagiaan kita itu adalah benar-benar Tuhan? Yesus Kristus menyatakan, "AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Teriakan itu muncul karena Dia menderita di dalam dosa manusia, seluruh dosa manusia ditimpakan kepada Dia. Jikalau engkau terus menerus di dalam dosa, Alkitab mengatakan kita akan sulit memandang wajah Allah. Dan kalau engkau sangat menyukai hal itu, maka Alkitab menyatakan orang-orang seperti ini sangat mungkin adalah penunggu dari neraka. Engkau adalah milik neraka, jikalau engkau tidak menghargai Allah. Ini adalah jeritan ketakutan terdalam karena dimurkai Allah. Salib adalah lambang kutukan dan di atas salib, Kristus menerima seluruh murka Allah. Dia meminum cawan murka itu sampai tidak ada yang tersisa. Pada saat Allah meninggalkan Dia, pada saat itulah Allah murka kepada Dia, karena dosa manusia. Perhatikan baik-baik, dosa itu lebih jahat dari penderitaan. Orang Kristen biasanya takut berdosa karena kita takut akan penderitaan yang mengikuti dosa, tetapi kita tidak takut berbuat dosa. Kita harus ingat bahwa dosa lebih jahat dari penderitaan itu sendiri. Satu prinsip kejahatan dari dosa adalah dosa memisahkan Allah dari manusia, tetapi bukan saja memisahkan Allah dan manusia, tetapi membuat manusia menjadi musuh Allah. Di dalam Perjanjian Lama maka kata dosa itu adalah Hamartia yang berarti missed the target. Tetapi di dalam Perjanjian Lama ketika bicara mengenai dosa, ada satu arti lagi yang lain, yaitu tangan yang terancung ke atas, dan itu artinya adalah perlawanan. Ketika saudara berdosa, saudara bukan saja menyakiti dan menyedihkan hati Allah, tetapi ketika kita berdosa, kita mengancungkan tangan kita di hadapan Allah. Dosa adalah perlawanan terbuka kepada pribadi Allah. Dosa adalah tangan yang terancung kepada wajah Allah. Ada cerita yang menyatakan bahwa Stalin, orang komunis yang melakukan begitu banyak pembunuhan, ketika berada dalam sakit yang berat, sebelum dia mati, tidak dapat menerima penyakit yang mengerogoti tubuhnya itu. Di akhir hidupnya, dia berusaha untuk mengangkat tangannya ke atas dan kemudian mengepalkannya kepada langit, ada kemarahan yang dia tunjukkan, kemarahan kepada langit. Kemarahan kepada Tuhan yang dia tidak percayai. Apa pengertian dosa bagi kita? Ketika kita melihat kisah penyaliban Kristus kita menangis, kita kasihan kepada Kristus yang menderita. Tetapi Alkitab menyatakan Yesus berkata kepada wanita-wanita yang juga menangis, "Jangan engkau menangis karena Aku, tetapi tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu karena akan tiba masanya orang berkata berbahagialah perempuan yang mandul dan tidak pernah menyusui karena ada tiba masa penghukuman akan dosa." Ketika kita melihat Kristus dipaku di atas kayu salib kiranya Roh Kudus memutar arah dari air mata kita, bukan karena Dia perlu dikasihani, tetapi karena murka Allah akan ditimpakan kepada kita. Apakah kita pernah bertemu dengan Allah? Alkitab mengatakan bahwa Musa orang yang tersuci sekalipun gemetar, bahkan Elia kemudian menutupi mukanya itu dengan gemetar, Yohanes yang tadinya bersandar di dekat bahu Kristus menjadi tersungkur dan mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Bahkan orang yang paling suci dan dikasihi oleh Allah pun gemetar ketika bertemu dengan Allah. Kenapa manusia berani berdosa? Saudara-saudara akan bertemu dengan Allah yang murka pada waktunya. Bertobatlah engkau dari dosa, saya menangisi hatimu, karena engkau akan luar biasa binasa dan ketakutan pada hari itu, betapa sering engkau mendengarkan kotbah yang terus menerus menyatakan Allah mencintai, Allah mencintai, lihatlah salib! Tanpa Kristus maka kita binasa, tanpa Kristus maka kita akan hancur. Jonathan Edward ketika bicara berkenaan dengan Kristus yang marah, maka seluruh jemaatnya menjadi sangat takut. Siapa yang tahan melihat Dia, dan siapa yang tahan melihat Dia yang marah, tanpa ada yang melindungi? Perhatikan baik-baik bagi engkau yang belum pernah mendengarkan Kristus, atau engkau yang sudah bergereja dan engkau yang bermain-main dengan dosa. Apa yang sebenarnya terjadi di atas kayu salib? "Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Allah murka kepada Kristus. Dari kalimat itu muncullah istilah teologis ekspiasi, apakah maknanya? Ekspiasi berarti seseorang yang berusaha untuk melindungi orang lain dari pembunuhan. Saya pernah melihat kejadian sesungguhnya, seorang ayah bersama dengan anaknya yang terjebak di tengah-tengah pertempuran di mana peluru dimuntahkan dari kedua belah pihak. Apakah yang dia lakukan sebagai ayah? Anaknya yang masih kecil itu tidak mungkin bisa lari, tidak ada lagi jalan keluar lagi. Maka ayah tersebut memeluk anaknya dan tubuhnya membungkus anaknya sehingga seluruh peluru menembus tubuhnya dan akhirnya ayah itu mati tetapi anak itu selamat. Itulah salib. Dia membungkus saudara dan saya dari murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada kita, karena dosa yang sudah kita lakukan untuk melawan Allah. Siapa yang bisa melepaskan kita dari murka Allah kecuali Kristus? Dan kalau saudara mengerti hal ini dan kalau Roh Kudus menerangi hati kecilmu, tidakkah engkau begitu menghargai Kristus? Bukankah engkau seharusnya mengasihi Dia yang mengasihi kita? Cinta Kristus keluar dari murka yang ditimpakan kepada kita. Ini seruan ketaatan yang sempurna pada jalan yang ditetapkan Allah. Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus ke dunia menjalankan kehendak Allah. Dan untuk menjalankan kehendak Allah maka Dia tidak mengambil hak ke-Allahan-Nya. Dia mengambil bentuk manusia yang bisa kita salah mengerti. Tetapi bukan itu saja, Dia kemudian dipaku di atas kayu salib. Yesaya 53 mengatakan ketika itu terjadi supaya kehendak Allah itu dinyatakan. Apakah itu kehendak Allah? Kehendak Allah yang paling ujung adalah termasuk Kristus itu dimurkai dan ditinggalkan oleh Allah. Tanpa salib maka tidak ada pengampunan. Tanpa salib maka tidak ada rekonsiliasi dengan Allah. Tanpa salib maka tidak ada penebusan. Tanpa salib Kristus, agama sebaik apapun saja tidak pernah menghapus dan melindungi engkau dari murka Allah. Tanpa salib tidak ada perdamaian dengan Bapa di surga dan di dalam Yesaya 53 mengatakan tanpa salib maka umur kita tidak berlanjut. Dan ketika Dia melakukan itu maka kehendak Allah terlaksana oleh-Nya. Dan Dia akan melihat keturunannya akan berlanjut umurnya. Seluruh agama mengajarkan bagaimana pengikutnya harus mati untuk pendirinya. Hanya satu agama yang menyatakan pendirinya mati bagi pengikutnya. "AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Pada saat itu Allah tidak menjawab. Pada saat itu semua orang yang di sana tertegun. Pada saat itu Roh Kudus bekerja diam-diam, memberitakan kalimat ini, dari generasi ke generasi, dan orang yang mengerti akan menjawab, "karena aku Tuhan Yesus, karena aku berdosa". Kiranya cinta kasih-Nya hadir dalam hidupmu, kiranya murka-Nya diteguhkan dari hidup kita, kiranya belas kasihan-Nya nyata di dalam hidup kita yang hanya satu kali. Jangan mencintai dosa lagi, jangan mempermainkan kekristenan sebagai sebuah agama saja. Bawalah dirimu kepada salib, minta pengampunan dari Kristus dan biarlah kebenaran ini menyinari hati kita dan setiap hari kita boleh hidup makin menghargai Kristus karena salib-Nya adalah alasan kita tetap hidup sekarang dan selama lamanya. Kiranya Tuhan mengasihani kita.
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more